• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII EVOLUSI FONOLOGIS BAHASA OIRATA. dari suatu keturunan (Nerlich, 1989; Lass, 1990; dan McMahon, 1999). Evolusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VIII EVOLUSI FONOLOGIS BAHASA OIRATA. dari suatu keturunan (Nerlich, 1989; Lass, 1990; dan McMahon, 1999). Evolusi"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Evolusi bahasa adalah proses perubahan wujud bahasa, dalam jangka waktu lama berkembang secara alamiah dari bentuk awal menjadi bentuk akhir seperti sekarang ini dengan berbagai variasi, adaptasi, seleksi alam, dan ciri khas dari suatu keturunan (Nerlich, 1989; Lass, 1990; dan McMahon, 1999). Evolusi dalam penelitian ini mengacu pada konsep evolusi internal dan evolusi eksternal. Evolusi internal yaitu proses perubahan bahasa yang terjadi secara genetis, sedangkan evolusi eksternal merupakan proses perubahan bahasa yang terjadi secara non-genetis. Evolusi sebagai suatu perubahan bahasa terjadi setelah menempuh proses perjalanan yang cukup panjang dan sepanjang perjalanannya tersebut mengalami berbagai bentuk retensi dan inovasi. Menurut teori evolusi bahwa perubahan bahasa yang terjadi akibat suatu perjalanan panjang dapat menjadi lebih kompleks dan dapat pula sebaliknya, yaitu menjadi lebih sederhana dari bentuknya semula. Evolusi bahasa yang dikaji dalam penelitian ini terbatas pada proses perubahan wujud bahasa bidang fonologi dari bentuknya semula yang dikenali sebagai protobahasanya sampai menjadi bahasa Or sekarang ini.

Bahasa Or telah mengalami evolusi internal yang terjadi secara genetis, yaitu perubahan yang terjadi secara alamiah bersama bahasa Ft dan bahasa Mk sebagai sesama bahasa kerabat. Artinya, dalam mengungkap evolusi bahasa Or tidak dapat dipisahkan dengan bahasa Ft dan bahasa Mk sebagai sesama anggota bahasa sekerabat yang pernah menjadi bahasa tunggal di masa yang lalu. Hal ini mengandung makna bahwa evolusi bahasa Or merupakan proses perubahan bahasa dari suatu bentuk protobahasa OFM menuju bentuk mesobahasa OF

(2)

sampai pada bentuk bahasa Or modern.

Di sisi lain, proses evolusi bahasa Or secara eksternal terjadi secara non-genetis sebagai bentuk pinjaman akibat peristiwa kontak bahasa dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Bahasa-bahasa-bahasa yang member kontribusi terhadap terjadinya evolusi bahasa Or secara non-genetis adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa penguasa, bahasa Belanda dan Portugis sebagai bekas penjajah, bahasa Kisar dan bahasa Ambon sebagai bahasa daerah yang ada di sekitarnya.

Untuk mengetahui proses perjalanan menjadi bahasa Or sekarang ini dan bentuk-bentuk perubahan yang terjadi, berikut ini disajikan mulai protofonem kelompok OFM, protofonem mesobahasa OF, sampai fonem-fonem bahasa Or sekarang ini berdasarkan temuan-temuan pada bab sebelumnya.

8.1 Evolusi Internal Bahasa Oirata

Evolusi internal adalah wujud perubahan menjadi bahasa Oirata modern yang sekarang ini dari wujud sebelumnya sebagai mesobahasa OF yang berasal dari bentuknya semula sebagai protobahasa OFM. Dikatakan internal karena ketiga bahasa Mk, Ft dan bahasa Or merupakan bahasa sekerabat yang telah dibuktikan memiliki hubungan yang sangat erat sesamanya. Artinya, perubahan aspek bahasa Or akan terkait pula perubahan aspek yang sama pada bahasa Ft dan Mk sebagai sesama bahasa berkerabat.

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa evolusi bahasa Or yang diungkap dalam penelitian ini terbatas pada aspek fonologis. Oleh karena itu, pembahasan berikutnya terdiri atas perubahan fonem vokal dan fonem konsonan dari OFM sampai Or sesuai dengan temuan di lapangan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan fonem-fonem yang mengalami perubahan, arah perubahan

(3)

yang terjadi, dan keterkaitan di antaranya. 8.1.1 Perubahan fonem vokal

Berdasarkan temuan pada Bab VII telah ditetapkan lima protofonem vokal OFM yang terdiri atas protofonem vokal tinggi depan tak bulat */i/, protofonem tinggi belakang bulat */u/, protofonem madya depan tak bulat */e/, protofonem madya belakang bulat */o/, dan protofonem rendah tengah tak bulat */a/. Demikian juga telah ditemukan protofonem vokal OF yang terdiri atas protofonem vokal tinggi depan tak bulat */i/, protofonem vokal tinggi belakang bulat */u/, protofonem vokal madya depan tak bulat */e/, protofonem vokal madya belakang bulat */o/, dan protofonem vokal rendah tengah tak bulat */a/. Terakhir, ditemukan pula fonem vokal Or yang juga terdiri atas fonem vokal tinggi depan tak bulat /i/, fonem vokal tinggi belakang bulat /u/, fonem vokal madya depan tak bulat /e/, fonem vokal madya belakang bulat /o/, dan fonem vokal rendah tengah tak bulat /a/. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan protofonem vokal OFM, protofonem vokal OF, dan fonem vokal Or beserta jumlahnya dalam bentuk bagan sebagai berikut.

Bagan 21: Vokal OFM, OF, dan Bahasa Or

No Vokal Distingtif OFM OF Or

1 vokal tinggi depan tak bulat */i/ */i/ /i/

2 vokal tinggi belakang bulat */u/ */u/ /u/

3 vokal madya depan tak bulat */e/ */e/ /e/

4 vokal madya belakang bulat */o/ */o/ /o/

5 vokal rendah tengah tak bulat */a/ */a/ /a/

(4)

Bagan protofonem OFM di atas menunjukkan bahwa pada hakekatnya kelompok bahasa OFM sebagai bahasa asal dari bahasa Or, Ft, dan Mk memiliki lima protofonem vokal asal, dan pantulannya juga terdapat lima fonem vokal pada subkelompok OF, serta tetap bertahan menjadi lima fonem vokal pada bahasa Or sekarang ini.

Meskipun jumlah fonem vokal pada kelompok OFM sama dengan jumlah fonem vokal subkelompok OF, dan bahasa Or, tetapi masing-masing fonem vokal tersebut mengalami proses yang berbeda-beda pada setiap tahapan perkembangan bahasa itu. Artinya, fonem-fonem vokal OFM ada yang mengalami retensi pada OF dan Or, dan ada pula yang mengalami inovasi pada OF dan Or. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan fonem-fonem vokal yang mengalami retensi dan fonem-fonem vokal yang mengalami inovasi.

Bagan 22: Perubahan Fonem Vokal OFM pada OF dan Or

No Vokal Posisi dalam kata OFM OF Or

1 /i/

awal (inisial) */i/ */i/ /i/

tengah (medial) */i/ */i/ /i/

akhir (final) */i/ */i/ /i/

*/e/ /e/

2 /u/

awal (inisial) */u/ */u/ /u/

tengah (medial) */u/ */u/ /u/

akhir (final) */u/ */u/ /u/

3 /e/

awal (inisial) */e/ */e/ /e/

tengah (medial) */e/ */e/ /e/

(5)

No Vokal Posisi dalam kata OFM OF Or

4 /o/

awal (inisial) */o/ */o/ /o/

tengah (medial) */o/ */o/ /o/

akhir (final) */o/ */o/ /o/

5 /a/

awal (inisial) */a/ */a/*/e/ /a/

tengah (medial) */a/ */a/ /a/

akhir (final) */a/ */a/ /a/

*/e/ Catatan: +) mengalami merger

Berdasarkan bagan di atas bahwa dari lima protofonem vokal OFM terdapat dua vokal yaitu */u/ dan */o/ yang terpantul dan mengalami retensi pada subkelompok OF serta tiga vokal, yaitu */u/, */o/, dan */a/ yang juga terpantul dan mengalami retensi pada bahasa Or. Selain itu, tiga protofonem vokal OFM, yaitu */i/, */e/, dan */a/ mengalami inovasi dalam bentuk perengkahan (split) dan merger pada subkelompok OF serta terdapat dua vokal, yaitu */i/ dan */e/ yang juga mengalami inovasi dalam bentuk perengkahan (split) dan merger pada Or. Fonem-fonem vokal OFM yang mengalami inovasi dalam bentuk split dan

merger pada subkelompok OF dan Or diuraikan sebagai berikut.

1) Split OFM */i/ OF */i//_# OF */e//_#

OFM

OF Arti

*iri *iri ‘kencing’

*mali *mali ‘besan’

*wasini *wahini ‘gigi’

*api *api ‘ikan’

(6)

*wari *wari ‘sarang’

*kaili *kaile ‘bengkok’

*pitini *pitine ‘putih’

*ti’iri *ti’ire ‘berat’

*neri *nere ‘datar’

*wai *wehe ‘darah’

*mu’i *mu’e ‘mencium’

*eani *eyane ‘begitu’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem vokal */i/ pada kelompok bahasa OFM sebagai bahasa asal dari bahasa Or modern sekarang mengalami inovasi dalam bentuk perengkahan atau split menjadi */i/ dan */e/ pada subkelompok OF sebagai bahasa turunan terutama pada posisi akhir kata. Perubahan vokal OFM */i/ menjadi */e/ pada subkelompok OF sebagai bahasa turunan mengalami berbagai proses. Pertama, terjadi proses disimilasi yaitu menjadi bunyi yang berbeda dari bunyi-bunyi */i/ sebelumnya untuk menghindari kemonotonan atau untuk menciptakan bunyi yang lebih bervariatif. Data yang dimaksud adalah sebagai berikut.

OFM OF Arti

*kaili *kaile ‘bengkok’

*pitini *pitine ‘putih’

*ti’iri *ti’ire ‘berat’

Kedua, terjadi proses asimilasi progresif yaitu menjadi bunyi yang sama dengan */e/ yang di depanya. Data tersebut adalah OFM *neri > OF*nere ‘datar’. Ketiga, terjadi perubahan bunyi yang bersifat sporadis yang tidak dengan mudah dapat dijelaskan sebagai akibat dari rentang waktu yang cukup lama yang berpengaruh pada hilangnya eviden-eviden penting yang seharusnya dapat dipakai sebagai bahan untuk menjelaskan proses perubahan itu. Data tersebut adalah sebagai berikut.

OFM OF Arti

*wai *wehe ‘darah’

*mu’i *mu’e ‘mencium’

(7)

Terhadap perubahan bunyi yang bersifat sporadis tersebut, lebih cenderung dapat dikatakan sebagai perubahan dalam bentuk perendahan bunyi dari /i/ yang bercirikan vokal tinggi depan menjadi vokal madya depan. Perubahan dalam bentuk perendahan bunyi tersebut bahkan dapat menggeneralisir semua data yang menyangkut perubahan OFM*/i/ menjadi OF */e/ tersebut di atas.

Selanjutnya fonem vokal */i/ pada OF juga mengalami perengkahan (split) menjadi /i/ dan /e/ pada bahasa Or. Berikut ini disajikan beberapa data yang menunjukkan perubahan itu.

2) Split OF */i/ Or /i//_# Or /e//_#

OF Or Arti

*api ahi ‘ikan’

*asiri asiri ‘garam’

*i’iri i’iri ‘batu asah’

*lori lori ‘telaga’

*miri miri ‘baru’

*pari hari ‘angin’

*iniri inre ‘kami’

*piri hire ‘berbohong, dusta’

*apiri apre ‘kita’

*piri pire ‘busta, bohong’

Data di atas memperlihatkan bahwa proses perengkahan (split) yang pada hakekatnya adalah sebagian fonem vokal OF */i/ menjadi Or /e/ merupakan perubahan bunyi akibat proses disimilasi yaitu menjadi bunyi yang berbeda dari fonem vokal /i/ yang ada sebelumnya. Perubahan fonem vokal tersebut juga bermuara pada proses perendahan bunyi.

3) Merger OF */i/ Or /e//_# */e/

OF

Or

Arti

*iniri inre ‘kami’

*piri hire ‘dusta, bohong’

(8)

*apiri apre ‘kita’

*ale ale ‘padi’

*atare ađare ‘dukun jahat’

*ha’ate a’ate ‘tajam’

*ipile ihile ‘terbang’

*kase kase ‘haus’

Data di atas memperlihatkan bahwa selain terjadi proses perengkahan (split) seperti yang terjadi pada data 1) dan data 2), pada data 3) justru terjadi proses merger atau dua fonem vokal yang berbeda menjadi satu fonem vokal yang sama. Fonem vokal OF */e/ tetap bertahan sebagai /e/ pada bahasa Or, sementara itu fonem vokal OF */i/ menjadi /e/ pada bahasa Or. Perubahan OF */i/ > Or /e/ pada posisi akhir kata (final) merupakan proses disimilasi yang mengakibatkan terjadinya proses perendahan bunyi.

4) Merger OFM */i/

*/e/ OF */e//_#

*/a/

OFM OF Arti

*kaili *kaile ‘bengkok’

*ti’iri *ti’ire ‘berat’

*walali *walale ‘cepat’

*wali *wale ‘kulit’

*na’i *ne’e ‘nama’

*mire *mire ‘duduk’

*kaire *kaire ‘parut’

*ate *ete ‘pohon/kayu’

*asine *ahine ‘bernanah’

*ere *ere ‘kamu’

*ka’ara *ka’are ‘dingin’

*wala *wale ‘melahirkan’ (binatang)

*tana tipala *tana tipale ‘tepuk tangan’

*hena *nahe ‘mencari’

*kaura *kaure ‘garuk, kais’

Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa asal Or atau pada saat masih sebagai kelompok OFM, fonem vokal */i/, */e/, dan */a/ pada posisi akhir kata mengalami proses merger menjadi fonem fokal */e/ pada subkelompok OF.

(9)

Perubahan fonem vokal OFM */i/ menjadi OF */e/ pada posisi akhir kata merupakan proses disimilasi atau perubahan menjadi fonem vokal yang berbeda dari fonem vokal /i/ yang ada sebelumnya. Perubahan fonem vokal /i/ menjadi /e/ mengakibakan proses perendahan bunyi. Sebaliknya, perubahan OFM */a/ menjadi OF */e/ mengalami berbagai proses. Pertama, terjadi proses disimilasi atau menjadi fonem vokal yang berbeda dari fonem vokal /a/ yang ada pada suku kata sebelumnya. Akibat dari proses disimilasi menyebabkan terjadinya peninggian bunyi. Data tersebut adalah sebagai berikut.

OFM OF Arti

*ka’ara *ka’are ‘dingin’

*wala *wale ‘melahirkan’ (binatang)

*tana tipala *tana tipale ‘tepuk tangan’

Kedua, terjadi proses metatesis atau proses pertukaran posisi antara suku kata /he/ dengan /na/ sehingga mengakibatkan terjadinya peninggian bunyi pada posisi akhir kata. Data tersebut adalah OFM *hena > OF *nahe ‘mencari’. Ketiga, terjadi kecenderungan yang sama dengan data pertama dan data kedua, yaitu proses peninggian bunyi. Data tersebut adalah OFM *kaura > OF *kaure ‘garuk’ atau ‘kais’.

5) Split OFM */a/ OF /a//#_ OF /e//#_

OFM OF Arti

*atu *atu ‘perut’

*ata *ata ‘api’

*asa *asa ‘ayam’

*asa *asa ‘daun’

*api *api ‘ikan’

*amini *amini ‘kutu’

*aniri *aniri ‘saya’

*ase *ese ‘memadamkan’(api, sinar)

*ate *ete ‘pohon, kayu’

*ani *eni ‘luka’

*ari *eri ‘engkau’

*ala *ele ‘sepak’

Data di atas memperlihatkan kelompok OFM sebagai asal dari bahasa Or memiliki fonem vokal */a/ yang mengalami perengkahan (split) menjadi fonem vokal */a/ dan */e/ pada subkelompok OF pada posisi awal kata. Hakekat dari

(10)

split tersebut adalah perubahan fonem vokal /a/ menjadi fonem vokal /e/. Perubahan fonem vokal /a/ menjadi /e/ mengalami berbagai proses. Pertama, terjadi proses asimilasi regresif atau perubahan fonem vokal pada posisi awal (/a/) akibat pengaruh fonem vokal yang mengikutinya (/e/) sehingga menjadi fonem vokal yang sama. Akibat dari perubahan fonem vokal tersebut menyebabkan terjadinya peninggian bunyi pada posisi awal kata. Data yang dimaksud adalah sebagai berikut.

OFM OF Arti

*ase *ese ‘memadamkan’(api, sinar)

*ate *ete ‘pohon, kayu’

Kedua, terjadi proses pengedepanan bunyi dari vokal tengah /a/ menjadi vokal depan /e/ akibat proses asimilasi regresif dari fonem vokal /i/ yang terletak pada suku kata kedua. Akibat proses tersebut menyebabkan terjadinya peninggian bunyi yaitu dari vokal tengah rendah /a/ menjadi vokal depan madya /e/. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan data yang dimaksud.

OFM OF Arti

*ani *eni ‘luka’

*ari *eri ‘engkau’

Ketiga, pada data OFM *ala > OF *ele ‘sepak’ pada mulanya terjadi proses peninggian bunyi pada posisi awal kata sebagaimana telah dibuktikan pada pertama dan kedua sehingga terbentuklah *ela. Tahap selanjutnya, terjadi proses asimilasi progresif atau perubahan fonem vokal /a/ yang ada pada suku kedua menjadi fonem vokal /e/ akibat pengaruh dari fonem vokal /e/ pada suku kata pertama.

6) OFM */a/ OF a//_# OF e//_#

(11)

Data di atas memperlihatkan bahwa kelompok bahasa OFM sebagai bahasa asal bahasa Or terdapat pula fonem vokal */a/ mengalami split atau perengkahan menjadi fonem vokal */a/ dan */e/ pada subkelompok OF pada posisi akhir kata. Hakekat dari perengkahan fonem tersebut adalah perubahan fonem vokal /a/ menjadi /e/ pada posisi akhir kata. Perubahan vokal /a/ menjadi vokal /e/ mengalami berbagai proses. Pertama, terjadi proses asimilasi progresif yaitu pengaruh vokal /i/ yang ada pada suku di depan sehingga mengakibatkan pengedepanan bunyi, yaitu dari vokal tengah /a/ menjadi vokal depan /e/. Data tersebut adalah sebagai berikut.

OFM OF Arti

*iti ala *iti ele ‘sepak (kaki)’

Kedua, terjadi pula proses disimilasi yaitu menjadi vokal yang berbeda dengan vokal yang ada pada suku di depannya sebagai akibat proses pengedepanan bunyi sebagaimana yang terjadi pada data sebelumnya. Data tersebut adalah OFM*wala menjadi OF *wale ‘melahirkan’ (untuk binatang). Ketiga, akibat proses pengedepanan bunyi dari vokal tengah /a/ menjadi vokal /e/ melahirkan sebuah kecenderungan yang terjadi pada sukelompok OF sebagaimana yang tampak pada data berikut ini.

OFM OF Arti

*ata *ata ‘api’

*asa *asa ‘ayam’, ‘daun’

*mata *mata ‘kelelawar’

*lua-lua *lua-lua ‘lipas’

*uta *uta ‘membunuh’

*sina *hina ‘menganyam’

*iti ala *iti ele ‘sepak (kaki)’

*kaura *kaure ‘garuk’

*wala *wale ‘melahirkan’ (binatang)

*misa *muse ‘panjat, mendaki’

(12)

Berdasarkan data 1) sampai dengan 6) di atas, evolusi vokal bahasa Or secara internal dapat digambar dalam bentuk bagan sebagai berikut.

Bagan 23: Evolusi Vokal Bahasa Oirata

Vokal OFM

inisial medial final Vokal OF

*/i/ inisial medial final Vokal Or */i/

inisial medial Final

/i/ */e/ */e/ */e/ /e/ */a/ */a/ */a/ */a/

7) Pemadyaan fonem vokal

Bila dicermati Bagan Evolusi Vokal Bahasa Or di atas, tampak bahwa ada kecenderungan umum yang terjadi pada kelompok bahasa tersebut yaitu dalam bentuk pemadyaan fonem vokal. Artinya, fonem vokal tinggi cenderung mengalami split menjadi vokal tinggi dan madya, sementara itu vokal rendah mengalami split pula menjadi vokal rendah dan vokal madya. Sebagai konsekuensi logis dari proses perubahan dalam bentuk split tersebut mengakibatkan terjadinya merger pada beberapa vokal menjadi vokal madya baik

OFM OF Arti

*misa *muse ‘panjat, mendaki’

(13)

pada subkelompok OF maupun pada bahasa Or. Untuk melengkapi fakta sebagaimana yang terdapat pada bagan di atas, berikut ini disajikan pula beberapa data yang dapat memperkuat pernyataan tersebut di atas.

OFM OF Or Arti

*piri *piri hire ‘dusta, bohong’

*tana kaili *tana kaile tana kaile ‘cengkok’

*walali *walale walale ‘lari, cepat’

*tuturu *tuture tutre ‘sunggi’

*na’i *ne’e nene ‘nama’

*sapa *hapa opo ‘tulang’

*nerina *nerina nerene ‘dataran’

*rasa *rasa sele ‘doa’

*tana tipala *tana tipale tana tipale ‘tepuk tangan’

*iniri inre ‘kami’

*tapi tepe ‘pasti

*petu hete ‘tikar’

*weli(ka) wele ‘kiri’

Data di atas memperlihatkan adanya fakta perubahan fonem vokal dalam bentuk:

a) proses perendahan OFM */i/ > fonem vokal madya Or /e//_#,

b) proses perendahan OFM */i/ > fonem vokal madya OF */e/ dan Or /e//_#, c) proses peninggian OFM */a/ > fonem vokal madya Or /o//_#,

d) proses peninggian OFM */a/ > fonem vokal madya Or /e//_#,

e) proses peninggian OFM */a/ > fonem vokal madya OF */e/ dan Or /e//_#, f) proses perendahan OF */i/ > fonem vokal madya Or /e//_#, dan

Berdasarkan fakta proses perubahan fonem vokal di atas dapat disimpulan bahwa telah terjadi proses pemadyaan fonem vokal pada OF dan Or dari vokal OFM.

Perlu pula dijelaskan terjadinya proses pemadyaan fonem-fonem sebagaimana yang tampak pada data di atas. Pertama, pemadyaan OFM atau OF */i/ menjadi Or /e/ pada posisi akhir kata seperti pada data OFM dan OF *piri menjadi Or hire ‘dusta, bohong’ terjadi sebagai akibat dari proses disimilasi

(14)

progresif yaitu menjadi fonem vokal berbeda dari fonem vokal /i/ yang ada pada suku di depannya.

Kedua, pemadyaan OFM */i/ menjadi OF dan Or /e/ pada posisi akhir kata seperti pada data di bawah ini.

OFM OF Or

*tana kaili *tana kaile tana kaile ‘cengkok’

*walali *walale walale ‘lari, cepat’

*tuturu *tuture tutre ‘sunggi’

Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat proses disimilasi progresif, yaitu menjadi fonem vokal yang berbeda dari fonem vokal OFM /i/, /a/, dan /u/ yang ada pada suku kata di depannya.

Ketiga, pemadyaan OFM dan OF */a/ menjadi Or /o/ pada posisi akhir kata seperti pada kasus data berikut ini.

OFM OF Or

*sapa *hapa opo ‘tulang’

Prmadyaan fonem vokal tersebut cenderung terjadi akibat proses disimilasi progresif, yaitu menjadi fonem vokal yang berbeda dari fonem vokal OFM dan OF /a/ yang ada pada suku di depannya, maka terjadilah bentukan Or apo ‘tulang’. Selanjutnya terjadi pula proses asimilasi regresif yaitu menjadi fonem vokal yang sama dengan fonem vokal Or /o/ yang ada pada suku kedua.

Keempat, pemadyaan OFM dan OF */a/ menjadi Or /e/ pada posisi akhir kata seperti pada data berikut.

OFM OF Or

*nerina *nerina nerene ‘dataran’

*rasa *rasa sele ‘doa’

Pemadyaan fonem vokal tersebut cenderung sebagai akibat proses desimilasi progresif, yaitu menjadi fonem vokal yang berbeda dari OFM dan OF */i/ dan

(15)

*/a/ pada suku kata sebelumnya. Akibat proses tersebut terjadilah bentukan Or nerine ‘dataran’ dan rase ‘doa’. Selanjutnya pada bentukan tersebut terjadi proses asimilasi regresif, yaitu menjadi fonem vokal yang sama dengan fonem vokal Or /e/ pada suku kata terakhir. Khusus bentukan Or rese ‘doa’ masih mengalami proses perubahan lanjutan, yaitu terjadi metatesis sehingga terjadi bentukan Or sere ‘doa’. Perubahan terakhir terjadi bentuk alternasi /r/~/l/ yang sering terjadi pada bahasa Or sehingga mengakibatkan lahir bentukan Or sele ‘doa’.

Kelima, pemadyaan OFM */a/ menjadi OF */e/ dan Or /e/ pada posisi akhir kata seperti pada data OFM *tana tipala menjadi OF *tana tipale dan Or tana tipale ‘tepuk tangan’. Proses pemadyaan fonem vokal tersebut cenderung akibat disimilasi progresif yaitu menjadi fonem vokal yang berbeda dari fonem vokal OFM */a/ yang ada pada suku kata sebelumnya.

Keenam, pemadyaan fonem vokal OF */i/ dan */u/ menjadi fonem vokal Or /e/ pada posisi akhir kata seperti pada data berikut ini.

OF Or

*iniri inre ‘kami’

*weli(ka) wele ‘kiri’

*petu hete ‘tikar’

*tapi tepe ‘pasti

Proses pemadyaan fonem vokal tersebut mengalami cara yang berbeda-beda. Data OF *iniri menjadi Or inre ‘kami’ pada mulanya terjadi disimilasi progresif, yaitu menjadi fonem vokal yang berbeda dari OF */i/ pada suku sebelumnya. Akibat proses itu terjadilah bentukan Or inire. Proses selanjutnya berlaku kecenderungan umum yang terjadi pada bahasa Or dalam bentuk syncope yaitu penghilangan bunyi pada posisi tengah kata. Akibat kecenderungan tersebut, terjadilah bentukan akhir Or inre ‘kami’. Data OF *weli(ka) menjadi Or wele ‘kiri’ cenderung berasal dari kata OF *weli yang selanjutnya sebagian dari

(16)

subkelompok tersebut mengalami proses paragoge, yaitu penambahan bunyi pada posisi akhir kata. Sedangkan, OF *weli menjadi Or wele merupakan akibat dari proses asimilasi progresif, yaitu perubahan fonem vokal menjadi fonem vokal yang sama dengan fonem vokal OF */e/ pada suku sebalumnya. Proses pemadyaan OF *petu menjadi Or hete ‘tikar’ cenderung sebagai akibat proses asimilasi progresif yaitu perubahan fonem vokal menjadi sama dengan fonem vokal OF */e/ yang ada pada suku kata sebelumnya. Selanjutnya pada bahasa Or berlaku hukum perubahan fonem Mk /b/ ≈ Ft /p/ ≈ Or /h/ sehingga terjadilah bentukan akhir Or hete ‘tikar’. Data OF *tapi menjadi Or tepe ‘pasti’ sangat dimungkinkan terjadi sebagai bentuk kecenderungan perubahan OF */i/ > Or /e//_# sehingga terjadi bentukan Or tape ‘pasti’. Tahapan perubahan berikutnya terjadi proses asimilasi regresif, yaitu menjadi fonem vokal yang sama dengan fonem vokal Or /e/ yang ada pada suku kata berikutnya. Akibat proses tersebut terjadilah bentukan akhir Or tepe ‘pasti.

8.1.2 Perubahan fonem konsonan

Sebelum sampai pada bentuk-bentuk perubahan fonem konsonan dan arah proses perubahannya dari protofonem konsonan OFM menjadi fonem-fonem konsonan OF dan akhirnya sampai pada bahasa Or, perlu disajikan fonem-fonem konsonan ketiga bahasa Mk, Ft, dan Or. Sajian jenis dan jumlah fonem konsonan pada ketiga bahasa tersebut sangat bermanfaat dan berfungsi sebagai dasar perunutan kembali bentuk-bentuk dan arah perubahan fonem konsonan tersebut sehingga menjadi lebih jelas terjadinya proses perubahan tersebut. Berikut ini disajikan jenis dan jumlah fonem konsonan ketiga bahasa tersebut.

(17)

Bagan 24: Konsonan Bahasa Makasai, Fataluku, dan Oirata

Cara Artikulasi Tempat Artikulasi TB/B Mk Ft Or

Hambat letup bilabial TB p p p B b apiko-alveolar TB t t t B d đ medio-palatal TB c B j dorso-velar TB k k k B g glotal TB Nasal (sengau) bilabial B m m m apiko-alveolar B n n n

Sampingan (lateral) apiko-alveolar B l l l

Getar (tril) apiko-alveolar B r r r

Geseran (frikatif) labio-dental TB f f B v lamino-alveolar TB s s s laringal TB h h h

(18)

Semi-vokal

bilabial B w w w

medio-palatal B y y

Jumlah fonem ( ∑ ) 15 16 13

Bagan konsonan di atas menunjukkan bahwa jumlah dan jenis fonem konsonan ketiga bahasa tersebut berbeda-beda. Dari segi jumlah, bahasa Mk memiliki 15 fonem konsonan, bahasa Ft memiliki 16 fonem konsonan, dan bahasa Or memiliki 13 fonem konsonan. Artinya ketiga bahasa tersebut memiliki perkembangan fonem konsonan yang berbeda. Dari segi jumlah fonem yang ada, Fonem konsonan bahasa Ft paling berkembang di antanya, disusul bahasa Mk, dan paling lamban perkembangannya adalah bahasa Or.

Ditinjau dari segi jenis fonem konsonan yang dimiliki ketiga bahasa tersebut terdapat 11 (sebelas) jenis fonem konsonan yang sama, yaitu konsonan /p/, /t/, /k/, /’/, /m/, /n/, /l/, /r/, /s/, /h/, dan /w/. Perbedaan fonem konsonan dari ketiga bahasa tersebut yang sekaligus merupakan penambahannya adalah sebagai berikut. Bahasa Mk memiliki empat penambahan fonem konsonan, yaitu konsonan /b/, /d/, /g/, dan /f/. Bahasa Ft memiliki lima penambahan fonem konsonan, yaitu konsonan /c/, /j/, /f/, /v/, dan /y/. Terakhir, bahasa Or hanya memiliki dua penambahan fonem konsonan, yaitu konsonan /đ/ dan /y/.

Ada hal yang menarik dari fakta bahasa secara sinkronis sebagaimana telah digambarkan di atas bila dibandingkan dengan fakta bahasa secara diakronis. Letak menariknya adalah adanya perbedaan jumlah fonem konsonan yang sama-sama dimiliki secara sinkronis dari ketiga bahasa tersebut adalah berjumlah 11 (sebelas) fonem konsonan, sedangkan berdasarkan kajian diakronis sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya terdapat hanya 10 (sepuluh)

(19)

protofonem konsonan. Letak perbedaanya adalah pada fonem konsonan /h/. Meskipun ketiga bahasa itu secara sinkronis ditemukan sama-sama memiliki fonem konsonan /h/, tetapi fakta bahasa secara diakronis tidak ditemukan protofonem konsonan /h/. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan fakta bahasa secara diakronis dalam bentuk bagan evolusi fonem konsonan dan selanjutnya akan diuraikan jenis dan bentuk perubahannya termasuk terjadinya konsonan /h/.

Bagan 25: Protofonem Konsonan OFM, OF dan Konsonan Bahasa Or

Cara Artikulasi Tempat Artikulasi TB/B OMF OF Or

Hambat letup bilabial TB *p *p p B apiko-alveolar TB *t *t t B đ medio-palatal TB B dorso-velar TB *k *k k B glotal TB *’ *’ Nasal (sengau) bilabial B *m *m m apiko-alveolar B *n *n n

Sampingan (lateral) apiko-alveolar B *l *l l

Getar (tril) apiko-alveolar B *r *r r

Geseran (frikatif)

labio-dental

TB B

(20)

laringal TB *h h

Semi-vokal

bilabial B *w *w w

medio-palatal B *y y

Jumlah fonem ( ∑ ) 10 12 13

Bagan di atas menunjukkan bahwa secara diakronis kelompok bahasa OFM memiliki 10 (sepuluh) protofonem konsonan, yaitu */p/, */t/, */k/, */’/, */m/, */n/, */l/, */r/, */s/, dan */w/. Selanjutnya, terjadi perkembangan dengan ditemukannya protofonem konsonan */h/ dan */y/ sehingga menjadi 12 (dua belas) protofonem konsonan pada subkelompok bahasa OF. Terakhir, perkembangan fonem konsonan tersebut sampai pada bahasa Or hanya terjadi penambahan satu fonem konsonan /đ/. Dengan demikian, sampai saat ini bahasa Or hanya memiliki 13 fonem konsonan.

Berikut ini diuraikan evolusi fonem konsonan dengan berbagai jenis dan bentuk perubahan masing-masing konsonan dari protofonem konsonan kelompok bahasa OFM menjadi protofonem konsonan subkelompok OF hingga sampai pada fonem konsonan bahasa Or.

Jenis dan bentuk perubahan fonem konsonan

1) OFM */p/ > OF */p/ > split: a) Mk /p/, /f/, dan /b//#_ dan /V_V b) Ft /p/ dan /f//#_ dan / V_V

c) Or /p/ dan /h//#_ dan /_#_/#_ dan / V_V

OFM

OF

Mk

Ft

Or

Arti

*panu *panu ‘muka’

*pata *pata ‘lintah’

*puru *puru ‘buntung’

*tapa *tapa ‘tumbuk’

*tepu *tepu ‘patah’

*ipili ifi ‘lidah’

*ipilai ifilai ‘cacing’

(21)

*panarai fanarai ‘gadis’

*pura bura ‘jual’

*lopo lobo ‘kandang’

*sapu sabu ‘jeruk’

*pai *pai fai pai ‘kerja’

*panarai *panarai fanare panarai ‘perawan’

*pele *pele fele pele ‘telapak’

*upuru *upuru ufuru upuru ‘tubuh’

*parare *parare parare harare ‘memaki’

*pipi *pipi pipi hihi ‘kambing’

*api *api api ahi ‘ikan’

*ipiti *ipiti ipiti itihi ‘kura-kura’

Data di atas merefleksikan bahwa protofonem konsonan OFM */p/ terpantul langsung pada OF sebagai */p/ dan mengalami perengkahan (split) menjadi fonem konsonan /p/, /f/, dan /b/ pada bahasa Mk, menjadi fonem konsonan /p/ dan /f/ pada bahasa Ft, serta menjadi fonem konsonan /p/ dan /h/ pada bahasa Or. Dengan kata lain, fonem konsonan /f/ dan /b/ pada bahasa Mk dan fonem konsonan /f/ pada bahasa Ft, serta fonem konsonan /h/ pada bahasa Or merupakan inovasi-inovasi dari fonem konsonan OFM */p/. Di sisi lain, fonem konsonan /p/ pada bahasa Mk, Ft, dan Or merupakan retensi dari fonem konsonan OFM */p/.

2) OFM */t/ > OF */t/ > split: a) Mk /t/ dan /d//#_ dan / V_V b) Ft /t/ dan /c//#_ dan / V_V c) Or /t/ dan /đ//#_ dan / V_V

OFM

OF

Mk

Ft

Or

Arti *tana *tutu *ate *nate *nita *tana *tutu *ete *nate *nita tana tutu ate tena ta tana tutu ete nate nita tana tutu ete nate ita ‘tangan’ ‘minum’ ‘pohon’ ‘berdiri’ ‘saling’

*tana *tana ‘tangan’

*tapa *tapa ‘tumbuk’

*pata *pata ‘lintah’

*atu *atu ‘perut’

(22)

*tila dila ‘katak’

*tura dura ‘tikus’

*ata *ata aca ađa ‘api’

*mata *mata maca mađa ‘kelelawar’

*mete *mete mece međe ‘makan’

*tu’u * tu’u cucu đuđu ‘bumbung’

*tila *tila cila đila ‘katak’

*ti’iri *ti’iri ci’ire đu’ure ‘berat’

Data di atas mecerminkan bahwa protofonem konsonan OFM */t/ terpantul langsung pada OF sebagai */t/ dan mengalami perengkahan (split) menjadi fonem konsonan /t/, dan /d/ pada bahasa Mk, menjadi fonem konsonan /t/ dan /c/ pada bahasa Ft, serta menjadi fonem konsonan /t/ dan /đ/ pada bahasa Or. Artinya, fonem konsonan /t/ pada bahasa Mk, Ft, dan Or merupakan retensi dari fonem konsonan OFM */t/. Sementara yang lain, fonem konsonan /d/ pada bahasa Mk dan fonem konsonan /c/ pada bahasa Ft, serta fonem konsonan / đ / pada bahasa Or merupakan inovasi-inovasi dari fonem konsonan OFM */t/.

3) OFM */s/ OF */s/ Ft /s/ dan /h//#_ dan / V_V OF */h/ Or /s/ dan /Ø/ /#_ dan / V_V

OFM

OF

Ft

Or

Arti

*saka *saka saka saka ‘sendok…’

*soru *soru soru soru ‘balur’

*asa *asa asa asa ‘daun’

*asiri *asiri asiri asiri ‘garam’

*suru *huru huru uru ‘tanduk’

*siare *hiare hiyare iyare ‘membayar’

*sina *hina hina ina ‘menganyam’

*pusu *puhu puhu huu ‘periuk’

*tasi *tahi tahi tai ‘laut’

Data di atas menggambarkan bahwa protofonem konsonan OFM */s/ mengalami perengkahan (split) menjadi protofonem konsonan */s/ dan */h/ pada subkelompok OF. Artinya, kehadiran fonem konsonan */h/ pada subkelompok bahasa OF menurun dari kelompok bahasa OFM */s/ dalam bentuk inovasi.

(23)

Selanjutnya, protofonem konsonan OF */s/ mengalami perengkahan pula menjadi fonem konsonan /s/ dan /h/ pada bahasa Ft dan menjadi /s/ dan /Ø/ pada bahasa Or. Fenomena di atas memberi indikasi bahwa sangat dimungkinkan terjadinya /Ø/ pada bahasa Or mengalami proses menjadi fonem konsonan /h/ terlebih dahulu. Maksudnya, proses terjadinya /Ø/ pada bahasa Or bermula dari OFM */s/ menjadi OF */s/ dan selanjutnya mengalami inovasi menjadi Or /h/. Sebagaimana dimaklumi bahwa fonem konsonan /h/ sangat dimungkinkan menjadi /Ø/. Berdasarkan fakta di atas dapat dijelaskan bahwa kehadiran /h/ merupakan fonem konsonan inovasi dalam bentuk perengkahan (split) dari fonem konsonan OFM */s/, yang selanjutnya fonem konsonan /h/ menjadi /Ø/ pada bahasa Or.

Pertanyaan yang muncul adalah bagaimanakah fonem konsonan /h/ itu terjadi? Apakah penjelasannya cukup seperti di atas? Untuk lebih lengkapnya penjelasan tentang eksistensi fonem konsonan /h/ pada kelompok bahasa OFM dapat dipaparkan sebagai berikut.

Mk /h/, Ft /h/, dan Or /h/ berasal dari:

Mk /h/: berasal dari OFM */s/ dan */p//#_ dan / V_V Ft /h/: berasal dari split OFM */s//#_ dan / V_V Or /h/: berasal dari split OFM */p//#_ dan / V_V a) Mk /h/: berasal dari OFM */s/ dan */p//#_ dan / V_V

Data 1: Split: OFM */s/ Mk /s//#_ dan / V_V Mk /h//#_ dan / V_V

OFM Mk Arti

*saka saka ‘sendok tempurung kelapa’

*sapu sabu ‘jeruk’

*asa asa ‘daun’

*muse misa ‘panjat, mendaki’

*musuke musike ‘menghisap’

*resini resi ‘lebih’

(24)

*lausana laehana ‘kehidupan stlh mati’ *kaisala kaihale ‘kapas’

Data 1 di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /h/ pada bahasa Mk berasal dari perengkahan (split) protofonem konsonan OFM */s/. Artinya, protofonem konsonan OFM */s/ setelah sampai pada bahasa sekarang mengalami proses inovasi dalam bentuk perengkahan fonem menjadi fonem konsonan /h/ pada bahasa Mk. Dengan demikian, munculnya fonem konsonan /h/ pada bahasa Mk sekarang jelas hasil dari perengkahan protofonem konsonan OFM */s/ dalam bentuk inovasi fonem konsonan.

Data 2: Split: OFM */p/ Mk /p//#_ dan / V_V Mk /h//#_ dan / V_V

OFM Mk Arti

*pata pata ‘lintah’

*panu panu ‘muka, wajah’

*puru puru ‘buntung’

*kapa apo ‘delapan’

*tapa tapa ‘tumbuk’

*tepu tupu ‘patah’

*pai la’a hai la’a ‘berangkat’ *pe mau hai mau ‘datang kemari

*pe ha ‘musim’

*tapule tehu ‘membeli’

Data 2 di atas menunjukkan bahwa kehadiran fonem konsonan /h/ pada bahasa Mk sekarang tidak hanya hasil perengkahan (split) dari protofonem konsonan OFM */s/, tetapi juga hasil perengkahan (split) protofonem konsonan OFM *p/. Artinya, fonem konsonan /h/ yang sekarang juga merupakan bentuk inovasi juga dari protofonem konsonan OFM */p/.

Berdasarkan data 1 dan data 2 di atas dapat disimpuklan bahwa fonem konsonan /h/ pada bahasa Mk merupakan hasil merger dari protofonem konsonan OFM */s/ dan OFM */p/ seperti tampak pada data di bawah ini.

(25)

OFM */p/

OFM Mk Arti

*lasunu laihona ‘bawang’

*lausuna laehana ‘kehidupan stlh mati’ *kaisala (k)aihale ‘kapas’

*pai la’a hai la’a ‘berangkat’ *pe mau hai mau ‘datang kemari

*pe ha ‘musim’

*tapule tehu ‘membeli’

b) Ft /h/: berasal dari split OFM */s//#_ dan / V_V Data : OFM */s/ > OF */s/ Ft /s//#_ dan / V_V

Ft /h//#_ dan / V_V

OFM OF Ft Arti

*saka *saka saka ‘sendok tempurung kelapa’

*sapu *sapu sapu ‘jeruk’

*sapuraki *sapuraki sapurika ‘jeruk keprok’

*sapi *sapi safi ‘sisir’

*asa *asa asa ‘daun’

*musa *musa muse ‘panjat, mendaki’

*musuke *musuke musuke ‘menghisap’

*lasuna *lasuna lahuna ‘bawang’

*lausana *lausana lauhana ‘kehidupan stlh mati’

Data di atas menunjukkan bahwa fonem konsonan /h/ pada bahasa Ft dewasa ini merupaka fonem konsonan hasil atau bentuk perengkahan (split) dari protofonem konsonan OF */s/. Fonem konsonan OF */s/ itu sendiri merupakan retensi dari fonem konsonan OFM */s/. Artinya, fonem konsonan /h/ pada bahasa Ft merupakan bentuk inovasi dalam perjalanan panjangnya dari protofonem konsonan OFM */s/.

Bagaimanakah dengan fonem konsonan /h/ pada bahasa Or? Berikut ini penjelasannya.

(26)

c) Or /h/: berasal dari split OFM */p//#_ dan / V_V OFM */p/ > OF */p/ Or /p//#_ dan / V_V Or /h//#_ dan / V_V

OFM OF Or Arti

*pata *pata pata (tiala) ‘lintah’

*panu *panu panu ‘muka, wajah’

*puru *puru puru ‘buntung’

*kapa *kapa kapa ‘delapan’

*tapa *tapa tapa ‘tumbuk’

*tepu *tepu tepu ‘patah’

*pala *pala hala ‘bapak’

*pipi *pipi hihi ‘kambing’

*parare *parare harare ‘memaki’

*pura *pura huramu ‘menjual’

*sapu *sapu sahu ‘jeruk’

*api *api ahi ‘ikan’

Data di atas memperlihatkan bahwa fonem konsonan /h/ pada bahasa Or modern sekarang ini merupakan hasil perengkahan (split) dari protofonem konsonan OFM */p/ setelah melalui retensi OF */p/. Artinya, fonem konsonan /h/ pada bahasa Or merupakan fonem inovasi dari perjalanan panjang protofonem konsonan OFM */p/. Sebelum sampai pada Or /h/, fonem konsonan tersebut telah membentuk protonya sendiri dalam subkelompok OF yang selanjutnya berbelah kembali saat sampai pada bahasa Or seperti pada data berikut ini.

d) Or /h/ menjadi / Ø//#_ dan / V_V

OF */h/ Or /h//#_ dan / V_V Or/Ø//#_ dan / V_V

OF

Ft

Or

Arti

*hela hela hela ‘tarik paksa’

*hai hai hai ‘sudah

*heni heni heni ‘sagu’

*horupe horupe hohore ‘ajak’

*hura hira hura ‘harga’

*tarupaha tarupaha tarhā ‘berapa’

*hili hili ili ‘perangkap’

*hiyare hiyare iyare ‘membayar’

(27)

*ha’ate ha’ate a’ate ‘tajam’

*hina hina ina ‘menganyam’

*irawahu iravahu irawau ‘banjir’

*wahini wahini waini ‘gigi’

*wahu vahu wau ‘mencuci’

Data di atas memperlihatkan bahwa protofonem konsonan OF */h/ setelah sampai pada bahasa Or mengalami perengkahan (split). Sebegian protofonem konsonan OF */h/ menjadi fonem konsonan Or /h/ dan sebagian lagi protofonem konsonan OF */h/ menjadi Or /Ø/.

4) OFM */w/ > OF /w/ Ft /w//#_ dan / V_V Ft /v//#_ dan / V_V

OFM

OF

Ft

Or

Arti

*wali *wali wali wali ‘telinga’

*wala *wala wala wala ‘melahirkan’

*watu *watu wacu wađu ‘matahari’

*wasini *wasini wahini waini ‘gigi’ *wetike *watike wetike wetke ‘sentil …’

*wata *wata vata wata ‘kelapa’

*wuli *wele vele wele ‘kulit’

*wari *wari vari wari ‘sarang’

*walali *walale valale walale ‘cepat’

*wari *wari vari wari ‘dengar’

Data di atas merefleksikan bahwa protofonem konsonan OFM */w/ terpantul langsung pada OF sebagai */w/ dan mengalami perengkahan (split) menjadi fonem konsonan /w/ dan /v/ pada bahasa Ft. Artinya, kehadiran fonem konsonan /v/ pada bahasa Ft merupakan fonem konsonan inovasi dari proses perengkahan fonem konsonan OF */w/. Sementara itu, fonem konsonan /w/ pada bahasa Or, merupakan turunan dari OFM */w/ melalui OF */w/ dalam bentuk fonem konsonan retensi.

(28)

*/s/

OFM

OF

Ft

Or

Arti

*watu *watu wacu wađu ‘matahari’

*ata *ata aca ađa ‘api’

*mata *mata maca mađa ‘kelelawar’

*mete *mete mece međe ‘makan’

*tu’u * tu’u cucu đuđu ‘bumbung’

*tila *tila cila đila ‘katak’

*ti’iri *ti’iri ci’ire đu’ure ‘berat’

*asa *asa aca asa ‘ayam’

*isa *isa ica isa ‘rasa hati’

*umusina *umusina umucina umusina ‘siuman’

*usute *usute ucute uste ‘meminta’

*sapu *sapu sapu sahu ‘jeruk bali’

*rasa *rasa rasa sele ‘doa’

*soru *soru soru soru ‘berlulur, balur’

Pada poin 2) di atas telah diuraikan bahwa fonem konsonan /c/ pada bahasa Ft berasal dari fonem konsonan OFM */t/ dan terpantul langsung dalam bentuk retensi */t/ pada subkelompok OF kemudian mengalami perengkahan (split) menjadi /t/ dan /c/ pada bahasa Ft. Pada data di atas dijelaskan pula bahwa selain fonem vokal /c/ pada bahasa Ft berasal dari perengkahan fonem konsonan OF */t/, fonem konsonan /c/ pada bahasa Ft juga berasal dari perengkahan (split) fonem konsonan OF */s/. Hal itu berarti bahwa terjadiya fonem konsonan /c/ pada bahasa Ft merupakan hasil merger dari fonem konsonan OFM */t/ dan */s/ melalui subkelompok OF. Dengan kata lain bahwa fonem konsonan /c/ pada bahasa Ft merupakan hasil inovasi dari fonem konsonan OF */t/ dan */s/.

6) OFM */V_V/ > OF */y/ > Or /y//#_ dan / V_V

OFM

OF

Ft

Or

Arti

*siare *hiyare hiyare iyare ‘membayar’

*kaire *kayare kayare kataye ‘lelah’

*tae *taya taya taya ‘tidur’

*tae-tae *taya-taya taya-taya taya-taya ‘berbaring’

*wae *waya waya waya ‘getah, air dari’

*iyane iyane iyone ‘begitu’

*iya iya iya ‘kaki’

(29)

*iyane iyane iyone ‘begitu’

*iya iya iya ‘kaki’

*yalu calu yalu ‘jantan’

*yoni cone yoni ‘jauh’

*aya (uta) aja (uta) aya (uta) ‘hujan’ (turun) *yawalw jeuvale yawale ‘kawin’

*naye nahe naye ‘mencari’

*huye pohe huye ‘rebus’

*a’aye akahe a’aye ‘ngilu pada gigi’ Data di atas menunjukkan bahwa fonem semivokal /y/ mulai muncul pada subkelompok OF. Kemunculan protofonem konsonan OF */y/ terbentuk dari perpaduan dua fonem vokal yang salah satunya memiliki unsur fonem vokal OFM */i/ atau OFM */e/. Secara teoretis terbentuknya fonem semivokal /y/ sesuai dengan namanya bermula dari unsur fonem vokal /i/ kemudian berpadu dengan fonem vokal lainnya membentuk fonem semivokal /y/. Data di atas memperlihatkan bukti bahwa terbentuknya fonen semivokal /y/ berasal dari unsur fonem vokal /i/ atau fonem vokal /e/.

Selanjutnya, protofonem semivokal OF */y/ tetap bertahan dalam bentuk retensi sebagai fonem semivokal /y/ pada bahasa Or. Sementara pada bahasa Ft, fonem semivokal /y/ tersebut mengalami perengkahan (split) menjadi Ft /y/, /c/, dan /j/. Dengan fakta di atas dapat dijelaskan bahwa fonem semivokal OF /y/ mengalami inovasi juga dalam bentuk fonem konsonan /c/ dan /j/.

7) Terbentuknya konsonan letup TB > B

OFM */p/ > Mk /b/, OFM */t/ > Mk /d/, OFM */k/ > Mk /g/, OF */y/ > Ft /j/ dan OF */t/ > Or /đ//#_ dan / V_V

Dalam perjalanan fonem konsonan dari kelompok bahasa OFM menuju subkelompok bahasa OF dan sampai pada bahasa Mk, Ft, dan Or telah mengalami berbagai perubahan fonem konsonan sebagaimana telah dijelaskan di atas. Salah satu ciri kelompok bahasa OFM sebagaimana telah diuraikan pada protofonem

(30)

konsonannya bahwa tidak ditemukannya protofonem konsonan letup bersuara. Setelah menempuh perjalanan panjang melalui OF dan akhirnya sampai pada bahasa sekarang telah mengalami perubahan menjadi terbentuknya konsonan tetup bersuara bilabial /b/, konsonan apiko-dental /d/, dan konsonan dorso-veler /g/ pada bahasa Mk. Pada bahasa Ft terbentuk konsonan letup bersuara medio-palatal /j/, dan pada bahasa Or terbentuk pula konsonan letup bersuara apiko-alveolar aspirat /đ/. Proses terbentuknya konsonan letup bersuara tersebut terjadi berbeda-beda pada setiap bahasa. Berikut ini disajikan proses perubahan fonem menjadi fonem konsonan letup bersuara pada setiap bahasa.

Bagan 26: Terbentuknya Fonem Konsonan Hambat Letup Bersuara

Untuk kejelasan bagan di atas berikut ini dipaparkan pula data yang mendukung proses perubahan protofonem-protofonem konsonan OFM dan OF menjadi fonem-fonem konsonan letup bersuara pada bahasa Mk, Ft, dan Or..

OFM OF Mk Ft Or Arti

*pata pata ‘lintah’

*puru puru ‘buntung’

*panu panu ‘wajah’

*tapa tapa ‘tumbuk’

*pura bura ‘jual’

*lopo lobo ‘kandang’

*sapu sabu ‘jeruk’

*tana *tutu *ate *nate tana tutu ate tena ‘tangan’ ‘minum’ ‘pohon’ ‘berdiri’ Bahasa Mk Ft Or Hambat TB *p *t *k *t B b d g j đ Semivokal B *y T/ B Bilabial Apiko-alveolar Dorso-velar Medio-palatal Apiko-alveolar

(31)

*tupa dupa ‘seruling’

*tila dila ‘katak’

*tura dura ‘tikus’

*kaire kaire ‘lelah’

*kaili kaili ‘bengkok’

*kaura kaura ‘garuk’

*ka’ara ga’ara ‘dingin’

*kaise gai ‘mengasah

*iyane iyane ‘begitu’

*iya iya ‘kaki’

*hiyani hiyani ‘atas’

*iyane iyane ‘begitu’

OFM OF Mk Ft Or Arti

*aya (uta) aja (uta) ‘hujan’

*yawalw jeuvale ‘kawin’

*tana tana ‘tangan’

*tepu tepu ‘patah

*tupurai tuhuru

*ata ađa ‘api’

*mata mađa ‘kelelawar’

*mete međe ‘makan’

* tu’u đuđu ‘bumbung’

Data di atas menunjukkan bahwa terbentuknya fonem-fonem konsonan hambat letup bersuara pada bahasa Mk terjadi akibat perengkahan (split) protofonem konsonan OFM */p/ menjadi Mk /p/ dan fonem konsonan hambat letup bersuara bilabial /b/, protofonem konsonan OFM */t/ menjadi Mk /t/ dan fonem konsonan hambat letup bersuara apiko-alveolar /d/, protofonem kononan OFM */k/ menjadi fonem konsonan Mk /k/ dan fonem konsonan hambat letup bersuara dorso-velar /g/. Terjadinya fonem konsonan hambat letup bersuara pada bahasa Ft akibat perengkahan (split) protofonem konsonan OF */y/ menjadi fonem konsonan Ft /y/ dan fonem konsonan hambat letup bersuara medio-palatal /j/. Terakhir, terbentuknya fonem konsonan hambat letup bersuara pada bahasa Or berasal dari perengkahan (split) protofonem konsonan OF */t/ menjadi fonem

(32)

konsonan Or /t/ dan fonem konsonan hambat letup bersuara apiko-alveolar aspirat /đ/.

Berdasarkan fakta-fakta perubahan fonem konsonan yang terjadi, dapat disimpulkan evolusi fonem konsonan dari protofonem konsonan kelompok bahasa OFM menjadi protofonem konsonan subkelompok OF sampai pada fonem konsonan bahasa Or sebagai berikut.

Bagan 27: Evolusi Internal Fonem Konsonan Bahasa Or Cara Artikulasi Tempat Artikulasi TB /B OMF Mk OF Ft Or Hambat letup bilabial TB *p P *p p p B b apiko-alveolar TB *t t *t t t B d đ medio-palatal TB c B j dorso-velar TB *k k B g glotal TB Geseran (frikatif) labio-dental TB f f

(33)

B v lamino-alveolar TB *s s *s s laringal TB h h h Semi-vokal bilabial B *w w medio-palatal B *y y y

Referensi

Dokumen terkait

Menurut ulama Hanafiyah hadis terse- but dijadikan pelarangan ijbar (pemaksaan) bagi ayah maupun wali terhadap anak perem- puan atau janda yang sudah dewasa, karena

Supervision and assessment conducted by the principle of free and fair is a learning management for school personnel and school institutions, as well as the hidden curriculum

Pada Gambar 2 tersebut surface erosion pada polimer nanokomposit lebih besar dibandingkan polimer sintetik berbentuk komposit yang akan mempengaruhi lama waktu dan

Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas audit yaitu auditor TENURE memiliki hubungan negatif, sementara ukuran KAP dan spesialisasi industri auditor memiliki

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) terhadap cookies kelor menunjukkan bahwa konsentrasi tepung kelor (T) dan suhu pemanggangan (S) berpengaruh nyata

Masa  manfaat  dari  masing‐masing  aset  tetap  Entitas  diestimasi  berdasarkan  jangka  waktu  aset  tersebut  diharapkan  tersedia  untuk  digunakan. 

Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh inklusi keuangan dan variabel ekonomi makro lainnya terhadap ketimpangan pendapatan di 33 provinsi