• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2019"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA

TAHUN 2019

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmat-Nya sehingga Laporan Kinerja Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara tahun 2019 dapat disusun dengan baik.

Penyusunan Laporan Kinerja ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja lnslansi Pemerintah, Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja lnstansi Pemerintah (SAKIP), dan Permen PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) maka setiap entitas akuntabilitas Kinerja khususnya Satuan Kerja (Satker) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus menyusun dan menyajikan Laporan Kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan Penggunaan Anggaran yang telah dialokasikan. Laporan kinerja Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara merupakan laporan tingkat pencapaian kinerja selama tahun 2019 sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja pada awal tahun 2019, merupakan sasaran program dalam Rencana Aksi Program dengan merujuk pada sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan serta memperhatikan tugas pokok dan fungsi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Pada akhirnya, tidak semua yang kita rencanakan berjalan sesuai dengan harapan dan disadari bahwa laporan ini belum sempurna, namun demikian dengan adanya laporan kinerja ini kami berharap masyarakat dan berbagai pihak dapat memperoleh ga9baran tentang hasil pembangunan kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kinerja Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2019, semoga laporan Kinerja ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi, evaluasi kinerja maupun upaya peningkatan kualitas kinerja Dinas Kesehatan Provinsi

(3)

Semoga informasi yang disajikan dapat bermanfaat bagi kita semua.

(4)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan berisi pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah dalam mencapai tujuan/sasaran strategis. Pencapaian sasaran menyajikan informasi tentang : pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi pencapaian indikator kinerja utama organisasi, penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja dan perbandingan capaian indikator kinerja sampai dengan tahun berjalan dengan target kinerja 5 (lima) tahunan yang direncanakan.

Walau pencapaian Penetapan Kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara sudah dianggap cukup baik, namun dalam pelaksanaannya masih dirasakan ada beberapa hal belum sesuai dengan harapan. Perencanaan yang kurang matang dalam mengimplementasikan rencana kerja merupakan salah satu permasalahan yang mengakibatkan salah satu target penetapan kinerja tidak tercapai.

Pencapaian sasaran strategis Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara harus ditingkatkan untuk tahun anggaran selanjutnya, sehingga beberapa perbaikan dan tindak lanjut mutlak diperlukan. Keberhasilan pencapaian target sendiri disamping ditentukan oleh kinerja faktor internal seperti penganggaran, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, penyediaan logistik (Rapid Diagnostic Test, KIE, Reagen, Vaksin), regulasi (Pergub/Perwako/Perwabup) juga ditentukan oleh dukungan eksternal, seperti kerjasama dengan unit-unit lain di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi serta institusi terkait lainnya. Semoga ke depannya, kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara yang sudah relatif baik ini dapat terus dipertahankan dan dapat memberikan dampak yang signifikan dalam rangka menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit menular dan tidak menular serta meningkatkan kesehatan jiwa.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. RINGKASAN EKSEKUTIF... 3 DAFTAR ISI ... 4 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB 1 PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Visi dan Misi ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tugas Pokok dan Fungsi ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Sumber Daya Manusia... Error! Bookmark not defined. 1.5 Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined. BAB 2 PERENCANAAN KINERJA ... 16 2.1 Perencanaan Kinerja ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Perjanjian Kinerja ... Error! Bookmark not defined. BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Capaian kinerja ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Realisasi Anggaran ... Error! Bookmark not defined. BAB 4 PENUTUP ... Error! Bookmark not defined. 4.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Tindak Lanjut ... Error! Bookmark not defined.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran yang akan dicapai dalam Program Indonesia Sehat pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 (RPJMN 2015-2019) adalah: 1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; 2) meningkatnya pengendalian penyakit; 3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan melalui Pendekatan Keluarga dan GERMAS.

RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 dan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 melalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.02.02/2015, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) telah menyusun Rencana Aksi Program P2P tahun 2015 – 2019 yang merupakan jabaran kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen P2P termasuk langkah-langkah antisipasi tantangan program selama lima tahun mendatang. Dalam perkembangannya Renstra yang telah disusun memerlukan penyesuaian terkait dengan GERMAS, PIS PK dan SPM sehingga pada tahun 2018 dilakukan revisi Renstra Kementerian Kesehatan dengan nomor HK.01.07/MENKES/422/2017. Sesuai amanat Menteri Kesehatan, dengan diterbitkannya Renstra Revisi, maka unit utama harus menjabarkan dalam Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal P2P. Pada revisi RAP Ditjen P2P Tahun 2018 terjadi perubahan indikator dan telah dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Dengan memperhatikan analisis lingkungan eksternal dan internal, selanjutnya diangkat isu-isu strategis yang terkait dengan pembangunan kesehatan di daerah Sulawesi utara sesuai Rencana Strategis tahun 2016-2021 antara lain sebagai berikut :

(7)

kepulauan. Biaya kesehatan meningkat secara signifikan sehingga menyulitkan masyarakat “hampir miskin” yang tidak mendapatkan fasilitas jaminan kesehatan masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan yang baik.

2. Masih tingginya angka kematian ibu melahirkan.

3. Masih tingginya angka kematian bayi.

4. Masih tingginya kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular.

5. Tingginya penyandang masalah kesehatan katarak, stroke, Diabettes Mellitus, obesitas dan stunting di Sulawesi utara

6. Belum terpenuhinya jumlah dan jenis, kualitas serta penyebaran sumberdaya manusia kesehatan.

7. Disparitas status kesehatan yang berbeda antara kabupaten/kota masih cukup lebar terutama di DTPK.Minat tenaga medis, khusus tenaga ahli untuk ditempatkan di daerah-daerah kecil atau terpencil masih kurang.

8. Berbagai jenis penyakit baru muncul sebagai akibat perubahan gaya hidup dan pencemaran lingkungan makin meningkat.

9. Kesadaran akan pola hidup sehat (PHBS) dan sanitasi lingkungan pada sebagian masyarakat terutama di kalangan berpendidikan rendah, miskin, dan menempati daerah kumuh masih rendah.

Laporan kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Dinas Kesehatan provinsi Sulawesi Utara atas pelaksanaan tugas dan fungsi selama Tahun 2019. Disamping itu, laporan kinerja ini merupakan pelaksanaan amanat peraturan perundang-undangan terkait, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Pemerintah. Laporan kinerja ini juga sekaligus menjadi alat atau bahan evaluasi guna peningkatan kinerja Kementerian Kesehatan di masa depan.

(8)

1.2 VISI DAN MISI

Visi dan Misi Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 mengikuti Visi dan Misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini dilaksanakan melalui 7 misi pembangunan yaitu:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin diwujudkan yakni:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

(9)

Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan berkonstribusi dalam tercapainya seluruh Nawa Cita terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Terdapat dua tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan. Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia.

Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome) dalam peningkatan status kesehatan masyarakat melalui indikator yang akan dicapai yakni sebagai berikut:

1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010), 346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).

2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.

3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.

4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.

5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

Peran Ditjen P2P dalam mendukung pencapaian indikator Kementerian Kesehatan yakni menyelenggarakan pencegahan dan pengendalian peyakit secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya melalui kegiatan surveilans dan karantina kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung, pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program P2P.

Visi Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara : “Masyarakat Sulawesi Utara sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”

Misi Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara yaitu untuk mencapai masyarakat Sulawesi Utara sehat yang mandiri dan berkeadilan ditempuh melalui misi sebagai berikut :

(10)

2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersediahnya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik

Peran Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dalam mendukung pencapaian Visi dan Misi Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara yakni menyelenggarakan pencegahan dan pengendalian penyakit secara berhasil guna dan berdaya guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya melalui kegiatan surveilans dan karantina kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung, pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

1.3. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

A. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Sesuai dengan Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 54 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Tipe A Provinsi Sulawesi Utara, maka SKPD Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah Provinsi. Sedangkan Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas melaksanakan urusan di bidang pencegahan pengendalian penyakit menular dan krisis kesehatan, pencegahan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa, surveilans dan imunisasi, serta tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. Untuk Melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai fungsi :

a. Pembinaan pencegahan dan pengendalian penyakit menular b. Pembinaan kesiapsiagaan dan penanggulangan krisis kesehatan c. Pembinaan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular d. Pembinaan pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa e. Pembinaan imunisasi; dan

f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

B. Telaah Posisi Tupoksi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(11)

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dengan sasaran pokok yaitu :

1. Meningkatnya status kesehatan gizi ibu dan anak 2. Meningkatnya pengendalian penyakit

3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan

4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan

5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin 6. Meningkatnya responsivitas sistem kesehatan

Dari sasaran strategis Kementerian Kesehatan diatas terlihat bahwa secara khusus tupoksi bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terkait dengan sasaran ke 2 .

C. Telaah Posisi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dalam Rencana Strategis Provinsi Sulawesi Utara 2016-2021

Dengan mempertimbangkan kemajuan yang telah dicapai pada priode 2010-2015 memperhatikan hasil telaahan visi, misi yang tertuang di dokumen RPJMD, Visi dan Misi Gubernur Provinsi Sulawesi Utara “Terwujudnya Sulawesi Utara berdikari dalam ekonomi, berdaulat dalam politik dan berkepribadian dalam budaya”. Visi provinsi Sulawesi Utara dalam RPJMD 2016-2021 sebenarnya mengacu pada Trisakti yang diwujudkan dalam bentuk :

1. Kedaulatan dalam politik diwujudkan dalam pembangunan demokrasi politik yang berdasarkan hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Kedaulatan rakyat menjadi karakter, nilai ,dan semangat yang dibangun melalui gotong royong dan persatuan bangsa.

2. Berdikari dalam ekonomi diwujudkan dalam pembangunan demokrasi ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan dalam pengelolaan keuangan negara dan pelaku utama dalam pembentukan produksi dan distribusi nasional. Negara memiliki karakter kebijakan dan kewibawaan pemimpin yang kuat dan berdaulat dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi rakyat melalui penggunaan sumber daya ekonomi nasional dan anggaran negara untuk memenuhi hak dasar warga negara.

3. Kepribadian dalam kebudayaan diwujudkan melalui pembangunan karakter dan kegotongroyongan yang berdasar pada realitas kebhinekaan dan kemaritiman sebagai kekuatan potensi bangsa dalam mewujudkan implementasi demokrasi politik dan demokrasi ekonomi Indonesia masa depan. Dengan

(12)

pengembangan daya hidup kebangsaan Indonesia dan masyarakat Provinsi Sulawesi Utara sebagai bagian dari NKRI.

Sesuai dengan harapan ”Terwujudnya Sulawesi Utara Berdikari dalam Ekonomi, Berdaulat dalam Politik dan Berkepribadian dalam Budaya” maka ditetapkan Misi Pembangunan Sulawesi Utara 2016-2021 sebagai berikut :

1. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan memperkuat sektor pertanian dan sumberdaya kemaritiman serta mendorong sektor industri dan jasa

2. Memantapkan pembangunan sumberdaya manusia yang berkepribadian dan berdaya saing

3. Mewujudkan Sulawesi Utara sebagai destinasi investasi dan pariwisata yang berdaya saing

4. Mewujudkan pemerataan kesejahteraan masyarakat yang adil, mandiri dan maju 5. Memantapkan pembangunan infrastruktur berdasarkan prinsip pembangunan

berkelanjutan

6. Mewujudkan Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang Indonesia di kawasan timur 7. Mewujudkan Sulawesi Utara yang berkepribadian melalui tata kelola

pemerintahan yang baik

Dalam Rencana Strategis Provinsi Sulawesi Utara terlihat relevansi tugas pokok dan fungsi bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan visi ke 3 yakni diupayakan peningkatan efektivitas pencegahan dan pengendalian penyakit serta penyehatan lingkungan. Namun demikian relevansinya juga bisa diletakkan pada misi untuk menciptakan Sulawesi Utara yang sejahtera dimana faktor penyakit, dan kesehatan lingkungan merupakan faktor pendukung yang dapat menghambat pencapaian kesejahteraan masyarakat.

D. Struktur Organisasi

Susunan organisasi Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari : a. Sekretariat membawahkan :

1) Sub Bagian Kepegawaian dan Hukum;

2) Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan; dan 3) Sub Bagian Umum.

b. Bidang Kesehatan Masyarakat membawahkan : 1) Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi;

2) Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; dan 3) Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga. c. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit membawahkan:

(13)

d. Bidang Pelayanan Kesehatan membawahkan :

1) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Kesehatan Tradisional; 2) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan; dan

3) Seksi Jaminan Kesehatan Masyarakat.

e. Bidang Sumber Daya Kesehatan, Farmasi dan Alat Kesehatan membawahkan 1) Seksi Farmasi

2) Seksi Alat Kesehatan dan Pangan; dan 3) Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan

Gambar 1.1 Struktur Organisasi

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2019

1.4 SUMBER DAYA MANUSIA

Pada tahun 2019 jumlah pegawai Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara sebanyak 34 orang dengan distribusi yakni Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 1 orang, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa 1 orang, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Krisis Kesehatan 1 orang, Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi 1 orang, Staf Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa sebanyak 8 orang, Staf Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Krisis Kesehatan sebanyak 14 orang dan Staf Seksi Surveilans dan Imunisasi sebanyak 8 orang.

(14)

Grafik 1.1

Distribusi Pegawai berdasarkan pendidikan pada Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2019

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa distribusi pegawai Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi adalah Strata 1 sebanyak 21 orang (61%), Strata 2 sebanyak 7 orang (21%), Diploma 3 sebanyak 3 orang (9%) dan tingkat pendidikan SMP/SPK, SMA dan Diploma 1 masing-masing 1 orang (3%).

Grafik 1.2

Distribusi Pegawai berdasarkan golongan pada Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2019

(15)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa distribusi pegawai Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan pangkat tertinggi yaitu IIId sebanyak 14 orang (41%), IIIc sebanyak 8 orang (24%), IIIb sebanyak 7 orang (21%), IVa sebanyak 2 orang (6%) dan IVc, IVb serta IIIa masing-masing 1 orang (3%).

Grafik 1.3

Distribusi Pegawai berdasarkan jabatan pada Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2019

P2

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa distribusi pegawai Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan jabatan fungsional yaitu JFT Epidemologi sebanyak 3 orang (9%), JFU sebanyak 27 orang (79%), dan Jabatan Struktural sebanyak 4 orang (12%)

(16)

1.5 Sistematika Penulisan

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issue) yang sedang dihadapi organisasi.

2. Bab II Perencanaan Kinerja

Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2019.

3. Bab III Akuntabilitas Kinerja a. Capaian Kinerja Organisasi

Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. b. Realisasi Anggaran

Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan dan telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja

4. Bab IV Penutup

Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya

(17)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Perencanaan kinerja merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. Perencanaan kinerja instansi pemerintah terdiri atas tiga dokumen Perencanaan yaitu Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan perencanaan 5 tahunan, Rencana Kerja (Renja), dan Perjanjian Kinerja (PK) yang merupakan perencanaan tahunan. Perencanaan 5 tahunan Dinas Kesehatan Provinsi khususnya dana Dekonsentrasi berasal dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, Rencana Aksi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Rencana Aksi Kegiatan Direktorat pada Ditjen P2P dan Rencana Kerja (Renja) Ditjen P2P. Sasaran dan indikator kinerja sasaran kemudian dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi.

Rencana Aksi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut:

1. Persentase cakupan keberhasilan pengobatan TB/Success Rate, sebesar 90% pada akhir tahun 2019.

2. Prevalensi HIV, sebesar <0,5% pada akhir tahun 2019.

3. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi malaria sebesar 300 Kabupaten/Kota pada akhir tahun 2019.

4. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta sebesar 34 Provinsi pada akhir tahun 2019. 5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi filariasis sebesar 35 Kabupaten Kota pada akhir

tahun 2019.

6. Persentase Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu, sebesar 40% pada akhir tahun 2019.

7. Persentase Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah, sebesar 100% pada akhir tahun 2019.

8. Persentase Kab/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%, sebesar 50% pada akhir tahun 2019.

9. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan/atau Napza, sebesar 280 Kab/Kota pada akhir tahun 2019.

Rencana Aksi Program tersebut selanjutnya diturunkan dalam indikator untuk Direktorat dan Dinas Kesehatan Provinsi dengan penjabaran sebagai berikut

(18)

Tabel 2.1.

Cascading Indikator RAP, RAK dan Dana Dekonsentrasi Tahun 2019

Indikator Kinerja pada RAP Ditjen P2P

Indikator Kinerja pada RAK Direktorat/Setditjen P2P

Indikator Kinerja Dana Dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi 1. Persentase cakupan keberhasilan

pengobatan TB/Success Rate

1. Persentase Kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar

1. Persentase Kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar

2. Prevalensi HIV 2. Persentase kasus HIV yang diobati 2. Persentase kasus HIV yang diobati 3. Jumlah provinsi dengan eliminasi

kusta

3. Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat

3. Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat

4. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi malaria

4. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API <1 per 1.000 penduduk

4. Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar

5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi filariasis

5. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka Mikrofilaria menjadi 1%

5. Jumlah Kabupaten/Kota yang

melaksanakan POPM Kecacingan daerah non endemis Filariasis dan daerah pasca POPM Filariasis

6. Persentase Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu

6. Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap

6. Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap 7. Persentase anak usia 12-24 bulan yang

mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib Lanjutan

7. Persentase Kab/Kota yang

melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%

8. Persentase Puskesmas yang

melaksanakan pengendalian PTM terpadu

7. Persentase Puskesmas yang

melaksanakan pengendalian PTM terpadu 9. Persentase desa/kelurahan yang

melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

8. Persentase desa/kelurahan yang

melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

10. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

9. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

11. Persentase Puskesmas yang

melaksanakan deteksi dini dan rujukan

10. Persentase Puskesmas yang

(19)

Indikator Kinerja pada RAP Ditjen P2P

Indikator Kinerja pada RAK Direktorat/Setditjen P2P

Indikator Kinerja Dana Dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi

kasus katarak kasus katarak

8. Persentase Kabupaten/ Kota yang mempunyai kebijakan

kesiapsiagaan dalam

penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah

12. Persentase kab/kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam

penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah

11. Jumlah kab/kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam

penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah 13. Persentase respon penanggulangan

terhadap sinyal kewaspadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten/kota

12. Persentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewaspadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten/kota

14. Jumlah Kabupaten/kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan

pengendalian penyakit infeksi emerging

13. Jumlah Kabupaten/kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan

pengendalian penyakit infeksi emerging 9. Jumlah kab/kota yang memiliki

puskesmas yang

menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan / atau Napza

15. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan / atau Napza

14. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan / atau Napza 16. Jumlah Kabupaten/Kota yang

menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah

penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

15. Jumlah Kabupaten/Kota yang

menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah

penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) 17. Jumlah Provinsi yang menyelenggarakan

upaya pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan NAPZA di 30% SMA dan yang sederajat

16. Jumlah Provinsi yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan NAPZA di 30% SMA dan yang sederajat

- 18. Persentase Satker Program P2P yang

memperoleh nilai SAKIP dengan hasil minimal AA

17. Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasi

(20)

Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi dengan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit merupakan dokumen pernyataan dan kesepakatan kinerja antara Dinas Kesehatan Provinsi dengan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit untuk mewujudkan target-target kinerja sasaran Ditjen P2P pada akhir Tahun 2019. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi disusun berdasarkan pada indikator yang tertuang dalam RAK dan Renja serta telah mendapat persetujuan anggaran. Target-target kinerja sasaran kegiatan yang ingin dicapai Dinas Kesehatan Provinsi dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2019

No Sasaran Program Indikator Target

I. Bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap

Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap

93%

II. Kabupaten/Kota melaksanakan surveilans penyakit potensial KLB dan melakukan respons terhadap sinyal kewaspadaan (alerta) yang muncul dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons)

Persentase respons terhadap sinyal kewaspadaan dini (alert) penyakit potensial KLB yang muncul dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon)

85%

III. Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi emerging

Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi emerging

15

IV. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vector dan zoonotic

Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar

95%

Jumlah Kab/Kota dengan IR DBD ≤ 49 per 100.000

7

Persentase Kab/Kota yang eliminasi rabies

35%

Jumlah Kab/Kota intervensi stunting yang melakukan POPM Cacingan dengan cakupan ≥ 75% dari sasaran minum obat

(21)

V. Menurunnya penyakit menular langsung

Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat

91%

Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar

79%

Persentase kasus HIV yang diobati 55%

Persentase kab kota yang melaksanakan deteksi dini hepatitis B dan C pada kelompok beresiko

80%

VI. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; meningkatnya

pencegahan dan

penanggulangan penyakit tidak menular.

Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah.

50%

Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu

50%

Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM

50%

Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher Rahim pada perempuan usia 30-50 tahun

50%

VII. Meningkatnya kesehatan jiwa dan meningkatnya pencegahan penyalahgunaan napza

Jumlah Provinsi yang

menyelenggarakan upaya

pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan NAPZA di 30% SMA dan yang sederajat

1

VIII. Meningkatnya Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasi

100%

Pada Perjanjian Kinerja Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2019 telah dialokasikan anggaran sebesar Rp. 8.397.712.000,-

(22)

BAB III

AKUNTABILITAS 3.1. Capaian kinerja

Pada bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja per setiap indikator :

Indikator : Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap sebesar 93%

1. Penjelasan indikator : Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah penyebaran penyakit menular dengan memberikan vaksin tertentu yang spesifik untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap suatu penyakit. Pemberian vaksin ini akan melindungi dari penularan penyakit tertentu sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Pemberian imunisasi kepada individu akan memberikan perlindungan secara individu yang kemudian, apabila banyak individu yang mendapatkan perlindungan, maka secara komunitas di suatu daerah akan terlindungi dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Perlindungan komunitas ini juga dapat melindungi individu-individu yang tidak mendapatkan perlindungan baik karena belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap imunisasinya.

Perlindungan komunitas di suatu daerah dapat terbentuk apabila cakupan imunisasi dasar terpenuhi secara lengkap sesuai ketentuan minimal pada 93% sasaran bayi berusia 0 sampai 11 bulan yang ada di daerah tersebut. Dengan 93% sasaran yang mendapatkan imunisasi secara lengkap, maka 7% sisa sasaran bayi di daerah tersebut turut terlindungi. Apabila suatu daerah (dalam hal ini kabupaten/kota) memiliki cakupan imunisasi dasar lengkap minimal 93% dari sasaran bayinya, maka kabupaten/kota tersebut memiliki sasaran yang diharapkan telah terlindungi dari PD3I.

2. Definisi Operasional : Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap meliputi 1 dosis Hep B pada usia 0-7 hari, 1 dosis BCG, 4 dosis Polio, 3 dosis DPT-HB (atau DPT-HB-Hib), serta 1 dosis campak selama kurun waktu 1 tahun. 3. Rumus/Cara perhitungan : Jumlah bayi 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar

(23)

bertahan hidup (surviving infant) di suatu wilayah pada kurun waktu yang sama di kali 100%.

Target indikator tahun 2019 adalah 93% di Provinsi Sulawesi Utara. Pada capaian program tahun 2019 telah dicapai 91,1 % bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL), ini berarti untuk Indikator Persentase bayi usia 0 -11 bulan yang mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap belum mencapai target. seperti yang terlihat dalam grafik dibawah ini.

Grafik 3.2

Target dan Capaian Indikator Persentase Anak Usia 0 s.d 11 Bulan yang Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2016 s.d 2019

Pada grafik diatas menunjukkan bahwa target pencapaian untuk pelaksanaan kegiatan tersebut di Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2019 belum mencapai target yaitu 91.1% dilihat dari target Nasional sebesar 93%. Dilihat dari capaian program tahun 2016 sampai dengan 2019 dimana pada tahun 2019 cakupan IDL mengalami kenaikan dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Tiga kabupaten/kota tertinggi dalam capaian indikatornya adalah Kota Tomohon (106%), Kabupaten Minahasa (104%) dan Kota Manado (103%). Untuk kabupaten/kota terendah di tahun 2019 adalah Kabupaten Bolaang Mongondow yaitu sebesar 69.3%. Belum tercapainya target yang ditentukan disebabkan karena seluruh resources tahun ini disetiap level terfokus pada KIMR, imbas hoax tentang imunisasi MR, orang tua enggan membawa anak ke posyandu atau puskesmas untuk imunisasi rutin, issue nasional tentang halal haram

(24)

vaksin MR terkait kepercayaan masyarakat berimbas pada imunisasi secara rutin /umum.

4. Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Imbas dari isu vaksin secara nasional dan pengaruh medsos pada KIMR, banyak orang tua enggan membawa anak-anak ke Posyandu sehingga Capaian IDL masih rendah

5. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target indicator:

- Pelatihan/Workshop petugas dalam rangka imunisasi rutin tingkat provinsi - Orientasi pelaksanaan imunisasi rutin tingkat Kab/Kota

- Supervisi Suportif ke 15 Kab/Kota

- Surveilans KIPI Pelaksanaan Imunisasi di 3 Kab/Kota - Distribusi logistic Vaksin ke 4 Kab/Kota

6. Kendala/masalah yang dihadapi

- Laporan Imunisasi HB 0 dari RS, ada yang tidak terlapor ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sehingga berpengaruh terhadap cakupan HB0 secara khusus dan cakupan IDL secara umum.

- Pelaksana program Imunisasi di tingkat puskesmas rangkap tugas bahkan ada sebagai bendahara BOK.

- Alokasi untuk kegiatan sweeping di tingkat puskesmas dari BOK minim dan tidak teralokasi anggaran untuk kegiatan BIAS di beberapa puskesmas di kabupaten/kota

7. Pemecahan Masalah

- Mengirim feedback laporan capaian Program Surveilans dan Imunisasi ke Bupati/Walikota se Provinsi Sulawesi Utara

- Membangun jejaring pelaporan Imunisasi HB 0 dengan rumah sakit-rumah sakit yang melakukan pelayanan persalinan ibu, melalui surat resmi untuk memberikan laporan ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota

- Meningkatkan kesadaran masyarakat (orang tua) tentang pentingnya imunisasi melalui edukasi kepada TP PKK, kelompok organisasi masyarakat, kelembagaan keagamaan dan lain-lain oleh Tim Kesehatan mulai dari tingkat puskesmas sampai dengan provinsi serta meningkatkan kesadaran masyarakat melalui Gerakan Masyarakat Peduli Imunisasi (GEMPI) melalui pergerakan stakeholder di tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa dan Kelurahan.

(25)

- Sosiaisasi tentang tujuan dan manfaat serta jadwal imunisasi kepada masyarakat umum melalui media sosial, website Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, media cetak dan elektronik

8. Efisiensi penggunaan sumber daya

Efisiensi sumber daya dihitung dari capaian kinerja dikurangi realisasi anggaran. Pada indikator Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap capaian kinerja sebesar 98% telah dicapai dengan anggaran 88,72% sehingga terdapat efisiensi sumber pembiayaan sebesar 9,28%

Indikator : Presentase respon terhadap sinyal kewapadaan dini (alert) penyakit potensial KLB yang muncul dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan DIni dan Respon) di kabupaten/kota sebesar 85%

1. Penjelasan indikator : Indikator respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD) dan Kejadian Luar Biasa (KLB), dilakukan oleh seluruh kabupaten/kota dan puskesmas yang ada di Provinsi Sulawesi Utara. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadiaan kesakitan kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Undang Undang Wabah, 1984). Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD KLB) merupakan kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya- upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat. Respon sinyal SKD dan KLB adalah respon kewaspadaan dini yang dilakukan dalam rangka mengantisipasi terhadap terjadinya penyakit potensial KLB yang diperoleh berdasarkan deteksi dini KLB di wilayah kerja Dinas Kesehatan kabupaten/kota atau Puskesmas dan atau dari permintaan stakeholder serta respon penanggulangan KLB sesuai dengan pedoman.

2. Definisi Operasional : Persentase respon atas sinyal kewaspadaan dini pada Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

3. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah sinyal kewaspadaan dini yang direspon oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau puskesmas dalam kurun waktu satu tahun dibagi Jumlah sinyal kewaspadaan dini yang muncul pada Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Puskesmas di kab/kota tersebut di atas di kali 100%.

(26)

Target Perjanjian Kinerja untuk indikator Presentase respon terhadap sinyal kewapadaan dini (alert) penyakit potensial KLB yang muncul dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon) di kabupaten/kota adalah 85 %, sementara target nasional adalah sebesar 90%, dan capaian indicator ini adalah sebesar 93.09% melebihi target perjanjian kinerja sebesar 85% dan target nasional sebesar 90% sehingga didapat capaian kinerja sebesar 103.4%

Grafik 3.4.Capaian respon terhadap sinyal kewaspadan dini (alert) penyakit potensial KLB yang muncul dalam sintem kewaspadaan dini dan respon (SKDR) Tahun 2017 - 2019

Pada grafik diatas menunjukkan bahwa target pencapaian untuk pelaksanaan kegiatan tersebut di Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2019 sudah mencapai target sebesar 93.09%. Adapun tiga kabupaten/kota dengan alert yang direspons secara baik yaitu Kota Kotamobagu sebanyak 50 alert yang dilaporkan dari 50 kejadian peringatan dini penyakit, Kabupaten Minahasa Tenggara sebanyak 191 alert yang dilaporkan dari 192

(27)

kejadian peringatan dini penyakit dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebanyak 94 alert yang dilaporkan dari 95 kejadian peringatan dini penyakit. Sedangkan kabupaten/kota dengan alert terendah dari puskesmas yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dimana hanya 15 alert yang dilaporkan dari 48 kejadian peringatan dini penyakit di puskesmas. Dilihat dari target sebesar 85% disimpulkan sudah memenuhi target capaian. Sedangkan dalam Renstra dan Renja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tidak terdapat indicator tersebut.

5. Analisa Penyebab Keberhasilan

- Melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dengan Full Investigation;

- Kecepatan share informasi melalui jejaring surveilans yang difasilitasi dalam WAG TGC Sulut;

6. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target indicator - Penyelidikan epidemiologi (PE) KLB dan wabah

- Penemuan kasus discarded campak dan PD3I lainnyan : pelacakan kasus discarded campak/AFP/PD3I, pengambilan pengiriman specimen campak/rubella, AFP dan PD3I, Surveilans aktif rumah sakit dan yankes swasta mingguan campak/rubella/AFP/PD3I, kunjungan ulang 60 hari kasus AFP

- Workshop petugas surveilans kab/kota dalam rangka kewaspadaan dini dan respon penyakit berpotensi KLB

7. Kendala/masalah yang dihadapi

1. Transfer of knowledge dari tingkat kabupaten/kota ke tingkat puskesmas terkait perkembangan pelaksanaan program Surveilans terputus dengan alasan tidak ada anggaran pertemuan dan bimbingan teknis ke level puskesmas (hal tersebut terdapat di 50% kabupaten kota dari 15 kabupaten yang ada di Sulawesi Utara) 2. Beberapa puskesmas tidak melapor ke server pusat sehingga kelengkapan SKDR

masih rendah dengan berbagai macam alasan seperti jaringan;

3. Pengelola Surveilans kabupaten/kota ada beberapa (35%) yang tidak melakukan verifikasi alert ke Sistem pelaporan SKDR Online dengan alasan tidak ada jaringan internet di dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga persentase alert/kewaspadaan dini yang direspon di sistem saat terevaluasi di tingkat provinsi dan pusat masih rendah

8. Pemecahan Masalah

- Peningkatan sosialisasi SKDR tingkat Kab/Kota dan puskesmas. - Melaksanakan bimbingan teknis dan atau On the Job Training (OJT) - Menggerakanan surveilans berbasis masyarakat

(28)

Pada indikator Persentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewapadaan dini kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di kabupaten/kota, capaian 109,5% telah dicapai dengan menggunakan anggaran sebesar 88,4% sehingga kegiatan tersebut telah efisien dengan efisiensi sebesar 21,5%

Indikator : Jumlah Kabupaten/Kota Yang Mampu Melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi Emerging Sebanyak 15 Kabupaten/Kota

1. Penjelasan indikator : Penyakit infeksi emerging adalah penyakit yang muncul dan menyerang suatu populasi untuk pertama kalinya atau telah ada sebelumnya namun meningkat dengat sangat cepat, baik dalam jumlah kasus baru di dalam suatu populasi atau penyebarannya ke daerah geografis yang baru. Penyakit infeksi emerging termasuk penyakit infeksi yang pernah terjadi di suatu daerah pada masa lalu, kemudian menurun atau telah dikendalikan, namun dilaporkan lagi dalam jumlah yang meningkat. Bentuk lainnya lagi adalah penyakit lama yang muncul dalam bentuk klinis yang baru, yang bisa jadi lebih parah atau fatal. Selain itu kini ada juga penyakit new emerging desease atau penyakit emerging yang sebelumnya belum pernah ada seperti flu burung, MERS CoV, ebola dan zika. Pencegahan dan pengendalian penyakit menular termasuk PIE bisa disinergikan dengan pengendalian faktor resiko penyakit, deteksi dini dengan pendekatan keluarga dan lain-lain.

2. Definisi Operasional : Jumlah kabupaten/kota yang memiliki TGC aktif, melakukan pengamatan mingguan dan atau penilaian resiko berkala, memiliki NSPK penanggulangan PIE dan memiliki pembiayaan penanggulangan PIE.

3. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kabupaten/kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi emerging.

4. Target untuk indicator Jumlah Kab/Kota yang mampu melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi Emerging Provinsi Sulawesi Utara adalah 15 Kab/Kota dengan capaian 100% atau 15 Kab/Kota. Ini berarti capaian kinerja sebesar 100%

Grafik 3.4

Jumlah Kabupaten/Kota Yang Mampu Melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi Emerging Provinsi Sulawesi Utara

(29)

Berdasarkan tabel diatas diketahui sebanyak 15 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara telah mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian Penyakit Infeksi Emerging selama tahun 2017 sampai dengan 2019. Jika dilihat dari target perjanjian kinerja sebesar 15 kab/kota maka indicator tersebut sudah tercapai. Dalam Renstra dan Renja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2019 tidak terdapat indicator tersebut. Untuk penganggaran untuk indikator penyakit infeksi emerging tidak tertata dalam dana Dekosentrasi 2019, namun bisa digunakan untuk kegiatan respon KLB dan wabah seperti SARS PD3I dan lain-lain. 5. Analisa Penyebab Keberhasilan

- Sosialisasi program surveilans ke rumah sakit–rumah sakit, puskesmas dan dokter spesialis anak.

- Workshop para pelaksana program tingkat kabupaten/kota untuk surveilans dan program imunisasi untuk tingkat kabupaten/kota dan puskesmas

- Surveilans Aktif Rumah Sakit (SARS) oleh tim surveilans provinsi, kabupaten/kota/puskesmas

6. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target indikator - Verifikasi Rumor PIE

7. Kendala/masalah yang dihadapi

Secara umum pelaksana surveilans tingkat puskesmas dan kab/kota rangkap tugas sehingga pelaporan menjadi terhambat ke level provinsi

8. Pemecahan Masalah

Meningkatkan koordinasi melalui komunikasi WAG 9. Efisiensi penggunaan sumber daya

(30)

Pada indikator Jumlah kabupaten/kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian Penyakit lnfeksi Emerging dengan capaian 100% dapat dicapai dengan menggunakan anggaran sebesar 90,4% sehingga kegiatan tersebut telah efisien dengan efisiensi sebesar 9,6%

Indikator : Persentase Kasus Malaria Positif Yang Diobati Sesuai Standar Sebesar 95% 1. Penjelasan indikator : Eliminasi malaria saat ini telah dicanangkan oleh pemerintah

melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/MENKES/KEP/IV/2009 Tanggal 28 April 2009. Selain itu malaria merupakan salah satu target dalam Milenium Development Goals (MDG’s) yang harus dicapai oleh Indonesia yaitu Goal 6 tentang mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus malaria. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan dunia pada umumnya dan pada khususnya di Provinsi Sulawesi Utara, ini ditandai dengan banyaknya kasus klinis dan positif malaria dibeberapa kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Utara. Tahun 2019 dari 8988 sediaan darah yang diperiksa, terdapat 685 kasus malaria positif. Kota Manado adalah kabupaten dengan kasus malaria tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu sebanyak 136 kasus diikuti oleh Kota Bitung sebanyak 103 kasus dan Kabupaten Minahasa Tenggara sebanyak 79 kasus. Sedangkan Kota Kotamobagu merupakan kabupaten/Kota yang tidak ditemukan kasus malaria positif.

Sesuai dengan panduan penanggulang malaria nasional, maka kebijakan utama dalam penanggulangan malaria terutama dalam penanganan kasus malaria positif yang diobati sesuai standar adalah sebagai berikut.

1. Semua penderita yang dicurigai malaria harus dikonfirmasi laboratorium baik menggunakan mikroskop maupun test diagnostic cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT). Berdasarkan cakupan konfirmasi laboratorium menunjukan semua pemeriksaan klinis malaria sudah dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium (mikroskop dan RDT) sebanyak 100%

2. Pengobatan menggunakan terapi kombinasi Artemisin (Artemisin based Combination Therapy/ACT). Persentase penderita malaria yang diobati merupakan persentase penderita malaria yang diobati sesuai pengobatan standar dalam kurun waktu satu tahun dibandingkan dengan jumlah kasus malaria positif dalam tahun tersebut.

2. Definisi Operasional : Persentase penderita malaria yang diobati sesuai pengobatan standar tata laksana malaria dalam kurun waktu satu tahun

(31)

3. Rumus/Cara perhitungan: jumlah penderita malaria yang diobati sesuai pengobatan standar dalam kurun waktu satu tahun dibagi dengan jumlah kasus malaria positif dalam tahun tersebut dikali 100 %

4. Capaian Indikator

Grafik 3.7.Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar Tahun 2016 - 2019

Semua Kabupaten/kota telah melakukan pengobatan sesuai standar terhadap kasus malaria positif. Target Tahun 2019 adalah 95% penderita diobati sesuai pengobatan standar, dan hasil capaian adalah 100% penderita diobati sesuai standar.

(32)

Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar telah tercapai targetnya di tahun 2019 yaitu sebesar 95%. Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan tersebut seperti :

- Diagnosa Dini

Diagnosa malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosa pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau tes diagnostic cepat (RDT-Rapid Diagnostic Test)

- Pengobatan Yang Efektif

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh stadium parasite yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapatkan kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan

- Skrining Malaria Pada Ibu Hamil

Kegiatan skrining ibu hamil dilakukan di kabupaten/kota endemis sedang dan endemis rendah malaria yang masih memiliki desa atau puskesmas endemis tinggi dan sedang malaria. Ibu hamil merupakan salah satu populasi berisiko apabila tertular malaria, kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi risiko penularan pada ibu hamil.

6. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target indikator

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencapai indikator tersebut, antara lain: - Penguatan tenaga mikroskopis dan crosschecker Malaria

- Penguatan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria - Survei Darah Massal Malaria

7. Kendala/masalah yang dihadapi

Kegiatan pengobatan kasus malaria positif di Provinsi Sulawesi Utara telah mencapai target yang ditetapkan, namun masih terdapat permasalahan yang menjadi tantangan seperti:

- Kualitas dan kapasitas tenaga mikroskopis, paramedic dan medis

- Pemantapan mutu laboratorium malaria (uji silang) yang masih belum optimal - Keterbatasan akses swasta, hard reach population

- Manajemen logistic 10. Pemecahan Masalah

(33)

Beberapa permasalahan yang disebutkan diatas memerlukan pemecahan masalah sehingga kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien dan indikator dapat dicapai. Berikut ini beberapa pemecahan masalah yang dilakukan:

- Penguatan advokasi dan sosialisasi kepada mitra termasuk swasta

- Peningkatan pemantapan mutu laboratorium baik mikroskopis maupun RDT - Optimalisasi penggunaan RDT di daerah remote

- Peningkatan kapasitas SDM

- Peningkatan akses untuk un-reach population - Manajemen logistik

11. Efisiensi penggunaan sumber daya

Pada indikator Persentase kasus Malaria positif yang di obati sesuai standar, capaian kinerja sebesar 105,3% telah berhasil dicapai dengan anggaran sebesar 86.6% sehingga kegiatan tersebut telah efisien dengan efisiensi sebesar 18,7%.

Indikator : Jumlah Kab/Kota dengan IR DBD ≤ 49 per 100.000 Sebanyak 7 Kabupaten/Kota

1. Definisi Operasional : Kab/Kota dengan angka yang menunjukkan kasus atau kejadian penyakit DBD dalam suatu populasi pada waktu tertentu ≤ 49 per 100.000

2. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kabupaten/kota dengan IR DBD ≤ 49 per 100.000 dalam satu tahun.

3. Target indikator tahun 2019 adalah 7 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara. Pada realisasi pencapaian tahun 2019 telah dicapai 3 kabupaten/kota dengan IR DBD ≤ 49 per 100.000 , hal ini berarti tidak mencapai target yang telah ditentukan. 4. Capaian Indikator

(34)

Berdasarkan grafik diatas, untuk indikator jumlah kabupaten/kota dengan IR DBD ≤ 49 per 100.000 penduduk tidak tercapai. Dari target 7 Kab/Kota, yang tercapai hanyalah 3 Kab/Kota. Kabupaten/Kota yang memiliki IR ≤ 49 yaitu Kabupaten Sitaro (48), Kab. Bolaang Mongondouw (49) dan Kab. Bolaang Mongondouw Selatan (17). Sedangkan sisanya memiliki IR DBD diatas 49.

5. Analisa Penyebab Kegagalan

- Angka kasus DBD diawal tahun yang meningkat secara signifikan karena curah hujan tinggi

- Kurangnya kesadran dan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 3M Plus

- Pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) yang belum dapat dilaksanakan di Kab/Kota.

5. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target indicator

- Sosialisasi ABJ (Angka Bebas Jentik) dengn akselerasi pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di 2 Kab/Kota

- Pertemuan Peningkatan Kapasitas Tata Laksana DBD 15 Kab/Kota

6. Kendala/masalah yang dihadapi

1) Masyarakat yang bersikap masa bodoh dan tidak mau berperan serta dalam pelaksanakan PSN melalui 3M Plus

2) G1R1J yang belum dapat dilaksanakan di kab/kota 7. Pemecahan Masalah

1) Sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat tentang pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui 3M Plus sebagai cara yang paling efektif untuk memberantas nyamuk penyebab DBD.

2) Kerjasama dengan lintas sektor mengenai pelaksanaan G1R1J di Kab/Kota 11. Efisiensi penggunaan sumber daya

Pada Indikator Jumlah Kab/Kota dengan IR DBD ≤ 49 per 100.000, capaian kinerja sebesar 42,8% telah dicapai dengan anggaran 85,76% sehingga kegiatan tersebut telah efisien dengan efisiensi sebesar (-14,24%)

(35)

Indikator : Persentase Kab/Kota yang eliminasi rabies sebesar 35%

1. Penjelasan indikator : Indikator ini digunakan untuk melihat jumlah kabupaten/kota dengan tidak adanya peningkatan kasus kematian akibat rabies ataupun tidak adanya kasus kematian akibat rabies selama dua tahun berturut-turut atau lebih.

2. Definisi Operasional : Persentase Jumlah kabupaten/kota dengan tidak adanya peningkatan kasus kematian akibat rabies ataupun tidak adanya kasus kematian akibat rabies selama dua tahun berturut-turut atau lebih.

3. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kabupaten/kota dengan tidak adanya peningkatan kasus kematian akibat rabies ataupun tidak adanya kasus kematian akibat rabies selama dua tahun berturut-turut atau lebih dibagi jumlah seluruh kabupaten kota

4. Capaian Indikator

Target indikator tahun 2019 adalah 35% atau sebanyak 5 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara. Pada realisasi kinerja 2019 telah dicapai 46% atau 7 kabupaten/kota dengan tidak adanya peningkatan kasus kematian akibat rabies ataupun tidak adanya kasus kematian akibat rabies selama dua tahun berturut-turut 5. Analisa Penyebab Keberhasilan

Kasus gigitan hewan penular terlaporkan di fasyankes sehingga dilakukan penanganan luka sesuai SOP dan adanhya kerja sama dengan lintas sektor terkait terutama Dinas Pertanian untuk penanganan pada hewan penular rabies.

6. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target indikator

- Pelatihan Pengendalian Rabies Terpadu dengan Pendekatan One Health di 2 Kab/Kota

(36)

7. Kendala/masalah yang dihadapi

- Petugas pengelola Program di Puskesmas yang sering mutasi - Belum maksimalnya pengaplikasian One Health di lapangan.. - Kurangnya SDM di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

8. Pemecahan Masalah

- Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

- Melakukan pertemuan lintas sektor untuk pengaplikasian konsep one health

11. Efisiensi penggunaan sumber daya

Pada indikator Persentase Kab/Kota yang eliminasi rabies, capaian kinerja sebesar 131,4% telah berhasil dicapai dengan anggaran 96,09% sehingga kegiatan tersebut telah efisien dengan efisiensi sebesar 35,31%

Indikator : Jumlah Kabupaten/Kota intervensi stunting yang melakukan POPM Cacingan dengan cakupan ≥ 75 % dari sasaran minum obat Sebanyak 2 Kabupaten/Kota

1. Penjelasan indikator : Indikator ini digunakan untuk melihat jumlah kabupaten/kota intervensi stunting yang berhasil melaksanakan kegiatan Pemberian Obat Pengobatan Massal (POPM) Kecacingan dengan cakupan ≥ 75 % dari sasaran minum obat di daerah non endemis filariasis dan daerah pasca Pemberian Obat Pengobatan Massal (POPM) Filariasis dalam kurun waktu satu tahun

2. Definisi Operasional : Jumlah kabupaten/kota intervensi stunting yang telah selesai melakukan Pemberian Obat Pengobatan Massal POPM Filariasis Kecacingan selama 1 tahun pada kelompok resiko tertentu yaitu anak usia sekolah dasar

3. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kabupaten/kota intervensi stunting yang telah selesai melakukan Pemberian Obat Pengobatan Massal (POPM) Filariasis Kecacingan pada kelompok resiko tertentu yaitu anak usia sekolah dasar dalam kurun waktu 1 tahun

(37)

Target indikator tahun 2019 adalah 2 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara. Pada realisasi kinerja 2019 telah dicapai 2 kabupaten/kota intervensi stunting yang berhasil melakukan POPM kecacingan dengan capaian 2019 sebesar 100% yaitu Kab. Bolaang Mongondow Utara dan Kab. Bolaang Mongondow. Lokus penetapan stunting ini dimulai tahun 2018 dimana tahun 2018 1 (satu) Kabupaten intervensi Stunting yaitu Kab. Bolaang Mongondow Utara. Namun sejak tahun 2015, Seluruh Kabupaten/Kota (15 Kab/Kota) melakukan POPM cacingan dengan cakupan ≥ 75 % dari sasaran minum obat seperti yang terlihat dalam grafik berikut ini.

Grafik 3.7

Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan POPM Cacingan dengan cakupan ≥ 75 % dari sasaran minum obat Tahun 2019

(38)

5. Analisa Penyebab Keberhasilan

Penanganan kasus kecacingan ditangani sesuai prosedur dan sangat tergantung pada pemberi pelayanan atau sumber daya manusia dan promosi kesehatan yang dilakukan baik dari program kecacingan maupun kerja sama dengan lintas program dan lintas sector terkait Dinas Pendidikan, Pemerintah Daerah (Camat, Lurah, Kades) Dinas Lingkungan Hidup, Badan Ketahanan Pangan, Dinas Informasi dan Komunikasi, LSM).

6. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target indikator Beberapa Upaya yang dapat dilakukan :

- Sosialisasi dan Advokasi Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Kecacingan pada Daerah Stunting

- Pelaksanaan POPM Filariasis dan Kecacingan, Supervisi oleh Petugas Provinsi - Monitoring dan Evaluasi Pasca POPM Kecacingan

7. Kendala/masalah yang dihadapi

- Petugas pengelola Program di Puskesmas yang sering mutasi

- Laporan kegiatan POPM Kecacingan dari Puskesmas tidak dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sehingga data POPM Kecacingan di Dinas Kesehatan Provinsi tidak ada

- Kurangnya SDM di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 8. Pemecahan Masalah

- Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

- Mengirim Surat Edaran ke Kabupaten/Kota tentang Pelaksanaan dan Pelaporan POPM Kecacingan

(39)

Pada indikator Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan POPM Kecacingan daerah non endemis Filariasis dan daerah pasca POPM Filariasis, capaian kinerja sebesar 100% telah berhasil dicapai dengan anggaran 96,64% sehingga kegiatan tersebut telah efisien dengan efisiensi sebesar 3,36%

Indikator : Persentase Cakupan Penemuan Kasus Baru Kusta Tanpa Cacat Sebesar 91%

1. Penjelasan indikator : Eliminasi merupakan upaya pengurangan terhadap penyakit secara berkesinambungan di wilayah tertentu sehingga angka kesakitan penyakit tersebut dapat ditekan serendah mungkin agar tidak menjadi masalah kesehatan di wilayah yang bersangkutan. Eliminasi kusta berarti angka prevalensi <1/10.000 penduduk. Secara nasional, Indonesia telah mencapai eliminasi sejak tahun 2000, sedangkan eliminasi tingkat provinsi ditargetkan dapat dicapai pada tahun 2019. Untuk itu salah satu strategi percepatan eliminasi kusta adalah peningkatan penemuan kasus kusta secara dini di masyarakat sebelum terjadi kecacatan, pengobatan secara tepat dan tuntas. Karena jika sudah terjadi kecacatan, akan meninggalkan sequelle atau akibat sisa, sekalipun diobati dan sembuh, serta tidak menularkan tetapi sequelle itulah yang menimbulkan stigma di tengah masyarakat. Penyakit kusta sebenarnya bias disembuhkan jika diobati sejak dini.

2. Definisi Operasional : Jumlah kasus kusta baru tanpa cacat (cacat tingkat 0) diantara total kasus baru yang ditemukan di suatu wilayah dalam periode satu tahun

3. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus baru kusta tanpa cacat yang ditemukan (cacat tingkat 0) dibagi jumlah kasus baru yang ditemukan dalam periode 1 tahun di kali 100%.

4. Capaian Indikator

Target indikator tahun 2019 adalah 91% penemuan kasus kusta baru tanpa cacat di Provinsi Sulawesi Utara. Pada realisasi kinerja 2019 telah dicapai 98,23% yang

(40)

berhasil melakukan kegiatan tersebut dimana capaian program dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan yaitu di tahun 2018 dengan capaian 93%, tahun 2016 dan 2017 dengan capaian sebesar 94% seperti pada grafik dibawah ini:

Grafik 3.9

Persentase Cakupan Penemuan Kasus Baru Kusta Tanpa Cacat Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2016 s/d 2019

5. Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Persentase cakupan penemuan kasus baru tanpa cacat telah tercapai targetnya di tahun 2019 yaitu sebesar 98,23%. Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan tersebut seperti :

1. Tersedianya SDM

2. Pelibatan para pengambil kebijakan di kabupaten sampai puskesmas serta semua petugas puskesmas (lintas program)

3. Dukungan para pengambil kebijakan di kabupaten dan desa 4. Keterlibatan aktif lintas sektor

5. Keterlibatan aktif kelompok potensial yang ada di desa (OYPMK, kader, tokoh masyarakat, tokoh agama dan lain-lain)

(41)

6. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target indikator

- Orientasi Dokter/Petugas Pengelola Program Kusta dan Frambusia - Pelaksanaan Intensifikasi Penemuan Kasus Kusta dan Frambusia - Advokasi Kegiatan Intensifikasi Penemuan Kasus Kusta dan Frambusia

- Pertemuan Validasi data kohort Provinsi Program P2P Kusta dan Orientasi teknis kegiatan Intensifikasi Penemuan Kasus Kusta

7. Kendala / masalah yang dihadapi:

- Stigma dan diskriminasi terhadap penderita kusta di beberapa kabupaten - Stigma pada petugas kesehatan

- SDM terlatih di mutasi

- Komitmen masih kurang dari pengambil kebijakan (kabupaten) terutama untuk ketersediaan dana yang kontinu untuk program kusta

Peningkatan kapasitas dokter/petugas kusta puskesmas

ICF (Intensifikasi Case Funding)

Kegiatan survey desa Bina Desaku pertemuan teknis dengan kelompok potensial

(42)

- Bimbingan teknis wasor kabupaten ke puskesmas kurang efektif dan tidak berkesinambungan.

8. Pemecahan Masalah

1) Melakukan sosialisasi ke kelompok masyarakat dan petugas kesehatan secara terus menerus (kontinu) untuk menghilangkan stigma

2) Advokasi kepada pengambil kebijakan

3) Melakukan Monitoring dan evaluasi / bimbingan teknis ke kabupaten 11. Efisiensi penggunaan sumber daya

Pada indikator Persentase cakupan penemuan kasus baru Kusta tanpa cacat, capaian kinerja sebesar 107,9% tetapi telah menghabiskan anggaran sebesar 77,13%, sehingga kegiatan tersebut efisien 30,77%

Indikator : Persentase Kasus TB Yang Ditatalaksana Sesuai Standar Sebesar 79% 1. Penjelasan indikator : Pedoman pengobatan TB sesuai rekomendasi WHO 1999

terdiri dari 2 fase yaitu : untuk kombinasi dosis tetap, penderita TB hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif (2-3 bulan), sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis selama 4 atau 7 bulan

2. Definisi Operasional : Semua kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar (penegakkan diagnosis dan pengobatan sesuai .standar) diantara semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan

3. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar (penegakkan diagnosis dan pengobatan sesuai .standar) dibagi jumlah semua kasus TB yang ditemukan dan diobati.

Gambar

Gambar 1.1  Struktur Organisasi
Tabel  2.2.  Perjanjian  Kinerja  Program  Pencegahan  dan  Pengendalian  Penyakit  Dinas  Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2019
Grafik 3.4.Capaian respon terhadap sinyal kewaspadan dini (alert) penyakit potensial KLB  yang muncul dalam sintem kewaspadaan dini dan respon (SKDR) Tahun 2017 - 2019
Grafik 3.7.Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar Tahun 2016 - 2019
+2

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik eksterior mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan sebaik mungkin, kombinasi dari eksterior ini dapat membuat bagian luar

Salah satu strategi pemasaran yang dapat dilakukan retailer adalah dengan menciptakan store atmosphere yang aman dan nyaman agar dapat memberi kesan menarik

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh secara simultan (bersama-sama) antar variabel Bauran Eceran terhadap Struktur

Poster adalah sebuah media luar ruangan ( outdoor) ataupun dalam ruangan (indoor) media ini biasa dipasang pada dinding pengumuman ataupun dinding yang

Madrasah Tsanawiyah Al Irsyad ingin menjadikan para peserta didiknya paham dengan sebenarnya akan hak dan kewajiban seorang hamba Allah Ι, melalui pendidikan aqidah yang

Gedung kantor Pengadilan Negeri Gianyar berdiri diatas tanah seluas 1.812 m² luas tanah untuk bangunan 621 m² berlantai 2, terletak disebelah utara Kantor Pemerintahan

30 Potensi Penerimaan Retribusi Parkir Kawasan Perbelanjaan Kota Klaten oleh PEMDA yang Hilang Melalui Peraturan Baru. (Kenaikan Setoran dan Perubahan Persentase

Sebuah sepeda Bosozoku khas disesuaikan biasanya terdiri dari sebuah sepeda jalan rata-rata Jepang yang muncul untuk menggabungkan unsur-unsur seorang Amerika helikopter sepeda