BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian yang berbentuk deskriptif, yaitu penelitian yang menguraikan sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari suatu objek penelitian. Tujuannya adalah mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan.
B. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu :
1. Data kualitatif merupakan serangkaian informasi yang berasal dari hasil penelitian berupa fakta-fakta verbal dari keterangan seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan bidang-bidang kerja.
2. Data kuantitatif merupakan data berbentuk angka-angka baik secara langsung dari hasil penelitian maupun hasil pengolahan data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan menggunakan skala interval, seperti laporan keuangan perusahaan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data yang diterbitkan oleh PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Agustus 2008 – Januari 2011 melalui media internet. Selain itu data juga
diperoleh dari artikel, buku-buku dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian seperti struktur organisasi perusahaan, laporan keuangan dan daftar aktiva tetap.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penulisan yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal dan laporan-laporan penelitian yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data dilakukan dengan meneliti dokumen berupa laporan keuangan.
D. Metode Analisa Data
Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis dan mengevaluasi data adalah:
1. Metode deskriptif, yaitu data yang sudah diperoleh dijelaskan dengan kata-kata yang sistematis sehingga penelitian dapat diterangkan secara objektif. Metode deskriptif merupakan metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasi, menginterpretasikan, mengolah dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran masalah yang diteliti.
2. Metode deduktif, yaitu suatu metode berdasarkan pemikiran logika dan diterima umum dalam rangka pengambilan keputusan dari fakta yang sedang diamati, kemudian memberikan saran atas dasar kesimpulan.
E. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Penelitian untuk penulisan skripsi ini berlangsung mulai Februari 2011 sampai dengan selesai, dilakukan penulis di berbagai tempat yang mendukung studi kepustakaan.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tahapan Penelitian Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Proposal Skripsi
Bimbingan Proposal
Seminar Proposal Skripsi
Pengumpulan dan Pengolahan Data Bimbingan Skripsi Penyelesaian Laporan Penelitian Ujian Skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. didirikan di Republik Indonesia pada tahun 1911 dengan nama “NV Hollandsch Amerikanse Plantage
Maatschappij”. Nama Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan yang
menandakan beberapa kali penggantian kepemilikan. PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. adalah salah satu anggota Kelompok Usaha Bakrie yang termasuk perusahaan swasta nasional pertama di Indonesia. Kelompok Usaha Bakrie didirikan oleh almarhum Achmad Bakrie pada tahun 1942 dengan nama Bakrie & Brothers General Merchant and Commission Agent di Lampung.
Awalnya NV HAPM merupakan sebuah departemen yang dibentuk khusus untuk meneliti tanaman dan penyakit tanaman serta mencari obatnya yang berlokasi di Bunut, Kisaran. Pada bulan Maret 1942 (masa perang pasifik) tentara Jepang mendarat di desa Perupuk Batubara dan kemudian mengambil alih perusahaan perkebunan NV HAPM tersebut seluruhnya dan menamakannya Noyen Korin Kyoku. Pada bulan Agusutus 1945 setelah Jepang menyerah, perusahaan perkebunan Noren Korin Kyoku diambil alih oleh Pemerintah Negara Republik Indonesia dan dinamakan perusahaan Perkebunan NRI Cabang IV. Akan tetapi, pada bulan Juli 1947 semasa revolusi atau perang melawan Belanda,
Perkebuanan NRI Cabang IV direbut oleh tentara Belanda dan kemudian merubah namanya menjadi PT United States Rubber Sumatera Plantations (PT USRSP).
Pada perkembangan selanjutnya, manajemen PT USRSP diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan PT USRSP diganti menjadi Perusahaan Perkebunan Ampera II dan diganti lagi menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Karet XVIII (PPN Karet XVIII). Tanggal 30 Oktober 1967 manajemen perusahaan perkebunan karet XVIII diserahkan kepada USRSP dan diberi nama baru menjadi PT Uniroyal Sumatera Plantations, yang berkantor pusat di Middlebury Connecticut, USA. Selanjutnya, pada 21 April 1986 saham-saham PT Uniroyal Sumatera Plantations dibeli oleh Bakrie & Brothers sehingga statusnya berubah dari Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Sesuai dengan surat keputusan Dalam Negeri No. N66/HGU/DA/85/A/G tertanggal 10 Desember 1986 menjadi PT United Sumatera Plantations. Langkah tersebut menandai awal masuknya kelompok usaha tersebut dalam bidang usaha perkebunan dan menjadikannya salah satu pelaku utama di sektor usaha agribisnis.
Anggaran dasar Perusahaan pertama kali diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 14 tanggal 18 Februari 1941, Tambahan No. 101. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, antara lain dengan akta Notaris Sutjipto, S.H., M.Kn., Notaris di Jakarta, No. 98 tanggal 14 Mei 2008 mengenai perubahan seluruh anggaran dasar Perusahaan dalam rangka penyesuaian terhadap Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan tersebut telah mendapat
persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-03156.AH.01.02 Tahun 2009 tanggal 14 Januari 2009.
Anggaran dasar Perusahaan mengalami beberapa kali perubahan, terakhir berdasarkan akta Notaris Aulia Taufani, S.H., Notaris pengganti dari Sutjipto, S.H., M.Kn., Notaris di Jakarta, No. 1 tanggal 1 Oktober 2010 mengenai perubahan anggaran dasar Perusahaan dalam rangka penyesuaian terhadap Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No. IX.J.1 sebagai Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep-179/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar Perusahaan Yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik. Perubahan tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-49342.AH.01.02 Tahun 2010 tanggal 20 Oktober 2010.
Sesuai dengan Pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi bidang perkebunan, pengolahan, perdagangan dan pengangkutan hasil tanaman dan produk industri, serta pabrik kertas. Saat ini, Perusahaan bergerak di bidang perkebunan, pengolahan dan perdagangan hasil tanaman dan industri.
Dalam upaya mengembangkan suatu basis kepemilikan yang luas, maka tahun 1989 perusahaan menawarkan 30% dari sahamnya untuk umum. Luas tanaman perkebunan Perusahaan dan Anak Perusahaan adalah 124.063 hektar. Perusahaan telah beroperasi komersial sejak tahun 1911. Pada tanggal 23
November 1990 PT United Sumatera Plantations telah melaksanakan usaha patungan dengan pihak Globe, USA utuk mendirikan pabrik benang karet dengan nama PT Bakrie Rubber Industry, pabrik ini ditargetkan akan berproduksi pada tahun 1993. Kemudian pada tahun 1991 perusahaan telah mengembangkan sayapnya dengan rencana membuka 40.000 Ha perkebunan kelapa sawit di Pasaman Sumatera Barat.
Sejak tanggal 11 Mei 1993 PT United Sumatera Plantations telah berubah menjadi PT Bakrie Sumatera Plantations, yang disahkan melalui surat keputusan Menteri Kehakiman RI No. 02-3004.HT.01.TH.93. PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Kisaran (selanjutnya disebut PT BSP) merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang usaha perkebunan, pengolahan dari hasil tanaman dan produksi industri serta perdagangan hasil industri. Perkebunan yang diusahakan PT BSP adalah perkebunan karet dan kelapa sawit. Pada mulanya perusahaan hanya bergerak di bidang perkebunan karet. Namun pada tahun 1992 perusahaan mulai melaksanakan konversi atas sebagian perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit.
Keputusan untuk memasukan kelapa sawit ke dalam bisnis inti didasari pertimbangan bahwa bisnis ini menguntungkan. Disamping itu kelapa sawit dikenal sebagai tanaman yang memiliki produktivitas tinggi dibanding komoditas perkebunan lainnya. Perusahaan berdomisili di Kisaran dengan kantor pusat berlokasi di Jl. H. Juanda, Kisaran 21202, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, sedangkan perkebunan serta pabriknya berlokasi di Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Sementara untuk pengolahan kelapa sawit, perusahaan
menitipkannya kepada pihak ketiga karena perusahaan tidak memiliki pabrik sendiri.
Seluruh jenis tanaman perkebunan PT BSP tersebar dalam beberapa divisi yaitu divisi :
1. Kebun Serbangan 2. Kebun Sei Baleh 3. Kebun Gurach batu 4. Kebun Tanah Radja 5. Kebun Kwala Piasa 6. Kebun Aek Salabat
Seluruh hasil tanaman tersebut dikirim ke pabrik yang berlokasi di Bunut, Kisaran. Kemudian dilakukan pengolahan sehingga menghasilkan produk yang siap dipasarkan.
2. Struktur Organisasi Perusahaan
a) Struktur Perusahaan dan Anak Perusahaan
Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, Perusahaan memiliki Anak Perusahaan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Anak Perusahaan, Lokasi, dan Kegiatan Operasional
Anak Perusahaan Lokasi Kegiatan Operasional
Agri Int Resources Pte., Ltd. Agri Resources B.V.
BSP Finance B.V.
PT Agro Mitra Madani PT Agrowiyana
PT Bakrie Pasaman Plantations
PT Bakrie Rekin Bio Energy PT Grahadura Leidong Prima
Singapura Belanda Belanda Jambi Jambi Sumatera Barat Batam Sumatera Utara Perusahaan investasi Perusahaan investasi
Jasa keuangan, didirikan dalam rangka penerbitan hutang obligasi Senior Notes
Pengolahan minyak kelapa sawit Perkebunan kelapa sawit di Tungkal Ulu, Jambi seluas 4.686 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2039 Perkebunan kelapa sawit di Air Balam dan Sungai Aur, Pasaman, Sumatera Barat masing-masing seluas 5.350 hektar dan 4.370 hektar dengan masa umur HGU
masing-masing sampai dengan tahun 2038 dan tahun 2039, dan pengolahan minyak kelapa sawit Bio diesel
Perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya yang terletak di Sukarame Baru, Kecamatan Kuala Hulu, Aek Kanopan, Labuhan Batu, Sumatera Utara seluas 8.323 hektar dengan masa umur HGU sampai
PT Huma Indah Mekar
PT Nibung Arthamulia
PT Sumbertama Nusapertiwi
BSP Netherland Finance B.V. BSP Liberia B.V.
Int Rubber Investment Pte. Ltd. AI Finance B.V.
Bookwise Investments Ltd.
Fordways Management Ltd. Great Four Int Invest Co. Ltd. PT Air Muring Lampung Palembang Jambi Belanda Belanda Singapura Belanda Belanda
Kep. Virgin Brit Raya Kep. Virgin Brit Raya Mauritius
Perkebunan karet dan pengolahannya di Panumangan Baru, Tulang Bawang Tengah, Lampung seluas 4.407 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2010 dan 2019. HGU yang masa umurnya habis pada
tahun 2010 masih dalam proses perpanjangan
Pengolahan dan perdagangan hasil
perkebunan karet
Perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang terletak di Desa Arang-Arang, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi seluas 7.555 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2025
Perusahaan investasi Perusahaan investasi Perusahaan investasi Jasa keuangan
Jasa keuangan, didirikan untuk tujuan administrasi hutang obligasi Senior Notes yang diterbitkan oleh BSP Finance B.V.
Jasa keuangan Perusahaan investasi
Perkebunan karet dan pengolahannya yang terletak di Jalan Desa Air Muring, Putri Hijau Sebelat, Bengkulu Utara seluas 3.639 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2026
PT Domas Sawitinti Perdana
PT Flora Sawita Chemindo
PT Sarana Industama Perkasa
PT Domas Agrointi Perkasa
PT Domas Agrointi Prima
PT Sawitmas Agro Perkasa
PT Citalaras Cipta Indonesia
PT Monrad Intan Barakat
Bengkulu Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Barat
Fasilitas pengolahan oleokimia dengan kapasitas 165.000 ton per tahun yang terletak di Desa Kuala Tanjung, Asahan, Sumatera Utara
Bergerak di bidang industri pengolahan fatty acid 1 dengan kapasitas 49.500 ton per tahun di Tanjung Morawa dan 82.500 ton per tahun di Kuala Tanjung, Sumatera Utara
Pengelolaan kawasan industri yang terletak di Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara
Bergerak di bidang industri pengolahan olein dengan kapasitas 490.500 ton per tahun yang terletak di Desa Kuala Tanjung, Sumatera Utara
Bergerak di bidang fatty alcohol dengan kapasitas 36.264 ton per tahun dan fatty acid dengan kapasitas 90.000 ton per tahun yang berlokasi di Kuala Tanjung Bergerak di bidang fatty alcohol dengan kapasitas 108.791 ton per tahun yang berlokasi di Kuala Tanjung
Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Desa Indrapura, Sumatera Barat seluas 4.000 hektar dengan masa umur HGU sampai
dengan tahun 2033
Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Kecamatan Astambul dan Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan seluas 10.000 hektar dan saat ini sedang mengajukan proses
PT Julang Oca Permana
PT Inti Kemitraan Perdana
PT Eramitra Agrolestari
PT Jambi Agrowijaya
PT Guntung Idamannusa
Solegna B.V.
PT Multrada Multi Maju
PT Padang Bolakjaya Kalimantan Selatan Bengkulu Jakarta Jambi Jambi Riau Belanda Sumatera Selatan sertifikasi HGU
Perkebunan karet yang terletak di Jalan Desa Bukit Harapan, Kecamatan Ketahun, Bengkulu Utara seluas 3.525 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2021
Perkebunan karet yang terletak di
Kabupaten Musi Rawas, seluas 19.000 hektar yang telah memperoleh ijin lokasi dari Bupati Musi Rawas dan saat ini sedang mengajukan proses sertifikasi HGU
Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Lahat, Sumatera Selatan seluas 6.348 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2037
Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Jambi seluas 4.710 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2035
Perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya yang terletak di Sungai Guntung, Kecamatan Kateman, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau seluas 12.547 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2038
Perusahaan investasi
Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Lahat, Sumatera Selatan seluas 8.171 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2029
Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Lahat, Sumatera Selatan seluas 5.669 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2031
PT Perjapin Prima
PT Trimitra Sumberperkasa
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Lahat, Sumatera Selatan seluas 2.073 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2029
Perkebunan kelapa sawit yang terletak di Lahat, Sumatera Selatan seluas 4.525 hektar dengan masa umur HGU sampai dengan tahun 2025
b) Dewan Komisaris dan Direksi, Komite Audit dan Karyawan Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan adalah sebagai berikut :
Komisaris
Komisaris Utama dan Komisaris Independen : Soedjai Kartasasmita
Komisaris dan Komisaris Independen : Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih Komisaris dan Komisaris Independen : Dr. Ir . Anton Apriyantono
Komisaris : Ir. Gafur Sulistyo Umar
Komisaris : Yuanita Rohali, Skom., MM
Direksi
Direktur Utama : Ambono Janurianto
Direktur Keuangan : Harry Mohamad Nadir Direktur Produksi dan Komersial : Bambang Aria Wisena Direktur Operasional dan Kebun : Howard James Sargeant
Direktur Pengembangan Usaha : Ir. Muhammad Iqbal Zainuddin Direktur Sumber Daya Manusia : Drs. Rudi Sarwono, MM
Dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan diperlukan pendelegasian wewenang dan tugas kepada bawahan dengan benar. Dalam hal ini, batas-batas wewenang dan tanggung jawab harus jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi setiap fungsi perusahaan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Agar pimpinan perusahaan dapat mengawasi pekerjaan bawahan yang telah ditetapkan dan pertanggungjawabannya, maka diperlukan struktur organisasi. PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. memiliki struktur organisasi yang berbentuk garis dan staff.
Struktur organisasi yang diperlukan perusahaan tersebut dibentuk berdasarkan fungsi yang ada di perusahaan. Dewan Komisaris sebagai pemegang saham dan pemilik perusahaan yang memberikan wewenang kepada direksi untuk menjalankan perusahaan yang dibantu oleh manajer yang memberikan perintah kepada bawahan masing-masing sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Dengan demikian, diharapkan wewenang dan tanggung jawab yang ada pada setiap karyawan dan atasan yang ada di perusahaan tersebut semakin jelas hubungannya.
3. Perolehan Aktiva Tetap
PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. merupakan perusahaan yang usahanya bergerak dibidang perkebunan karet dan kelapa sawit, serta memproduksi sendiri hasil perkebunannya. Perusahaan memiliki berbagai jenis akitva tetap. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan mengelompokkan aktiva tetap kedalam dua kelompok yaitu :
1) Tanaman Perkebunan (Plantations)
Yaitu aktiva tetap yang berbentuk tanaman, baik tanaman perkebunan karet maupun tanaman perkebunan kelapa sawit. Tanaman perkebunan dibedakan menjadi :
a. Tanaman Menghasilkan (TM)
Tanaman menghasilkan disusutkan dengan metode garis lurus dengan perkiraan masa manfaat 20 tahun sampai 30 tahun.
b. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Tanaman belum menghasilkan dinyatakan sebesar biaya perolehan yang terdiri dari biaya pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan serta alokasi biaya tidak langsung. Tanaman belum menghasilkan akan direklasifikasi ke dalam tanaman menghasilkan dan mulai disusutkan apabila sudah memenuhi kriteria sebagai berikut :
• Tanaman karet dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan apabila 70% dari jumlah seluruh pohon per blok sudah dapat dideres dan mempunyai ukuran lilit batang 45 cm atau lebih pada ketinggian 160 cm dari permukaan tanah.
• Tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan apabila 60% dari jumlah seluruh pohon per blok telah menghasilkan tandan buah dan dua lingkaran tandan telah matang atau berat rata-rata buah per tandan telah mencapai 3 (tiga) kg atau lebih.
2) Bukan Tanaman Perkebunan (Non Plantations)
Yaitu seluruh aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan selain tanaman. Aktiva ini terdiri dari:
a. Tanah
b. Jalan, Jembatan dan Saluran Air c. Bangunan dan Prasarana
d. Mesin dan Peralatan e. Alat Pengangkutan
f. Peralatan dan Perabotan Kantor
Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, seluruh aset tetap Perusahaan dan Anak Perusahaan kecuali NAM, GLP, GIN dan BRBE, digunakan sebagai jaminan atas hutang obligasi - Senior Notes yang diterbitkan BSP Finance B.V. dengan nilai buku masing-masing sebesar Rp 291,02 miliar dan Rp 356,03 miliar. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, aset tetap berupa tanah dan bangunan senilai Rp 3,25 miliar dan mesin pabrik senilai Rp 5 miliar milik NAM digunakan sebagai jaminan atas hutang bank yang diperoleh dari PT Bank ClMB Niaga Tbk. Pada tanggal 31 Desember 2010, aset tetap DAIP, DSIP dan FSC digunakan sebagai jaminan atas pinjaman jangka panjang yang diperoleh dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Aktiva tetap yang dimiliki oleh PT BSP dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan tersebut akan mempengaruhi
perhitungan harga perolehan dan penilaian aktiva tersebut. Pada umumnya aktiva perusahaan diperoleh dengan cara :
1. Pembelian secara tunai
Cara ini dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki kapasitas untuk membuat sendiri baik dari segi kemampuan sumber daya maupun waktu, serta nilainya tidak terlalu besar. Manajemen memperhitungkan bahwa akan lebih efisien jika aktiva tersebut dibeli secara tunai. Aktiva tersebut dinilai berdasarkan harga perolehannya. Harga perolehan aktiva tetap terdiri dari harga yang tercantum dalam faktur pembelian ditambah dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk aktiva tersebut sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan oleh perusahaan untuk memberikan manfaat pada perusahaan.
2. Pembelian secara kredit
Pembelian secara kredit dilakukan, apabila harga aktiva tersebut relatif besar. Aktiva tetap yang diperoleh secara kredit sesuai dengan harga yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tersebut.
3. Membangun sendiri
Sebagian aktiva yang dimiliki oleh PT BSP diperoleh dengan cara membangun sendiri. Membangun sendiri dilakukan dalam rangka memberdayakan sumber daya yang ada, disamping kebutuhan mutu yang lebih terjamin dengan alasan efisien. Dalam hal ini perusahaan mencatat harga perolehan aktiva tetap dengan menjumlahkan semua pengeluaran sehubungan dengan pembuatan / pembangunan aktiva tetap tersebut
hingga selesai dan dapat digunakan. Salah satu aktiva terbesar yang dimiliki perusahaan dengan cara membangun sendiri adalah tanaman. Tanaman produksi dibedakan menjadi tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM). Sebelum menjadi TM aktiva itu berbentuk TBM.
Harga perolehan tanaman menghasilkan diperoleh dari seluruh jumlah biaya yang telah dikeluarkan pada saat tanaman tersebut akan mulai ditanam sampai tanaman tersebut dinyatakan telah menghasilkan oleh manajer kebun. Kemudian manajer keuangan menyatakan bahwa tanaman menghasilkan tersebut sudah dapat disusutkan. Biaya tersebut terdiri dari biaya pembibitan, persiapan lahan, biaya penanaman, biaya pemupukan, biaya membasmi gulma / lalang / penyakit, sensus, jalan/jembatan dan alokasi biaya tidak langsung seperti gaji mandor, biaya keamanan, biaya administrasi kantor, rugi selisih kurs yang timbul dari pinjaman yang digunakan untuk mendanai tanaman menghasilkan.
Misalkan biaya yang telah dikeluarkan untuk TBM karet adalah sebagai berikut :
• Pembibitan Rp 1.750.000.000 • Persiapan Lahan Rp 78.000.000 • Penanaman Rp 188.000.000 • Pemupukan Rp 3.100.000.000 • Basmi gulma/lalang Rp 1.450.000.000 • Sensus Rp 7.700.000 • Perlengkapan Rp 120.000.000
Maka pencatatan pada saat pembebanan biaya tersebut sebagai berikut : TBM Karet - By. Pembibitan Rp 1.750.000.000 TBM Karet - By. Persiapan Lahan Rp 78.000.000 TBM Karet - By. Penanaman Rp 188.000.000 TBM Karet - By. Pemupukan Rp 3.100.000.000 TBM Karet - By. Basmi gulma/lalang Rp 1.450.000.000 TBM Karet - By. Sensus Rp 7.700.000 TBM Karet - By. Perlengkapan Rp 120.000.000 TBM Karet - By. Tidak langsung Rp 1.900.000.000
Kas/Hutang Rp 8.593.700.000
Pada saat tanaman dinyatakan telah menghasilkan, maka perusahaan akan mencatatnya sebagai berikut:
TM Karet Rp 8.593.700.000
TBM Karet - By. Pembibitan Rp 1.750.000.000 TBM Karet - By. Persiapan Lahan Rp 78.000.000 TBM Karet - By. Penanaman Rp 188.000.000 TBM Karet - By. Pemupukan Rp 3.100.000.000 TBM Karet - By. Basmi gulma/lalang Rp 1.450.000.000 TBM Karet - By. Sensus Rp 7.700.000 TBM Karet - By. Perlengkapan Rp 120.000.000 TBM Karet - By. Tidak langsung Rp 1.900.000.000
4. Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Perusahaan dan Anak Perusahaan menerapkan PSAK No. 16 (Revisi 2007), “Aset Tetap” (“PSAK 16 Revisi”). Berdasarkan PSAK 16 Revisi, suatu entitas harus memilih antara model biaya dan model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi pengukuran atas aset tetap. Perusahaan dan Anak Perusahaan telah memilih untuk menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansi pengukuran atas aset tetapnya. Aset tetap dicatat berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan, kecuali tanah dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan.
Umur dan metode penyusutan aset ditelaah, dan disesuaikan jika layak, pada setiap akhir tahun. Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan disajikan sebagai bagian dari aset tetap dalam neraca konsolidasian. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing akun aset tetap yang bersangkutan pada saat aset tersebut selesai dikerjakan dan siap digunakan.
Beban perbaikan dan pemeliharaan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian pada saat terjadinya, biaya pemugaran dan penambahan dalam jumlah signifikan dikapitalisasi pada saat terjadinya dan jika besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke Perusahaan dan Anak Perusahaan, dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau ketika tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset
dimasukkan dalam laporan laba rugi konsolidasian pada periode aset tersebut dihentikan pengakuannya.
Nilai aset ditelaah terhadap kemungkinan adanya penurunan nilai pada saat kejadian-kejadian atau perubahan-perubahan keadaan mengindikasikan nilai tercatatnya mungkin tidak dapat dipulihkan kembali. Apabila nilai tercatat aset melebihi jumlah yang dapat diperoleh kembali, maka selisihnya dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian tahun berjalan. Nilai yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara harga jual neto dengan nilai pakai suatu aset.
Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight
line method), berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap, sebagai
berikut:
Tahun / Years
Jalan, jembatan dan saluran air (Roads, bridges and drainage) 10 – 30 Bangunan dan prasarana (Buildings and improvements) 8 – 20 Mesin dan peralatan (Machinery and equipment) 5 – 10 Alat pengangkutan (Transportation equipment) :
Kendaraan di atas rel (Railroad equipment) 20 Mobil dan truk (Vehicles and truck) 5 Peralatan dan perabotan kantor (Office furniture and equipment) 5 Dengan menggunakan metode ini perhitungan beban penyusutan akan sama setiap periode selama masa manfaatnya baik apabila dihitung per bulan maupun per tahun.
Untuk menentukan besarnya penyusutan per tahun, perusahaan menetapkan tarif (rate) penyusutan untuk tiap-tiap aktiva tetap sesuai umur pemakaian yang diestimasi oleh manajemen. Taksiran umur aktiva ini ditentukan oleh perusahaan untuk menghitung besarnya persentase penyusutan aktiva tetap per tahun, dengan ketentuan bahwa setiap aktiva tetap mempunyai nilai 100%. Persentase tersebut akan dibagi dengan taksiran umur aktiva tetap sehingga akan diperoleh tarif penyusutan untuk masing-masing jenis aktiva.
Total aktiva tetap per 31 Desember 2004, 2005 dan 2006 serta beban penyusutan untuk masing-masing aktiva adalah sebagai berikut:
1) Tanaman menghasilkan karet umur produktifnya ditaksir oleh bagian kebun berdasarkan perkembangan pertumbuhannya, sehingga umur produktif dari tanaman menghasilkan karet beraneka. Maksimal umur produktif tanaman karet adalah 25 tahun.
2) Tanaman menghasilkan kelapa sawit juga ditaksir oleh bagian kebun berdasarkan perkembangan pertumbuhannya. Tanaman kelapa sawit mempunyai umur produktif selama 24 dan 25 tahun.
3) PT Bakrie Sumatera Plantations memiliki aktiva berupa tanah dengan harga perolehan sebesar Rp 760.978.963,- akan tetapi aktiva tetap berupa tanah tidak dilakukan penyusutan.
4) Bangunan dan prasarana terdiri atas beberapa jenis, akan tetapi untuk kepentingan penyusutan dibagi atas 3 golongan, yaitu:
a. Bangunan dan prasarana yang termasuk dalam golongan 1 terdiri atas jembatan, titi panen, titi sadap, sumur bor, kolam limbah yang ditaksir
mempunyai umur produktif selama 10 tahun, sehingga tarif penyusutan dengan metode garis lurus ditentukan sebesar 10%. Total aktiva golongan 3 per 31 Desember 2004, 2005 dan 2006 masing-masing adalah Rp2.874.282.886.,- ; Rp4.975.584.518,- ; Rp6.328.565.355,- dan beban penyusutannya untuk masing-masing adalah Rp239.332.532,- Rp310.294.984,- dan Rp590.828.080,-.
b. Bangunan dan prasarana golongan 2 terdiri atas pagar/tembok, kolam limbah, mushola yang ditaksir mempunyai umur produktif selama 15 tahun sehingga tarif penyusutan dengan metode garis lurus ditentukan sebesar 6,67 %. Total aktiva per 31 Desember 2004, 2005 dan 2006 masing-masing adalah Rp1.306.162.170,- ; Rp1.395.615.436,- ; Rp2.083.949.479,- sehingga beban penyusutannya adalah Rp 75.142.019,- ; Rp91.722.704,- dan Rp116.344.497.
c. Bangunan dan prasarana golongan 3 terdiri atas bangunan kantor, bangunan pabrik, gudang, garasi, perumahan karyawan, instalasi listrik dan bangunan lainnya ditaksir mempunyai umur ekonomis selama 20 tahun sehingga beban penyusutan dengan metode garis lurus ditentukan sebesar 5 persen per tahun. Total aktiva per 31 Desember 2004, 2005 dan 2006 masing-masing adalah Rp16.935.937.764,- ; Rp18.690.199.192,- ; Rp21.413.576.892,-. Sedangkan beban penyusutannya adalah Rp842.412.806,- ; Rp865.125.262,- Rp1.115.950.248,- masing-masing untuk tahun 2004, 2005 dan tahun 2006.
d. Mesin dan peralatan digolongkan atas dua golongan, yaitu:
• Mesin dan peralatan yang termasuk dalam golongan 1 adalah peralatan kebun, peralatan panen, gerobak, hidrolik, indikator, tabung, mesin potong, pompa air, saringan, fogging, tangki air, timbangan, mesin gergaji, westfal, generator, boiler dll. Mesin dan peralatan tersebut ditaksir mempunyai umur produktif selama 5 tahun sehingga beban penyusutan dengan metode garis lurus ditentukan dengan tarif 20 % per tahun. Total aktiva per 31 Desember 2004, 2005 dan 2006 masing-masing adalah Rp6.692.339.180,- ; Rp8.259.485.357,- ; Rp8.508.280.057,- sehingga beban penyusutannya adalah Rp1.089.927.730,- ; Rp1.324.799.674,- dan Rp1.458.623.675,-.
• Mesin dan peralatan yang termasuk dalam golongan 2 adalah, mesin pengeras, westfalia, trolley, forklift, diesel, ketel uap, ayak coklat, tangki lateks, pipa lateks,dll. Mesin dan peralatan tersebut ditaksir mempunyai umur produktif selama 10 tahun sehingga beban penyusutan dengan metode garis lurus ditentukan dengan tarif sebesar 10 % per tahun. Total aktiva per 31 Desember 2004, 2005 dan 2006 masing-masing adalah Rp12.789.548.826,- ; Rp14.254.136.626,- ; Rp14.624.175.525,- sedangkan beban penyusutannya adalah Rp1.239.614.352,- ; Rp1.347.850.714,- dan Rp1.396.547.726,-.
e. Alat Pengangkutan
Yang termasuk dalam kelompok transportasi adalah sepeda, sepeda motor, mobil pick up, bus karyawan, kendaraan dewan direksi, truk,. Aktiva transportasi tersebut ditaksir mempunyai umur produktif selama 5 tahun sehingga beban penyusutan dengan metode garis lurus ditentukan dengan tarif sebesar 20 % per tahun. Total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan per 31 Desember 2004, 2005 dan 2006 masing-masing adalah sebesar Rp6.627.835.447,- ; Rp7.767.465.921,- Rp8.017.171.171,- dengan beban penyusutannya masing-masing adalah sebesar Rp1.0945.835.311,- ; Rp1.243.672.908,- dan Rp1.416.800.926,-.
f. Peralatan dan perabotan kantor
Inventaris dan perlengkapan kantor ditaksir memiliki umur produktif selama lima tahun, sehingga untuk menghitung beban penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus ditentukan dengan tarif sebesar 20% per tahun. Yang termasuk dalam aktiva inventaris dan perlengkapan kantor tersebut adalah perangkat komputer, dispenser, stabilizer, mesin foto copy, perangkat komputer, pesawat telepon, meja, kursi, kipas angin, mesin ketik, televisi, kabel, air conditioner,
handy talky, kursi putar, sofa tamu, kursi direksi, kalkulator, jam
dinding, lemari, furniture, hand phone, note book, kamera dll. Total aktiva inventaris dan perlengkapan yang dimiliki oleh perusahaan untuk tahun 2004, 2005 dan tahun 2006 masing-masing adalah sebesar
Rp4.562.826.555,- ; Rp4.906.404.456,- ; Rp5.738.453.057,- sehingga beban penyusutannya adalah sebesar Rp505.884.654,- ; Rp508.817.576,- dan Rp642.764.716,-.
g. Aktiva dalam penyelesaian terdiri atas bangunan dan prasarana, mesin dan peralatan, inventaris dan perlengkapan kantor. Total aktiva dalam penyelesaian untuk tahun 2004, 2005, dan 2006 masing-masing adalah sebesar Rp340.340.841,- ; Rp36.039.267.951,- dan Rp40.010.975.782,-. Aktiva tersebut belum dilakukan penyusutan karena aktiva tersebut masih dalam tahap penyelesaian dan belum dipergunakan.
Total seluruh aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan untuk tahun 2004, tahun 2005 dan tahun 2006 masing-masing adalah sebesar Rp237.390.582.145,- ; Rp305.256.173.380,- dan Rp340.834.962.981,- dengan beban penyusutan yang diperhitungkan masing-masing adalah Rp12.667.795.318,- ; Rp14.156.684.614,- ; Rp16.207.932.737,-.
Tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan tidak diasuransikan terhadap risiko kerugian akibat kebakaran karena belum ada perusahaan asuransi yang dapat memberikan nilai pertanggungan yang wajar. Berdasarkan evaluasi manajemen, tidak terdapat kejadian-kejadian atau perubahan-perubahan keadaan yang mengindikasikan adanya penurunan nilai tanaman perkebunan Perusahaan dan Anak Perusahaan. Berdasarkan evaluasi manajemen Perusahaan dan Anak Perusahaan, tidak terdapat kejadian-kejadian
atau perubahan-perubahan keadaan yang mengindikasikan adanya penurunan nilai aset tetap Perusahaan dan Anak Perusahaan.
Aset tetap dengan pemilikan langsung diasuransikan terhadap risiko kebakaran, risiko gempa bumi dan risiko lainnya berdasarkan suatu paket polis tertentu dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 1,31 trilliun pada tahun 2010 dan Rp 1,11 trilliun pada tahun 2009. Menurut pendapat manajemen Perusahaan dan Anak Perusahaan, bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian akibat kebakaran dan risiko kerugian lainnya.
5. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Laporan Keuangan
Tujuan dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam neraca perusahaan pada sisi sebelah debit dan dinyatakan sebesar nilai buku, yaitu harga perolehan aktiva tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutannya atau dapat disajikan dengan mencatat masing-masing aktiva tetapnya sebesar harga perolehannya kemudian dikurangi akumulasi penyusutan secara keseluruhan.
Tabel 4.2 Neraca PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk
PT. BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS, TBK Neraca
Per 31 Desember 2010 (Rp)
ASET KEWAJIBAN dan EKUITAS
Aset Lancar
Kas dan setara kas 329.768.431 Investasi pada efek 605.594.159 Piutang usaha 204.570.949 Piutang lain-lain 299.115.171 Persediaan 200.073.120 Pajak dibayar dimuka 35.151.846 Biaya dibayar dimuka 26.329.057 Aset lancar lain-lain 87.611.432 Jumlah Aset Lancar 1.788.214.165 Aset Tetap
Piutang hub istimewa 1.614.788.448 Piutang plasma 104.842.635 Aset pajak tangguhan 318.264.471 Investasi perush asosiasi 653.071 Investasi efek ekuitas 305.708.697 Tanaman perkebunan 3.462.175.556 AT kurang akum. peny 7.086.613.645 Goodwill 2.904.951.780 Dana dlm pembatasan 58.680.458 Proyek pengmbngn usaha 662.021.629 Beban tangguhan hak tanah 55.187.692 Taksiran tagihn lebih pajak 77.928.741 Aset tidak lancar lain-lain 62.226.151 Jumlah Aset Tetap 16.714.042.974
Kewajiban Lancar
Hut bank jg pendek 134.865.000 Hutang usaha :
Pihak hub istimewa 796.106 Pihak ketiga 349.151.479 Hutang lain-lain 29.838.303 Beban msh harus dibayar 329.789.165 Hutang pajak 527.336.051 Hutang dividen 1.561.366 Uang muka penjualan 192.630.382 Hutang JP jatuh tempo dlm 1 thn : Pinjaman jg pjg 145.333.221 Hut sewa pembiayaan 1.782.086 Hutang obligasi 1.629.456.557 Jumlah Kewajiban Lancar 3.342.539.716 Kewajiban Tidak Lancar
Hut hub istimewa 212.576.110 Kewajiban pjk tangguhan 57.978.815 Kewajiban imbalan kerja 26.641.917 Hut JP dikurangi jatuh tempo dlm 1 thn : Pinjaman jg pjg 5.024.694.264 Hut sewa pmbiayaan 958.850 Hutang obligasi 1.289.609.975 Jlh Kewajiban Tdk Lancar 6.612.459.931 Jumlah Kewajiban 9.954.999.647 Hak minortas ank perush 228.849.029 Ekuitas
Modal saham 1.355.377.268 Tambahan modal disetor 5.489.625.413
Jumlah Aset 18.502.257.139
Selisih restktrsasi entitas (22.029.000) Saham yg diperoleh kmbli (1.996.490) Selisih kurs (30.621.780) Saldo Laba 1.528.053.052 Ekuitas 8.318.408.463 Jlh Kewjiban dan Ekuitas 18.502.257.139
B. Analisis Hasil Penelitian
Dalam bab ini penulis akan menganalisa sekaligus memberikan penilaian berdasarkan data dan keterangan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Analisa dan evaluasi dilakukan terhadap metode penyusutan aktiva tetap yang diterapkan oleh perusahaan.
1. Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Dalam bab II telah diuraikan bahwa penyusutan merupakan alokasi sistematis sejumlah aktiva tetap yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat aktiva tersebut. Proses alokasi tersebut dapat dilakukan dengan memilih suatu metode penyusutan yang tepat sesuai dengan pertimbangan manajemen dan diterapkan secara konsisten dari satu periode ke periode berikutnya. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa untuk pelaporan keuangan, perusahaan menggunakan metode garis lurus untuk menentukan besarnya beban penyusutan untuk tiap periode. Penggunaan metode tersebut diterapkan atas seluruh aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan, kecuali untuk tanah karena tidak dilakukan penyusutan, dengan membagi nilai perolehan aktiva dengan umur penggunaan aktiva tetap tanpa ada nilai residu. Metode tersebut telah diterapkan secara konsisten dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, untuk seluruh aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Manajemen menetapkan umur aktivanya berdasarkan pengalaman atas penggunaan aktiva dan berdasarkan perkembangan pertumbuhan khusus untuk aktiva tanaman menghasilkan serta pertimbangan berdasarkan lama penggunaan yang diharapkan dari suatu aktiva.
2. Penyajian Aktiva Tetap Dalam Laporan Keuangan
Laporan keuangan konsolidasian disajikan sesuai dengan prinsip dan praktik akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan, khususnya Industri Perkebunan, yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Kebijakan akuntansi yang signifikan diterapkan secara konsisten dalam penyajian laporan keuangan konsolidasian, adalah sebagai berikut:
a) Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian, kecuali laporan arus kas konsolidasian, disusun dengan dasar akrual dengan menggunakan konsep biaya historis, kecuali beberapa akun tertentu yang disusun berdasarkan dasar lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun terkait. Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian adalah mata uang Rupiah (“Rp”). Laporan arus kas konsolidasian menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas yang diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi disajikan dengan menggunakan metode langsung.
Laporan keuangan konsolidasian terlampir telah disusun dengan asumsi bahwa Perusahaan dan Anak Perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkesinambungan. Pada tanggal 31 Desember 2010, jumlah kewajiban lancar konsolidasian telah melebihi jumlah aset lancar konsolidasian sebesar Rp
1.554.325.551. Berkaitan dengan hal tersebut, Perusahaan dan Anak Perusahaan sedang dalam tahap restrukturisasi atas hutang obligasi yang jatuh tempo pada tahun 2011. Laporan keuangan konsolidasian terlampir tidak mencakup penyesuaian yang berasal dari kondisi tersebut.
b) Prinsip-Prinsip Konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian menggabungkan seluruh Anak Perusahaan yang dikendalikan oleh Perusahaan. Pengendalian dianggap ada apabila Perusahaan memiliki baik secara langsung atau tidak tidak langsung (melalui Anak Perusahaan), lebih dari 50% hak suara pada suatu Anak Perusahaan. Walaupun Perusahaan memiliki hak suara 50% atau kurang, pengendalian tetap dianggap ada apabila adanya salah satu kondisi berikut:
1. Mempunyai hak suara yang lebih dari 50% berdasarkan suatu perjanjian dengan investor lainnya
2. Mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan operasional Anak Perusahaan berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian 3. Mampu menunjuk atau memberhentikan mayoritas pengurus Anak
Perusahaan
4. Mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus
Proporsi bagian pemilikan pemegang saham minoritas atas ekuitas Anak Perusahaan yang dikonsolidasi disajikan dalam akun “Hak Minoritas atas Aset Bersih Anak Perusahaan Konsolidasian” pada neraca konsolidasian, sedangkan proporsi bagian pemilikan pemegang saham minoritas atas laba atau rugi bersih
Anak Perusahaan Konsolidasian disajikan dalam akun “Hak Minoritas atas Laba (Rugi) Bersih Anak Perusahaan Konsolidasian” pada laporan laba rugi konsolidasian. Seluruh saldo akun dan transaksi yang material antar perusahaan yang dikonsolidasi telah dieliminasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi hasil penelitian pada PT, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. merupakan perusahaan perkebunan yang bergerak di sektor usaha agribisnis penghasil karet dan kelapa sawit. Struktur organisasi berbentuk garis dan staff yang dibentuk berdasarkan fungsi yang ada di perusahaan. Struktur ini menunjukkan dengan jelas pembagian wewenang dan tanggung jawab setiap karyawan dan atasan. 2. PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. mengelompokkan aktiva tetap
kedalam dua kelompok yaitu Tanaman Perkebunan (Plantations) dan Bukan Tanaman Perkebunan (Non Plantations)
3. Aktiva tetap yang dimiliki oleh PT BSP dapat diperoleh dengan berbagai cara yaitu pembelian secara tunai, pembelian secara kredit dan membangun sendiri. Dimana masing-masing cara perolehan tersebut akan mempengaruhi perhitungan harga perolehan dan penilaian aktiva tersebut. 4. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight
line method), berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap. Dengan menggunakan metode ini perhitungan beban penyusutan akan sama setiap periode selama masa manfaatnya baik apabila dihitung per bulan maupun per tahun.
5. Untuk menentukan besarnya penyusutan per tahun, perusahaan menetapkan tarif (rate) penyusutan untuk tiap-tiap aktiva tetap sesuai umur pemakaian yang diestimasi oleh manajemen. Taksiran umur aktiva ini ditentukan oleh perusahaan untuk menghitung besarnya persentase penyusutan aktiva tetap per tahun, dengan ketentuan bahwa setiap aktiva tetap mempunyai nilai 100%. Persentase tersebut akan dibagi dengan taksiran umur aktiva tetap sehingga akan diperoleh tarif penyusutan untuk masing-masing jenis aktiva.
6. Pelepasan aktiva tetap telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau ketika tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Penghentian pemakaian aktiva tetap dilakukan apabila aktiva tetap tersebut dijual atau telah rusak.
7. Laporan keuangan konsolidasian, kecuali laporan arus kas konsolidasian, disusun dengan dasar akrual dengan menggunakan konsep biaya historis, kecuali beberapa akun tertentu yang disusun berdasarkan dasar lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun terkait.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Dalam menghitung dan menentukan penyusutan aktiva tetap, hendaknya
perusahaan memperhitungkan nilai residu dari suatu aktiva sebagai jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi.
2. Mengingat nilai tanaman perkebunan yang cukup materil dan mendominasi jalannya kegiatan operasional perusahaan, sebaiknya segera diasuransikan oleh perusahaan asuransi yang dapat memberikan nilai pertanggungan yang wajar.