• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Anatomi Daun, Kantung dan Sulur Nepenthes gracilis Korth. yang Tumbuh di Area Intensitas Cahaya Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Struktur Anatomi Daun, Kantung dan Sulur Nepenthes gracilis Korth. yang Tumbuh di Area Intensitas Cahaya Berbeda"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak

Struktur Anatomi Daun, Kantung dan Sulur Nepenthes

gracilis Korth. yang Tumbuh di Area Intensitas

Cahaya Berbeda

Niken Paluvi

1

, Mukarlina

1

, Riza Linda

1

Email korespondensi: Niken_jonghun@yahoo.com Abstract

Sunlight is one factor that plays a major role in the process of the plant physiology. Plants will go through a variety of morphological and anatomical changes in order to be able to adapt to the environment with varying light intensity. This research aims to know the anatomical structure of leaves, foliage and Nepenthes gracilis Korth. tendrils which grow in areas with different light intensity. The research was conducted from May 2014 to September 2014. The paraffin method is used in making preparations of transverse incision of leaves, foliage, and N. gracilis tendrils. The results of the study on the transverse incision of the leaves, foliage and tendrils growing at different light intensity indicated a difference in the thickness of the epidermis, stomata number, thickness of cortical cell layers and size of the vessel. N. gracilis that were grown in the shaded area had thinner epidermal thickness of leaf which was 3.24 ± 0,48μm than those grown in an open area which was 6.59 ± 1,35μm. The number of stomata grown in a shaded area was fewer i.e. 44 compared to that grown in the open area which was 84. The thickness of the cortical cell layers of tendrils grown in the shaded area was thinner which was 155.30 ± 2.79 µm than those grown in an open area that was 176, 49 ± 4,23μm and the size of the vessel on the leaves and tendrils grown in the shaded area was smaller than those grown in an open area.

Keywords: Anatomical structure, Nepenthes gracilis, light intensity PENDAHULUAN

Kantung semar (Nepenthes) merupakan salah satu tumbuhan yang unik. Pemanfaatan Nepenthes sebagai tanaman hias sudah sangat populer di mancanegara. Salah satu jenis kantung semar yang banyak dijumpai ialah jenis Nepenthes gracilis. N. gracilis merupakan spesies yang adaptif. Mansur (2006), menyatakan bahwa tingkat intensitas cahaya yang diperlukan agar Nepenthes sp. dapat tumbuh dengan baik ialah berkisar 25-50%. Nepenthes sp. di hutan rawa gambut Desa Teluk Bakung Kecamatan Sungai Ambawang lebih banyak dijumpai di daerah yang ternaung dengan intensitas cahaya rendah dibandingkan daerah terbuka dengan intensitas cahaya tinggi.

Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi, menutup dan membukanya stomata. Tanaman akan mengalami berbagai perubahan pada tingkat morfologi, anatomi dan fisiologi agar mampu beradaptasi pada lingkungan dengan intensitas cahaya berbeda-beda,.

Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi menyebabkan batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh lebih sempurna, daun lebih tebal tetapi ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan tanaman pada intensitas cahaya rendah. Intensitas cahaya yang rendah juga membuat ukuran stomata lebih besar dan lapisan sel epidermis tipis (Fahn, 1992). Menurut Hidayat (1995), daun pada intensitas cahaya tinggi juga akan membentuk sel palisade yang lebih panjang. Tumbuhan membutuhkan perlindungan yang lebih tinggi terhadap kondisi intensitas cahaya tinggi sehingga ketebalan lapisan sel pelindung yaitu epidermis dan kutikula akan mempengaruhi ketebalan daunnya.

Penelitian mengenai pengaruh intensitas cahaya yang berbeda terhadap perubahan anatomi tanaman sudah pernah dilakukan oleh Istiqomah et al., (2010) pada tanaman rumput mutiara (Hedyotis corymbosa) yang membuktikan adanya perbedaan intensitas cahaya terhadap kerapatan palisade, jumlah stomata dan jumlah trikoma. Hasil penelitian Buisson dan Lee ( 1993), juga membuktikan bahwa anatomi daun Carica papaya yang diletakkan di bawah naungan dengan

(2)

intensitas cahaya rendah memiliki massa daun, jumlah lapisan sel dan ketebalan mesofil yang lebih tipis dibandingkan daun yang diletakkan pada intensitas cahaya yang lebih tinggi. Intensitas cahaya berpengaruh terhadap morfologi N. gracilis namun informasi mengenai struktur anatomi daun, kantung dan sulur N. gracilis yang tumbuh di area dengan intensitas cahaya berbeda belum diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk melihat struktur anatomi N. gracilis yang tumbuh di area dengan intensitas cahaya berbeda.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan dari bulan Mei sampai September 2014. Sampel N. gracilis diambil dari hutan rawa gambut Desa Teluk Bakung Kecamatan Sungai Ambawang. Pembuatan preparat dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak.

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu daun, kantung dan sulur dari N. gracilis, formalin, alkohol 70%, 80%, 90%, 96% dan 100%, asam asetat glasial, akuades, parafin, safranin 1%, canada balsam, xilol dan gliserin.

Metode Penelitian

Pembuatan preparat sayatan melintang daun, kantung dan sulur N. gracilis menggunakan metode parafin.

Prosedur Kerja

Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan berupa helaian daun, kantung dan sulur N. gracilis yang tumbuh di area dengan intensitas cahaya berbeda di hutan rawa gambut Desa Teluk Bakung Kecamatan Sungai Ambawang. Organ kantung yang diambil meliputi zona atas dan zona bawah kantung.

Pengukuran Intensitas Cahaya

Pengukuran intensitas cahaya dilakukan pada kisaran pukul 09.00-10.00 WIB dan 11.00-12.00 WIB.

Pembuatan preparat sayatan melintang daun, kantung dan sulur

Pembuatan sayatan melintang daun dan ranting menggunakan metode parafin meliputi tahapan,

fiksasi, pencucian, pewarnaan I, dehidrasi, dealkoholisasi, parafinasi, pembenaman, penyayatan, penjernihan, pewarnaan II, penutupan , dan pelabelan (Sass 1958 ; Ruzin 1999 dalam Desi, 2012).

Parameter Pengamatan

Pengamatan bentuk sel, ketebalan epidermis, ketebalan mesofil dan ukuran berkas pembuluh (xilem dan floem), serta pengamatan jumlah dan ukuran stomata Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disajikan secara deskriptif dalam bentuk visual (foto) mikroskopis.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pengukuran intensitas cahaya di hutan rawa gambut Desa Teluk Bakung Kecamatan Sungai Ambawang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengukuran Intensitas Cahaya

Lokasi Intensitas Cahaya (Lux) 09.00-10.00WIB 11.00-12.00 WIB

Terbuka 24.399 30.572

Ternaung 14.150 19.245

Hasil pengamatan sayatan melintang daun N. gracilis yang tumbuh pada area terbuka dan ternaung menunjukkan adanya perbedaan anatomi pada ketebalan jaringan epidermis, bentuk sel mesofil dan diameter berkas pembuluh (Gambar 1 dan Tabel 2)

A B

Gambar 1. Sayatan melintang helaian daun N. gracilis (A) yang tumbuh pada area terbuka dan (B) yang tumbuh pada area ternaung.

Keterangan epidermis (ep), mesofil (ms), dan berkas pembuluh (bp). Perbesaran 400x. ms bp ep ep ms ras ep ep bp

(3)

Tabel 2. Nilai Rata-rata Pengukuran Ketebalan dan Ukuran Jaringan Helaian Daun

Lokasi Tebal

Epidermis (µm)

Ukuran Berkas

Pembuluh (µm) stomataJumlah stomata (µm)Ukuran Stomata ( µm)Lebar Porus

Terbuka 6,59±1,35 19.65±1,53 84 5,01±0,52 1,38±0,34

Ternaung 3,24±0,48 11,74±0,64 44 7,01±0,44 3,24±0,51

Berkas pembuluh daun N. gracilis yang tumbuh pada area terbuka memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan daun yang tumbuh pada area ternaung (Gambar 2 dan Tabel 2).

A B

Gambar 2. Berkas pembuluh helaian daun N.

gracilis (A) area terbuka dan (B)

area ternaung.

Keterangan : floem (f), dan xilem (x). Perbesaran 400x

Hasil pengamatan sayatan melintang kantung N. gracilis yang tumbuh pada area terbuka tidak memiliki perbedaan bentuk dan ukuran dengan kantung yang tumbuh pada area ternaung baik itu zona atas maupun zona bawah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4.

A B

Gambar 3. Sayatan melintang kantung zona atas N . gracilis. (A) area terbuka dan (B) area ternaung.

Keterangan : epidermis (ep), hipodermis (hp) dan berkas pembuluh (jp). Perbesaran 400x.

A B

Gambar 4. Sayatan melintang kantung zona bawah N. gracilis. (A) area terbuka dan (B) area ternaung.

Keterangan : kelenjar pencerna

(kp), dan berkas pembuluh (bp). Perbesaran 400x

Jaringan epidermis sulur berbentuk lempengan dan sel korteks yang tersusun rapat tanpa ruang antar sel.

A B

Gambar 5. Sayatan melintang sulur N. gracilis. (A) area terbuka dan (B) area ternaung. Keterangan : epidermis (ep), korteks (kr), berkas pembuluh (bp). Perbesaran 100x.

Perbedaan anatomi terlihat pada jaringan korteks yaitu lapisan jaringan korteks yang tumbuh pada area terbuka lebih tebal daripada yang tumbuh pada area ternaung (Tabel 3).

x f x 19,65 µm 11,74 µm ep ep bp kp kp bp bp hp hp bp f ep kr bp kr bp 176,49 µm 155,30 µm

Tabel.3 Nilai Rata-rata Pengukuran Ketebalan dan Ukuran Jaringan Sulur Lokasi Epidermis ( µm)Tebal Pembuluh (µm)Ukuran Berkas Korteks ( µm)Tebal

(4)

Berkas pembuluh sulur N. gracilis yang tumbuh pada area terbuka memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan daun yang tumbuh pada area ternaung (Gambar 6 dan Tabel 3).

A B

Gambar 6. Sayatan melintang berkas pembuluh helaian daun N. gracilis, (A) area terbuka dan (B) area ternaung. Keterangan : floem (f) dan xilem (x). Perbesaran 400x.

Pembahasan

Secara morfologi N. gracilis yang tumbuh di area terbuka memiliki ukuran daun yang lebih lebar dan berwarna lebih hijau dibandingkan yang tumbuh di area tenaung. Sayatan anatomi daun N. gracilis yang tumbuh pada area ternaung menghasilkan lapisan epidermis yang lebih tipis dibandingkan dengan yang tumbuh pada area terbuka (Tabel 2). Kondisi ini berkaitan dengan intensitas cahaya yang diterima oleh setiap lapisan pada daun. Menurut Pantilu et al., (2012) daun di tempat ternaung akan mengalami pengurangan ketebalan epidermis. Hal ini menyebabkan ukuran daun menjadi lebih lebar dan tipis sehingga memungkinkan penangkapan cahaya lebih banyak. Gregoriou et al., (2007), menyatakan bahwa adaptasi pada tanaman yang tumbuh pada intensitas cahaya rendah dilakukan dengan memaksimalkan penangkapan cahaya dengan cara mengubah anatomi dan morfologi daun untuk fotosintesis yang efisien. Buisson dan Lee (1993), yang melakukan penelitian pada daun Carica papaya yang diletakkan di bawah naungan juga mendapatkan hasil bahwa daun yang diletakkan di bawah naungan dengan intensitas cahaya rendah memiliki massa daun, jumlah lapisan sel dan ketebalan mesofil yang lebih tipis dibandingkan daun yang diletakkan pada intensitas cahaya yang lebih tinggi.

Modifikasi jaringan epidermis salah satunya ialah stomata. Berdasarkan pengamatan stomata hanya ditemukan pada permukaan bawah daun (abaksial). Hal ini sesuai dengan penelitian Biati (2012) yang menemukan stomata N. gracilis hanya pada bagian abaksial daun. Daun yang

memiliki stomata hanya di bagian bawah daun dinamakan hipostomatik (Hidayat, 1995).

Daun N. gracilis yang tumbuh pada area terbuka memiliki jumlah stomata yang lebih banyak dengan lebar porus yang lebih kecil dibandingkan daun yang tumbuh pada area ternaung dengan lebar porus yang lebih besar seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Hal ini merupakan bentuk adaptasi tumbuhan dalam mengatur transpirasi. Menurut Gregoriou et al., (2007), suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada tempat ternaung dapat menyebabkan penurunan jumlah stomata. Menurut Haryanti (2010), pada daerah terbuka stomata harus mengurangi lebar porusnya untuk mengurangi penguapan air, sebaliknya pada daerah ternaung stomata lebih membuka. Gregoriou et al., (2007) juga menyatakan bahwa tanaman yang beradaptasi baik terhadap naungan akan mengalami pengurangan kepadatan stomata. Kantung merupakan modifikasi dari daun. Perbedaan intensitas cahaya tidak memberikan pengaruh terhadap anatomi kantung N. gracilis (Gambar 3 dan 4). Intensitas cahaya yang ditangkap oleh kantung yang tumbuh pada area terbuka dan ternaung adalah sama karena letak kantung yang tertutup dibawah tanaman sehingga diduga tidak ada perbedaan dalam penerimaan intensitas cahaya.

Jaringan epidermis pada organ kantung dan sulur yang tumbuh pada area terbuka tidak memiliki perbedaan anatomi dengan yang tumbuh pada area ternaung. Helaian kantung N. gracilis pada zona atas dan sulur ditemukan satu lapis hipodermis di bawah lapisan epidermis. Sutrian (1992) mengungkapkan bahwa hipodermis adalah jaringan pelindung yang terletak di bawah epidermis. Hipodermis berukuran besar, berdinding tipis, tidak berwarna dan berfungsi sebagai penyimpan air.

Kelenjar pencerna ditemukan pada zona bawah kantung (Gambar 4). Kelenjar pencerna berkembang dari sel epidermis dengan protoplasma yang padat dan inti sel yang besar. Kelenjar pencerna pada N. gracilis berfungsi untuk menahan serta mencerna mangsa (Mansur, 2006).

Jaringan mesofil pada helaian daun N. gracilis yang tumbuh pada area ternaung memiliki susunan sel yang lebih renggang dibandingkan yang tumbuh pada area terbuka (Gambar 1 dan 2). Menurut Gregoriou et al., (2007), tanaman yang

x f

x f

(5)

beradaptasi dengan baik terhadap naungan akan mengalami pengurangan kerapatan sel. Hidayat (1995) menyatakan ruang antar sel terbentuk sebagai adaptasi fisiologi tanaman, jaringan mesofil akan memperluas dengan cara menambah ruang antar sel sebagai upaya untuk memudahkan terjadinya pertukaran gas.

Berdasarkan hasil pengamatan terdapat perbedaan ketebalan lapisan jaringan korteks. Perbedaan ini terlihat pada Gambar 5. Jaringan korteks sulur pada tanaman yang tumbuh pada area ternaung mengalami penurunan ketebalan lapisan sel dibandingkan dengan yang tumbuh area terbuka (Tabel 3). Kondisi ini dapat disebabkan kurangnya intensitas cahaya yang diterima oleh daun pada tempat ternaung (Tabel 1) yang menyebabkan proses fotosintesis menjadi kurang optimal dan distribusi fotosintat ke masing-masing sel berkurang sehingga bahan organik belum cukup digunakan untuk disalurkan ke organ lainnya (Maghfiroh, 2006).

Jaringan pembuluh helaian daun dan sulur N. gracilis yang tumbuh pada area terbuka memiliki ukuran berkas yang lebih besar dibandingkan yang tumbuh pada area ternaung (Tabel 2 dan 3). Perbedaan ukuran ini sebagai bentuk adaptasi tumbuhan, yaitu dengan meningkatkan ukuran berkas pembuluh untuk menambah penyerapan air oleh xilem (Gregoriou et al, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Arifai, M, 2009, Respon Anatomi Daun dan Parameter Fotosintesis Padi Gogo, Caisim, Echinochloa crussgalli. L., dan Bayam Pada Berbagai Intensitas Cahaya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Biati, NYK, 2012, Studi Anatomi dan Struktur Sekretori Tanaman Kantong Semar (Nepenthes spp.), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor Buisson, D. & Lee, DW, 1993, The developmental

responses of papaya leaves to stimulated canopy shade, Jurnal Botany, vol.80, no.8, hal.947-952 Desi, 2012, Kajian Struktur Anatomi Akar, Batang dan

Daun Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm. & Binnend.) Varietas Lilin dan Kapur dari Desa

Ensinggo Kabupaten Sanggau, Skripsi,

Universitas Tanjungpura, Pontianak

Fahn, A, l992, Anatomi Tumbuhan, Gramedia, Jakarta Gregoriou, K, Pentikis, K, Vemmos, K, 2007, ‘Effects

Of Reduced Irradiance On Leaf Morphology, Photosynthetic Capacity, and Fruit Yield in Olive (Olea europaea L.)’, Photosynthica, vol.45, no.2, hal.172-181

Haryanti, S, 2010, ‘Pengaruh Naungan yang Berbeda Terhadap Jumlah Stomata dan Ukuran Porus Stomata Daun Zephyranthes rosea Lindl’,

Buletin Anatomi Fisiologi, vol. XVIII, no.1, hal. 41-48

Hidayat, EB, 1995, Anatomi Tumbuhan Berbiji, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Istiqomah, AR, Widya, M, Endang, A, 2010 ‘Pertumbuhan dan Struktur Anatomi Rumput Mutiara (Hedyoti corymbosa [L.] Lamk.) Pada Intensitas Cahaya Berbeda’, Jurnal Ekosains, vol.II, no.1, hal.55-64

Maghfiroh, L, 2006, Identifikasi Genotip Kedelai (Glycine max L. ) Tahan Naungan, Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang

Mansur, M, 2006, Nepenthes Kantong Semar yang Unik, Penebar Swadaya, Jakarta

Pantilu, LI, Feky, RM, Nio SA, Dingse, Pandiangan, 2012, ‘Respon Morfologi dan Anatomi Kecambah Kacang Kedelai (Glycine max (L.) Merill) Terhadap Intensitas Cahaya Berbeda’, Jurnal Bioslogos, vol.2, no.2, hal. 79-87

Sass, JE, 1958, Botanical Microtechnique, The LOWA State University Press, USA

Sutrian, Y, 1992, Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan, Rineka Cipta, Jakarta

Gambar

Tabel 1. Pengukuran Intensitas Cahaya
Tabel 2. Nilai Rata-rata Pengukuran Ketebalan dan Ukuran Jaringan Helaian Daun Lokasi Tebal Epidermis (µm) Ukuran Berkas Pembuluh (µm) Jumlah stomata Ukuran
Gambar 6. Sayatan melintang berkas pembuluh helaian daun N. gracilis, (A) area terbuka dan (B) area ternaung.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga T. diversifolia yang berasal dari dataran tinggi lebih baik dibandingkan daun dataran tinggi dan dataran

Jumlah kerusakan sel yang teramati pada daun akasia lebih banyak jika dibandingkan daun mahoni, sehingga dapat dikatakan daun mahoni lebih tahan terhadap