• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN DERAJAT INSOMNIA PADA PENDUDUK YANG TERPAPAR RADIASI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DI SEKITAR SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN DERAJAT INSOMNIA PADA PENDUDUK YANG TERPAPAR RADIASI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DI SEKITAR SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN DERAJAT INSOMNIA PADA PENDUDUK YANG TERPAPAR RADIASI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

DI SEKITAR SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

M. ARIEF SYAIFUDDIN G0008122

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2011 commit to user

(2)

ii commit to user

(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 21 Desember 2011

M. ARIEF SYAIFUDDIN G0008122

(4)

iv ABSTRAK

M. Arief Syaifuddin, G0008122, 2011. Perbedaan Derajat Insomnia pada Penduduk yang Terpapar Radiasi Gelombang Elektromagnetik di Sekitar Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan derajat insomnia penduduk yang terpapar radiasi gelombang elektromagnetik di sekitar Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan menggunakan simple random sampling. Penelitian ini menggunakan 60 sampel dengan kriteria wanita produktif, sehat, dan minimal tinggal 5 tahun di bawah SUTET. Sampel di bagi berdasar jarak tempat tinggal dari poros tengah SUTET. Kelompok dengan jarak 0 – 15 m dari poros tengah SUTET disebut kelompok terpapar, Kelompok dengan jarak lebih dari 15 m dari poros tengah SUTET disebut kelompok kontrol. Selanjutnya dilakukan wawancara dengan panduan skala L-MMPI, kuisioner dan Insomnia Rating Scale pada masing-masing kelompok. Data yang diperoleh kemudian diuji analisis menggunakan Chi Square (X2).

Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian didapat X2 hitung sebesar 11, 589 lebih besar dari X2 tabel yaitu 3,841 dengan taraf signifikasi 0,05 dan derajat kebebasan (db) 1. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan insomnia secara bermakna pada kedua kelompok penelitian.

Simpulan Penelitian: Ada perbedaan derajat insomnia penduduk yang terpapar radiasi gelombang elektromagnetik di sekitar Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

Kata kunci: Elektromagnetik, radiasi, insomnia.

(5)

v ABSTRACT

M. Arief Syaifuddin, G0008122, 2011. The Differences of Insomnia Grade on People Expossed by Electromagnetic Wave Radiation of Extra High Voltage Air Corridor (EHVAC). Paper of Bachelor Degree. Medical Falculty of Sebelas Maret University, Surakarta.

Objective : The objective of this study is to find out differences of insomnia grade on people expossed by Electromagnetic Wave Radiation of Extra High Voltage Air Corridor (EHVAC).

Methods: This study was an analytical observational with cross sectional approach. Samples were taken by using simple random sampling. This research used 60 samples with criteria: healthy productive woman who has lived at least for 5 years under the EHVAC exposure. Sample divided based on the distance from the axis of EHVAC. The group which has distance 0 - 15 meters from the axis of EHVAC is exposure group, The group which has distance more than 15 meters from the axis of EHVAC is controlled group. The interview was done by using L-MMPI scale, questioner, and Insomnia Rating Scale for each group. The results were analyzed by Chi Square (X2).

Results: From this study results showed X2 value is 11, 589 more than X2 table, 3.841, with a significancy level of 0.05 and degrees of freedom (db) 1. It showed that there is significant difference of insomnia in both study groups.

Conclusion: There is the differences of insomnia grade on people expossed by electromagnetic wave radiation of Extra High Voltage Air Corridor (EHVAC).

Keywords:Electromagnetic, radiation, insomnia.

(6)

vi PRAKATA

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perbedaan Derajat Insomnia pada Penduduk yang Terpapar Radiasi Gelombang Elektromagnetik di Sekitar Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Nur Hafida Hikmayani, dr, MClinEpid selaku Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Hartono, dr., M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah memberi bimbingan dan saran guna penyusunan skripsi ini.

4. R. P. Andri Putranto, dr., M.Si selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberi bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis.

5. Margono, dr., M.Kes selaku Penguji Utama yang telah memberi saran, nasehat, dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

6. Anik Lestari, dr., M.Kes selaku Anggota Penguji yang telah memberi masukan dalam melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran UNS yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu, Bapak, Kakak dan Adik yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

9. Segenap Staf Laboratorium Fisika Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. 10. Kepada Kepala Desa dan masyarakat Desa Jimbung Kecamatan Kalikotes. 11. Segenap anggota PMPA VAGUS Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran untuk peningkatan karya ini. Semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi semua.

Surakarta, 21 Desember 2011

M. Arief Syaifuddin commit to user

(7)

vii

DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 4

A. Tinjauan Pustaka ... 4

B. Kerangka Pemikiran ... 14

C. Hipotesis ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

A. Jenis Penelitian ... 16

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

C. Populasi Penelitian... 16

D. Teknik Sampling ... 17

E. Alur Penelitian ... 17

F. Klasifikasi Variabel ... 18 commit to user

(8)

viii

G. Definisi Operasional Variabel... 19

H. Alat dan Bahan Penelitian ... 20

I. Cara Kerja ... 21

J. Teknik Analisis Data ... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 23

A. Kondisi Lingkungan ... 23

B. Karakteristik Responden ... 23

C. Derajat Insomnia ... 26

BAB V PEMBAHASAN ... 29

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 33

A. Simpulan... 33

B. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 35 LAMPIRAN

(9)

ix

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Nilai Ambang Batas (NAB) Paparan Radiasi Elektromagnetik...8

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ...24

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur ...24

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan...25

Tabel 5. Perbedaan Insomnia ...27

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA Klaten Lampiran 3. Kuesioner Identitas Responden

Lampiran 4. Skala L-MMPI

Lampiran 5. Insomnia Rating Scale Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Selaras dengan kemajuan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berimbas pula pada kegiatan industri maupun pemukiman yang meningkat pesat, maka penggunaan tenaga listrik dari tahun ke tahun meningkat pula. Untuk menyalurkan kebutuhan aliran listrik untuk mendukung hal di atas salah satunya adalah dengan menggunakan suatu jaringan kabel konduktor yang ditransmisikan melalui udara. Sebagian jaringan untuk transmisi listrik melalui udara tersebut dikenal dengan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

Di sekitar jaringan transmisi timbul medan magnet yang bergantung pada besarnya arus yang mengalir pada penghantar dan jarak terhadap penghantar tersebut (Supardi, dkk. 2003).

Sebagian jaringan SUTET memang melintasi kawasan non pemukiman, namun tidak jarang terpaksa melewati kawasan pemukiman atau sekitar pemukiman penduduk. Di Indonesia, SUTET yang beroperasi bertegangan 500 kV (Departemen Pertambangan dan Energi, 2006).

Akhir-akhir ini telah meluas kekhawatiran masyarakat akan bahaya medan elektromagnetik terhadap kesehatan. Kekhawatiran tersebut erat kaitannya dengan hasil-hasil penelitian tentang pengaruh medan elektromagnetik terhadap kesehatan yang masih kontroversial (Anies, 2001).

(12)

2

Kekhawatiran akan pengaruh buruk medan listrik dan medan magnet terhadap kesehatan dipicu oleh publikasi hasil penelitian yang dilakukan oleh Wertheimer dan Leeper pada tahun 1979 di Amerika. Penelitian tersebut menggambarkan adanya hubungan kenaikan risiko kematian akibat kanker pada anak dengan jarak tempat tinggal yang dekat jaringan transmisi listrik tegangan tinggi. Banyak ahli yang meragukan hasil penelitian tersebut dengan menunjuk berbagai kelemahannya, antara lain tidak adanya data hasil pengukuran kuat medan listrik dan medan magnet yang mengenai kelompok anak-anak yang diteliti. Penelitian dengan menggunakan hewan percobaan pernah dilakukan sejak tahun 1960-an dengan hasil yang bervariasi.

Medan elektromagnetik diketahui dapat menghambat produksi hormon melatonin. Melatonin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pineal, sebuah kelenjar sebesar kacang tanah yang terletak di antara kedua sisi otak. Hormon melatonin di dalam tubuh mengatur irama sirkadian, sehingga orang dapat tidur pada malam hari dan bangun pagi hari (Anies, 2006)

Tidur mempunyai fungsi restoratif pada penyakit akut. Berdasarkan sebuah penelitian, gangguan tidur akan menurunkan aktivitas natural killer cell, menurunkan produksi T cell sitokin, dan menurunkan jumlah leukosit. Kira-kira 70 % hormon pertumbuhan akan disekresi selama tidur. Oleh

(13)

karena itu, sangat penting untuk pemeliharaan dan penyembuhan tubuh (Dracup dalam Fatmasari, 2009)

Berdasar latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti berminat untuk mengetahui pengaruh paparan radiasi gelombang elektromagnetik terhadap derajat insomnia penduduk di sekitar SUTET.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka didapatkan permasalahan sebagai berikut:

Apakah ada perbedaan derajat insomnia penduduk yang terpapar radiasi gelombang elektromagnetik di sekitar SUTET?

C. Tujuan penelitian

Mengetahui apakah ada perbedaan derajat insomnia penduduk yang terpapar radiasi gelombang elektromagnetik di sekitar SUTET.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan bahwa radiasi gelombang elektromagnetik berpengaruh terhadap derajat insomnia penduduk di sekitar SUTET.

2. Manfaat Aplikatif

Memberikan informasi ilmiah bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang radiasi gelombang elektromagnetik SUTET.

(14)

4 BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. SUTET

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) merupakan saluran untuk menyalurkan tenaga listrik pada sistem tegangan ekstra tinggi di atas 245 kV yang terdiri atas konduktor yang direntangkan dari tiang ke tiang dan isolator-isolator sebagai penahannya. Di sekitar transmisi timbul medan magnet yang bergantung pada besar arus yang mengalir pada penghantar dan jarak terhadap penghantar tersebut (Supardi dkk., 2003).

Gelombang elektromagnetik pada dasarnya adalah suatu gelombang yang dibentuk dari perpaduan antara medan magnet dan medan listrik yang berjalan saling tegak lurus satu sama lain (Prawirosusanto, 1994).

Para ahli telah sepakat bahwa medan listrik dan medan magnet yang berasal dari jaringan listrik digolongkan sebagai frekuensi ekstrim rendah. SUTET merupakan sumber paparan medan elegtromagnetik frekuensi eksrim rendah di lingkungan yang dicurigai menimbulkan efek pada masyarakat yang bertempat tinggal di sekitarnya (Pramesti, 2005).

Dalam perkembangan teknologi kelistrikan dikenal adanya arus listrik bolak-balik (alternating current = AC) yang menghasilkan

(15)

medan elektromagnetik atau medan elektrodinamik. Dikenal juga medan yang dihasilkan listrik searah (Direct Current = DC) yang disebut medan elektrostatik. Rangkaian arus listrik dapat melalui udara atau partikel lainnya seperti bahan konduktif atau jaringan tubuh. Kenyataannya medan listrik dapat bergabung dengan medium ataupun jaringan tubuh sehingga menghasilkan arus konduktif, apabila medan listrik pada permukaan jaringan mempunyai kecukupan udara untuk terjadi ionisasi (Yunardi, 2000).

Pengukuran medan listrik di daerah Ungaran pada tahun 2005 adalah 4,78 kV/m pada titik sejarak 15 m. Kuat medan magnet di daerah Ungaran adalah 0,00180 mT pada titik 0 m pada poros utama tower SUTET (Tribuana, 2006).

Paparan medan elektromagnetik Extremely Low Frequency (ELF) di lingkungan senantiasa semakin meningkat seirirng dengan peningkatan teknologi pemanfaatan peralatan berenergi listrik di dalam kehidupan ini. Walaupun intensitas paparan gelombang elektromagnetik ELF di lingkungan pada umumnya berada di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan WHO (yaitu 5 kV/m untuk medan listrik dan 100 µT untuk medan magnet), namun hasil penelitian untuk kesehatan oleh paparan gelombang elektromagnetik ELF pada intensitas rendah di lingkungan yang dilaporkan sampai saat ini masih kontradiktif (Pramesti, 2005).

(16)

6

2. Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan dari perubahan medan magnet dan medan listrik secara berurutan, di mana arah getar vektor medan listrik dan medan magnet saling tegak lurus dan gelombang tersebut akan merambat ke segala arah dengan sama rata (Hanafi, 2006).

Gelombang elektromagnetik terjadi karena adanya perubahan medan magnet dan medan listrik. Menurut Maxwell, perubahan medan magnet dapat menimbulkan medan listrik dan demikian juga sebaliknya, perubahan medan listrik juga akan menghasilkan medan magnet. Arah perambatan akan selalu saling tegak lurus dan keduanya tegak lurus terhadap arah perambatan gelombang, jadi gelombang elektromagnetik merupakan gelombang transversal (Foster, 2003).

Radiasi elektromagnetik adalah kombinasi medan listrik dan medan magnet yang berosilasi dan merambat lewat ruang dan membawa energi dari satu tempat ke tempat yang lain (Muttaqin, 2007).

Radiasi gelombang elektromagnetik mempunyai spektrum yang sangat luas dimulai dari elektromagnetik dengan frekuensi ekstrim rendah sampai pada elektromagnetik berfrekuensi sangat tinggi (Mansyur, 1998). Gelombang elektromagnetik mempunyai daerah frekuensi dari 101 sampai 1022 Hz (Soetrisno, 1979). Yang dimaksud dengan Extremely Low Frequency (ELF) Field yaitu 0 –

(17)

300 Hz sedangkan Radio Frequency (RF) berkisar antara 300 Hz – 300 GHz (Sri, 1996).

Perbedaan frekuensi, panjang gelombang, energi foton, jarak paparan dari sumber, dan lama paparan dapat menyebabkan efek radiasi yang berbeda pula. Secara garis besar radiasi elektromagnetik terbagi dua kelompok yaitu radiasi pengion (ionisasi) dan radiasi tidak pengion (non-ionisasi) (Mansyur, 1998).

Perbedaan antara radiasi gelombang elektromagnetik ionisasi dan radiasi gelombang elektromagnetik non-ionisasi terletak pada kemampuan radiasi gelombang elektrornagnetik ionisasi yang dapat mengeluarkan elektron dari inti atom, sisa atom ini menjadi muatan positif atau disebut ion positif. Elektron yang dikeluarkan akan mengikat atom netral lain dan membentuk ion negatif (Gabriel, 1996). Termasuk dalam radiasi ionisasi adalah sinar X, sinar Gamma, dan sebagian sinar ultraviolet. Dampak kesehatan yang terjadi akibat paparan radiasi gelombang elektromagnetik ionisasi meliputi efek akut dan kronis. Efek akut terdiri dan sindrorn hemopoetik, sindrom gastrointestinal, dan sindrom saraf pusat. Terdapat efek-efek tertentu yang lazim bagi ketiga efek tersebut yaitu mual dan ingin muntah, tak enak badan dan lesu, naiknya suhu, adanya perubahan-perubahan darah. Sedangkan efek kronisnya adalah kanker, perubahan genetika, memendeknya jangka hidup, dan katarak (Cember, 1983).

(18)

8

Sedangkan radiasi gelombang elektromagnetik non-ionisasi adalah radiasi yang tidak memiliki kemampuan untuk mengionisasi molekul. Termasuk di antaranya adalah sebagian sinar ultraviolet, sinar tampak sinar infra merah, gelombang mikro. Gelombang radio, dan medan elektromagnetik berfrekuensi ekstrim rendah (Mansyur, 1998).

Dalam mempelajari dan melakukan penilaian tentang kemungkinan adanya risiko akibat paparan medan elektromagnetik terhadap kesehatan, satu kelompok kerja gabungan dari International Radiation Protection Association (IRPA) dan WHO melakukan kajian dan membuat evaluasi tentang risiko kesehatan akibat paparan medan elektromagnetik frekuensi rendah untuk mengembangkan batas pajanan terhadap manusia (Sri,1996).

Tabel 1. Nilai Ambang Batas (NAB) Paparan Radiasi Elektromagnetik

No. Keterangan Medan Listrik

(kV/m) Medan Magnet (mT) 1. Lingkungan kerja : a. Sepanjang hari kerja b. Waktu singkat 10 30 (s.d 2 jam/hari) < 0,5 5,0 (s.d 2 jam/hari) 2. Lingkungan umum : a. Sampai 24jam/hari b. Beberapa jam/hari 5 10 0,1 (ruang terbuka) 1

(19)

3. Insomnia

Tidur didefiniskan sebagai suatu keadaan bawah sadar di mana orang tersebut mudah dibangunkan dengan rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton and Hall, 2006). Tidur ditandai dengan menurunnya kesadaran secara reversibel, biasanya disertai posisi berbaring dan tidak bergerak (Maramis, 2004).

Insomnia merupakan suatu gangguan pola tidur dapat berupa sulit tidur, tidak tidur nyenyak, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur. Gangguan pola tidur merupakan salah satu dari tanda-tanda perilaku stres dan ketegangan (Karnadi dalam Aprilani, 2007). Gangguan pola tidur juga merupakan salah satu tanda-tanda dari gangguan hormon melatonin, di mana hormon melatonin bertanggung jawab atas pola tidur manusia (Anies, 2006).

Untuk mendiagnosis adanya insomnia digunakan Insomnia Rating Scale yang telah dibakukan oleh KSPBJ (Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta), dikenal sebagai KSPBJ Insomnia Rating Scale yang terdiri dari 8 keluhan gangguan tidur yang dianggap cukup untuk melengkapi semua keluhan tidur.

Derajat insomnia yang dipakai KSPBJ Insomnia Rating Scale adalah:

a. No Insomnia : < 8 b. Mild Insomnia : 8 – 13 c. Moderate Insomnia : 13 – 18

(20)

10

d. Severe Insomnia : > 18

Responden dinyatakan insomnia bila skor Insomnia Rating Scale yang diperoleh ≥ 8 dan tidak insomnia bila skor Insomnia Rating Scale yang diperoleh < 8 (Iskandar, 1985).

4. Pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik terhadap derajat insomnia.

Radiasi tidak dapat dilihat, dirasa atau diketahui keberadaannya oleh tubuh, sedangkan paparan radiasi yang berlebihan dapat menimbulkan efek yang merugikan tubuh. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber radiasi dalam berbagai bidang harus dilakukan secara cermat dan mematuhi ketentuan teknik kerja keselamatan radiasi (Alatas, 2003). Jika tubuh terpapar radiasi akan terjadi interaksi antara energi radiasi dengan materi biologik baik secara langsung maupun tidak langsung.

Energi yang terkandung dalam gelombang elektromagnetik terlebih pada frekuensi ekstrim rendah sebenarnya terlalu kecil untuk dapat menyebabkan efek biologi. Akan tetapi dengan adanya perbedaan radiosensitivitas berbagai sel yang membentuk jaringan organ tubuh dan dihubungkan dengan dosis paparan yang mungkin diterima memungkinkan terjadinya gangguan yang tidak diinginkan (Mansyur, 1998).

Menurut Anies (2001), medan lisrik dan medan elektromagnetik memiliki potensi gangguan kesehatan apabila

(21)

seseorang terpapar oleh medan listrik dan medan magnet listrik yang melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) paparan antara lain sebagai berikut:

a. Dampak Biologis

1) Sistem Darah : Leukimia, lymphoma 2) Sistem Rcproduksi : Infertelitas, cacat kongenital 3) Sistem Saraf : Degeneratif

4) Sistem Kardiovaskuler : Perubahan ritme jantung 5) Sistem Endokrin/lain-lain : Perubahan metabolisme

melatonin, gangguan penglihatan, respon imun, gangguan pertumbuhan tulang, perubahan kulit, dan hipersensitivitas. b. Dampak Psikologis : Neurosis

c. Dampak Sosial Budaya : Gangguan persepsi

Banyak faktor penyebab stres yang diketahui mempunyai dampak terhadap kesehatan, antara lain: suhu, radiasi, polusi udara, bising, kepadatan dan penyakit (Supardi, 2003). Paparan gelombang elektromagnetik mengakibatkan stres fisik (Turana dalam Aprilani, 2007). Hampir setiap jenis stres fisik dan psikologis dalam waktu beberapa menit saja sudah dapat meningkatkan sekresi adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan akibatnya sekresi kortisol juga akan meningkat (Guyton and Hall, 2006). Pada keadaan stres terjadi aktivasi aksis Hipotalamus Pituitari Adrenal. Hal ini menyebabkan produksi dan sekresi Corticotropin Releasing Factor

(22)

12

(CRF) dari hipotalamus kemudian CRF akan menstimulasi sel-sel kortikotropik pada pituitari sehingga ACTH akan terlepas. ACTH akan memberikan stimulus sintesis dan pelepasan kortisol pada korteks adrenal (Putra, 2005). Kadar kortisol yang meninggi akan menghambat ekskresi nokturnal 6-sulfatoxymelatonin. 6-sulfatoxymelatonin ini merupakan metabolit utama dari hormon melatonin sehingga jika kadarnya dalam darah turun maka kadar melatonin juga akan berkurang. Hal ini menyebabkan irama sirkadian tidur terganggu oleh karena itu terjadilah insomnia (Aprilani, 2007).

Hormon melatonin (N-acetyl-5-metoksitriptamin) adalah hormon yang sebagian besar dibuat oleh kelenjar pineal, sebuah kelenjar sebesar kacang tanah yang terletak di antara kedua sisi otak Hanya sebagian kecil dibuat di usus dan retina mata. Produksi hormon melatonin dapat dipacu oleh gelap dan hening serta dihambat oleh sinar yang terang maupun medan elektromagnetik (Anies, 2006).

Beberapa gejala yang dapat timbul berkaitan dengan hormon melatonin, antara lain:

a. Insomnia.

b. Gangguan pada irama sirkadian, suatu pemeliharaan waktu internal 24 jam yang berperan sangat penting dalam menentukan kapan tidur dan kapan bangun tidurnya.

c. Jet lag yaitu rasa tidak nyaman pada waktu melakukan perjalanan udara yang lama dan dirasakan sebagai suatu kelelahan yang

(23)

sangat, disorientasi, konsentrasi menurun, sukar tidur (insomnia) dan kegelisahan, serta berbagai gejala lain.

Gejala-gejala tersebut berkaitan dengan perubahan metabolisme hormon melatonin yang diproduksi oleh kelenjar pineal. Gejala-gejala tersebut terutama timbul bila produksi hormon melatonin berkurang (Dollins dalam Anies, 2006).

(24)

14 B. Kerangka Pemikiran Keterangan : = Diteliti = Tidak diteliti = Feed Back

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Faktor lingkungan: Sinar terang, bising, Suhu ekstrim. Stres fisik Radiasi gelombang elektromagnetik Saluran udara tegangan

ekstra tinggi Stres psikologis Insomnia Hipofisis anterior ( ↑ACTH) Korteks Adrenal ( ↑ kortisol ) ↓ nokturnal 6-sulfatoxymelatonin ↓ Melatonin Hipotalamus ( ↑ CRF) Sosial ekonomi, konflik keluarga Obat-obatan, kafein, alkohol dan rokok Usia Penyakit: ginjal, arthritis, diabetes commit to user

(25)

C. Hipotesis

Ada perbedaan derajat insomnia penduduk yang terpapar radiasi gelombang elektromagnetik di sekitar SUTET.

(26)

16 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berupa penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian non experimental di mana faktor risiko dan efek diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqqurohman, 2004).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus tahun 2011.

C. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh penduduk Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah yang memenuhi kriteria berikut:

1. Kriteria Inklusi:

a. Wanita usia produktif.

b. Sudah tinggal di tempat tersebut selama 5 tahun. c. Dalam kondisi sehat fisik dan mental.

2. Kriteria eksklusi:

a. Sedang menggunakan obat tidur atau obat penyakit tertentu yang mengganggu tidur selama 3 bulan terakhir.

b. Minum-minuman yang mengandung kafein dan alkohol. commit to user

(27)

c. Merokok.

d. Kebiasan tidur dengan lampu menyala.

e. Mempunyai penyakit yang dapat mengganggu tidur seperti asma, batuk menahun, penyakit infeksi, dan lain-lain.

D. Teknik Sampling

Subjek yang memenuhi kriteria diambil sejumlah N dengan menggunakan simple random sampling. N sama dengan 30, dihitung berdasar rumus: (Sastroasmoro, 2008)

N 푠Z ∝dP. Q

Keterangan:

N = Jumlah sampel

Zα = Batas kepercayaan (1.96)

P = proporsi variabel yang dikehendaki (0.085) Q = 1 – P ( 1 – 0,085 = 0,915)

d = kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi (10 %)

Berdasar rumus di atas diperoleh sampel sebesar 30 orang untuk tiap kelompok, total sampel untuk 2 kelompok sebesar 60 orang.

E. Alur Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua kelompok subjek yang dibagi berdasar jarak tempat tinggal dari poros tengah SUTET. Kelompok dengan jarak 0 – 15 m dari poros tengah SUTET disebut kelompok terpapar, Kelompok dengan jarak lebih dari 15 m dari poros tengah SUTET disebut kelompok kontrol. commit to user

(28)

18

Gambar 2. Alur Penelitian F. Klasifikasi variabel

1. Variabel bebas : Radiasi gelombang elektromagnetik SUTET 2. Variabel terikat : Insomnia

3. Variabel luar :

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan: jenis kelamin, lama paparan, lokasi tempat tinggal, dan status kesehatan.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan: daya tahan masing-masing individu yang berbeda dalam merespon paparan radiasi gelombang elektromagnetik SUTET

Penduduk

Penduduk yang tinggal di luar radius 15 meter dari

menara SUTET

Kuesioner biodata +

Kuesioner L-MMPI

Formulir Penilaian Derajat Insomnia KSBPJ – Insomnia

Rating Scale

Analisis data

Penduduk yang tinggal di dalam radius 15 meter dari

menara SUTET

Kuesioner biodata +

Kuesioner L-MMPI

Formulir Penilaian Derajat Insomnia KSBPJ – Insomnia

Rating Scale

(29)

G. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas : Radiasi Gelombang Elektromagnetik SUTET

Radiasi Gelombang Elektromagnetik SUTET merupakan suatu radiasi yang ditimbulkan oleh suatu saluran yang digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik pada sistem tegangan ekstra tinggi. Paparan radiasi medan magnet dan medan listrik diukur dengan menggunakan galvanometer dan teslameter. Paparan dibedakan berdasar jarak tempat tinggal dari poros tengah SUTET. Kelompok dengan jarak 0 – 15 m dari poros tengah SUTET disebut kelompok terpapar, Kelompok dengan jarak lebih dari 15 m dari poros tengah SUTET disebut kelompok kontrol. Skala pengukuran variabel ini adalah skala ordinal. 2. Variabel terikat : Insomnia

Insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan untuk mengawali atau mempertahankan tidur, serta dapat menimbulkan rasa kurang istirahat dan tidak segar di pagi harinya. Untuk mendiagnosis adanya insomnia, penelitian ini berpedoman pada Insomnia Rating Scale yang telah dibakukan oleh Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta (KSPBJ) yang terdiri dari 8 keluhan dari gangguan tidur yang dianggap cukup untuk melengkapi semua keluhan tidur.

Responden dinyatakan insomnia bila skor Insomnia Rating Scale yang diperoleh ≥ 8 dan tidak insomnia bila skor Insomnia Rating

(30)

20

Scale yang diperoleh < 8. Data yang didapat adalah insomnia dan tidak insomnia. Dengan demikian skala datanya adalah nominal.

3. Variabel luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan : 1) Jenis kelamin.

Jenis kelamin dikendalikan dengan pemilihan subjek wanita usia produktif, 20 - 45 tahun (Hurlock dalam Buana, 2010). 2) Lama paparan

Dikendalikan dengan pemilihan subjek yang tinggal minimal 5 tahun di bawah SUTET (Asanova dalam Anies, 2001)

3) Lokasi tempat tinggal

Dikendalikan dengan pemilihan subjek yang tinggal di bawah paparan radiasi SUTET

4) Sehat fisik dan mental

Dikendalikan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara umum terhadap subjek sebelum pengisian kuesioner.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan :

Masing-masing subjek memiliki daya tahan tubuh yang berbeda dalam merespon paparan radiasi gelombang elektromagnetik SUTET.

H. Alat dan Bahan Penelitian

Dalam penelitian ini, ada beberapa instrumen yang akan digunakan yaitu:

(31)

1. Data identitas responden

2. Skala Lie-Minnesota Multiphasic Personalit Inventory (L-MMPI) Merupakan skala validitas yang berfungsi untuk mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja atau manipulasi yang disengaja oleh responden. Skala ini juga berisi tentang hal-hal yang tidak mungkin dan tuntutan yang dibuat-buat. Skala L-MMPI memuat 15 pertanyaan. Nilai batas skala adalah 10, artinya jika jawaban “tidak” lebih atau sama dengan 10, responden dinyatakan gugur.

3. Insomnia Rating Scale

Sebagai alat pengukur variabel terikat. Insomnia Rating Scale telah dibakukan oleh Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta (KSPBJ), dikenal sebagai KSPBJ Insomnia Rating Scale yang terdiri dari 8 keluhan gangguan tidur yang dianggap cukup untuk melengkapi semua keluhan tidur (Iskandar, 1985).

Responden dinyatakan insomnia bila skor Insomnia Rating Scale yang diperoleh ≥ 8 dan tidak insomnia bila skor Insomnia Rating Scale yang diperoleh < 8.

I. Cara Kerja

1. Menentukan kelompok terpapar berdasarkan jarak rumah dengan poros tengah SUTET.

2. Mendatangi rumah responden dan melakukan wawancara dengan panduan skala L-MMPI, kuesioner dan Insomnia Rating Scale.

(32)

22

3. Dari wawancara tersebut didapatkan data yang kemudian dianalisis secara statistik.

J. Teknik Analisis Data

Uji analisis yang digunakan adalah Chi Square (X2). Chi Square adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih klas, data berbentuk nominal dan sampelnya besar.

Rumus dasar Chi Square adalah: X꽘 푠 ∑ 펐X 펐

Keterangan : X2 = Chi Square

Fo = Frekuensi diperoleh dari sampel

Fh = Frekuensi yang diharapkan dari populasi. Interpretasi nilai X2 sebagai berikut:

1. Derajat kebebasan untuk nilai-nilai X2 adalah 1

2. Taraf signifikasi yang dipakai adalah 5%. Dengan ketentuan jika Xo (X hitung)2 > Xh (X tabel)2 5 %, maka nilai X2 di katakan signifikan. Sebaliknya jika Xo (X hitung)2 < Xh (X tabel)2 5%, maka nilai X2 dikatakan non signifikan.

Dengan : Xo = Chi Square yang diperoleh Xh = Chi Square yang diharapkan. (Sugiono, 2005)

(33)

23 BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Kondisi Lingkungan

Kabupaten Klaten memiliki sifat iklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun. Temperatur antara 26oC – 30o C. Kecepatan angin rata-rata berkisar 20 – 25 km per jam (Departemen Pertanian, 2011). Desa Jimbung Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten merupakan daerah kawasan pemukiman yang tenang dengan rata-rata intensitas kebisingan 50 dB.

Dari hasil pengukuran petugas PT PLN P3B Jawa Bali Region Jawa Tengah DIY pada tanggal 01 Desember 2010, pukul 11.31 WIB, di Desa Jimbung Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten pada titik terendah antara tower T.38 dan tower T.39 yang mengalir arus sebesar 520 Ampere dan 518 Ampere pada ketinggian 35,5 meter, diperoleh hasil pengukuran medan listrik sebesar 1,54 kV/m dan medan magnet sebesar 20,50 mG (PLN, 2010). B. Karakteristik Reponden.

Penelitian telah dilaksanakan terhadap 60 sampel wanita berusia 20 - 45 tahun di Desa Jimbung Kecamatan Kalikotes pada bulan September 2011. Sampel dibagi menjadi 2 area yaitu sampel yang tinggal pada jarak <15 m serta > 15 m dari dari poros SUTET. Data yang diperoleh mengenai karakteristik sampel dapat disajikan sebagai berikut :

(34)

24

1. Tempat tinggal

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal di Daerah SUTET dan di Luar Daerah SUTET

No. Keterangan Jumlah Persentase

1. Warga di area < 15 m 30 50%

2. Warga di area > 15 m 30 50%

Jumlah 60 100%

Sunber: Data Primer 2011

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah sampel baik yang tinggal di area < 15 meter dari poros SUTET maupun di area >15 meter dari poros SUTET sama besar, yaitu 30 sampel.

2. Umur

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

No. Umur

Warga di area < 15 m Warga di area >15 m Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%)

1. 20-25 3 10 4 13,3 2. 26-30 5 16,7 5 16,7 3. 31-35 7 23,3 7 23,3 4. 36-40 10 33,3 9 30 5. 40-45 5 16,7 5 16,7 Jumlah 30 100 30 100

Sumber: Data Primer 2011

(35)

Grafik 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

Berdasar tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang paling banyak adalah 36 - 40 tahun, yaitu sebanyak 10 orang (33,3 %) pada area < 15 m dari poros SUTET dan 9 orang (30 %) pada area > 15 m dari poros SUTET.

3. Jenis Pekerjaan

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan

Warga di area < 15 m Warga di area >15 m Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%)

1. PNS 2 6,7 1 3,3 2. Buruh 18 60 19 63,3 0 2 4 6 8 10 12 20-25 26-30 31-35 36-40 41-45 di area < 15 m di area > 15 m commit to user

(36)

26 3. Pedagang 4 13,3 5 16,7 4. Mahasiswa 2 6,7 3 10 5. Ibu rumah tangga 4 13,3 2 6,7 Jumlah 30 100 30 100

Sumber: Data primer 2011

Berdasar tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan yang paling banyak adalah buruh, yaitu sebanyak 18 orang (60 %) pada area < 15 m dari poros SUTET dan 19 orang (63,3%) pada area > 15 m dari poros SUTET.

C. Derajat Insomnia

Setelah dilaksanakan penelitian terhadap 60 sampel yang telah memenuhi syarat, responden melakukan pengisian kuesioner dengan instrumen L-MMPI untuk mengetaui tingkat kejujurannya dan Insomnia Rating Scale untuk mengetahui ada tidaknya insomnia. Dari 60 sampel tersebut diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 5. Perbedaan Insomnia pada Penduduk yang Tinggal pada Daerah SUTET dan di Luar Daerah SUTET

No. Keterangan Insomnia Tidak insomnia Jumlah

1. Warga di area < 15 m 19 11 30

2. Warga di area > 15 m 6 24 30

Jumlah 25 35 60

Sumber: Data Primer 2011

(37)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal dan terpapar gelombang elektromagnetik SUTET dalam radius 15 meter dari poros utama SUTET terdapat 19 orang yang mengalami insomnia dan 11 orang yang tidak mengalami insomnia. Sedangkan pada penduduk yang tidak terpapar gelombang elektromagnetik SUTET atau yang tinggal di luar radius 15 meter dari poros utama SUTET terdapat 6 orang yang mengalami insomnia dan 24 orang yang tidak mengalami insomnia.

Dalam penelitian ini data yang didapat dianalisis dengan uji statistik Chi Square untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan insomnia.

Data yang diperoleh disajikan dalam tabel 2 x 2 sebagai berikut:

Keterangan Insomnia Tidak insomnia

Warga di area < 15 m a = 19 b = 11 Warga di area > 15 m c = 6 d = 24

Jadi : db = (jumlah lajur-1) . (jumlah baris-1) = (2-1) . (2-1)

= 1

Kemudian nilai X2 dihitung dengan rumus : X2 =  杸

杸 杸

= . .

= 11, 589

Berdasar taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (db) 1, maka nilai X2 tabel adalah 3,841. Dari penelitian diperoleh nilai Xcommit to user 2 hitung > X2

(38)

28

tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti warga yang tinggal di daerah yang terpapar gelombang elektromagnetik atau dalam radius 15 meter dari menara SUTET lebih insomnia daripada warga yang tinggal di luar dari radius 15 meter dari menara SUTET.

(39)

29 BAB V PEMBAHASAN

Menurut Prawirosusanto (1994), gelombang elektromagnetik pada dasarnya adalah suatu gelombang yang dibentuk dari perpaduan antara medan magnet dan medan listrik yang berjalan saling tegak lurus satu sama lain.

Mansyur (1998) berpendapat bahwa energi yang terkandung dalam gelombang elektromagnetik terlebih pada frekuensi ekstrim rendah sebenarnya terlalu kecil untuk dapat menyebabkan efek biologi. Akan tetapi dengan adanya perbedaan radiosensitivitas berbagai sel yang membentuk jaringan organ tubuh dan dihubungkan dengan dosis paparan yang mungkin diterima memungkinkan terjadinya gangguan yang tidak diinginkan. Banyak penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh medan listrik dan medan magnet. dan juga mempelajari kemungkinan dampaknya terhadap kesehatan. Namun dalam banyak hal hasil-hasil penelitian masih menujukkan hasil yang kontroversial.

Pada penelitian ini didapatkan perbedaan derajat insomnia penduduk yang terpapar radiasi gelombang elektromagnetik di sekitar Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal dan terpapar gelombang elektromagnetik SUTET dalam radius 15 meter dari poros utama SUTET terdapat 19 orang yang mengalami insomnia dan 11 orang yang tidak mengalami insomnia. Sedangkan pada penduduk yang tidak terpapar gelombang elektromagnetik SUTET atau yang tinggal di luar radius 15 meter dari poros utama SUTET terdapat 6 orang yang mengalami insomnia dan

(40)

30

24 orang yang tidak mengalami insomnia. Setelah data di analisis dengan uji statistik Chi Square didapat X2 hitung sebesar 11, 589 lebih besar dari X2 tabel yaitu 3,841 dengan taraf signifikasi 0,05 dan derajat kebebasan (db) 1. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan insomnia secara bermakna pada kedua kelompok penelitian.

Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan Anies (2001) bahwa medan elektromagnetik memiliki potensi gangguan kesehatan apabila seseorang terpapar oleh medan listrik dan medan magnet, salah satunya perubahan metabolisme melatonin. Hal ini menyebabkan irama sirkadian tidur terganggu oleh karena itu terjadilah insomnia.

Menurut Aprilani (2007), paparan gelombang elektromagnetik mengakibatkan stres fisik. Dalam Guyton and Hall (1997) disebutkan bahwa hampir setiap stres fisik dan psikologis dalam waktu beberapa menit saja sudah dapat meningkatkan sekresi ACTH dan akibatnya sekresi kortisol juga meningkat. Kortisol adalah hormon steroid yang dihasilkan kelenjar adrenal. Produksi kortisol akan mengalami peningkatan pada saat tubuh terpapar stres, baik fisik maupun psikologis. Kadar kortisol yang meninggi akan menghambat ekskresi nokturnal 6-sulfatoxymelatonin. 6-sulfatoxymelatonin ini merupakan metabolit utama dari hormon melatonin sehingga jika kadarnya dalam darah turun maka kadar melatonin juga akan berkurang. Hal ini menyebabkan irama sirkadian tidur terganggu oleh karena itu terjadilah insomnia.

Untuk menghindarkan kerancuan dari faktor-faktor penyebab insomnia yang lain, subjek pada penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan

(41)

eksklusi. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), umur dapat mempengaruhi terjadinya insomnia, pada usia lanjut lebih cenderung terjadi insomnia daripada usia muda. Maka pada penelitian ini responden dikendalikan dengan pemilihan subjek wanita usia produktif, 20 - 45 tahun.

Seluruh reponden dari kelompok terpapar maupun kelompok kontrol tidak menderita penyakit-penyakit tertentu yang bisa menyebabkan insomnia. Menurut Aprilani (2007) beberapa penyakit fisik maupun penyakit kronis seperti asma, rematik, batuk menahun, pneumonia, penyakit infeksi, sakit maag, penyakit ginjal, serta penyakit radang dapat menjadi aspek pencetus terhadap timbulnya insomnia. Selain itu setiap rasa nyeri dapat mengganggu proses tidur. Rasa nyeri yang mengganggu dapat terjadi pada penyakit neuritis post herpes, tumor pada organ-organ dalam, dan sebagainya. Dari sini jelas bahwa insomnia yang terjadi bukan karena penyakit-penyakit tertentu yang bisa menyebabkan insomnia.

Seluruh responden tidak mengkonsumsi obat tidur, obat penenang, dan lain-lain, tidak mempunyai kebiasaan merokok, serta tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Selain itu semua responden juga tidak mengkonsumsi kopi. Pratama (2005) berpendapat bahwa kafein yang terkandung dalam kopi dapat memacu denyut jantung, membuat sigap dan memaksa mata untuk selalu terjaga. Obat-obatan seperti monoaminoxydase (MAO I), derivat-derivat amfetamin serta obat-obatan pelangsing badan dapat menimbulkan insomnia karena obat-obatan tersebut dapat merubah pola tidur seseorang. Rokok yang mengandung nikotin bersifat neurostimulan yang memaksa otak untuk tidak beristirahat. Kebiasaan

(42)

32

minum-minuman beralkohol di malam hari dapat merangsang tubuh melakukan metabolisme sehingga dapat menyebabkan kesulitan tidur.

Semua responden tidak dalam keadaan konflik keluarga, tidak ada keluarga inti yang meninggal, tidak dalam proses perceraian. Konflik keluarga merupakan stresor psikologis yang dapat menyebabkan insomnia.

Semua responden tidak mengalami gangguan akibat cahaya lampu yang terlalu terang atau dari penerangan lainnya. Lampu atau penerangan yang terlalu terang dapat mengganggu kenyamanan seseorang ketika tidur sehingga dapat menyebabkan insomnia.

Dalam penelitian ini ada beberapa kelemahan yang sulit dihindari oleh peneliti, seberapa lama sampel terpapar gelombang elektromagnetik setiap harinya, serta respon individu yang berbeda-beda terhadap radiasi gelombang elektromagnetik.

Dari hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa penduduk yang terpapar gelombang elektromagnetik SUTET yang tinggal dalam radius 15 meter dari poros utama SUTET lebih insomnia dari penduduk yang tidak terpapar gelombang elektromagnetik SUTET atau yang tinggal di luar radius 15 meter dari porors utama SUTET.

(43)

33 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasar hasil penelitian dan pembahasan dalam Bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan derajat insomnia penduduk yang terpapar radiasi gelombang elektromagnetik di sekitar Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

B. Saran

1. Bagi penduduk yang tinggal di bawah SUTET hendaknya melakukan tindakan-tindakan untuk meminimalkan dampak negatif radiasi gelombang elektromagnetik, seperti:

a. Semua benda logam misalnya atap, kawat jemuran, mobil, sepeda motor yang berada di bawah SUTET, sebaiknya dilakukan grounding.

b. Mengusahakan agar atap rumah berlangit-langit (plafon).

c. Disarankan untuk sebanyak mungkin menanam pohon di lahan kosong sekitar rumah. Puncak pohon berjarak minimum 15 meter dari kabel SUTET terendah.

d. Sebaiknya tidak berada di luar rumah di bawah SUTET, terutama pada malam hari. Pada saat ini arus yang mengaliri kawat penghantar SUTET lebih tinggi daripada siang hari.

2. Diharapkan pihak PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan pihak-pihak terkait lainnya aktif memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat untuk meminimalkan dampak negatif radiasi gelombang elektromagnetik SUTET.

(44)

34

3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengetahui dampak negatif radiasi gelombang elektromagnetik SUTET terhadap kesehatan.

Gambar

Tabel 1. Nilai Ambang Batas (NAB) Paparan Radiasi Elektromagnetik
Gambar 2. Alur Penelitian  F.  Klasifikasi variabel
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal di  Daerah SUTET dan di Luar Daerah SUTET
Grafik 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur
+2

Referensi

Dokumen terkait

Balang ke arah selatan. Pada kenyataannya kenampakan struktural area Pamaluan menunjukkan struktur curvilinear yang terbuka ke arah timur. Bagian selatan lipatan

Brand identity atau visual identity adalah semua tampilan visual maupun verbal dari sebuah brand, yang terwujud dalam semua penerapan desain, seperti logo, kop surat,

Setiap bola lampu dipilih (secara acak), diperiksa, lalu digolongkan sebagai bola lampu rusak atau tidak.. di Toko

Dalam menunjang keberhasilan dalam usaha yang dijalankannya, setiap depot air minum yang berada di Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan ini memiliki strategi masing-masing

Selain itu janur yang berwarna kuning yang bermakna sebagai penerang kehidupan juga melambangkan keluhuran dan kekuatan gaib (Sumber : wawancara dengan Ibu Sarwini

• Capital recovery digunakan untuk menghitung nilai ekuivalen seragam setiap periode (bulan atau tahun) dari keseluruhan interest atau dividen yang akan diperoleh selama periode

Laju pertumbuhan yang diharapkan oleh investor marjinal, yaitu jika diasumsikan bahwa dividen yang diharapkan akan tumbuh dengan laju konstan, maka growth (g) juga sama

Keputusan Direktur Pendidikan Madrasah Nomor : 1746 Tahun