• Tidak ada hasil yang ditemukan

METRI NOVARINDA ASMAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METRI NOVARINDA ASMAR"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI, POLA, DAN KEPUASAN

MENONTON TELEVISI LOKAL

SERTA FAKTOR

(Kasus Pemirsa Riau Televisi di

Kecamatan

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

MOTIVASI, POLA, DAN KEPUASAN

MENONTON TELEVISI LOKAL

SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

(Kasus Pemirsa Riau Televisi di RW 13, Kelurahan Simpang Baru,

Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau)

METRI NOVARINDA ASMAR

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Simpang Baru,

Riau)

(2)

MOTIVASI, POLA, DAN KEPUASAN

MENONTON TELEVISI LOKAL

SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

(Kasus Pemirsa Riau Televisi di RW 13, Kelurahan Simpang Baru,

Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau)

Oleh:

Metri Novarinda Asmar I34050030

SKRIPSI

Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pada

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

(3)

SKRIPSI

Judul : Motivasi, Pola, dan Kepuasan Menonton Televisi Lokal Serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Nama Mahasiswa : Metri Novarinda Asmar NRP : I34050030

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS NIP. 19600315298503 1 002

Diketahui,

Ketua Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827198303 1 001

(4)

Tanggal Lulus: __________________

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “MOTIVASI, POLA, DAN KEPUASAN MENONTON TELEVISI LOKAL SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI. TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK MANAPUN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH

SAYA. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN

SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG

JAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Agustus 2009

Metri Novarinda Asmar I34050030

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangean, Taluk Kuantan, pada tanggal 3 November 1987. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Asmar dan Ibu Nur Asma.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SDN 20 Dumai. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 02 Dumai dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2005 di SMUN 02 Dumai. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada tahun 2005 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ekologi Manusia, penulis pernah menjadi asisten dosen pada matakuliah Pengantar Ilmu Kependudukan pada tahun 2008.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Motivasi, Pola, dan Kepuasan Menonton Televisi Lokal Serta Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengidentifikasi motivasi, pola, dan kepuasan masyarakat menonton televisi lokal. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi proses belajar peneliti dalam memahami dan memperluas pengetahuan mengenai televisi lokal. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Bogor, Agustus 2009

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat, karunia dan hidayah-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Pada kesempatan ini pula, penulis hendak menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai dosen pembimbing, atas bimbingan, waktu, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ir. Hadiyanto, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama pada ujian skripsi penulis.

3. Martua Sihaloho, SP, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji wakil departemen.

4. Kedua orang tua dan kakakku yang selalu setia menemani dengan do’a, kasih sayang, perhatian, semangat dan motivasi yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

5. Jajaran pemerintahan Kelurahan Simpangbaru, atas kerjasama dan kesediannya berbagi informasi dan pengalaman dalam rangka penyelesaian penelitian skripsi ini.

6. Mitra Adi Mukti, yang selalu menemani dengan do’a, kasih sayang, waktu, perhatian, dan motivasi pribadi yang begitu besar kepada penulis sehingga skripsi ini diselesaikan.

7. Sahabat-sahabatku: Anggi, Icha, Aa’, Agil, Ewen, Ayan, Oel, Omndut, Cahyo, Mimi, yang selalu memberi do’a dan dukungan yang begitu besar hingga skripsi ini diselesaikan.

8. Teman-teman AH 18: Wery, Wani, Luci, Anis, Uthi, Siti, Irni, Cici, Ella, Henny, Tsani, Desy, Ojelita, Dilla, Mpeeb, Eka, Yuni, dan Pipit. Terima kasih atas do’a, dorongan, semangat, dan kebersamaannya.

(8)

10. Keluarga besar KPM 42 dan FEMA IPB yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaanya selama tiga tahun terakhir.

11. Teman-teman seperjuangan KPM 42 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kerjasamanya selama ini.

12. Seluruh staf pengajar Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah memberikan ilmu dan berbagi pengalaman.

13. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, do’a, semangat, bantuan dan kerjasamanya selama ini.

(9)

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel ... iv

Daftar Gambar ...viii

Daftar Lampiran ... ix BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1Latar Belakang ... 1 1.2Perumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 3 1.4 Kegunaan Penelitian ... 3

BAB II PENDEKATAN TEORITIS ... 5

2.1 Tinjauan Pustaka... 5

2.1.1 Media Televisi Lokal dan Perkembangannya ... 5

2.1.2 Program Siaran Televisi ... 6

2.1.3 Siaran Televisi Lokal ... 8

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Program Acara Televisi ... 10

2.1.5 Motivasi Khalayak ... 11

2.1.6 Pendekatan: The Uses and Gratification ... 13

(10)

2.3 Hipotesis ... 16

2.4 Definisi Operasional ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Metode dan Langkah Penelitian ... 21

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 23

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI ... 25

4.1 Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Simpang Baru ... 25

4.2 Karakteristik Penduduk Kelurahan Simpang Baru ... 25

4.3 Gambaran Umum RW 13 Kelurahan Simpang Baru ... 25

4.4 Profil Responden ... 27

4.5 Profil Riau Televisi ... 28

4.5.1 Latar Belakang Lahirnya Riau Televisi ... 28

4.5.2 Visi dan Misi ... 29

(11)

BAB V MOTIVASI MENONTON TELEVISI LOKAL DAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ... 33

5.1 Motivasi Menonton Televisi Lokal dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya... 33

5.1.1 Pengaruh Faktor Intrinsik Terhadap Motivasi Menonton Televisi Lokal ... 34

5.1.1.1 Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal ... 34

5.1.1.2 Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal ... 39

5.1.1.3 Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal ... 45

5.1.1.4 Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal ... 51

5.1.2 Pengaruh Faktor Ekstrinsik Terhadap Motivasi Menonton Televisi Lokal... 57

5.1.2.1 Pengaruh Faktor Informasi Acara ... 57

5.1.2.2 Pengaruh Pola Pengambilan Keputusan... 61

5.2 Resume ... 65

BAB VI POLA MENONTON TELEVISI LOKAL ... 63

6.1 Pengaruh Motivasi Menonton Televisi Lokal Terhadap Pilihan Acara Respoden ... 63

6.2 Pengaruh Motivasi Menonton Televisi Lokal Terhadap Durasi Menonton Responden ... 64

(12)

BAB VII KEPUASAN MENONTON TELEVISI LOKAL ... 71

7.1 Kepuasan Informasi Menonton Televisi Lokal Berdasarkan Motivasi Informasi Menonton Televisi Lokal... 71

7.2 Kepuasan Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal Berdasarkan Motivasi Identitas Pribadi Menonton Televisi Lokal... 72

7.3 Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal Berdasarkan Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Menonton Televisi Lokal ... 73

7.4 Kepuasan Hiburan Menonton Televisi Lokal Berdasarkan Motivasi Hiburan Menonton Televisi Lokal ... 74

7.5 Resume ... 75

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

8.1 Kesimpulan ... 76

8.2 Saran ... 80

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan ... 81

Lampiran 2. Angket ... 82

Lampiran 3. Lembar Isian Harian ... 86

Lampiran 4. Panduan Pertanyaan ... 87

Lampiran 5. Profil Riau Televisi ... 88

Lampiran 6. Profil Kelurahan ... 90

Lampiran 7. Program Riau Televisi ... 92

Lampiran 8. Hasil Uji Korelasi ... 95

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Seiring dengan globalisasi yang menuntut kecepatan informasi, dibutuhkan kehadiran berbagai media informasi di tengah-tengah masyarakat. Berbagai informasi tentang daerah yang tidak terekspose oleh media nasional mendasari kehadiran media televisi lokal di berbagai daerah. Kehadiran televisi lokal menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan. Televisi lokal bisa menjadi mimbar perdebatan masyarakat lokal mengenai isu-isu atau persoalan-persoalan lokal yang sedang dihadapi (Rosyadi, 2002). Dari perspektif otonomi daerah, kehadiran televisi lokal dapat mengurangi sentralisme informasi dan bisnis. Melalui televisi lokal, pemirsa tidak hanya dijejali informasi, budaya, dan gaya hidup ala Jakarta dan ala Barat. Pemirsa akan lebih banyak menyaksikan berbagai peristiwa dan dinamika di daerah dan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran yang merevisi Undang-Undang Penyiaran terdahulu Undang-Undang No. 24 tahun 1997 (Oktaviarini, 2006).

Beragam program acara yang disajikan televisi lokal mulai dari berita, musik dan hiburan, program kesenian dan kebudayaan, hingga potensi ekonomi lokal memungkinkan masyarakat untuk dapat memilih program acara yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Program acara bernuansa lokal menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat masyarakat menonton televisi lokal (Rachmiati, 2007). Beberapa stasiun televisi lokal seperti JTV (Surabaya) mengemas siaran berita dengan berbahasa Jawa dan Madura. Hal ini ditujukan untuk merebut pemirsa melalui daya tarik bahasa yang dikuasai mayoritas penontonnya. Bali TV, Yogya TV maupun Borobudur TV sangat jelas mengarahkan siarannya tertuju pada segmen penonton yang terikat oleh kultur lokal. Berbagai macam program acara yang ditayangkan oleh televisi lokal berfungsi sebagai pemberi informasi, pendidikan, dan hiburan. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi (Priyowidodo, 2008)

(16)

2 Program acara yang disajikan televisi lokal ini harus bersaing dengan program-program acara lainnya di televisi swasta. Hasil riset AGB Nielsen Media Research di 10 kota besar pada tahun 2007 menunjukkan perolehan pemirsa televisi lokal menurun selama semester pertama tahun 2007 dibandingkan periode yang sama tahun 2006 dari 2,7 persen menurun menjadi 2,4 persen di bandingkan dengan televisi nasional. Berbeda dengan televisi nasional yang pola kepemirsaannya cenderung stabil mulai dari pagi hingga memuncak di jam prime time, televisi lokal masih merupakan televisi alternatif. Pemirsa televisi lokal juga melonjak pada jam-jam ditayangkannya program berita lokal atau hiburan musik lokal khususnya di Bandung, Semarang, dan Denpasar. Meski performa kepemirsaannya sangat fluktuatif, waktu yang dihabiskan penonton menyaksikan televisi lokal ternyata naik hampir di semua kota. Kenaikan terbesar terjadi di Denpasar, yang jumlah jam menonton pemirsanya naik dari rata-rata hanya 19 jam/pemirsa pada periode yang sama tahun lalu menjadi rata-rata 33 jam per pemirsa pada semester pertama tahun 2007. Jam menonton pemirsa Bandung juga meningkat banyak dari rata-rata empat jam menjadi hampir 19 jam per pemirsa. Sementara di Jakarta dan Yogyakarta rata-rata jam menonton pemirsa meningkat hampir dua kali lipat, dari sebelumnya lima jam per pemirsa di masing-masing kota. Hanya Semarang yang jumlah jam menonton pemirsanya mengalami sedikit kenaikan yaitu dari empat jam menjadi lima jam per pemirsa. Sebaliknya, di Surabaya, jam menonton terhadap televisi lokal menurun dari rata-rata 11 jam menjadi hanya delapan jam per pemirsa.

Berdasarkan hasil riset tersebut, dapat dilihat masih rendahnya minat masyarakat untuk menonton acara siaran televisi lokal. Hal ini berkaitan erat dengan pola perilaku penggunaan televisi di masyarakat. Salah satu alat ukur untuk melihat pola perilaku penggunaan televisi adalah dari pilihan acara yang ditonton oleh pemirsa. Beragam pilihan acara-acara yang ditawarkan stasiun televisi lokal memungkinkan khalayak untuk berkesempatan memilih program acara yang dapat memenuhi kebutuhannya. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa khalayak akan menonton suatu program acara karena didorong oleh suatu motivasi tertentu.

(17)

3 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan program acara televisi, yaitu: usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan (Untoro, 1994). Melalui faktor-faktor tersebut dapat dilihat kecenderungan dalam pilihan program acara berdasarkan motivasi khalayak menonton program acara televisi lokal dan kepuasan khalayak sebagai efek dari penggunaan media massa.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana motivasi masyarakat untuk menonton televisi lokal dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya?

2. Bagaimana pola menonton televisi lokal pada masyarakat dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya?

3. Bagaimana kepuasan masyarakat terhadap siaran televisi lokal dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi motivasi masyarakat untuk menonton televisi lokal dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya.

2. Mengidentifikasi pola menonton televisi lokal pada masyarakat dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3. Mengidentifikasi kepuasan masyarakat terhadap siaran televisi lokal dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi wahana memperluas pengetahuan

dan pengalaman mengenai penggunaan media televisi lokal.

2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

(18)

4

3. Bagi pihak media televisi lokal, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

masukan untuk membuat program-program yang sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat setempat.

(19)

5

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Media Televisi Lokal dan Perkembangannya

Perkembangan media massa khususnya televisi memiliki arti penting bagi masyarakat perkotaan maupun pedesaan karena dapat menambah pengetahuan yang meliputi bidang sosial, politik, ekonomi, budaya dan ketahanan nasional (Zakbah,1997). Kebutuhan masyarakat akan informasi yang diperoleh dari televisi didukung dengan bertambahnya jumlah stasiun televisi. Awal tahun 1990, stasiun televisi di Indonesia hanya berjumlah enam stasiun televisi yaitu TVRI, RCTI, SCTV, TPI, Anteve, dan Indosiar. Namun, tahun 2006, jumlah stasiun televisi bertambah menjadi 11 stasiun televisi yaitu MetroTV, TV7, Lativi, Global TV, dan Trans TV (Isnanta, 2008).

Pada era otonomi daerah, peran media massa semakin penting. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang direvisi menjadi Undang-Undang-Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah lebih menitikberatkan pada partisipasi dan kontrol masyarakat serta pemberdayaan institusi lokal. Salah satu upaya yang harus dilakukan demi suksesnya otonomi daerah adalah mengoptimalkan peran institusi lokal nonpemerintah, seperti media massa. Bersamaan dengan munculnya gagasan tentang desentralisasi, dan kemudian muncul Undang-Undang tentang otomoni daerah, bergulir pula tentang industri televisi di tingkat lokal, sebagaimana dimunculkan dalam pasal-pasal Undang-Undang No 32 tahun 2002 tentang penyiaran (Isnanta, 2008).

Media massa lokal adalah media massa yang isi kandungan beritanya mengacu dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat dimana media massa tersebut dikelola. Keberadaan media massa lokal ini sangat penting dalam kehidupan masyarakat setempat karena dapat mempengaruhi irama kehidupan sosial dan menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat terutama sebagai sumber pesan yang bermanfaat untuk menghadapi lingkungan luas (adaptive function) (Zakbah, 1997). Menurut

(20)

6 Depdikbud RI seperti yang dikutip oleh Zakbah (1997), media massa lokal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Media massa itu dikelola oleh organisasi yang berasal dari masyarakat

setempat.

2. Isi media massa lokal mengacu dan menyesuaikan diri kepada kebutuhan

dan kepentingan masyarakat setempat.

3. Isi media massa sangat mementingkan berita-berita tentang berbagai

peristiwa, kejadian, masalah, dan personalia atau tokoh-tokoh pelaku masyarakat setempat.

4. Masyarakat media massa lokal terbatas pada masyarakat yang sewilayah

dengan tempat kedudukan media massa itu.

5. Masyarakat lokal umumnya kurang bervariasi dalam struktur ataupun

diferensiasi sosial bila dibandingkan dengan masyarakat media massa nasional.

Menurut data Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) tahun 2008, televisi lokal yang sudah menjadi anggota ATVLI sebanyak 29 stasiun televisi lokal komersial, yang berada dari ujung barat hingga timur Indonesia. Stasiun-stasiun televisi swasta lokal tersebut adalah: Riau TV, Batam TV, Sri JunjunganTV-Bengkalis, JAKTV-Jakarta, Jogja TV, TV Borobudur-Semarang, JSurabaya, Bali TV, Lombok TV, Publik Khatulistiwa TV-Bontang, Gorontalo TV, Makassar TV, Terang Abadi TV-Surakarta, Bandung TV, O’ Channel-Jakarta, Space Toon TV Anak-Jakarta, Cahaya TV-Banten, Megaswara TV-Bogor, Cakra TV-Semarang, Cakra Buana Channel-Depok, Pal Palembang, Kendari TV, Tarakan TV, Manajemen Qolbu TV-Bandung, Ratih TV-Kebumen, Ambon TV, Sriwijaya TV-Palembang, Aceh TV dan Padjadjaran TV-Bandung. Meningkatnya jumlah media televisi lokal disebabkan oleh tingginya minat pengelola televisi lokal untuk memanfaatkan peluang mengembangkan industri penyiaran di daerah.

2.1.2 Program Siaran Televisi

Program televisi adalah bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang secara teknis

(21)

7 memenuhi persyaratan laik siar serta telah memenuhi standar estetik dan artistik yang berlaku. Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program siaran televisi, yaitu (Sutisna, 1991):

1. Landasan filosofis yang mendasari tujuan semua program.

2. Strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program.

3. Sasaran program.

4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program.

5. Karakter institusi dan manajemen sumber progam untuk mencapai usaha

yang optimum.

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Dalam satu hari, stasiun televisi rata-rata beroperasi antara 18-20 jam. Setiap stasiun televisi menayangkan kurang lebih 20 program acara setiap hari (Morrisan, 2005) yang dikutip oleh (Oktaviarini, 2006). Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Jenis program televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: program informasi (berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan, dan pertunjukan.

Menurut Vane-Gross (1994) yang dikutip oleh Sutisna (1991) menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang dimaksud dengan daya tarik di sini adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiensnya. Menurut Vane-Gross programmer harus memilih daya tarik yang merupakan cara untuk meraih audiens. Selain pembagian jenis program berdasarkan skema di atas, terdapat pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat faktual atau fiktif (fictional). Program faktual antara lain meliputi:

(22)

8 program berita, dokumenter atau reality show. Sementara program yang bersifat fiktif antara lain program drama atau komedi.

Pendapat lain menyebutkan, televisi sebagai salah satu media massa menyajikan acara-acara yang dapat digolongkan menjadi tiga bagian (TPI, 1993 dikutip oleh Semy Anggrek, 1996):

1. Pendidikan, yaitu program acara yang berisi usaha pengembangan manusia

yang ditandai dengan bertambahnya pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan perilaku perorangan atau kelompok dimana orang itu berada.

2. Informasi, yaitu pendapat, kritik dan saran yang bertujuan untuk

memberikan informasi kepada khalayak, sehingga khalayak dapat mengambil keputusan atau bertindak selaras dengan acara kondisi dan situasi tersebut.

3. Hiburan, yaitu program acara berupa film, sinetron, kuis, drama, sajian

musik yang bertujuan untuk memberikan hiburan kepada khalayak.

2.1.3 Siaran Televisi Lokal

Menurut De Fleur (1983), ada tiga hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk melihat perilaku penggunaan televisi, yaitu: 1) total waktu rata-rata yang digunakan untuk menonton televisi dalam sehari, 2) pilihan acara yang ditonton dalam sehari, dan 3) frekuensi menonton acara tertentu.

1. Durasi siaran

Selain menayangkan program acara bermuatan lokal, televisi lokal juga meluangkan waktu untuk menyiarkan program acara bersifat nasional. Pembagian durasi antara siaran nasional dan lokal ini menjadi perhatian penting bagi televisi lokal. Banyak cara yang ditempuh oleh media televisi lokal untuk membagi durasi pemberitaan nasional dan lokal. Pada program acara berita misalnya, televisi lokal membagi perbandingan durasi penayangan berita nasional dengan berita lokal adalah 2:1. Misalnya pada acara berita di Bandung Televisi, dari 30 menit program acara beritanya, 20 menit digunakan untuk menyiarkan berita nasional, dan 10 menit digunakan untuk penayangan berita berbahasa Sunda. Selain

(23)

9 pada program acara berita, ada pula contoh pada program talk show tentang informasi faktual di Sriwijaya TV, secara khusus Sriwijaya TV menayangkan program dialog berdurasi satu jam untuk membahas berbagai isu faktual yang menjadi topik dalam bahasan tersebut. Durasi siaran tentang daerah ini berpengaruh terhadap keterdedahan masyarakat terhadap informasi yang diperoleh tentang perkembangan wilayah setempat.

2. Program acara siaran

Televisi lokal memiliki tanggung jawab untuk membuat program acara siaran bermuatan lokal. Beragam bentuk program acara ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Bentuk program acara yang umumnya disiarkan di televisi lokal antara lain: hiburan, berita, pendidikan, kebudayaan, agama, olahraga, pelayanan masyarakat, dan informasi. Dari hasil penelitian Hardjana (1999), masyarakat daerah umumnya menyukai program acara hiburan (45%), diikuti oleh program acara berita (17%), dan program acara kebudayaan (10%).

3. Frekuensi siaran

Frekuensi siaran berhubungan erat dengan ketertarikan masyarakat terhadap program acara yang disiarkan. Pengelola televisi cenderung memperbanyak frekuensi tayangan pada program-program acara yang diminati oleh masyarakat. Dari hasil penelitian Hardjana (1999), beberapa jenis acara yang disiarkan ternyata acara yang paling sering dilihat adalah siaran berita daerah dengan frekuensi sebanyak 36,33 persen dari seluruh program acara yang disiarkan, sedangkan siaran budaya menempati urutan ketiga setelah siaran berita dan hiburan. Frekuensi program budaya ditayangkan oleh televisi lokal berkisar diantara satu sampai dua kali dalam seminggu (Hardjana, 1999).

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pilihan Program Acara Televisi

Beberapa ahli komunikasi massa berpendapat bahwa umur dan jenis kelamin sangat mempengaruhi perbedaan pengetahuan dan perilaku penggunaan media massa. Sejalan dengan pernyataan tersebut dari hasil penelitian Untoro (1994) mengemukakan bahwa karakteristik individu yang

(24)

10 meliputi umur, dan jenis kelamin berpengaruh dalam menimbulkan keinginan untuk menambah pengetahuan dari media massa, baik itu dalam hal frekuensi, lama, waktu menggunakan media massa dan jenis acara atau program yang mereka nikmati.

Penelitian yang dilakukan Untoro (1994), tentang pilihan acara berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan responden, menyimpulkan bahwa laki-laki lebih banyak menonton acara informasi dan acara hiburan ”action”, sedangkan wanita lebih banyak menonton acara hiburan drama, komedi, dan kuis. Kesimpulan lain adalah semakin tinggi usia responden semakin banyak jumlah acara informasi yang ditonton dan semakin sedikit acara hiburan yang ditonton. Semakin rendah usia responden semakin banyak jumlah acara hiburan yang ditonton dan semakin sedikit acara informasi yang ditonton.

Penelitian yang dilakukan Untoro (1994), menunjukkan hubungan antara pilihan acara televisi dengan beberapa karakteristik individu, antara lain tingkat pendapatan. Responden dengan golongan ekonomi atas lebih banyak menonton acara drama. Responden golongan ekonomi menengah lebih banyak menonton acara hiburan ‘action’ dan responden golongan ekonomi bawah lebih banyak menonton acara hiburan “action”. Secara keseluruhan acara hiburan “action” lebih banyak ditonton oleh responden. Kesimpulan lain adalah semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak jumlah acara informasi yang ditonton dan semakin sedikit jumlah acara hiburan drama dan komedi yang ditonton. Semakin rendah tingkat pendidikan, semakin banyak jumlah acara hiburan yang ditonton dan semakin sedikit acara informasi yang ditonton. Responden yang telah bekerja lebih banyak menonton acara informasi, dan yang masih menempuh pendidikan lebih banyak menonton acara hiburan.

2.1.5 Motivasi Khalayak

Dominick yang dikutip oleh Ekawati (1995) berpendapat bahwa komunikasi massa berguna karena dapat memenuhi kebutuhan tertentu masyarakat, sehingga ada motif-motif tetentu yang mengarahkan masyarakat

(25)

11 dalam mengkonsumsi media massa. Dari berbagai jenis media massa, masyarakat akan memilih media massa mana yang akan dikonsumsi sesuai kepentingannya berdasarkan kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan kepentingan (requirements) mereka.

Motivasi berasal dari dua kata yaitu motif dan aksi (action). Motif berarti dorongan dan aksi berarti usaha. Sehingga motivasi berarti usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan dorongan untuk berbuat atau melakukan tindakan (Padmowiharjo, 1994) yang dikutip oleh (Komala, 1996). Secara lebih rinci Ahmadi yang dikutip oleh Komala (1996) mendefinisikan motif sebagai sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau yang membangkitkan sehingga individu tersebut dapat melakukan sesuatu. Selanjutnya motif akan berubah menjadi motivasi bagi individu yang bersangkutan melalui proses.

Motivasi sebagai proses psikologis yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut faktor ekstrinsik. Faktor dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan, harapan, cita-cita yang menjangkau masa depan. Faktor luar dapat ditimbulkan oleh beberapa sumber, yaitu: lingkungan,

kegiatan penyuluhan atau faktor-faktor yang sangat kompleks

(Padmowihardjo, 1994) yang dikutip oleh (Komala, 1996).

Selain itu bedasarkan hasil penelitian Juariyah (1994), yang mempengaruhi motivasi individu untuk menonton yang disebabkan oleh adanya faktor dari dalam diri individu tersebut antara lain adalah usia, lama tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran rumah tangga perkapita, tingat keterlibatan dalam organisasi kemasyarakatan secara tingkat pengetahuan, dan pengalaman terhadap acara televisi. Menurut Untoro (1994) rangsangan dari luar diri individu misalnya tersedianya informasi acara dapat mempengaruhi motivasi seseorang menonton acara televisi. Rakhmat (2001) menambahkan bahwa faktor yang turut menentukan pilihan acara televisi yang ditonton adalah peranan pengambilan keputusan.

(26)

12 McQuail (1987) merumuskan motif serta motivasi dalam menggunakan media massa, yaitu:

1. Informasi

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan

lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia.

b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat,

dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.

c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.

d. Belajar, pendidikan diri sendiri

e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.

2. Identitas pribadi

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:

a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.

b. Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media).

c. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

3. Integrasi dan interaksi sosial

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:

a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial.

b. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa

memiliki.

c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.

d. Memperoleh teman selain dari manusia.

e. Membantu menjalankan peran sosial.

f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga,

teman, dan masyarakat.

4. Hiburan

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:

a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan.

b. Bersantai.

c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis.

(27)

13

e. Penyaluran emosi.

f. Membangkitkan gairah seks.

2.1.6 Pendekatan : The Uses and Gratification

Pendekatan Uses and Gratification mulai berkembang pada awal dasawarsa 1940 (Gonzalez, 1987). Antara dasawarsa 1950-1960 studi tentang pendekatan ini ditujukan oleh keragamannya. McQuail (1987) menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam hal ini adalah: 1) alokasi waktu pada media yang berbeda, 2) hubungan penggunaan media dan penggunaan waktu untuk kegiatan lain, 3) hubungan penggunaan media dan penyesuaian diri dan hubungan sosial, 4) fungsi media yang berbeda atau tipe isi, 5) berbagai alasan penggunaan media massa.

Katz, Blumler, dan Gurevitch (1974) yang dikutip oleh Rakhmat (1991) mengatakan bahwa penelitian mengenai pendekatan penggunaan dan gratifikasi mencakup asal usul sosial dan psikologis, kebutuhan yang menimbulkan, harapan-harapan dari media massa ataupun sumber-sumber lain yang menyebabkan perbedaan pola keterdedahan pada media massa yang berbeda (keterlibatan dalam aktifitas lain) dan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak dikehendaki.

Rakhmat (2001) menjelaskan bahwa pendekatan yang menganggap khalayak dianggap aktif menggunakan media massa untuk memenuhi kebutuhannya dikenal dengan pendekatan Uses and Gratification (penggunaan dan pemuasan). Menurut pendekatan Uses and Gratification, seseorang menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu. Jeffres yang dikutip oleh Budyatna (1994) mengemukakan bahwa pendekatan ini ingin menelaah fungsi media dari sudut pandang khalayak yaitu penggunaan media yang berkaitan dengan perilaku media khalayak serta gratifikasi atau kepuasan yang diperoleh dari penggunaan media tersebut. Tradisi Uses and Gratification menempatkan khalayak sebagai titik fokus atau pusat penelitian.

McQuail dan Windahl (1993) menjelaskan bahwa yang paling penting dari teori gratifikasi penggunaan media adalah ide bahwa media menawarkan

(28)

14 “imbalan” yang bisa diharapkan (dapat diprediksi) oleh anggota khalayak, dengan dasar pengalaman di masa lalu dengan media. Mereka juga melihat bahwa ide ini menyediakan cara untuk menjelaskan perilaku penggunaan media massa.

Lommeti seperti yang dikutip oleh Jalal (1995) mendefinisikan gratification sought sebagai kepuasan yang dibayangkan akan diterima seseorang bila ia menggunakan media massa tertentu. Blumler seperti yang dikutip oleh Jalal (1995) juga menambahkan bahwa dalam membayangkan kepuasan yang diperoleh, seseorang berpegang pada prinsip utility (manfaat), interpersonality (penggunaa diarahkan pada motif), selectivity (cerminan kepentingan), dan imperviousness to influence (‘kebal’ pengaruh lain). Hal ini berbeda degan definisi gratification obtained menurut Lommeti, yaitu adalah kepuasan nyata yang diperoleh seteleh seseorang menggunakan media. Konsep gratification sought dan gratification obtained ini berguna untuk mengetahui apa saja yang didapat dari penggunaan media massa dibandingkan dengan apa yang diharapkan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Motivasi menonton program televisi lokal diduga dipengaruhi oleh karakteristik individu dimana individu berasal (intrinsik) dan faktor yang datang dari luar dari individu (ekstrinsik). Variabel faktor intrinsik yang diduga berpengaruh terdiri atas beberapa variabel, yaitu usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan asal etnis. Sedangkan faktor ekstrinsik yang diduga berpengaruh yaitu adanya informasi acara dan pola pengambilan keputusan. Pola pengambilan keputusan dalam memilih acara televisi yang akan ditonton menurut Rogers seperti yang dikutip oleh Camelia (2003) terbagi menjadi: a) pola pengambilan otoritas, b) pola pengambilan individual, yang dibagi menjadi pola pengambilan keputusan opsional dan pola pengambilan koletif, dan c) pola pengambilan kontingensi.

Setiap individu memiliki perilaku tertentu dalam menggunakan media massa. Perilaku menonton televisi adalah suatu tindakan menonton televisi karena adanya dorongan dalam diri seseorang untuk menonton televisi. Dorongan ini

(29)

15 dapat dikatakan sebagai motif. Menurut De Fleur (1983), ada tiga hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk melihat perilaku penggunaan televisi, yaitu: 1) total waktu rata-rata yang digunakan untuk menonton televisi dalam sehari, 2) pilihan acara yang ditonton dalam sehari, dan 3) frekuensi menonton. Tetapi pada penelitian kali ini hanya dilihat dua alat ukur saja yaitu pilihan acara dan durasi menonton. Sedangkan untuk faktor frekuensi menonton tidak dapat dilakukan, karena terbatasnya waktu penelitian yang hanya melihat pola mononton selama satu minggu, sehingga tidak dapat diukur frekuensi menonton responden terhadap satu acara (banyak program acara yang bersifat mingguan). Berbagai pola penggunaan televisi tersebut dapat menghasilkan pemuasan kebutuhan atau konsekuensi lain yang tidak diinginkan sebagai dampak dari perbandingan antara harapan khalayak sebelum menonton televisi dengan yang sesungguhnya diperoleh khalayak setelah menonton televisi.

Keterangan : Mempengaruhi

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor Intrinsik 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Jenis Pekerjaan 4. Tingkat Pendapatan 5. Tingkat Pendidikan 6. Asal etnis Pola Menonton Televisi 1. Pilihan acara 2. Durasi Menonton Faktor Ekstrinsik 1. Informasi acara 2. Pola pengambilan keputusan Motivasi Menonton Televisi 1. Informasi 2. Identitas pribadi 3. Integrasi dan interaksi sosial 4. Hiburan Kepuasan

(30)

16

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara faktor intrinsik dan ekstrinsik responden dengan

motivasi menonton televisi lokal.

2. Ada hubungan antara motivasi menonton televisi dengan pola menonton

televisi lokal.

3. Ada hubungan antara pola menonton televisi dengan kepuasan yang dirasakan

oleh responden terhadap televisi lokal.

2.4 Definisi Operasional

1. Usia adalah satuan umur responden dalam tahun yang dihitung sejak lahir

sampai penelitian ini dilakukan, terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Usia kurang dari 25 tahun

2. Usia 25 sampai 45 tahun

3. Usia lebih dari 45 tahun

2. Jenis kelamin responden adalah struktur biologis responden yang terbagi dua

yaitu:

1. Laki-laki

2. Perempuan

2. Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah yang diperoleh responden per bulan.

Dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

1. Dibawah Rp. 1.000.000

2. Rp. 1.000.000 sampai Rp. 2.500.000

3. Lebih dari Rp. 2.500.000

3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir dari responden.

Dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

1. Sekolah Dasar

2. Sekolah Lanjutan (SLTP dan SLTA)

(31)

17

4. Jenis pekerjaan adalah jenis penggolongan pekerjaan yang langsung

memperoleh penghasilan berupa uang. Dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Golongan bekerja

2. Golongan ibu rumah tangga, pensiunan, belum atau tidak bekerja

3. Pelajar/mahasiswa

5. Asal etnis adalah suku bangsa yang melekat pada diri individu. Dikategorikan

menjadi empat, yaitu:

1. Melayu

2. Jawa

3. Minang

4. Batak

6. Informasi acara adalah pedoman responden untuk mengetahui tinjauan acara

televisi yang disiarkan televisi lokal. Dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

1. Iklan Televisi

2. Keluarga/teman

3. Majalah/surat kabar

7. Pola pengambilan keputusan adalah adanya pengambilan keputusan menonton

yang dijalankan responden. Dibagi menjadi:

a. Pola pengambilan keputusan otoritas

Acara televisi yang ditonton merupakan pilihan acara orang yang berkuasa. Responden tidak dapat berbuat apa-apa untuk memilih acara televisi lainnya.

b. Pola pengambilan keputusan individual

Responden yang bersangkutan mengambil peranan dalam memilih acara televisi yang akan ditonton. Pola ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:

i. Pola pengambilan opsional

Keputusan yang dibuat oleh responden untuk memilih acara yang akan ditonton terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh pihak lain.

(32)

18

ii. Pola pengambilan keputusan kolektif

Yaitu acara televisi yang ditonton merupakan hasil keputusan bersama antara responden dengan keluarganya.

c. Pola pengambilan keputusan kontingensi

Acara televisi yang ditonton merupakan pilihan acara berdasarkan keputusan lain yang ada sebelumnya.

8. Motivasi menonton adalah keinginan dalam diri responden yang

merangsangnya untuk menonton acara televisi lokal. Motivasi-motivasi ini dihitung dengan menggunakan skala dari 1 sampai 4, yaitu:

1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Setuju 4 = Sangat setuju

Setelah diperoleh jawaban dari responden, kemudian skor-skor tersebut dijumlahkan dan dikelompokkan menjadi motivasi rendah dan tinggi.

1. Motivasi informasi merupakan dorongan atau usaha untuk mencari verita

tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia, mencari bimbingan yang menyangkut masalah praktis dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan, serta memuaskan rasa ingin tahu dan belajar.

Motivasi informasi rendah : skor 4-9

Motivasi informasi tinggi : skor 10-16

2. Motivasi identitas pribadi merupakan dorongan atau usaha untuk

menemukan penunjang nilai-nilai pribadi, menemukan model perilaku, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain, dan meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

Motivasi identitas pribadi rendah : skor 5-12

Motivasi identitas pribadi tinggi : skor 13-20

3. Motivasi integrasi dan interaksi sosial merupakan dorongan atau usaha

untuk memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial, memperoleh teman selain manusia,

(33)

19 membantu menjalankan peran sosial, dan memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak saudara, teman dan masyarakat.

Motivasi integrasi dan interaksi sosial rendah : skor 4-9

Motivasi integrasi dan interaksi sosial tinggi : skor 10-16

4. Motivasi hiburan merupakan dorongan atau usaha melepaskan diri dari

permasalahan, bersantai, mengisi waktu, dan penyaluran emosi.

Motivasi hiburan rendah : skor 6-14

Motivasi hiburan tinggi : skor 15-24

9. Pilihan program acara televisi lokal adalah acara televisi yang ditonton oleh responden. Penentuan kategori siaran dibantu oleh manager program RTV. Dibagi menjadi tiga kategori siaran, yaitu:

a) Acara pendidikan adalah acara televisi yang ditujukan untuk menambah

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan. Berupa acara sekolah maupun luar sekolah.

b) Acara informasi adalah acara televisi yang bertujuan untuk menyampaikan

berita dan informasi, berupa dialog, liputan dan wawancara.

c) Acara hiburan adalah acara televisi yang ditujukan untuk memberikan

hiburan kepada pemirsa. Berupa film, sinetron, acara anak-anak, kuis, musik, olahraga, dan komedi.

10.Durasi menonton adalah rata-rata total waktu yang dipakai untuk menonton

televisi lokal perhari. Diukur berdasarkan rata-rata jumlah jam menonton perhari. Dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

1. Kurang dari 3 jam

2. Antara 3 sampai 5 jam

3. Lebih dari 5 jam

11.Kepuasan adalah perbandingan antara harapan responden sebelum menonton

televisi lokal dengan yang sesungguhnya diperoleh responden setelah menonton televisi lokal. Kepuasan ini dihitung dengan menggunakan skala dari 1 sampai 4, yaitu:

1 = Sangat tidak puas 2 = Tidak puas 3 = Puas

(34)

20 4 = Sangat puas

Setelah diperoleh jawaban dari responden, kemudian skor-skor tersebut dijumlahkan dan dikelompokkan menjadi terpuaskan dan tidak terpuaskan. Berikut kategori tepuaskan dan tidak terpuaskan untuk masing-masing kategori kepuasan:

1. Kepuasan informasi

Tidak terpuaskan : skor 4-9

Terpuaskan : skor 10-16

2. Kepuasan identitas pribadi

Tidak terpuaskan : skor 5-12

Terpuaskan : skor 13-20

3. Kepuasan integrasi dan interaksi sosial

Tidak terpuaskan : skor 4-9

Terpuaskan : skor 10-16

4. Kepuasan hiburan

Tidak terpuaskan : skor 6-14

(35)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RW 13, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Pemilihan lokasi adalah secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi tersebut strategis dan dekat dengan pusat kota, sehingga mempunyai akses terhadap media massa dan informasi. Televisi lokal yang menjadi objek penelitian adalah Riau Televisi (RTV). Pemilihan objek penelitian ini dengan pertimbangan bahwa RTV adalah salah satu televisi lokal di Indonesia yang sudah cukup lama berdiri yakni dari tahun 2002, memiliki jam tayang yang cukup lama yaitu 13 jam perhari, dan memiliki beragam program acara mulai dari program pendidikan, informasi, dan hiburan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009.

3.2 Metode dan Langkah Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Metode penelitian survei merupakan penelitian dengan mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakannya melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi (Fraenkel dan Wallen, 1990 yang dikutip oleh Wahyuni dan Mulyono, 2007). Penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu:

5. Uji realibilitas dan validitas kuesioner. Uji ini berupa uji coba kuesioner

kepada 10 orang calon responden yang dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan kelayakan kuesioner untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian. Dari hasil uji realibilitas dan validitas yang dilakukan melalui Uji Korelasi Pearson dengan menggunakan SPSS 14.0 for windows diperoleh delapan item pernyataan yang tidak valid dari 28 pernyataan yang diberikan kepada responden. Sehingga ada 19 pernyataan yang dinyatakan reliabel (layak) digunakan sebagai alat ukur penelitian ini.

6. Full enumeration survey, yaitu seluruh populasi di RW tersebut diberikan angket sederhana yang berisi tentang kebiasaan menonton siaran televisi dan

(36)

22 kesediaan untuk menjadi responden penelitian. Hal ini dilakukan karena peneliti belum mengetahui profil populasi. Dari hasil full enumeration survey ada 179 kepala keluarga (KK) yang tersebar di RW 13, dari 179 KK ini ada 121 orang yang bersedia untuk dijadikan responden.

7. Setelah mengetahui profil populasi dan mendapatkan jumlah responden yang

bersedia untuk menjadi responden, dilakukan simple random sampling untuk mendapatkan responden yang dijadikan subjek penelitian yaitu sebanyak 40 orang responden.

Setiap responden diberikan dua macam kuesioner. Pertama, responden diberikan kuesioner yang berhubungan dengan motivasi dalam memilih dan menonton acara televisi, dan kepuasan yang dirasakan responden setelah menonton acara televisi. Kuesioner ini dibagi menjadi lima bagian, yaitu: 1) data responden, 2) informasi acara televisi, 3) pola pengambilan keputusan, 4) motivasi menonton televisi, dan 5) kepuasan menonton televisi. Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kedua, menggunakan lembar isian harian tentang jenis acara yang akan ditonton oleh responden selama seminggu. Lembar ini langsung diberikan kepada responden untuk satu minggu, kemudian pengambilan lembaran ini dilakukan dalam tiga tahap pengambilan, yaitu pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh. Pada lembar isian ini, responden diminta untuk mengisi nama acara yang ditonton, jumlah jam menonton acara tersebut, stasiun televisi yang menanyangkan program tersebut, berdasarkan keputusan siapakah responden menonton acara tersebut, dan darimana responden mencari informasi mengenai acara televisi sebelum menonton televisi. Lembar isian harian dapat dilihat pada Lampiran 3.

8. Wawancara kelompok, wawancara ini dilakukan untuk mengetahui lebih

mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dan kepuasan seseorang untuk menonton televisi lokal serta tingkat penerimaan terhadap siaran televisi lokal. Wawancara ini dilakukan secara sengaja berdasarkan penggolongan asal etnis, yaitu etnis lokal dan etnis pendatang. Selain itu dilakukan wawancara dengan pihak stasiun televisi untuk mengkaji lebih

(37)

23 dalam tentang program siaran televisi lokal. Panduan pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 4.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi dari responden yang dilakukan melalui pengisian kuisioner dan wawancara. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari data variabel karakteristik individu (intrinsik dan ekstrinsik), motivasi menonton televisi, pola menonton televisi, dan kepuasan menonton televisi. Data variabel faktor intrinsik individu diolah berdasarkan faktor-faktor yang diteliti, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan asal etnis. Faktor ekstrisik meliputi informasi acara dan pola pengambilan keputusan menonton. Data motivasi, pola menonton televisi, dan kepuasan menonton diperoleh dari analisa kuesioner tentang kegiatan menonton yang dilakukan oleh responden. Data sekunder yang akan diambil adalah data mengenai profil televisi lokal, tayangan program acara televisi lokal, data tentang jumlah penonton acara televisi lokal, potensi daerah, dan literatur yang menunjang penelitian.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Hubungan antara variabel-variabel dilihat dengan menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang, dan Uji Korelasi Spearman dan Uji Chi Square. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dengan motivasi menonton televisi lokal. Selain itu juga digunakan untuk melihat hubungan antara motivasi menonton dengan pola menonton televisi dan hubungan motivasi menonton dengan kepuasan menonton televisi lokal. Uji Chi Square digunakan untuk melihat hubungan antara faktor jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan asal etnis dengan motivasi menonton televisi lokal. Dimana dilakukan uji satu sisi dengan taraf nyata 0,10 (10%). Uji Korelasi Spearman dan Uji Chi Square tersebut dikerjakan dengan program SPSS 14.0 for Windows.

(38)

24 Motivasi dan kepuasan diukur dengan menggunakan skala dimana

diberikan skor satu sampai empat untuk setiap motif dan pemenuhan. Setiap

motivasi diukur dengan pernyataan-pernyataan responden tentang apa yang dicari atau diharapkan dari acara-acara televisi. Setiap pernyataan motivasi tersebut diukur melalui skala mulai dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3), dan sangat setuju (4). Skor-skor tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan total skor untuk masing-masing motivasi. Kemudian dari hasil skor yang diperoleh, dikelompokkan menjadi motivasi rendah dan tinggi. Kepuasan diukur dengan pernyataan-pernyataan responden tentang apa yang benar-benar mereka peroleh dari acara-acara televisi tersebut. Setiap kepuasan tersebut diberi skala mulai dari sangat tidak puas (1), tidak puas (2), puas (3), dan sangat puas (4). Skor-skor tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan total skor untuk masing-masing kepuasan. Kemudian dari hasil skor kepuasan yang diperoleh, dikelompokkan menjadi terpuaskan dan tidak terpuaskan.

(39)

25 BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Simpang Baru

Kelurahan Simpang Baru termasuk dalam wilayah Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Propinsi Riau. Wilayah Kelurahan Simpang Baru berbatasan dengan kelurahan-kelurahan lain yang ada disekitarnya, yaitu:

Sebelah Utara : Kelurahan Simpang Tiga Sebelah Selatan : Kelurahan Tuah Karya Sebelah Barat : Kelurahan Sidomulyo Sebelah Timur : Kelurahan Delima

Luas wilayah Kelurahan Simpang Baru secara keseluruhan adalah 23.788 ha. Sebagian besar wilayah digunakan untuk pemukiman dan industri. Kondisi geografis Kelurahan Simpang Baru merupakan daerah dataran rendah dan keadaan suhu maksimum 32,6 sampai 36,5 derajat Celcius.

4.2 Karakteristik Penduduk Kelurahan Simpang Baru

Berdasarkan data potensi Kelurahan Simpang Baru tahun 2009, jumlah penduduk seluruhnya adalah 18.165 jiwa dengan 4.265 kepala keluarga (KK). Berdasarkan pembagian jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki adalah sebesar 9.255 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 8.910 jiwa. Penduduk ini tersebar di 14 RW dan 59 RT.

Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk Kelurahan Simpang Baru beragam, penduduk yang belum sekolah sebanyak 1.715 jiwa, tidak tamat SD 950 jiwa, tamat SD 6.238 jiwa, tamat SLTP 4.245 jiwa, tamat SLTA 2.382 jiwa, tamat Diploma I dan II 985 jiwa, sarjana sebanyak 825 jiwa untuk S1, 330 jiwa untuk S2, dan 45 jiwa untuk S3.

(40)

26 4.3 Gambaran Umum RW 13 Kelurahan Simpang Baru

RW 13 merupakan salah satu dari 14 RW yang terdapat di Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru. RW ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa wilayah ini strategis, terletak di sekitar jalan utama, dekat dengan sarana pembelanjaan, serta sarana sekolah, sehingga dinilai memiliki akses yang besar terhadap informasi dan media massa.

Terdapat 179 kepala keluarga yang terdaftar sebagai penduduk di RW 13 ini. Penduduk mempunyai jenis pekerjaan yang beragam, mulai dari Pegawai Negeri Sipil, pegawai swasta, pedagang, dan lainnya. Sebagian besar penduduk merupakan masyarakat asli (melayu), sisanya merupakan masyarakat pendatang seperti dari Jawa , Minang, dan Batak.

Melalui full enumeration survey yang dilakukan pada awal penelitian, dari 179 kepala keluarga yang dijadikan populasi penelitian, terdapat 121 orang yang bersedia dijadikan responden dalam penelitian ini. Dari 121 orang diambil 40 responden yang diambil secara acak, rata-rata dari 40 orang responden memiliki televisi lebih dari satu buah dan seluruhnya dapat menangkap siaran Riau Televisi (RTV). Selain itu mereka pada umumnya mempunyai radio dan berlangganan majalah atau surat kabar.

(41)

27 4.4 Profil Responden

Profil responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Jumlah Responden Menurut Faktor Intrinsik di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Berdasarkan Faktor Intrinsik Tahun 2009

Faktor Intrinsik Jumlah (n=40 dalam orang)

Usia

(a) Kurang dari 25 tahun

(b) Antara 25 tahun sampai 45 tahun

(c) 45 tahun keatas 12 20 8 Jenis kelamin (a) Laki-laki (b) Perempuan 16 24 Jenis pekerjaan (a) Bekerja

(b) Ibu rumah tangga, pensiunan, belum dan

tidak bekerja (c) Pelajar/mahasiswa 13 15 12 Tingkat pendapatan (a) Kurang dari 1 juta

(b) Antara 1 juta sampai 2,5 juta (c) Lebih dari 2,5 juta

19 13 8 Tingkat pendidikan

(a) Sekolah Dasar (SD)

(b) SLTP dan SLTA (SL) (c) Perguruan Tinggi (PT) 8 14 18 Asal etnis (a) Melayu (b) Minang (c) Jawa (d) Batak 20 5 9 6

(42)

28 4.5 Profil Riau Televisi

4.5.1 Latar Belakang Lahirnya Riau Televisi

Kota Pekanbaru sebagai ibukota Propinsi Riau, merupakan wilayah dengan posisi strategis, berada di kawasan Pulau Sumatera. Kota Pekanbaru merupakan wilayah terbuka lintas timur dan barat Sumatera. Tidak heran jika perkembangan kota ini dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Ini dapat dilihat dari angka perkembangan penduduk, sosial ekonomi, dan budaya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Riau tahun 2002, jumlah penduduk di Kota Pekanbaru mencapai 585.440 jiwa. Namun demikian berdasarkan data BPS Riau yang diambil dari pendapatan penduduk Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden tahun 2004, jumlah penduduk mencapai angka 700.000 jiwa.

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi terjadi sangat pesat. Di Kota Pekanbaru tumbuh dan berkembang sejumlah perusahaan raksasa, misalnya perusahaan minyak bumi PT Caltex Pasific Indonesia (Pekanbaru, Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hilir), perusahaan pulp dan kertas, seperti PT Indah Kiat Pulp & Paper (Perawang, Kabupaten siak) dan PT Riau Andalan Pulp & Paper (Kabupaten Pelalawan), perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Perkebunan Nusantara V (kantor pusat Pekanbaru, Perkebunan di Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokanhulu), serta pabrik mie instan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Pekanbaru), dan lain-lain.

Perkembangan pesat inilah yang menjadi dasar Pemerintah Kota Pekanbaru menetapkan Visi Kota Pekanbaru 2020: Pekanbaru sebagai pusat pemerintahan Propinsi Riau, Pekanbaru sebagai pusat perdagangan dan jasa, serta Pekanbaru menjadi pusat pengembangan budaya Melayu. Industri televisi diyakini sebagai media yang mampu menampilkan informasi, berita, dan hiburan serta audio visual, industri televisi juga menjadi agent of change yang berperan penting di era informatika serta globalisasi saat ini.

Guna mendukung program Pemerintah Kota Pekanbaru dengan masyarakatnya yang sangat heterogen dengan tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 4,2 persen setahun (melebihi angka pertumbuhan ekonomi nasional),

(43)

29 dipandang perlu dan penting adanya keberadaan media massa khususnya televisi swasta yang berbasis stasiun televisi lokal. Selain itu, tanpa adanya stasiun televisi dengan basis stasiun lokal yang mengusung semangat melestarikan budaya Melayu di Pekanbaru, maka tidak dapat dihindari cepat atau lambat, sebuah kepastian bahwa masyarakat Pekanbaru akan semakin mengalami keterasingan terhadap budaya mereka sendiri. Kehadiran televisi lokal dengan muatan lokal, akan menguatkan ketahanan budaya melayu masyarakat. Oleh karena itu, PT Riau Media Televisi (RIAU TV) hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Pekanbaru dan sekitarnya untuk menampilkan program-program yang mempunyai khas Melayu sesuai dengan budaya masyarakat Pekanbaru, dimana masyarakat Pekanbaru dapat menonton “dirinya” sendiri.

Jangkauan siaran RIAU TV tidak hanya Kota Pekanbaru, tetapi manjangkau beberapa kabupaten dan kota lain, seperti Kota Dumai yang bependuduk 173.188 jiwa, Kabupaten Kampar yang berpenduduk 447.157 jiwa, Kabupaten Siak yang berpenduduk 238.786 jiwa, Kabupaten Rokanhulu yang berpenduduk 265.686 jiwa, Kabupaten Kuantan Singingi yang berpenduduk 216.730 jiwa, Kabupaten Pelalawan yang berpenduduk 152.949 jiwa.

4.5.2 Visi dan Misi

PT Riau Media Televisi hadir dengan Visi menjadikan Propinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan pengembangan kebudayaan Melayu dalam masyarakat yang agamis di Asia Tenggara 2020. Untuk mewujudkan visi tersebut, PT Riau Media Televisi menyiapkan langkah-langkah strategis berupa Misi yaitu:

1. Membuat dan menayangkan program-program siaran sebagai barometer tercepat dan terakurat melalui program-program berita yang ditayangkan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

2. Membuat dan menayangkan program-program siaran yang mampu meningkatkan ketahanan budaya melayu dalam menghadapi era globalisasi.

(44)

30 3. Membuat dan menayangkan program-program siaran pemersatu

budaya-budaya daerah di Riau dalam rangka memperkuat budaya-budaya nasional dalam NKRI.

4. Menjadi sarana untuk mendokumentasikan budaya-budaya Melayu yang sudah langka.

5. Membuat dan menayangkan program-program siaran yang mampu memperkuat pelaksanaan otonomi daerah dan masyarakat madani di Riau. 6. Mengembangkan dan menayangkan beragam program siaran sebagai media

informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, dan mempunyai kontrol sosial di masyarakat.

Latar belakang PT Riau Media Televisi telah menggambarkan mengenai alasan didirikannya lembaga penyiaran berbasiskan stasiun lokal di Pekanbaru dihubungkan dengan kondisi dan segmentasi masyarakat setempat yang berbudaya Melayu. Maka jelas terlihat bahwa PT Riau Media Televisi (RIAU TV) memiliki ciri khas masyarakat Pekanbaru yang mempunyai budaya Melayu yang kuat.

Berdasarkan uraian latar belakang, PT Riau Media Televisi juga mempunyai visi ke depan yaitu pada tahun 2020 menjadi pusat kebudayaan Melayu. Visi Riau TV dapat mewujudkan fungsi lembaga penyiaran sebagai media informasi, media pendidikan, media hiburan, dan perekat sosial yang dapat dilihat dari adanya keberagaman program siaran yang disesuaikan dengan segmentasi masyarakat di daerah Riau, khususnya Kota Pekanbaru.

Misi PT Riau Media Televisi pun telah menjawab bagaimana mewujudkan visinya sebagai lembaga penyiaran swasta berbasiskan stasiun televisi lokal dengan adanya langkah-langkah strategis tersebut di atas. Sejak tanggal 20 Mei 2001, PT Riau Media Televisi (RIAU TV) sudah melayani masyarakat Pekanbaru dan sekitarnya dengan program-program acaranya yang memang berpihak pada budaya dan kerifan lokal masyarakat Pekanbaru yaitu budaya Melayu.

(45)

31 4.5.3 Program Acara Riau Televisi

RTV berdiri pada tanggal 20 Mei 2001 dan sekarang sudah masuk 8 tahun (sewindu) RTV berdiri. RTV merupakan anak perusahaan dari Riau Pos grup. Dalam perkembangannya, dapat dilihat bahwa RTV dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan memperoleh dukungan penuh dari pemerintah Provinsi maupun pemerintah kota Pekanbaru. Penyelenggaraan RTV masih dibantu oleh dana APBD Kota Pekanbaru, tetapi perolehan dana terbesar diperoleh dari iklan.

Sudah banyak program yang ditayangkan oleh RTV selama berdiri. Program tersebut dominan program informasi. Detak Riau, Mozaik Musik, dan Bursa Nada dan Niaga merupakan program unggulan RTV. Detak Riau menjadi program informasi unggulan karena program ini berisikan berita-berita tentang daerah di Riau. Ada beberapa program yang disiarkan RTV yang mencirikan budaya melayu seperti Salam Dendang Melayu, dan Kampong Melayu. Dahulu RTV juga menyiarkan program acara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pendatang, tetapi tidak bertahan beberapa lama karena mendapat protes dari pemerintah dan tokoh budaya. Selain memproduksi siaran sendiri, RTV juga bekerja sama dengan event organizer luar untuk menyediakan program acara. Selain acara on air, RTV juga meliput kegiatan off air. Proporsi siaran on air dan off air adalah sebanyak 60:40. Sedangkan komposisi acara adalah 70persen lokal dan 30persen umum. Jenis acara yang disiarkan berupa acara news (25 persen), religi (15 persen), talkshow (30 persen), sport (7 persen), hiburan (15 persen), dan anak (8 persen).

Jangkauan siaran RTV sudah mencapai beberapa kabupaten/kota di Propinsi Riau yaitu Pekanbaru, Dumai, Pelalawan, Kuantan Singingi, Kampar, Siak, Rokan Hulu dan Rokan Hilir, meskipun kualitas siaran di daerah selain Pekanbaru masih terbatas. Menurut Manager program RTV program yang selama ini disiarkan melihat kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan mengenai informasi daerah Riau. Selain itu, sebuah program ditayangkan juga dari permintaan sponsor ataupun kerjasama dengan pemerintah daerah. Kekuatan RTV saat ini adalah konten lokal yang masih terus terjaga, dan yang menjadi kelemahannya adalah minimnya sumberdaya manusia dan dana.

(46)

32 Berdasarkan jenis program, pilihan acara di RTV dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

No Jenis Program Nama Program

1 Pendidikan 1. Dialog Iqra’ Annisa

2. Mutiara Islam

3. Sanggar Kreasi TK Annamiroh

4. Dialog Islam Bersama IKADI

2 Informasi 1. Gerai 2. Venues 3. Rentak Kota 4. Buka Mata 5. Detak Riau 6. Berita Pilihan 7 7. Kampong Melayu 8. Jendela Metropolis

9. Profil Ustad Haryono

10. Dialog BKMT 11. Dokter Anda 12. Resep Dapur Kita 13. Berita Terkini

14. Berita MK (Relay JTV) 15. Dialog Alternatif ATFG 8 16. Dialog Ali Sadikin 17. Dialog Asnawi M. Alam 18. IBM Service

19. Talkshow Obrolan Politik 20. Jurnal MK

21. Debat Menuju Gedung Rakyat 22. Dunia Kita 23. Info Malam 24. Dialog MK 25. Kriminal Sepekan 26. Kedai UMKM 27. Griya Kita 3 Hiburan 1. Senam

2. Kartun Islami DIVA

3. Jelajah Wisata

4. Selingan Musik

5. Senam Persada Primarada

6. Bursa Nada Dan Niaga

7. VH 1 Pop Indonesia

8. Mozaik Musik

9. Musik Islami

10. Musik Pop Indonesia+Chat RTV 11. Indo Top 12

12. Salam Dendang Melayu 13. Karaoke Ocu

14. Dendang Oncu Kampar 15. Ladang Hati

16. NBA Games 17. NBA Hi Light

(47)

33 BAB V

MOTIVASI MENONTON TELEVISI LOKAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

5.1 Motivasi Menonton Televisi Lokal dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

McQuail (1991) mengemukakan ada empat jenis motivasi dalam diri individu yaitu motivasi informasi, motivasi identitas pribadi, motivasi integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan. Masing-masing motivasi dikembangkan ke dalam beberapa bagian, sehingga diperoleh 21 submotivasi. Setiap motivasi diukur dengan pernyataan-pernyataan responden tentang apa yang dicari atau diharapkan dari acara-acara televisi. Setiap pernyataan motivasi tersebut diukur melalui skala mulai dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3), dan sangat setuju (4). Skor-skor tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan total skor untuk masing-masing motivasi. Kemudian dari hasil skor yang diperoleh, dikelompokkan menjadi motivasi rendah dan tinggi. Motivasi dengan skor tinggi menunjukkan bahwa motivasi tersebut lebih dominan dirasakan responden dalam menonton televisi lokal. Pada tabel berikut disajikan jumlah responden berdasarkan tinggi dan rendahnya motivasi responden. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki motivasi yang tinggi pada setiap motivasi. Dari keempat jenis motivasi tersebut, motivasi yang paling tinggi dirasakan responden adalah motivasi hiburan.

Tabel 2. Jumlah Responden Menurut Jenis dan Kategori Motivasi di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009

Jenis Motivasi Kategori Motivasi Total Rendah (skor 4-9) Tinggi (skor 10-16) Motivasi Informasi

Motivasi Identitas Pribadi

Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Motivasi Hiburan 7 8 9 5 33 32 31 35 40 40 40 40

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor Intrinsik 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Jenis Pekerjaan 4
Tabel  1.  Jumlah  Responden  Menurut  Faktor  Intrinsik  di  RW  13  Kelurahan  Simpang Baru Berdasarkan Faktor Intrinsik Tahun 2009
Tabel  2.  Jumlah  Responden  Menurut  Jenis  dan  Kategori  Motivasi  di  RW  13  Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009
Tabel  3.  Jumlah  Responden  Menurut  Usia  dan  Kategori  Motivasi  Informasi  di RW 13 Kelurahan Simpang Baru Tahun 2009
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sugiono, Metode penelitian.. 13 yang berwenang, 15 dalam hal ini wawancara dilakukan dengan pihak kepolisian Polisi Resor Kendal mengenai proses penanganan unjuk

a) Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan

Penambahan pigmen karoteoid buah merah pada minyak kelapa dimana kandungan karoteoid yang terdapat dalam buah merah sangat tinggi sehingga dapat berguna sebagai

Kasus korupsi yang terjadi di Kabupaten Tegal menyangkut dana proyek jalan lingkar Kota Slawi (jalingkos) yang digelapkan oleh Bupati Tegal Agus Riyanto sebesar Rp 3,955

Tarik menarik antara ketiga magnet akan terjadi, jika magnet disusun seperti. Hubungan antara dua makhluk hidup berikut yang menunjukkan simbiosis parasitisme Hubungan antara

melampirkan SKA- Struktur pengalaman diatas atau sama dengan 12 tahun ,b).Site Manager (1 org/lokasi), pendidikan S -1 Teknik Sipil , Profesi Keahlian Pelaksana

o Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan dan ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan. o Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan peserta