• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Politik Sosial Budaya PROSES TRANSFORMASI Tenaga Kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial Produk Limbah Informasi OUTPUT Feedback Teknologi Ekonomi INPUT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Produksi

Produksi dalam pengertian sederhana adalah keseluruhan proses dan operasi yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi. Sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut sampingannya seperti limbah, informasi, dan sebagainya (Ginting, 2007).

(2)

2.2 Sistem Pergudangan

2.2.1 Manajemen Pergudangan

Manajemen pergudangan dirancang bertujuan untuk mengontrol kegiatan pergudangan. Yang diharapkan dari pengontrolan ini adalah terjadinya pengurangan biaya - biaya yang ada di dalam gudang, pengambilan dan pemasukan barang ke gudang yang efektif dan efisien, serta kemudahan dan keakuratan informasi stok barang di gudang. Sistem informasi mengenai manajemen pergudangan ini sering disebut dengan Warehouse Management System (WMS).

Menurut Roy L. Harmon (1993), sistem pergudangan haruslah sederhana dan mudah dimengerti dengan tujuan :

1. Menurunkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan customer service. 2. Menurunkan inventori hingga tingkat terendah.

3. Meningkatkan produktivitas dari perusahaan.

Gudang didefinisikan sebagai suatu fungsi penyimpanan dari suatu jenis produk (stock – keeping units/SKUs) yang merupakan bagian dari sejumlah besar unit penyimpanan dengan waktu penyimpanan yaitu diantara barang tersebut diproduksi ataupun setelah selesai diproses di suatu stasiun kerja dengan waktu produk tersebut harus dikirimkan kepada konsumen atau dikirimkan ke stasiun kerja berikutnya ( Mulcahy, 1994 ).

Menurut Frazelle, 2002, gudang dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu: 1. Raw material and component warehouse (Gudang bahan mentah dan

(3)

2. Work-in-Process Warehouse (Gudang barang setengah jadi). 3. Finished good warehouse (Gudang barang jadi).

4. Distribution warehouse and fulfillment centers (Gudang pengecer). 5. Local warehouse (Gudang lokal).

6. Value added service warehouse (Gudang nilai tambah). 2.2.2 Definisi Gudang

Gudang didefinisikan sebagai suatu fungsi penyimpanan dari suatu jenis atau tipe produk (stock-keeping units) yang merupakan bagian dari sejumlah besar unit penyimpanan dengan waktu penyimpanan yaitu diantara barang tersebut diproduksi ataupun setelah diproses di suatu stasiun kerja dengan waktu produk tersebut harus dikirimkan kepada konsumen atau dikirimkan ke stasiun kerja berikutnya.

Stock Keeping Units sendiri dapat diartikan sebuah barang, merchandise, atau produk. Sebuah barang, produk, merchandise atau stock keeping units suatu nilai yang diantarkan, disimpan dan dikirimkan oleh operasi pergudangan atau distribusi kepada konsumen atau departemen manufaktur.

Gudang adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyimpan barang baik yang berupa raw material, barang work in process atau finished goods. Dari kata gudang maka didapatkan istilah pergudangan yang berarti merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan gudang. Menurut Holy Icun Yunarto dan Martinus Getty Santika (2005) kegiatan

(4)

tersebut dapat meliputi kegiatan movement (perpindahan), storage (penyimpanan), dan information transfer (transfer informasi).

Menurut Holy Icun Yunarto dan Martinus Getty Santika (2005) dalam bukunya menyebutkan beberapa macam tipe gudang, yaitu:

1. Manufacturing Pant Warehouse

Manufacturing Pant Warehouse adalah gudang yang ada di pabrik. Transaksi di dalam gudangini meliputi penerimaan dan penyimpanan material, pengambilan material, penyimpanan barang jadi ke gudang, transaksi internal gudang, dan pengiriman barang jadi ke central warehouse, distribution warehouse atau langsung ke konsumen.

Menurut John Warman, manufacturing plant warehouse dapat dibagi-bagi menjadi:

a. Gudang Operasional

Gudang Pperasional digunakan untuk menyimpan raw material dan sparepart yang nantinya akan diperlukan dalam proses produksi. Dalam gudang operasional ini dapat pula disimpan barang – barang Work in Process.

b. Gudang Perlengkapan

Gudang Perlengkapan merupakan gudang yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan yang akan digunakan untuk memperlancar proses produksi. Perlengkapan merupakan barang yang digunakan untuk proses produksi tetapi tidak akan ditemui di Finished Goods, karena barang ini hanya berfungsi membantu

(5)

proses produksi. Setelah proses produksi berakhir barang ini akan dikembalikan ke gudang perlengkapan. Biasanya berada dekat dengan line produksi.

c. Gudang Pemberangkatan

Gudang pemberangkatan adalah gudang yang digunakan untuk menyimpan barang yang telah menjadi Finished Goods. Dari gudang inilah nantinya Finished Goods akan dikirim keluar, baik ke distributor atau retailer. Gudang ini dapat disebut gudang Finished Goods.

d. Gudang Musiman

Gudang musiman adalah gudang yang bersifat insidentil dan hanya ada pada saat gudang-gudang baik operasional dan pemberangkatan penuh. Gudang ini biasanya bukan milik pabrik, tetapi disewa dari pihak lain untuk jangka waktu tertentu. Di gudang ini dapat disimpan apa saja mulai dari raw material hingga finished goods.

2. Central Warehouse

Cetral warehouse merupakan gudang pokok. Transaksi di dalam gudang ini meliputi penerimaan barang jadi (dari manufacturing plant warehouse, langsung dari pabrik, atau dari supplier), penyimpanan barang jadi ke gudang, dan pengiriman barang jadi ke distribution warehouse.

(6)

3. Distribution Warehouse

Distribution warehouse adalah gudang distribusi. Transaksi dalam gudang ini adalah penerimaan barang jadi (dari central warehouse, pabrik atau supplier), penyimpanan barang yang diterima gudang, pengambilan, dan persiapan barang yang akan dikirim, dan pengiriman barang ke konsumen. Terkadang Distribution Warehouse juga berfungsi sebagai Central Warehouse.

4. Retailer Warehouse

Retailer Warehouse adalah gudang pengecer, jadi dengan kata lain dapat dikatakan gudang yang dimiliki toko yang menjual barang langsung ke konsumen.

2.2.3 Dasar – Dasar Aktivitas Pergudangan

Dilihat dari fungsi dan peran yang dimiliki, gudang memiliki dasar - dasar aktivitas pergudangan secara umum (Frazelle, 2002). Akivitas – aktivitas ini diuraikan sebagai berikut:

1. Receiving

Merupakan aktivitas penerimaan barang dimana didalamnya terdapat aktivitas – aktivitas seperti pembongkaran muatan, perhitungan kuantitas yang diterima dan inspeksi kualitas dan kerusakan, memberikan jaminan bahwa jumlah dan kualitas yang dipesan sesuai dengan keinginan dan membagi material untuk disimpan atau untuk keperlaun fungsi produksi yang membutuhkan.

(7)

2. Prepackaging (Optional)

Fungsi ini dibentuk dalam suatu gudang apabila produk diterima dalam jumlah besar dari supplier dan selanjutnya dipisah menjadi kemasan tunggal atau dalam bentuk – bentuk yang jumlahnya lebih kecil.

3. Put away

Yaitu suatu tindakan penempatan barang untuk disimpan. Termasuk didalamnya yaitu material handling, verifikasi tempat dan penempatan produk.

4. Storage

Merupakan aktivitas yang menempatkan barang dalam suatu tempat fisik ketika barang tersebut sedang menunggu untuk dikeluarkan dari gudang.

5. Order Picking

Proses pemindahan barang dari penyimpanan untuk memenuhi suatu kebutuhan yang spesifik. Aktivitas ini merupakan pelayanan dasar dari gudang yang disediakan bagi konsumen dan merupakan fungsi yang menjadi dasar dalam perancangan suatu gudang.

6. Packaging and/or pricing (optional)

Aktivitas ini dilakukan sebagai aktivitas pilihan setelah proses pengambilan. Sebagaimana dalam fungsi pengemasan awal, produk individu atau kemasan tunggal ditempatkan dalam kotak – kotak besar

(8)

untuk memudahkan aktivitas pemidahan berikutnya. Fungsi pengemasan ini memberikan keuntungan yaitu memberikan fleksibilitas lebih dalam penggunaan on – hand inventory.

7. Sortation

Merupakan kegiatan penyeleksian atau pemilihan dari batch dalam bentuk order tunggal dan akumulasi dri pengambiln distribusi untuk memenuhi permintaan yang harus dikerjakan ketika permintaan itu lebih dari satu produk dan akumulasi yang ada tidak sesuai dengan pengambilan yang dilakukan.

8. Unitizing and Shipping

Termasuk dalam aktivitas ini adalah : a. Pengecekan kelengkapan order barang

b. Pengemasan barang untuk memudahkan pengiriman dalam container. c. Persiapan dokumen pengiriman, termasuk packing list, alamat

penerimaan dan bills of loading.

d. Penimbangan muatan untuk menentukan biaya pengiriman. e. Penjumlahan order yang ada di lapangan

f. Pemuatan dengan menggunakan truck 2.2.4 Fungsi Umum Gudang

Fungsi utama dari gudang mungkin hanya terlihat sebagai tempat penyimpanan sementara dari barang. Sebenarnya gudang juga hanya menjalankan beberapa fungsi lain.

(9)

Menurut Kulwiec (1980), ada beberapa fungsi penting dari gudang yaitu sebagai berikut :

1. Menyediakan tempat penyimpanan barang sementara

Untuk mencapai skala produksi, transportasi dan pemindahan bahan yang ekonomis seringkali perlu untuk menyimpan barang digudang dan dikeluarkan pada saat permintaan konsumen tinggi. 2. Menyatukan permintaan pelanggan

Gudang menerima barang curah dari beberapa sumber dan dengan menggunakan alat pemilihan otomatis mengelompokkan barang sesuai dengan permintaan pelanggan dan dikirim langung ke pelanggan. 3. Melayani sebagai pusat pelayanan pelanggan

Gudang mengirimkan barang kepada konsumen dan berhubungan langsung dengan konsumen tersebut. Oleh karena itu, gudang dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan pelanggan dan mengganti barang yang salah atau rusak, melakukan survey pasar dan bahkan menyediakan pelayanan purna jual.

4. Melindungi barang

Gudang pada umumnya dilengkapi dengan sistem keselamatan dan keamanan yang baik, jadi wajar apabila menyimpan barang di gudang untuk melindungi barang dari pencuri,kebakaran,banjir dan masalah cuaca lainnya.

5. Memisahkan bahan yang berbahaya

(10)

diletakkan di dekat fasilitas produksi. Karena tidak ada proses produksi berjalan di gudang, maka gudang merupakan tempat yang tepat untuk menyimpan fasilitas yang berbahaya.

6. Melakukan kegiatan yang menambah nilai

Banyak gudang melakukan kegiatan yang menambah nilai seperti pengepakan barang, menyiapkan permintaan pelanggan sesuai yang dibutuhkan,mengawasi barang yang yang masuk,menguji barang,dan bahkan merakitnya. Meskipun inspeksi dan pengujian tidak menambah nilai tetapi merupakan proses yang penting.

7. Persediaan

Karena adanya kesulitan untuk meramalkan permintaan dengan tepat, banyak perusahaan merasa perlu untuk mempunyai persediaan atau safety stock untuk menghadapi permintan yang mendadak. Ketidakmampuan memenuhi permintaan pelanggan tidak hanya menghilngkan pemasukan tetapi kadang menurunkan kepercayaan pelanggan (Heragu, hal 472).

Tujuan penyimpanan dan fungsi gudang yaitu untuk memaksimalkan utilitas sumber – sumber yang ada ketika memenuhi keinginan konsumen dan juga untuk memaksimalkan pelayanan terhadap konsumen dengan kendala – kendala sumber yang ada. Sumber – sumber penyimpanan dan pergudangan yaitu ruang, peralatan dan tenaga kerja (Tompkins, 1996).

Permintaan konsumen untuk penyimpanan dan fungsi pergudangan dapat dilakukan secepat mungkin dan dalam kondisi yang baik.

(11)

Maka dari itu, dalam mendesain fungsi penyimpanan dan pergudangan sedapat mungkin harus memenuhi fungsi berikut:

1. Maksimalisasi penggunaan ruangan 2. Maksimalisasi penggunaan peralatan 3. Maksimalisasi penggunaan tenaga kerja

4. Maksimalisasi akses ke seluruh barang yang disimpan

5. Maksimalisasi perlindungan untuk seluruh barang yang disimpan Perencanaan fasilitas penyimpanan dan pergudangan secara langsung mengikuti tujuan tersebut. Perencanaan untuk penggunaan peralatan secara maksimum membutuhkan pemilihan peralatan yang tepat. Untuk tujuan ketiga, maksimalisasi penggunaan tenaga kerja, termasuk di dalamnya yaitu menyediakan pelayanan tenaga kerja yang dibutuhkan. Perencanaan untuk maksimalisasi akses barang yang disimpan adalah issue layout. Perencanaaan untuk perlindungan maksimum dari barang yang ada mengikuti secara langsung dari penyimpanan barang dengan tempat yang memadai dengan peralatan yang sesuai oleh pekerja yang terlatih dalam layout yang terancang dengan baik (Tompkins, 1996).

2.2.5 Perencanaan Ruang Penyimpanan

Menurut Tompkins, 1996, terdapat fenomena honeycombing dalam pemanfaatan ruangan untuk penyimpanan. Honeycombing merupakan ruang yang terbuang atau tidak terpakai yang dihasilkan karena adanya penambahan material lain yang menyebabkan blocked stage. Akibat yang nyata dari honeycombing ini adalah menurunnya persentase dari ruangan

(12)

yang dipakai untuk menyimpan. Ketika metode penyimpanan dan ruang yang hilang karena lorong dan honeycombing sudah ditetapkan, standar ruangan untuk keseluruhan barang yang akan disimpan harus diperhitungkan dengan cermat. Suatu ruang yang standar adalah volume yang dibutuhkan tiap unit muatan yang disimpan termasuk didalamnya alokasi ruang untuk lorong dan honeycombing.

Dengan mengalikan ruang standar untuk tiap item muatan, maka ruang yang dibutuhkan untuk per item dapat ditentukan. Jumlah dari kebutuhan ruang untuk seluruh item yang akan disimpan adalah total ruang penyimpanan yang dibutuhkan, dengan menambah luas total kebutuhan untuk penerimaan dan pengiriman,kantor,perawatan serta bagian pelayanan maka luas keseluruhan untuk departemen penyimpanan atau gudang dapat ditentukan.

2.2.6 Perencanaan Layout Penyimpanan

Tujuan dari perencanaan layout dari bagian penyimpanan atau gudang yaitu:

 Untuk efektivitas dari penggunaan ruang.  Memberikan material handling yang efisien.

 Untuk meminimalkan biaya penyimpanan ketika memenuhi pelayanan pada level tertentu.

 Untuk memberikan fleksibilitas maksimum.

 Untuk menyediakan pengaturan rumah tangga produksi yang baik. Untuk melengkapi dan memenuhi tujuan ini,maka beberapa

(13)

prinsip untuk penerapan area penyimpanan harus diintegrasikan. Prinsip – prinsip tersebut antara lain:

a. Popularity ( popularitas )

Hukum pareto ini seringkali diterapkan pada popularitas dari material yang disimpan (Tompkins, 1996). Biasanya, 85% turn over material hanya dilakukan oleh 15% material yang disimpan. Untuk memaksimalkan pengambilan, maka 15% material populer harus disimpan dengan jarak tempuh yang minimal. Dalam kenyataannya, material disimpan sehingga jarak tempuh berkebalikan secara relatif dengan popularitas material.

Jarak tempuh ini dapat diminimalkan dengan menyimpan item popular pada area penyimpanan dan menempatkan material untuk meminimalkan jarak tempuh total. Apabila material memasuki dan meninggalkan gudang dan titik yang sama maka material yang popular dapat diposisikan sedekat mungkin dengan titik tersebut. Namun apabila material memasuki dan meninggalkan areal gudang dari titik yang berbeda dan diterima serta dikirimkan dalam jumlah yang sama, material yang paling popular harus diposisikan sepanjang rute secara langsung diantara titik kedatangan dan keberangkatan. Akhirnya, material yang popular memiliki rasio pengiriman/penerimaan terbesar sehingga harus diposisikan dekat dengan titik penerimaan sepanjang rute langsung yang dilewati antara titik masuk dan keluar (rasio penerimaan/pengiriman tidak lebih dari rasio jarak tempuh untuk penerimaan dan jarak tempuh

(14)

untuk pengiriman suatu material). b. Similarity (similaritas/kesamaan)

Prinsip kedua dari pengaturan layout penyimpanan yaitu berdasarkan kesamaan dari material yang disimpan. Sebagai contoh, dalam gudang sparepart otomotif, komponen karburator disimpan bersama – bersama dengan komponen sistem pembuangan lainnya. Seorang konsumen tidak suka untuk memesan karburator yang baru dan selangnya. Hal ini akan lebih disukai apabila selang yang ada sudah termasuk dalam pesanan selang gasket ketika karburator itu diminta. Dengan menyimpan komponen yang memiliki kesamaan maka jarak tempuh untuk order pengambilan maupun penerimaan dapat diminimalisir.

c. Size (ukuran)

Memiliki komponenn kecil yang disimpan dalam ruang yang didesain untuk komponen besar adalah tindakan pemborosan. Umumnya sering dijumpai bahwa komponen yang besar tidak dapat diisimpan pada rak (sesuai dengan popularitas atau kesamaan) karena tidak muat. Untuk mengurangi hal ini maka variasi dari ukuran lokasi penyimpanan harus diberikan. Apabila kendala yang dihadapi adalah ketidakpastian ukuran dari material yang disimpan maka rak yang adjustable (dapat dipindahkan atau diatur sesuai dengan keinginan) dapat digunakan untuk mengatasi hal ini.

d. Characteristics (karakteristik)

Karakteristik dari komponen yang disimpan dan ditangani seringkali berlawanan dengan metode yang diindikasikan oleh

(15)

popularitas, kesamaan dan ukuran komponen tersebut. Beberapa karakteristik komponen yang penting yaitu:

i. Perishable Materials (komponen yang mudah rusak)

Komponen ini membutuhkan penanganan kontrol lingkungan yang serius dan juga penentuan shelf life harus dipertimbangkan. ii. Oddy Shaped and Crushable Items (komponen bentuk khusus

dan mudah rusak)

Komponen tertentu tidak akan sesuai dengan area penyimpanan yang tersedia. Pada komponen dengan bentuk khusus tersebut membutuhkan penanganan yang cenderung bermasalah karena jika komponen tersebut harus disimpan maka dibutuhkan ruang khusus yang terbuka untuk penyimpanannya.

iii. Hazardous Materials (komponen berbahaya)

Komponen seperti cat, varnish propane, dan bahan kimia yang mudah terbakar membutuhkan penyimpanan yang terpisah. Kode keselamatan harus dicek dan langsung diikuti oleh seluruh komponen yang mudah terbakar atau meledak.

iv. Security items (komponen dengan pengamanan khusus)

Hampir semua komponen dapat hilang. Untuk komponen dengan pengamanan khusus seringkali menjadi target yang mudah hilang. Komponen ini sebaiknya diberikan perlindungan tambahan di dalam area penyimpanan.

v. Compability (kecocokan/kesesuaian)

(16)

tetapi mudah menguap jika bercampur dengan unsur lain. Beberapa material tidak membutuhkan penyimpanan khusus tapi dapat dengan mudah terkontaminasi dengan material lain apabila ditempatkan bersama – sama.

e. Space utilization (Utilitas ruangan)

Perencanaan ruang termasuk juga menentukan kebutuhan area yang

digunakan untuk penyimpanan komponen. Maka dengan

mem-pertimbangkan p opularitas, kesamaan, ukuran karakteristik material, suatu layout dari pemakaian ruang harus dikembangkan untuk memaksimalkan utilitas ruangan dalam memenuhi kebutuhan penyimpanan. Beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan yaitu:

o Konservasi Ruangan

Konservasi ruangan termasuk didalamnya maksimalisasi pemusatan dan pemanfaatan penumpukan serta minimalisasi honeycombing. Maksimalisasi konsentrasi ruangan mampu meningkatkan fleksibilitas dan kapabilitas dari penanganan komponen dalam jumlah besar.

o Pembatasan Ruangan

Pemanfaatan ruangan dapat dibatasi oleh rangka bangunan, tinggi atap, beban lantai, kuda – kuda bagunan dan kapasitas maksimum penumpukan.

o Jangkauan

Pemanfaatan ruangan yang terlalu padat akan mengakibatkan kesulitan dalam pengambilan material. Lorong harus

(17)

dirancang agar cukup lebar untuk pergerakan pemindahan material yang efektif dan dialokasikan sedemikian rupa sehingga tiap – tiap blok penyimpanan dapat dijangkau. 2.2.7 Klasifikasi gudang

Berdasarkan karakteristik material yang akan disimpan, gudang dapat dibedakan menjadi:

a. Raw Material Storage

Gudang ini akan menyimpan setiap material yang dibutuhkan atau digunakan untuk proses produksi. Lokasi dari gudang ini umumnya berada di dalam bangunan pabrik. Untuk beberapa jenis bahan tertentu biasa juga diletakkan di luar bangunan pabrik yang mana hal ini akan dapat menghemat biaya gudang karena tidak memerlukan bangunan khusus untuk itu. Gudang ini kadang – kadang disebut pula sebagai stock room karena fungsinya memang untuk menyimpan stock untuk kebutuhan tertentu.

b. Work in Process Storage

Dalam industri manufaktur, sering kita jumpai bahwa benda kerja harus melalui beberapa macam operasi dalam pengerjaannya. Prosedur ini sering pula harus terhenti karena dari satu operasi ke operasi berikutnya waktu pengerjaan yang dibutuhkan tidaklah sama, sehinga untuk itu material harus menunggu sampai mesin atau operator berikutnya tersebut siap mengerjakan.

(18)

Kadang- kadang disebut juga dengan warehouse yang fungsinya adalah menyimpan produk – produk yang telah selesai dikerjakan. d. Storage for Supplier

Yaitu gudang untuk menyimpan nonproduktif item dan digunakan untuk menunjang fungsi dan kelancaran produksi seperti pengepakan material, komponen dan suplai perawatan,suplai kantor,dan lain – lain.

e. Finished Part Storage

Yaitu gudang untuk menyimpan parts yang siap untuk dirakit. Gudang ini biasanya diletakkan berdekatan dengan area perakitan atau biasa juga ditempatkan secara terpisah di dalam work in process.

f. Salvage

Dalam sebagian proses produksi ada kemungkinan beberapa benda kerja akan salah dikerjakan yang mana untuk ini memerlukan pengerjaan kembali untuk membenarkannya sehingga kualitas produk tersebut diperbaiki. Untuk itu diperlukan suatu area guna menyimpan benda kerja ini sebelum diproses kembali. Benda kerja yang tidak bisa diperbaiki akan menjadi skrap yang mana untuk ini harus diletakkan dalam lokasi tersendiri.

g. Scrap and Waste

Scrap adalah material atau komponen yang salah dikerjakan dan tidak bisa diperbaiki lagi. Sedangkan Waste adalah normal residu dari proses produksi seperti geram, potongan – potongan logam, dan lain

(19)

– lain yang tidak berguna lagi dalam proses produksi yang ada. Material yang berupa skrap atau buangan ini biasanya akan dikumpulkan dan diletakkan dalam area yang terpisah dari pabrik dengan harapan akan bisa dijual ke pihak lain yang membutuhkan (Sritomo, hal 215).

2.2.8 Klasifikasi Persediaan dalam Gudang

Gudang seperti kegunaannya secara umum merupakan suatu tempat untuk menyimpan benda. Benda yang disimpan dalam gudang ini dapat pula disebut sebagai persediaan. Secara umum persediaan dapat diklasifikasikan berdasarkan dua hal yang umum, yaitu klasifikasi persediaan berdasarkan fungsi dari barang dalam gudang dan kalasifikasi persediaan berdasarkan kecepatan arus aliran barang.

a. Klasifikasi Persediaan Berdasarkan Fungsi Barang

Dalam dunia industri persediaan yang disimpan dalam gudang dapat bermacam – macam fungsinya. Dalam klasifikasi ini gudang akan dibagi – bagi sesuai dengan barang apa yang disimpan dalam gudang tersebut. Secara umum, berdasarkan fungsi fisiknya, persediaan dapat dibagi menjadi empat fungsi utama.

Keempat fungsi persediaan tersebut adalah

 Sebagai Raw Material

Raw material merupakan barang yang akan diproses diberi nilai tambah untuk kemudian dapat dijual dan dipasarkan kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi. Raw material dapat

(20)

berbeda – beda untuk setiap perusahaan tergantung jenis usaha dan tujuan usahanya. Barang yang menjaddi raw material di suatu perusahaan belum tentu menjadi raw material diperusahaan lain. Dapat saja raw material di sebuah perusahaan menjadi finished good di perusahaan lain. Misalnya, dalam perusahaan roti, barang yang menjadi raw material di perusahaan itu adalah tepung, akan tetapi bagi sebuah pabrik tepung, tepung adalah sebuah finished good yang dihasilkan dari proses – proses rumit yang mengubah biji gandum menjadi tepung.

 Sebagai Work In Process

Barang work in process dalam bahasa sehari – hari dikenal dengan nama barang setengah jadi. Barang work in process ini adalah raw material yang dikenal proses untuk menjadi suatu produk hanya saja belum selesai, atau dikatakan masih setengah jalan.

 Sebagai Finished Goods

Finished goods merupakan barang yang siap untuk disajikan atau siap untuk dipasarkan kepada konsumen. Finished goods ini merupakan barang yang diperoleh dari bahan dasar berupa raw material yang telah diproses dan diberi nilai tambah.

(21)

 Sebagai sparepart atau peralatan

Peralatan atau sparepart adalah barang yang tidak memberikan nilai tambah kepada suatu raw material untuk menjadi finished good, akan tetapi akan sangat berguna sekali untuk mendukung kelancaran proses pemberian nilai tambah kepada raw material untuk menghasilkan finished goods. b. Klasifikasi Persediaan Berdasarkan Kecepatan Arus Aliran Barang

Dalam gudang baik gudang yang merupakan gudang raw material, gudang WIP, gudang finished goods ataupun gudang saprepart pasti akan terdapat perbedaan arus aliran barang – barang yang ada didalamnya. Dalam suatu gudang, misalnya gudang finished goods ada terdapat bermacam – macam finished goods yang disimpan dalam gudang tersebut berbeda jenisnya. Dengan adanya perbedaan jenis tersebut maka aliran setiap barang tidak akan sama. Dalam klasifikasi ini persediaan akan dipandang berdasarkan aliran barang tersebut apakah barang tersebut termasuk barang fast moving, medium moving atau slow moving.

 Barang Fast Moving

Barang – barang yang disebut sebagai fast moving adalah barang dengan aliran yang sangat cepat, atau dengan kata lain barang fast moving ini berada di gudang dalam waktu yang sangat singkat.

(22)

 Barang Medium Moving

Barang Medium Moving adalah barang – barang yang aliran barangnya sedang – sedang saja, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Biasanya barang ini akan berada di gudang dalam waktu yang relatif lama jika dibandingkan dengan barang – barang fast moving.

 Barang Slow Moving

Merupakan barang dengan arus aliran barang yang sangat lambat sehingga biasanya barang – barang yang slow moving ini akan tersedia di gudang dalam jangka waktu yang cukup lama. Aliran barang ini harus sangat diperhatian dalam menjalankan manajemen pergudangan karena hal ini akan sangat meentukan apakah suatu gudang telah digunakan secaraa efektif atau belum. Dengan memperhatikan kecepatan aliran tersebut diharapkan aliran barang yang ada di gudang menjadi lancar. Untuk barang fast moving dijaga agar stock di gudang tidak kehabisan sehingga tidak mengecewakan konsumen, sedangkan untuk barang yang slow moving dijaga agar tidak terjadi penumpukan barang yang tidak perlu di gudang sehingga kapasitas gudang dapat digunakan sebaik dan seefektif mungkin.

2.2.9 Kebijakan Penyimpanan

Secara garis besar, ada beberapa kebijakan tentang penyimpanan barang yang datang di gudang. Kebijakan tersebut

(23)

berdasarkan lokasi tempat barang tersebut diletakkan pada gudang (Tompkins,1996). Terdapat kebijakan – kebijakan utama mengatur sistem penyimpanan terhadap kedatangan barang pada sebuah gudang, yaitu:

 Random Storage Policy

Kebijakan yang paling sederhana disebut kebijakan penyimpanan acak. Yaitu menyimpan barang yang masuk pada tempat yang tersedia dimanapun. Jika tersedia lebih dari satu lokasi yang dapat digunakan untuk penyimpanan, secara teori barang yang masuk memiliki probabilitas yang sama untuk ditempatkan dilokasi manapun yang tersedia. Pada prakteknya, bagaimanapun juga, barang tersebut akan ditempatkan di ruang tersedia yang paling dekat. Sebagaimana menurut Francis, Meginnis, dan White (1992) dan Tompkins et.al (1996), penyimpanan dan pengambilan di bawah kebijakan acak tidaklah benar – benar acak pada prakteknya. Operator cenderung untuk menyimpan atau mengambil barang dari lokasi terdekat.

 Dedicated Policy

Kebijakan penunjukkan, sebaliknya, memerlukan barang untuk disimpan pada lokasi yang telah dispesifikasikan sebelumnya yang bergantung pada tipe barang tersebut. Setiap kebijakan dari kedua kebijakan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing – masing. Untuk volume dan frekuensi S/R yang sama, kebijakan acak memerlukan ruang penyimpanan yang lebih sedikit

(24)

daripada kebijakan penunjukkan. Hal ini dikarenakan kebijakan penunjukkan menetapkan ruang untuk tiap barang sama dengan tingkat inventory maksimum dari barang tersebut. Tentu saja, tingkat maksimum ini tercapai secepatnya ketika barang tersebut terisi kembali dalam waktu yang berbeda - beda.

Tingkat agregat inventory maksimum cenderung lebih rendah daripada jumlah tingkat inventory maksimum untuk barang individual. Meskipun kebijakan acak memerlukan ruang yang lebih sedikit, jika barang yang disimpan banyak, maka untuk mengambilnya kembali membutuhkan waktu lebih karena kadangkala sulit menemukan lokasi barang tersebut. Maka tingkat troughput dari sistem menurun, peralatan S/R tidak digunakan secara efektif dan gudang cenderung tidak tertata dengan barang – barang tersebar disegala tempat.

 Cube Per Order Index

Pada kebijakan ketiga, secara operasional sangat simpel dan digunakan secara luas. Kebijakan ini pertama kali diperkenalkan oleh Heskett (1964). COI untuk sebuah barang didefinisikan sebagai rasio dari kebutuhan penyimpanan barang dengan jumlah transaksi S/R barang tersebut. Menurut kebijakan ini seorang manajer gudang mengurutkan barang dengan urutan naik berdasarkan nilai COI barang tersebut. Alokasi barang pertama dalam daftar sesuai dengan kebutuhan ruang penyimpanan pada tempat terdekat dari titik input/output,

(25)

alokasikan barang kedua dalam daftar pada ruang penyimpanan yang terdekat berikutnya dari titik I/O dan seterusnya, hingga seluruh item teralokasi. Oleh karena itu kebijakan COI menempatkan barang yang mempunyai jumlah permintaan S/R besar dan membutuhkan ruang penyimpanan kecil di dekat titik I/O.

 Class Based Storage Policy

Kebijakan keempat disebut kebijakan penyimpanan berdasarkan kelas, kebijakan ini berdasarkan observasi pareto, bahwa persen kecil dari populasi suatu negara memiliki kekayaan yang terbanyak. Sebaliknya, persen besar dari populasi memiliki kemakmuran yang lebih sedikit. Fenomena ini dikenal dengan nama efek pareto, dipandang dalam berbagai aspek kehidupan.

Dalam gudang 80% aktivitas S/R ditujukan pada 20% barang, 15% dari 30% barang, dan seperti halnya 5% dari aktivitas S/R pada 50% barang, oleh karena itu, kita mengklasifikasikan barang ke dalam salah satu dari tiga kelas A,B,C tergantung dari tingkat S/R yang dihasilkannya. Pengelompokkan dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:

 Total aktivitas S/R di atas 20% digolongkan ke dalam kelas A.

 Total aktivitas S/R di antara 5% - 20% digolongkan ke dalam kelas B.

(26)

kelas C.

Berdasarkan klasifikasi tersebut,maka barang – barang yang termasuk kedalam kelas A harus disimpan pada lokasi yang paling dekat dengan titik I/O, kelas B pada lokasi terdekat yang berikutnya,dan seterusnya. (Heragu, 1997).

 Shared Storage Policy

Kebijakan tersebut ada di antara random storage dan dedicated storage. Seperti pada pengoperasian random storage policy, ruang penyimpanan yang sama menjaga item yang berbeda dari waktu ke waktu, bagaimanapun alokasi item ke ruang penyimpanan tidaklah acak tetapi dikontrol secara hati – hati. Item yang bergerak cepat disimpan didalam ruangan yang semakin dekat dengan titik I/O. Item yang bergerak lambat disimpan dalam ruang yang lebih jauh dengan titik I/O, sebab item tidak mungkin diisi ulang dengan segera tetapi dengan level konstan. Waktunya yang dihabiskan dalam inventory bisa bervariasi dari lot ke lot walaupun untuk produk yang sama. Juga karena item yang berbeda bisa mencapai tingkat persediaan maksimum pada waktu yang berbeda, alokasi item yang sesuai untuk penempatan penyimpanan yang didasarkan pada shared storage policy dapat meningkatkan sistem troughput dan meningkatkan utilitasn ruang. (Heragu, 1997)

2.2.10 Tata Letak Barang Racking System

 Tata Letak Barang

(27)

layout barang merupakan suatu metode peletakan barang dalam gudang untuk mempermudah, mempercepat dan meningkatkan efisiensi dari gudang tersebut dalam menampung barang maupun mengalirkan permintaan barang kepada pihak yang melakukan permintaan. Pihak yang melakukan permintaan ini dapat dibagi menjadi internal customer atau external customer. Internal customer adalah pelaku demand yang berada dalam dalam suatu perusahaan yaitu departemen lain dalam perusahaan. Sedangkan external customer adalah konsumen dalam pengertian secara umum yaitu pihak pelaku demand yang berasal dari luar perusahaan.

 Racking System

Adalah suatu cara untuk meningkatkan kapasitas tanpa melakukan pelebaran gudang. Selain itu juga dapat digunakan untuk melakukan pengelompokkan barang sehingga gudang terlihat lebih teratur tanpa membutuhkan tempat yang terlalu luas.

 Rak Permanen

Rak permanen yaitu rak yang memiliki konstruksi bangunan yang permanen, dengan kata lain rak permanen tidak akan dapat dipindah – pindahkan jika diperlukan di bagian lain.  Rak Sementara

(28)

dipindah – pindahkan atau dibongkar jika sudah tidak diperlukan.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Mohammed, Fisher, Jaworski, & Paddison (2003, p8), tujuh tahap dalam Internet marketing adalah membentuk peluang pasar, menyusun strategi pemasaran, merancang

Sepanjang rute lomba, peserta diperkenankan melakukan gerak, bernyanyi dsb, dengan prinsip tidak mengganggu peserta lain dan tidak mengandung unsur SARA8.

1) Performace exsterior dari ketiga objek bengunan tersebut sangat kokoh dan monumental. 2) Hanya mempunyai satu fasade yang di tonjolkan yaitu hanya pada

Digunakan 4 macam sampel dalam penelitian ini, yaitu: 1) sampel air tanah sebagai kontrol yang diambil dari sumur yang diperkirakan bebas dari pengaruh TPA, tetapi masih

Penulisan dalam penelitian ini mengkaji tentang Pelaksanaan Perjanjian Studi Lanjut Antara Yayasan Slamet Rijadi Dengan Dosen, yang mengkaji akibat hukum antara Yayasan Slamet

Model Problem-Based Learning (PBL) dimulai dari pemberian masalah dunia nyata sehingga siswa aktif mengkonstruk pengetahuannya untuk dapat menemukan solusi permasalahan

Bertanggung jawab untuk origination dan execution dalam kegiatan Investment Banking (Corporate Finance) di Indonesia yang sesuai dengan kebijakan dan prosedur internal

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Penhelolaan Keuangan daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan