• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER FRAKSI 6 DARI EKSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER FRAKSI 6 DARI EKSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER FRAKSI 6 DARI

EKSTRAK n-HEKSANA DAUN RUKAM (Flacourtia rukam) DAN

UJI TOKSISITAS DENGAN METODE BRINE SHRIMP

LETHALITY TEST (BSLT)

Eka Putri Handayani1*, Hilwan Yuda Teruna2 1Mahasiswa Program S1 Kimia

2Dosen Bidang Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293,

Indonesia

*eka.putri2612@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Rukam is one of the species of Flacourtiaceae which is widely distributed all over Sumatra. This study was aimed to isolated secondary metabolite compound from the leaf of rukam and toxicity of the compound was determined by BSLT method. A secondary metabolite compound (FR-H-03) has been isolated by flash chromatography. The compound was characterized by FT-IR spectroscopy, which showed the presence of the OH group, aliphatic C-H, methylene group (CH2), methyl (CH3), cyclic alkene C=C

and C-O (alcohol), also the melting point was obtained at 260-262oC. Toxicity assay

showed that the n-hexane extract and fraction were non-toxic with LC50 value >1000

ppm, and FR-H-03 compound was toxic with LC50 value 13 ppm.

Keywords: Flacourtia rukam, isolation, toxicity ABSTRAK

Tumbuhan rukam merupakan salah satu spesies dari famili Flacourtiaceae yang banyak tersebar di daerah Sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa metabolit sekunder dari daun rukam dan menguji toksisitasnya dengan metode BSLT. Senyawa metabolit sekunder (FR-H-03) telah berhasil diisolasi dengan metode flash chromatography. Karakterisasi senyawa dilakukan dengan analisis spektroskopi FT-IR yang menunjukkan adanya gugus OH, C-H alifatik, CH2 (metilen), CH3 (metil), C=C

alkena siklik dan C-O (alkohol), serta titik leleh senyawa diperoleh pada rentang 260-262˚C. Uji toksisitas menunjukkan ekstrak n-heksana dan fraksi 6 tidak toksik dengan nilai LC50 > 1000 ppm, dan senyawa FR-H-03 bersifat toksik dengan nilai LC50 13 ppm.

(2)

PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia secara turun menurun telah memanfaatkan berbagai macam tumbuhan sebagai obat-obatan dan beragam etnis memanfaatkan tumbuhan tertentu untuk digunakan sebagai obat-obatan tradisional. Tumbuhan obat mengandung senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, fenolik, flavonoid, steroid, terpenoid dan saponin yang merupakan zat kimia aktif dan memiliki potensi bioaktivitas sebagai obat-obatan. Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai sumber obat adalah tumbuhan dari genus Flacourtia yaitu Flacourtia rukam.

Flacourtia rukam atau biasanya dikenal sebagai Rukam, merupakan tumbuhan etnis Indonesia yang termasuk dalam famili Flacourtiaceae dan tersebar diseluruh daerah tropis dan substropis di dunia. Tumbuhan ini banyak tersebar di daerah Sumatra dan secara etnomedisin digunakan dalam pengobatan tradisional. Daun rukam diaplikasikan untuk mengobati kelopak mata yang meradang, buahnya digunakan sebagai obat diare dan disentri untuk anak-anak. Rebusan akar digunakan untuk pemulihan setelah

proses persalinan (Fadiyah et al., 2020). Berdasarkan uji fitokimia pada penelitian yang dilakukan oleh Munhari (2018) menunjukkan bahwa daun dari tumbuhan rukam positif mengandung senyawa bioaktif diantaranya golongan senyawa flavonoid, saponin, fenolik dan terpenoid/steroid.

Senyawa poliotriosida yang diisolasi dari eksrak etil asetat F. indica dilaporkan menunjukkan aktivitas antiplasmodial yang kuat dengan nilai IC50 7,4 µM terhadap Plasmodium falciparum dan indeks selektivitas yang baik mirip dengan kontrol positif yang digunakan yaitu klorokuin. Hasil uji aktivitas yang dilakukan mendukung penggunaan F. indica sebagai obat-obatan tradisional dalam mengobati malaria di kepulauan Komoro. (Kaou et al., 2010).

Aktivitas sitotoksik ekstak etil asetat dari Flacourtia jangomas dilakukan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menggunakan Vinkristin sulfat sebagai referensi standar. Mortalitas maksimum dari hasil uji didapatkan pada konsentrasi 80 mg/ml, sedangkan mortalitas minimum berada pada konsentrasi 5 mg/ml (Parvin et al., 2011).

(3)

Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan dapat dianalisis kemampuan toksiknya melalui metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Metode ini ditujukan terhadap tingkat mortalitas larva udang Artemia salina Leach. yang disebabkan oleh ekstrak uji. Hasil yang diperoleh dihitung sebagai nilai LC50 ekstrak uji,

yaitu jumlah dosis atau konsentrasi ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian larva udang sejumlah 50% setelah masa inkubasi 24 jam. Ekstrak dengan LC50 < 1000 µg/ml dapat

dianggap sebagai suatu senyawa aktif yang bersifat toksik (Meyer et al., 1982).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terhadap tumbuhan F. rukam, tumbuhan rukam berpotensi sebagai salah satu tumbuhan etnomedisin yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk dijadikan sumber obat-obatan. Penelitian ini merujuk dan merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan oleh Munhari (2018) yang telah berhasil mengisolasi senyawa metabolit sekunder Fraksi 2 dari ekstrak n-heksana daun rukam, oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap fraksi lain dari ekstrak n-heksana khususnya fraksi 6.

Pemilihan fraksi didasarkan dari profil KLT yang menunjukkan beberapa komponen senyawa yang dapat dipisahkan dari fraksi 6, sehingga berpotensi untuk diisolasi menjadi senyawa murni dan diidentifikasi kemudian dilakukan uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

METODOLOGI PENELITIAN a. Alat dan bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat destilasi, set kromatografi flash, neraca analitik, vial, seperangkat alat ultrasonicator (Kery Pulsatron), statif, spatula, lumpang dan alu, chamber, hot plate, waterbath, pipet mikro, alat penentu titik leleh Fisher John (SMP 11-Stuart), lampu UV (Cole Permer 254 dan 366 nm), spektrofotometer FT-IR (Shimadzu, FT-IR Prestige-21) serta peralatan gelas yang umum digunakan di Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Riau.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak n-heksana daun rukam (F. rukam), fraksi 6, pelarut n-heksana, etil asetat (EtOAc), metanol (MeOH), akuades, reagen penampak noda anisaldehid, aluminium foil, silika gel 60 (230-400

(4)

mesh), plat KLT silika gel GF254, dan

bahan-bahan uji toksisitas BSLT.

b. Isolasi metabolit sekunder

Senyawa metabolit sekunder dari daun tanaman rukam diisolasi dengan menggunakan metode flash chromatography terhadap fraksi 6 yang didapatkan dari hasil VLC (Vacuum Liquid Chromatography) dari ekstrak n-heksana yang telah dilakukan oleh Munhari (2018) sebanyak 3 gram. Preparasi kolom kromatografi dimulai dari menyiapkan bubur silika dengan cara mencampurkan silika dengan pelarut n-heksana kemudian diaduk rata, bubur silika dituangkan ke dalam kolom secara perlahan-lahan dengan menggunakan corong lalu dielusi sampai kerapatan maksimum dengan bantuan gas nitrogen. Fraksi yang akan dipisahkan dipreadsorpsi terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam kolom. Fraksi dielusi secara bergradien dengan perbandingan berbagai pelarut tertentu. Proses elusi dibantu dengan adanya tekanan dari gas nitrogen sehingga proses pemisahan senyawa akan lebih cepat. Hasil pemisahan kemudian ditampung di dalam vial-vial yang telah diberi nomor.

Hasil pemisahan diuji dengan KLT menggunakan pelarut yang sesuai. Noda

hasil KLT pada plat ditandai dengan menggunakan pensil dan diamati dengan lampu UV λ254/366 nm. Noda

hasil KLT dari tiap-tiap vial yang memiliki nilai retardation factor (Rf) sama maka dapat digabungkan menjadi satu vial. Hasil penggabungan vial yang membentuk padatan atau kristal dari pemisahan menggunakan flash chromatography selanjutnya perlu direkristalisasi untuk memisahkan kristal atau padatan dari pengotornya sehinggga didapatkan senyawa murni. Selanjutnya analisis kemurnian dilakukan dengan KLT, kemurnian senyawa ditentukan dari profil KLT yang menunjukkan satu noda. Pengujian titik leleh juga dilakukan untuk membuktikan kemurnian senyawa menggunakan alat penentu titik leleh Fisher-Johns yang ditentukan melalui rentang suhu ketika kristal mulai meleleh sampai habis meleleh ≤ 2oC.

c. Karakterisasi senyawa

Senyawa murni yang berhasil diisolasi dikarakterisasi menggunakan analisis spektroskopi FT-IR yang dilakukan di Jurusan Kimia UR.

d. Uji toksisitas dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality

(5)

Uji toksisitas dilakukan terhadap 3 sampel yaitu ekstrak n-heksana, fraksi 6 dan senyawa murni hasil isolasi. Sampel ekstrak dan fraksi sebanyak 20 mg dan senyawa sebanyak 2 mg dilarutkan dalam 2 mL n-heksana (larutan induk, konsentrasi 10.000 µg/mL untuk ekstrak dan fraksi dan 1000 µg/mL untuk senyawa). Konsentrasi sampel yang diuji yaitu 1000 µg/mL, 100 µg/mL dan 10 µg/mL untuk ekstrak dan fraksi sedangkan senyawa dengan konsentrasi 100 µg/mL, 10 µg/mL dan 1 µg/mL yang masing-masing dibuat dengan cara pengenceran bertingkat.

Vial sebanyak 9 buah dikalibrasi pada 5 mL untuk masing-masing konsentrasi. Sampel dipipet kedalam masing-masing vial sebanyak 0,5 mL, lalu diuapkan hingga pelarutnya mengering. Selanjutnya, kedalam masing-masing vial ditambahkan 50 µL DMSO dan sedikit air laut. Sebanyak 10 ekor larva udang yang sudah disiapkan dimasukkan kedalam vial uji dan ditambah air laut hingga batas kalibrasi 5 mL.

Tingkat toksisitas diukur dari persen kematian larva, dengan cara menghitung jumlah larva udang yang mati dibandingkan dengan jumlah larva

keseluruhan. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dengan perlakuan sama untuk masing-masing konsentrasi. Data yang diperoleh dianalisis untuk menentukan nilai LC50

dengan metode kurva menggunakan tabel analisis probit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Isolasi senyawa metabolit sekunder

Senyawa metabolit sekunder dari daun F.rukam diisolasi menggunakan metode flash chromatography terhadap fraksi 6 dari hasil pemisahan sebelumnya menggunakan Vacuum Liquid Chromatography (VLC). Fraksi 6 sebanyak 3 gram dipisahkan dengan menggunakan kolom berdiameter 2 cm yang diisi dengan silika gel G60 (230-400 mesh) sampai ketinggian silika 30 cm. Pemisahan dilakukan dengan sistem gradien elusi dimulai dari n-heksana : etil asetat (7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9) hingga etil asetat 100% kemudian dilanjutkan dengan etil asetat:metanol (9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6) lalu metanol 100% dengan hasil pemisahan sebanyak 196 vial. Hasil pemisahan pada vial 112-113 diamati terbentuk padatan berwarna putih kecoklatan sehingga dilakukan rekristalisasi untuk memisahkan senyawa dari pengotornya.

(6)

Rekristalisasi vial 112-113 didapatkan senyawa berwarna putih, kemudian dilakukan uji KLT dengan menggunakan bantuan penampak noda anisaldehid dan didapatkan 1 noda yang menandakan senyawa sudah murni dengan nilai Rf yang sama, sehingga dapat digabungkan dengan berat 7 mg Titik leleh senyawa diperoleh pada suhu 260-262˚C. Senyawa murni hasil isolasi diberi kode nama FR-H-03.

b. Karakterisasi Senyawa dengan Spektroskopi FT-IR

Karakterisasi senyawa murni yang telah berhasil diisolasi dilakukan dengan menggunakan spektroskopi FT-IR untuk menganalisis gugus fungsi

yang terdapat didalam senyawa. Spektrum IR untuk senyawa FR-H-03 menunjukkan serapan melebar dan kuat pada bilangan gelombang 3326 cm-1 yang mengindikasikan vibrasi ulur dari gugus OH, pada bilangan gelombang 2849-2958 cm-1 menandakan adanya serapan vibrasi C-H alifatik (alkana), serapan juga terjadi pada bilangan gelombang 1463 cm-1 yang menandakan adanya gugus CH2

(metilen) serta pada serapan bilangan gelombang 1379 cm-1 menunjukkan adanya gugus CH3 (metil). Serapan pada

bilangan gelombang 1073 cm-1

mengindikasikan adanya gugus C-O (alkohol). Hasil analisis spektroskopi IR dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Spektrum FT-IR senyawa FR-H-03

600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200 3400 3600 3800 1/cm 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 %T 330 9, 99 295 8, 93 293 4, 82 290 7, 81 287 0, 20 284 9, 95 156 8, 19 146 3, 07 144 0, 89 137 9, 16 136 8, 55 134 1, 55 1255, 71 116 6, 98 113 0, 33 110 8, 15 107 3, 43 102 3, 28 FR-H-03-Smooth

(7)

c. Uji Toksisitas dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

Uji toksisitas dilakukan terhadap ektrak n-heksana, fraksi 6 dan senyawa FR-H-03 dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil uji toksisitas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 : Hasil uji toksisitas

No Sampel LC50 (ppm)

1 Ekstrak n-heksana 2529

2 Fraksi 6 1527

3 Senyawa FR-H-03 13

Dari ketiga sampel yang diuji, data hasil toksisitas yang didapatkan menunjukkan ekstrak dan fraksi 6 memiliki nilai LC50 >1000 ppm

sehingga dinyatakan tidak toksik, sedangkan untuk senyawa FR-H-03 bersifat toksik dengan nilai LC50 < 100

ppm.

KESIMPULAN

Senyawa FR-H-03 berhasil diisolasi dari ekstrak n-heksana daun rukam pada fraksi 6 dengan metode flash chromatography. Senyawa FR-H-03 dikarakterisasi dengan spektroskopi FT-IR dan menunjukkan adanya gugus

OH, C-H alifatik, CH2 (metilen), CH3

(metil) dan C-O (alkohol). Uji toksisitas dilakukan terhadap ekstrak n-heksana, fraksi 6 dan senyawa FR-H-03. Hasil uji toksisitas menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi tidak toksik dengan nilai LC50 >1000 ppm dan senyawa FR-H-03

menunjukkan aktivitas toksik dengan nilai LC50 <100 ppm.

DAFTAR PUSTAKA

Fadiyah, I., Lestari I., dan Mahardika, R. G. 2020. Kapasitas antioksidan ekstrak buah rukam

(Flacourtia rukam)

menggunakan metode

Microwave Assisted Extraction (MAE). Indonesian Journal of Chemical Research. 7(2), pp.107-113.

Kaou, A. M., Leddet, V. M., Canlet, C.,

Debrauwer, L., Hutter, S., Laget, M., Faure, R., Azas, N dan Ollivier, E. 2010. Antimalarial compounds from the aerial parts

of Flacourtia indica

(Flacourtiaceae). Journal of

Ethnopharmacology. 130,

pp.272-274.

Meyer, B. N., Ferrigni, N. R., Putnam, J. E., Jacobsen, L. B., Nichols,

(8)

D. E dan McLaughlin, J.L. 1982. Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for Active Plant Constituents. Journal of Medicinal Plant Research. 45, pp.31-34.

Munhari. 2018. Isolasi dan uji toksisitas senyawa metabolit sekunder dari ekstrak n-heksana daun rukam (Flacourtia rukam). Skripsi. Universitas Riau, Riau.

Parvin, S., Kader, A., Sarkar, G. C dan Hosain, S. B. 2011. In-vitro studies of antibacterial and cytotoxic properties of Flacourtia jangomas. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research. 2(11), pp.2786-2790.

Gambar

Gambar 1.  Spektrum FT-IR senyawa FR-H-03
Tabel 1 : Hasil uji toksisitas

Referensi

Dokumen terkait

Selain berhadapan dengan masalah menguasai kelima-lima jenis modal di atas, kehidupan komuniti kajian (wargatua, wanita tidak bekerja, nelayan pantai dan

Tetapi, seperti yang telah didemonstrasikan berkaitan dengan pendistribusian urutan- urutan kata dasar (yaitu enam kemungkinan yang logis tentang urutan kata ditunjukkan

Kelompok siswa di kelas XI IPS SMA N 1 Sungai Ambawang mendekati sikap etnosentrisme yang dilihat berdasarkan kelebihan dari identitas etnis, kebersamaan etnis dan segi

Selain menerapkan tata kelola pemerintahan demokratis dan terbuka, Suyoto juga memanfaatkan dengan baik segala potensi Bojonegor, termasuk sumber daya alamnya.. Hal

Dengan demikian maka dapat kita ringkas bahwa pancasila sebagai dasar negara itu, sesungguhnya berisi: Ketuhanan yang maha esa, yang berkemanusiaan yang adil dan

[r]

Penulis merancang dan membuat sistem informasi pengawasan taman kota pada Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Utara sesuai dengan kebutuhan yang

ditambah dan yang harus diganti pada saat acara di rumah untuk segera dilaporkan kepada pihak vendor katering rumah.. Jangan sampai ada makanan