• Tidak ada hasil yang ditemukan

SANG KACA SKRIP KARYA SENI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SANG KACA SKRIP KARYA SENI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIP KARYA SENI

Oleh :

NI WAYAN SARI MEGANTARI NIM : 2006. 01. 023

PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA

DENPASAR

(2)

SANG KACA

SKRIP KARYA SENI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Seni (S1)

OLEH :

NI WAYAN SARI MEGANTARI NIM : 2006.01.023

PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA

DENPASAR

2010

PENGESAHAN PEMBIMBING

(3)

SKRIP KARYA SENI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Seni (S1)

MENYETUJUI :

PENGESAHAN PENGUJI

PEMBIMBING II

I Gusti Lanang Oka Ardika, S.S.T.,M.Si. NIP. 195708211983031005

PEMBIMBING I

Ni Nyoman Kasih S.S.T.,M.Sn. NIP. 196410201990032001

(4)

Skrip Karya Seni ini telah diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Penguji Tugas Akhir Sarjana Seni (S1), Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar, pada :

Hari/Tanggal : Selasa, 01 Juni 2010

Ketua : I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn (……….)

NIP. 19681231 199603 1 007

Sekretaris : I Dewa Ketut Wicaksana, SSP.,M.Hum (……….)

NIP. 131878137

Dosen Penguji :

1. Hendra Santosa, SSKar, M.Hum (……….)

NIP. 196710311992031001

2. Ni Nyoman Mulyati, SST, M.Hum (……….)

NIP. 195609131985032001

3. Ni Wayan Iriani, SST, M.Si (……….)

NIP. 196208071988112001

Disahkan pada tanggal : ...

Mengetahui

Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Ketua Jurusan Tari

ISI Denpasar FSP, ISI Denpasar

I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn I Wayan Cerita, SST, MFA

NIP. 19681231 199603 1 007 NIP. 19611231 199103 1 008

(5)

Puji syukur dan terima kasih penata panjatkan kehadapan Ide Sang Hyang Widhi/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugrah-Nya Skrip Karya Seni ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Skrip ini dibuat pada dasarnya merupakan uraian atau deskripsi dari pokok pikiran penata yang melandasi terwujudnya karya seni tari bebancihan yang digarap dan kemudian dipersembahkan kepada dewan penguji sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Seni Indonesia Denpasar, tahun akedemik 2009/2010.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skrip karya ini. Tanpa bantuan dan dukungan serta kerjasama pihak yang terkait, usaha ini tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Untuk itu, dalam kesempatan ini tidak lupa penata sampaikan ucapan trimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Rai S.,MA selaku Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar atas fasilitas yang diberikan.

2. Ibu I Nyoman kasih, S.S.T., M.Sn., dan bapak I Gusti Lanang Oka Ardika,S.S.T., M.Si. selaku pembimbing karya tulis dan karya seni yang telah memberikan masukan-masukan dan saran-saran dalam proses penggarapan karya tulis dan karya seni.

3. I Wayan Sugandya, S.Sn. yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu membuat musik iringan tari.

4. Para pendukung tari dan karawitan yang telah membantu dan memberikan semangat sejak proses hingga karya seni tari.

(6)

5. Kedua orang tua yang memberikan semangat dan mendukung dalam bentuk doa dan materi agar garapan ini dapat berjalan dengan lancar.

Garapan karya seni tari dan karya tulis ini tentunya boleh dikatakan masih jauh dari sempurna. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dimohonkan masukan, saran dan kritikan yang bersifat membangun dalam rangka penyusunan selanjutnya. Semoga apa yang dipersembahkan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, Mei 2010

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

PENGESAHAN PENGUJI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Ide Garapan ... 3 1.3. Tujuan Garapan ... 6 1.4. Manfaat Garapan ... 7 1.5. Ruang Lingkup ... 7

BAB II KAJIAN SUMBER ... 10

2.1. Sumber Pustaka ... 11

2.2. Sumber Wawancara ... 12

2.3. Dokumentasi ... 13

BAB III PROSES KREATIVITAS ... 14

3.1. Tahap penjajakan ... 15

3.2. Tahap percobaan ... 20

3.3. Tahap pembentukan ... 22

BAB IV WUJUD GARAPAN ... 26

4.1. Deskripsi Garapan ... 26

4.2. Analisa Pola Struktur ... 27

4.3. Analisa Estetik ... 32

4.4. Analisa Simbol ... 33

4.5. Analisa Materi ... 34

(8)

4.5.2. Motif Gerak yang dikembangkan ... 36

4.5.3. Motif Desain yang digunakan ... 37

4.6. Analisa Penyajian ... 37

4.6.1. Tempat Pertunjukan ... 38

4.6.2. Kostum/ Tata Busana ... 39

4.6.3. Tata Rias wajah ... 40

4.6.4. Properti ... 42

4.6.5. Pola Lantai, Lighting Suasana, dan Rangkaian Gerak Tari ... 46

4.6.6. Iringan Tari ... 66 BAB V PENUTUP ... 73 5.1. Kesimpulan ... 73 5.2. Saran ... 74 DAFTAR SUMBER ... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 76

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tahap Penjajakan Per Bulan Oktober, November, 2009 ... 19

Tabel 2. Tahap Percobaan Per Bulan Maret dan April 2010 ... 22

Tabel 3. Tahap Pembentukan Per Bulan April, dan Mei 2010 ... 23

Tabel 4. Proses Penggarapan Tari kreasi Sang Kaca... 25

(10)

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. ... 38 Gambar 2 ... 43 Gambar 3 ... 44 Gambar 4 ... 45 Gambar 5 ... 45

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Berbagai macam cara seniman, menuangkan ide kreatifnya kedalam sebuah karya seni khususnya pada seni pertunjukan. Hal itu dapat dilihat dari ragam seni pertunjukan yang ada di Bali seperti seni tari, seni karawitan, seni pedalangan dan seni drama yang dapat dijadikan sebuah sumber inspirasi untuk berkarya bagi para penata.

Seni tari merupakan salah satu diantara seni pertunjukan yang perkembangannya mendapat perhatian yang cukup besar dari masyarakat. Sekian banyak tari kreasi baru berkwalitas yang dihasilkan koreografer-koreografer muda mengiasi seni pertunjukan Bali dewasa ini. Karya-karya tersebut memberikan inspirasi dan motivasi bagi penata untuk membuat karya baru yang memilki identitas tersendiri.

Sesuai dengan bidang yang digeluti yaitu seni tari, maka dalam Tugas Akhir ini penata ingin menggarap sebuah garapan tari yang dituangkan dalam konsep tari kreasi baru yang penggarapannya merupakan pengembangan dari pola-pola tari tradisi. Mengingat pengertian tari kreasi baru adalah tarian yang bagian-bagian tertentu dari garapan tersebut telah dikembangkan, dimana penata dalam hal ini mengingikan suatu kebebasan dalam mengungkapkan ekspresi

(12)

melalui gerakan-gerakan baru yang diciptakan walaupun gerakan-gerakan

tersebut masih sering berbau tradisi1

Dilihat dari segi pengelompokan karakter, tari Bali dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu tari putri, tari putra, dan tari bebancihan. Tari bebancihan merupakan suatu istilah yang dipakai menyebutkan sekelompok tarian-tarian

Bali yang memiliki karakter antara laki-laki dan perempuan2. Adanya istilah ini

dapat memberikan kebebasan bagi kaum perempuan memilih tarian untuk dipertunjukkan dalam artian penari perempuan tidak terbatas membawakan peran jenis perempuan, namun peran lawan jenisnya pun cocok untuk dibawakan.

Sesuai dengan kemampuan dan bekal teknik yang dimiliki, penata merasa mampu untuk menggarap sebuah tari kreasi baru dalam bentuk tari bebancihan, dengan mengangkat salah satu cerita yang diambil dari cerita Hikayat Ilmu Sanjiwani yang bersumber dari buku wayang Sang Kaca yang Suci, yang diceritakan kembali oleh Tedhi Dasuki (1986). Ketertarikan penata ingin menuangkan cerita ini karena, banyak mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat dilihat dari ketekunan tokoh Sang Kaca dalam menuntut ilmu Sanjiwani di pertapaan maha guru Sukra, walaupun harus mempertaruhkan nyawa. Cerita tersebut dituangkan sekaligus digunakan sebagai judul dari garapan ini. Bila dikaitkan dengan fenomena kehidupan masyarakat dewasa ini, terutama para remaja zaman sekarang yang lebih cenderung mementingkan

1 I Wayan Dibia, 1979, Sinopsis Tari Bali, Sanggar Tari Waturenggong, Denpasar. P . 4. 2 Kusuma Arini AAA.2004.Tari Kekebyaran Ciptaan I Nyoman Kaler. Denpasar. P. 17-18

(13)

kesenangan dari pada menuntut ilmu sehingga, banyak diantara mereka mengalami kegagalan yang diakibatkan oleh hal-hal yang bersifat negatif. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka diperlukan ketekunan, keteguhan, dan kesadaran dari diri kita sendiri.

Ada beberapa alasan yang bisa di paparkan terkait dengan dituangkannya cerita ini kedalam garapan adalah sebagai berikut :

1. Ingin menampilkan Tokoh Sang Kaca yang berwatak halus, agung dan berwibawa.

2. Walaupun dilihat dari segi cerita ataupun tema sudah pernah digunakan sebelumnya, bagi penata tidak menjadi suatu masalah, tetap akan berusaha menggarap dengan dasar pijakan yang berbeda. Mengangkat cerita ini dapat mengingatkan kembali akan pentingnya sebuah ilmu pengetahuan yang dicari tanpa ada batasnya.

3. Ketertarikan penata mengangkat cerita ini karena mempunyai jalan cerita yang menarik untuk diangkat sebagai sebuah garapan. Hal ini dapat dilihat dari adegan-adegan dari beberapa suasana seperti suasana gembira, suasana tenang, tegang, dan marah. Dalam cerita ini juga banyak terkandung nilai-nilai yang luhur yang dapat disampaikan pada masyarakat luas.

1.2. Ide Garapan

Sebuah ide sangatlah penting dalam membuat sebuah garapan, karena ide merupakan langkah awal dalam menentukan keberhasilan dan kesuksesan suatu karya tari. Ide atau gagasan yang dimaksud disini adalah suatu pemikiran

(14)

konsepsi atau pendapat, pandangan, yang bisa dihayati dari lakon, cerita, atau

juga dari suatu lukisan atau seni patung.3 Maka dari itu sebuah ide harus

dipikirkan dengan matang sehingga tidak menimbulkan masalah-masalah.

Ide cerita yang dituangkan kedalam garapan, berawal dari ketertarikan penata yang ingin mengangkat sebuah fenomena yang sering terjadi di kalangan masyarakat. Teringat akan fenomena kehidupan remaja dewasa ini, menumbuhkan keinginan dan ketertarikan penata mengangkat tokoh Sang Kaca kedalam garapan.

Kehidupan remaja jaman sekarang lebih cenderung mementingkan kesenangan daripada ketertarikannya menuntut ilmu. Sehingga tidak jarang, banyak diantara mereka mengalami kegagalan yang diakibatkan oleh hal-hal yang bersifat negatif, seperti diakibatkan karena pergaulan bebas, rasa malas, ura-urakan dan lain sebagainya.

Berdasarkan fenomena tersebut, akhirnya penata memilih tokoh Sang Kaca yang dilihat dari ketekunannya dalam menuntut ilmu dapat dijadikan pedoman bagi para remaja bahwa ilmu pengetahuan perlu dicari tanpa ada batasnya. Mencari sebuah Ilmu pengetahuan perlu adanya pengorbanan dalam bentuk ketekunan, keteguhan, dan kesadaran dari diri sendiri. Karya tari ini sudah pernah digarap untuk menempuh kelas koreografi pada semester VII dengan judul yang sama, sehingga penata semakin matang dalam penggarapannya dengan menambah pengembangan-pengembangan baik itu dari

3

A.A.M. Djelantik, 1990, Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid I Estetika Instrumental, Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar. P. 46-47.

(15)

segi gerak, pola lantai, musik iringan, kostum dan dekorasi panggung, sesuai dengan kebutuhan dalam garapan.

Untuk lebih jelasnya mengenai cerita yang diangkat dapat diuraikan dan diringkas sebagai berikut: Sang Kaca adalah manusia setengah dewa yang merupakan putra Maharesi Wrehaspati yang dipilih oleh para dewa untuk mencuri ilmu Sanjiwani dari Begawan Sukra. Ilmu Sanjiwani adalah ilmu yang bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Ilmu ini tergolong ilmu terlarang, tidak boleh dimiliki manusia manapun. Namun, karena ketekunannya bertapa, seorang pertapa sakti bernama Bagawan Sukra ternyata sanggup menguasai ilmu tersebut. Keadaan ini dipandang akan membahayakan kewibawaan para dewa. Dengan ilmu itu, manusia akan dapat mengubah suratan para dewa atas diri manusia. Bahkan bilamana ilmu itu jatuh ketangan pihak yang memusuhi para dewa, akan menjadi senjata andalan yang sulit dihadapi.

Karena melihat penampilan dan kepolosan Sang Kaca, Bagawan Sukra menerimanya sebagai murid. Tujuan kedatangan Sang Kaca menuntut ilmu diketahui oleh para murid Bagawan Sukra yaitu para raksasa. Kemarahan dan kecemburuan para raksasa semakin memuncak ketika melihat perhatian Dewayani (putri Bagawan Sukra) selalu tertuju pada Sang Kaca. Berkali-kali Sang Kaca dibunuh oleh para raksasa, namun Sang Kaca berhasil dihidupkan kembali oleh bagawan Sukra. Ketika Sang Kaca mengembala lembu, ia disergap oleh para raksasa, kemudian dibunuh, dibakar dan abunya di masukkan ke dalam anggur. Wrihasparwa (murid bagawan Sukra) beserta anak buahnya menghaturkan anggur tersebut kepada bagawan Sukra tanpa diketahui bahwa

(16)

dalam anggur tersebut terdapat abunya Sang Kaca. Pada saat Bagawan Sukra ingin menghidupkan kembali Sang Kaca, ternyata Sang Kaca berada di dalam dirinya. Bagawan Sukra sangat marah kepada para raksasa. Untuk jalan yang terbaik maka Bagawan Sukra mengajarkan Sang Kaca Ilmu Sanjiwani. Untuk mengeluarkan Sang Kaca beliau membelah diri.

Garapan tari kreasi ini bertemakan pendidikan yang menekankan karakter dari tokoh Sang Kaca yang berhasil mendapatkan ilmu Sanjiwani walaupun menghadapi berbagai rintangan. Dilihat dari jalan cerita tokoh Sang Kaca dalam menuntut ilmu mendapat rintangan dari para raksasa namun dalam kehidupan yang sesungguhnya manusia yang terkadang dikuasai oleh sifat raksasa yang identik dengan sifat negatif seperti malas-malasan, ura-urakan, lebih mementingkan kesenangan ketimbang melakukan hal yang berguna. Maka dari itu sebagai generasi muda selama mampu berbuat sesuatu yang sifatnya positif, lakukanlah semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan.

1.3. Tujuan Garapan

Setiap penciptaan sebuah garapan tari, mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai meliputi tujuan umum dan tujuan khusus yang dapat dilihat sebagai berikut:

a. Tujuan umum

Menambah ragam jenis tari bebancihan yang bisa dijadikan tontonan

(17)

 Membuat suatu garapan yang mengandung suatu pesan atau nilai-nilai yang bisa dijadikan acuan bagi penonton dalam kehidupan yang sesungguhnya.

b. Tujuan khusus

 Ingin menghasilkan tari kreasi yang memiliki ciri khas tanpa terlepas

dari ikatan tradisi yang dihasilkan melalui kerja keras tangan sendiri.

 Garapan ini diharapkan agar para penonton mampu mencerna dan

mengerti apa arti yang terkandung dalam masing-masing adegan.

1.4. Manfaat Garapan

 Sesuai dengan cerita yang diangkat, yaitu ketika Sang Kaca menuntut

ilmu dapat dijadikan sebuah pelajaran bagi diri sendiri dan kalangan masyarakat bahwa ilmu pengetahuan dipelajari tanpa ada batasnya, sesuai dengan keinginan dan niat yang kuat

 Melalui penggarapan ini penata dapat mendapat pengalaman dan

wawasan dalam menggarap, dari yang tidak bisa menjadi bisa.

1.5. Ruang Lingkup

Membuat sebuah karya untuk menghindari salah penafsiran dari kalangan penikmat maka perlu adanya batasan yang jelas dari karya tersebut .

Karya tari kreasi ini berbentuk garapan tari kelompok, terdiri dari tujuh orang penari putri. Memakai judul Sang Kaca dengan menggunakan tema pendidikan.

(18)

Dilihat dari ide garapan, garapan tari kreasi ini menekankan pada karakter tokoh Sang Kaca dan menceritakan kisahnya yang berkorbankan nyawa demi mendapatkan sebuah ilmu. Batasan cerita yang digunakan yaitu menceritakan ketika Sang Kaca menuntut ilmu di pasraman bagawan Sukra demi mendapatkan ilmu Sanjiwani. Selain Sang Kaca bagawan Sukra memiliki murid kesayangan yaitu dari pihak raksasa bernama Wrihasparwa yang selalu iri kepada Sang Kaca karena selalu merasa tersaingi. Kemarahan para raksasa (terutama raja raksasa Wrihasparwa) semakin memuncak melihat perhatian Dewayani (putri bagawan Sukra). Ketika Sang Kaca mengembala lembu, ia disergap oleh para raksasa, kemudian dibunuh, dibakar dan abunya di masukkan ke dalam anggur. Wrihasparwa beserta anak buahnya menghaturkan anggur tersebut kepada bagawan Sukra tanpa diketahui bahwa dalam anggur tersebut terdapat abunya Sang Kaca. Pada saat bagawan Sukra ingin menghidupkan kembali Sang Kaca, ternyata Sang Kaca berada di dalam dirinya. Bagawan Sukra sangat marah kepada para raksasa. Untuk jalan yang terbaik maka bagawan Sukra mengajarkan Sang Kaca Ilmu Sanjiwani. Untuk mengeluarkan Sang Kaca beliau membelah diri.

Dilihat dari segi koreografinya, tari kreasi ini secara struktural dibagi 5 bagian yang disusun dan digarap sedemikian rupa disesuaikan dengan kebutuhan adegan dari garapan ini.

Kostum yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pementasan yang disesuaikan dengan karakter tokoh dan isi cerita yang diangkat, yaitu memandukan antara warna oranye, merah muda, sedikit hijau dan putih. Pada

(19)

kepala menggunakan gelungan mempunyai dua fungsi dan memiliki makna antara sifat positif dan negatif.

Untuk mendukung suasana yang akan ditampilkan, Dalam karya tari Sang Kaca menggunakan seperangkat gamelan Gong Kebyar sebagai instrumen pengiringnya.

(20)

BAB II KAJIAN SUMBER

BAB II KAJIAN SUMBER

Sebagai seniman akademis dalam proses mewujudkan sebuah karya dibutuhkan pedoman berupa sumber-sumber data yang didapat, agar setiap karya dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Terwujudnya atau terciptanya garapan ini, didukung oleh beberapa buku bacaan atau refrensi dengan mengadakan studi kepustakaan, mencari berbagai sumber data tertulis baik berupa buku-buku, artikel, ataupun majalah dan surat kabar. Buku bacaan tersebut dapat dipakai sebagai acuan atau pedoman dalam berkarya mulai dari proses awal hingga terwujudnya garapan karya tari kreasi bebancihan ini.

Selain berupa sumber tertulis juga dilakukan proses wawancara langsung dengan narasumber untuk memperjelas pemahaman pengertian yang diapatkan sesuai dengan proses penggarapan karya seni.

Beberapa sumber lainnya seperti menonton garapan garapan karya seni yang sudah pernah ciptakan sebelumnya. Hasil menonton tersebut dapat dijadikan inspirasi sekaligus tantangan untuk dapat melahirkan sebuah garapan karya seni tari kreasi dengan bentuk pengolahan atau pola garap baru yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya.

(21)

2.1. Sumber Pustaka

Buku cerita yang berjudul Hikayat Ilmu Sanjiwani, Sang Kaca Yang Suci diceritakan kembali oleh Tedhi Dasuki, penerbit CV. Pionir Jaya Bandung, 1986. Buku ini dipetik ide cerita yang diangkat kedalam penggarapan karya seni tari kreasi bebancihan ini.

Ensiklopedi Wayang Indonesia yang disusun oleh Tim Penulis Senawangi, jilid 3 ( KLMNP) penerbit Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia Jakarta, 1999 hal: 707-708. Buku ini digunakan untuk menambah pengetahuan ide cerita yang diangkat kedalam garapan.

Doris Humprey, Seni Menata Tari, Dewan Kesenian Jakarta, 1983. Buku ini mengungkapkan tentang bagaimana seorang koreografer menata tari, dimulai dari memilih tema, menyusun menata gerak, sehingga dapat menghasilkan karya seni sesuai dengan yang diinginkan.

I Wayan Dibia, 1979, Sinopsis Tari Bali, Sanggar Tari Waturenggong, Denpasar. Hal 4. Pada buku ini didapatkan pengertian dari tari kresi baru yang menyatakan bahwa tari kreasi tersebut adalah tarian yang diberikan pola garapan baru dan tidak diikuti oleh pola-pola yang telah ada dan lebih menginginkan suatu kebebasan dalam hal ungkapan sekalipun sering geraknya berbau tradisi.

A.A.Ayu Kusuma Arini, Tari kekebyaran Ciptaan I Nyoman Kaler, tahun 2004. Buku ini didapatkan pengertian tari bebancihan yang merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebutkan sekelompok tari-tarian Bali yang memiliki karakter antara lak-laki dan perempuan.

(22)

Soedarsono, Komposisi Tari Elemen-Elemen Dasar, Akademi Seni Tari Indonesia, Yogyakarta, 1975. Buku ini merupakan terjemahan dari buku Dance Compostion the basic Element, oleh La Meri. Buku ini berisikan tentang tata cara menyusun dan juga mencipta tari, bagaimana mengembangkan gerak agar nampak indah serta membuat gerak-gerak dasar dengan berpatokan pada elemen-elemen dari komposisi tari.

Soedarsono, Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari, tahun 1978. Buku ini berisikan tentang komposisi tari dan mengenai proses penggarapan suatu karya seni melalui tiga tahap yaitu: penjajakan, percobaan, dan pembentukan. Tiga tahap tersebut membantu dalam keberhasilan sebuah garapan karena dapat diketahui kapan terjadinya proses kreativitas tersebut.

Alma M Hawkins, Bergerak menurut Kata Hati, Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, Jakarta, 2003. Dalam buku ini didapatkan pengetahuan tentang proses berkreativitas seperti bagaimana merasakan, menghayati, berkhayal, dan mewujudkan khayalan tersebut dan proses pembentukannya untuk menjadi sebuah karya seni.

2.2. Sumber Wawancara

Mengadakan wawancara dengan I Komang Wirama,Ssn. Pada tanggal 20 Oktober 2009, dilakukan dirumah kediamannya yang berlokasi Jl Tukad Banyu Sari, Panjer, Denpasar Selatan. Melalui wawancara ini penata konsultasi mengenai ide cerita yang diangkat kedalam garapan dan juga mendapat masukan mengenai judul dan tema garapan.

(23)

Mengadakan konsultasi dengan I Wayan Budiarsa,Ssn. dirumah kediamannya. Konsultasi tersebut didapatkan masukan mengenai kostum yang digunakan agar bisa sesuai dengan peran tokoh yang terdapat pada cerita. dan juga ide gelungan yang dipakai yang bisa dijadikan dua fungsi antara sifat positif dan sifat negatif.

2.3. Dokumentasi

Selain sumber diatas, untuk mendapatkan sedikit gambaran mengenai tari kreasi terutama tari bebancihan yang sudah pernah digarap sebelumnya, sebagai bahan perbandingan, maka diadakan proses pengamatan atau menonton video rekaman yang sudah ada. Dokumentasi tari kreasi yang diamati seperti video rekaman dalam rangka ujian karya seni tari Institut Seni Indonesia Denpasar yaitu: Tari kreasi bebancihan Kangsa Rempuk, garapan Ni Made Haryati. Selain tari bebacihan juga karya kreasi lainya yang pernah saya amati dan saya jadikan sumber inspirasi seperti karya I Komang Dedi Diana dalam karyanya yang berjudul Gatot Kaca Sewu dan juga garapan tari palegongan garapan Ni Rai Sariadi berjudul Aruru Jnana. Ketertarikan menonton tari kreasi palegongan ini karena mempunyai tema dan cerita yang sama dengan garapan penata sekarang sehingga, dapat dijadikan perbandingan antara bentuk tari bebancihan dan tari palegongan.

(24)

BAB III

PROSES KREATIVITAS

BAB III PROSES KREATIVITAS

Terwujudnya suatu karya seni diawali dengan suatu proses yang berlangsung. Setiap seniman memiliki daya kreativitas yang berbeda-beda dan juga ketika berproses memiliki cara dan hasil yang dikerjakan mempunyai ciri khas yang merupakan akibat dari segala macam pengaruh dan pengalaman dari seniman itu sendiri, untuk membuat karyannya agar menjadi kenyataan. Sebuah proses dapat berjalan dengan mudah dan cepat, tetapi bisa juga memakan waktu yang cukup lama malahan bisa terhenti ditengah jalan hingga karya

dimagsudkan tidak pernah terwujud4. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan, maka setiap melakukan proses perlu adanya tahapan-tahapan yang disusun oleh penggarap agar kegiatan-kegiatan selama berproses dapat berjalan lancar.

Ketika melakukan proses penggarapan karya tari, terdapat tiga tahapan penting yang harus dilalui. Ketiga tahap inilah yang dipakai untuk proses penggarapan tari kreasi ini. Tahapan tersebut meliputi: tahap penjajagan, tahap percobaan, dan tahap pembentukan. Ketiga tahapan tersebut dapat diuraiankan sebagai berikut.

4

(25)

3.1. Tahap penjajakan

Tahap ini merupakan tahap awal dalam menciptakan garapan tari kreasi bebancihan ini. Pada tahapan ini diawali dengan pencarian sekaligus menentukan ide garapan dan segala aspek-aspek lainnya yang menjadi dasar untuk melakukan proses penggarapan nantinya. Sejak awal sudah ada dibenak penata untuk membuat sebuah karya tari dalam bentuk tari bebancihan, tentunya dengan berbagai pertimbangan yang matang. Kemudian tinggal menentukan ide, tema, bentuk garapan, penataan kostum, properti, dan musik iringan. Dalam menentukan hal tersebut tidak sedikit hambatan-hambatan yang dialami penata terutama dalam menentukan ide. Awalnya penata berkeinginan mengangkat sebuah fenomena yang biasa sering terjadi di kalangan masyarakat dan disesuaikan dengan cerita yang sudah ada.

Penata akui dalam berproses mendapat kesulitan mencari bahan cerita yang akan diangkat. Kemudian penata teringat akan kisah Sang Kaca yang pernah penata baca pada buku cerita pewayangan yang berjudul Hikayat Ilmu Sanjiwani, Sang Kaca Yang Suci yang diceritakan kembali oleh Tedhi Dasuki yang rasanya cocok dituangkan kedalam garapan. Setelah ide cerita didapat penata juga melakukan konsultasi dan mencari informasi-informasi dan juga memanfaatkan beberapa refrensi-refrensi atau sumber tertulis berupa buku-buku bacaan untuk menambah pengetahuan penata akan ide cerita yang akan diangkat. Setelah mencari beberapa informasi, perlu diketahui bahwa cerita Sang Kaca ini sudah pernah digarap oleh beberapa seniman namun dalam bentuk yang berbeda-beda. Yang diketahui cerita ini pernah digarap Prof. Dr. I Wayan

(26)

Dibia,S.S.T.,M.A. dalam bentuk Sendratari, I Nyoman Cerita SST,M.Fa. dalam bentuk palegongan, dan oleh Ni Rai Sariadi dalam rangka ujian karya seni Institut Seni Indonesia Denpasar dalam bentuk garapan palegongan. Terdapatnya karya tersebut tidak menyurutkan penata untuk kembali mengangkat cerita tersebut kedalam sebuah garapan, yang terpenting penata mampu untuk membuat versi yang berbeda dari sebelumnya yaitu dalam bentuk tari bebancihan.

Akhirnya kisah Sang Kaca yang bertemakan pendidikan ditetapkan menjadi ide cerita. Karena melihat melihat ketekunan Sang Kaca yang dalam kisahnya berkoban nyawa demi mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan. Ketekunan tersebut dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat khususnya para remaja dewasa ini dalam menuntut ilmu. Karena dalam garapan tari kreasi ini yang menjadi cerminan adalah tokoh Sang Kaca maka penata memakai tokoh sebagai judul garapan.

Setelah ide cerita dimantapkan, langkah berikutnya memikirkan unsur estetika yang lainnya yang tak kalah penting, yaitu unsur koreografi yang menyangkut motif gerak, pola garapan dan struktur. Untuk hal ini dibutuhkan pengertian dan pemahaman tentang tari bebancihan yang akan dibentuk sesuai dengan daya imajinasi, kemampuan berekspresi, dan berkreativitas. Dalam hal ini, selain pemahaman yang didapatkan dibangku kuliah, juga dilakukan diskusi atau bertanya langsung pada seniman yang mempunyai pengalaman dalam menggarap. Dari hasil diskusi tersebut didapatkan beberapa masukan terkait dengan proses penggarapan mulai dari teknik menggarap dan teori dasar yang

(27)

terdapat dalam tari bebancihan. Selain beberapa langkah yang dilakukan diatas, Sebagai seorang akademis, juga dimanfaatkan beberapa refrensi atau sumber tertulis berupa buku-buku bacaan yang berkaitan dengan apa yang dibutuhkan dalam proses penggarapan karya seni ini. Untuk lebih memperjelas dan memperkuat pemahaman dalam proses penggarapan, juga dilakukan observasi dengan banyak menonton, menyimak karya-karya tari kreasi sudah pernah digarap sebelumnya yang dapat dijadikan bahan perbandingan dan landasan berpikir guna menghasilkan motif baru yang sekiranya belum pernah digarap sebelumnya.

Untuk langkah selanjutnya, dilakukan penjajagan untuk mencari dan menetapkan enam orang penari wanita yang akan mendukung terwujudnya garapan ini. Dalam memilih penari tentunya ada berbagai pertimbangan yang dipakai, seperti misalnya: memiliki dasar kemampuan menari yang bagus, minimal memahami dan mampu menarikan tari bebancihan, memiliki postur tubuh yang disesuaikan dengan postur tubuh penata dan juga sesuai dengan postur tokoh yang akan diperankan. Selain itu juga dipertimbangkan lokasi tempat tinggal pendukung agar terjangkau dengan tempat latihan dan tidak menggunakan biaya yang banyak dalam hal transportasi dan juga diharapkan kepada para penari diminta kesediaan dan kerelaan untuk dapat mengikuti proses penggarapan sampai pada penyajian nanti.

Lebih lanjut, mulai dipikirkan iringan tari yang merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah seni pertunjukan tari. maka dilakukan pencarian komposer yang bisa membantu dalam pembuatan iringan garapan

(28)

yang akan dibuat. Maka dilakukan pendekatan atau berdiskusi dengan salah satu komposer karawitan yaitu menghubungi salah satu seniman muda yang kebetulan merupakan kakak teman kampus yang bernama I Wayan Sugandya, Ssn. Ia merupakan alumni ISI Denpasar tahun 2008. Bagi ia hal ini tidak menjadi suatu masalah karena dapat lebih menambah pengalamannya dalam menggarap iringan tari. Kepadanya dijelaskan maksud, ide, dan konsep yang akan digarap nantinya dalam bentuk tari kreasi bebancihan. Akhirnya ditetapkan untuk menggunakan seperangkat gamelan Gong Kebyar. Selain komposer juga dibutuhkan pendukung iringan, yang penata cari di SMKN 3 Sukawati dengan pemusatan latihan dilakukan di diareal gedung sekolah setempat. Agar tidak terjadi masalah-masalah penata juga meminta ijin kepada kepala sekolah setempat untuk kesediannya meminjamkan tempat untuk latihan.

Setelah merancang struktur, mencari pendukung, serta menentukan iringan musik tari yang akan dipergunakan, Pada tahapan ini juga dilakukan persembahyangan bersama dengan para pendukung tari dan penabuh. Demi kelancaran proses penggarapan, penata mencari hari baik untuk nuasen (memulai) kegiatan. Supaya apa yang telah direncanakan dapat berjalan dengan lancar.

(29)

Tabel 1. Tahap Penjajakan Per Bulan Oktober, November, 2009

Periode Waktu per

Minggu

Kegiatan / Usaha yang

dilakukan Hasil yang didapatkan

Minggu I (Oktober)

 Perenungan/pencarian

ide.

 Menetapkan untuk

menggarap karya seni

tari kreasi

bebancihan. Minggu II

(Oktober)

 Mencari ide cerita yang

akan diangkat.

 Mencari beberapa

informasi mengenai

diangkatnya cerita.

 Menetapkan ide cerita

dengan mengangkat

tokoh Sang Kaca dan

kisahnya dalam

menutut ilmu

 mencari beberapa

informasi untuk lebih jelas mengenai cerita.

Minggu III, IV

(Oktober)

 Kegiatan dihentikan

karena terkait dengan

penyambutan hari raya Galungan dan Kuningan

-

Minggu I (November)

 Memantapkan ide dengan

mengkaji beberapa

refrensi berupa buku

bacaan yang terkait

dengan karya seni yang akan digarap

 Beberapa pengertian

dan pemahaman

dalam memperkuat

dan memperjelas arah dari ide yang akan diangkat.

Minggu II (November)

 Memantapkan kembali

ide dan konsep awal

kemudian memikirkan

langkah selanjutnya yaitu

menetapkan rangkaian/

atau alur cerita yang akan

digarap perbagiannnya

yang akan diberikan

kepada penata iringan.

-

Minggu III (November)

 Mulai memikirkan musik

iringan yang akan

digunakan.

-

Minggu IV (November)

 Mencari komposer yang

diminta bantuannya untuk

 Menetapkan gamelan

(30)

membuatkan musik iringan.

 Melakukan diskusi

dengan penata iringan

dan memberikan alur

cerita yang akan digarap,

untuk dapat mulai

disusun konsep iringannya iringan.  Menentukan hari untuk latihan Minggu I (Desember)  Mulai mengumpulkan

pendukung iringan dan

menetapkan siswa karawitan SMKN 3 Sukawati Sebagai pendukung dan dimohonkan kesediaannya untuk membantu proses

penggarapan karya seni ini.

 Melakukan latihan

iringan tari di areal

gedung SMKN 3 Sukawati  Ditetapkannya pendukung karawaitan dan dilakukan pemusatan latihan diareal gedung SMKN 3 Sukawati.

 Mulai mencari dan

menetapkan pendukung

tari

 Ditetapkannya 7

orang penari wanita.

3.2. Tahap percobaan

Setelah melakukan penjajagan, kini sampai pada tahap yang kedua yaitu tahap percobaan. Pada tahap ini diawali dengan merenungkan atau membayangkan motif gerak yang akan digunakan, baik dari segi Agem yang merupakan sikap pokok, motif gerak baru, maupun bentuk modifikasi atau pengolahan gerak yang sudah ada, sesuai dengan kebutuhan dalam garapan nantinya yang dapat menunjukkan jenis gerak sesuai dengan identitas sendiri.

(31)

Kegiatan tersebut dilakukan dengan cara terus melakukan gerak impropisasi sehingga mendapatkan motif gerak yang pas untuk digunakan berdasarkan adegan yang telah dikonsep secara struktural dari tiap-tiap pembabakannya. Setelah mendapatkan sedikit bayangan, semuanya kemudian dikumpulkan dan diatur sedemikian rupa dan berusaha dipadukan dengan model iringan yang telah digarap sebelumnya. Beberapa bagian dari iringan yang telah berasil dituangkan, didengar berulang-ulang kali untuk dapat disesuaikan dengan penempatan motif gerak yang diinginkan. Hasil mendengar tersebut terkadang mendapatkan inspirasi gerak, sehingga motif gerak yang akan digunakan menjadi bertambah. Motif gerak yang didapat dari hasil perenungan dan percobaan sendiri juga disampaikan atau didiskusikan kepada penata iringan agar terdapat keselarasan antara tari dan iringan. Jadi, motif gerak yang digunakan tidak semata-mata lahir hanya berdasarkan iringan yang telah jadi sebelumnya, namun diusahakan adanya saling isi mengisi antara penata tari dengan penata iringan.

Proses dalam pencarian motif gerak terus dilakukan sejalan dengan proses pembentukan iringan bagian perbagian. Setelah didapat atau dihasilkan motif gerak, walaupun tidak secara keseluruhan, langkah selanjutnya dilakukan penyusunan jadwal latihan pendukung yang disesuaikan dan dirembugkan agar tidak terbentur dengan jadwal kegiatan mereka. Selain itu juga dilakukan pencatatan gerak sedikit demi sedikit agar mudah diingat untuk menuju proses selanjutnya, yang akan dituangkan kepada pendukung tari.

(32)

Tabel 2. Tahap Percobaan Per Bulan Maret dan April 2010 Periode

Waktu per Minggu

Kegiatan / Usaha yang dilakukan Hasil yang didapat

Minggu I ( Maret)

 Mereka-reka berupa

motif-motif gerak yang akan digunakan per bagian sesuai dengan alur cerita.

 Didapatkannya beberapa buah motif gerak. Minggu II (Maret)  Mulai mencoba menggabungkan motif

gerak yang sudah didapat, pada bagian I berdasarkan

pola iringan, yang

disesuaikan dengan konsep tarinya.  Terbentuknya bagian I dari garpan ini. Minggu III (Maret)  Mendengarkan secara berulang-ulang bagian iringan yang sudah jadi,untuk dapat diisi dengan motif gerak yang ada.

 Beberapa motif

gerak yang

dipadukan, sesuai

dengan pola

iringan yang ada. Minggu IV

(Maret)

 Mendiskusikan kembali

pola iringan dengan

penatanya dan juga

mengemukakan ide tentang motif gerak yang akan

diapakai, agar bisa

dibuatkan pola iringan.

 Beberapa

perbaikan dari segi iringan dan motif gerak yang dipakai untuk penambahan angsel pada bagian-bagian tertentu. Minggu I (April)

 Melakukan latihan iringan

dan melakukan perbaikan-perbaikan

 Rampungnya

keseluruhan bagian dari iringan sesuai

dengan struktur

yang digunakan.

3.3. Tahap pembentukan

Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari keseluruhan tahap yang dilakukan dalam proses kreativitas. Pada tahapan ini mulai diterapkan atau dituangkan ide dan konsep yang telah disiapkan, disertai dengan mengaplikasikan segala bentuk percobaan yang telah dilakukan sebelumnya.

(33)

Selain motif gerak yang telah disiapakan, diperlukan juga lebih cermat untuk menyesuaikan bentuk dengan memperhatikan gerak, pola lantai serta unsur pembentukan lainnya seperti ruang dan waktu.

Proses penuangan ini dilakukan secara sistematis bagian perbagian dan dilakuakn secara rutin guna menghasilkan garapan yang semantap mungkin sesuai dengan kemampuan dan selalu diadakan pendekatan dengan para pendukung tari, untuk menentukkan waktu dan tempat latihan. Disiplin dan kekopakan keadiran waktu latihan perlu diterapkan untuk mempercepat proses, dan juga dapat menghemat waktu dan biaya produksi.

Tabel 3. Tahap Pembentukan Per Bulan April, dan Mei 2010

Minggu I (April)

 Mengumpulkan

pendukung tari dan

melakukan latihan pertama.  Melakukan latihan berikutnya, untuk mengingat dan memantapkan gerak  Terbentuknya bagian I dan menetapkan waktu untuk jadwal latihan berikutnya.  Bagian I telah dikuasai namun perlu pemantapan lagi. Minggu II (April)  Melanjutkan latihan

untuk mencari bagian II dan bagian III

 Latihan untuk

mengingat dan

memantapkan bagian II dan III

 Terbentuknya

bagian II dan III

walaupun masi

kasar.

 Terbentuknya

bagian II dan III secara utuh Minggu III (April)  Melakukan latihan untuk bagian berikutnya.  Memantapkan Bagian IV, kemudian melanjutkan kebagian berikutnya  Terbentuknya bagian IV dan setengah dari bagian V.

(34)

Minggu IV (April)  Melakukan latihan untuk menambahkan bagian V.  Memantapkan bagian bagian akhir.  Pemantapan sekaligus melakukan perbaikan-perbaikan yang memang dianggap kurang.  Terbentuknya bagian V secara utuh.  Terbentuknya keseluruhan dari bagian garapan.  Beberapa perbaikan untuk penyrmpurnaan wujud garapan. Minggu I (Mei)  Melakukan latihan bersama dengan pendukung iringan

untuk mencari rasa,

nafas dan ekspresi

yang diinginkan sesuai dengan ide dan isi cerita yang diangkat.

 Beberapa

penyempurnaan dari segi angsel, dan rasa gerak setelah dipadukan dengan iringan. Minggu II (Mei)  Latihan pemantapan garapan dan penyempurnaan garapan.  Wujud garapan telah terbentuk sesuai dengan kemampuan. Minggu III (Mei) 17 Mei 2010 24 Mei 2010  Pelaksanaan gladi bersih.  Pelaksanaan ujian

tugas akhir, dengan

menyajikan garapan

(35)

Tabel 4. Proses Penggarapan Tari kreasi Sang Kaca

Tahap-tahap Kegiatan

Rentang Waktu Kegiatan Bulan dan Minggu

Oktober, November Maret, April April, Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Tahapan Penjajakan Tahapan Percobaan Tahapan Pembentukan Keterangan : 1 : Minggu pertama 2 : Minggu kedua 3 : Minggu ketiga 4 : Minggu keempat

: Kegiatan kurang padat : Kegiatan cukup padat : Kegiatan sangat padat

(36)

BAB IV WUJUD GARAPAN

BAB IV WUJUD GARAPAN

Wujud adalah suatu kenyataan yang ada didepan kita yang dapat dipersepsi dengan mata atau telinga dan juga kenyataan yang tidak nampak didepan kita, tetapi secara abstrak wujud itu dapat dibayangkan, seperti sesuatu yang diceritakan atau sesuatu yang kita liat sendiri .

4.1. Deskripsi Garapan

Tari yang berjudul Sang Kaca merupakan sebuah garapan tari kreasi bebancihan yang penggarapannya merupakan pengembangan dari pola-pola tradisi baik dari segi motif gerak, kostum, maupun iringannya.

Garapan karya seni ini berbentuk kelompok, yang dibawakan atau ditarikan oleh tujuh orang penari putri yang menekankan karakter Sang Kaca dan juga kisah keberhasilannya mendapatkan ilmu yang diinginkan yaitu ilmu Sanjiwani walaupun harus mempertaruhkan nyawa.

Garapan ini mengambil tema pendidikan, dengan menggunakan motif gerak yang dikembangkan dari motif yang sudah ada maupun motif gerak hasil dari inspirasi sendiri yang dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan garapan. Baik itu berupa gerak tari murni yaitu gerak yang tidak mengandung arti dan gerak maknawi, yaitu gerak yang mengandung arti.

Dilihat dari segi koreografinya, tari kreasi bebancihan ini secara struktural dibagi menjadi 5 bagian, yaitu: bagian I, bagian II, bagian III, bagian

(37)

IV, bagian V. Dalam durasi 12 menit, keseluruhan bagian tersebut dirangkai sedemikian rupa menjadi satu kesatuan utuh dan teratur dengan penataan pola lantai yang disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap bagian atau adegan dari garapan ini.

Untuk tata rias kostumnya terdapat perpaduan antara oranye, hitam, merah muda, sedikit hijau dan putih yang dapat memperlihatkan dan mempertegas kharakter tokoh sesuai dengan cerita yang diangkat dan terdapat unsur antara sifat positif dan negaif.

Iringan yang digunakan dalam garapan ini adalah seperangkat gamelan Gong Kebyar untuk dapat memberikan suasana tersendiri dari setiap adegan atau peristiwa yang terjadi.

4.2. Analisa Pola Struktur

Berdasarkan ide garapan dan cerita yang diangkat, garapan tari kreasi ini terbagi menjadi beberapa bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Dalam penggarapannya, ide cerita yang diangkat secara structural dapat dijabarkan sebagai berikut:

Bagian I : Menggambarkan karakter tokoh Sang Kaca yang halus, agung

dan berwibawa.

Gerakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

- Nyregseg, putar, hadap kebelakang, ngelayak, agem, kipek berlawanan arah hadap, kepyak, nabdab inggel, ngotes slendang, agem, kenser, ulap-ulap, agem.

(38)

- Gerakan Sang Kaca: Rebah kesamping kanan, nabdab gelung, ileg-ileg, putar kedepan, ulap-ulap, rebah kesampin kiri, angkat kaki kiri. Agem kanan tinggi, nabdab gelang kana, angkat kaki kiri, agem kanan rendah. Maju kedepan, ngotes slendang.

- Gerak I: Nabdab inggel, piles kiri, angkat kanan, agem kanan rendah.

Gerak II: Nyregseg, ngelayak, lompat, agem kanan rendah. - Ileg-ileg, ngelier, agem kanan tinggi, nyeledet, kipek kiri,

ngelier kekiri, angkat kaki kiri, maju kaki kanan, maju kaki kiri, melangkah tiga kali, lompat, putar.

- Gerak I: Agem kanan, kipek 3x, rebah kiri, lompat. Gerak II: Agem level rendah, putar kedepan.

- Angkat kaki kiri, nyeregseg, ngelayak, nyogod, putar, angkat kaki kiri, ngotes slendang, agem kanan rendah.

Bagian II : Menggambarkan kedatangan murid-murid untuk menuntut ilmu. Gerakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

- Kaki kiri, nyeregseg, ngelayak, nyogok, putar, angkat kaki kiri,

ngotes slendang, agem kanan rendah.

- Ngoyod, nyeledet, kipek kiri, mundur kaki kiri, ngelayak, maju kaki kiri, rebah kesamping kiri, sogok kekiri, angkat kaki kiri,

(39)

melangkah kedepan, kipek samping kiri, ngeseh, putar, agem ( diulang dua kali dengan permainan level)

- Nyeregseg agem tinggi, angkat kaki kanan, rebah kesamping kanan, nyeledet, kaki melangkah kedepan dua kali, agem, putar, agem, kaki menyilang dua kali, agem level rendah, rebah kiri, berdiri, rebah kanan, kepyak, nyeregseg.

- Agem level rendah, rebah kanan, berdiri, rebah kiri, agem, kepyak, nyeregseg.

- Menampilkan tokoh Raksasa: Memakai tapel, nabdab gelung,

kepyak, melangkah kedepan, balik kedepan, rebah badan kekanan, melangkah kedepan, agem level rendah, ngoyod, putar, mengangkat salah satu penari yang ada ditengah, kemudian berbalik kebelakang.

Bagian III : Menggambarkan petangkilan Sang Kaca yang ingin belajar di Pasraman guru Sukra

- Nyeregseg, rebah samping kiri, agem level rendah, putar kedepan, agem kanan, dengan permainan level. Ileg-ileg, kipek kesamping kiri, nyogok kiri, rebah kesamping kanan, nyogok kanan, ngotes slendang, ukel, agem, putar kebelakang, nyeregseg, ngotes slendang, nangkis, kepyak, agem, kenser, agem kanan tinggi.

- Kaki jinjit, kipek dua kali, nabdab inggel, angkat kaki kiri, agem

level rendah, putar diikuti kepala makipekan, putar, angkat lurus kaki kanan. Kaki kepyak, jinjit, agem level rendah, kenser, angkat

(40)

kaki kiri, putar, agem tinggi.(diulang dua kali dengan gerak alternit dan bergantian)

- Angkat kaki kanan, angkat kaki kiri, agem kanan rendah,

nyeledet, angkat kaki kanan, kepala mengarah kesamping kanan, putar, lompat.

- Melangkah kedepan tiga kali, agem kanan tinggi, putar kedepan

agem dengan perbedaan level, ileg-ileg, kipek kesamping kiri, nyogok kiri, rebah kesamping kanan, nyogok kanan, ngotes slendang, ukel, agem, putar kebelakang, nyeregseg, ngotes slendang, nangkis, kepyak, agem, kenser, ngijig, agem kanan tinggi.

 Menggambarkan ketika Sang Kaca mengembala lembu

para raksasa mengintai dari belakang. Gerakannya sebagai berikut:

- Gerak Sang Kaca: Kaki jinjit, kipek dua kali, nabdab inggel,

angkat kaki kiri, agem level rendah, putar diikuti kepala makipekan, putar, angkat lurus kaki kanan. Kaki kepyak, jinjit, agem level rendah, kenser, angkat kaki kiri, putar, agem tinggi. Kaki jinjit berjalan mengikuti lembu, disertai kipek sesuai arah putar, kepyak, kaki jinjit, putar, kenser, angkat kaki kiri, putar agem kanan tinggi.

- Gerak Lembu: nyeregseg, melangkah, ngaper, ngenggot, ngeseh,

(41)

- Gerak Raksasa: Memakai tapel kaki jinjit, kipek dua kali, kaki kanan silang, kepyak, agem, putar, lompat, melangkah kedepan, agem, melangkah jinjit, agem, putar kedepan, lompat, nuding, agem, putar, ngotes slendang, nuding. Kepyak, melangkah tiga kali, agem.

Bagian IV: Perlawanan Sang Kaca ketika ingin di bunuh oleh raksasa, namun Sang Kaca berasil di bunuh, di bakar dan abunya dimasukkan ke dalam tabung yang berisi anggur.

Gerakannya sebagai berikut:

- Gerak Sang Kaca: Kepyak, agem kanan tinggi, nyeregseg nyogok,

putar, agem kanan tinggi, nyeregseg. (Gerakan bertarung).

- Gerak raksasa: Nyeregseg, agem, lompat, menendang.

Pada bagian ini terdapat gerakan pertarungan antara tokoh Sang Kaca dan raksasa. Kemudian tokoh Sang Kaca out dari panggung.

 Menggambarkan kegembiraan para raksasa.

- Gerak raksasa: Lompat, nengok, agem, nyilang kaki kanan, agem,

gerak berjalan, gerakan minum.

Bagian V : Para raksasa menghaturkan anggur kepada guru Sukra

Pada bagian terdapat tokoh guru Sukra kemudian para raksasa menghaturkan anggur kepada guru sukra menggunakan gerak minum bersama-sama.

 Menggambarkan kemarahan guru Sukra, Guru Sukra

(42)

4.3. Analisa Estetik

Tari bebancihan adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebutkan sekelompok tarian Bali yang memiliki karakter antara laki-laki dan perempuan yang tentunya memiliki keunikan dan estetika tersendiri. Adanya karakter tersebut dapat memperluas wawasan kaum perempuan memilih tarian untuk dipertunjukkan dalam artian penari perempuan tidak terbatas membawakan peran jenis perempuan, namun peran lawan jenisnya pun cocok untuk dibawakan.

Terkait dengan garapan tari kreasi Sang Kaca, garapan tari ini berbentuk tari bebancihan yang terdiri dari tujuh orang penari putri, dimana tari ini menekankan pada karakter tokoh Sang Kaca dan juga kisah keberhasilannya dalam menuntut ilmu. Dimana dalam cerita ini terdapat beberapa amanat yang ingin disampaikan, mencakup pengorbanan, ketekunan, keteguhan, dan kesadaran diri sendiri.

Wujud dari garapan ini di bentuk dengan stuktur atau susunan yang terdiri dari berbagai unsur, seperti gerak yang terdapat dalam tari, suara yang terdapat dalam musik iringan, warna yang terdapat dalam tata rias busana sehingga menjadi suatu susunan atau kebulatan.

Secara stuktural, garapan ini dibagi menjadi lima bagian yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan garapan. Dengan pembendaharaan gerak terdiri dari motif gerak yang sudah ada maupun hasil modifikasi dari gerak-gerak tersebut. Motif gerak yang ada diolah dengan tetap meperhatikan unsur estetika yang ada seperti : simetri, a-simetri, ritme, keselarasan,

(43)

keseimbangan, dan penonjolan guna menghasilkan rasa nikmat dan menghilangkan kejenuhan, ketika menikmatinya.

Iringan yang digunakan dalam garapan ini adalah seperangkat gamelan Gong Kebyar dimana dalam pengolahan nada-nadanya dapat memberi kebebasan dalam berkreativitas berdasarkan selera dan rasa indah masing-masing yang dapat memberikan suasana tersendiri dari setiap adegan atau peristiwa yang terjadi. Selain itu nada dari gamelan Gong Kebyar mudah dinyanyikan sehingga dapat mempermudah dalam menuangkan gerak kepada pendukung tari.

4.4. Analisa Simbol

Suatu karya seni, simbol memiliki peran penting dalam memberikan bayangan tentang ide dari karya seorang seniman, yang ingin disampaikan kepada penikmatnya. Garapan tari kreasi ini, menggunakan simbol warna dan gerak. Dimana, simbol tersebut dapat menyampaikan dari setiap peristiwa yang terjadi berdasarkan ide garapan.

Simbol warna yang digunakan, dapat dilihat dari penataan kostum penari dengan kombinasi warna oranye, hitam, merah muda, sedikit hijau dan putih. Warna oranye, merah muda dapat menciptakan suasana gembira, Hijau dan biru dapat memberikan suasana tenang, sesuai dengan sifat yang dimiliki tokoh Sang Kaca yang selalu ceria dan tenang menghadapi segala rintangan didominasi sedikit warna putih dapat mewakili karakter Sang Kaca yang suci. Memasukan warna hitam pada kostum bertujuan agar ketika terdapat perubahan tokoh yaitu

(44)

raksasa sesuai dengan isi cerita, dapat menimbulkan kesan keras dan juga warna hitam identik dengan sifat negatif yang ditimbulkan oleh tokoh raksasa. Dari bagian kostum yaitu gelungan juga terdapat makna antara sifat positif dan negatif dimana Sang Kaca digambarkan sebagai sifat positif sedangkan negatif ditimbulkan oleh tokoh raksasa. Penataan cahaya dengan warna-warna tertentu juga memiliki tujuan dan simbol tertentu dalam garapan ini. Untuk memperlihatkan suasana tenang, gembira dan semangat dapat disimbolkan dengan pencahayaan yang terang (warna general). Lampu warna merah, digunakan sebagai simbol suasana tegang. Selain itu penataan layar sebagai latar belakang juga disesuaikan dengan suasana tertentu.

Simbol gerak yang digunakan, dapat dilihat dari segi agem dengan desain tinggi dapat menunjukkan kewibawaan dari karakter penokohan dari cerita yang diangkat. Kenyem atau senyum, sebagai simbol dari ekspresi gembira. Menggunakan motif gerak stakato untuk menimbulkan ketegasan dari gerak itu sendiri.

4.5. Analisa Materi

Materi dasar dalam seni tari adalah gerak. Pembendaharaan gerak dalam garapan tari kreasi bebancihan ini menggunakan motif gerak yang sudah ada yang beberapa diantaranya dikembangkan sesuai dengan kebutuhan garapan. Dimulai dari gerakan kepala, gerakan tangan, gerakan badan dan gerakan kaki.

(45)

4.5.1. Pembendaharaan Materi atau Motif Gerak yang digunakan

a. Gerakan kepala beserta bagiannya:

- Ulu wangsul : Gerakan leher kekanan/kiri berulang-ulang

secara lambat.

- Ngenggot : Gerakan dagu kesamping kanan dan kiri.

- Kipekan : Gerakan menoleh dengan stakato.

- Nyegut : Gerakan kepala mengangguk kebawah.

- Ngelier : Gerakan kepala agak berputar kesamping

kanan dan kiri disertai nyerere yang berlawanan dengan gerak tersebut.

- Sledet capung : Mata digerakkan kesamping bawah lalu

ditarik kembali.

- Ngejat : Gerakan leher yang bergetar.

b. Gerakan tangan

- Nuding : Gerakan tangan seperti menunjuk sesuatu.

- Ulap-ulap : Posisi lengan agak menyiku dengan variasi

gerak tangan seperti orang memperhatikan sesuatu.

- Nabdab pinggel : Tangan kanan dengan posisi jari menyentuh

pergelangan tangan.

- Nabdab gelung : Gerakan tangan memegang gelung.

- Ngotes : Gerakan tangan melempar slendang

kebelakang.

- Panangkilan : Kedua lengan dalam posisi nyiku dan

bersilang didepan dada.

- Nepuk dada : Posisi tangan di dada.

(46)

- Nangkis : Gerakan tangan menyiku seperti gerak menyerang.

c. Gerakan Badan

- Ngagem/agem : Sikap pokok dalam tari Bali.

- Ngelayak : Gerakan meengadah kebelakang

(melengkung).

d. Gerakan kaki

- Miles : Gerakan kaki dengan memutar tumit

kedepan.

- Nyregseg : Gerakan yang difokuskan pada kedua buah

kaki, dengan menjinjit, kedua buah kaki digerakkan kesamping kanan atau kiri.

- Tanjek : Salah satu kaki menyentak kedepan.

4.5.2. Motif Gerak yang dikembangkan

Beberapa motif gerak yang dikembangkan dalam garapan tari kreasi bebancihan Sang Kaca, antara lain :

- Agem : Gerak pokok dengan posisi tangan kiri

didepan dada seperti posisi nepuk dada namun terdapat jarak dan posisi tangan kanan berada diatas kepala dengan posisi telapak tangan menghadap ketengah.

- Seledet : Menggunakan seledet capung.

- Ngelayak : Menggunakan gerakan badan stakato

kesamping kanan dengan dua hentakan kemudian ngelayak.

- Nyeregseg : Gerakan kaki dengan tempo cepat. tangan

(47)

4.5.3. Motif Desain yang digunakan

Agar setiap pertujukan tari tidak membosankan perlu adanya keselarasan antara bagian satu dengan yang lainnya, dengan memperhatikan bentuk, ukuran, dan jarak dari motif-motif gerak yang dilakukan, diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan setiap bagian garapan dan alur cerita yang disajikan. Adapun motif desain yang digunakan dalam garapan tari kreasi ini antara lain:

a. Desain serempak

Desain seremak atau unison ini mengutamakan kekompakan atau keseragaman gerak yang simetri, dialakukan oleh penari untuk memberi kesan teratur. Desain ini ditemukan dihampir semua bagian.

b. Desain selang-seling

Desain ini menggunakan pola selang-seling dengan penataan gerak yang a-simetris yang terdapat pada bagian ketiga.

c. Desain bergantian

Pada desain ini, penari melakukan gerakan bergantian satu sama lainnya, saling menyusul. Desain ini juga ditemukan dihampir semua bagian dari garapan ini.

4.6. Analisa Penyajian

Dilihat dari cara penyajian tari kreasi yang berjudul Sang Kaca sebagian besar motif gerak yang digunakan merupakan motif gerak yang sudah dikreasikan baik motif gerak yang dikembangkan maupun modifikasi dari motif

(48)

yang sudah ada. Ceritannya diambil dari salah satu kisah seorang tokoh Sang Kaca yang tekun menuntut ilmu di pasraman guru Sukra demi mendapatkan ilmu Sanjiwani. Dalam durasi waktu dua belas menit, yang secara structural dibagi menjadi 5 bagian yaitu: bagian I, bagian II, bagian III, bagian IV, bagian V. Dari keseluruhan bagian tersebut disusun atau dirangkai sedemikian rupa disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap bagian atau adegan dari garapan.

4.6.1. Tempat Pertunjukan

Garapan karya seni ini akan dipentaskan pada stage proscenium yang bertempat di Gedung Natya Mandala, Institut Seni Indonesia Denpasar, pada tanggal 27 Mei 2010. Panggung proscenium ini terdiri dari bagian panggung dan bagian penonton atau auditorium yang hanya bisa disaksikan dari arah depan saja. Berikut gambar panggung proscenium gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar, yang dilengkapai dengan pembagian ruang lantai.

 Gambar Stage Proscenium

Panggung bagian belakang

Auditorium (Penonton)

URS UCS ULS

RS DRS

C

DCS DLS

LS

Sisi kanan panggung Sisi kiri panggung

13,70 m 20,89 m Pit Tempat Orchestra Pit Tempat Orchestra Gambar 1. Stage Proscenium

(49)

Keterangan :

C : Centere Stage (Pusat panggung)

LS : Left Stage (Kiri panggung)

RS : Right Stage (Kanan panggung)

URS : Up Right Stage (Pojok kanan belakang panggung)

UCS : Up Centre Stage (Bagian belakang pusat panggung)

ULS : Up Left Stage (Pojok kiri belakang panggung)

DRS : Down Right Stage (Pojok kanan depan panggung)

DCS : Down Centre Stage (Bagian depan pusat panggung)

DLS : Down Left Stage (Pojok kiri depan panggung)

4.6.2. Kostum/ Tata Busana

Kostum atau busana merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah karya seni tari, karena melalui kostum dapat menunjukkan karakter atau penokohan dan bentuk karya seni yang disajikan sesuai dengan tema dan isi ceita yang diangkat.

Penataan kostum dalam garapan tari kreasi Sang Kaca, menggunakan kostum antara penari satu dengan yang lainnya dibuat sama. Desain kain dan baju yang digunakan didominasi dengan oranye, hitam, merah muda, dan sedikit hijau dan putih. Hiasan selendang yang terdapat pada bagian kostum dimainkan untuk menambah variasi gerak yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dan juga ditambah dengan tapel yang digunakan ketika akan memerankan tokoh raksasa.

(50)

Untuk lebih jelas, penataan kostum yang digunakan dalam garapan ini akan diuraikan secara berurutan sesuai dengan letak kostum digunakan:

a. Hiasan kepala 1. Gelungan 2. Rumbing b. Hiasan badan

1. Baju beludru warna hitam 2. Angkin berwarna oranye 3. Sesimping dari kulit

4. Kamben berwarna merah muda dengan tepi hitam 5. Kancut kombinasi warna merah muda, hijau. 6. Tutup dada warna hitam

7. Ampok-ampok dari bahan kulit 8. Gelang kana dari bahan kulit 9. Gelang kaki dari bahan kain

10. Angkeb paha kombinasi warna hitam, oranye, dan sedikit putih 11. Slendang berwarna merah muda.

4.6.3. Tata Rias wajah

Selain tata busana atau kostum yang digunakan, dalam penampilan karya seni tari juga dibutuhkan tata rias wajah yang bertujuan untuk mempertegas kharakter, dan dapat mendukung ekspresi wajah para penari.

(51)

Dalam garapan tari kreasi Sang Kaca, pemakaian tata rias wajah disesuaikan dengan kharakter dan dibuat sama antara penari satu dengan yang lainnya yaitu tata rias putra halus. Untuk menghasilkan hasil yang maksimal, dalam pemakaian tata rias perlu diperhatikan teknik merias wajah yang benar seperti penataan warna sehingga ketika terkena lampu ekspresi dari wajah penari dapat terlihat jelas oleh penonton. Maka dari itu dibutuhkan perlengkapan merias wajah yang dapat disebutkan sesuai dengan urutan pemakaian sebagai berikut:

- Cucumber Milk Clenser dan Astringent : Untuk pembersih dan

penyegar wajah.

- Alas bedak padat : Untuk bedak dasar atau

foundation wajah sehingga

sehingga pori-pori dapat

tertutupi dan bedak tabor dapat melekat dengan baik.

- Bedak tabur : Untuk melapisi bedak dasar,

sehingga meratakan

permukaan wajah.

- Merah pipi warna merah muda : Untuk membentuk wajah agar

nampak kelihatan mirip dioles sesuai dengan bentuk wajah.

- Pensil halis warna hitam : Untuk mempertegas bentuk

alis, membuat cundang, dan caling kidang.

(52)

- Eye liner warna hitam : Untuk mempertegas garis mata.

- Eye shadow : Untuk memperindah kelopak

mata dan mempertegas garis mata.

- Vinilex warna putih : Untuk membuat gecek yang

diletakkan diatas alis.

- Lipstik warna merah : Sebagai pemerah bibir, dan

mempertegas bentuk bibir.

4.6.4. Properti

Properti yang terdapat dalam tari kreasi Sang Kaca digunakan pada bagian-bagian tertentu yang terdapat dalam adegan, properti tersebut digunakan hanya untuk melengkapi kebutuhan agar lebih memperjelas rangkaian cerita yang diangkat. Properti tersebut adalah sebagai berikut:

- Satu buah properti kendi digunakan ketika adegan raksasa

membawa anggur.

- Lembaran kain hitam yang digunakan pada adegan guru Sukra

membelah diri.

(53)

Simping Baju Kamen Celana Kancut Ampok-ampok Gelungan Gelang Kana Selendang Gelang kaki Ankin Gambar 2

Sumber Foto : I Gusti Agung Wijaya Utama Busana tari tampak dari depan

(54)

Tutup dada

Angkeb paha

Gelungan

Gambar 3

Sumber Foto : I Gusti Agung Wijaya Utama Busana tari tampak dari belakang

(55)

Rumbing

Gambar 4

Sumber Foto : I Gusti Agung Wijaya Utama Busana tari tampak dari samping

Gambar 5

Sumber Foto : Dokumen pribadi Perubahan menjadi raksasa

(56)

4.6.5. Pola Lantai, Lighting Suasana, dan Rangkaian Gerak Tari

Dalam sebuah garapan tari perlu juga memperhatikan permainan garis yang membentuk pola lantai untuk mencapai keseimbangan, dengan pengaturan posisi penari baik kemuka, kebelakang, maupun kekiri dan kekanan, dibentuk atau diatur sesuai dengan bidang dan ruang.

Berikut gambar arah hadap penari diatas pentas.

Keterangan :

= Hadap depan

= Hadap belakang

= Hadap samping kanan

= Hadap samping kiri

= Hadap pojok kanan belakang = Hadap pojok kiri belakang = Hadap pojok kanan depan = Hadap pojok kiri depan

(57)

Tabel 5. Pola Lantai, Suasana, Adegan, Pencahayaan dan Rangkaian Gerak

NO. POLA LANTAI SUASANA, ADEGAN

DAN TATA LAMPU

RANGKAIAN GERAK 1. 1 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 4 5 7 3 6 1 2 4 5 7 3 6 1 3 2 5 4 7 6 1 3 2 5 4 7 6 2 3 1 5 4 7 6 2 3 1 5 4 7 6 5 4 2 1 3 6 7 5 4 2 1 3 5 4 1 2 7 6 3 5 4 1 2 6 7 3 5 4 1 2 6 7 3 5 4 1 2 6 7 3 7 6 5 4 3 1 6 2 7 5 4 3 1 6 2 7 3 1 4 7 2 6 5 2 3 7 1 4 6 5 2 3 7 1 4 6 5 2 3 1 6 5 7 4 2 3 1 6 5 7 4 2 3 1 6 5 7 4 26 27 3 2 1 7 5 6 4 3 2 1 7 5 6 4 6 5 7 2 1 3 4 6 5 7 2 1 3 4 6 5 7 2 1 3 4 6 7 4 5 2 1 3 7 6 3 1 4 3 2 7 6 3 1 4 5 2 7 6 3 1 4 5 2 6 7 3 4 1 2 5 6 7 3 4 1 2 5 6 7 1 3 4 5 2 6 7 1 3 4 5 2 6 7 3 4 5 1 2 6 3 7 4 5 1 2 6 3 7 4 5 1 2 Bagian I Menggambarkan karakter Sang Kaca yang halus, agung dan berwibawa

Suasana: tenang dan agung

Lampu: Samping + lampu penari1

Layar hitam

Penari I berada diatas trap dengan melakukan fose.

Penari 2,3 keluar dari arah berlawanan (kanan dan kiri) dan berlawanan

arah hadap, menggunakan gerakan nyregseg. 2. 1 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 4 5 7 3 6 1 2 4 5 7 3 6 1 3 2 5 4 7 6 1 3 2 5 4 7 6 2 3 1 5 4 7 6 2 3 1 5 4 7 6 5 4 2 1 3 6 7 5 4 2 1 3 5 4 1 2 7 6 3 5 4 1 2 6 7 3 5 4 1 2 6 7 3 5 4 1 2 6 7 3 7 6 5 4 3 1 6 2 7 5 4 3 1 6 2 7 3 1 4 7 2 6 5 2 3 7 1 4 6 5 2 3 7 1 4 6 5 2 3 1 6 5 7 4 2 3 1 6 5 7 4 2 3 1 6 5 7 4 26 27 3 2 1 7 5 6 4 3 2 1 7 5 6 4 6 5 7 2 1 3 4 6 5 7 2 1 3 4 6 5 7 2 1 3 4 6 7 4 5 2 1 3 7 6 3 1 4 3 2 7 6 3 1 4 5 2 7 6 3 1 4 5 2 6 7 3 4 1 2 5 6 7 3 4 1 2 5 6 7 1 3 4 5 2 6 7 1 3 4 5 2 6 7 3 4 5 1 2 6 3 7 4 5 1 2 6 3 7 4 5 1 2

Idem Penari 2 dan 3 melakukan

gerakan nyregseg, ngelayak, agem, angsel, kipek. 3. 1 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 4 5 7 3 6 1 2 4 5 7 3 6 1 3 2 5 4 7 6 1 3 2 5 4 7 6 2 3 1 5 4 7 6 2 3 1 5 4 7 6 5 4 2 1 3 6 7 5 4 2 1 3 5 4 1 2 7 6 3 5 4 1 2 6 7 3 5 4 1 2 6 7 3 5 4 1 2 6 7 3 7 6 5 4 3 1 6 2 7 5 4 3 1 6 2 7 3 1 4 7 2 6 5 2 3 7 1 4 6 5 2 3 7 1 4 6 5 2 3 1 6 5 7 4 2 3 1 6 5 7 4 2 3 1 6 5 7 4 26 27 3 2 1 7 5 6 4 3 2 1 7 5 6 4 6 5 7 2 1 3 4 6 5 7 2 1 3 4 6 5 7 2 1 3 4 6 7 4 5 2 1 3 7 6 3 1 4 3 2 7 6 3 1 4 5 2 7 6 3 1 4 5 2 6 7 3 4 1 2 5 6 7 3 4 1 2 5 6 7 1 3 4 5 2 6 7 1 3 4 5 2 6 7 3 4 5 1 2 6 3 7 4 5 1 2 6 3 7 4 5 1 2

Idem Penari 1 bergerak piles,

nabdab gelung, ileg-ileg, berbalik kedepan, ulap-ulap, nabdab inggel, agem. Penari 2 dan 3 melakukan gerak transisi dengan gerakan nyregseg.

Gambar

Tabel 1. Tahap Penjajakan Per Bulan Oktober, November, 2009
Tabel 2. Tahap Percobaan Per Bulan Maret dan April 2010  Periode
Tabel 3. Tahap Pembentukan Per Bulan April, dan Mei 2010  Minggu I
Tabel 4. Proses Penggarapan Tari kreasi Sang Kaca
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Barang- barang milik/kekayaan negara adalah semua barang-barang milik/kekayaan negara yang berasal/dibeli dengan dana yang bersumber untuk seluruhnya ataupun

Sedangkan pada pesisir pantai terdapat hutan mangrove yang tumbuh cukup baik pada bagian utara, barat, hingga ke selatan, namun daerah timur pulau ini sudah banyak mangrove

Kedua, Pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran Al Islam di SMA Muhammadiyah 2 Bukit Kecil Palembang, sudah melaksanakan dengan baik yang meliputi: kegiatan

Pada proses interpretasi citra gabungan menggunakan kunci interpretasi formasi-formasi batuan yang terdapat pada daerah penelitian antara lain Formasi Kabuh, Formasi Pucangan,

Dengan membaca komik halaman 1–3, siswa tahu isi komik yang akan dibahas adalah cara menggunakan kompas dan peta, serta akan menjawab mengapa magnet bebas selalu menunjuk

Alat ini memiliki kenaikan yang tidak stabil karena sensitif sensor yang selalu berubah-ubah dalam menangkap sinyal suhu dan dengan pengiriman melalui kabel rs323

4 Pertanian yang menentukan bahwa tanah kelebihan batas maksimum akan dibagikan kepada masyarakat yang memenuhi syarat yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor

Dari hasil analisa wake fraction diketahui bahwa pada Fr 0,32 dan 0,40, kapal dengan lunas bilga 10 Meter 3 Pasang dan 8 Meter 3 Pasang dapat mengurangi nilai wake fraction