• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Peternakan di Indonesia.

Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan peternakan yang melaksanakan biosekuriti sangat ketat (high level biosecurity) sesuai dengan prosedur standar. Dalam sektor ini misalnya adalah golongan industrial integrated system seperti pembibitan (breeding farm) sektor 2 merupakan peternakan komersial dengan moderate to high level biosecurity. Yang termasuk dalam sektor ini adalah peternakan dimana ayam ditempatkan dalam ruangan tertutup/indoors, sehingga unggas dan burung lain tidak dapat kontak dengan ternak ayam dan penggunaan kandang close house atau semi close house Sektor 3 merupakan peternakan unggas non komersial yang melaksanakan biosekuriti dengan sangat sederhana dimana masih terdapat kontak dengan unggas lain atau orang yang masuk peternakan, umumnya peternakan yang ada di Indonesia masuk kedalam sektor ini. Sektor 4 merupakan sektor dimana peternakan unggas yang digolongkan dalam sektor ini adalah peternak ayam kampung yang memelihara ayamnya dibelakang rumah. Hampir semua peternak komersial memelihara ayam ras (broiler dan petelur) dan sebaliknya hampir semua peternak tradisional memelihara ayam kampung (FAO, 2004).

Perkembangan industri perunggasan di Indonesia mampu meningkatkan swasembada daging dan telur ayam dengan konsumen yang mencapai hampir seluruh wilayah Indonesia perlu dicermati dengan baik. Peternakan ayam pedaging di sektor 3 ini terdiri dari peternak dengan sistem kemitraan dan

(2)

peternak dengan sistem mandiri. Artinya sebagian besar peternak ayam pedaging bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan DOC dan pakan ternak dalam menjalankan usaha peternakannya, hal ini mengingat sebagian besar peternak ayam pedaging adalah peternak dengan modal kecil.

Pada peternakan sistem kemitraan, peternak hanya menyediakan lahan dan kandang untuk memelihara ayam, sedangkan perusahaan yang menyediakan sarana produksi pemeliharaan ayam, misalnya day old chick (doc), pakan dan obat- obatan serta biaya operasional yang besarnya sesuai dengan kontrak dan jumlah ayam yang dipelihara oleh peternak. Selain itu, perusahaan juga menyediakan petugas lapangan yang bertugas untuk memberikan bimbingan dalam pemeliharan yang berguna agar dapat menaikan produksi dari peternak tersebut kedepannya. Dalam penjualan, perusahaan juga membeli ayam dengan harga yang sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati dan juga tidak merugikan peternak dan perusahaan. Sedangkan pada peternak mandiri, peternak harus mengeluarkan biaya yang besar untuk memulai usaha peternakan ayam pedaging. Biaya itu berupa penyediaan lahan untuk pembuatan kandang, penyediaan sarana penunjang peralatan, sapronak yang dibeli sendiri, biaya untuk tenaga kerja, transportasi yang jika diakumulasikan akan sangat besar jumlahnya. Selain itu juga, pada saat penjualan, pendapatan mereka sangat tergantung dari harga pasar. Dalam hal ini peternak tidak bisa mengendalikan harga pasar yang cenderung tidak stabil. Kelebihan dari sistem ini adalah apabila harga dipasaran sedang tinggi, maka peternak akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar, sedangkan , apabila harga ayam dipasaran rendah, maka peternak akan mengalami kerugian yang tidak sedikit jumlahnya, bahkan bisa menyebabkan peternak

(3)

gulung tikar. Atas dasar pertimbangan ini lah maka banyak peternak yang cenderung memilih kerja sama dengan perusahaan dibandingkan dengan beternak sendiri.

2.2. Wabah Penyakit Flu Burung

Sejak akhir 2003, flu burung telah melanda beberapa negara di Asia termasuk Indonesia. Khusus di Indonesia ada 33 provinsi yang telah terinfeksi dan diidentifikasi sebagai penyebab meninggalnya sejumlah orang. Selain menyebabkan meninggalnya sejumlah orang, wabah penyakit influenza pada unggas yang disebut Avian Influenza (AI), juga menyebabkan kerugian besar bagi peternak karena menurunnya produksi ( Ilham dan Yusdja,2008 ).

Sebenarnya kasus flu burung telah muncul sejak tahun 1878 di Italia, dimana pada saat itu banyak ditemukan unggas yang mati mendadak. Namun penyebab matinya unggas tersebut baru diketahui pada tahun 1955 yang ternyata adalah virus influenza. Pada awalnya virus ini dikenal tidak berbahaya karena tidak dapat menyerang spesies lain termasuk manusia karena perbedaan jenis reseptor virus, namun setelah ditemukan bahwa flu yang menyerang unggas ini juga menyerang 2 anak laki-laki pada tahun 1997 di Hongkong dan menyebar ke seluruh Asia, serentak kasus flu burung menjadi pandemik yang mengkhawatirkan semua pihak di dunia. Publikasi awal mengenai AI berasal dari daratan negeri China, dimana hal tersebut memperkuat asal flu burung dari negeri tirai bambu. Saat itu flu burung hanya menyerang hewan kelas primata. Sedangkan avian influenza mengglobal ke seluruh dunia sejak terjadi mutasi virus ini. Virus yang bermutasi ini menyerang manusia di Guangdong, mulai saat itulah otoritas kesehatan menyatakan bahwa kejadian penyakit tersebut merupakan flu burung.

(4)

Wabah itu yang memakan korban manusia terjadi di Indonesia tahun 2003. Penyebarannya dari Negara satu ke Negara lainnya diketahui disebarkan oleh migrasi burung liar dimana virus berpindah dari tetesan sekresi burung yang terinfeksi yang mengenai peternakan unggas komersial dan juga lingkungan disekitarnya. Resikonya menjadi lebih besar bilamana peternakan tersebut berada di alam terbuka dimana burung liar atau unggas domestik dapat dengan mudah bergabung dan mencemari sumber air/makanan dengan tetesan sekresi yang terinfeksi virus flu burung sehingga dengan mudah menyebar ke semenanjung korea dan dengan cepat menyebar di Asia Timur, daratan China, Vietnam, Jepang sampai merambah ke Indonesia tahun 2003 (Nurhakim ,2010).

Ada kejadian menarik di Indonesia mengenai kasus wabah flu burung, dimana otoritas Indonesia mengumumkan bahwa Indonesia terserang AI pada tahun 2004, padahal kejadian tersebut sudah terjadi pada tahun 2003. Pada awalnya, kejadian kematian unggas yang berturut-turut dan banyak di Indonesia disinyalir sebagai akibat dari wabah tetelo, tetapi melihat kejadian kematian unggas bertambah banyak dan meluas hingga akhir tahun 2003, para peternak dan dinas peternak meyakini bukan kejadian penyakit tetelo semata, melainkan kematian tersebut disebabkan oleh wabah flu burung mengingat pada saat yang bersamaan terjadi wabah AI di china maka disimpulkanlah unggas mati tersebut terserang virus AI (H5N1) dan ini terbukti setelah dilakukan pengujian anti serum oleh otoritas peternakan dan kesehatan hewan. Kejadian unggas mati tercatat pada mulanya di Tangerang, sehingga asal flu burung di Indonesia dicatat dari lokasi tersebut di Jawa Barat (Nurhakim ,2010).

(5)

H5N1 ini bersifat patogenik dimana di tahun 2004 mulai memakan korban manusia, keunikan asal flu burung di Indonesia disinyalir terjadi akibat kelalaian pemerintah dalam memberikan izin perusahaan besar untuk memasukan Parent Stock (bibit indukan) dari china. Ternyata indukan tersebut terinfeksi virus AI. Karena perusahaan besar tersebut tidak ingin banyak merugi, maka didatangkanlah vaksin yang ternyata vaksin tersebut tidak layak untuk digunakan. (Nurhakim ,2010). Akhirnya pemerintah memutuskan bahwa cara yang paling mudah pemberantasan virus mematikan ini adalah melakukan eradikasi masal pada unggas-unggas yang positif flu burung (Direktorat Jenderal Peternakan, 2005).

2.3. Jalan Masuk Bibit Penyakit Masuk ke Peternakan.

Ada banyak cara bagaimana penyakit dapat masuk ke dalam peternakan, dan untuk menurunkan resiko terjadinya penyakit tersebut adalah dengan menghalangi jalan masuknya bibit penyakit yang bersangkutan. Akhir-akhir ini, istilah yang sangat populer dalam penanggulangan wabah penyakit terutama flu burung adalah biosekuriti. Pelaksanaan biosekuriti pada fasilitas peternakan sangat sulit untuk diterapkan dan tentu saja membutuhkan biaya. Apalagi dengan kondisi peternakan di Indonesia, yang lokasinya kadang – kadang berdekatan dengan pemukiman dan fasilitas desa lainya.

Dalam peternakan ayam pedaging, beberapa jalan masuknya penyakit yang dapat menyebabkan ayam terjangkiti dikenal dengan istilah PATIO, yang dimaksud adalah:

(6)

 People (manusia), terdiri dari:

Semua manusia yang bergerak kedalam dan keluar peternakan, termasuk pemilik dan keluarganya, kontraktor, personel perawatan, tetangga, orang yang melakukan perbaikan, teman, pengunjung dimana seluruh anggota tubuh maupun pakaian yang digunakan oleh orang tersebut dapat terkontaminasi oleh virus flu burung.

 Animals (hewan) terdiri dari semua hewan ( doc, ayam kampung, anjing, kucing, burung, serangga,tikus dan lainnya yang dapat membawa virus flu burung)

 Things (benda) = Inorganik + organik

 Benda inorganik, terdiri dari peralatan dan bahan, termasuk keranjang, alas telur, alat perawatan, toolboxes, ember. Semua alat angkut yang masuk dan bergerak keluar masuk peternakan sepeda, motor, mobil, keranjang serta pakaian dan asesoris ( jam tangan, handphone, kacamata) dari orang yang keluar masuk kandang. Benda organic, terdiri dari debu yang terkontaminasi, air yang tidak diberi perlakuan, air permukaan menarik burung pemakan sisa dan unggas air, air minum yang tidak diberi chlorine, genangan air atau lumpur di mana patogen bertahan hidup dan menarik unggas pemakan sisa. Material litter baru yang terkontaminasi pada sumbernya atau dalam transportasi pakan yang terkontaminasi pada sumbernya (Salmonella) atau selama pengangkutan limbah dan operasional penanganan limbah.

(7)

Meskipun biosekuriti bukan satu-satunya upaya pencegahan terhadap serangan penyakit, namun biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit (Cardona 2005).

2.4. Prinsi-Prinsip Biosekuriti

Biosekuriti sendiri merupakan suatu istilah asing yang menimbulkan beberapa pendapat mengenai definisinya. (Payne et al, 2002), mengemukakan bahwa biosekuriti adalah suatu konsep yang merupakan bagian integral dari suksesnya sistem produksi suatu peternakan unggas, khususnya ayam pedaging dalam mengurangi risiko dan konsekuensi dari masuknya penyakit infeksius terhadap unggas maupun manusia. Menurut (Shulaw dan Bowman, 2001), biosekuriti adalah semua praktek-praktek manajemen yang diberlakukan untuk mencegah organisme penyebab penyakit ayam dan zoonosis yang masuk dan keluar peternakan. Sedangkan (Zainuddin dan Wibawan, 2007) mengatakan bahwa tujuan utama dari penerapan biosekuriti adalah meminimalkan keberadaan penyebab penyakit serta kesempatan agen berhubungan dengan induk semang sehingga tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit ditekan menjadi serendah mungkin. Pendapat diatas kemudian didukung oleh pernyataan bahwa biosekuriti merupakan praktik manajemen dengan mengurangi potensi transmisi perkembangan organisme seperti virus AI dalam menyerang hewan dan manusia WHO(2008). Biosekuriti terdiri dari dua elemen penting yaitu bio-kontaimen dan bio-ekslusi. Bio-kontaimen adalah pencegahan terhadap datangnya virus terinfeksi dan bio-ekslusi adalah menjaga supaya virus yang ada tidak keluar atau menyebar. Untuk mencegah pengaruh negatif tersebut, maka perlu diterapkan prinsip

(8)

biosekuriti yang dikenal dengan jargon/istilah BIRDDS (Jubbs & Dharma, 2008) yang terdiri dari:

Build (bangun) artinya peternak harus cukup memiliki pembatas (pagar pembatas) dan prosedur (SOP/aturan masuk kekandang/izin) agar patogen tidak masuk dan menyebar ke dalam peternakan

Increase (tingkatkan) resistensi flok terhadap penyakit dengan cara vaksinasi, nutrisi bagus, pengendalian parasit, menghilangkan penyebab stres

Reduce (kurangi) multiplikasi patogen yang telah ada di peternakan dengan higiene, sanitasi, sistem pemeliharaan all-in all-out

Detect (deteksi) penyakit sedini mungkin dengan menggunakan sistem surveillans/pengawasan dan program monitoring.

Dimensions (dimensi) ambil peluang waktu, jarak dan gravitasi (lokasi) Select (pilih) penggantian stok dengan hati hati dengan cara memilih

dari breeder yang aman dengan kebersihan penetasan yang baik dan supplier pakan yang memiliki reputasi

2.5. Pelaksanaan Biosekuriti pada Peternakan Ayam Pedaging di Bali.

Pada umumnya, peternak untuk memulai suatu usaha peternakan yang harus dilakukan pertama kali adalah menentukan lokasi yang cocok untuk melakukan suatu usaha peternakan. Tetapi pada umumnya tidak semua peternak bisa melakukan hal tersebut. Beberapa peternak awalnya sudah melakukan pemilihan lokasi yang tepat untuk beternak, tetapi karena pertumbuhan penduduk yang sangat cepat menyebabkan lokasi tersebut lama kelamaan berubah menjadi

(9)

pemukiman penduduk. Padahal lokasi yang ideal untuk mendirikan suatu usaha peternakan adalah jauh dari pemukiman penduduk atau terisolasi dari pemukiman, hal ini bertujuan untuk mencegah dampak negatif yang ditimbulkan dari usaha peternakan tersebut. Selain itu tujuan memilih lokasi yang jauh dari pemukiman adalah untuk mencegah ternak dari stress yang diakibatkan kan oleh aktifitas penduduk, salah satunya kebisingan, mengurangi interaksi ayam yang dipelihara dengan penduduk dan lain-lain.

Dibali sendiri, banyak peternak yang mendirikan peternakannya tepat di halaman belakang rumahnya, hal ini disebabkan berkurangnnya lokasi yang ideal untuk usaha peternakan yang diakibatkan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat. Dan juga bila peternakan jauh dari lokasi pemukiman tetapi letaknya berdekatan satu dengan yang lainya mengingat kadang-kadang peternak mempunyai lahan yang berdekatan di suatu desa. Hal ini juga berimbas kepada penerapan biosekuriti dipeternakan mereka masing-masing. Salah satunya adalah masih banyaknya peternak yang tidak membuat pagar pembatas di sekitar peternakan untuk meminimalisir lalulintas manusia dan hewan memasuki area peternakan. Sedangkan perusahaan mitra peternak juga tidak mampu memaksakan peternaknya untuk melakukan biosekuriti, hal ini dilakukan semata agar peternak mereka tidak berpindah ke perusahan lain.

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan cadangan disesuaikan dengan metode Illinois terdapat persyaratan yang harus terpenuhi yaitu nilai premi bersih tahunan yang dibayarkan tertanggung lebih besar dari

penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak etanol siwak ( Salvadaro persica ) sebagai bahan alternatif irigasi saluran akar dalam

Sedangkan Tujuan dari pemikiran pembaharuan Islam Nurchalis Madjid pada intinya adalah Umat Islam mampu bersikap terbuka kepada seluruh ajaran agama dalam arti

Dampak negatif akibat penurunan perekonomian Amerika tersebut berpengaruh terhadap perekonomian negara besar lain yang ditandai dengan penurunan indeks pasar saham

Metode ceramah bervariasi dengan metode tanya jawab, pemberian tugas, latihan dan demonstrasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang konduktif dengan

Dan berdasarkan analisis distribusi kationiknya seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi kationik dari atom Lanthanum yang berhasil mensubstitusi atom

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kinerja sensor ultrasonik HC- SR04 berbasis mikrokontroler Arduino Uno yang dapat digunakan untuk mengukur tinggi permukaan Crude Palm

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karuniaNya sehingga skripsi dengan judul “POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIKEJANG PADA PASIEN