• Tidak ada hasil yang ditemukan

Riwayat Penulis Perhatian Dr. Andriansyah., M.Si., pada dunia pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Riwayat Penulis Perhatian Dr. Andriansyah., M.Si., pada dunia pendidikan"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

Riwayat Penulis

P

erhatian Dr. Andriansyah., M.Si., pada dunia pendidikan tampaknya memang tidak main-main. Sebelum benar-benar terjun sebagai pendidik, pria kelahiran Jakarta, 01 Oktober 1971 ini sempat aktif di berbagai organisasi, di antaranya menjadi Sekretaris Umum Senat Mahasiswa Fakul-tas Ilmu Sosial dan Politik UniversiFakul-tas Prof. Dr. Moestopo (Be-ragama) Tahun 1992-1993, sebagai Ketua Umum Senat Ma-hasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Tahun 1993-1994, Ketua Bidang I SMPT Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) tahun 1994-1995.

Suami dari seorang dokter bernama Eva Mardhiati dan ayah dua puteri Ghifari Azhar Fadiyah dan Ghifari Zahra Mutmainnah ini bahkan juga sempat aktif di berbagai organisasi seperti Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Provinsi Banten 2000-2004, Sekjen Gabungan Pengusaha Muda Islam Tahun 2003 – sekarang, menjadi Sek-retaris Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Wilayah DKI Jakarta.

Andriansyah yang berhasil meraih S-1 Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) lulus ta-hun 1995 dan S-2 Magister Ilmu Administrasi Program Pascasarjana Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) lulus tahun 2002 ini pernah menjadi Tenaga Ahli Lembaga Studi Pembangunan (LSP) Tahun 1997-2005, Direktur Eksekutif Lembaga Pengemban-gan Sosial Ekonomi Masyarakat (LPSEM) 1998-2005, Praktisi Program Keluarga Hara-pan (PKH) pada Kementerian Sosial RI tahun 2014-sekarang, dan menjadi Tim penilai pekerja sosial (PSM) berpretasi tingkat nasional di Kementerian Sosial RI tahun 2012- sekarang.

Pria yang sudah menulis buku Administrasi Pemerintahan Daerah dalam Analisa, Kepemimpinan Visioner Kepala Daerah, dan Manajemen Transportasi dalam Kajian dan Teori ini sekarang adalah Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Tahun 1998 hingga sekarang, pernah menjabat Kasubag Ke-mahasiswaan FISIP UPDM (B) tahun 2004-2005, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Tahun 2005-2006, memangku jabatan Wakil Dekan Bidang Administrasi dan keuangan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik Universitas Prof. Dr. Meostopo (Beragama) tahun 2006 – sekarang, hingga akhirnya menjadi Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) tahun 2012-2016.

(2)

Cetakan Pertama 2016

Diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama Alamat : Jln. Hang Lekir I, No. 8,

Senayan, Jakarta Pusat, 10270 Telepon : (021) 7220269, 7252682

Fax : (021) 7252682

Editor : Dr. Eva Mardhiati Design Sampul : Resta. Jumena Layout : Resta. Jumena No. ISBN : 978-6029-00636-0

ManajeMen Materiil

KonteMporer

(3)

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip atau memperbanyak

sebagian atau keseluruhan isi buku

Tanpa izin dari penerbit

(4)

Kata pengantar

U

ntuk dapat mengelola aset dengan baik, diperlukan kemampuan men-guasai berbagai disiplin ilmu dengan baik seperti, ekonomi, akuntansi, teknik, computer, dan manajemen. Disiplin-disiplin ilmu ini kemudian diracik sedemikian rupa sehingga menjadi satu ilmu yang dikenal dengan manajemen materiil. Manajemen atas aset negara yang benar meliputi pem-buatan prakiraan dan perencanaan, penilaian kondisi, pengelompokan, dan penggolongan sesuai dengan kriteria masing-masing aset.

Buku Manajemen Materiil Kontemporer lebih banyak berdasarkan pandan-gan tentang materiil yang mengarah kepada pengelolaan aset negara atau barang milik negara (BMN), meski sebenarnya ketiga istilah tersebut memiliki landasan sendiri-sendiri. Dalam rangka mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia khususnya pada preamble, Pasal 23, dan Pasal 33, Negara mengemban tugas untuk melakukan pengelolaan kekayaan negara termasuk di dalamnya kekayaan daerah dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk pelaksanaannya, Undang-undang Dasar memberi kewenangan kepada negara untuk menguasai dan mempergunakan seluruh kekayaan negara yang bersumber dari bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

Materiil atau Kekayaan Negara ditinjau dari lingkupnya dapat diartikan sebagai keseluruhan harta negara, baik yang dimiliki maupun yang dikuasai, baik yang dipisahkan maupun yang tidak dipisahkan yang tujuan akhir pen-gelolaannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kekayaan yang dimiliki negara adalah kekayaan di mana melekat hak milik negara (domein privat). Domein privat ini merupakan hak untuk ‘memiliki’ suatu barang atau jasa. Ke-kayaan yang dimiliki oleh negara, terdiri dari keKe-kayaan negara yang dipisahkan dan kekayaan negara yang tidak dipisahkan yang bersumber dari pasal 23 UUD 1945.

Saya berharap, buku ini bisa menambah pengetahuan kita tentang materiil dengan pengelolaan dan manajemen yang bertanggungjawab, semata-mata untuk kemakmuran masyarakat Indonesia dan menciptakan good gover-nance.

Penulis

(5)

ManajeMen Materiil

KonteMporer

ManajeMen Materiil

(6)

01 01 02 04 05 05 06 07 09 09 14 14 15 18 19 22 23 24 25 29 29 29 31 33 33 34 34 35 36

Daftar iSi

BaB i

TENTANG MANAJEMEN

Penjelasan tentang Manajemen Era Manajemen Ilmiah

Era Manusia Sosial Era Modern Manajemen Ilmiah Pendekatan Kuantitatif Fungsi Manajemen

Pengertian dan Definisi Manajemen menurut Para Ahli Pengertian Manajemen Materiil

BaB ii

MANAJEMEN BARANG/ASET MILIK NEGARA

Sekilas tentang Aset Negara Manajemen Aset Negara

Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Pengertian BMN

Pengertian Manajemen Materiil dan Keuangan Administrasi Materiil dan Keuangan

Sistem Administrasi Materiil Sistem Administrasi Keuangan

BaB iii

STRATEGI PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

Babak Baru Pengelolaan BMN

Roadmap Strategic Assets Management Penertiban Barang Milik Negara/Daerah

Kurangnya Tingkat Akurasi Nilai Aset yang Dikelola Ketidakjelasan Status Aset yang Dikelola

Penggunaan BMN untuk Mendukung Tugas Pokok/Fungsi Pemerintah Kurang Optimalnya Pemanfaatan dan Pemindahtanganan BMN Meminimalisasi Terjadinya Kerugian Negara sebagai Akibat dari Pengelolaan BMN

(7)

36 37 37 37 37 40 41 43 43 44 45 47 47 47 51 51 54 69 70 75 75 83 83 84 90 91 93 98 Pengelolaan Barang Milik Daerah

Strategi Optimalisasi Pengelolaan Barang Milik Negara Meliputi Identifikasi dan Inventarisasi Nilai dan Potensi Aset Daerah Adanya Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah

Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Aset Strategi Pengelolaan BMN Lainnya

PENGELOLAAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL YANG BERSTATUS SEBAGAI BMN

Pemanfaatan Pemindahtanganan Penilaian

PENTINGNYA PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA

BaB iV

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

Tahapan Pengelolaan Barang Milik Negara

Landasan Hukum Pengelolaan Barang Milik Negara

PENGATURAN ASET NEGARA DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Pengertian Aset Negara

Tata Kelola Aset Negara (Tanah)

Pengelolaan Aset Negara yang Profesional dan Modern

EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG ASET NEGARA

Analisis dan Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Aset Negara Analisis dan Evaluasi Kebijakan Praktik Penatausahaan Pemindahtanganan

Penatausahaan

Analisis dan Evaluasi atas Akuntabilitas Pengelolaan Aset Negara Analisis dan Evaluasi Pengelolaan Aset Daerah

Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD) Pemanfaatan BMD

Struktur dan Komposisi Aset Negara (Khususnya Aset Tetap Berupa Tanah)

(8)

BaB V

PENTINGNYA PENGHAPUSAN DAN TATA CARA LELANG BMN

Latar Belakang Penghapusan Barang Milik Negara Persyaratan Agar BMN Dapat Dihapuskan

TATA CARA PENJUALAN/LELANG BMN

Pertimbangan Penjualan BMN

Barang Milik Negara yang Dapat Dijual

Ketentuan dalam Pelaksanaan Penjualan/Lelang Subjek Pelaksanaan Penjualan

Tata Cara Penjualan Tanah/Bangunan

Tata Cara Penjualan Bangunan yang Harus Dihapuskan

Tata Cara Penjualan/Lelang BMN Selain Tanah dan/atau Bangunan

DAFTAR PUSTAKA 100 100 100 103 106 106 106 106 108 109 110 112

(9)

BaB i

tentanG ManajeMen

penjelasan tentang Manajemen

K

ata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno managemen yang memiliki arti ‘seni melaksanakan dan mengatur’. Kata manajemen mung-kin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti ‘mengenda-likan’, terutama dalam konteks mengendalikan kuda yang berasal dari bahasa latin manus yang berarti tangan. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi management yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.

Pendapat lain menyebutkan, Manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu manage, atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan yaitu mengendalikan atau mengelola. Sedangkan, definisi manajemen adalah suatu seni mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan utama dalam suatu organisasi melalui proses perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), dan mengelola (Con-trolling) sumber daya manusia dengan cara efektif dan efisien.

Manajemen merupakan seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas meng-atur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Semen-tara, Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses peren-canaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tu-gas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jad-wal.

Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen, namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100 ribu orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berha-sil dibangun jika tidak ada seseorang -tanpa memedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu- yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorga-nisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesua-tunya dikerjakan sesuai rencana.

Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Itali yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan

(10)

perda-gangan. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepa-njang kanal, pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan yang dikembang-kan oleh Henry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya. Daniel Wren memba-gi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran awal, era manajemen sains, era manusia sosial, dan era modern.

Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labour), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang - masing-masing melakukan pekerjaan khusus- perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang beker-ja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerbeker-jaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan dua puluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan :

1. Meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja 2. Menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas

3. Menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja

Peristiwa penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manaje-men adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri manaje-menandai dimulai-nya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut ‘pabrik’. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permint-aan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepa-da bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, kepa-dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.

Era Manajemen Ilmiah

Era ini ditandai dengan berkembangnya ilmu manajemen dari kalangan insinyur - seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A. Halsey,

(11)

dan Harrington Emerson. Manajemen ilmiah dipopulerkan oleh Frederick Win-slow Taylor dalam bukunya, Principles of Scientific Management, pada tahun 1911. Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah sebagai ‘penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan’. Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirnya teori manajemen modern.

Perkembangan manajemen ilmiah juga didorong oleh munculnya pemikiran baru dari Henry Gantt dan keluarga Gilberth. Henry Gantt yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Company, menggagas ide bahwa seharusnya seorang mandor mampu memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik un-tuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt Chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan. Sementara itu, pasangan suami istri Frank dan Lillian Gilbreth berhasil menciptakan micromotion, sebuah alat yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Alat ini digu-nakan untuk menciptakan sistem produksi yang lebih efesien.

Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori men-genai apa yang seharusnya dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Prancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 Prinsip Manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.

Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosiologi Jerman, Max We-ber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi -bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hirarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk ‘birokra-si yang ideal’ itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisa‘birokra-si tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori ten-tang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar seka-rang ini.

(12)

Black-ett melahirkan ilmu riset operasi yang merupakan kombinasi dari teori statis-tika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan ‘mana-jemen sains’, mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker -sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen- menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: Konsep Korporasi (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari Gen-eral Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.

Era Manusia Sosial

Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen pada akhir era manajemen sains. Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen Hawthorne. Eksperimen Hawthorne dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthorne milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya ter-hadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama peri-laku kerja individu.

Kontribusi lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follet (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924. Fol-let mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Den-gan kata lain, ia berpikir bahwa orDen-ganisasi harus didasarkan pada etika kelom-pok daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan sehar-usnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.

Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi da-lam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi ‘efektif-efisien’. Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pen-capaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat

(13)

ter-puaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu yang men-jadikan kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi sebagai elemen universal, sementara itu pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan peme-liharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori ‘penerimaan otoritas’ yang didasarkan pada gagasan bahwa atasan hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritasnya.

Era Modern

Era modern ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (to-tal quality management-TQM) pada abad ke-20 yang diperkenalkan oleh be-berapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904). Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa keban-yakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, me-lainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas da-pat ditingkatkan dengan :

1. Biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material

2. Produktivitas meningkat

3. Pangsa pasar meningkat karena peningkatan kualitas dan penurunan harga

4. Profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis

5. Jumlah pekerjaan meningkat

Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajaran-nya tentang peningkatan kualitas. Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Dari teorinya, ia mengembang-kan trilogi manajemen yang memasukmengembang-kan perencanaan, kontrol, dan pening-katan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, ke-mudian dibuat solusi, dan diimplementasikan.

Manajemen Ilmiah

Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-isteri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat

(14)

diidentifika-si dengan alat tersebut, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam, memegang) yang mereka sebut Ther-bligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.

Skema itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara peny-usunan batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor ban-gunan menemukan bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk me-masang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gera-kan yang diperlugera-kan untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggu-nakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.

Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif –seperti statistik, model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer- untuk membantu manajemen mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemro-graman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis jalur kritis (Critical Path Analysis) dapat di-gunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien; model kuan-titas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum, dan lain-lain.

Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matema-tika dan statistik terhadap masalah militer selama Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan un-tuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki Whiz Kids. Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk mem-perbaiki pengambilan keputusan di Ford.

Ada 6 macam teori manajamen di antaranya:

1. Aliran Klasik - Aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.

(15)

hubungan manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia dan perlunya manajemen memahami manusia.

3. Aliran Manajemen Ilmiah - Aliran ini menggunakan matematika dan ilmu statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini,

pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk menjelaskan masalah manajemen.

4. Aliran Analisis Sistem - Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan teorinya. 5. Aliran Manajemen Berdasarkan Hasil - Aliran manajemen berdasarkan hasil diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1950-an. Aliran ini memfokuskan pada pemikiran hasil-hasil yang dicapai bukannya pada interaksi kegiatan karyawan.

6. Aliran Manajemen Mutu - Aliran manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau konsumen.

Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen per-tama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, Fayol menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendali-kan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga, yaitu:

1.

Perencanaan (planning) - adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tu-juan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tutu-juan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tin-dakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat di-gunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.

2.

Pengorganisasian (organizing) - dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorgan-isasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentu-kan orang yang dibutuhmenentu-kan untuk melaksanamenentu-kan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tu-gas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

(16)

agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai den-gan perencanaan manajerial dan usaha.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetap-kan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets. Berikut penjelasannya :

1.

Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk menca-pai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya ma-nusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

2.

Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabai-kan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan ber-hubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.

3.

Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

4.

Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau meng-hasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

5.

Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, se-dangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.

6.

Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat

(17)

penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan fak-tor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemam-puan) konsumen.

Pengertian dan Definisi Manajemen menurut Para Ahli

1. Manajemen adalah adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya (George R. Terry, 1997).

2. Manajemen adalah suatu seni yang produktif yang didasarkan pada suatu pemahaman ilmu, ilmu dan seni tidaklah bertentangan, namun masing masing saling melengkapi (Koontz)

3. Ilmu Manajemen merupakan proses dalam membuat suatu perencanaan, pengorganisisasian, pengendalian serta memimpin berbagai usaha dari anggota entitas atau organisasi dan juga mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Stoner)

4. Manajemen sebagai sebuah rangkaian tindakan tindakan yang dilakukan oleh para anggota organisasi dalam upaya mencapai sasaran

organisasi. prosess merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dijalankan dengan sistematis (Wilson)

5. Manajemen adalah sebuah seni dalam mencapai tujuan yang diinginkan yang dilaksanakan dengan usaha orang yang lain (Lawrance A Appley) 6. Manajemen sebagai suatu seni, tiap tiap pekerjaan bisa diselesaikan dengan orang lain (Mary Parker F)

Pengertian Manajemen Materiil

Secara semantik atau menurut kamus, materiil adalah segala sesuatu yang bersifat kebendaan. Istilah ini berasal dari bahasa Belanda. Sedangkan penger-tian materiil secara umum adalah seluruh barang-barang milik/kekayaan neg-ara baik yang berwujud tahan lama (inventaris) maupun yang berwujud pakai habis yang satuan-satuannya dapat diukur, ditimbang dan dihitung terkecuali surat-surat berharga dan uang. Istilah materiil masih banyak digunakan di ke-tentaraan/kepolisian kadang-kadang juga digunakan istilah logistik.

Dalam rangka mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Re-publik Indonesia khususnya pada preamble, Pasal 23, dan Pasal 33, Negara mengemban tugas untuk melakukan pengelolaan kekayaan negara termasuk di dalamnya kekayaan daerah dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya

(18)

kemakmuran rakyat. Untuk pelaksanaannya, Undang-undang Dasar memberi kewenangan kepada negara untuk menguasai dan mempergunakan seluruh kekayaan negara yang bersumber dari bumi, air, dan kekayaan alam yang ter-kandung di dalamnya. Kekayaan Negara mencakup dua pengertian yaitu keka-yaan yang dimiliki oleh pemerintah (domein public) dan kekakeka-yaan yang dikua-sai oleh Negara (domein privat).

Sejak reformasi keuangan Negara bergulir pada awal tahun 2003, Pemerin-tah Pusat telah membangun komitmen yang kuat untuk memenuhi prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui pengelolaan keuan-gan yang sehat dan modern. Lingkup perubahan yang terjadi sangat mendasar dan menyeluruh yang termasuk di dalamnya adalah pengelolaan aset Negara. Hal ini dimulai dengan lahirnya 3 (tiga) paket Undang-undang Bidang Keuan-gan Negara yang terdiri dari Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaha-raan Negara dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggungjawab Keuangan Negara yang telah menjadikan lokomotif bagi perubahan paradigma manajemen aset negara.

Dasar pemikiran diterbitkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 ada-lah dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dengan dibentuknya pemer-intahan negara yang menyelenggarakan fungsi pemerpemer-intahan dalam berbagai bidang. Pembentukan pemerintahan negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu sistem keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan bertanggungjawab untuk sebe-sar-besarnya kemakmuran rakyat.

Adapun Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara merupakan payung hukum tertinggi di bidang administrasi keuangan negara. Pengertian keuangan negara berdasarkan objeknya meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, barang, maupun beru-pa barang yang daberu-pat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan investa-si dan barang milik negara, Undang-undang Perbendaharaan Negara telah mengamanatkan untuk mengatur pedoman teknis dan administrasi dalam

(19)

suatu Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Materiil atau Kekayaan Negara ditinjau dari lingkupnya dapat diartikan sebagai keseluruhan harta negara, baik yang dimiliki maupun yang dikuasai, baik yang dipisahkan maupun yang tidak dipisahkan yang tujuan akhir pen-gelolaannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kekayaan yang dimiliki negara adalah kekayaan di mana melekat hak milik negara (domain privat). Do-main privat ini merupakan hak untuk ‘memiliki’ suatu barang atau jasa. Keka-yaan yang dimiliki oleh negara, terdiri dari kekaKeka-yaan negara yang dipisahkan dan kekayaan negara yang tidak dipisahkan yang bersumber dari pasal 23 UUD 1945. Kekayaan negara yang dipisahkan dapat berupa investasi pemerintah pada BUMN dan investasi pemerintah lainnya. Sedangkan kekayaan negara yang tidak dipisahkan berupa Barang Milik Negara/Daerah yang merupakan ke-seluruhan barang yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Daerah atau perolehan lainnya yang sah.

Pengaturan kekayaan negara dalam domein privat yang mengacu pada Pasal 23 UUD 1945, selama ini diatur dalam berbagai undang-undang yang mengatur mengenai perbendaharaan Negara dan keuangan negara yaitu Un-dang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Undang-Un-dang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara serta Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

Kekayaan yang dikuasai negara adalah kekayaan di mana melekat mandat hukum atau kewenangan negara untuk mengelola dan mempergunakan keka-yaan tersebut bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat (domein publik). Domein publik adalah hak untuk ‘menguasai’ suatu kekayaan yang diberikan oleh UUD 1945 kepada negara untuk menguasai bumi, air, dan kekayaan alam yang ter-kandung di dalamnya untuk dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (pasal 33 ayat (3) UUD 1945). Berdasarkan hak menguasai tersebut, UUD 1945 memberikan kewenangan kepada negara untuk ‘mengatur’ pengelolaan kekayaan negara agar kekayaan negara itu dapat dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Hak mengatur ini merupakan hak publik, sehingga hak tersebut bersifat ekslusif, artinya hak ini hanya dapat dimiliki oleh negara dan tidak dapat dimiliki oleh pihak-pihak lain.

Di dalam pengertian negara menguasai kekayaan, terkandung maksud agar penggunaannya dapat diarahkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, pemerataan dan kesinambungan manfaat untuk sebesar-besar kemakmuran

(20)

rakyat. Ketentuan mengenai pengelolaan Barang Milik Negara diatur secara singkat dalam Undang-Undang 1 Nomor Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan pengaturan yang lebih rinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Selain Undang-Undang 1 Nomor Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, mengenai pengelolaan keuangan negara diatur pada beberapa undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Saat ini, pengelolaan kekayaan negara dalam domein privat termasuk ru-ang lingkup keuru-angan negara, sehingga kekayaan negara harus dilihat dari perspektif yuridis keuangan Negara. Pemahaman tentang keuangan negara mempunyai keterkaitan dengan konsepsi hukum administrasi negara, karena perencanaan atas anggaran negara merupakan bagian dari “tugas penyeleng-garaan kepentingan umum (public service).

Dengan adanya reformasi ekonomi, maka saat ini pengelolaan kekayaan negara telah menjadi bagian yang sangat penting dalam pengelolaan ekonomi Indonesia. Tujuan dari optimalisasi pengelolaan kekayaan negara menurut Doli D. Siregar adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan transparansi dan kejelasan arah dari kebijakan pemerintah tentang pengelolaan harta kekayaan negara yang sangat berguna sebagai arahan dalam pemanfaatan maupun pengelolaannya

2. Menciptakan sinergi dan keterpaduan gerak antara pengelolaan harta kekayaan negara dan berbagai kebijakan dan program pemerintah terutama dalam rangka mendukung program penyehatan

perekonomian nasional

3. Meningkatkan pendayagunaan dan sistem operasi pengawasan dalam penguasaan dan pemanfaatan harta kekayaan negara dengan tujuan untuk mengarahkan, mengendalikan dan mengamankan pengelolaan harta kekayaan negara demi tercapainya pemerataan kemakmuran rakyat

4. Menciptakan sistem dan mekanisme pengelolaan harta kekayaan negara yang terpadu, efisien dan efektif serta memiliki kewenangan dan

otoritas yang jelas.

Sementara manfaat yang bisa dirasakan dari pengelolaan kekayaan negara adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui nilai terkini dan nilai potensi serta lokasi harta kekayaan negara yang sangat bermanfaat dalam rangka mendukung

penguatan struktur ekonomi nasional

2. Mempermudah pengendalian, efisiensi pemanfaatan dan optimalisasi pemanfaatan harta kekayaan Negara

(21)

3. Mendukung dan mendorong peningkatan kemampuan manajemen dan bisnis bagi institusi yang menguasai dan mengeloa harta

kekayaan Negara

4. Mendukung dan mendorong peningkatan kemampuan manajemen dan bisnis bagi institusi yang menguasai dan mengelola harta kekayaan negara dalam rangka mengoptimalkan manfaat dan potensi yang ada

(22)

----o0o----Sekilas tentang aset negara

Manajemen Aset atau Asset Management dalam pikiran sebagian orang mungkin berkisar pada segala sesuatu yang berhubungan dengan portfolio, in-vestasi, atau keuangan. Akan tetapi, sesungguhnya manejemen aset lebih luas dari hal-hal tersebut di atas. Aset merupakan hal yang sangat fundamental bagi perseorangan ataupun organisasi yang memilikinya, karena aset merupakan bagian yang penting dalam pencapaian tujuan dari pemilik aset, di mana aset terletak di dalam bagian dari proses yang membantu dalam pencapaian tujuan sebelum nantinya menjadi output yang diharapkan (goals).

Berbicara kata ‘aset’ berarti berbicara kekayaan atau harta yang nantinya diharapkan menghadirkan benefit bagi pemiliknya. Pemiliknya bisa siapa saja. Bisa pribadi, perusahaan, daerah atau bahkan negara. Aset pribadi bisa berarti kendaraan, tempat tinggal, tabungan, relasi bahkan kepribadian. Aset perusa-haan bisa berarti pabrik, karyawan, sistem manajemen, supplier dan pasar atau pelanggan. Sedangkan aset daerah atau negara bisa juga berarti sumber daya alam, ekonomi, dan sosial yang dimiliki oleh daerah atau negara t4ersebut. Ini bisa berarti dimiliki oleh daerah atau negara sebagai institusi resmi atau dimiliki oleh rakyat suatu daerah atau negara.

Untuk dapat mengelola aset dengan baik, diperlukan kemampuan mengua-sai berbagai disiplin ilmu dengan baik seperti, ekonomi, akuntansi, teknik, com-puter, dan manajemen. Disiplin-disiplin ilmu ini kemudian diracik sedemikian rupa sehingga menjadi satu ilmu yang dikenal dengan manajemen aset. Mana-jemen atas aset yang benar meliputi pembuatan prakiraan dan perencanaan aset, penilaian kondisi aset, pengelompokan dan penggolongan sesuai dengan kriteria masing-masing aset.

Manajemen aset didefinisikan sebagai sebuah proses pengelolaan aset (ke-kayaan) baik berwujud dan tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomis, nilai komersial, dan nilai tukar, serta mampu mendorong tercapainya tujuan. Melalui proses management planning, organizing, leading dan controlling bertujuan mendapat keuntungan dan mengurangi biaya (cost) secara efisien dan efektif. Dalam pengelolaan suatu kekayaan diperlukan ilmu manajemen yang khusus dan spesifik mengelola kekayaan (asset). Banyak aset yang tidak maksimal dalam pemanfaatannya, sangat diperlukan kompetensi pengelola aset atau manajer aset. Realita di lapangan menunjukkan banyak kasus yang sebenarnya dimulai dari salah kelola dan salah urus masalah aset, sehingga berdampak kerugian yang tidak sedikit.

BaB ii

(23)

Manajemen Aset Negara

Dalam rangka mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia khususnya pada preamble, Pasal 23, dan Pasal 33, Negara mengem-ban tugas untuk melakukan pengelolaan kekayaan negara termasuk di dalam-nya kekayaan daerah dalam rangka mewujudkan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Untuk pelaksanaannya, Undang-undang Dasar memberi kewenangan kepada negara untuk menguasai dan mempergunakan seluruh kekayaan neg-ara yang bersumber dari bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di da-lamnya. Kekayaan Negara mencakup dua pengertian yaitu kekayaan yang dimi-liki oleh pemerintah (domein public) dan kekayaan yang dikuasai oleh Negara (domein privat).

Sejak reformasi keuangan Negara bergulir pada awal tahun 2003, Pemerin-tah pusat telah membangun komitmen yang kuat untuk memenuhi prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui pengelolaan keuan-gan yang sehat dan modern. Lingkup perubahan yang terjadi sangat mendasar dan menyeluruh yang termasuk di dalamnya adalah pengelolaan aset Negara. Hal ini dimulai dengan lahirnya 3 (tiga) paket Undang-undang Bidang Keuan-gan Negara yang terdiri dari Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha-raan Negara dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara yang telah menjadikan lokomotif bagi perubahan paradigma manajemen aset negara.

Dasar pemikiran diterbitkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 ada-lah dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dengan dibentuknya pemer-intahan negara yang menyelenggarakan fungsi pemerpemer-intahan dalam berbagai bidang. Pembentukan pemerintahan negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu sistem keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan bertanggungjawab untuk sebe-sar-besarnya kemakmuran rakyat.

Oleh karena itu lebih penting lagi, negara hendaknya punya itikad kuat un-tuk mengusahakan bagaimana dalam anak negeri dapat memetakan unun-tuk se-lanjutnya lebih mampu memanfaatkan aset-asetnya dan tidak serta merta han-ya puas menjadi bawahan dari pihak-pihak luar negeri. Indonesia cukup kahan-ya dengan aset alam maupun jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang besar menjanjikan pasar yang besar baik dari pasar customer maupun pasar tenaga kerja.

(24)

Namun seringkali sumber daya besar yang kita miliki menjadi mentah kar-ena pikiran kita sendiri yang kurang percaya diri. Kita merasa, untuk sukses har-uslah dengan dan pada perusahaan asing. Sedangkan perusahaan lokal kuali-tasnya tidak sebanding dengan perusahaan asing. Perusahaan lokal milik anak negeri cenderung kalah bersaing karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan modal. Sebuah alasan klasik yang menyebabkan kita menundukkan pandan-gan di hadapan korporasi-korporasi asing.

Sebenarnya mindset bahwa aset ilmu pengetahuan dan modal kita terbatas sehingga harus selalu tergantung dengan asing tentu perlu dievaluasi kembali. Banyak anak negeri yang sudah berpengalaman di perusahaan-perusahaan luar negeri bahkan ada yang telah mampu memimpin di sana. Sudah waktunya kita pikirkan bagaimana bukan ‘kita’ yang bekerja pada “mereka” tetapi ‘mereka-lah’ yang bekerja pada ‘kita’.

Begitu pula tentang permodalan. Dalam ilmu dan praktek manajemen, apa-bila pengelolaan aset dapat dilakukan dengan baik, didukung oleh visi dan sistem manajemen yang prima, yang terjadi bukan kita yang mencari modal, tetapi justru para pemodal (investor) yang akan berlomba-lomba menawarkan modalnya untuk kita kelola. Begitu pula, apabila pengelolaan dapat dilakukan dengan baik, maka pekerja dari luar negeri (baca : pegawai) tentu akan mau bekerja di perusahaan made in Indonesia dengan gaji yang pantas.

Terbitnya Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2014 yang mencabut PP No.06 tahun 2006 jo PP 38 tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Negara/Daerah yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Keuangan No.78 tahun 2014 tentang tata cara pelaksanaan Pengeloaan Barang Milik Negara di Kemente-rian/Lembaga dan Permendagri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah yang ruang lingkupnya mulai dari Perencanaan kebutu-han sampai dengan Pelaporan sesungguhnya sudah dapat memberikan guide/ petunjuk pelaksanaan yang cukup memadai. Bagaimana strategi optimalisasi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang nantinya akan menjadi aset agar menjadi lebih tertib, transparant dan akuntabel.

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang baik tentunya akan me-mudahkan penatausahaan aset negara/daerah dan merupakan sumberdaya penting bagi pemerintah sebagai penopang utama pendapatan negara dan pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk da-pat mengelola aset secara memadai dan akurat. Dalam hal pengelolaan aset, pemerintah harus menggunakan pertimbangan aspek perencanaan kebutu-han, penganggaran, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan atau penggunaan, pengamanan

(25)

dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi agar aset daerah mampu memberikan kontribusi optimal bagi pemerintah.

Contoh kasus, musibah bendungan Situgintung, Ciputat yang menelan korban 100 orang tewas dan 100 orang lainnya hilang. Musibah tersebut tidak hanya menelan korban jiwa namun juga kerugian material yang tidak sedikit akibat sapuan banjir bandang. Lalu apa hubungannya manajemen aset dengan kejadian di atas? Hubungannya adalah kalau saja bendungan Situgintung yang menjadi aset daerah dikelola (dipelihara dan diaudit) dengan baik, kecil ke-mungkinan bobolnya tanggul Situgintung terjadi dan kerugian yang diderita-pun dapat diminimalisasi. Kalau bendungan/tanggul di Jakarta dan sekitarnya menjadi aset daerah dan dipelihara dengan baik, kejadian situgintung-situgin-tung lainnya tidak akan terulang.

Kalau saja semua pihak, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mau bersungguh-sungguh melaksanakan modernisasi manajemen aset, maka seharusnya aset pemerintah dan daerah bisa memberikan nilai tambah bagi semua pihak termasuk masyarakat sebagai stakeholder. Kita juga dapat belajar dari pengalaman kerjasama antara PT. PAM Jaya dengan Mitra Swasta hampir seluruh aset yang dimiliki PAM JAYA diserahkelolakan kepada mitra swastanya tanpa dikenakan biaya apapun. Artinya, pihak swasta menggunakan berbagai aset yang dimiliki oleh PAM JAYA (sebagian besar adalah aset produksi dan dis-tribusi) tanpa membayar biaya atas penggunaan aset tersebut. Perjanjian ini tentu sangat tidak menguntungkan bagi PT. PAM Jaya dan Pemerintah. Lebih parahnya, pada titik tertentu, masyarakat pengguna air dibebankan atas pem-belian aset yang dilakukan pihak swasta.

Selain memanfaatkan aset yang sudah ada, mitra swasta juga melakukan pengadaan aset baru yang terdiri atas aset bergerak baru dan aset tidak berg-erak baru yang hak miliknya ada pada mitra swasta, namun beban pembiayaan-nya secara penuh dikompensasikan secara finansial kepada harga tarif kema-halan yang terus dibayar oleh pengguna air. Sebenarnya masalah di atas adalah cuplikan kecil dari buruknya manajemen aset dari pemerintah kita. Sebagaima-na diketahui bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2006 s/d 2008 oleh Badan Pemeriksa Keuangan dinyatakan disclaimer/tidak mem-berikan pendapat apapun.

LKPP merupakan rapor pemerintah dalam mempertanggungjawabkan amanat yang dipercayakan rakyat, utamanya yang terkait dengan penggunaan anggaran/dana publik, juga kepada stakeholder lainnya (lembaga donor, dunia usaha, dan lain-lain). Salah satu catatan yang diberikan BPK terhadap

(26)

pemerin-tah terkait masalah ini adalah buruknya manajemen aset oleh pemerinpemerin-tah.

Strategi Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Beberapa isu penting terkait lingkup aset negara/daerah dimulai dengan kegiatan perencanaan dan penganggaran. Sering dianggarkan sesuatu yang tidak dibutuhkan di tingkat bawah (Satuan Kerja). Tahap pengadaan yang rawan dengan korupsi sehingga banyak aparat yang enggan jadi pejabat pengadaan atau Unit Layanan Pengadaan (ULP). Tahap Pemeliharaan alokasinya cukup selalu incremental meskipun aset yang sudah tidak berfungsi atau hilang, hal ini karena dalam penghapusan dan pemindahtanganan aset-aset pemerintah tidak ditatausahakan dengan tertib. Demikian juga ketika pembukuan aset da-lam perpektif dada-lam jurnal akuntasi bisa berubah fungsi, maka pembenahan manajemen aset mutlak diperlukan.

Sebelum masuk ke proses manajemen aset, di dalam melaksanakan pen-catatan, inventarisasi dan revaluasi asset harus ada strategi manajemen aset agar koordinasi antara program dan pelaksanaan dapat terkoordinasi dengan baik. Istilah Strategic Asset Management atau SAM digunakan untuk meng-gambarkan sebuah siklus pengelolaan aset, yaitu mulai dari proses perenca-naan dan diakhiri dengan pertanggungjawaban/pelaporan aset. Keberhasilan SAM seringkali dikaitkan dengan keberhasilan menghemat anggaran sebagai dampak dari keberhasilan mengintegrasikan proses perencanaan dan pengelo-laan aset.

Pada dasarnya, manajemen asset di Indonesia telah memiliki dasar hukum yang jelas yaitu UUNo.1/2004 tentang Perbendaharaan Negara yang ditindak-lanjuti PP No.27/2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Pasal 85 menyebutkan agar dilakukan inventarisasi atas BMN/D (barang milik neg-ara/daerah), khusus berupa tanah dan/atau bangunan yang berada di kemen-terian/lembaga minimal sekali dalam 5 tahun. Sedangkan untuk selain tanah dan/atau bangunan hal itu merupakan kewenangan dan menjadi domain/ tanggungjawab masing-masing Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang.

Oleh sebab itu, Pemerintah melalui Menteri Keuangan selaku BUN (Pengelo-la Barang), menginstruksikan kepada Dirjen Kekayaan Negara, sebagai unit organisasi yang vital dalam pengelolaan BMN, agar menjadi garda terdepan mewujudkan best practices tata kelola barang milik/kekayaan negara dengan langkah pencatatan, inventarisasi dan revaluasi aset/kekayaan Negara yang di-harapkan akan mampu memperbaiki/menyempurnakan administrasi pengelo-laan BMN yang ada saat ini.

(27)

Inventarisasi seluruh barang milik negara yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia mutlak harus dilakukan agar terpotret secara jelas nilai aset/kekayan negara yang saat ini berada di penguasaan masing-masing kementerian/lem-baga negara. Selanjutnya setelah itu dilakukan tahap penilaian ulang (revalu-asi) aset/kekayaan negara, khususnya yang berupa tanah dan/atau bangunan oleh Pengelola Barang guna mendapatkan nilai wajar atas aset tetap tersebut. Inventarisasi dan reevaluasi barang milik negara/daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari proses manajemen aset negara itu sendiri,

Dari 87 entitas di Kementerian/Lembaga namun masih 65 Kementerian/ Lembaga yang mendapatkan opini BPK dengan catatan Wajar Tanpa Pengec-ualian (WTP) pada tahun 2013. Yang patut digarisbawahi adalah kementerian/ lembaga ini sebagian besar adalah kementerian lembaga baru dibentuk yang asset atau BMN-nya secara kuantitas tidak terlalu besar. Hal ini tentu saja mem-permudah dalam pengelolaan dan penatausahaan atas aset atau BMN/D yang mereka miliki. Perjalanan untuk menciptakan manajemen aset yang modern memang masih memerlukan waktu yang panjang, akan tetapi tidak mustahil untuk dilakukan apabila semua unsur yang telah disebut di atas mau melak-sanakan apa yang menjadi tanggungjawab masing-masing dengan amanah dan komitmen yang tinggi.

Bagaimanapun juga barang/kekayaan milik negara harus dikelola oleh SDM yang profesional dan handal, karena hal tersebut menjadi kebutuhan yang vi-tal dan strategis pada masing-masing kementerian/lembaga negara. Penataan pengelolaan barang milik negara/daerah yang sesuai dengan semangat good governance tersebut, saat ini menjadi momentum yang tepat karena menda-pat dukungan politik dari pemerintah. Pentingnya inventarisasi dan revaluasi aset/kekayaan negara yang ada saat ini sebagai bagian dari penyempurnaan manajemen aset negara secara keseluruhan.

Tuntutan penerapan good governance dalam manajemen aset/kekayaan negara/daerah saat ini sudah tidak dapat ditunda-tunda lagi. Tentunya hal terse-but akan membuka cakrawala kita bersama tentang urgensi dan pentingnya kegiatan inventarisasi dan reevaluasi BMN/D itu, sehingga dapat diharapkan mampu meningkatkan status opini LKPP yang semula masih disclaimer men-jadi unqualifiedopiniona atau Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Sudah saatnya kita berubah menjadi negara yang mampu menerapkan fungsi penganggaran sebagaimana yang telah ditetapkan menurut peraturan yang telah dibuat agar akuntabilitas keuangan pemerintah dapat dipertanggungjawabkan.

Pengertian BMN

(28)

sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2008, Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diper-oleh atas beban APBN atau berasal dari perdiper-olehan lainnya yang sah. Dalam PMK No.29/PMK.06/2010 tentang kodifikasi barang, Barang Milik Negara dirinci menjadi Persediaan, Tanah, Mesin dan Peralatan, Gedung dan Bangunan, Jalan, Jaringan dan Irigasi, Aset Tetap Lainnya, Konstruksi Dalam Pengerjaan, serta Aset tidak Berwujud. Contoh dari aset tidak berwujud adalah aset tetap dalam bentuk software komputer dan hasil kajian.

International Accounting Standard Committee (IASC) mendefinisikan aset sebagai suatu sumber daya yang dikendalikan oleh suatu entitas sebagai ha-sil kejadian masa lalu yang mana manfaat ekonomis masa depan diharapkan didapatkan oleh perusahaan. Sedangkan Kerangka konseptual Akuntansi Pe-merintah (Lampiran II PP No. 24 tahun 2005) mendefinisikan aset lebih luas lagi, yaitu sebagai sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh suatu pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari padanya diperoleh manfaat ekonomi baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, dan dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diper-lukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Lalu, apa perbedaan aset dengan sumber daya? Dari wikipedia bahasa Indo-nesia, ensiklopedia bebas, sumber daya didefinisikan sebagai suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga non-fisik (intangible). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sumber daya adalah :

1. Faktor produksi yang terdiri atas tanah, tenaga kerja, dan modal yang dipakai dalam kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang jasa, serta mendistribusikannya;

2. Bahan atau keadaan yang dapat digunakan manusia untuk memenuhi keperluan hidupnya;

3. Segala sesuatu, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud yang digunakan untuk mencapai hasil, misal peralatan, sediaan, waktu, dan tenaga.

Menurut Undang- undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, sumber daya mer-upakan unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sum-ber daya alam hayati, sumsum-ber daya alam nonhayati, dan sumsum-ber daya buatan. Dengan demikian, semua sumber, baik manusia, materi maupun energi yang secara nyata dan potensial dapat di gunakan untuk meningkatkan kesejahter-aan manusia disebut sumber daya (Manan, 1978). Karena manusia tidak/sukar

(29)

diukur dengan satuan uang, maka sumber daya manusia tidak masuk ke dalam definisi aset menurut Kerangka konseptual Akuntansi Pemerintah (Lampiran II PP No. 24 tahun 2005).

Dengan demikian, yang termasuk ke dalam pengertian aset milik negara adalah uang, surat-surat berharga, barang-barang yang bersifat kebendaan, dan aset tidak berwujud, serta sumber daya non keuangan yang diperlukan un-tuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dari ketiga pengertian di atas, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Ruang lingkup sumber daya lebih luas daripada aset

2. Ruang lingkup aset lebih luas daripada materiil dan Barang Milik Negara 3. Materiil dan Barang Milik Negara merupakan bagian dari aset negara 4. Pengertian BMN lebih luas dari pengertian materill karena di dalam Barang Milik Negara termasuk aset tidak berwujud, sedangkan materiil hanya yang berwujud saja.

5. Barang Milik Negara sama dengan aset dikurangi monetary items (pos-pos yang bersifat keuangan, yaitu uang dan surat-surat berharga milik negara)

Indikasi keberhasilan otonomi daerah adalah adanya peningkatan pelayan-an dpelayan-an kesejahterapelayan-an masyarakat ypelayan-ang semakin baik, kehiduppelayan-an demokrasi yang semakin maju, keadilan, pemerataan, serta adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar-daerah. Keadaan tersebut hanya akan ter-capai apabila daerah dapat mengelola pemerintahannya dengan di antaranya adalah Administrasi Keuangan. Sistem pengelolaan Keuangan yang baik akan memberikan manfaat pada efektivitas pelayanan publik dengan pemberian pelayanan yang tepat sasaran, meningkatkan mutu pelayanan publik, biaya pelayanan yang murah karena hilangnya inefisiensi dan penghematan dalam penggunaan resources, alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentin-gan publik, dan meningkatkan public costs awareness sebagai akar pelaksan-aan pertanggungjawaban publik.

Pemberian otonomi yang luas dan desentralisasi yang sekarang ini dinikma-ti pemeirntah daerah Kabupaten dan Kota, memberikan jalan bagi pemerintah daerah untuk melakukan pembaharuan dalam sistem pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Kemunculan UU No. 22 dan 25 tahun 1999 telah melahirkan paradigma baru dalam pengelolaan keuangan daerah dan ang-garan daerah. Dalam pengelolaan keuangan daerah, paradigma baru tersebut berupa tuntutan untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah yang berori-entasi pada kepentingan publik (public oriented). Hal tersebut meliputi tuntu-tan kepada pemerintah daerah untuk membuat laporan keuangan dan

(30)

trans-paransi informasi anggaran kepada publik.

Pengertian Manajemen Materiil dan Keuangan

Istilah perbekalan juga biasa disebut dengan beberapa istilah seperti lo-gistik, barang, material, peralatan, perlengkapan dan sarana prasarana. Oleh karena itu, manajemen perbekalan pun lazim disebut dengan beberapa istilah seperti manajemen logistik, administrasi perbekalan, manajemen barang, ad-ministrasi barang, manajemen material ataupun adad-ministrasi material.

Administrasi materiil adalah barang-barang milik/kekayaan negara. Barang-barang milik/kekayaan negara adalah semua Barang-barang-Barang-barang milik/kekayaan negara yang berasal/dibeli dengan dana yang bersumber untuk seluruhnya ataupun sebagian dari anggaran belanja negara yang berada di bawah pen-gurusan dan penguasaan departemen-departemen, lembaga-lembaga negara, lembaga-lembaga pemerintahan non-departemen serta unit-unit dalam ling-kungannya yang terdapat baik di dalam maupun di luar negeri, barang milik/ kekayaan negara tersebut tidak termasuk kekayaan Negara yang telah dipish-kan (kekayaan Perum dan Persero) dan barang-barang/kekayaan daerah oto-nom sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: KEP-225/ MK/V/4/1971, pasal 1. Administrasi material/perbekalan diartikan sebagai usaha pelayanan dalam bidang material dan fasilitas kerja lainnya bagi personil dalam satuan kerja di lingkungan suatu organisasi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.

Sementara, Administrasi Keuangan adalah kegiatan yang berkenaan dengan pencatatan, penggolongan, pengolahan, penyimpanan, pengarsipan terhadap seluruh kekayaan negara termasuk di dalamnya hak dan kewajiban yang timbul karenanya baik kekayaan itu berada dalam pengelolaan bank-bank pemerin-tah, yayasan-yayasan pemerinpemerin-tah, dengan status hokum publik ataupun privat, badan-badan usaha negara dan badan-badan usaha lainnya di mana pemer-intah mempunyai kepentingan khusus serta terikat dalam perjanjian dengan penyertaan pemerintah ataupun penunjukkan pemerintah.

Administrasi keuangan terdiri dari serangkaian langkah-langkah di mana dana-dana disediakan bagi pejabat-pejabat tertentu di bawah prosedur-prose-dur yang akan menjamin sah dan berdaya-gunanya pemakaian dana-dana itu. Bagian utama ialah menyusun anggaran belanja, pembukuan, pemeriksaan pembukuan, pembelian, dan persediaan. Dalam upaya menentukan dan men-etapkan kebutuhan perbekalan/materil, ada beberapa faktor yang harus senan-tiasa diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:

(31)

dipertimbangkan bahwa dengan keberadaan perbekalan tersebut akan mem-perlancar proses pelaksanaan pekerjaan dan akan mempengaruhi hasil kerja (output), baik berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas output sesuai den-gan fungsi jenis perbekalan tersebut.

2. Faktor Biaya dan Manfaat - Dalam penentuan kebutuhan perbekalan hen-daknya dipertimbangkan bahwa dengan sejumlah pengeluaran biaya tertentu, organisasi haruslah paling tidak memperoleh manfaat yang sepadan dengan sejumlah biaya yang telah dikeluarkan tersebut. Sehubungan dengan hal ini, tentu tidak boleh mengabaikan kualitas barang yang dibutuhkan, sumber ba-rang yang harus dapat dipertanggungjawabkan, dan jangka waktu atau umur pemakaian barang yang paling menguntungkan.

3. Faktor Anggaran - Dalam pangadaan perbekalan harus senantiasa mem-pertimbangkan ketersediaan anggaran dalam organisasi. Dengan memperha-tikan faktor ini, maka akan dapat disusun skala prioritas kebutuhan perbekalan maupun berbagai macam alternatif jenis dan spesifikasi barang maupun cara-cara pengadaan logistik dengan tidak meninggalkan pertimbangan efektivitas dan efisiensi.

4. Faktor Keamanan dan Kewibawaan (Prestise) - Dalam penentuan kebu-tuhan perbekalan hendaknya dipertimbangkan pejabat pemakai perbekalan tersebut untuk mendukung dan menjamin keamanan sesuatu yang berkaitan dengan jabatannya dan kewibawaan, baik bagi pejabat yang bersangkutan maupun bagi lembaga, baik dilihat dari publik internal maupun publik ekster-nal organisasi.

5. Faktor Standarisasi dan Normalisasi - Dalam penentuan kebutuhan per-bekalan hendaknya dipertimbangkan adanya standardisasi dan normalisasi yang ditetapkan organisasi. Standardisasi merupakan pembakuan mengenai jenis, ukuran, dan mutu suatu perlengkapan. Sementara normalisasi merupa-kan pembuatan ukuran-ukuran yang normal berdasarmerupa-kan standar yang telah ditetapkan.

Administrasi Materiil dan Keuangan

Ada beberapa alternatif bagi suatu organisasi untuk memilih dan menen-tukan sistem pengadaan perbekalan. Sistem pengadaan perbekalan tersebut meliputi sistem sentralisasi, sistem desentralisasi dan sistem campuran dan Pembahasan Administrasi Keuangan dikelompokkan ke dalam 5 pendeka-tan yang berbeda yaitu pendekapendeka-tan ketatalaksanaan keuangan, pendekapendeka-tan keuangan negara, pendekatan administrasi negara termasuk administrasi pem-bangunan, pendekatan sejarah perkembangan sistem anggaran, pendekatan

(32)

organisasi sebagai sistem terbuka.

Sistem Administrasi Materiil

Sistem Sentrasisasi - Sistem sentralisasi dalam pengadaan perbekalan mer-upakan cara pengadaan perbekalan di mana kewenangan dalam pengadaan perbekalan bagi seluruh unit kerja dalam organisasi diberikan pada satu unit kerja tertentu sehingga segala macam pengadaan perbekalan dalam organ-isasi hanya dilayani oleh satu unit kerja/bagian tertentu tersebut. Pengadaan perbekalan dengan menggunakan sistem ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:

a. Dapat mengurangi harga per satuan karena biasanya dengan menerapkan sistem sentralisasi ini pengadaan/pembelian dilakukan dalam partai besar sehingga organisasi/perusahaan (sebagai pembeli) diberikan potongan oleh penjual (pemasok).

b. Dapat mereduksi (mengurangi) biaya tambahan (overhead cost), sehingga akan mendukung efisiensi.

c. Dapat mendukung program standarisasi dan sistem pertukaran perbekalan antarbagian.

Adapun kekurangan-kekurangan dari pengadaan sistem sentralisasi ini ada-lah sebagai berikut:

a. Kebutuhan yang mendesak dari suatu unit tertentu dimungkinkan tidak dapat cepat dilayani dan dipenuhi karena bagian pembelian masih menung-gu daftar kebutuhan perbekalan dari unit-unit kerja yang lain ataupun karena prosedur pengajuan maupun distribusi penyampaian perbekalan yang berliku-liku/birokratis sehingga hal ini tentunya akan dapat mempengaruhi tingkat efektifitas dan efisiensi kerja unit-unit kerja dan organisasi secara keseluruhan.

b. Pemenuhan permintaan kebutuhan perbekalan pada unit-unit kerja seba-gai pengguna (user) dimungkinkan tidak sesuai dengan kebutuhan, terutama berkaitan dengan spesifikasi barangnya maupun waktunya, karena bagian per-bekalan khususnya bagian pengadaan perper-bekalan tidak mengetahui persis ke-butuhan masing-masing unit kerja.

Sistem Desentralisasi – Sistem desentralisasi yaitu sistem pengadaan per-bekalan, di mana kewenangan pengadaan perbekalan diserahkan pada mas-ing-msing unit kerja. Beberapa kelebihan dari penggunaan sistem desentral-isasi ini yaitu sebagai berikut:

Kebutuhan atas perbekalan dari masing-masing unit kerja akan cepat dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan.

Menjamin ketepatan pembelian perbekalan karena masing-masing unit kerja mengetahui persis akan spesifikasi kebutuhan perbekalannya.

(33)

Adapun kekurangan sistem ini yaitu:

a. Ada kecederungan masing-masing unit kerja untuk memiliki perbeka-lan (barang-barang) baru, padahal perbekaperbeka-lan yang ada masih berdaya guna sehingga hal ini akan menimbulkan tertumpuknya barang-barang yang tidak diperlukan di beberapa bagian.

b. Terdapatnya bermacam-macam perbekalan yang berbeda-beda ben-tuknya, ukuran, dan tipenya sehingga hal ini jelas tidak mendukung program standardisasi dan normalisasi, sekaligus tidak mendukung kemungkinan pertu-karan perbekalan antar bagian/unit kerja dalam suatu organisasi.

c. Biaya per satuan barang relatif lebih besar, karena pembelian dengan sistem ini tentunya dalam partai yang lebih kecil bila dibandingkan apabila menggunakan sistem sentralisasi sehingga otomatis jumlah potongan yang diberikan penjual juga relatif lebih kecil.

d. Biaya tambahan (overhead cost) relatif lebih besar bila dibandingkan apa-bila menggunakan sistem sentralisasi.

Sistem Campuran - Sistem campuran merupakan sistem atau cara pen-gadaan perbekalan dengan mengkombinasikan antara sistem sentralisasi dan desentralisasi. Pertimbangan penggunaan sistem campuran ini selain menja-min ketepatan dalam pemenuhan kebutuhan perbekalan dari setiap unit kerja khususnya kebutuhan perbekalan yang sifatnya spesifik sesuai dengan tugas operasional unit kerja tersebut, juga untuk mendukung program standardisasi dan normalisasi organisasi. Dengan demikian, apabila perbekalan dibutuhkan oleh seluruh unit kerja atau beberapa unit kerja, pengadaan perbekalan di-lakukan dengan sistem sentralisasi, sedangkan apabila kebutuhan perbekalan bersifat khusus untuk suatu unit kerja, pengadaan perbekalan dilakukan den-gan sistem desentralisasi.Ada beberapa alternatif bagi suatu orden-ganisasi untuk memilih dan menentukan sistem pengadaan perbekalan. Sistem pengadaan perbekalan tersebut meliputi sistem sentralisasi, sistem desentralisasi dan sistem campuran.

Sistem Administrasi Keuangan

Pendekatan Ketatalaksanaan keuangan - Dengan pendekatan ketetata-laksanaan keuangan (financial management), maka pembahasan administrasi keuangan mencakup fungsi perencanaan keuangan, ketatalaksanaan peng-gunaan dana, penyediaan atau pengpeng-gunaan dana yang diperlukan. Menurut Robert W. Johnson, fungsi ketatalaksanaan adalah perencanaan keuangan (financial planning), pengambilan keputusan alokasi dana di antara berbagai kemungkinan investasi pada aktiva (managing assets), menarik dana dari luar (raising funds), dan penanganan masalah-masalah khusus (meeting spe-cial problems).

(34)

Hakekat perencanaan adalah analisa, baik analisa intern maupun ekstern, baik jangka pendek, sedang maupun jangka panjang sebagai landasan un-tuk menyususn serangkaian tindakan pada masa mendatang dalam usaha mencapai tujuan tertentu. Perencanaan keuangan mencakup proyeksi ter-hadap aliran kas (cash flows) serta proyeksi terter-hadap kebutuhan investasi pada masa mendatang (capital budgeting). Perencanaan atas aliran masuk dan keluar dari kas dan proses pengambilan keputusan terhadap alokasi dana di antara berbagai kemungkinan merupakan dua fungsi ketatalaksan-aan keuangan yang erat hubungannya.

Jika aliran keluar dari kas melebihi aliran masuk ke kas sebagaimana yang diperkirakan akan terjadi pada masa mendatang dan saldo kas tidak mencukupi untuk menyerap kekurangan, maka perlu diperoleh atau ditarik dana dari luar melalui berbagai bentuk dan kemungkinan pemilihan dan pinjaman yang ada.

Pendekatan Keuangan Negara - Bila administrasi keuangan ditinjau dari sudut pendekatan keuangan negara, maka pembahasan mencakup keuangan badan hukum publik, baik keuangan negara maupun keuangan badan hukum publik yang lebih rendah. Pembahasan biasanya lebih ditekankan pada segi-segi yang berkaitan dengan pengeluaran negara, pendapatan negara, perpa-jakan, hutang negara dan anggaran negara.

Pendekatan Administrasi Negara (public administration) - Dari sudut ad-ministrasi negara, ada dua segi yang berkaitan dengan adad-ministrasi keuangan (Dimock dan Dimock).

1. Pertama, merupakan bidang keuangan yang luas, meliputi fungsi perhitungan dan pemungutan pajak, pemeliharaan dana, hutang negara dan administrasi hutang negara.

2. Kedua, merupakan bagian dari administrasi negara, sebagaimana ditinjau melalui sudut pandangan pimpinan administrasi dan mereka yang mempunyai perhatian terhadap apa yang dilakukannya.

Administrasi keuangan terdiri dari serangkaian langkah di mana dana disediakan untuk pejabat-pejabat tertentu menurut prosedur-prosedur yang dapat menjamin pertanggungjawaban yang sah dan menjamin apa daya guna penggunaan dana tersebut. Bagian utamanya adalah anggaran belanja, pembukuan, pembelian dan persediaan. Anggaran belanja adalah perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang seimbang untuk suatu waktu tertentu.

Di bawah wewenang pimpinan administrasi, anggaran belanja itu meru-pakan catatan pelaksanaan pekerjaan pada masa lalu, suatu metode

Referensi

Dokumen terkait

Individu adalah suatu kesatuan yang masing-masing memiliki ciri khasnya, dan karena itu ada dua individu sama, satu dengan yang lainnya berbeda. 18 Individu

Pelaksanaan Pemusnahan terhadap Barang Milik Negara Yang Berasal Dari Aset Lain-lain yang diserahkan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dilakukan dengan

Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan

Berdasarkan data hasil perbandingan yang terdapat diatas dapat diperoleh bahwa 100% data atau semua tanggal pengujian malasasih yang diujikan telah menghasilkan

Regulasi emosi yang tinggi yang dimiliki oleh beberapa atlet tinju Arhanudse 8 juga menunjukan tingkat agresivitas yang rendah cenderung sportif dalam pertandingan dan

Sedangkan kelompok 2 adalah DKI Jakarta, kelompok 3 adalah provisi Jawa Barat, kelompok 4 adalah provinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan, kelompok 5 adalah

Stanton dalam Basu Swasta (2000 : 85) adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perusahaan yang terdiri dari tujuan untuk adalah suatu system

Inspektot Kabupaten Lampung Barat mempunyai peran dan kedudukan Strategis dalam melaksanakan prioritas pembangunan Kabupaten Lampung Barat di bidang Pemerintaha