• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN. Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. METODE PENELITIAN. Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam menganalisis dampak pengembangan biodiesel dari kelapa sawit terhadap makroekonomi Indonesia (penurunan kemiskinan, pengurangan pengangguran dan pertumbuhan ekonomi), digunakan banyak variabel yang saling mempengaruhi satu sama lain. Variabel-variabel yang saling berkaitan tersebut menjadi dasar dalam perancangan model yang akan digunakan. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini mencakup yang berkenaan dengan minyak kelapa sawit (crude palm oil), bahan baku biodiesel olein-stearin, minyak goreng, kelapa sawit, bahan bakar diesel, upah dan ketenagakerjaan, pengangguran, kemiskinan, indeks harga, kebijakan fiskal dan moneter, permintaan dan penawaran agregat dan keseimbangan makroekonomi.

Kerangka pemikiran analisis dampak pengembangan biodiesel dari kelapa sawit terhadap indikator makroekonomi di Indonesia menunjukkan hubungan antar aspek-aspek dalam pengembangan industri biodiesel dari kelapa sawit terhadap perubahan kemiskinan, penurunan pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Kerangka pemikiran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengembangan biodiesel dari kelapa sawit dapat meningkatkan permintaan terhadap minyak kelapa sawit, yang merupakan bahan baku biodiesel dari kelapa sawit sehingga berdampak pada naiknya harga minyak kelapa sawit. 2. Kenaikan permintaan dan harga minyak kelapa sawit menyebabkan

(2)

tandan buah segar kelapa sawit juga meningkat sehingga membantu meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit. Peningkatan kesejahteraan petani kelapa sawit, jika faktor lainnya tidak berubah atau ceteris paribus dapat menurunkan kemiskinan terutama di perdesaan.

3. Kenaikan permintaan dan harga minyak kelapa sawit sebagai dampak dari pengembangan biodiesel dari kelapa sawit juga dapat mempengaruhi harga produk pangan terutama minyak goreng, karena kenaikan harga bahan baku minyak kelapa sawit. Kenaikan harga minyak kelapa sawit menyebabkan harga minyak goreng kelapa sawit meningkat yang berdampak pada penurunan kesejahteraan konsumen. Penurunan kesejahteraan konsumen minyak goreng kelapa sawit, jika faktor lainnya tidak berubah atau ceteris paribus dapat meningkatkan kemiskinan terutama di perkotaan.

4. Pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit dapat digunakan untuk mensubstitusi bahan bakar fosil terutama bahan bakar solar sehingga dapat menurunkan konsumsi bahan bakar fosil. Penurunan konsumsi bahan bakar fosil, dapat membantu menurunkan beban impor minyak bumi dan beban subsidi yang terkait dengan dampak kenaikan harga bahan bakar fosil.

5. Pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit juga dapat menjadi komoditas ekspor karena bahan baku minyak kelapa sawit yang berlimpah di Indonesia dan sebagian besar diekspor dalam bentuk minyak kelapa sawit murni sehingga meningkatkan nilai tambah produk ekspor Indonesia.

6. Penurunan beban impor minyak bumi, penurunan beban subsidi yang terkait dengan dampak kenaikan harga bahan bakar fosil dan peningkatan nilai

(3)

71

tambah produk ekspor dapat membantu meningkatkan nilai output Indonesia yang merupakan indikator terjadinya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 7. Pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan sebagai dampak pengembangan

biodiesel dari minyak kelapa sawit di Indonesia dapat membantu menciptakan banyak lapangan kerja sehingga membantu mengurangi jumlah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.

Gambar 6. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual

Kerangka pemikiran penelitian yang lebih jelas dan terstruktur berupa diagram dapat dilihat pada Gambar 6. Seluruh aspek-aspek yang terkait dengan

PENGEMBANGAN BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

Kenaikan Permintaan dan Harga CPO

Penurunan Beban Impor, Penurunan Beban Subsidi,

Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Produksi

Kemiskinan Total Pertumbuhan Ekonomi Kenaikan Output

Penciptaan Lapangan Kerja dan

Pengurangan Pengangguran

Substitusi Bahan Bakar Minyak Solar dan Peluang

Ekspor Peningkatan Harga Minyak Goreng Penurunan Kemiskinan Peningkatan Pendapatan Petani Peningkatan Kemiskinan

(4)

pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit di Indonesia akan dianalisis untuk mengkaji seberapa besar pengaruhnya terhadap indikator makroekonomi di Indonesia, terutama dalam hal pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan implikasi kebijakan yang dapat dilakukan.

4.2 Hipotesis Penelitian

Dari tujuan yang telah ditetapkan, dapat diperkirakan beberapa hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu :

1. Pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit di Indonesia dapat meningkatkan kesejahteraan petani sehingga mengurangi kemiskinan di perdesaan.

2. Pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit di Indonesia dapat meningkatkan harga produk pangan terutama minyak goreng yang menurunkan kesejahteraan masyarakat sehingga meningkatkan kemiskinan terutama di perkotaan.

3. Pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit di Indonesia dapat meningkatkan produksi nasional yang berdampak pada kenaikan output atau menciptakan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja serta menurunkan pengangguran di Indonesia.

4.3 Sumber Data

Penelitian ini akan menggunakan data sekunder berupa data time series tingkat nasional dari tahun 1988 – 2009. Data tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Kementerian

(5)

73

Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Perdagangan, PERTAMINA, Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) dan dari berbagai instansi atau asosiasi terkait lainnya. Data sekunder time series di atas akan digunakan untuk membangun model ekonometrika, untuk kemudian dilakukan pendugaan parameter berdasarkan model yang telah dibangun.

4.4 Spesifikasi Model

Spesifikasi model yang dirumuskan dalam studi ini sangat terkait dengan tujuan penelitian yaitu merumuskan model makroekonomi yang terdiri dari kemiskinan, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi dalam kaitannya dengan pengembangan industri biodiesel dari kelapa sawit di Indonesia. Model yang dibangun adalah model persamaan simultan.

Model persamaan simultan yang dirumuskan terdiri dari 12 blok persamaan yang dikelompokkan menjadi tiga blok utama yaitu blok produk minyak kelapa sawit dan bahan bakar, blok indikator ekonomi, dan blok produksi dan permintaan yang mengacu kepada Gambar 6 dan keterkaitan pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit terhadap kemiskinan, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Blok produk minyak kelapa sawit dan bahan bakar terdiri dari sub blok minyak kelapa sawit, sub blok biodiesel, sub blok minyak goreng sawit, sub blok kelapa sawit, sub blok bahan bakar diesel. Blok indikator ekonomi terdiri dari sub blok tenaga kerja, sub blok pengangguran, sub blok kemiskinan dan sub blok upah. Blok produksi dan permintaan terdiri dari sub blok produksi nasional, sub blok permintaan agregat dan sub blok indikator makro ekonomi. Diagram keterkaitan antar blok persamaan dapat dilihat pada Gambar 7.

(6)
(7)

4.4.1 Produk Minyak Kelapa Sawit dan Bahan Bakar

a. Minyak Kelapa Sawit

Persamaan untuk blok minyak kelapa sawit terdiri dari persamaan produksi minyak kelapa sawit, konsumsi minyak kelapa sawit, harga domestik minyak kelapa sawit, harga ekspor minyak kelapa sawit dan ekspor minyak kelapa sawit. Persamaan untuk blok minyak kelapa sawit mengacu kepada persamaan hasil penelitian Hartoyo et al. (2009) dan Susila dan Munadi (2008) dengan penyesuaian yang diperlukan. Salah satu penyesuaian yang dilakukan adalah menambahkan variabel produksi olein dan stearin sebagai variabel yang mempengaruhi persamaan konsumsi domestik minyak kelapa sawit. Peningkatan penggunaan olein dan stearin untuk bahan baku biodiesel dan industri hilir lainnya akan meningkatkan konsumsi domestik minyak kelapa sawit. Persamaan yang dapat diformulasikan adalah sebagai berikut :

QCPOt = a0 + a1DCPOt + a2PTBSt + a3CCPOt + a4QCPOt-1 + U1t …..(1) CCPOt = b0 + b1DCPOt-1 + b2PXPOt + b3PMGRt + b4QOLt + b5QSTt

+ b6CCPOt-1 + U2t ...(2) DCPOt = c0 + c1PXPOt + c2QCPOt + c3CCPOt + c4PTBSt + U3t...(3) PXPOt = d0 + d1WOILt + d2XTAXt + d3XCPOt + d4DCPOt

+ d5PXPOt-1 + U4t ... ...(4) XCPOt = e0 + e1PXPOt + e2ERt + e3XTAXt + U5t ...(5) dimana :

QCPOt = Produksi CPO Indonesia (ribu ton/thn) DCPOt = Harga domestik CPO (rupiah/kg) PTBSt = Harga TBS kelapa sawit (rupiah/kg) QCPOt-1 = Lag produksi CPO (ribu ton/thn)

CCPOt = Permintaan CPO domestik (ribu ton/thn) PMGRt = Harga minyak goreng sawit (rupiah/kg)

(8)

QOLt = Produksi olein (ribu ton/thn) QSTt = Produksi stearin (ribu ton/thn) CCPOt-1 = Lag konsumsi CPO (ribu ton/thn) PXPOt = Harga ekspor CPO (US$/kg)

WOILt = Harga minyak mentah internasional (US$/barel) XTAXt = Pajak ekspor CPO (persen)

ERt = Nilai tukar rupiah terhadap US$ (rupiah/US$) XCPOt = Ekspor CPO (ribu ton/thn)

dengan dugaan parameter yang diharapkan :

a1, a3 > 0;a2 < 0 ; 0 < a3 < 1 b1 , b2 < 0 ; b3 , b4 , b5 > 0 ; 0 < b6 < 1 c1, c3, c4 > 0 ; c2 < 0 d1, d2 , d4 > 0 ; d3 , d5 < 0 e1 , e3 < 0 ; e2 > 0.

b. Olein-Stearin Bahan Baku Biodiesel

Persamaan untuk blok olein-stearin bahan baku biodiesel menggunakan persamaan produksi olein dan stearin karena keterbatasan data historis yang dimiliki untuk biodiesel dari minyak kelapa sawit. Olein dan stearin adalah produk turunan minyak kelapa sawit, yang menjadi bahan baku untuk memproduksi biodiesel dari kelapa sawit di Indonesia. Selain menjadi bahan baku biodiesel dari kelapa sawit, olein juga merupakan bahan baku untuk minyak goreng dan stearin merupakan bahan baku untuk margarine.

Berdasarkan penelitian Hartoyo et al. (2009) yang menggunakan fungsi produksi biodiesel di Amerika Serikat sebagai landasan keterkaitan produksi biodiesel dengan harga minyak bumi dan penelitian Lopes dan Laan (2008) yang menyatakan bahwa produksi biodiesel dari kelapa sawit juga dipengaruhi oleh harga minyak kelapa sawit dan harga minyak bumi sehingga produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari kelapa sawit diasumsikan dipengaruhi oleh harga minyak kelapa sawit dan harga minyak bumi. Produksi olein dan stearin digunakan sebagai indikator pengembangan biodiesel dari minyak kelapa

(9)

77

sawit. Berdasarkan asumsi tersebut maka persamaan yang dapat diformulasikan adalah sebagai berikut :

QOLt = f0 + f1DCPOt + f2WOILt + f3QMGRt + f4QOLt-1 + U6t ...(6) QSTt = g0 + g1DCPOt + g2WOILt + g3QMGNt + g4QSTt-1 + U7t ...(7) dimana :

QOLt = Produksi olein (ribu ton/thn) DCPOt = Harga domestik CPO (rupiah/kg)

WOILt = Harga minyak mentah internasional (US$/barrel) QMGRt = Produksi minyak goreng sawit (ribu ton/thn) QOLt-1 = Lag produksi olein (ribu ton/thn)

QSTt = Produksi stearin (ribu ton/thn) QMGNt = Produksi margarin (ribu ton/thn) QSTt-1 = Lag produksi stearin (ribu ton/thn)

dengan dugaan parameter yang diharapkan :

f1 < 0 ; f2 , f3 > 0 ; 0 < f4 < 1 g1 < 0 ; g2 , g3 > 0 ; 0 < g4 < 1

c. Minyak Goreng Sawit

Minyak goreng sawit merupakan salah satu produk turunan dari kelapa sawit. Persamaan untuk blok minyak goreng sawit terdiri dari persamaan produksi minyak goreng sawit, permintaan minyak goreng sawit dan harga minyak goreng sawit. Persamaan untuk blok minyak goreng sawit mengacu kepada persamaan hasil penelitian Hartoyo et al. (2009) yang dikombinasikan dengan persamaan hasil penelitian Susila dan Munadi (2008) dengan penyesuaikan yang diperlukan. Persamaan yang dapat diformulasikan adalah sebagai berikut :

QMGRt = h0 + h1PMGRt-1 + h2PMGKt + h3QMGRt-1 + U8t ...(8) DMGRt = i0 + i1PMGRt + i2(ASt/POPt) + U9t ...(9) PMGRt = j0 + j1DCPOt + j2DMGRt + j3PMGRt-1 + U10t ...(10) dimana :

(10)

QMGRt = Produksi minyak goreng sawit (ribu ton/thn) PMGRt = Harga minyak goreng sawit (rupiah/kg) DCPOt = Harga domestik CPO (rupiah/kg)

QMGRt-1 = Lag produksi minyak goreng sawit (ribu ton/thn) DMGRt = Permintaan minyak goreng sawit (ribu ton/thn) PMGKt = Harga minyak goreng kelapa (rupiah/kg) ASt = Penawaran agregat (milyar rupiah/thn) POPt = Jumlah penduduk Indonesia (juta orang) PMGRt-1 = Lag harga minyak goreng (rupiah/kg)

dengan dugaan parameter yang diharapkan :

h1 , h2 > 0 ; 0 < h3 < 1 i1 < 0 ; i2 > 0 j1 , j2 > 0 ; 0 < j3 < 1.

d. Perkebunan Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tanaman asal bahan baku untuk industri biodiesel dari kelapa sawit. Persamaan untuk blok perkebunan kelapa sawit terdiri dari persamaan luas areal kebun kelapa sawit, produksi tandan buah segar kelapa sawit dan harga tandan buah segar kelapa sawit. Persamaan untuk blok perkebunan kelapa sawit mengacu kepada persamaan hasil penelitian Hartoyo et al. (2009) dengan beberapa penyesuaian. Persamaan yang dapat diformulasikan untuk perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut :

AREAt = k0 + k1DCPOt-1 + k2QCPOt + k3SBt + k4ERt + k5GEISt + U11t ...(11) QTBSt = l0 + l1PTBSt + l2AREAt + l3QTBSt-1 + U12t ...(12) PTBSt = m0 + m1DCPOt + m2QTBSt + m3AREAt + m4WPt

+ m5PTBSt-1 + U13t ...(13) dimana :

AREAt = Luas areal kebun kelapa sawit (juta ha) SBt = Suku bunga (persen/thn)

ERt = Nilai tukar rupiah terhadap US$ (rupiah/US$) QTBSt = Produksi TBS (juta ton/thn)

(11)

79

QCPOt = Produksi CPO (juta ton/thn)

GEISt = Pengeluaran pemerintah infrastruktur (trilyun rupiah/thn) QTBSt-1 = Lag produksi tandan buah segar sawit (juta ton/thn) DCPOt = Harga domestik CPO (rupiah/kg)

WPt = Upah rata-rata sektor pertanian (rupiah/bulan) PTBSt-1 = Lag harga TBS (rupiah/kg)

dengan dugaan parameter yang diharapkan :

k1 , k2 , k4 , k5 > 0 ; k3 < 0 ; l1 , l2 > 0 ; 0 < l3 < 1 m1, m4 > 0 ; m2 , m3 < 0 ; 0 < m3 < 1

e. Bahan Bakar Diesel

Persamaan bahan bakar diesel digunakan untuk melihat keterkaitan bahan bakar diesel dengan produksi olein-stearin sebagai bahan baku biodiesel dari kelapa sawit dan penurunan impor bahan bakar diesel. Persamaan untuk blok bahan bakar diesel terdiri dari persamaan produksi minyak diesel, konsumsi minyak diesel, harga minyak diesel dan impor minyak diesel.

Menurut Lopes dan Laan (2008) sejak berkembangnya biodiesel maka produksi minyak diesel selain dipengaruhi oleh harga minyak bumi juga akan dipengaruhi oleh produksi biodiesel yang dalam hal ini direpresentasikan oleh produksi olein dan stearin sebagai bahan baku. Konsumsi minyak diesel dipengaruhi oleh kebutuhan kelistrikan, industri dan transportasi serta besarnya subsidi bahan bakar. Persamaan yang dapat diformulasikan adalah sebagai berikut :

QDSLt = n0 + n1WOILt + n2MDSLt + n3SBDLt + n4QOLt + n5QSTt + n6QDSLt-1 + U14t ...(14) CDSLt = o0 + o1TRDLt + o2INDLt + o3ELDLt + o4QDSLt + o5GDPIt

+ o6SBDLt + o7CDSLt-1 + U15t ...(15) PDSLt = p0 + p1WOILt + p2SBDLt + p3INFt-1 + p4POPt + U16t ...(16)

(12)

MDSLt = q0 + q1CDSLt + q2QDSLt + q3MDSLt-1 + U17t ...(17) dimana :

QDSLt = Produksi minyak diesel (kilo liter/thn) MDSLt = Impor minyak diesel (kilo liter/thn) QOLt = Produksi olein (ribu ton/thn)

QSTt = Produksi stearin (ribu ton/thn)

QDSLt-1 = Lag produksi minyak diesel (kilo liter/thn) CDSLt = Konsumsi minyak diesel (kilo liter/thn) PDSLt = Harga minyak diesel (rupiah/liter)

TRDLt = Permintaan minyak diesel untuk transportasi (kilo liter/thn) INDLt = Permintaan minyak diesel untuk industri (kilo liter/thn) ELDLt = Permintaan minyak diesel untuk listrik (kilo liter/thn) GDPIt = Nilai produksi sektor industri (milyar rupiah/tahun) CDSLt-1 = Lag konsumsi minyak diesel (kilo liter/thn)

WOILt = Harga minyak mentah internasional (US$/barel) SBDLt = Subsidi minyak diesel (rupiah/liter)

INFt-1 = Tingkat inflasi (persen)

PDSLt-1 = Lag harga minyak diesel (rupiah/liter) MDSLt-1 = Lag impor minyak diesel (kilo liter/thn) POPt = Jumlah penduduk Indonesia (juta orang) dengan dugaan parameter yang diharapkan :

n1, n2 < 0 ; n3 , n4, n5 > 0 ; 0 < n6 < 1 o1, o2 , o3 , o4 , o5 , o6 > 0 ; 0 < o7 < 1 p1, p3 , p4 > 0 ; p2 < 0 q1 > 0 ; q2 < 0 ; 0 < q3 < 1

4.4.2 Produksi dan Permintaan

a. Produksi Nasional

Persamaan untuk blok produksi nasional terdiri dari persamaan produksi sektor pertanian, produksi sektor industri, produksi sektor lainnya dan total produksi nasional. Persamaan untuk blok produksi nasional mengacu kepada hasil penelitian Arndt et al. (2008) dan persamaan hasil penelitian Lisna (2007) dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan. Persamaan yang dapat diformulasikan adalah sebagai berikut :

GDPAt = r0 + r1DEMAt + r2INVAt + r3GEAt + r4QTBSt + U18t...(18) GDPIt = s0 + s1DEMIt + s2INVIt + s3GEIt + s4QMGRt + s5QOLt

(13)

81

+ s6QSTt + U19t ...(19) GDPOt = t0 + t1DEMLt + t2INVOt + t3GEISt + t4SBt + U20t ...(20) ASt = GDPAt + GDPIt + GDPOt ...(21) dimana :

GDPAt = Nilai produksi sektor pertanian (milyar rupiah/thn) DEMAt = Permintaan tenaga kerja sektor pertanian (juta orang) INVAt = Investasi sektor pertanian (milyar rupiah/thn)

GEAt = Pengeluaran pemerintah sektor pertanian (milyar rupiah/thn) QOLt = Produksi olein (ribu ton/thn)

QSTt = Produksi stearin (ribu ton/thn) QTBSt = Produksi TBS (juta ton/thn)

GDPIt = Nilai produksi sektor industri (milyar rupiah/thn) DEMIt = Permintaan tenaga kerja sektor industri (ribu orang/thn) INVIt = Investasi sektor industri (milyar rupiah/thn)

GEIt = Pengeluaran pemerintah sektor industri (milyar rupiah/thn) QMGRt = Produksi minyak goreng sawit (juta ton/thn)

DEMLt = Permintaan tenaga kerja sektor lainnya (ribu orang/thn) INVOt = Nilai investasi sektor lainnya (milyar rupiah/thn)

GEISt = Pengeluaran pemerintah sektor infrastruktur (milyar rph/thn) SBt = Suku bunga (persen/tahun)

ASt = Total produksi nasional (milyar rupiah/thn)

dengan dugaan parameter yang diharapkan :

r1, r2 , r3 , r4 > 0 s1, s2, s3, s4, s5, s6 > 0 t1, t2, t3 > 0 ; t4 < 0

b. Permintaan

Persamaan untuk blok permintaan terdiri dari persamaan konsumsi, investasi sektor pertanian, investasi sektor industri, investasi total, nilai ekspor dan nilai impor. Persamaan untuk blok permintaan ini mengacu kepada persamaan hasil penelitian Lisna (2007) dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan. Persamaan yang dapat diformulasikan adalah sebagai berikut :

Ct = u0 + u1(ASt/POPt) + u2INFt + u3Ct-1 + U21t ...(22) INVAt = v0 + v1(SBt – SBt-1) + v2GDPAt + v3WPt + v4INVAt-1

(14)

INVIt = w0 + w1(SBt – SBt-1) + w2GDPIt + w3WIt + w4INVIt-1

+ U23t ...(24) TINVt = INVAt + INVIt + INVOt ...(25)

Xt = x0 + x1ERt + x2XCPOt + x3GDPAt + x4SEMt + x5Xt-1

+ U24t ...(26) Mt = y0 + y1ASt + y2MDSLt + y3Mt-1 + U25t ...(27) dimana :

Ct = Konsumsi (milyar rupiah/thn)

ASt = Penawaran agregat (milyar rupiah/thn) POPt = Jumlah penduduk Indonesia (juta orang) INFt = Inflasi (persen)

Ct-1 = Lag konsumsi (milyar rupiah/thn)

INVAt = Investasi sektor pertanian (milyar rupiah/thn) SBt = Suku bunga nominal (persen/thn)

SBt-1 = Lag suku bunga nominal (persen/thn)

GDPAt = Produksi sektor pertanian (milyar rupiah/thn) WPt = Upah rata-rata sektor pertanian (rupiah/bulan) INVAt-1 = Lag investasi sektor pertanian (milyar rupiah/thn) INVIt = Investasi sektor industri (milyar rupiah/thn) GDPIt = Produksi sektor industri (milyar rupiah/thn) WIt = Upah rata-rata sektor industri (rupiah/bulan) INVIt-1 = Lag investasi sektor industri (milyar rupiah/thn) TINVt = Investasi total (milyar rupiah/thn)

INVOt = Investasi sektor lainnya (milyar rupiah/thn) Xt = Nilai ekspor (milyar rupiah/thn)

ERt = Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (rupiah/$US) Xt-1 = Lag nilai ekspor (milyar rupiah/thn)

Mt = Nilai impor (milyar rupiah/thn)

ERt-1 = Lag nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (rupiah/$US) MDSLt = Impor minyak diesel (kilo liter/thn)

XCPOt = Ekspor CPO (juta ton/thn)

SEMt = Penawaran tenaga kerja (juta orang) Mt-1 = Lag nilai impor (milyar rupiah/thn) dengan dugaan parameter yang diharapkan :

u1 > 0 ; u2 < 0 ; 0 < u3 < 1 v1 , v3 < 0 ; v2 > 0 ; 0 < v4 < 1 w1 , w3 < 0 ; w2 > 0 ; 0 < w4 < 1 x1, x2, x3 , x4 > 0 ; 0 < x5 < 1 y1 , y2 > 0 ; 0 < y3 < 1

(15)

83

4.4.3 Indikator Ekonomi

a. Tenaga Kerja

Persamaan untuk blok tenaga kerja terdiri dari persamaan penawaran tenaga kerja, permintaan tenaga kerja sektor pertanian, permintaan tenaga kerja sektor industri, permintaan tenaga kerja sektor lainnya dan permintaan tenaga kerja total. Persamaan untuk blok tenaga kerja mengacu kepada persamaan hasil penelitian Lisna (2007) dengan penyesuaian yang diperlukan. Persamaan yang dapat diformulasikan adalah sebagai berikut :

SEMt = z0 + z1POPt + z2UNMt + z3SEMt-1 + U26t ...(28)

DEMAt = aa0 + aa1WPt + aa2GDPAt + aa3DEMAt-1 + U27t ...(29)

DEMIt = ab0 + ab1WIt + ab2GDPIt + ab3DEMIt-1 + U28t ...(30)

DEMLt = ac0 + ac1WLt + ac2GDPOt + ac3DEMLt-1 + U29t ...(31)

DEMt = DEMAt + DEMIt + DEMLt...(32) dimana :

SEMt = Penawaran tenaga kerja (ribu orang/thn) POPt = Jumlah penduduk Indonesia (juta orang) UNMt = Jumlah pengangguran (juta orang)

SEMt-1 = Lag penawaran tenaga kerja (ribu orang/thn)

DEMAt = Permintaan tenaga kerja sektor pertanian (ribu orang/thn) WPt = Upah rata-rata sektor pertanian (rupiah/thn)

QTBSt = Produksi TBS (juta ton)

DEMAt-1 = Lag permintaan tenaga kerja sektor pertanian (ribu orang/thn) DEMIt = Permintaan tenaga kerja sektor industri (ribu orang/thn) QCPOt = Produksi CPO (juta ton)

ASt = Penawaran agregat (trilyun rupiah/thn) WIt = Upah rata-rata sektor industri (rupiah/thn)

DEMIt-1 = Lag permintaan tenaga kerja sektor industri (ribu orang/thn) DEMLt = Permintaan tenaga kerja sektor lainnya (ribu orang/thn) WLt = Upah rata-rata sektor lainnya (rupiah/thn)

DEMLt-1 = Lag DEML (ribu orang/thn)

DEMt = Permintaan tenaga kerja total (ribu orang/thn)

dengan dugaan parameter yang diharapkan :

(16)

ab1 < 0 ; ab2 > 0 ; 0 < ab3 < 1 ac1 < 0 ; ac2 > 0 ; 0 < ac3 < 1

b. Upah

Persamaan untuk blok upah terdiri dari upah rata-rata sektor pertanian, upah rata-rata sektor industri dan upah rata-rata. Persamaan untuk blok upah mengacu kepada persamaan hasil penelitian Lisna (2007) dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan. Persamaan yang dapat diformulasikan adalah sebagai berikut :

WPt = ad0 + ad1UMPt + ad2GDPAt + ad3SEMt + ad4WPt-1 + U30t .(33) WIt = ae0 + ae1UMIt + ae2GDPIt + ae3GEIt + ae4WIt-1 + U31t ...(34) WLt = af0 + af1UMRt + af2GDPOt + af3WLt-1 + U32t ...(35) dimana :

WPt = Upah rata-rata sektor pertanian (rupiah/thn) UMPt = Upah minimum pertanian (rupiah/thn)

GDPAt = Nilai produksi sektor pertanian (milyar rupiah/thn) GDPIt = Nilai produksi sektor industri (milyar rupiah/thn) GDPOt = Nilai produksi sektor lainnya (milyar rupiah/thn)

GEIt = Pengeluaran pemerintah sektor industri (milyar rupiah/thn) SEMt = Penawaran tenaga kerja total (ribu orang/thn)

WPt-1 = Lag upah rata-rata sektor pertanian (rupiah/thn) WIt = Upah rata-rata sektor industri (rupiah/thn) UMIt = Upah minimum industri (rupiah/thn)

WIt-1 = Lag upah rata-rata sektor industri (rupiah/thn) WLt = Upah rata-rata (rupiah/thn)

dengan dugaan parameter yang diharapkan :

ad1, ad2 > 0 ; ad3 < 0 ; 0 < ad4 < 1 ae1 , ae2 , ae3 > 0 ; 0 < ae4 < 1 af1, af2 > 0 ; 0 < af3 < 1

c. Indikator Makro Ekonomi

Persamaan untuk blok indikator makro ekonomi terdiri dari persamaan indeks harga konsumen, pertumbuhan ekonomi dan inflasi nasional. Persamaan untuk indeks harga konsumen mengacu kepada persamaan hasil penelitian Lisna

(17)

85

(2007) dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan sedangkan persamaan untuk pertumbuhan ekonomi dan inflasi merupakan persamaan identitas. Persamaan yang dapat diformulasikan adalah sebagai berikut :

CPIt = ag0 + ag1PMGRt + ag2SBt-1 + ag3WOILt + ag4CPIt-1

+ U33t ...(36) EGROt = ((ASt – ASt-1)/ASt-1) * 100%...(37) INFt = ((CPIt – CPIt-1)/CPIt-1) * 100% ...(38) dimana :

ASt = Penawaran agregat (milyar rupiah/thn) CPIt = Indeks harga konsumen

SBt-1 = Lag suku bunga (persen)

WOILt = Harga minyak bumi (US$/barrel) CPIt-1 = Lag indeks harga konsumen EGROt = Pertumbuhan ekonomi (persen)

ASt-1 = Lag penawaran agregat (milyar rupiah/thn) INFt = Inflasi nasional (persen)

PMGRt = Harga minyak goreng (rupiah/kg)

dengan dugaan parameter yang diharapkan : ag2 < 0 ; ag1 , ag3 > 0 ; 0 < ag4 < 1

d. Pengangguran

Persamaan untuk blok pengangguran hanya terdiri dari satu persamaan identitas yaitu persamaan pengangguran yang dipengaruhi oleh penawaran tenaga kerja dikurangi dengan permintaan tenaga kerja. Persamaan yang dapat diformulasikan untuk blok pengangguran adalah sebagai berikut :

UNMt = SEMt - DEMt ...(39) dimana :

UNMt = Jumlah pengangguran (ribu orang/thn) SEMt = Penawaran tenaga kerja total (ribu orang/thn) DEMt = Permintaan tenaga kerja total (ribu orang/thn)

(18)

e. Kemiskinan

Persamaan untuk blok kemiskinan terdiri dari kemiskinan di perkotaan, kemiskinan di perdesaan dan kemiskinan total. Persamaan untuk blok kemiskinan ini mengacu kepada persamaan hasil penelitian Yudhoyono (2004) dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan. Persamaan yang dapat diformulasikan adalah sebagai berikut :

UPOVt = ah0 + ah1EGROt + ah2GDPIt + ah3GEIt + ah4CPIt

+ ah5WOILt + ah6WIt-1 + ah7UPOVt-1 + U34t...(40) RPOVt = ai0 + ai1WPt + ai2EGROt + ai3GEAt + ai4UNMt

+ ai5RPOVt-1 + U35t...(41) TPOVt = UPOVt + RPOVt ...(42) dimana :

UPOVt = Kemiskinan di perkotaan (ribu orang/thn) EGROt = Pertumbuhan ekonomi nasional (persen/thn) GDPIt = Nilai produksi sektor industri (milyar rupiah/thn) GEIt = Belanja pemerintah di sektor industri (milyar rupiah/thn) CPIt = Indeks harga konsumen

WOILt = Harga minyak bumi (US$/barrel) UNMt = Jumlah pengangguran (ribu orang/thn) UPOVt-1 = Lag kemiskinan di perkotaan (ribu orang/thn) RPOVt = Kemiskinan di perdesaan (ribu orang/thn) WPt = Tingkat upah sektor pertanian (rupiah/thn)

GEAt = Belanja pemerintah sektor pertanian (milyar rupiah/thn) RPOVt-1 = Lag kemiskinan di perdesaan (ribu orang/thn)

TPOVt = Kemiskinan total (ribu orang)

dengan dugaan parameter yang diharapkan : ah1, ah2, ah3 , ah6 < 0 ; ah4 , ah5 > 0 ; 0 < ah7 < 1 ai1, ai2, ai3 < 0 ; ai4 > 0 ; 0 < ai5 < 1

(19)

87

4.5 Prosedur Analisis Data

4.5.1 Identifikasi Model

Identifikasi model ditentukan berdasarkan “order condition“ sebagai syarat keharusan dan “rank condition“ sebagai syarat kecukupan. Untuk mengidentifikasi model persamaan struktural berdasarkan order condition digunakan rumusan sebagai berikut (Koutsoyiannis, 1977):

(K – M) > (G – 1) dimana :

K = Total peubah dalam model, yaitu peubah endogen dan peubah predetermined

M = Jumlah peubah endogen dan eksogen yang termasuk dalam satu persamaan tertentu dalam model

G = Total persamaan dalam model, yaitu jumlah peubah endogen dalam model

dengan ketentuan :

(K – M) > (G – 1) : maka persamaan dinyatakan teridentifikasi secara berlebih (overidentified)

(K – M) = (G – 1) : maka persamaan tersebut dinyatakan teridentifikasi secara tepat (exactly identified)

(K – M) < (G – 1) : maka persamaan tersebut dinyatakan tidak teridentifikasi (unidentified)

Hasil identifikasi untuk setiap persamaan struktural haruslah exactly identified atau overidentified untuk dapat menduga parameter-parameternya. Kendati suatu persamaan memenuhi order condition, mungkin saja persamaan

(20)

tersebut tidak teridentifikasi. Karena itu, dalam proses identifikasi diperlukan suatu syarat perlu sekaligus syarat cukup yang ditentukan oleh rank condition yang menyatakan suatu persamaan teridentifikasi jika dan hanya jika dimungkinkan untuk membentuk minimal satu determinan bukan nol pada order (G – 1) dari parameter struktural peubah yang tidak termasuk dalam persamaan tersebut (Koutsoyiannis, 1977).

Dalam penelitian ini, model yang dirancang terdiri dari 42 persamaan atau 42 peubah endogen (G) dan 46 peubah predetermined variables yang terdiri dari 19 peubah eksogen dan 27 lag endogenous variables. Dengan demikian total peubah dalam model (K) adalah 88 peubah, jumlah peubah dalam persamaan (M) paling banyak adalah 7 peubah. Maka berdasarkan kriteria order condition maka setiap persamaan struktural yang ada dalam model adalah over identified.

4.5.2 Metode Pendugaan Model

Dari hasil identifikasi model yang menunjukkan bahwa seluruh persamaan teridentifikasi secara berlebih (overidentified) maka metode estimasi yang tepat digunakan adalah 2SLS (Two Stages Least Squares) (Pindyck dan Rubinfeld, 1991). Penerapan metode 2SLS ini dapat menghasilkan estimasi yang konsisten, lebih sederhana dan lebih mudah, dibandingkan dengan model 3SLS atau model lainnya.

Untuk mengetahui apakah pengaruh secara bersama-sama dari peubah penjelas signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji F. Sedangkan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh secara sendiri-sendiri dari masing-masing peubah penjelas terhadap peubah endogennya diuji

(21)

89

dengan menggunakan uji statistik t pada tingkat signifikansi tertentu dan uji serial korelasi menggunakan statistik dw (Durbin-Watson Statistics).

4.5.3 Validasi Model

Validasi model dimaksudkan untuk mengetahui apakah model yang dirumuskan itu cukup layak atau valid untuk digunakan dalam menganalisis dampak kebijakan pengembangan biodiesel dari kelapa sawit terhadap indikator makro ekonomi di Indonesia. Kriteria yang biasa digunakan dalam menilai layak atau valid tidaknya suatu model ekonometrik diantaranya adalah “root mean square error“ (RMSE), “root mean squares percent error“ (RMSPE) dan “Theil inequality coefficient“ (U) (Pindyck dan Rubinfeld, 1991), yang dapat ditulis masing-masing :

RMSE =

---

Σ

(Yts – Yta)2

RMSPE = ---

Σ [

---

]

dimana, Yts adalah nilai Yt simulasi/prediksi, Yta adalah nilai Yt aktual dan T adalah jumlah observasi dalam simulasi.

---

Σ

(Yts – Yta)2 U = ---

---

Σ

(Yts)2 + ---

Σ

(Yta)2 dimana U dapat didekomposisi menjadi :

---

Σ

(Yts – Yta)2 = (Ys – Ya)2 + (σs – σa)2 + 2(1 – ρ)σsσa 1 T i-1 T 1 T i-1 T Yts – Yta Yta 2 1 T i-1 T 1 T 1 T i-1 i-1 T T 1 N

(22)

dimana Ys dan Ya adalah rata-rata untuk nilai prediksi dan nilai aktual, σs dan σa adalah standar deviasi untuk nilai prediksi dan nilai aktual, ρ adalah koefisien korelasi. Proporsi dari U (proportions of inequality) dapat dinyatakan :

UM = ---

US = ---

UC = ---

dimana, UM adalah proporsi bias yang menjelaskan seberapa jauh rata-rata nilai prediksi menyimpang dari rata-rata nilai aktual dan nilai UM yang diharapkan adalah yang mendekati nol; US adalah proporsi varians yang menjelaskan seberapa jauh variasi nilai prediksi menyimpang dari nilai variasi nilai aktual dan nilai US yang diharapkan adalah yang mendekati nol; UC adalah proporsi kovarians yang mengukur kesalahan peramalan yang tidak sistematis (unsystematic error). Distribusi ketimpangan (U) yang ideal atas ketiga sumber tersebut adalah UM = US = UC = 1 (Pindyck dan Rubinfeld, 1991).

4.5.4 Simulasi Model

Simulasi pada dasarnya merupakan solusi matematis (mathematical solution) dari suatu kumpulan berbagai persamaan secara simultan. Simulasi model dengan demikian merujuk kepada sekumpulan persamaan tersebut. Simulasi model dilakukan dengan berbagai alasan, misalnya untuk pengujian dan

(Ys – Ya)2 (1/N)

Σ

(Ys – Ya)2 (σs – σa)2 (1/N)

Σ

(Ys – Ya)2 2(1 – ρ) σsσa (1/N)

Σ

(Ys – Ya)2

(23)

91

evaluasi model, analisis kebijakan historis dan untuk peramalan (Pindyck dan Rubinfeld, 1991).

Dalam studi, simulasi terutama ditujukan untuk keperluan analisis kebijakan historis. Analisis simulasi kebijakan yang dimaksudkan untuk mengkaji dampak kebijakan pengembangan biodiesel dari kelapa sawit terhadap indikator makroekonomi terutama kemiskinan, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Untuk penelitian ini, mengingat data time series produksi biodiesel di Indonesia belum lengkap maka digunakan data produksi olein dan stearin yang merupakan bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebagai indikator data pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit. Sejak biodiesel dari minyak kelapa sawit dan industri hilir lainnya dikembangkan di Indonesia terjadi kenaikan produksi olein dan stearin sebesar 49.34 persen dan 49.38 persen. Jika biodiesel dari minyak kelapa sawit digunakan untuk substitusi minyak diesel domestik sebesar 5 persen maka akan dibutuhkan olein dan stearin sekitar 1.16 juta ton. Jika ekspor biodiesel dari minyak kelapa sawit meningkat sebesar dua kali lipat maka dibutuhkan olein dan stearin untuk memenuhi ekspor biodiesel dari minyak kelapa sawit sekitar 1.23 juta ton. Jika biodiesel dari minyak kelapa sawit untuk domestik dan ekspor berkembang baik maka dibutuhkan minimal tambahan sekitar 2.4 juta ton olein dan stearin atau sekitar 50.6 persen dari produksi saat ini. Berdasarkan penjelasan di atas maka simulasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(24)

1. Kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen sebagai indikator terjadinya pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit

2. Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen dan kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen

3. Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen dan penguatan nilai tukar rupiah sebesar 10 persen (selama 4 tahun terakhir sampai dengan 2009 rupiah melemah sebesar 14.10 persen)

4. Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen dan kebijakan moratorium perluasan kebun kelapa sawit (perluasan area kebun kelapa sawit nol persen)

5. Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen dan kenaikan luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 10 persen (kenaikan luas perkebunan kelapa sawit dalam empat tahun terakhir 34.31 persen)

6. Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen dan penurunan suku bunga sebesar 10 persen (selisih suku bunga kredit dan SBI rata-rata masih 6-7 persen)

7. Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen dan kenaikan

(25)

93

pengeluaran pemerintah untuk pertanian, infrastruktur dan industri sebesar 10 persen

8. Kombinasi kenaikan produksi olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit sebesar 20 persen, kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen dan kenaikan pengeluaran pemerintah untuk pertanian, infrastruktur dan industri sebesar 10 persen

Hasil simulasi ini akan digunakan untuk menganalisis kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi terhadap indikator makroekonomi terutama untuk pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan kemiskinan terkait pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit. Hasil analisis untuk selanjutnya digunakan untuk merumuskan implikasi kebijakan yang dapat dilakukan.

Gambar

Gambar 6.  Alur Kerangka Pemikiran Konseptual
Gambar 7.     Diagram Keterkaitan Antar Blok Persamaan Dalam Model Biodiesel dari Kelapa Sawit dan Indikator Makroekonomi

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganilisis dan mendeskripsikan (1) Proses dan aktivitas pembelajaran menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar dengan model

Memberikan informasi atau gambaran kepada pemerintah, analis laporan keuangan, manajemen perusahaan, dan investor/kreditor bagaimana pajak, mekanisme bonus, dan

Dilihat dari semua hasil yang telah diperoleh pada proses pembelajaran ketrampilan menulis cerita sederhana dengan menggunakan media gambar pada siklus I dan siklus II

(4) Kecuali ditetapkan lain, setiap tempat bahan atau cairan mudah terbakar dan atau alat yang mudah menimbulkan bahaya kebakaran listrik, maka harus dipergunakan

Survey dan hasil wawancara penelitian menunjukkan bahwa para pelaku UMKM NonMuslim, setelah produk pangan yang di hasilkan bersertifikasi halal, terjadi peningkatan

Apabila kedua pelat terhubung oleh air yang menandai batas air sudah mencapai ketinggian batas terjadinya banjir, maka rangkaian LM339 akan aktif (teraliri

Kesuksesan film ini akhirnya memacu pembuatan film Jan Dara versi negara lain yang beredar jelas tanpa sensor di youtube.Film berunsur seksualitas dan pornografi seperti film

David dalam ( Synthesis of Research on School Based Management, Educational Leadership, Volume 46, Number 8, May 1989: 208) adalah pengkoordinasian dan penyerasian