• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara FaktorLingkungan Fisik Dalam Dan Luar Rumah Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara FaktorLingkungan Fisik Dalam Dan Luar Rumah Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Antara FaktorLingkungan Fisik Dalam Dan Luar Rumah Dengan Kejadian

Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur

Fanty Julita Wowor*, Dantje T. Sembel, Nancy S. H. Malondah*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Malaria disebabkan oleh plasmodium dengan perantara nyamuk Anopheles. Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium (MDGs). Indonesia melakukan upaya pengendalian malaria dalam rangka eliminasi malaria di Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan fisik dalam dan luar rumah dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain studi kasus kontrol (case control). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita yang didiagnosis positif malaria yang tercatat dalam data registrasi kunjungan pasien yang berobat pada tahun Januari 2012 – Januari 2013 di Puskesmas Wolaang yaitu sebanyak 123 pasien. Pengambilan sampel secara stratified random sampling dimana diambil 40 kelompok kasus dan 40 kelompok kontrol dan dilakukan matching berdasarkan jenis kelamin, umur dan tempat tinggal. Variabel yang diteliti adalah faktor lingkungan fisik dalam rumah dan lingkungan fisik luar rumah. Analisis bivariat menggunakan uji chi square(CI = 95%, α = 0,05) dengan program SPSS versi 20.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor lingkungan fisik dalam rumah dengan kejadian malaria dengan nilai p=0,000 (OR = 7,74 ; 95% CI: 2,52 – 23,81), dan terdapat hubungan antara faktor lingkungan fisik luar rumah dengan kejadian malaria dengan nilai p=0,001 (OR = 5,41 ; 95% CI: 1,99 – 14,66).

Saran untuk penelitian serupa diharapkan untuk dilakukan penelitian yang intensif bagi faktor-faktor lingkungan lain yang belum sempat diteliti dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Malaria dan Lingkungan fisik rumah

Relationship BetweenPhysicalEnvironmental FactorsInside And OutsideHome WithMalaria

IncidenceInThe Work Area Of WolaangHealth Center District East Langowan

Fanty Julita Wowo*, Dantje T. Sembe, Nancy S. H. Malonda

*

Faculty of Public Health. SamRatulangiUniversity Manado

ABSTRACT

Malaria is caused by plasmodium in the mosquito Anopheles intermediaries . Malaria remains a public health problem in Indonesia because the morbidity and mortality are still high . Malaria is one of the indicators of the targeted Millennium Development Goals ( MDGs ) . Indonesian malaria control efforts in order to eliminate malaria in Indonesia.

(2)

outside the house with the incidence of malaria in the Puskesmas Wolaang Eastern District Langowan. . This study is an observational analytic study with case-control study design ( case-control ) . The population in this study were all patients who were diagnosed positive malaria recorded in the registration data of patients who seek treatment visits in January 2012 - January 2013 at the Health Center Wolaang as many as 123 patients . Sampling stratified random sampling where taken 40 cases and 40 matched control group and performed by sex , age and residence . The variables studied were the physical environmental factors in the home and outside the home physical environment . Bivariate analysis using chi square test ( CI = 95 % , α = 0.05 ) using SPSS version 20. .

The results showed that there is a relationship between physical environmental factors with the incidence of malaria in the home with a value of p = 0.000 ( OR = 7.74 , 95 % CI : 2.52 to 23.81 ) , and there is a relationship between physical environmental factors outside the home with malaria incidence with p = 0.001 ( OR = 5.41 , 95 % CI : 1.99 to 14.66) .

Suggestions for similar studies are expected to do intensive research for other environmental factors that have not been examined in this study .

(3)

1. Pendahuluan

Malaria sudah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Seorang ilmuwan Hippocrates sudah membedakan

jenis-jenis malaria. Alphonse Laveran (1880) menemukan plasmodium sebagai penyebab malaria, dan Ross (1897)

menemukan perantara malaria adalah nyamuk Anopheles. Malaria masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi terutama di daerah

luar Jawa dan Bali. Di daerah transmigrasi yang terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah

endemik dan yang tidak endemik malaria, masih sering terjadi ledakan kasus atau wabah yang menimbulkan

banyak kematian (Widoyono, 2008).

Malaria merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium (MDGs), dimana ditargetkan

untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian insiden malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari

indikator menurunnya angka kesakitan dan angka kematian akibat malaria. Global Malaria Programme

(GMP) menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi kebijakan dan strategi yang tepat. Di dalam GMP

ditargetkan 80% penduduk terlindungi dan penderita mendapat pengobatan Arthemisinin based Combination

Therapy (ACT) (Harijanto dkk, 2011).

Sulawesi utara merupakan daerah ke 7 tertinggi angka kejadian malaria dari keseluruhan provinsi di

Indonesia. Prevalensi malaria di Indonesia adalah 0,6%, sedangkan di Provinsi Sulawesi utara sendiri

prevalensinya mencapai 1,9%. Angka Annual Parasite Incidence (API) pada tahun 2012 di Kabupaten

Minahasa adalah 0,88‰ dengan jumlah kasus 274 penderita.

Berdasarkan profil kesehatan tahun 2012 yang ada di dinas kesehatan kabupaten Minahasa, wilayah kerja

puskesmas Wolaang memiliki angka kejadian malaria tertinggi pada 2011 terdapat 216 kasus. Wilayah kerja

Puskesmas Wolaang ini juga telah ditetapkan sebagai daerah endemis malaria.Faktor yang dianggap

berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Wolaang adalah faktor lingkungan fisik

dalam dan luar rumah.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan fisik dalam dan luar

(4)

Tujuan Khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan faktor risiko lingkungan dalam rumah dengan kejadian malaria di wilayah

kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur.

2. Untuk mengetahui hubungan faktor risiko lingkungan luar rumah dengan kejadian malaria di wilayah

kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan dengan desain studi Case Control atau Kasus Kontrol.

Kasus: Pasien yang berkunjung ke Puskesmas yang dinyatakan menderita malaria dengan hasil pemeriksaan

sediaan darah adalah Plasmodium positif. Orang yang ada di wilayah kerja Puskesmas tanpa adanya gejala

malaria klinis dan tidak pernah menderita malaria.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita yang di diagnosis positif malaria yang tercatat dalam

data registrasi kunjungan pasien yang berobat pada tahun Januari 2012 – Januari 2013 di Puskesmas

Wolaang yaitu sebanyak 123 pasien.

Sampel untuk kasus dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 40 sampel dan kontrol sebanyak 40 sampel.

Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling.

Variabel dependen dalam peneltian ini adalah kejadian malaria. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah faktor lingkungan fisik dalam rumah dan lingkungan fisik luar rumah.

Untuk menanalisis faktor-faktor lingkungan dalam dan luar rumah yang mempengaruhi kejadian malaria,

analisis menggunakan uji statistik chi-square (X2) dengan tingkat kemaknaan 95% (α=0,05). Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekwensi subyek penelitian dan distribusi

proporsi kasus dan kontrol menurut masing-masing variabel independent (faktor risiko) yang diteliti. Analisis

bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan asosiasi faktor risiko utama dengan kejadian penyakit

(5)

3. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur yang terdiri

dari 7 desa. Jumlah sampel sebanyak 80 dengan 40 kelompok kasus dan 40 kelompok kontrol. Pada

masing-masing kelompok kasus dan kelompok kontrol terdistribusi 17 responden laki-laki (42,5%) dan 23 responden

perempuan (57,5%).

Pada kelompok kasus terdapat 62,5% responden yang memiliki jenis dinding tidak rapat dibandingkan

dengan kelompok kontrol terdapat 30% responden yang memiliki jenis dinding tidak rapat.

Pada kelompok kasus terdapat 72,5% responden yang tidak memiliki langit-langit rumah dibanding dengan

kelompok kontrol terdapat 35% responden yang tidak memiliki langit-langit rumah.

Pada kelompok kasus terdapat 70% responden yang tidak memakai kasa pada ventilasi dibandingkan

kelompok kontrol terdapat 45% responden yang tidak memakai kasa pada ventilasi.

Pada kelompok kasus terdapat 72,5% responden yang tidak memakai obat anti nyamuk dibandingkan dengan

kelompok kontrol terdapat 45% responden.

Pada kelompok kasus terdapat 72,5% responden yang terdapat semak dan pepohonan disekitar rumah

dibanding dengan kelompok kontrol terdapat 47% responden yang terdapat semak dan pepohonan disekitar

rumah.

Pada kelompok kasus terdapat 70% responden yang memiliki genangan air disekitar rumah dibanding dengan

kelompok kontrol terdapat 35% responden yang memiliki genangan air disekitar rumah.

Pada kelompok kasus terdapat 70% responden yang memiliki kandang ternak disekitar rumah dibanding pada

kelompok kontrol terdapat 47,5% responden yang memiliki kandang ternak disekitar rumah.

Analisis menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dalam rumah yang kurang baik merupakan faktor risiko

(6)

lingkungan rumah yang kurang baik berisiko terkena malaria 7,74 kali daripada orang yang rumahnya

memiliki jenis dinding yang rapat (OR : 7,74 ; 95% CI : 2,52 – 23,81).

Tabel 1. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dalam Rumah Dengan Kejadian Malaria.

Lingkungan Dalam

Rumah

Kasus Kontrol Total P

value OR 95% CI n % n % n % Kurang Baik 35 87,5 19 47,5 54 67,5 0,000 7,74 2,52-23,81 Baik 5 12,5 21 52,5 26 32,5 Total 40 100 40 100 80 100

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harmendo (2008) tentang faktor risiko

kejadian malaria, yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten

Bangka.Penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi lingkungan dalam rumah dengan

kejadian malaria.Jenis dindingdengan kejadian malaria dengan nilai OR = 5,1 (95% CI: 2,42 - 10,79) dengan

nilai p = 0,0001.Keberadaan langit-langit (flafon) rumah dengan kejadian malaria dengan nilai OR = 4,72

(95% CI:3,378- 9,371) dengan nilai p = 0,0001. Keberadaan kasa pada ventilasi dengan kejadian malaria

dengan nilai OR = 6,5 (95% CI: 3,19-13,21) dengan nilai p = 0,0001.

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan uji Chi Square menghasilkan nilai probabilitas (p value)

sebesar p = 0,001 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi lingkungan luar

rumah dengan penyakit malaria (p<0,05).Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 5,41 (95% CI: 1,99 –

14,66). Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki kondisi lingkungan luar rumah yang kurang baik

berisiko menderita penyakit malaria sebesar 5,41 kali dibandingkan yang memiliki kondisi lingkungan rumah

yang baik.

Tabel 2. Hubungan Antara Kondisi Lingkungan Dalam Rumah Dengan Kejadian Malaria.

Lingkungan Luar

Rumah

Kasus Kontrol Total P

value OR 95% CI n % n % n % Kurang Baik 32 80 17 42,5 49 61,2 0,001 5,41 1,99-14,66 Baik 8 20 23 57,5 31 38,8 Total 40 100 40 100 80 100

(7)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Babba (2007) yang melakukan penelitian

tentang faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Hamadi Kota

Jayapura menemukan bahwa ada hubungan antara kondisi lingkungan luar rumah dengan kejadian penyakit

malaria. Keberadaan kandang ternak dengan kejadian malaria (p = 0,01) dengan nilai OR=2,44 (95% CI:

1,21 – 4,90). Penelitian ini juga sesuai dengan yang dilakukan oleh Susanna (2006) tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah, Kabupaten Kampar.

Penelitian ini menunjukkan tentang hubungan keberadaan kandang ternak dengan kejadian malaria (p =

0,001) dengan nilai OR = 3,2 (95% CI: 1,650 – 6,693).

4. Kesimpulan dan Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan pengaruh faktor lingkungan dalam dan

luar rumah dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Wolaang sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara faktor lingkungan dalam rumah dengan kejadian malaria dimana responden

yang memiliki kondisi lingkungan dalam rumah yang kurang baik berisiko terkena penyakit malaria

sebesar 7,74 kali lebih besar dibanding dengan yang memiliki kondisi lingkungan dalam rumah yang

baik.

2. Terdapat hubungan antara faktor lingkungan luar rumah dengan kejadian malaria dimana responden

yang memiliki kondisi lingkungan luar rumah yang kurang baik berisiko terkena penyakit malaria

sebesar 5,41 kali lebih besar dibanding dengan yang memiliki kondisi lingkungan luar rumah yang baik.

1. Bagi Puskesmas Wolaang

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk lebih aktif lagi dalam promosi kesehatan, dalam hal ini dapat

dilakukan penyuluhan tentang pentingnya pencegahan malaria dengan memperhatikan cara menata serta

memperhatikan lingkungan sekitar yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan maupun jalan masuknya

vektor malaria.

(8)

Disarankan kepada masyarakat untuk melakukan pencegahan malaria dengan menggunakan kasa pada

ventilasi, menggunakan obat anti nyamuk, memperhatikan kebersihan lingkungan dan kandang ternak yang

dapat berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan dan peristirahatan vektor malaria.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi penelitian pembanding apabila ingin melakukan penelitian yang sama, dan diharapkan untuk

dilakukan penelitian yang intensif bagi faktor-faktor lingkungan lain yang belum sempat diteliti dalam

penelitian ini.

Daftar Acuan

Harijanto, P. Laihad, F. Poesporodjo, J. 2011. Buletin Jendela Data dasn Informasi Kesehatan Triwulan I

2011: Epidemiologi Malaria di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Hadisaputro S, Babba I, Sawandi S. 2006. Faktor-faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Malaria

(Studi Kasus diWilayah Kerja Puskesmas Hamadi Kota Jayapura).Tesis S2 Universitas Diponegoro Semarang.

Harmendo. 2008. Faktor risiko kejadian malaria (Studi Kasus di Wilayah kerja Puskesmas kenanga

Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka).Tesis S2 Universitas Dipenogoro, Semarang.

Ernawati, K. 2011. Hubungan Faktor Risiko Individu Dan Lingkungan Rumah Dengan Malaria Di Punduh

Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Indonesia 2010. Jurnal Makara Kesehatan, Vol. 15, No. 2, Desember 2011: 51-57

Priyandina, A. 2011. Pengaruh Lingkungan Dan Perilaku Terhadap Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sanggau Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Jurnal Publikasi Universitas Tanjungpura Pontianak.

Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha medika.

(9)

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, & Pemberantasannya). Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Money Bank harus dapat menjamin layanan tersebut dapat mengakses layanan kapan saja nasabah menginginkannya, sangat disarankan untuk down time karena

Dengan diberikan teks tentang cerita hidup rukun yang mengandung ungkapan, siswa dapat menjelaskan makna ungkapan tersebut dalam kalimat yang santun.. Dengan

Pokja ULP Pengadaan pada Satker Direktorat Advokasi dan KIE akan melaksanakan Pelelangan Sederhana/Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan Jasa

Pelelangan Sederhana di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung dinyatakan GAGAL , dengan alasan peserta yang memasukan Dokumen Penawaran tidak ada yang lulus

Membawa kelengkapan dokumen asli atau dokumen yang dilegalisir oleh. pihak yang berwenang sebagaimana yang telah disampaikan

Berdasarkan analisis data dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Silabus dan SAP pada mata kuliah praktik pencabutan gigi tetap pada mahasiswa Poltekkes

Berdasarkan hasil penghitungan KHM dan KBM serta pengukuran zona hambatan, infusum Jambu air Semarang dalam konsentrasi tinggi (80%) mampu menghambat pertumbuhan

Slogan yang ditampilkan dalam majalah Bobo ialah “Teman Bermain dan Belajar.” Slogan ini memberikan sosialisasi nilai pada anak bahwa Bobo bisa menjadi teman anak-anak, baik