• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH TEORI AKUNTANSI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

TOPIK

PENTINGNYA STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK DAN PERBEDAANNYA DENGAN STANDAR

AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM

Di susun oleh

Nama : Muh. Arifin Nim :120462201007

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa mari kita aturkan dan tanamkan dalam diri kita sabagai manusia yang mempunyai banyak kelemahan dan kemampuan-kemampuan yang sangat terbatas. Sudah selayaknya dan sepantasnyalah penulis ucapkan puja dan puji sykur yang mendalam bahwa pada hari ini makalah dengan topik “Pentingnya Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Dan Perbedaannya Dengan Standar Akuntansi Yang Berlaku Umum” pembahasan ini sudah dapat terselesaikan walaupun menghadapi banyak kendala dan tentunya harapannya kepada seluruh pembaca dan dosen mata kuliah teori akuntansi, agar sekiranya dapat memberikan kritik dan saran agar makalah ini dapat lebih baik, karena saya yakin dan percaya bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Ucapan trimakasih juga kepada kawan-kawan yang sudah memberikan arahan atau masukan demi kesempurnaan makalah ini.

Tanjungpinang, Desember 2014 Penulis

(3)

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan dan Manfaat BAB II PEMBAHASAN

2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik 2.1.1 Gambaran Umum

2.1.2 Pentingnya Standar Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik 2.2 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik dan

Standar keuangan yang berlaku umum. 2.2.1 Tujuan Laporan Keuangan

2.2.2 Perbedaan Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik dan Standar keuangan yang berlaku umum

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dapat dipastikan bahwa setiap perusahaan ketika ingin maju dan berkembang tentunya membutuhkan yang namanya keberhasilan yang sifatnya jangka panjang. Maju dan berkembangnya suatu usaha pasti ada upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan baik berupa inovesi-inovasi ataupun pada perbaikan sistem manajemen tata kelola perusahaan, termasuk juga bagaiamana perusahaan itu berhasil mengelola sistem keuangannya.

Akuntansi menurut Kieso dan Weygant (1986) memberikan definisi bahwa akuntansi merupakan kegitan jasa, disiplin analisis, sekaligus sebagai sistem informasi (Amin Widaya Tunggal, 2002). Secara umum akuntasi lahir untuk digunakan menghitung sumberdaya ekonomi suatu perusahaan untuk dijadikan informasi terkait perusahaan tersebut. Perusahaan yang berhasil mengelola keuangannya dengan baik akan mendukung sumberdaya ekonomis perusahaan tersebut menjadi kuat dan semakin mandiri. Mandiri dalam artian perusahaan tersebut tidak lagi terlalu tergantung dengan hutang-hutang. Untuk melihat sumberdaya ekonomis suatu perusaahaan sendiri akan kita lihat pada laporan keungan yang sajikan oleh perusahaan tersebut.

Laporan perusahaan sendiri merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan atas pengelolaan baik secara operasional dari perusahaan tersebut atapun pada sistem manajemen perushaan. Pada dasarnya dengan laporan keunganlah yang memberikan informasi sebagai cerminan secara perspektif ekonomi bagaimana keadaan asset, kewajiban dan ekuitas perusahaan itu. Apakah perusahaan itu secara ekonomis lebih di unggulkan atau justru sebaliknya perusahaan tersebut berada dalam ancaman dikarenakan hutang dari perusahaan tersebut semakin membengkak. Laporan keungan dibuat untuk memberikan infomasi kepada pihak pemakai intenal ataupun pihak eksternal perusahaan. Pihak ekternal bisa pemerintah, swasta atau pihak investor. Ketika pihak ekternal itu adalah pemerintah maka laporan keunagan itu digunakan untuk mempertanggunjawabkan kepada pemerintah, biasanya untuk perhitungan terkait pajak atau infomasi-informasi lain yang berkaitan tentang prekonomian.

(5)

Laporan keungan yang baik harus dapat memberikan informasi dan dimengerti oleh pihak pengguna laporan keuangan. Hal ini penting karena ini merupakan bentuk pertanggung jawaban perusahaan dan dengan laporan yang demikian akan lebih menarik para investor untuk berinvestor kepada perusahaan. Laporan keuangan akan baik apabila ada standarnya atau sesuai dengan standar karena sebagaiamana dalam tulisan (Jevon Tanugraha, 2012) dikatakan, “Penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan standar, akan membantu manajemen perusahaan untuk memperoleh berbagai macam kemudahan”.

Untuk perusahaan yang tergolong kecil dan menegah dapat memilih standar laporan keuangan yang telah ditetapkan Ikatan Akuntasi Indonesia dengan kemudahannya yakni, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Indonesia saat ini masih di dominasi dengan Usaha mikro kecil menengah. Bahkan Usaha mikro kecil menengah saat ini di Indonesia masih menjadi wilayah dengan perkembangan yang cukup signifikan bahkan memberikan sumbangsi ekonomis yang cukup besar. Perusahan kecil dan menegah sendiri menjadi pusat perhatian pemerintah bahkan masyarakat karena perannya sampai saat ini masih menjadi perusahaan yang menyerap tenaga kerja yang banyak dan dianggap mampu menjadi penyelamat ekonomi Indonesia semenjak tahun 1997 sebagaimana dalam jurnal (Darwanto, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang). Ada hal yang menarik terkait Usaha mikro kecil menengah bahwa paska krisis moneter pada tahun 1998 yang membuat perusahaan-perusahaan besar banyak yang gulung tikar ternyata usaha mikro kecil menengah mampu bertahan dan menyelamatkan diri dari krisis moneter tersebut. Namun, ternyata tidak dapat dipungkiri juga bahwa usaha mikro kecil menengah masih banyak mengalami kekurangan apa lagi dengan kondisi saat ini perekonomian global persaingan sangat ketat membuat usaha mikro kecil menengah perlu diperhatikan secara kusus. Dengan dikeluarkannya standar akuntansi keuangan tanpa entitas akuntabilitas publik akan mempermudah perusahaan kecil dan menengah. SAK ETAP sendiri dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sebagaiamana dalam tulisan Jevon Tanugraha, (2012).

Standar Akuntansi Keungan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) diterapkan untuk penyusunan laporan keungan yang dimulai atau setelah 1 januari 2011. Entitas tanpa akuntanbilitas public adalah entitas yang tidak memiliki akuntanbilitas public signifikan dan menerbitkan laporan keunagan untuk tujuan umum (general purpose

(6)

financial statemen) bagi pengguna ekstrenal seperti pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur dan lembaga pemerikat kredit. (Mulyani, Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji). Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP dalam websait Ikatan Akuntansi Indonesia (2012) standar yang dimaksud untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas public signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna ekternal. Pengguna ekternal yang dimaksud sebagai contohnya adalah mereka pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelola usaha, kreditur , dan lembaga pemeringkat kredit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pentingnya Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) ?

2. Apa perbedaan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum dengan standar akuntansi keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ?

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan

1. Sebagai bentuk tanggung jawab untuk tugas makalah dari dosen mata kuliah teori akuntansi

2. Menjelaskan tentang standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas publk.

3. Menjelaskan bagaimana perbedaan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum dengan standar akuntansi keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik

4. Sebagai referensi untuk penelitian ataupu, hal-hal lainnya yang mungkin memili kaitan dengan penulis sajikan.

1.3.2 Manfaat

Memberikan sumbangsi pemikiran untuk materi terkait akuntansi secara umum, serta khususnya standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas public.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik 2.1.1 Gambaran Umum

Standar keuangan tanpa akuntabilitas publik merupakan sandar keuangan yang di keluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Standar keuangan tanpa akuntabilitas publik berlaku secara efektif untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011 (IAI, 2012). Standar keuangan tanpa akuntabilitas publik diterbitkan karena Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menilai bahwa penyusunan laporan keuangan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) berbasis IFRS (International Financial Reporting Standards) dinilai terlalu rumit dan akan menyulitkan pengusaha berskala kecil dan menengah (Jurnal, Ni Luh Gede Ariantini1 dkk, 2014). Sedangkan di Indonesia saat ini usaha kecil mikro menengah terus menagalami kemajuan pesat. Bahkan, sumbangsinya terhadap prekonomian Indonesia sangatlah signifikan. Ditambahkan lagi dalam dalam jurnal (Darwanto, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang), bahwa perkembangan usaha kecil dan menengah (UKM) menarik perhatian yang lebih serius dari berbagai kalangan baik pemerintah ataupun masyarakat umum, hal ini tidak terlepas dari peran UKM itu sendiri dalam penyerapan tenaga kerja, sumbangan pendapatan nasional (GDP) dan ketahanan UKM terhadap berbagai gejolak. Untuk itu sebagaiaman tujuan SAK ETAP memberikan kemudahan bagi pengusaha kecil dan menengah untuk membuat laporan keuangannya sendiri dan membantu dalam menyajikan laporan keuangan yang relevan dan andal (Jurnal, Ni Luh Gede Ariantini1 dkk, 2014). Menurut Martani (2011) yang dikutif dari Jurnal Ni Luh Gede Ariantini1 dkk, “dengan adanya SAK ETAP diharapkan perusahaan kecil dan menengah dapat menyusun laporan keuangannya sendiri, dapat diaudit dan mendapatkan opini audit, sehingga perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usahanya”.

2.1.2 Pentingnya Standar Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik

Persaingan usaha saat ini memang semakin ketat, apalagi dengan arus globalisasi yang semakin dahsyat membuat usaha-usaha yang ingin tetap bertahan terutama perusahaan kecil dan menengah harus membenah diri, memperbaiki sistem manajemen

(8)

dan mempersiapkan sumberdaya ekonomi yang cukup. Bahkan tidak hanya dengan sumberdaya ekonomi yang cukup tetapi yang tidak kalah penting juga sumberdaya manusia harus di persiapkan dengan baik. Sumberdaya ekonomi perusahan terkait dengan modal ketika ingin memproleh danah dari pihak ekternal, investor atau lembaga simpan pinjam baik dari bank ataupun pihak swasta lainnya, perusahaan memang dituntut dapat mensajikan laporan keuangan yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Perkembangan usaha kecil dan menengah di Indonesia saat ini harus dapat membenah diri agar tetap dapat bertahan dan memberikan sumbangsinya terhadapa prekonomian di Indonesia. Standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik memberikan kelegahan tersendiri ketika dapat di gunakan oleh semua usaha kecil dan menengah dalam menyusun laporan keuangannya. Karena ini bertujuan baik agar usaha yang dijalankan dapat berkembang dengan cepat dan mempermudah untuk mendapatkan tambahan modal dalam menjalankan usahanya.

Berkaitan dengan tujuan laporan keuangan menurut standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik “Bab 2 paragraf 1 adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dan dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya” (Jurnal, Ni Luh Gede Ariantini1 dkk, 2014). Sedangakan menurut Menurut Belkoui (2006:126) dalam makalah Jevon Tanugraha (2012), “tujuan laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan”.

Laporan keungan pada akhirnya berguna bagi pihak interen ataupun ektenal perusahaan untuk pengambilan keputusan. Pemakai internal, yaitu pengambil keputusan yang secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan internal perusahaan. Sedangkan pemakai ekternal, pengambil keputusan yang berkaitan dengan hubungan mereka dengan perusahaan (Eart K. Stice dkk) dalam terjemahan Ali Akbar (2009). Pengguna keuangan eternal dapat dipastikan seperti para investor ataupun pemberi modal pinjaman tidak akan meluncurkan dana atau modalnya kepada perusahaan yang tidak dapat memberikan informasi keuangannya dengan baik. Usaha kecil dan menegah sebagai tujuan utama dari standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik seharusnya sudah

(9)

diterapkan agar pengguna keuangan dari pihak ekternal lebih mudah untuk memberikan modalnya. Saat ini UKM mempunyai beberapa masalah yang cukup komplek. Sebagaiamana dalam jurnal (Darwanto, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang), “Secara umum UKM sendiri menghadapi dua permasalahan utama, yaitu masalah finansial dan masalah nonfinansial (organisasi manajemen)”. Lebih lanjut bahkan dijelaskan bahwa peranan usaha kecil dan menegah di Indonesia yang strategis ternyata mempunyai masalah bakan permasalahan tersebut sudah sering ditemukan dan dikemukakan banyak peneliti sebelumnya. Untuk itu sebagai upaya yang harus dilakukan dalam penyelesaiannya terkait dengan masalah financial adalah bagaiamana standar keuangan yang ada diterapkan baik kepada usaha kecil ataupun usaha yang menengah. Seperti telah adanya satandar akuntansi keuagan entitas tanpa akuntabilitas public yang dikeluarkan oleh ikatan akuntansi Indonesia.

2.2 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik dan Standar keuangan yang berlaku umum.

2.2.1 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007 :3) dalam jurnal Arum Puspita Sari (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya) tujuan dari laporan keuangan adalah :

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini adalah memenuhi kebutuhan bersama dari sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari berbagai kejasian dimasa yang lalu (historis), dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.

c. Laporan keuangan juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melakukan penilaian terhadap apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, melakukan hal ini agar mereka

(10)

dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin saja mencakup keputusan untuk menanamkan atau menjual investasi mereka dalam suatu perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau melakukan penggantian manajemen. 2.2.2 Perbedaan Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik dan Standar

keuangan yang berlaku umum

“Perusahaan dapat menggunakan SAK ETAP dikarenakan, pertama PSAK - IFRS based sulit diterapkan bagi perusahaan kecil menengah mengingat penentuan fair value memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kedua, PSAK – IFRS rumit dalam implementasinya seperti kasus PSAK 50 dan PSAK 55 meskipun sudah disahkan tahun 2006 namun implementasinya tertunda bahkan 2010 sudah keluar PSAK 50 (revisi). Ketiga, PSAK – IFRS menggunakan principle based sehingga membutuhkan banyak professional judgement. Keempat, PSAK – IFRS perlu dokumentasi dan IT yang kuat.. Dwi Martini (2011) menyatakan bahwa penerapan SAK ETAP lebih sederhana dibanding penerapan PSAK umum yang mengacu pada IFRS karenan SAK ETAP mengacu pada praktik akuntansi yang saat ini digunakan. Basir (2010) menyatakan bahwa penerapan SAK ETAP bebas diterapkanoleh entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP), jika ETAP belum memiliki rencana pengembangan ke depan, bisnisnya dijalankan secara sederhana, tidak terlalau membutuhkan pendanaan dari lembaga keuangannya, maka entitas ini tidak perlu menerapkan PSAK umum. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP (Syarif : 2010). SAK ETAP memiliki 30 bab sejumlah 182 lembar yang terdiri dari ruang lingkup, konsep dan prinsip prevasif, penyajian laporan keuangan, neraca, lapoean laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan lain-lain”, Arum Puspita Sari dalam jurnalnya (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)

Secara umum perbedaan Standar keuangan dengan SAK ETAP sebagaiamana yang dikutif dalam websaite Ikatan Akuntansi di Indonesia menyatakan bahwa. “Standar keuangan SAK yang berbasis IFRS (SAK Umum) ditujukan bagi entitas yang mempunyai tanggung jawab publik signifikan dan entitas yang banyak melakukan kegiatan lintas negara. SAK umum tersebut rumit untuk dipahami serta diterapkan bagi sebagain besar entitas usaha di Indonesia yang berskala kecil dan menengah. Dalam beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk suatu entitas

(11)

dibandingkan dengan SAK Umum dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Sesuai dengan ruang lingkup SAK-ETAP, maka Standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelola usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit”.

Berikut ini adalah table perbandingan PSAK dengan SAK-ETAP yang dapat diperoleh di kantor pusat Ikatan Akuntan Indonesia dan kantor-kantor cabang IAI.

No Elemen PSAK (SAK UMUM) SAK ETAP

1 Penyajian Laporan Keuangan

 Laporan posisi keuangan  Informasi yang disajikan

dalam laporan posisi keuangan

 Pembedaan asset lancar dan tidak lancar dan laibilitas jangka pendek dan jangka panjang

 Aset lancar

 Laibilitas jangka pendek  Informasi yang disajikan

dalam laporan posisi keuangan atau catatan atas laporan keuangan

(Perubahan istilah di ED PSAK 1: Neraca menjadi Laporan Posisi Keuangan, Kewajiban (liability) menjadi laibilitas)

Sama dengan

PSAK, kecuali informasi yang disajikan dalam neraca, yang

menghilangkan pos:  Aset keuangan

 Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (ED PSAK 1)  Aset biolojik yang

diukur pada biaya perolehan dan nilai wajar (ED PSAK 1)  Kewajiban berbunga

jangka panjang

 Aset dan kewajiban pajak tangguhan  Kepentingan

nonpengendalian

2 Laporan Laba Rugi  Laporan laba rugi komprehensif

Tidak sama dengan PSAK

(12)

o Informasi yang disajikan dalam laporan Laba Rugi Komprehensif

o Laba rugi selama periode o Pendapatan komprehensif

lain selama periode

o Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif atau catatan atas laporan keuangan

istilah laporan laba rugi komprehensif, SAK

ETAP menggunakan

istilah laporan laba rugi.

3 Penyajian Perubahan Ekuitas

Sama dengan

PSAK, kecuali untuk beberapa hal yang terkait pendapatan komprehensif lain.

4 Catatan Atas Laporan Keuangan

 Catatan atas laporan keuangan  Struktur  Pengungkapan kebijakan Akuntansi  Sumber estimasi ketidakpastian  Modal (ED PSAK 1)  Pengungkapan lain

Sama dengan PSAK, kecuali

pengungkapan modal.

5 Laporan Arus Kas  Arus kas aktivitas operasi: metode langsung dan tidak langsung

 Arus kas aktivitas investasi  Arus kas aktivitas

pendanaan

 Arus kas mata uang asing  Arus kas bunga dan dividen,

Sama dengan PSAK kecuali:

 Arus kas aktivitas operasi: metode tidak langsung  Arus kas mata uang

(13)

pajak penghasilan, transaksi non-kas

asing, tidak diatur.

6 Laporan

keuangan konsolidasi dan terpisah

 Persyaratan penyajian lapkeu konsolidasi  Entitas bertujuan khusus  Prosedur konsolidasi  Lapkeu tersendiri  Lapkeu gabungan

Tidak diatur (Lihat Bab 12).

7 Kebijakan

akuntansi, estimasi, dan kesalahan

PSAK 25 (Laba atau Rugi Bersih untuk periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi)

 Laba atau rugi bersih untuk Periode berjalan

 Kesalahan Mendasar  Perubahan kebijakan

Akuntansi

 Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi  Konsistensi dan perubahan

kebijakan akuntansi  Perubahan Estimasi

akuntansi  Kesalahan.  Pos luar biasa

 Laba atau rugi dari aktivitas normal

 Operasi yang tidak dilanjutkan

 Perubahan estimasi Akuntansi

SAK ETAP sudah maju satu langkah dibandingkan

PSAK (tidak ada

“kesalahan mendasar” dan “laba atau rugi luar biasa”).

(14)

 Penerapan suatu standar Akuntansi keuangan  Perubahan kebijakan

Akuntansi yang lain

8 Instrumen Keuangan Dasar

 Ruang lingkup: aset dan kewajiban keuangan  Instrumen keuangan dasar:  Diklasifikasikan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, dimiliki hingga jatuh tempo, tersedia untuk dijual, pinjaman dan pinjaman yang diberikan

 Impairment menggunakan incurred loss concept  Derecognition

 Hedging dan derivatif  Ruang lingkup: investasi

pada efek tertentu

 Klasifikasi trading, held to maturity, dan available for sale. Hal tsb mengacu ke

PSAK 50 (1998).

9 Persediaan  Pengukuran persediaan

 Biaya persediaan  Biaya pembelian  Biaya konversi  Biaya lain-lain

 Biaya persediaan pemberian jasa

 Teknik pengukuran biaya  Rumus biaya

 Nilai realisasi bersih

(15)

 Pengakuan sebagai beban  Pengungkapan

10 Investasi

pada perusahaan asosiasi dan entitas anak

 Ruang lingkup: entitas asosiasi

 Metode akuntansi  Metode biaya  Metode ekuitas

 Model nilai wajar (ED PSAK 15)

 Ruang lingkup: entitas asosiasi dan entitas anak  Metode akuntansi  Entitas asosiasi : metode

biaya

 Entitas anak :

metode ekuitas

11 Investasi

pada perusahaan asosiasi dan entitas anak

 Jointly controlled operation, asset, and entity

 Metode akuntansi  Metode konsolidasi

proporsional  Metode ekuitas

 Model nilai wajar (ED PSAK 12 : PBA/PBO/PBE)

Sama dengan PSAK kecuali metode akuntansi hanya menggunakan metode biaya.

12 Property Investasi Metode akuntansi  Model nilai wajar Model biaya

Metode akuntansi: model biaya

13 Aset Tetap  Menggunakan pendekatan

komponenisasi

 Pengukuran menggunakan model biaya atau model

Sama dengan PSAK kecuali:

(16)

revaluasi

 Pengukuran biaya perolehan  Pengakuan pengeluaran

selanjutnya  Penyusutan

 Tidak perlu review nilai residu, metode penyusutan, dan umur manfaat setiap akhir periode pelaporan, tetapi jika ada indikasi perubahan saja pendekatan komponenisasi.  Revaluasi diijinkan jika dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah. Hal ini mengacu ke PSAK 16 (1994)

 Tidak perlu review nilai residu.

14 Asset Tidak Berwujud  Prinsip umum untuk pengakuan

 Pengakuan awal, pengukuran selanjutnya  Amortisasi selama umur

manfaat atau 10 tahun

Sama dengan

PSAK, kecuali aset tidak berwujud yang diperoleh dari penggabungan usaha.

Penurunan nilai  Menggunakan metode pembelian

 Goodwill dimaortisasi 5 tahun atau 20 tahun dengan justifikasi manajemen

Tidak diatur

15 Sewa  Mengatur perjanjian yang

mengandung sewa

Klasifikasi bersifat principle based

 Laporan keuangan lessee dan

 Tidak mengatur perjanjian yang mengandung sewa

(17)

(ISAK 8)

Lessor  Klasifikasi sewa:

kombinasi IFRS for SMEs dan SFAS 13  Laporan keuangan

lessee dan lessor menggunakan PSAK 30 (1990): Akuntansi Sewa Guna Usaha

 Kewajiban diestimasi  Kewajiban kontinjensi  Aset kontinjensi

Sama dengan PSAK

16 Ekuitas  Penjelasan

 Akuntasi ekuitas untuk badan usaha bukan PT  Akuntansi ekuitas untuk

badan usaha berbentuk PT  Reorganisasi

 Selisih penilaian kembali

Sama dengan PSAK, kecuali :

 Reorganisasi  Selisih

penilaian kembali

17 Pendapatan  Penjualan barang

 Penjualan jasa  Kontrak konstruksi

 Bunga, dividen dan royalti  Lampiran kasus

pengakuan pendapatan (ED PSAK 23)

Sama dengan PSAK.

18 Biaya Pinjaman  Komponen biaya pinjaman  Pengakuan dan kapitalisasi

biaya pinjaman

Biaya pinjaman langsung dibebankan

(18)

19 Penurunan Nilai Aset  Penurunan nilai persediaan  Penurunan nilai

non-persediaan

 Penurunan nilai goodwill

Sama dengan PSAK, kecuali:

 Ruang lingkup yang meliputi semua jenis aset.  Tidak mengatur penurunan nilai goodwill  Ada tambahan penurunan nilai untuk pinjaman yang diberikan dan piutang yang menggunakan PSAK 31: Akuntansi Perbankan paragraf 16 dan 17.

20 Imbalan Kerja  Imbalan kerja jangka pendek

 Imbalan pasca kerja, untuk manfaat pasti

menggunakan PUC  Imbalan jangka panjang

lainnya

Pesangon pemutusan kerja

Sama dengan

PSAK, kecuali untuk manfaat pasti

menggunakan PUC dan jika tidak bisa,

menggunakan metode yang disederhanakan

21 Pajak Penghasilan  Menggunakan deferred taxconcept

 Pengakuan dan pengukuran pajakkini  Pengakuan dan

(19)

pengukuran pajaktangguhan  Menggunakan taxpayable concept  Tidak adapengakuan danpengukuran pajaktangguhan

22 Mata Uang Pelaporan  Mata uang pencatatan dan pelaporan

 Mata uang fungsional  Penentuan saldo awal  Penyajian komparatif  Perubahan mata uang

pencatatan dan pelaporan

Sama dengan PSAK Mata Uang Pelaporan

 Mata uang fungsional

 Pelaporan transaksi mata uang asing dalam mata uang fungsional  Perubahan mata uang fungsional (Pada prinsipnya sama) 23 Peristiwa setelah akhir periode pelaporan

 Peristiwa yang

memerlukan penyesuaian  Peristiwa yang tidak

memerlukan penyesuaian

Sama dengan PSAK

24 Pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa  Pengertian pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa  Pengungkapan

Sama dengan PSAK 7

25 Aktivitas Khusus  Akuntansi perkoperasian  Akuntansi minyak dan gas

bumi

(20)

 Akuntansi pertambangan umum

 Akuntansi perusahaan efek  Akuntansi reksa dana  Akuntansi perbankan dan

asuransi

26 Ketentuan Transisi  Retrospektif atau

prospektif (jika tidak praktis) yang diterapkan secara prospective catchup (dampak ke saldo laba)  Perpindahan dari

dan ke SAK ETAP

27 Tanggal Efektif Berlaku efektif

untuk laporan keuangan yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2011, penerapan dini 1 Januari 2010

(21)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik perlu diterapkan di perusahaan sekala kecil ataupun sekala menengah, mengingat pentingnya usaha kecil dan menengah di Indonesia dan permasalahan serta tantangan pada masa yang akan datang. Secara umum perbedaan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik dengan standar akuntasi keuangan umum terletak pada penggunaan laporan keuagan.diamana SAK umum dianggap rumit dan penggunanya antarlintas negara sedangkan untuk SAK ETAP lebih berfokus membantu kepada usaha kecil dan menengah.

3.2 Saran

Sebagai saran penulis; Perusahaan kecil ataupun menengah sekiranya segrea menerapkan atau menggunakan standar akuntasni keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik agar perusahaan usaha-usaha tersebut dapat berkembang lebih baik dan maju.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar Ali (2009) Terjemahan “Akuntansi Keuangan Intermediate Accounting, Jakarta, Salemba Empat

Ariantini, Ni Luh Gede. 2014 Penerapan SAK ETAP Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pada Koperasi Simpan Pinjam Lembing Sejahtera Mandiri Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia (online). Tersedia pada

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPE/article/view/3348/2745, diakses 29 Desember 2014 Pukul 9:39 WIB

Darwanto, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang Membangun Daya Saing UKM dalam Perekonomian Nasional. (online) Tersedia pada :

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=118684&val=5446, diakses pada 28 Desember 2014 Pukul 11:20 WIB.

Sari, Arum Puspita. 2014. Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (Studi Kasus pada Perusahaan Rokok Trubus Alami) (online). Tersedia pada:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&u act=8&ved=0CE8QFjAH&url=http%3A%2F%2Fjimfeb.ub.ac.id%2Findex.php%2Fji mfeb%2Farticle%2Fdownload%2F1021%2F937&ei=HdmgVOjBMZSXuAS7woDIC

g&usg=AFQjCNErRA036IxiNoMlRRK8ZZ8-zR76KA&sig2=dR5nAPhq7HgNK8OpkzKX4g&bvm=bv.82001339,d.c2E, diakses 29 Desember 2014 Pukul 11:32 WIB

http://keuanganlsm.com/perbedaan-sak-etap-dengan-psak/, di akses pada 29 Desember 2014 Pukul 13:15 WIB

Mulyani. 2012. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (Sak Etap) Pada Koperasi Mandiri Jaya Tanjungpinang dan Koperasi Karyawan Plaza Hotel Tanjungpinang. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji (onlie). Tesedia pada: http://jurnal.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/gravity_forms/1ec61c9cb232a03a96d09 47c6478e525e/2014/04/E-JURNAL.pdf, diakses pada 28/12/2014 11:20 WIB.

(23)

Widaya T, Amin Drs. 2002. Akuntansi Perusahaan kecil dan Menengah, Jakarta; PT RINEKA CIPTA

www.iaiglobal.or.id/v02/prinsip_akuntansi/standar.php?cat=SAK%20ETAP, diakses pada 29 Desember 2014 Pukul 12:01 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui kondisi faktual pemanfaatan

Kegiatan individu merupakan kegiatan dari masing-masing anggota unit XII B 1 yang sesuai dengan program studi dari masing-masing mahasiswa. Kegiatan individu terdiri dari 4

Ada hubungan antara faktor internal, yaitu: tingkat pendapatan rumah tangga petani, jumlah tanggungan, tingkat ketergantungan pada lahan, dan tingkat pendidikan dengan

Berdasarkan permasalahan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Keberagaman makhluk hidup di lingkunganku pada

Untuk itu diperlukan suatu penelitian mengenai analisis produktivitas dan finansial usaha perikanan jaring arad dengan hasil tangkapan ikan teri ( Stolephorus sp ) dan cumi

Dengan design eksperimen within-subject experiments, dilakukan intervensi ergonomi yaitu perbaikan sistem kerja dengan memberikan penambahan waktu istirahat pendek

Analizirajući pojedinačne ocene zaštite interesa manjinskih akcionara u odnosu na ocenu institucionalnog okruženja u celini i globalni indeks konkurentnosti tokom

Hasil analisis dalam penilitian ini memaparkan bahwa ada pengaruh dari variabel kualitas pelayanan terhadap kepercayan wali murid dalam menitipkan anaknya di tempat penitipan