• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM KAMPANYE PENCEGAHAN BULIMIA NERVOSA DAN ANOREXIA NERVOSA PADA REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM KAMPANYE PENCEGAHAN BULIMIA NERVOSA DAN ANOREXIA NERVOSA PADA REMAJA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM KAMPANYE PENCEGAHAN BULIMIA NERVOSA DAN ANOREXIA NERVOSA PADA REMAJA

Neisya Laras Citra1), Rita Ria Lita2),Muhammad Taufan Aldiprawira3), Niken Laraswati4), Reza Rahma Yuliany5)

Psikologi, Fakultas Humaniora dan Bisnis, Universitas Pembangunan Jaya 1 Email: neisya.laras@student.upj.ac.id 2Email : rita.rialita@student.upj.ac.id 3 Email: muhammad.taufan@student.upj.ac.id 4 Email: niken.laraswati@student.upj.ac.id 5Email: reza.rahmayuliany@student.upj.ac.id Abstract

The program is prevention campaigns againts Bulimia Nervosa and Anorexia Nervosa which aims to provide information about wrong eating disorder behaviors , and improve the awareness of adolescents to wrong eating disorders. This campaign is devoted for teenager in high school in Jakarta which will be held every six months in one day in every high school of Jakarta. Provision of educational intervention in the form of an informative as well as giving examples and modeling of the right eating behavior and also the effects of Bulimia Nervosa is expected to give teens information that still unknown previously , such as how to prevent eating disorders. The program proposed by the authors can provide in-depth knowledge about bulimia nervosa and anorexia nervosa for adolescents at high school. Authors assume that if a resource like adolescents who have experienced eating disorders can recounts in depth, so that the participants of the seminar will be building the desire to avoid the same experience as the second speaker.

Keywords: Campaign, Bulimia Nervosa, Anorexia Nervosa.

1. PENDAHULUAN

Makan adalah kebutuhan bagi setiap individu untuk menunjang aktivitas sehari-hari dan mendukung proses metabolisme tubuh (Hapsari, 2009). Kebiasaan dan perilaku makan secara langsung mempengaruhi status gizi seseorang. Tidak sedikit individu yang mengalami perilaku makan menyimpang dan hal ini banyak terjadi pada kalangan

perempuan (National Mental Health dalam Hapsari, 2009).

Remaja perempuan merasa kurang mampu menerima diri apa adanya, anggapan bahwa dengan memiliki tubuh kurus akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan pergaulan di sekitarnya (Ratnawati dan Sofiah, 2012). Berdasarkan persepsi yang salah tersebut akhirnya

(2)

mengakibatkan perilaku makan yang menyimpang sehingga berdampak buruk bagi status gizi individu tersebut (Hapsari, 2009).

Menurut Mental Health Guidelines dalam Hapsari (2009) ada tiga kategori perilaku makan menyimpang yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa, eating disorders not otherwise specified. Setiap tipe perilaku makan menyimpang tersebut dapat memberikan dampak yang serius, contohnya pada penderita anorexia nervosa dapat menyebabkan terjadinya kemunduran sistem imunitas karena kekurangan gizi, gangguan lambung, kerusakan hati dan yang terburuk adalah kematian (Brown dalam Hapsari, 2009).

Bulimia Nervosa adalah sebuah kondisi ketika seseorang berganti-ganti perilaku antara diet yang ekstrem dan makan yang berlebihan atau sebaliknya. Beberapa individu memaksa muntah setelah makan dalam porsi yang besar. Makan yang berlebih dan muntah yang dipaksakan dapat membahayakan kesehatan (Kalat, 2009)

Penyebab terjadinya bulimia nervosa yaitu masalah keluarga, perilaku mal-adaptif (perilaku yang tidak normal), pertentangan identitas diri, masa pubertas, gangguan adaptasi, lingkungan, dan penerimaan teman sebaya (Columbia Asia, 2016). Individu yang menderita bulimia nervosa akan mengalami kerusakan gigi, penurunanan kadar kalium darah, userasi perut, pendarahan esophagus dan kematian (Wardlaw dalam Hapsari, 2009).

Sedangkan anorexia nervosa adalah kesalahan memandang berat badan atau bentuk badan. Individu yang mengalami gangguan ini mengalami ketakutan yang amat sangat terhadap kenaikan berat badan, sehingga cenderung melakukan penolakan berat badan normal sesuai umur dan berat

badan (American Psychiatric Assosiation dalam Ratnawati dan Sofiah, 2012). Penyebab anorexia nervosa tidak berbeda dengan penyebab bulimia nervosa yang sudah disebutkan diatas.

Menurut National Institute of Mental Health (dalam Laila, 2013) gangguan makan banyak terjadi pada kalangan remaja perempuan dibanding laki-laki. Hal ini dikarenakan remaja perempuan cenderung sangat memperhatikan bentuk tubuh dan persepsi mereka bahwa bentuk tubuh yang baik dan ideal adalah tubuh yang kurus, dan langsing (Laila, 2013). Penderita penyakit bulimia nervosa dan anorexia nervosa ini sering menimpa wanita remaja dengan rentang usia 12 hingga 22 tahun, karena dimasa ini remaja memiliki perubahan fisik yang cepat seperti tinggi badan, berat badan, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual (Santrock, 2006). Dalam studi kuantitatif mengenai kecenderungan perilaku makan menyimpang pada remaja di Jakarta disebutkan bahwa 34,8% remaja di Jakarta mengalami perilaku makan yang menyimpang dengan spesifikasi 27% menderita bulimia nervosa dan 11,6% menderita anorexia nervosa (Syafiq dan Tantiani dalam Hapsari, 2009). Oleh karena itu penulis ingin mengadakan program dengan membuat kampanye tentang “STOP BULIMIA NERVOSA DAN ANOREXIA NERVOSA”. Program ini dijalankan oleh seluruh anak remaja yang berada di Sekolah Menengah Atas di seluruh Indonesia. Penulis menawarkan solusi ini karena sebelumnya belum pernah ada dan terlihat program serupa. Tujuan diadakan program ini adalah untuk memberikan informasi kepada anak remaja mengenai pentingnya menjaga pola makan yang benar dan mengurangi tingkat resiko bulimia nervosa dan anorexia nervosa pada remaja.

(3)

2. METODE

Program kampanye “STOP BULIMIA DAN ANOREXIA” pada remaja adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan awareness terhadap bulimia nervosa dan anorexia nervosa pada remaja SMA di Jakarta. Program kampanye ini akan membahas mengenai bahaya akibat bulimia nervosa dan anorexia nervosa, penyebab gangguan makan dan bagaimana cara menghindarinya. Program ini ditujukan untuk siswa-siswi sekolah menengah atas di seluruh Indonesia. Pihak sekolah berperan sebagai pendukung dalam kampanye ini berupa menyediakan waktu, tempat dan peserta di sekolah tersebut. 2.1 Tahap Persiapan

Kampanye “STOP BULIMIA DAN ANOREXIA” diselenggarakan untuk mengurangi kuantitas penderita bulimia nervosa dan anorexia nervosa pada remaja di seluruh Indonesia. Program kampanye ini bekerja sama dengan psikolog klinis untuk menyusun materi yang berkaitan dengan bulimia nervosa dan anorexia nervosa. Penulis melakukan pendekatan kepada pihak sekolah untuk diadakan kampanye “STOP BULIMIA DAN ANOREXIA” dalam waktu satu hari. Setelah itu sekolah akan memberikan pengarahan dan informasi mengenai waktu dan tempat untuk diadakannya kampanye. Penulis menyiapkan beberapa properti berupa poster untuk memberikan informasi secara visual kepada siswa-siswi SMA. Poster yang telah disiapkan oleh penulis sudah dipasang pada beberapa majalah dinding yang tersedia kurang lebih seminggu sebelum kampanye dilaksanakan.

2.2 Pihak-pihak yang Dapat Membantu Melaksanakan Gagasan

Pihak-pihak yang dapat membantu melaksanakan gagasan penulis adalah psikolog klinis, sekolah dan remaja yang telah mengalami bulimia nervosa dan anorexia nervosa. Pihak ini dapat membantu pelaksanaan kampanye “STOP BULIMIA DAN ANOREXIA”. Psikolog klinis bekerja sama dengan penulis menyusun materi agar sesuai dengan keadaan remaja saat ini. Penulis menganggap psikolog klinis mampu memberikan materi yang sesuai dan tepat sasaran kepada siswa-siswi sekolah menengah atas. Pihak sekolah mempunyai peran dalam mendukung terlaksananya kampanye ini dengan memberikan fasilitas kepada penulis. Selanjutnya penulis menghadirkan remaja yang telah berhasil mengatasi bulimia nervosa dan anorexia nervosa untuk berbagi pengalamannya kepada siswa-siswi yang mengikuti kampanye.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Tahap Pelaksanaan

Penulis melakukan kampanye di setiap sekolah menengah atas dalam waktu satu hari. Penulis menghadirkan para narasumber untuk memberikan materi kepada peserta. Tujuan penulis melaksanakan kampanye “STOP BULIMIA DAN ANOREXIA” di sekolah menengah atas agar para remaja peduli dengan bulimia nervosa dan anorexia nervosa yang dapat merugikan penderita. Peserta diberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab seputar bulimia nervosa dan anorexia nervosa. Kemudian peserta dibagi menjadi kelompok kecil dan didampingi oleh satu fasilitator. Kelompok tersebut akan mendapatkan satu kasus terkait dengan bulimia nervosa dan

(4)

anorexia nervosa, kemudian mereka diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat masing-masing. Pada akhir sesi diskusi, masing-masing kelompok membuat poster mengenai kasus yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran individu mengenai bahaya bulimia nervosa dan anorexia nervosa.

Siswa-siswi yang telah mengikuti acara kampanye dapat foto bersama di tempat photobooth dan menggunakan properti yang berhubungan dengan “STOP BULIMIA DAN ANOREXIA” yang telah penulis sediakan. Penulis menginformasikan kepada para remaja untuk mengunggah foto di aplikasi instagram dan memberi hashtag “STOP BULIMIA DAN ANOREXIA” . Penulis juga menyediakan beberapa merchandise seperti pin,stiker, kaos, serta tas kanvas yang bertuliskan STOP BULIMIA DAN ANOREXIA yang dapat digunakan sebagai alat promosi kampanye.

3.2 Pasca Pelaksanaan

Penulis memantau foto yang telah diunggah oleh para peserta kampanye melalui hashtag “STOP BULIMIA DAN ANOREXIA” dengan tujuan mengetahui berapa banyak respon peserta kampanye. Penulis akan melakukan kampanye setiap 6 bulan sekali di sekolah yang berbeda. Penulis melakukan evaluasi kekurangan dan kelebihan kampanye agar selanjutnya dapat melaksanakan kampanye yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian diharapkan program kampanye ini dapat membantu para remaja mendapatkan infomasi mengenai bulimia nervosa dan anorexia nervosa.

4. KESIMPULAN

Program kampanye pencegahan Bulimia Nervosa dan Anorexia Nervosa bertujuan untuk memberikan informasi mengenai perilaku gangguan makan yang salah, meningkatkan awareness remaja terhadap gangguan pola makan yang salah. Kegiatan kampanye ini dikhususkan kepada remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) Jakarta yang akan diadakan setiap 6 bulan sekali dalam 1 hari di SMA- SMA Jakarta. Penulis berharap pendekatan yang dilakukan dapat berhasil dan berjalan dengan lancar serta tercapai tujuannya sehingga program kampanye ini dapat di setujui dan realisasikan oleh semua SMA di Jakarta . Prediksi kelancaraan program ini dibantu oleh Psikologi klinis, remaja yang pernah mengalami gangguan pola makan dan pihak-pihak sekolah.

Pemberian kampanye berupa edukasi yang informatif serta pemberian contoh modelling dari perilaku makan benar dan juga dampak dari Bulimia Nervosa diharapkan dapat memberikan remaja informasi-informasi yang sebelumnya banyak tidak diketahui, seperti bagaimana mencegah terjadinya gangguan pola makan yang salah. Peserta yang mengikuti kampanye ini juga dapat menjadi “penyambung lidah” bagi masyarakat yang lebih luas melalui hashtag yang diberikan penulis selesai acara kampanye ini berlangsung sehingga tidak hanya remaja yang mengikuti kampanye yang mendapatkan informasi-informasi tetapi juga masyarakat yang lebih luas.

Program yang diusulkan oleh penulis dapat memberikan pengetahuan yang mendalam mengenai bulimia nervosa dan anorexia nervosa pada remaja di sekolah menengah atas. Penulis beranggapan

(5)

apabila narasumber remaja yang pernah mengalami gangguan pola makan dapat menceritakan pengalamannya secara mendalam, sehingga peserta seminar akan lebih membangun keinginan untuk menghindari pengalaman yang sama seperti kedua narasumber tersebut.

5. Referensi

Columbia, A. (2016). Bulimia: ciri-ciri dan penyebabnya. Medan: Sumatera Utara.

Diakses dari

http://www.columbiaasia.com/indonesi a/health-articles/bulimia-ciri-ciri-dan-penyebabnya

Hapsari, I. (2009). Hubungan faktor personal dan faktor lingkungan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang Pada kalangan model di QQ modeling school Jakarta Selatan tahun 2009. Diakses dari

http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=1 25025&lokasi=lokal

Kalat, J. W. (2009). Biological psychology (10th ed). Belmont: Wadsworth

Ratnawati, V., & Sofiah, D. (2012). Percaya diri, body image dan

kecenderungan anorexia nervosa pada remaja putri (Vol. 1). (Skripsi tidak dipublikasikan). Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945.

Santrock, J. W. (2006) life-span development. perkembangan masa hidup.(5thed.). Jakarta: Erlangga. Sirait, A. M. G. (2008). Komplikasi bulima

nervosa dii tubuh dan manifestasinya di rongga mulut. (Skripsi tidak dipublikasikan). Diakses dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345

(6)
(7)
(8)
(9)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, melalui pendalaman iman khusus orang tua penulis memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka membantu para orang tua agar semakin menyadari akan tugas dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi yang bernilai 2 dengan kategori buruk, tingkat kecukupan air

sanitasi, keranjang tidak disimpan di tempat yang terlindung dari kontaminasi; peralatan dan wadah yang masih digunakan tidak dirawat dengan baik, keranjang disimpan dalam

Pada subjek pertama, Subjek menyadari bahwa seburuk apapun kondisinya saat itu, dirinya harus tetap bersyukur dengan keadaanya sekarang dan lebih semangat untuk

TABEL / Table V.3 LUAS TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN RATA-RATA PRODUKSI JAGUNG MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2009 183. Planted Area, Harvested Area,

Anggarini Mardi Hari, 275 Manfaat program khusus Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama terhadap peningkatan keterampilan berbahasa pada anak tunarungu sebagai

Arah korelasi dapat dilihat dari angka koefisien korelasi hasilnya positif atau negatif.Sesuai dengan hasil analisis, koeefisien korelasi tes lompat jauh bernilai

Uang Harian adalah Uang saku tambahan yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil, Pimpinan dan Anggota DPRD dalam lingkungan Kabupaten Pakpak Bharat yang mengikuti