commit to user
i
KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL
RUBRIK “SUARAPUBLIKA”
DI SURAT KABAR REPUBLIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh :
LINA AZIZAH
C 0205036
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL
RUBRIK “SUARAPUBLIKA”
DI SURAT KABAR
REPUBLIKA
Disusun oleh :
Lina Azizah C0205036
Telah disetujui oleh pembimbing :
Pembimbing
Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum. NIP 196412311994032005
Mengetahui
Ketua Jurusan Sastra Indonesia
commit to user
iii
KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL
RUBRIK “SUARAPUBLIKA”
DI SURAT KABAR
REPUBLIKA
Disusun oleh
Lina Azizah C0205036
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal 2 Juli 2012
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. ………
NIP 196206101989031001
Sekretaris Miftah Nugroho, S.S, M.Hum. ………
NIP 197707252005011002
Penguji I Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum. ………
NIP 196412311994032005
Penguji II Drs. Hanifullah Syukri, M. Hum. ………
NIP 196806171999031002
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
commit to user
PERNYATAAN
Nama : Lina Azizah
NIM : C0205036
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Kohesi Tekstual dan
Kontekstual Rubrik “Suarapublika” di Surat Kabar Republika adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan
karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam
daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 2 Juli 2012
Yang membuat pernyataan,
commit to user
v
MOTTO
Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. (Penulis)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Al Insyirah : 6-7)
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
Kedua orang tua penulis yang
senantiasa mendoakan dan meridhoi setiap langkah penulis.
Keluarga Besar (Alm.) Drs. Noereman
Seno
Kakak dan Adik penulis
Almamater yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat
Orang-orang yang peduli terhadap
perkembangan ilmu linguistik.
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Kohesi Tekstual dan Kontekstual Rubrik “Suarapublika” di Surat Kabar
Republika. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar
Sarjana Sastra pada Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi hingga terselesaikannya skripsi ini, penulis
menyadari adanya hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dengan bekal keyakinan yang kuat dan usaha serta dukungan dari berbagai pihak,
segala hambatan dan kesulitan dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Drs. Riyadi Santosa, M.E.D., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan
Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi
kesempatan bagi penulis untuk menyusun skripsi.
2. Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberi izin dalam penulisan skripsi ini.
3. Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum., selaku dosen pembimbing
skripsi yang penuh kesabaran dalam membimbing dan mendorong
commit to user
4. Drs. Hanifullah Syukri, M.Hum., selaku dosen penelaah skripsi yang
telah meluangkan waktu dan memberikan masukan serta bimbingan
dalam mengerjakan skripsi.
5. Miftah Nugroho, S.S., M.Hum., selaku dosen pembimbing akademik
yang senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses
belajar di bangku kuliah.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sastra Indonesia serta seluruh staf
pengajar Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta atas semua ilmu dan fasilitas yang telah penulis terima.
7. Staf UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret dan staf Perpustakaan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan kemudahan
dalam mendapatkan buku-buku referensi untuk penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu penulis yang senantiasa mencurahkan kasih sayangnya,
memberikan dorongan moral, material, dan spiritual.
9. Simbah kakung Drs. Noereman Seno (alm.) dan Simbah putri Marzukah
yang telah memberikan nasihat yang bijak dan menjadi teladan yang
baik.
10. Om Farouq, Om Adib, Om Imron, Om Farid, Om Irfan, Om Ambar,
Om Nug, Bulik Mun, Bulik Un, Bulik Novi, Bulik Fadh, Bulik Ida, dan
Bulik Nafis yang selama ini telah memberikan perhatian, arahan,
nasihat, dorongan moral, material, maupun spiritual.
11. Kakak dan Adik penulis yang telah memberikan keceriaan disela-sela
commit to user
ix
12. Adik-adik sepupu penulis, Azna, Nadia, Ama, Rohim, Rahman,
Rahima, Fadhel, Lutfi, Bella, Kanza, Dani, Imam, Dinda, Fatih, Putri,
dan Hasan yang menjadi sumber kebahagiaan dan cahaya kehidupan
bagi penulis.
13. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2005 yang telah memberikan
kenangan terindah.
14. Kawan-kawan anggota dan pengurus LPM Kalpadruma FSSR yang
telah memberikan pelajaran berharga dalam berorganisasi.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
ikut serta dalam melancarkan proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun. Peneliti berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, khususnya peminat bidang linguistik dan bagi pembaca pada
umumnya.
Surakarta, 2 Juli 2012
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ………. iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiv
HALAMAN DAFTAR TANDA ... xv
HALAMAN DAFTAR SINGKATAN ... xvi
HALAMAN ABSTRAK ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 5
C. Perumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. Tinjauan Studi Terdahulu ... 10
commit to user
xi
1. Pengertian Wacana ... 15
2. Jenis-Jenis Wacana ... 17
3. Kohesi Tekstual ... 20
a. Aspek Gramatikal ... 20
1) Pengacuan (Reference). ... 20
2) Penyulihan (Substitusion)... 24
3) Pelesapan (Ellipsis)... 26
4) Perangkaian (Conjunction)... 27
b. Aspek Leksikal ... 28
1) Repetisi (pengulangan) ... 29
2) Sinonimi (padan kata)... 33
3) Antonimi (lawan kata) ... 36
4) Kolokasi (sanding kata) ... 39
5) Hiponimi (hubungan atas-bawah)... 40
6) Ekuivalensi (kesepadanan bentuk)... 41
4. Kontekstual Wacana ... 41
a. Prinsip Penafsiran Personal ... 42
b. Prinsip Penafsiran Lokasional... 43
c. Prinsip Penafsiran Temporal ... 44
d. Prinsip Analogi ... 45
e. Inferensi ... 46
C. Kerangka Pikir ... 47
BAB III METODE PENELITIAN ... 49
commit to user
B. Data dan Sumber Data ... 49
C. Populasi dan Sampel ... 50
D. Teknik Pengumpulan Data ... 51
E. Teknik Klasifikasi Data ... 52
F. Teknik Analisis Data ... 53
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 55
BAB IV ANALISIS DATA ... 56
A. Aspek Gramatikal ... 56
1. Pengacuan (Reference)……….. 56
a. Pengacuan Persona ... 56
1) Pengacuan Persona Pertama Tunggal ... 57
2) Pengacuan Persona Pertama Jamak ... 57
3) Pengacuan Persona Ketiga Tunggal ... 57
4) Pengacuan Persona Ketiga Jamak ... 58
b. Pengacuan Demostratif ... 59
1) Pronomina Demonstratif Waktu ... 59
2) Pronomina Demonstratif Tempat ... 60
2. Penyulihan (Substitusion)... 60
a. Substitusi Verbal ... 61
b. Substitusi Frasal ... 61
c. Substitusi Klausal ... 62
3. Pelesapan (Ellipsis)... 63
4. Perangkaian (Conjunction)... 64
commit to user
xiii
1. Repetisi (Pengulangan) ... 66
a. Repetisi Epizeuksis ... 66
b. Repetisi Tautotes ... 66
c. Repetisi Anafora ... 67
d. Repetisi Epistrofa ... 67
2. Sinonimi (padan kata) ... 68
a. Sinonimi Kata dengan Kata ... 68
3. Antonimi (lawan kata) ... 69
a. Oposisi Mutlak ... 69
b. Oposisi Kutub ... 69
c. Oposisi Hubungan ... 70
d. Oposisi Hirarkial ... 70
e. Oposisi Majemuk ... 70
4. Kolokasi (sanding kata)... 71
5. Hiponimi (hubungan atas-bawah) ... 71
6. Ekuivalensi (kesepadanan bentuk)... 72
C. Kontekstual Wacana ... 76
BAB V PENUTUP ... 107
A. Simpulan ... 107
B. Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Pengacuan Persona ……… 22
Tabel 2 Demonstratif (Penunjukan) ………...…. 23
Tabel 3 Aspek Gramatikal ………. 75
commit to user
xv
DAFTAR TANDA
( … ) : Maksudnya ada kalimat sebelum atau sesudahnya yang
dihilangkan.
( . ) : Tanda titik
( , ) : Tanda koma
( : ) : Tanda titik dua
( ; ) : Tanda titik koma
( - ) : Tanda hubung
( ? ) : Tanda tanya
( ! ) : Tanda seru
( / ) : Garis miring
(“..”) : Tanda petik
(‘…’) : tanda petik tunggal
(( )) : Tanda kurung
commit to user
DAFTAR SINGKATAN
AC : Air Conditioner
e-KTP : Electronic Kartu Tanda Penduduk
HP : Handphone
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KB : Kata Benda
ICMI : Ikatan Cendekia Muslim Indonesia
PK : Penanda Kohesi
PT : Perguruan Tinggi
RS : Rubrik Suarapublika
RT : Rukun Tetangga
S : Subjek
SD : Sekolah Dasar
SK : Surat Kepegawaian
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SMU : Sekolah Menengah Umum
S1 : Sarjana
commit to user
xvii
ABSTRAK
Lina Azizah. C0205036. 2012. Kohesi Tekstual dan Kontekstual Rubrik
“Suarapublika” di Surat Kabar Republika. Skripsi : Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dikaji adalah (1) bagaimana kohesi tekstual pada rubrik
“Suarapublika” dalam surat kabar Republika, (2) bagaimana kontekstual wacana
yang terdapat pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kohesi tekstual pada
rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika, (2) mendeskripsikan
kontekstual wacana yang terdapat pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar
Republika.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis wacana. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat-kalimat, ataupun paragraf yang di dalamnya mengandung penanda kohesi tekstual (gramatikal dan leksikal) dan kontekstual. Data yang digunakan dalam penelitian berbentuk tertulis yang terdapat dalam sumber data yang berasal dari media cetak. Sumber
data dalam penelitian ini adalah rubrik “Suarapublika” pada surat kabar Republika
yang terbit pada bulan Juli sampai dengan September 2011. Populasi yang digunakan adalah keseluruhan pemakaian bahasa yang mengandung penanda kohesi tekstual dan kontekstual pada wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat
kabar Republika edisi bulan Juli sampai September 2011, sedangkan sampel
dalam penelitian ini adalah sebagian dari pemakaian bahasa yang mengandung penanda kohesi tekstual dan kontekstual pada wacana rubrik “Suarapublika”
dalam surat kabar Republika edisi bulan Juli sampai September 2011. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dengan teknik simak, catat, dan menggunakan teknik pustaka. Teknik klasifikasi dalam penelitian ini yakni diklasifikasikan berdasarkan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Teknik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan teknik distribusional dan teknik kontekstual. Teknik penyajian hasil analisis data yakni disajikan dengan teknik formal dan informal. Penyajian hasil analisis secara formal menggunakan tanda dan lambang, sedangkan penyajian hasil analisis secara informal menggunakan kata-kata yang menjelaskan hasil dari analisis data dalam penelitian ini.
Simpulan penelitian dari analisis yang dilakukan pada rubrik
“Suarapublika” dalam surat kabar Republika yaitu kohesi gramatikal yang
commit to user
KOHESI TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL RUBRIK “SUARAPUBLIKA”
DI SURAT KABAR REPUBLIKA
Lina Azizah1
Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum.2
ABSTRAK
2012. Permasalahan yang dikaji adalah (1) bagaimana kohesi tekstual pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika, (2) bagaimana kontekstual wacana yang terdapat pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kohesi tekstual pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika, (2) mendeskripsikan kontekstual wacana yang terdapat pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis wacana. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat-kalimat, ataupun paragraf yang di dalamnya mengandung penanda kohesi tekstual (gramatikal dan leksikal) dan kontekstual. Data yang digunakan dalam penelitian berbentuk tertulis yang terdapat dalam sumber data yang berasal dari media cetak. Sumber data dalam penelitian ini adalah rubrik “Suarapublika” pada surat kabar Republika yang terbit pada bulan Juli sampai dengan September 2011. Populasi yang digunakan adalah keseluruhan pemakaian bahasa yang mengandung penanda kohesi tekstual dan kontekstual pada wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika edisi bulan Juli sampai September 2011, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari pemakaian bahasa yang mengandung penanda kohesi tekstual dan kontekstual pada wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika edisi bulan Juli sampai September 2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan teknik simak, catat, dan menggunakan teknik
1
Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dengan NIM C0205036
2
Dosen Pembimbing
pustaka. Teknik klasifikasi dalam penelitian ini yakni diklasifikasikan berdasarkan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Teknik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan teknik distribusional dan teknik kontekstual. Teknik penyajian hasil analisis data yakni disajikan dengan teknik formal dan informal. Penyajian hasil analisis secara formal menggunakan tanda dan lambang, sedangkan penyajian hasil analisis secara informal menggunakan kata-kata yang menjelaskan hasil dari analisis data dalam penelitian ini.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memegang peranan penting sebagai alat komunikasi. Manusia akan
mengalami kesulitan berkomunikasi tanpa adanya bahasa. Hal ini karena manusia
sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam melangsungkan hidupnya.
Dalam memenuhi kebutuhan untuk berkomunikasi, manusia membutuhkan
sarana. Sarana itu digunakan untuk mengungkapkan ide, gagasan, maksud, dan
sebagainya. Sarana komunikasi tersebut berupa bahasa yang sangat efektif
fungsinya dalam proses komunikasi. Dengan demikian, bahasa merupakan sarana
komunikasi yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhannya
berkomunikasi (Sumarlam, dkk., 2003:1).
Pemanfaatan potensi bahasa sebagai alat komunikasi dapat dilihat dari
berbagai aspek kehidupan, misalnya di bidang pendidikan, politik, hukum,
ekonomi dan bidang lainnya. Bahasa sebagai sarana utama untuk berkomunikasi
dalam masyarakat dapat berbentuk lisan maupun tertulis. Berkaitan dengan fungsi
bahasa, Gorys Keraf (1984:4) mengatakan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi
yang merupakan saluran maksud seseorang, melahirkan perasaan seseorang, dan
memungkinkan menciptakan kerjasama dengan warga. Komunikasi dengan media
bahasa dapat dibedakan menjadi komunikasi lisan dan tulis. Komunikasi lisan
dengan menggunakan mulut sebagai alat komunikasi, sedangkan komunikasi tulis
menggunakan media tulis seperti buku, majalah, tabloid, surat kabar, dan
commit to user
Surat kabar merupakan salah satu jenis media massa cetak yang berfungsi
menyampaikan informasi yang berbentuk tulis. Dalam KBBI (2005:1109)
pengertian surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas bertuliskan berita. Di
dalam surat kabar terdapat berbagai rubrik. Rubrik adalah kepala karangan (ruang
tetap) di dalam surat kabar, majalah, tabloid, dan lain-lain (KBBI, 2005:965).
Menurut Ardianta Elvinaro dan Lukianti Komala Erdinaya (2004:98), media
massa secara kontemporer memiliki tiga fungsi utama dan sekunder. Fungsi utama
media massa adalah menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang
apa yang terjadi dalam suatu komunitas, mengomentari berita yang disampaikan
dan mengembangkannya ke dalam fokus berita, menyediakan keperluan informasi
bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di
media, sedangkan fungsi sekunder media massa adalah memberikan hiburan
kepada pembaca dengan sajian-sajian khusus, melayani pembaca sebagai konselor
yang ramah dengan menjadi agen informasi dan perjuangan hak. Selain itu juga
untuk kampanye proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan yang diperlukan
sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu.
Berkaitan dengan fungsi media cetak, surat kabar Republika juga memiliki
arah dan tujuan tersendiri. Surat kabar Republika merupakan salah satu surat
kabar nasional yang memuat berbagai berita dan informasi yang tersebar di
berbagai daerah di seluruh Nusantara. Surat kabar ini diterbitkan oleh kalangan
muslim. Diterbitkan sejak tanggal 4 Januari 1993 dan dipelopori oleh Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia atau ICMI.
Totok Djuroto (2000:67) mengemukakan bahwa penerbitan pers khususnya
menampung pendapat atau pandangan (opini). Opini dalam penerbitan pers dibagi
menjadi dua jenis yaitu opini penerbit (desk opinion) dan pendapat umum (public
opinion). Wujud opini penerbit (desk opinion) ditulis dalam beberapa bentuk,
seperti tajuk rencana, pojok, dan karikatur. Wujud pendapat umum (public
opinion) biasanya disajikan dalam tiga bentuk, yaitu komentar, artikel, dan surat
pembaca. Salah satu wujud opini yang akan dipilih untuk diteliti adalah pendapat
umum (public opinion), yaitu surat pembaca.
Surat pembaca adalah opini singkat yang ditulis oleh pembaca dan dimuat
dalam rubrik khusus surat pembaca. Hampir semua media massa memberi rubrik
yang tujuannya membuka kesempatan kepada masyarakat luas untuk
menyampaikan sikap, kritik, dan pendapat tentang pelbagai hal yang bersifat
individual maupun kelompok yang menyangkut pengalaman pribadi maupun yang
berkaitan dengan kepentingan umum. Rubrik surat pembaca sebagai alat bagi
media untuk menjalin interaksi dengan pembacanya dan membantu memberi
ruang publik yang memungkinkan sesama anggota masyarakatnya saling
berinteraksi. Rubrik ini juga sering dipakai untuk mengukur tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap medianya. Semakin banyak anggota masyarakat yang terlibat
dalam rubrik tersebut menunjukkan adanya respon pembaca dan tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap media itu mempunyai pengaruh yang besar
dalam kehidupan sosial.
Setiap media menyediakan rubrik surat pembaca dengan nama dan bentuk
yang bermacam-macam, misalnya surat kabar Republika menamakan rubriknya
commit to user
sebagainya sesuai dengan kekhasan masing-masing suatu media. Semua nama lain
dari surat pembaca tersebut mempunyai maksud tertentu. Kata “Suarapublika’
misalnya dimaksudkan sebagai layanan publik dari redaksi kepada masyarakat
untuk memberikan suaranya mengenai keluhan, kritik, saran, maupun pengaduan
kepada pihak tertentu yang dituangkan dalam bentuk tulisan, kemudian dikirim ke
pihak redaksi selanjutnya diseleksi oleh pihak redaksi untuk dipublikasikan.
Rubrik “Suarapublika” ini hadir setiap hari Senin sampai Sabtu, kecuali hari
libur nasional tidak terbit. Rubrik ini berisi suatu peristiwa, kejadian yang sedang
terjadi atau telah terjadi di dalam suatu masyarakat di berbagai daerah dan
memuat berbagai informasi. Selain itu, juga berisi saran, kritik, keluhan,
pengaduan konsumen dan tanggapan dari berbagai pihak, lembaga, maupun
instansi yang bersangkutan. Penulis dalam rubrik “Suarapublika” ini terbuka bagi
seluruh pembaca atau masyarakat di manapun berada. Dalam hal ini, pembaca
adalah selaku pengirim informasi, peristiwa atau kejadian yang dialami oleh yang
bersangkutan. Penyampaian informasi atau berita dalam rubrik “Suarapublika” ini
adalah salah satu bentuk penyampaian ide, gagasan, dan keinginan-kenginan
pembaca (pengirim informasi) mengenai suatu kejadian atau peristiwa yang
sedang atau telah berlangsung di dalam suatu masyarakat untuk diketahui oleh
masyarakat. Penulis dalam rubrik ini juga mencantumkan identitas nama dan
alamat lengkap di bagian bawah tulisannya. Rubrik ini ditulis berdasarkan realitas
atau kejadian yang pernah dialami penulisnya sehingga dapat diketahui
masyarakat dan diharapkan adanya tanggapan dari pihak-pihak yang
Wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika ini disusun
dengan kalimat-kalimat yang memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang
lainnya. Keterkaitan itu berupa bentuk (form) dan makna (meaning). Hal ini dapat
terjadi karena ada satu kalimat dikembangkan dan dijelaskan oleh kalimat lainnya
pada wacana rubrik “Suarapublika” yang penting untuk dideskripsikan.
Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada
wacana media tulis, yaitu pada wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar
Republika. Penulis meneliti dari segi kohesi tekstual dan kontekstual. Dari segi
kohesi tekstual meliputi aspek gramatikal dan leksikal, sedangkan dari segi
kontekstual meliputi penafsiran personal, penafsiran lokasional, penafsiran
temporal, prinsip analogi, dan inferensi. Penulis sangat tertarik dengan masalah
tersebut karena penelitian di bidang wacana sangat mendapat perhatian dari
peneliti ilmu bahasa.
Dalam memahami suatu wacana, diperlukan pemahaman yang mendalam
baik itu dari teks bahasa maupun konteks eksternal yang melingkupinya. Hal ini
bertujuan agar pembaca dapat memahami isi wacana secara keseluruhan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
wacana pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika sebagai objek
kajian dari segi kohesi tekstual dan kontekstual.
B. Pembatasan Masalah
Dalam suatu penelitian perlu adanya pembatasan masalah, tujuannya agar
commit to user
Ruang lingkup penelitian ini penulis batasi pada kajian wacana dengan
menggunakan tinjauan kohesi tekstual dan kontekstual wacana. Objek penelitian
ini adalah wacana “Suarapublika” yang diambil dari surat kabar Republika edisi
bulan Juli sampai September 2011. Wacana “Suarapublika” akan dikaji dari segi
kohesi tekstual yang meliputi aspek gramatikal dan aspek leksikal, sedangkan dari
segi kontekstual wacana dikaji prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran
lokasional, prinsip penafsiran temporal, prinsip analogi, dan inferensi.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah-masalah yang akan
diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kohesi tekstual pada rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar
Republika?
2. Bagaimana kontekstual wacana yang terdapat pada rubrik “Suarapublika”
dalam surat kabar Republika?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan suatu penelitian ialah memecahkan masalah. Hal itu dilakukan
dengan jalan menyimpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan mengarah
pada upaya untuk memakai atau menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan
tersebut. Adapun tujuan penelitian mengenai wacana rubrik “Suarapublika” dalam
surat kabar Republika adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan kohesi tekstual pada rubrik “Suarapublika” dalam surat
2. Mendeskripsikan kontekstual wacana yang terdapat pada rubrik
“Suarapublika” dalam surat kabar Republika.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar dapat memberi manfaat, baik manfaat teoretis
maupun manfaat praktis. Edi Subroto mengatakan bahwa perumusan manfaat
penelitian sering diperlukan dan biasanya juga dikaitkan dengan masalah yang
bersifat praktis (1992:91). Hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat memberi
pemecahan yang bersifat praktis selain memberikan sumbangan ke arah
pengembangan ilmu.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis adalah manfaat yang berkenaan dengan pengembangan
ilmu pengetahuan. Manfaat teoretis dalam penelitian ini antara lain :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu linguistik, khususnya disiplin ilmu wacana.
2. Memperluas wawasan mengenai ilmu kebahasaan, khususnya
mengenai kajian kohesi tekstual dan kontekstual dalam wacana.
2. Manfaat Praktis
Manfaat penelitian sering kali dikaitkan dengan masalah yang sifatnya
praktis. Manfaat praktis penelitian ini antara lain :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengetahuan kepada berbagai pihak, antara lain pembaca rubrik
commit to user
2. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca dalam memahami isi
wacana “Suarapublika”dalam surat kabar Republika.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penguraian di dalam suatu penelitian, maka
diperlukan sistematika penulisan. Sistematika penulisan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Bab pertama memuat pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab kedua adalah kajian pustaka dan kerangka pikir, bab ini menyajikan
studi terdahulu yang pernah dilakukan dalam suatu penelitian dan membahas
tentang beberapa teori yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji, antara
lain tinjauan studi terdahulu, pengertian wacana, jenis-jenis wacana, kohesi
tekstual yang meliputi aspek gramatikal dan aspek leksikal, kontekstual wacana
yang terdiri dari prinsip penafsiran personal, prinsip lokasional, prinsip penafsiran
temporal, prinsip analogi, dan inferensi serta menyajikan kerangka pikir wacana
rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika.
Bab ketiga berupa metode penelitian, yaitu berisi mengenai jenis penelitian,
data dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik
klasifikasi data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data.
Bab keempat merupakan analisis data, bab ini menguraikan analisis
Bab kelima adalah penutup, berisi simpulan dan saran. Simpulan yaitu
simpulan akhir dari hasil penelitian, sedangkan saran merupakan saran dari
penulis dengan hasil penelitian ini sekaligus harapan yang lebih baik lagi bagi
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Studi Terdahulu
Beberapa studi terdahulu yang penulis temukan dan masih relevan dengan
penelitian ini disajikan sebagai berikut :
Dwi Ika Fatimah (2000) dalam skripsinya yang berjudul Penanda Kohesi
Antarkalimat dalam Wacana Jurnalistik Berita Olahraga tabloid Bola, membahas
kohesi yang terdapat dalam wacana jurnalistik berita olahraga tabloid Bola,
menjelaskan ciri khusus wacana jurnalistik berita olahraga tabloid Bola yang
dilihat dari penanda kohesi dan mendeskripsikan penanda hubungan tipe yang
paling sering digunakan dalam wacana jurnalitik berita olaharaga tabloid Bola.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kepaduan informasi dari wacana
jurnalistik berita olahraga tabloid Bola ditandai dengan hadirnya penanda kohesi
gramatikal dan penanda kohesi leksikal. Penanda kohesi gramatikal meliputi
penunjukan, penggantian, pelesapan atau penghilangan, dan perangkaian,
sedangkan penanda kohesi leksikal meliputi pengulangan, sinonimi, antonimi,
hiponimi, kolokasi, ekuivalensi serta kata generik dan non-generik.
Skripsi Ristyaningtyas Maharani (2005) yang berjudul Penanda Kohesi
Gramatikal dan Leksikal dalam Wacana “Santapan” pada surat kabar Wawasan,
mendeskripsikan kepaduan wacana “Santapan” dilihat dari kohesi gramatikal dan
leksikal, serta tingkat kekohesifan dalam wacana “Santapan”. Dari hasil analisis
data diambil beberapa simpulan bahwa kepaduan wacana “Santapan” terjalin
melalui dua penanda kohesi, yaitu PK gramatikal yang terdiri dari (1) PK referensi
yang terbagi menjadi dua, yaitu PK referensi demonstratif dan persona yang
kesemuanya bersifat anafora, (2) PK substitusi yang ditandai adanya bentuk yang
berkedudukan sebagai pengganti “pengganti” yang terdapat pada bagian S dan
bentuk yang berkedudukan sebagai “terganti” yang terdapat pada bagian KB, (3)
PK ellipsis ditandai adanya unsur yang ditandai dengan symbol Φ (zero), (4) PK
konjungsi ditandai oleh hadirnya kata penghubung yang menghubungkan
kalimat-kalimat antara bagian KB dengan S dan PK leksikal yang terdiri dari (1) PK
repetisi yang terdiri dari tiga macam repetisi, yaitu pengulangan penuh dengan
perubahan bentuk dan sebagian, (2) PK sinonim yang ditandai oleh hadirnya kata
atau frasa yang memiliki kesamaan atau kemiripan, (3) PK antonimi yang ditandai
oleh kata-kata yang menunjukkan oposisi makna berlawanan. PK antonim dalam
wacana ini ada dua, yaitu oposisi mutlak dan oposisi kutub, (4) PK kolokasi yang
ditandai oleh adanya kata-kata yang “bersanding” atau dalam asosiasi yang sama,
dan (5) PK homonim ditandai oleh hadirnya kata-kata yang “memayungi” kata
yang lain atau kata yang menjadi superordinat dari kata-kata yang lain. Selain itu,
wacana yang kohesif dan koheren merupakan wacana yang paling banyak
digunakan dalam wacana “Santapan”, jika dibandingkan dengan wacana yang
kohesif tetapi tidak koheren.
Skripsi Anung Nugroho (2008) yang berjudul Keterpaduan Wacana Politik
pada Rubrik “Opini” surat kabar Kompas, memaparkan aspek kohesi gramatikal
dan leksikal yang membangun keterpaduan wacana opini politik pada rubrik opini
surat kabar Kompas. Hasil analisisnya dapat disimpulkan beberapa hal : (1)
commit to user
yang meliputi pengacuan pronomina III tunggal, pengacuan pronomina III jamak,
dan pengacuan komparatif ; penyulihan (substitusi) yang meliputi substitusi
nominal, substitusi frasal, substitusi klausal, dan substitusi dengan penyebutan
ulang secara definit ; pelesapan (elipsis) yang meliputi pelesapan berupa kata,
pelesapan frasa, dan pelesapan klausa ; perangkaian (konjungsi) yang meliputi
konjungsi sebab-akibat, konjungsi pertentangan, konjungsi konsesif, konjungsi
penambahan (aditif), konjungsi harapan (optatif), konjungsi perlawanan,
konjungsi syarat, konjungsi parafrase, konjungsi cara, konjungsi ketidakserasian,
konjungsi ringkasan dan simpulan, konjungsi misalan atau contoh, konjungsi
tegasan, konjungsi jelasan, konjungsi tujuan, dan konjungsi keragu-raguan. (2)
Aspek-aspek leksikal yang dimanfaatkan untuk membangun keterpaduan wacana
politik pada rubrik opini Kompas adalah sebagai berikut : repetisi (pengulangan)
dibedakan atas repetisi epizeuksis, repetisi anafora, repetisi epistrofa, dan repetisi
mesodiplosis ; sinonimi (padan kata) terdiri atas sinonimi kata dengan kata,
sinonimi kata dengan frasa atau sebaliknya, sinonimi frasa dengan frasa, dan
sinonimi klausa/kalimat dengan klausa/kalimat ; antonimi (lawan kata) meliputi
oposisi mutlak dan oposisi kutub ; kolokasi (sanding kata) ; hiponim (hubungan
atas-bawah) ; dan ekuivalensi.
Indro Febiyanto (2009) dalam skripsinya yang berjudul Aspek Gramatikal
dan Leksikal pada Wacana “Tajuk Rencana” surat kabar Kompas, membahas
aspek gramatikal dan leksikal pada wacana “Tajuk Rencana” surat kabar Kompas.
Selain itu, juga menunjukkan frekuensi tipe aspek gramatikal dan aspek leksikal
yang terdapat pada wacana “Tajuk Rencana” pada surat kabar Kompas.
pada surat kabar Kompas, terjalin hubungan adanya aspek gramatikal dan aspek
leksikal sehingga makna yang dihasilkan dari perpaduan tersebut dapat dipahami
oleh pembaca. Aspek gramatikal terdiri atas pengacuan (referensi), penyulihan
(substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Aspek leksikal
terdiri atas repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi (lawan kata),
dan hiponimi (hubungan atas bawah). Dalam penelitian ini ditunjukkan sejumlah
aspek gramatikal dan leksikal yang menghubungkan kalimat-kalimat dan
sejumlah tabel.
Sigit Kurniawan (2009) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kohesi
dalam Wacana Rubrik “Pos Pembaca” surat kabar Solopos, mendeskripsikan
penanda-penanda kohesi gramatikal dan leksikal dalam wacana rubrik “Pos
Pembaca” surat kabar Solopos, serta mendeskripsikan ciri khusus wacana rubrik
“Pos Pembaca” surat kabar Solopos yang dilihat dari penanda kohesi. Hasil
analisis datanya menyimpulkan bahwa penanda kohesi gramatikal yang berperan
dalam wacana rubrik “Pos Pembaca” surat kabar Solopos adalah referensi
(pengacuan), substitusi (penyulihan), ellipsis (pelesapan), dan konjungsi
(perangkaian), sedangkan yang termasuk penanda kohesi leksikal adalah repetisi
(pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi(lawan kata), hiponimi(hubungan
atas bawah), kolokasi (sanding kata), dan ekuivalensi (kesepadanan). Wacana
rubrik “Pos Pembaca” surat kabar Soloposrata-rata terdiri atas 6 sampai 9 kalimat
yang menyusunnya. Kalimat tersebut sering disertai dengan penanda penyulihan
yang menggantikan unsur di depannya. Kalimat yang menyusun wacana juga
commit to user
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan tersebut di atas berfungsi
sebagai acuan bagi penulis dan digunakan sebagai pembanding penanda wacana
yang berbeda ragamnya. Penelitian yang dilakukan penulis kali ini mempunyai
persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan
tersebut mengenai sumber datanya yakni berasal dari surat kabar Republika.
Persamaan dalam penelitian ini terletak pada penggunaan media massa cetak
berupa wacana tulis.
Berdasarkan penelitian yang telah ada, menunjukkan bahwa penelitian
tentang Kohesi Tekstual dan Kontekstual rubrik “Suarapublika” di surat
kabar Republikabelum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, penulis merasa tertarik
untuk meneliti wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republikadengan
pertimbangan sebagai berikut: (1) Surat kabar Repubika merupakan salah satu
surat kabar nasional, (2) Rubrik “Suarapublika” ini ditulis oleh seseorang (bukan
pihak redaksi), dalam hal ini pembaca selaku pengirim informasi, peristiwa atau
kejadian yang dialami oleh yang bersangkutan sehingga dapat diketahui
masyarakat yang membaca rubrik ini, (3) Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui keutuhan wacana rubrik “Suarapublika” dalam surat kabar Republika.
Selain itu juga mendeskripsikan kontekstual wacana yang meliputi penafsiran
B. Landasan Teori 1. Pengertian Wacana
Para ahli bahasa pada umumnya berpendapat sama tentang wacana dalam
hal satuan bahasa yang terlengkap, tetapi cara penyampaiannya saja yang berbeda.
Menurut Mulyana (2005:1) wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif
paling kompleks dan paling lengkap. Sebagai objek kajian dan penelitian
kebahasaan, wacana dapat ditelusuri dari berbagai segi. Di samping itu,
aspek-aspek yang terkandung di dalamnya menyuguhkan jenis kajian yang sangat
beragam. Wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam
(internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal
kebahasaan, sedangkan unsur eksternal berkenaan dengan hal-hal di luar wacana
itu sendiri. Dalam batasan tersebut, Mulyana (2005:25-26) tidak sekedar
memberikan definisi apa itu wacana, tetapi juga menjelaskan bahwa wacana yang
mengandung aspek-aspek terpadu dan menyatu (kohesif dan koheren). Kedua
unsur tersebut membentuk satu kepaduan dalam suatu struktur yang utuh dan
lengkap.
Sejalan dengan hal tersebut, Abdul Chaer (1994:267) menjelaskan wacana
adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana dikatakan lengkap
karena di dalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran, ide yang utuh, yang bisa
dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau oleh pendengar (dalam wacana
lisan) tanpa keraguan apapun. Wacana dikatakan tertinggi atau terbesar karena
commit to user
(kohesi dan koherensi). Wacana yang memenuhi persyaratan tersebut merupakan
wacana yang benar dan apik.
Harimurti Kridalaksana (2001:23) juga mengemukakan pendapatnya bahwa
wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal merupakan
satuan tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan
utuh (novel, buku, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa
amanat yang lengkap. Henry Guntur Tarigan (1987:27) menyatakan bahwa
wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas
kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan
yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis.
Menurut Fatimah Djajasudarma (1994:2), perbedaan wacana terletak pada
wacana sebagai unsur gramatikal tertinggi yang direalisasikan dalam bentuk
karangan yang utuh dengan amanat lengkap dengan koherensi dan kohesi. Pada
dasarnya, wacana yang utuh harus mempertimbangkan dari segi isi (informasi)
yang koheren, sedangkan kohesif dipertimbangkan dari keruntutan unsur
pendukung (bentuk). Selanjutnya Samsuri (1988:1) berpendapat bahwa wacana
ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi. Komunikasi
dapat menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulis. Apa pun bentuknya, wacana
mengasumsikan adanya penyapa dan pesapa. Dalam wacana lisan, penyapa adalah
pembicara, sedangkan pesapa adalah pendengar. Dalam wacana tulis, penyapa
adalah penulis sedangkan pesapa adalah pembaca.
Adapun definisi wacana menurut Sumarlam (2003:15) adalah satuan bahasa
terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, kotbah, dan
tertulis yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif,
saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren
terpadu.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-3), wacana mempunyai
pengertian sebagai berikut :
a) Komunikasi verbal ; percakapan
b) Keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan
c) Satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan
atau laporan utuh seperti novel, buku, artikel, pidato atau khotbah
d) Kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis ; kemampuan
atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat.
e) Pertukaran ide secara verbal (Tim Penyusun, 2005:1265).
2. Jenis-jenis Wacana
Menurut Sumarlam (2003:15), wacana diklasifikasikan menjadi berbagai
jenis menurut dasar pengklasifikasiannya. Misalnya berdasarkan bahasa yang
dipakai sebagai sarana mengungkapkannya, media yang digunakan untuk
mengungkapkan, jenis pemakaian, bentuk, serta cara dan tujuan pemaparannya.
Adapun klasifikasi jenis-jenis wacana tersebut adalah sebagai berikut :
a) Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana mengungkapkannya,
wacana dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Wacana bahasa nasional (Indonesia)
2) Wacana bahasa lokal atau daerah (misalnya: bahasa Jawa)
commit to user
4) Wacana bahasa lainnya, seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis,
dan sebagainya.
b) Berdasarkan media yang digunakannya, maka wacana dapat dibedakan
atas :
1) Wacana tulis merupakan wacana yang disampaikan dengan
bahasa tulis melalui media tulis. Untuk dapat menerima atau
memahami wacana tulis, maka sang penerima atau pesapa harus
membacanya. Di dalam wacana tulis terjadi komunikasi secara
tidak langsung antara penulis dan pembaca.
2) Wacana lisan yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa
lisan atau media lisan. Untuk dapat menerima dan memahami
wacana lisan, maka sang penerima atau pesapa harus menyimak
atau mendengarkannya. Di dalam wacana lisan terjadi
komunikasi secara langsung antara pembicara dengan
pendengarnya.
c) Berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya, wacana dapat dibedakan
menjadi wacana monolog dan wacana dialog.
1) Wacana monolog yaitu wacana yang disampaikan oleh seorang
diri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi secara
langsung.
2) Wacana dialog yaitu wacana yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih secara langsung.
1) Wacana prosa yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk
prosa.
2) Wacana puisi yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi.
3) Wacana drama yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk
drama maupun dialog, baik berupa wacana tulis maupun wacana
lisan.
e) Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya, pada umumnya wacana
diklasifikasikan menjadi lima macam antara lain :
1) Wacana narasi atau wacana penceritaan merupakan wacana yang
mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama
atau ketiga dalam waktu tertentu. Wacana narasi ini berorientasi
pada pelaku dan seluruh bagiannya diikat secara kronologis.
2) Wacana deskripsi yaitu wacana yang bertujuan melukiskan,
menggambarkan atau memerikan sesuatu menurut apa adanya.
3) Wacana eksposisi atau wacana pembeberan yaitu wacana yang
tidak mementingkan waktu dan pelaku.
4) Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi ide atau gagasan
yang dilengkapi dengan data-data sebagai bukti yang bertujuan
meyakinkan pembaca akan kebenaran ide atau gagasannya.
5) Wacana persuasi ialah wacana yang isinya bersifat ajakan atau
nasihat, biasanya ringkas dan menarik, serta bertujuan untuk
mempengaruhi secara kuat pada pembaca atau pendengar agar
commit to user
3. Kohesi Tekstual
Analisis wacana kohesi tekstual adalah wacana yang bertumpu secara
internal pada teks yang dikaji. Menurut Sumarlan (2006:23), analisis kohesi
tekstual meliputi aspek gramatikal dan aspek leksikal.
a. Aspek Gramatikal
Piranti wacana yang biasa digunakan untuk mendukung kepaduan
wacana dari segi aspek gramatikal meliputi pengacuan (reference),
penyulihan (substitusion), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian
(conjunction).
1) Pengacuan (reference)
Pengacuan (reference) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal
yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual
yang lain yang mendahuluinya atau mengikutinya. Jenis pengacuan
dalam aspek gramatikal, diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu
pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan
komparatif.
a) Pengacuan Persona
Pengacuan persona direalisasikan melalui pronomina persona
(kata ganti orang) yang meliputi persona pertama, persona kedua,
dan persona ketiga, baik itu tunggal maupun jamak. Dapat berupa
bentuk bebas (morfem bebas) dan ada pula yang terikat (morfem
terikat). Yang berupa terikat, ada yang melekat disebelah kiri atau
Berikut ini salah satu contoh pengacuan persona :
”Pak RT, saya terpaksa minta berhenti”, kata Basuki bendaharaku yang pandai mencari uang itu.
(Sumarlam, dkk., 2003:24)
Tuturan di atas terdapat pronomina persona I tunggal bebas saya
mengacu pada unsur lain yang berada di dalam tuturan yang disebutkan
kemudian, yaitu Basuki (orang yang menuturkan tuturan itu). Dengan
ciri-ciri yang disebutkan tadi, maka saya merupakan jenis kohesi
gramatikal pengacuan endofora (karena acuannya berada di dalam teks),
yang bersifat kataforis (karena acuannya disebutkan kemudian atau
antesedennya berada di sebelah kanan) melalui satuan lingual berupa
pronomina persona I tunggal bentuk bebas. Sementara itu, -ku pada
bendaharakupada tuturan yang sama mengacu pada Pak RT yang telah
disebutkan terdahulu atau yang antesedennya berada di sebelah kiri.
Satuan lingual –ku merupakan pronomina persona I tunggal bentuk
terikat lekat kanan. Dengan ciri-ciri semacam itu, maka –kuadalah jenis
kohesi gramatikal pengacuan endofora yang anaforis melalui pronomina
commit to user
Tabel 1 Pengacuan Persona PENGACUAN PERSONA
I II III
Tunggal Jamak Tunggal Jamak Tunggal Jamak
aku,
Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat dibedakan
menjadi pronomina demonstratif waktu dan pronomina demonstratif
tempat. Contohnya berikut ini :
Setiap malam, kurang lebih jam dua malam, ibuku selalu melakukan shalat tahajud, memohon kepada Allah agar saya segera lulus dan mendapatkan pekerjaan.
Pada tuturan di atas, satuan lingual setiap malam merupakan
pengacuan waktu netral karena tidak menunjuk pada waktu lampau saja,
waktu kini saja, atau waktu yang akan datang saja, melainkan menunjuk
waktu setiap malam kurang lebih jam dua malam pada setiap malam.
Tabel 2
Pengacuan komparatif (perbandingan) merupakan salah satu jenis
kohesi gramatikal yang membandingkan dua hal atau lebih yang
mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk atau wujud, sikap,
sifat, watak, perilaku, dan lain-lain. Kata-kata yang biasanya digunakan
untuk membandingkan, antara lain : bagai, bagaikan, seperti, laksana,
tidak berbeda dengan, persis seperti, sama dengan. Contohnya berikut
ini:
commit to user
Pada tuturan di atas, satuan lingual tidak berbeda denganmerupakan
pengacuan komparatif yang berfungsi membandingkan antara
kecantikan, keramahan, dan kelembutan Nita dengan ciri-ciri atau
sifat-sifat yang sama yang dimiliki oleh ibunya.
Pengacuan berdasarkan tempatnya, dibedakan menjadi dua jenis
yakni pengacuan endofora atau acuannya terdapat di dalam teks wacana
dan pengacuan eksofora atau acuannya terdapat di luar teks wacana.
Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuannya dibedakan lagi
menjadi dua, yaitu pengacuan anaforis dan pengacuan kataforis.
2) Penyulihan (substitusion)
Penyulihan (substitusion) adalah salah satu kohesi gramatikal yang
berupa penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang
lain. Dilihat dari segi satuan lingualnya, substitusi dibedakan menjadi
substitusi nominal (kata benda), verbal (kata kerja), frasal, klausal.
(Sumarlam, dkk., 2003:28)
a) Substitusi Nominal
Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang
berkategori nomina (kata benda) dengan satuan lain yang
berkategori nomina. Contohnya berikut ini :
Agus sekarang sudah berhasil mendapatkan gelar Sarjana Sastra. Titel kesarjanaan itu akan digunakan untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa melalui sastranya.
(Sumarlam, dkk., 2003:28)
Pada contoh di atas, satuan lingual nomina gelaryang telah
disebutkan sebelumnya digantikan oleh satuan lingual nomina
b) Substitusi Verbal
Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang
berkategori verba (kata kerja) dengan satuan lingual lainnya
yang juga berkategori verba. Contohnya berikut ini :
Kita kadang berusaha dengan sepenuh hati, padahal kita mau berikhtiar dengan sungguh-sungguh tentu akan menjadi lebih baik hasilnya.
(Sumarlam, dkk., 2003:29)
Pada contoh di atas, tampak adanya penggantian satuan
lingual berkategori verba berusaha digantikan dengan verba
berikhtiar.
c) Substitusi Frasal
Substitusi frasa adalah penggantian satuan lingual tertentu
yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang
berupa frasa. Contohnya berikut ini :
Akutidak mau meneruskan pertanyaanku, Ibukujuga tidak berbicara. Dua orangsama-sama diam.
(Sumarlam, dkk., 2003:29)
Pada contoh di atas, kata aku pada kalimat pertama dan
ibuku pada kalimat kedua disubstitusi dengan frasa dua orang
pada kalimat ketiga.
d) Substitusi Klausal
Substitusi klausal adalah penggantian satuan lingual
tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan lingual
commit to user
disebabkan oleh kenyataan bahwa orang-orang itu banyak yang tidak sukses seperti Anang”.
T : Tampaknya memang begitu”.
(Sumarlam, dkk., 2003:30)
Pada percakapan di atas, terdapat substitusi klausal yaitu
tuturan yang berupa satuan lingual klausa atau kalimat itu
disubstitusi oleh satuan lingual lain pada tuturan T yang berupa
begitu. Atau sebaliknya, kata begitu pada tuturan T
menggantikan klausa atau kalimat pada tuturan S.
Setelah dicermati contoh-contoh kohesi gramatikal melalui
penyulihan atau substitusi, baik nominal, verbal, frasal maupun klausal,
maka substitusi tersebut saling mendukung kepaduan wacana juga
mempunyai fungsi lain yang sangat penting. Dalam hal ini, penggantian
satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana itu
berfungsi untuk (1) menghadirkan variasi bentuk, (2) menciptakan
dinamisasi narasi, (3) menghilangkan kemonotonan, dan (4) memperoleh
unsur pembeda (Sumarlam, dkk., 2003:30).
3) Pelesapan (ellipsis)
Pelesapan (ellipsis) adalah salah satu kohesi gramatikal yang
berupa penghilangan unsur tertentu yang telah disebutkan. Unsur yang
dilesapkan bisa berupa kata, frase, klausa atau kalimat. Adapun fungsi
pelesapan dalam wacana antara lain ialah untuk (1) menghasilkan
kalimat yang efektif (untuk efektifitas kalimat), (2) efisiensi yaitu untuk
mencapai nilai ekonomis dalam pemakaian bahasa, (3) mencapai aspek
kepaduan wacana, (4) bagi pembaca atau pendengar berfungsi untuk
satuan bahasa, dan (5) untuk kepraktisan berbahasa terutama dalam
berkomunikasi secara lisan.
Contohnya berikut ini :
Joko : Saya pernah melihat ada kambing berkepala kera di Ginza dekat Matahari Singosaren.
Galih : Saya juga pernah.
(Sumarlam, dkk., 2003:31)
Pada tuturan di atas terdapat pelesapan. Satuan lingual yang
dilesapkan berupa klausa yang terdiri atas predikat (melihat), objek
(kambing berkepala kera), dan keterangan tempat (di Ginza dekat
Matahari Singosaren. Dalam hal ini, demi keefektifan kalimat,
kepraktisan, dan efisien bahasa serta mengaktifkan pemikiran mitra
bicara terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam tuturan, maka
perlu dilakukan pelesapan (dalam hal ini pelesapan klausa terjadi pada
tuturan Galih).
4) Perangkaian (conjunction)
Perangkaian (conjunction) adalah salah satu jenis kohesi
gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu
dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkai bisa
berwujud kata, frase, klausa, kalimat, alinea, dan pembicaraan.
Makna perangkaian beserta konjungsi dapat dikemukakan di sini
antara lain :
(1) sebab-akibat : sebab, karena, maka, makanya
(2) pertentangan : tetapi, namun
commit to user
(5) konsesif : walaupun, meskipun
(6) tujuan : agar, supaya
(7) penambahan (aditif) : dan, juga, serta
(8) pilihan (alternatif) : atau, apa
(9) harapan (optatif) : moga-moga, semoga
(10) urutan (sekuensial) : lalu, terus, kemudian
(11) perlawanan : sebaliknya
(12) waktu : setelah, sesudah, usai, selesai
(13) syarat : apabila, jika (demikian)
(14) cara : dengan (cara) begitu
(15) makna lainnya : (yang ditemukan dalam tuturan)
Contoh penggunaan konjungsi terdapat dalam tuturan di bawah ini :
Peristiwa kerusuhan dan pembakaran gedung-gedung di Solo waktu itu sangat meresahkan masyarakat Solo. Semoga saja dengan peristiwa tersebut masyarakat Solo dapat lebih mawas diri.
(Sumarlam, dkk., 2003:33)
Konjungsi semoga pada contoh di atas menyatakan makna
harapan, yaitu dengan terjadinya peristiwa kerusuhan dan pembakaran
gedung-gedung di Solo yang sangat meresahkan masyarakat itu,
mudah-mudahan menjadikan masyarakat Solo mau berintrospeksi (mawas diri).
b. Aspek Leksikal
Kepaduan wacana selain didukung oleh aspek gramatikal atau kohesi
gramatikal juga didukung oleh aspek leksikal atau kohesi leksikal. Kohesi
leksikal ialah hubungan antar unsur dalam wacana secara semantis. Dalam
hal ini, untuk menghasilkan wacana yang padu pembicara atau penulis dapat
kewacanaan yang dimaksud. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar
aspek leksikal dengan pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan
makna atau relasi semantik antara satuan lingual yang satu dengan satuan
lingual yang lain dalam wacana (Sumarlam, dkk., 2003:35)
Aspek leksikal dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu :
1) Repetisi (pengulangan)
Repetisi (pengulangan) adalah pengulangan satuan lingual berupa
bunyi, suku kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk
memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi dibedakan
menjadi delapan macam, yaitu repetisi epizeuksis, tautotes, anafora,
epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis.
a) Repetisi Epizeuksis
Repetisi epizeuksis ialah pengulangan satuan lingual
(kata/frasa) yang dipentingkan beberapa kali secara berturut
turut. Contohnya berikut ini :
Sebagai orang beriman, berdoalah selagi ada kesempatan, selagidiberi kesehatan, dan selagidiberi umur panjang. Berdoa wajib bagi manusia. Berdoa selagi kita sehat tentu lebih baik daripada berdoa selagi kita butuh. Mari kita berdoa bersama-sama selagiAllah mencintai umat-Nya.
(Sumarlam, dkk., 2003:36)
Pada tuturan di atas, kata selagi diulang beberapa kali
secara berturut-turut untuk menekankan pentingnya kata tersebut
dalam konteks tuturan itu.
commit to user
Repetisi tautotes ialah pengulangan satuan lingual
(kata/frasa) beberapa kali dalam sebuah konstruksi. Contohnya
berikut ini :
Aku dan dia terpaksa harus tinggal berjauhan, tetapi aku sangat mempercayai dia, dia pun sangat mempercayai aku. Aku dan dia saling mempercayai.
(Sumarlam, dkk., 2003:36)
Pada contoh di atas, kata mempercayai diulang tiga kali
dalam sebuah konstruksi.
c) Repetisi Anafora
Repetisi anafora ialah pengulangan satuan lingual berupa
kata atau frasa pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya.
Pengulangan pada tiap baris biasanya terjadi dalam puisi,
sedangkan pengulangan pada tiap kalimat terdapat dalam prosa.
Contohnya berikut ini :
Pada penggalan puisi di atas terjadi repetisi anafora berupa
pengulangan kata bukan pada baris pertama sampai dengan
keempat. Repetisi semacam itu dimanfaatkan penulis puisi untuk
menyampaikan maksud bahwa aku (tokoh pertama pada puisi
itu) mencintai seseorang benar-benar karena hatinya, bukan
sekadar karena nafsu, bukan karena wajah, bukan karena kaki,
d) Repetisi Epistrofa
Repetisi epistrofa ialah pengulangan satuan lingual kata
atau frasa pada akhir baris (dalam puisi) atau akhir kalimat
(dalam prosa) secara berturut-turut. Contohnya berikut ini :
Bumi yang kudiami, laut yang kulayari, adalah puisi. Udara yang kauhirup, air yang kauteguki, adalah puisi. Kebun yang kautanami, bukit yang kau gunduli, adalah puisi. Gubug yang kauratapi, gedung yang kautinggali, adalah puisi.
(Gorys Keraf dalam Sumarlam, 2003:37)
Pada contoh puisi di atas, satuan lingual adalah puisi
diulang empat kali pada tiap baris secara berturut-turut.
e) Repetisi Simploke
Repetisi simploke ialah pengulangan satuan lingual pada
awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
Contohnya berikut ini :
Kamu bilang hidup ini brengsek. Biarin.
Kamu bilang hidup ini nggak punya arti. Biarin. Kamu bilang nggak punya kepribadian. Biarin. Kamu bilang nggak punya pengertian. Biarin.
(Gorys Keraf dalam Sumarlam, 2003:37)
Pada bait puisi tersebut terdapat pengulangan satuan lingual
”kamu bilang hidup ini” pada baris pertama dan kedua, dan
satuan lingual ”kamu bilang nggak punya” pada baris ketiga
dan keempat, masing-masing terdapat pada awal baris.
Sementara itu, satuan lingual yang berupa kata ”biarin” diulang
empat kali pada tiap akhir baris pertama sampai dengan
commit to user
f) Repetisi Mesodiplosis
Repetisi mesodiplosis ialah pengulangan satuan lingual di
tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut.
Contohnya berikut ini :
Pegawai kecil jangan mencurikertas karbon.
Babu-babu jangan mencuritulang-tulang ayam goreng. Para pembesar jangan mencuribensin.
Para gadis jangan mencuriperawannya sendiri
(Gorrys Keraf dalam Sumarlam, 2003:37)
Pada bait tiap puisi di atas, terdapat pengulangan satuan
lingual ”jangan mencuri” yang terletak di tengah-tengah baris
secara berturut-turut. Pengulangan seperti itu oleh penulisnya
dimaksudkan untuk menekankan makna satuan lingual yang
diulang, yaitu ’larangan mencuri’ karena perbuatan mencuri
adalah perbuatan yang tidak terpuji bagi siapa pun, baik bagi
pegawai kecil, pembantu rumah tangga, para pejabat, dan yang
lainnya.
g) Repetisi Epanalepsis
Repetisi epanalepsis ialah pengulangan satuan lingual yang
kata atau frasa terakhir dari baris atau kalimat itu merupakan
pengulangan kata atau frasa pertama. Contohnya berikut ini :
Minta maaflah kepadanya sebelum dia datang meminta maaf. Kamu mengalah bukan berarti dia mengalahkan kamu.
Berbuat baiklah kepada semua selagi bisa berbuat baik.
(Sumarlam, dkk., 2003:38)
Pada tuturan di atas, terdapat repetisi epanalepsis yaitu frasa
meminta maaf pada akhir baris merupakan pengulangan frasa
merupakan pengulangan kata yang sama pada awal baris kedua.
Selanjutnya, frasa berbuat baik pada akhir baris merupakan
pengulangan frasa yang sama pada awal baris ketiga.
Pengulangan seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya
makna satuan lingual yang diulang, yaitu meminta maaf, kamu,
dan berbuat baik.
i) Repetisi Anadiplosis
Repetisi anadiplosis ialah pengulangan kata atau frasa
terakhir dari baris atau kalimat itu menjadi kata atau frasa
pertama pada baris atau kalimat berikutnya. Contohnya berikut
ini :
dalam hidup ada tujuan tujuandicapai dengan usaha usahadisertai doa
doaberarti harapan
harapan adalah perjuangan perjuanganadalah pengorbanan
(Sumarlam, dkk., 2003:38)
Pada puisi di atas, kata tujuan pada akhir baris pertama
menjadi kata pertama pada baris kedua, kata usaha pada akhir
baris kedua menjadi kata pertama pada baris ketiga, kata doa
pada akhir baris ketiga menjadi kata pertama pada baris
keempat, kata harapan pada akhir baris keempat menjadi kata
pertama pada baris kelima, dan kata perjuanganpada akhir baris
kelima menjadi kata pertama pada baris terakhir (baris keenam)
commit to user
Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung
kepaduan wacana. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang
sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain
dalam wacana (Sumarlam, dkk., 2003:39).
Berdasarkan wujud satuan lingualnya, dibedakan menjadi lima
macam, yaitu (1) sinonimi morfem bebas dengan morfem terikat, (2)
sinonimi kata dengan kata, (3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4)
frase-frase, (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat (Sumarlam, dkk.,
2003:39). Contonya berikut ini :
1) Sinonimi antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat)
a. Akumohon kau mengerti perasaanku. b. Kamuboleh bermain sesuka hatimu. c. Dia terus berusaha mencari jatidirinya
(Sumarlam, dkk., 2003:39)
Pada contoh di atas, morfem (bebas) aku(a) kamu (b), dan
dia (c), masing-masing bersinonim dengan morfem (terikat)
–ku, –mu, dan -nya.
2) Sinonimi kata dengan kata
Meskipun capeg, saya sudah terima bayaran. Setahun menerima gaji 80% SK pegnegku keluar. Gajiku naik.
(Sumarlam, dkk., 2003:39)
Pada tuturan di atas, kepaduan wacana tersebut antara lain
didukung oleh aspek leksikal yang berupa sinonimi antara kata
bayaran pada kalimat pertama dengan kata gaji pada kalimat
kedua dan ketiga. Kedua kata tersebut maknanya sepadan.