• Tidak ada hasil yang ditemukan

MARKETING POLITIK PRADI AFIFAH DI PILKADA DEPOK 2020 PADA MASA PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MARKETING POLITIK PRADI AFIFAH DI PILKADA DEPOK 2020 PADA MASA PANDEMI COVID-19"

Copied!
246
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Luthfiyyah Mufiidah NIM: 11170510000073

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

NIM 11170510000073 telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20 Januari 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 20 Januari 2021 Tim Penguji Munaqosah Tanggal Tanda Tangan Ketua merangkap Sekretaris :

Dr. H. Edi Amin, M.A 20 Januari 2021 NIP : 197609082009011010

Penguji 1 :

Dr. H. M. Yakub, M.A 20 Januari 2021 NIP : 19621018993031002

Penguji 2 :

Ade Masturi, M.A 20 Januari 2021 NIP : 197506062007101001

Dekan

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Suparto, M.Ed., Ph.D

(3)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Luthfiyyah Mufiidah NIM: 11170510000073

Pembimbing:

Pia Khoirotun Nisa, M. I.Kom NIDN. 2124118501

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)

NIM : 11170510000073

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul MARKETING POLITIK PRADI – AFIFAH DI PILKADA DEPOK 2020 PADA MASA PANDEMI COVID-19 adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk pergunakan seperlunya. Jakarta, 23 Desember 2020

Luthfiyyah Mufiidah NIM 1117051000073

(5)

i

Penelitian ini fokus pada marketing politik Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19. Pradi – Afifah merupakan salah satu pasangan calon yang akan maju dalam kontestasi Pilkada Kota Depok 2020. Salah satu misi kemenangannya adalah ingin benahi Kota Depok dan merebut kekuasaan 15 tahun PKS di Kota Depok. Pilkada serentak 2020 ini sangat berbeda karena terselenggara di tengah pandemi COVID-19.

Dari masalah di atas, muncul rumusan masalah. Pertama, bagaimana marketing politik yang dilakukan pasangan Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19? Kedua, Faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan pasangan Pradi – Afifah dalam proses marketing politik Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19?

Pendekatan dalam penelitian ini termasuk kategori kualitatif dan sebagai metode penelitiannya adalah studi kasus, sedangkan sifat penelitian ini adalah deskriptif.

Penerapan marketing politik Pradi – Afifah dianalisis menggunakan Teori Penilaian Sosial dari Muzafer Sherif. Terdapat tiga zona dalam penelitian ini, yaitu zona penerimaan (latitude of acceptance), zona penolakan (latitude of rejection), zona non komitmen (latitude of noncommitment).

Dalam marketing politik yang dilakukan Pradi – Afifah terdapat faktor kelemahan dan kekuatan. Kekuatannya adalah pasangan calon nomor urut satu yang didukung oleh banyak partai, tokoh agama, organisasi masyarakat, bahkan artis dan influencer. Kelemahannya adalah Pilkada yang terjadi di masa Pandemi COVID-19 yang pastinya banyak peraturan dan pembatasan kegiatan dari KPU dan kasus korupsi di hari-hari akhir pemilihan yang menjerat Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo dari Gerindra dan Menteri Sosial Juliari Batubara dari PDI-P.

Kata kunci: Pradi – Afifah, Marketing Politik, Pilkada Depok 2020, Teori Penilaian Sosial

(6)

ii

This research focuses on political marketing of Pradi – Afifah in Depok Election 2020 during the COVID-19 pandemic. Pradi – Afifah is one of the candidates who will run in the 2020 Depok City Election contest. One of his winning missions is to clean up Depok city and seize the 15-year power of PKS in Depok City. The 2020 regional elections are very different because they are held in the midst of the COVID-19 pandemic. From the above problem, a problem formulation appears. First, what is the political marketing conducted by Pradi – Afifah couple in Depok Regional Election 2020 during the COVID-19 pandemic? Second, what factors are the strengths and weaknesses of Pradi – Afifah couple in the political marketing process of Depok Regional Election 2020 during the COVID-19 pandemic?

The approach in this research belongs to qualitative category and as research method is case study, while the nature of this research is descriptive.

The application of Pradi – Afifah political marketing was analyzed using Social Judgment Theory (SAJ) from Muzafer Sherif. There are three zones in this study, namely latitude of acceptance, latitude of rejection, latitude of noncommitment.

In the political marketing of Pradi - Afifah there are factors of weakness and strength. His strength is a pair of number one candidates backed by many parties, religious leaders, community organisations, even artists and infleuncer. The weakness is the local elections that occurred during the COVID-19 pandemic which certainly many regulations and restrictions on the activities of the KPU and corruption case in the final days of the election that ensnared the Minister of Marine Affairs and Fisheries (KKP) Edhy Prabowo of Gerindra and Minister of Social Affairs Juliari Batubara of PDI-P.

Keywords: Pradi – Afifah, Political Marketing, Depok Regional Election 2020, Social Judgment Theory

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillah, segala puji serta syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kenikmatan, keberkahan, kekuatan dan kecerdasan sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa semuanya tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa salam yang telah membawa ummatnya dari zaman kegelapan ke hingga zaman yang terang menderang seperti saat ini.

Dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan dan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini izinkan Peneliti untuk mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan I Bidang Akademik Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, BS. MSW., Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Dr. Sihabudin Noor, M.Ag., serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Bapak Cecep Castrawijaya, M.A. 2. Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si selaku Ketua Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam juga selaku dosen penasihat akademik dan Dr. H. Edi Amin, M.A selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

(8)

iv

3. Ibu Pia Khoirotun Nisa, M. I.Kom selaku dosen pembimbing yang sangat berjasa karena telah meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan, masukan dan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan, kebaikan, dan keberkahan kepada beliau dan keluarga.

4. Bapak Dr. Gun Gun Heryanto M. Si selaku dosen komunikasi politik yang telah memberikan dukungan, masukan dan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen dan Staf Fakultas Ilmu Komunikasi yang telah membekali penelitian dengan berbagai ilmu dan pengetahuan selama peneliti mengikuti perkuliahan.

6. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan buku serta fasilitas lainnya sehingga peneliti dapat banyak referensi dalam penelitian ini.

7. Bapak H. Pradi Supriatna, M. M. Si, Ibu Afifah Alia, S.T, Bapak Amiruddin, Bapak KH Syihabuddin Ahmad, Ibu Ustazah Titiek Aisyah, Bapak H. Ali Wartadinata, Bapak Muhamad Rosit, S. Sos.i, M.Si, Bapak Maun dan Ibu Sahat yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk Peneliti.

(9)

v

8. Secara khusus dan paling utama Penulis persembahkan karya ilmiah ini untuk Mama tercinta Ibu Zullailah, Papa Abdul Rachman, Adik-adik tercinta Ahmad Syaikhan Hilmy, Lubna Fairuz Mumtaaz, dan Layna Naurah Mukhbitah yang senantiasa mendukung penuh serta doa yang sangat tulus untuk Penulis.

9. Abuya Al Habib Abu Bakar bin Hasan Al attas Az Zabidi, Ibu Ustazah Diana, Kak Edvan M Kautsar dan Kak Rizka, keluarga besar Penulis, Muhammad Nadhif Rasyiddin dan Felia R yang selalu mendukung serta mendoakan hingga penulis menyelesaikan studi di tingkat Strata 1 semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat, Kesehatan dan Keselamatan.

10. Untuk sahabat tercinta Tiana, Kharisma, Zahra, Nafan, Yef, Chintia dan Meidita serta teman-teman KPI angakatan 2017 yang selalu memberikan dukungan serta semangat. Terima kasih atas kebersamaan kalian yang memberi warna indah di setiap hari-hari perkuliahan serta memberikan pelajaran berharga selama proses belajar penulis.

11. Keluarga besar Kautsar Management, Public Speaker Community Indonesia dan Keluarga besar The Political Literacy Institute yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada peneliti.

12. Pembaca penelitian skripsi ini. Semoga apa yang Peneliti tulis dapat bermanfaat.

(10)

vi

Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan penelitian ini, oleh karena itu peneliti mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritik sehingga dapat menjadi penelitian ini lebih baik lagi. Semoga apa yang peneliti tulis dalam skripsi ini menjadi ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah untuk Peneliti, keluarga dan para pengajar.

Jakarta, 23 Desember 2020

(11)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah... 14 C. Batasan Masalah ... 15 D. Rumusan Masalah ... 15

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15

F. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 16

G. Metodologi Penelitian ... 18

1. Subjek dan Objek Penelitian... 19

2. Metode Penelitian ... 19

3. Paradigma Penelitian ... 20

4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

5. Teknik Analisis Data ... 24

6. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

(12)

viii

BAB II KAJIAN TEORI ... 27

A. Landasan Teori ... 27

1. Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) ... 27

B. Kajian Pustaka ... 35

1. Komunikasi Politik ... 35

2. Marketing Politik ... 42

3. Pilkada Pada Masa Pandemi COVID-19 ... 58

C. Kerangka Berpikir ... 73

BAB III GAMBARAN UMUM... 74

A. Profil Pasangan Pradi Supriatna dan Afifah Alia ... 75

B. Visi, Misi, dan Program Unggulan ... 83

C. Tim Pemenangan Pradi-Afifah ... 85

D. Gambaran Umum Kota Depok ... 90

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ... 95

A. Marketing politik pasangan Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19 ... 96

B. Faktor kekuatan dan kelemahan pasangan Pradi – Afifah dalam proses marketing politik Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19 ... 120

BAB V PEMBAHASAN ... 143

A. Marketing politik pasangan Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19 ... 144

B. Faktor kekuatan dan kelemahan pasangan Pradi – Afifah dalam proses marketing politik Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19 ... 164

(13)

ix BAB VI PENUTUP ... 169 A. Simpulan ... 169 B. Implikasi ... 173 C. Saran ... 174 DAFTAR PUSTAKA ... 175 LAMPIRAN

(14)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Tinjauan Kajian Terdahulu ... 17 Tabel 3. 1Biodata Pradi Supriatna ... 78 Tabel 3. 2 Biodata Afifah Alia ... 82 Tabel 5. 1 Penilaian Sosial terhadap Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19... 146 Tabel 5. 2 Tingkat Partisipasi Pemilih Pilkada Depokmengalami kenaikan 6,64 persen ... 163

(15)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1Update Grafik Kasus Pandemi COVID-19 Nasional

... 7

Gambar 1. 2 Update Grafik Kasus Pandemi COVID-19 Kota Depok ... 8

Gambar 1. 3 Kutipan Bawaslu: Penindakan Pelanggaran Protokol Kesehatan Pemilihan Serentak 2020 ... 11

Gambar 2. 1 Konsep Teori Penilaian Sosial ... 30

Gambar 2. 2 Alur Pemenangan dalam Kampanye Pemilu ... 53

Gambar 2. 3 Tahapan Kampanye ... 61

Gambar 2. 4 Informasi Hukum KPU RI ... 64

Gambar 2. 5 Metode Kampanye Pemilihan Serentak 2020 ... 66

Gambar 2. 6 Metode Kampanye Pemilihan Serentak 2020 ... 67

Gambar 2. 7 Kampanye kegiatan lain pada Pemilihan Serentak 2020 melalui media sosial dan media daring ... 68

Gambar 2. 8 Kampanye yang dilarang pada masa pandemi ... 69

Gambar 2. 9 Sanksi bagi Peserta bila tetap melaksanakan kegiatan kampanye yang dilarang ... 70

Gambar 2. 10 Bentuk Kampanye yang diperbolehkan pada masa pandemi COVID-19 ... 71

Gambar 2. 11 Bentuk Kampanye yang tidak diperbolehkan pada masa pandemi COVID-19 ... 72

Gambar 3. 1 Pradi Supriatna dan Afifah Alia ... 76

Gambar 4. 1 dan Gambar 4. 2 Narasi Bergambar Sosialisasi Program ... 99

(16)

xii

Gambar 4. 3 Narasi Propaganda Bergambar ... 100

Gambar 4. 4 Afifah Alia terjun langsung ke masyarakat ... 106

Gambar 4. 5 Siaran langsung di media sosial ... 108

Gambar 4. 6 Poster lomba online ... 108

Gambar 4. 7 Pradi – Afifah dapat dukungan dari Seniman Depok ... 109

Gambar 4. 8 Poster Nomor Urut Satu Pradi - Afifah ... 111

Gambar 4. 9 Program Pradi Afifah diminati Warga Depok... 115

Gambar 4. 10 Pradi – Afifah adalah pilihan utama warga Kota Depok ... 117

Gambar 4. 11 Hasil Survei kedua DEEP ... 118

Gambar 4. 12 Hasil Poling Dua Kandidat ... 119

Gambar 4. 13 Peta Dukungan Koalisi Gemuk Pradi - Afifah .. 122

Gambar 4. 14 dan Gambar 4. 15 Muslimat NU Kota Depok melakukan Riyadhoh ... 125

Gambar 4. 16 Akun Relawan Pendukung Pradi – Afifah di Instagram ... 128

Gambar 4. 17 – 4. 39 Unggahan Tokoh Agama, Artis, Influencer dan Organisasi Masyarakat yang mendukung Pradi – Afifah………130 - 134 Gambar 4. 40 Komentar Warganet yang mengomentari latar belakang partai Afifah ... 137

Gambar 4. 41 Depok berlakukan jam malam... 1377 Gambar 4. 42 Komentar Warganet yang mengkampanyekan golput……….139

(17)

xiii

Gambar 4. 43 Dampak Korupsi Menteri KKP dan Mensos di Pilkada ... 140 Gambar 5. 1 Barisan Kyai NU mendukung Pradi – Afifah ... 148 Gambar 5. 2 15 tahun PKS menguasai Depok tidak ada

perubahan ... 149 Gambar 5. 3 Afifah sebagai perempuan Depok yang pertama kali maju dalam ajang pemilihan calon pemimpin ... 151 Gambar 5. 4 Muslimat NU Depok mendukung penuh Pradi – Afifah ... 152 Gambar 5. 5 Upaya mapping UMKM yang ada di Depok ke Google Maps ... 155 Gambar 5. 6 Pesan Ketua Umum PBNU kepada Pradi ... 157 Gambar 5. 7 Media Center menjadi penopang upaya pemenangan Pradi-Afifah di kontestasi Pilkada Depok 2020 ... 159 Gambar 5. 8 dan Gambar 5. 9 Hitung Suara update terakhir pada 16 Desember 2020... 161 Gambar 5. 10 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara oleh KPU Depok ... 162

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Melalui komunikasi seseorang dapat menyampaikan berbagai hal yang ada dipikirannya kepada orang lain sehingga mencapai suatu pengertian makna pesan yang sama. Komunikasi mempunyai peran yang penting bagi manusia untuk dapat berinterkasi dan berhubungan satu sama lainnya. Makna pesan yang tersampaikan dengan baik dapat membuat tujuan penyampaian pesan seseorang tercapai.

Pendekatan marketing politik mulai dikenal di Indonesia dalam pemilihan umum di era reformasi.

Pendekatan ini semakin dikenal sejalan dengan

keberhasilan partai-partai baru yang melakukan

pendekatan ini dalam berbagai kampanyenya sehingga memperoleh jumlah kursi yang signifikan di lembaga perwakilan. Sebagai pendekatan, marketing politik tidak menjamin kemenangan, namun paling tidak dapat memberikan alat pemahaman bahwa politik dapat ditawarkan dengan memakai pendekatan pemasaran produk komersial. Salah satu hal yang penting dalam pendekatan ini adalah dengan melakukan upaya

(19)

pemahaman terhadap pemilih dengan mengelompokkan mereka dalam kelompok. Pengenalan terhadap khalayak pemilih ini merupakan bagian yang penting dalam penyusunan program kampanye pemilu. Berdasarkan QS An-Nisa ayat 58:

َنْيَب ْمُتْمَكَح اذِإ َو اهِلْهَأ ىلِإ ِتانامَ ْلْا اوُّدَؤُت ْنَأ ْمُكُرُمْأَي َهَّللا َّنِإ

ِب ْمُكُظِعَي اَّمِعِن َهَّللا َّنِإ ِلْدَعْلاِب اوُمُكْحَت ْنَأ ِساَّنلا

َناك َهَّللا َّنِإ ِه

( ًاري ِصَب ًاعيِمَس

85

)

Artinya: Sesungguh, Allah menyuruhmu

menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguh Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sesungguh Allah adalah Maha Mendengar Maha Melihat. (QS An-Nisa: 58).1

Berdasarkan ayat di atas. Prinsip-prinsip pokok yang menghimpun ajaran Islam tentang kekuasaan dalam pengertian tanggung jawab terhadap amanahnya serta kekuasaan Allah SWT. Hal ini menandakan bahwa semua aspek kehidupan manusia telah diatur oleh Allah SWT melalui konstitusi yang ada di dalam Alquran.

Amanat dimaksudkan berkaitan dengan banyak hal, salah satu di antaranya adalah perlakuan adil. Keadilan yang dituntut ini bukan hanya terhadap kelompok,

1 BAZNAS (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta, Mushaf Al-Qur’an (Bandung: Graha Jabar Express, 2020), h. 87

(20)

golongan, atau kaum muslim saja, tetapi mencakup seluruh manusia bahkan seluruh makhluk.2

Dalam kontestasi politik, untuk mendapatkan posisi atau jabatan diperlukannya strategi marketing politik. Jika nantinya calon pemimpin tersebut terpilih, harapan masyarakat yang memilihnya adalah pemimpin tersebut mempunyai prinsip pokok ajaran Islam tentang kekuasaan dalam pengertian tanggung jawab terhadap amanahnya, berlaku adil dan tidak berkhianat.

Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik, tentu saja sosialisasi maupun publikasi politik menggunakan asas-asas ilmu komunikasi. Melalui sosialisasi politik, individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan politik.3

Mauser dalam buku Gun Gun Heryanto

mengatakan bahwa Marketing politik dalam menghadapi Pilkada 2020 merupakan perencanaan yang cermat dan disusun oleh tim marketing politik yang bertujuan untuk mencapai kemenangan atas sasaran yang ditentukan.

2 Syekh Usamah Ar-Rifa’i, Tafsirul Wajiz, (Jakarta: Gema Insani, 2008), Penerjemah, Tajuddin, h. 88

3 Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 135-136

(21)

Sasaran yang ingin dicapai oleh tim marketing politik adalah hasil voting dan efektivitas power.4

Ilmu marketing sangat baik dan cocok digunakan dalam berkampanye dalam rangka mendapatkan simpati dari pemilih. Karena itu, marketing politik merupakan strategi pemenangan yang mencakup berbagai aspek. Marketing politik yang baik tentunya harus memiliki tujuan yang terukur, sehingga sosialisasi bisa diterima dengan baik oleh masyarakat.

Alih-alih hanya sekedar menjual partai atau kandidat belaka, marketing politik disisi lain juga menawarkan konsep tentang bagaimana partai politik atau

kandidat menciptakan konsep prosedural dengan

permasalahan yang nyata.

O'Class dalam buku Sutrisno berpendapat bahwa tujuan dari kegiatan analisis, perencanaan, pelaksanaan dari sebuah marketing politik dalam pemilu adalah untuk

menciptakan hubungan yang baik serta saling

menguntungkan antara pasangan calon dan pemilih untuk mencapai kesuksesan.5

Di dalam Undang-Undang RI nomor 22 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pemilu, pengertian Pilkada

4 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik Di Era Industri Citra, (Jakarta: PT. Lasswell Visitama, 2010), h. 14

5 Sutrisno, dkk. Komparasi Teori Marketing Politik 4p Menurut Niffenegger dan 3p Menurut Adman Nursal. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA 6 (2), h. 107

(22)

adalah “Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pemilu untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam negara kesatuan Republik Indonesia dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Namun sejak ditetapkannya Undang-Undang RI nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelengara Pemilu, pengertian Pilkada berubah menjadi, “Pemilihan gubernur, bupati dan wali kota adalah pemilihan untuk memilih gubernur, bupati dan wali kota secara demokratis dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945”.

Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) pesta demokrasi untuk memilih kepala daerah yang akan menjabat pada periode selanjutnya. Dalam pelaksanaan Pilkada, banyak praktek komunikasi politik yang dilakukan oleh para tokoh yang terlibat di dalam pelaksaanaan Pilkada tersebut.

Sejak tahun 2015 Pilkada di Indonesia dilaksanakan serentak di berbagai daerah di tanah air. Pada 2020 ini juga diadakan Pilkada serentak. Namun, di tengah proses berjalannya sosialisasi kepada masyarakat, Indonesia dan hampir seluruh negara di dunia mengalami pandemi COVID-19 yang mengakibatkan diundurnya pelaksanaan Pilkada. Walaupun proses pemilihan diundur, proses

(23)

marketing politik kandidat terus berjalan, para kandidat terus maju untuk mengkampanyekan dirinya.

Coronaviruses (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV).

Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah virus corona jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah teridentifikasi pada manusia. Virus corona adalah zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan manusia. Investigasi terperinci menemukan bahwa SARS-CoV ditularkan dari kucing luwak ke manusia dan MERS-CoV dari unta dromedaris ke manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan yang belum menginfeksi manusia.6

Dalam hitungan hari, virus Corona atau COVID-19 menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia. Kasus baru dan angka kematian COVID-19 di Indonesia terus mengalami kenaikan setiap harinya.

Dilansir dari merdeka.com yang selalu memantau perkembangan kasus Corona dari hari ke hari. Dalam grafik ini menjelaskan tentang perkembangan total kasus

6 Protokol Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19,

https://covid19.go.id. Diakses pada rabu, 23 September 2020, pukul 19.25 WIB

(24)

positif, data harian sembuh, data akumulasi sembuh, dan data harian meninggal.

Gambar 1. 1

Update Grafik Kasus Pandemi COVID-19 Nasional7

Pemerintah Kota Depok kembali mengumumkan penambahan dalam temuan kasus baru pasien positif. Jumat (11/9/2020), termasuk pasien yang dinyatakan pulih dan meninggal dunia. Temuan kasus baru sebanyak 51 pasien. Sementara itu, ada 20 pasien yang dinyatakan pulih. Lalu, ada 2 pasien meninggal dunia. Dengan ini maka kasus aktif/jumlah pasien COVID-19 yang sedang ditangani di Depok mencapai 792 kasus.8

7 https://www.merdeka.com/peristiwa/update-jumlah-pasien-sembuh-dari-virus-corona-di-indonesia.html. Diakses pada minggu, 4 Oktober 2020, pukul 15.23 WIB

8 https://megapolitan.kompas.com/read/2020/09/12/07424101/update-grafik-covid-19-11-september-51-kasus-baru-di-depok-20-pasien?page=all. Diakses pada minggu, 4 Oktober 2020, pukul 15.25 WIB

(25)

Gambar 1. 2

Update Grafik Kasus Pandemi COVID-19 Kota Depok9

Pilkada serentak 2020 akan diselenggarakan di tengah pandemi virus corona yang masih berlangsung. Imbauan pembatasan interaksi sosial atau social distancing dalam upaya mewaspadai penularan virus corona (COVID-19) untuk mendorong pemutusan rantai penyebaran di kalangan masyarakat sudah banyak diinformasikan oleh Pemerintah, Bawaslu, KPU selaku penyelenggara, Satgas COVID-19, hingga Kapolri.

9 https://megapolitan.kompas.com/read/2020/09/12/07424101/update-grafik-covid-19-11-september-51-kasus-baru-di-depok-20-pasien?page=all. Diakses pada minggu, 4 Oktober 2020, pukul 15.25 WIB

(26)

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menerbitkan revisi aturan yang melarang kampanye dengan cara menciptakan kerumunan masa seperti rapat umum dan konser musik, serta membatasi pertemuan tatap muka.

KPU menetapkan Peraturan Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 13 tahun 2020 yang merevisi peraturan sebelumnya. Pasal 58 dalam peraturan baru menyatakan para kandidat dalam Pilkada serentak 2020 harus mengutamakan kegiatan kampanye di media sosial dan media daring.

Jika kampanye tidak dapat dilakukan melalui media sosial dan media daring, maka dibolehkan pertemuan tatap muka dengan jumlah peserta yang hadir paling banyak 50 orang serta menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran COVID-19. Pada pasal 88 C, KPU dengan tegas melarang tim kampanye melaksanakan kegiatan yang biasanya mengumpulkan massa dalam jumlah besar seperti rapat umum, kegiatan kebudayaan seperti pentas seni atau konser musik, kegiatan olahraga, perlombaan, kegiatan sosial, atau peringatan hari ulang tahun partai politik.10

Satuan Tugas Penanganan COVID-19 berharap masyarakat yang terlibat dalam tahapan Pemilihan Kepala

10 https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-54299548 Diakses pada minggu, 4 Oktober 2020, pukul 15.27 WIB

(27)

Daerah (Pilkada) untuk sadar dan patuh melaksanakan protokol kesehatan dengan baik.11 Kepala Kepolisian RI Jenderal Idham Azis mengeluarkan maklumat ihwal kepatuhan terhadap protokol kesehatan dalam pelaksanaan Pilkada 2020. Maklumat itu bernomor MAK/3/IX/2020 tertanggal 21 September 2020.12

Salah satu objek pengawasan Bawaslu dalam pelaksanaan Pemilihan Serentak 2020 adalah penerapan protokol kesehatan. Tidak hanya berpedoman pada UU Pemilihan, Bawaslu juga melakukan pendekatan hukum terhadap peraturan lain yang nantinya dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait.13

11 https://kabar24.bisnis.com/read/20200910/15/1289927/jelang-pilkada-serentak-2020-begini-imbauan-satgas-covid-19 Diakses pada minggu, 4 Oktober 2020, pukul 15.29 WIB

12 https://nasional.tempo.co/read/1388545/cegah-klaster-pilkada-2020-kapolri-kelurkan-maklumat-berisi-imbauan/full&view=ok Diakses pada minggu, 4 Oktober 2020, pukul 15.34 WIB

13 https://twitter.com/bawaslu_ri. Diakses pada minggu, 4 Oktober 2020, pukul 15.36 WIB

(28)

Gambar 1. 3

Kutipan Bawaslu: Penindakan Pelanggaran Protokol Kesehatan Pemilihan Serentak 202014

Dalam pelaksanaan Pilkada di Kota Depok yang diikuti oleh pasangan H. Pradi Supriatna, M. M.Si bersama Hj. Afifah Alia ST dan pasangan Dr. K. H. Mohammad Idris, Lc, M.A. bersama Ir. H. Imam Budi Hartono juga diwarnai aktifitas kampanye yang beragam dan dikemas agar menarik perhatian para calon pemilih.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok melakukan pengundian dan penetapan nomor urut pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok

14 Postingan Twitter @bawaslu_ri. https://twitter.com/bawaslu_ri. Diakses pada minggu, 4 Oktober 2020, pukul 15.36 WIB

(29)

dalam Pilkada Depok 2020. KPU Depok menetapkan pasangan Pradi Supriatna - Afifah Alia mendapatkan nomor urut satu dan pasangan Mohammad Idris-Imam Budi Hartono mendapatkan nomor urut dua.15

Koalisi Gerindra dan PDI-P yang akan mengusung pasangan Pradi Supriatna - Afifah Alia di Pilkada Depok 2020, berniat meraup segmen pemilih muda untuk menyabet kursi wali kota dan wakil wali kota nanti.

Pradi – Afifah merupakan salah satu pasangan yang akan maju dalam kontestasi Pilkada Depok 2020. Pasangan ini optimis menang karena mendapat dukungan banyak dari masyarakat Kota Depok. Pradi - Afifah telah menghimpun kekuatan dari Golkar, PSI, PKB, dan PAN dengan jumlah perolehan kursi di DPRD Kota Depok mencapai 33 kursi.

Pradi-Afifah juga mendapat sejumlah partai yang tidak punya kursi di DPRD, yaitu Perindo, Nasdem, dan PBB serta beberapa ormas yaitu Forkabi, FBR, dan Pemuda Pancasila. Pradi - Afifah akan berhadapan dengan bakal pasangan calon, Mohammad Idris - Imam Budi

Hartono yang diusung PKS, Demokrat, dan PPP.16

15

https://www.beritasatu.com/faisal-maliki- baskoro/megapolitan/679997/nomor-urut-pilkada-depok-pradi-nomor-1-idris-nomor-2. Diakses pada minggu, 4 Oktober 2020, pukul 15.40 WIB

16https://megapolitan.kompas.com/read/2020/09/07/16292461/dukunga

(30)

Koalisi Gerindra - PDI-P coba mencuri start dibandingkan partai-partai lain dengan menjadi koalisi pertama yang mengumumkan calon usungannya di Pilkada Depok 2020. Kader Gerindra sekaligus Wakil Wali Kota Depok saat ini, Pradi Supriatna diusung sebagai calon Wali Kota. Di posisi wakil, jatah diberikan untuk kader perempuan PDI-P, Afifah Alia yang dianggap sanggup

menggaet segmen pemilih perempuan.17

DPP PDI-P telah menerbitkan surat keputusan mengenai rekomendasi resmi pasangan yang akan diusung dalam Pilkada Depok 2020, yakni Pradi Supriatna - Afifah Alia. Pradi adalah kader Gerindra dan Afifah kader PDI-P. Koalisi dua parpol tersebut cukup untuk mendaftarkan pasangan calon ke KPU.18

Latar belakang Afifah sebagai pebisnis dianggap akan memuluskan langkah kedua partai dalam Pilkada Depok 2020 serta dalam pemerintahan kelak. Sementara itu, Pradi yang diklaim tumbuh di kalangan ulama

17 https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/20/13194941/koalisi-pradi-afifah-incar-segmen-pemilih-muda-di-pilkada-depok-2020?page=all. Diakses pada selasa, 21 Juli 2020, pukul 09.02 WIB

18https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/18/08563091/keputusa n-pdi-p-usung-pradi-afifah-di-pilkada-depok-2020-dianggap-sudahi?page=all. Diakses pada selasa, 21 Juli 2020, pukul 09.05 WIB

(31)

tradisional dianggap mampu menggaet segmen pemilih kalangan dari kalangan itu.19

Dengan adanya koalisi partai ini, pastinya akan terbentuk tim pemenangan untuk membahas dan menstrategikan marketing politik yang dijalankan oleh pasangan Pradi - Afifah dalam Pilkada Depok 2020.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian “Marketing Politik Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020 pada Masa Pandemi COVID-19”

B. Identifikasi Masalah

1. Strategi yang digunakan oleh Pasangan Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020.

2. Pesan kampanye yang disampaikan Pasangan Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020.

3. Strategi marketing politik (branding, positioning, dan segmenting) Pasangan Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020.

4. Dengan adanya pandemi COVID-19 proses pemilihan Pilkada Serentak 2020 terhambat.

5. Persiapan marketing Politik yang dilakukan Pasangan Pradi – Afifah menuju Pilkada di masa pandemi 2020.

19 https://megapolitan.kompas.com/read/2020/07/06/14572611/alasan-gerindra-pdi-p-usung-pradi-afifah-di-pilkada-depok-2020. Diakses pada selasa, 21 Juli 2020, pukul 09.07 WIB

(32)

6. Faktor kelemahan dan kekuatan Pradi – Afifah dalam marketing politik kampanyenya.

C. Batasan Masalah

Dalam Penelitian ini, penulis mencoba membuat batasan masalah yang akan disusun agar pembahasan tidak melebar. Batasan masalah ini terletak pada marketing politik Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19. Mulai dari branding, positioning dan segmenting. Penekanannya pada faktor kekuatan dan kelemahan Pradi – Afifah dalam marketing politik kampanyenya.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana marketing politik yang dilakukan pasangan Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19?

2. Faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan pasangan Pradi – Afifah dalam proses marketing politik Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian:

a. Untuk mengetahui Marketing Politik yang

dilakukan Pasangan Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19.

(33)

b. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan pasangan Pradi – Afifah dalam proses marketing politik Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19.

2. Manfaat Penelitian: a. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi positif dalam bidang studi komunikasi serta dapat melengkapi referensi baru mengenai kajian komunikasi politik.

b. Manfaat Praktik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para teoritis maupun praktisi dalam bidang komunikasi politik.

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Sebelum mengadakan penelitian ini, terlebih dahulu penulis melakukan tinjauan pustaka untuk mencari tahu penelitian-penelitian terdahulu yang membahas tentang marketing politik. Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada perspustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga website reposity.uinjkt, penulis menemukan beberapa skripsi yang menggunakan konsep marketing politik.

(34)

Tabel 1. 1

Tinjauan Kajian Terdahulu

No Nama Judul Persamaan Perbedaan

1. Arie Permana (Komunik asi dan Penyiaran Islam di UIN Syarif Hidayatull ah Jakarta tahun 2012) Publisitas Politik Pilkada Depok 2015 Pada Pasangan Idris-Pradi Di Berita Online www.depok news.id Penggunaan proses marketing politik Pilkada Depok dan sama-sama meneliti salah satu pasangan yaitu Bapak Pradi yang akan maju Kembali di Pilkada 2020 ini.

Peneliti memfokuskan pada publisitas Politik Pilkada Depok 2015 di berita online.

Sedangkan penulis memfokuskannnya pada strategi

marketing politik yang dilakaukan pada pasangana Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020 di masa pandemi. 2. Nurratika Puri (Komunik asi dan Penyiaran Islam di UIN Syarif Hidayatull ah Jakarta tahun 2013) Strategi dan Model Kampanye Wahidin Halim-Andika Hazrumy Pada Pilgub Banten 2017 Penggunaan proses marketing politik dalam pilkada. Peneliti memfokuskan pada strategi dan model kampanye pasangan Wahidin Halim dan Andika Harzumy pada Pilgub Banten 2017

Sedangkan penulis memfokuskannya pada marketing politik pasangan Pradi – Afifah pada Pilakada Depok 2020 3. Ahmad Nabil Bintang (Komunik asi dan Penyiaran Islam di UIN Syarif Strategi Kampanye Pemenang an Pasangan Joko Widodo – KH. Ma’ruf Penggunaan proses marketing politik dalam pemilu. Peneliti memfokuskan pada Pemenangan Pasangan Joko Widodo – KH. Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 dengan studi marketing politik melalui goyang jempol sedangkan penulis

(35)

Hidayatull ah Jakarta tahun 2014) Amin Pada Pilpres 2019 memfokuskannya pada marketing politik pasangan Pradi – Afifah pada Pilkada Depok 2020. 4, Sinta Lestari (Komunik asi dan Penyiaran Islam di UIN Syarif Hidayatull ah Jakarta tahun 2015) Strategi Tim Kampanye Partai Kebangkit an Bangsa (PKB) Dalam Pemenang an Joko Widodo dan Ma’ruf Penggunaan proses marketing politik dalam pemilu Peneliti memfokuskan pada startegi Tim Kampanye Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Dalam Pemenangan Joko Widodo Dan Ma’ruf. Sedangkan penulis memfokuskannya pada marketing politik pasangan Pradi – Afifah pada Pilkada Depok 2020.

G. Metodologi Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita gunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.20

20 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 145

(36)

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini yaitu pasangan Pradi Supriatna dan Afifah Alia sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu Marketing Politik pasangan Pradi - Afifah di Pilkada Depok 2020.

2. Metode Penelitian

Peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan dalam mengungkapkan

permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi

pemerintahan, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olahraga, seni, dan budaya, sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama.

Bogdan dan Taylor menjelaskan bahwa kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar individu secara holistik (utuh).21

Pendekatan kualitatif bertujuan untuk menjelaskan

fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui

pengumpulan data sedalam-dalamnya. Pendekatan ini

21 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-13, h. 111

(37)

lebih menekankan pada persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya kuantitas data.22

3. Paradigma Penelitian

Paradigma adalah landasan berfikir seseorang, dimana seorang dapat menentukan arah dan tujuannya dengan

menggunakan paradigma. Paradigma merupakan

serangkaian keyakinan dasar seseorang yang membimbing tindakan. Paradigma berurusan dengan prinsip-prinsip utama atau prinsip dasar. Sehingga paradigma dapat disebut sebagai konstruksi manusia akan sesuatu.23

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Konstruktivisme menurut Guba ialah pengetahuan dapat digambarkan sebagai hasil atau

konsekuensi dari aktivitas manusia, pengetahuan

merupakan konstruksi manusia, tidak pernah

mempertanggungjawabkan sebagai kebenaran yang tetap tetapi merupakan permasalahan dan selalu berubah. Artinya, bahwa aktivitas manusia itu merupakan aktivitas mengonstruksi realitas, dan hasilnya tidak merupakan kebenaran tetap, tetapi selalu berkembang terus.24

22 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 11-12

23 Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 123

24 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h. 49

(38)

Tujuan konstruktivisme adalah untuk memahami dan merekonstruksi berbagai konstruksi yang sebelumnya dipegang orang lain dan memiliki keterbukaan untuk interpretasi baru seiring dengan perkembangan informasi dan teknologi yang berkembang.25

Penelitian ini menggunakan studi kasus (case study). Metode studi kasus melibatkan perolehan informasi yang cukup dan penelitian secara efektif mengerti bagaimana subjek berperilaku. Menurut Stake dalam Denzin dan Licoln secara rutin memberikan informasi tentang topik seperti hakikat kasus, latar belakang historis, hubungan dengan konteks dan kasus-kasus lainnya yang terlihat dalam penelitian.26

Jika didefinisikan ada tiga jenis kajian dalam studi kasus (case study). Jenis pertama adalah studi kasus instrinsik (instrinsic case study). Jenis ini ditempuh oleh peneliti yang ingin lebih memahami sebuah kasus tertentu. Jenis ini ditempuh bukan karena suatu kasus mewakili kasus-kasus lain atau karena menggambarkan sifat atau problem tertentu, namun karena, dalam keseluruhan aspek kekhususan dan kesederhanaannya, kasus itu sendiri menjadi menarik minat. Kedua, studi kasus instrumental

25 Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 140

26 Gun Gun Heryanto, Diskursus Islam Nusantara di Media Online, (Jakarta: PT. Lasswell Visitama, 2016), h. 15

(39)

(instrumental case study). Jenis ini digunakan untuk meneliti suatu kasus tertentu agar terjadi sebuah perspektif tentang isu dan perbaikan suatu teori. Dalam hal ini, kasus tidak menjadi minat utama; kasus memainkan peran suportif, yang memudahkan pemahaman kita tentang sesuatu yang lain. Ketiga, studi kasus kolektif (collective case study). Jenis ini bukan berarti melakukan studi tentang kasus kolektif, namun lebih sebagai pengembangan dari studi instrumental ke dalam beberapa kasus.27

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan studi kasus instrinsik, mengingat kajian strategi marketing politik merupakan kajian komunikasi politik yang selalu akan terbarukan. Peneliti tertarik untuk lebih memahami strategi marketing politik yang dilakukan Pradi – Afifah di Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19. 4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, yaitu:

a. Wawancara

Wawancara ialah metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari

27 Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 300-301

(40)

narasumber.28 Peneliti akan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Pradi Supriatna dan Afifah Alia serta Tim Pemenangan Pradi - Afifah. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah semistruktural yakni campuran antara wawancara struktur dan tidak terstruktur.29 Hal tersebut memberikan kebebasan kepada narasumber untuk menjawab pertanyaan dari peneliti. Namun, tetap terarah pada masalah yang diangkat. b. Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung sesuatu objek untuk melihat kegiatan yang dilakukan objek tersebut.30 Teknik observasi atau pengamatan yang peneliti gunakan adalah yang bersifat langsung dengan mengamati objek yang diteliti yaitu mengamati Marketing Politik yang dilakukan pasangan Pradi - Afifah di Pilkada Depok 2020.

c. Dokumentasi

Peneliti melakukan dokumentasi dengan pengumpulan data yang berasal dari buku-buku sebagai referensi yang

28 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatiif, paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 35

29 Rusdin Pohan, Metode Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka, 2007), h. 58

30 Rachmat Kiryantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertasi Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, cet. Ke-3 (Jakarta: Kencana, 2008), h. 108

(41)

berkaitan dengan objek penelitian. Mempelajari dan menelaah dokumen-dokumen tertulis, foto, dan video yang terkait dengan marketing politik pasangan Pradi - Afifah. Selain itu, ada pula penggunaan data-data yang bersumber dari internet berupa artikel-artikel media massa, dan laporan hasil penelitian lainnya.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses

penyederhanaan kedalam bentuk yang lebih mudah dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis menggunakan metode deskriptif analisis dengan mengambil keputusan atau kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan, penyusunan, penyajian dan penganalisis data hasil penelitian yang terwujud dalam kata-kata terkait marketing politik yang di lakukan oleh pasangan Pradi - Afifah di Pilkada Depok 2020.

6. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama masa kampanye pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok 2020 dan waktu setelahnya. Kampanye yang dilakukan sesuai dengan jadwal Kampanye dari KPU, yaitu dimulai pada 26 September – 5 Desember 2020. Penelitian ini dilakukan sampai 22 Desember 2020.

(42)

H. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar mempermudah penulisan skripsi, maka Peneliti membagi menjadi enam bab yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, landasan teori dan kerangka berfikir, metode penilitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II ini Peneliti menguraikan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu Social Judgment Theory, konsep marketing politik, dan Pilkada pada masa pandemi COVID-19.

BAB III GAMBARAN UMUM

Pada bab III ini menuliskan tentang gambaran umum mengenai profil Pradi Supriatna dan Afifah Alia, Visi, Misi, dan Program Unggulan, Tim Pemenangan Pradi – Afifah, dan Gambaran Umum Kota Depok.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab IV ini menuliskan tentang penyajian data dan temuan penelitian mengenai marketing politik Pradi –

(43)

Afifah di Pilkada Depok 2020 pada masa pandemi COVID-19.

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab V ini akan dibahas mengenai uraian yang mengaitkan latar belakang Social Judgment Theory, konsep marketing politik, Pilkada pada masa pandemi COVID-19 dan rumusan masalah dari penelitian ini.

BAB VI PENUTUP

Pada bab VI ini akan dibahas mengenai kesimpulan, implikasi dan saran dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.

(44)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory) Berkaitan dengan marketing politik sebagai bagian inheren di dalamnya, terdapat unsur pertimbangan terhadap proses tersebut, pola penyampaian dan penerapan marketing politik menjadi bahan penilaian masyarakat, maka proses penyampaian pesan politik memunculkan sebuah penilaian sosial, yang dalam konteks komunikasi dikenal dengan sebutan Teori Penilaian Sosial (Social Judgment Theory).

Teori Penilaian Sosial adalah teori persuasi diri yang dikemukakan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog sosial di University of Oklahoma. Menurut teori ini, seorang individu menimbang setiap ide baru, membandingkannya dengan sudut pandang individu saat ini untuk menentukan di mana ia harus ditempatkan pada skala sikap dalam pikiran individu. Teori Penilaian Sosial adalah pemilahan bawah sadar dari ide-ide yang muncul pada saat persepsi.1

1 Em Griffin, Andrew Ledbetter, and Glenn Sparksa, First Look at Communication Theory, (New York: McGraw-Hill Education, 2009), h. 172

(45)

Teori Penilaian Sosial, dinamai demikian karena menekankan penilaian subjektif masyarakat tentang masalah sosial, mengartikulasikan beberapa konsep inti.2

Sherif menciptakan Teori Penilaian Sosial, yang didasarkan pada gagasan bahwa keyakinan dipersepsi, dan oleh karena itu dinilai, cara kuantitas fisik dipersepsi dan dinilai. Sherif mengusulkan agar sebuah keyakinan atau sikap awal individu menentukan bagaimana posisi dalam sebuah pesan dipersepsikan. Jika posisi dalam pesan dekat dengan posisi awal individu (yaitu, berada di dalam individu lintang penerimaan), posisi pesan dianggap lebih dekat daripada yang sebenarnya, dan oleh karena itu pesan tersebut tampaknya tidak terlalu berbeda (yaitu, diasimilasi). Jika posisi di pesan jauh dari posisi awal individu (yaitu, dalam garis lintang individu penolakan), posisi pesan dianggap lebih jauh dari yang sebenarnya, dan karenanya pesan tampaknya sangat tidak sesuai (yaitu, kontras). Semakin sedikit perbedaan pesan yang muncul lebih banyak perubahan yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, pesan dalam garis lintang penerimaan berlaku efektif di membawa keyakinan atau perubahan sikap,

2 Richard M. Perloff, The Dynamics of Persuasion, (London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers), h. 60

(46)

sedangkan pesan dalam garis lintang penolakan tidak efektif dalam menghasilkan perubahan tersebut.3

Muzafer Sherif menjelaskan teorinya sebagai berikut: a. Manusia tidak akan menerima suatu peran secara mutlak

sebelum melakukan penilaian berdasarkan apa yang selama ini diyakini.

b. Perubahan sikap seseorang terhadap objek sosial atau isu tertentu merupakan hasil proses pertimbangan (judgment) yang terdiri dalam diri orang tersebut terhadap pokok persoalan yang dihadapi.

c. Proses mempertimbangkan isu atau objek sosial tersebut berpatokan pada kerangka tujuan yang dimiliki seseorang.

Dalam Teori Penilaian Sosial ini terdapat tiga zona sikap individu dalam melakukan interaksi sosial yaitu penerimaan, penolakan dan non komitmen.4

Konsep ini diawali ketika seseorang mendengar ataupun merespon suatu pesan maka seseorang akan cenderung untuk memberikan penilaian berdasarkan atas pengalaman yang telah dimiliki untuk menyeleksi dan mempertimbangkan setiap informasi yang diterima. Sherif berpendapat bahwa dalam menilai pesan-pesan komunikasi terdapat

3 James Price Dillard, The SAGE Handbook of Persuasion, (London: SAGE Publications, 2013), h. 84

4 Em Griffin, Andrew Ledbetter, and Glenn Sparksa, First Look at Communication Theory, (New York: McGraw-Hill Education, 2009), h. 172

(47)

proses yang sama dalam beroperasi. Dalam persepsi sosial, acuan-acuan ini bersifat internal dan berdasarkan pada pengalaman masa lalu.5

Gambar 2. 1

Konsep Teori Penilaian Sosial6

Keterlibatan ego menurut Sherif merupakan hal yang krusial terhadap suatu isu atau masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Oleh karena itu, keterlibatan diri merupakan variabel kunci dalam penentuan rentang penerimaan dan juga rentang penolakan dalam diri seseorang. Hal ini merupakan tingkatan tingkat sejauh mana sikap seseorang terhadap sesuatu yang mempengaruhi konsep diri atau tingkat penting yang

5 Sarwoso Wirawan, Teori-Teori Psikologi Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010) h. 218

6 Sarwoso Wirawan, Teori-Teori Psikologi Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010) h. 220

(48)

diberikan pada masalah tersebut. Ego-Involment adalah derajat arti penting suatu isu bagi seseorang. Semakin berarti suatu isu

bagi seseorang, semakin kecil kemungkinan orang

berpengaruh.7

Ada banyak penelitian yang mengeksplorasi psikologi keterlibatan ego. Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika individu terlibat dalam masalah ego, mereka terlibat dalam apa yang dikenal sebagai persepsi selektif. Mereka melihat peristiwa sehingga mereka akan sesuai dengan keyakinan dan sikap yang terbentuk sebelumnya.8

Penelitian ini fokus pada konsep zona sikap (latitude). Menurut Muzafer Sherif ada 3 rujukan yang digunakan dalam merespon suatu stimulus yang dihadapi:9

a. Latitude of acceptance yang terdiri dari pendapat yang masih dapat diterima dan ditoleransi. Proses pertimbangan di atas berlaku baik untuk pertimbangan fisik (misalnya; berat) maupun pengukuran sikap. Walaupun demikian ada dua perbedaan antara pertimbangan terhadap situasi fisik yang bersifat objektif dengan sikap. Dalam sikap, individu sudah membawa klasifikasinya sendiri dalam menilai suatu obyek dan ini mempengaruhi penerimaan atau penolakan

7 Sarwoso Wirawan, Teori-Teori Psikologi Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010) h. 218

8 Richard M. Perloff, The Dynamics of Persuasion, (London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers), h. 62

9 Sarwono Wirawan, Teori-Teori Psikologi Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010) h. 218

(49)

individu terhadap obyek tersebut. Kedua, pertimbangan sosial (sikap) berbeda-beda dari satu individu ke individu yang lain, padahal dalam pertimbangan fisik tidak terdapat variasi yang terlalu besar. Perbedaan-perbedaan atau variasi antara individu ini mendorong timbulnya konsep-konsep tentang garis-garis lintang (latitude), Garis lintang penerimaan (latitude of acceptance) adalah rangkaian posisi sikap diterima atau ditolerir oleh individu. Garis lintang penolakan (latitude of rejection) adalah rangkaian posisi sikap yang tidak dapat diterima oleh individu. Garis lintang ketidakterlibatan (latitude of noncommitment) adalah posisi-posisi yang tidak termasuk dalam dua garis lintang yang pertama. Jadi individu tidak menerima, tetapi juga tidak menolak, acuh tak acuh. Interaksi antara garis-garis lintang inilah yang akan menentukan sikap individu terhadap pernyataan-pernyataan tertentu dalam situasi tertentu. Kalau pernyataan itu jatuh pada garis lintang penerimaan, maka individu akan setuju dengan pernyataan itu. Jika pernyataan itu jatuh ke garis lintang penolakan, individu tersebut akan tidak menyetujuinya.

b. Latitude of rejection yang mencakup gagasan yang ditolak karena tidak rasional. Jika seseorang individu melibatkan dirinya sendiri dalam situasi yang dinilainya sendiri, maka ia akan menjadikan dirinya sendiri sebagai patokan. Hanya hal-hal yang dekat dengan posisinya mau diterimanya.

(50)

Makin terlibat individu itu, maka ambang penerimaannya makin tinggi dan makin sedikit hal-hal yang mau diterimanya. Asimilasi jadi makin kurang. Sebaliknya, ambang penolakan makin rendah, sehingga makin banyak hal-hal yang tidak bisa diterimanya. Hal ini makin terasa jika individu diperbolehkan menggunakan patokan-patokannya sendiri seberapa banyak pun dia anggap perlu. c. Latitude of noncommitment yang terdiri dari pendapat atau pesan persuasif yang tidak kita tolak dan tidak kita terima komunikasi, menurut Sherif & Hovland, bisa mendekatkan sikap individu dengan sikap-sikap orang lain, tetapi bisa juga malah makin menjauhkannya. Hal ini tergantung dari posisi awal individu tersebut terhadap posisi individu-individu lain. Jika posisi awal mereka saling berdekatan, komunikasi akan lebih memperjelas persamaan-persamaan antara mereka dan dekatnya posisi mereka sehinga terjadilah pendekatan-pendekatan. Tetapi sebaliknya, jika posisi awal sudah saling berjauhan, maka komunikasi malah akan mempertegas perbedaan dan posisi mereka akan saling menjauh. Dengan perkataan lain, jika seseorang terlibat dalam situasi isu, maka posisinya sendiri akan dijadikannya patokan. Terhadap sikap-sikap yang tidak jauh dari posisinya sendiri ia akan menilai; cukup beralasan, dapat dimengerti dan sebagainya. Dan suatu komunikasi dapat menggeser posisinya mendekati

(51)

posisi-posisi lain tersebut. Sebaliknya, posisi-posisi-posisi-posisi yang jauh akan dinilai tidak beralasan, kurang wajar dan sebagainya, sehingga jika dalam hal ini tetap dilakukan komunikasi, maka akan terjadi efek bumerang dari komunikasi itu, yaitu posisi-posisi dari sikap-sikap itu malah akan makin menjauh.

Perubahan sikap terjadi setelah adanya komunikasi persuasif. Perubahan sikap positif akan terjadi setelah komunikasi tidak terlalu jauh dari posisi awal target, tetapi perubahan sikap negatif akan terjadi jika komunikasi lebih tidak sesuai. Perubahan sikap positif berarti opini target berubah terhadap apa yang dikemukakan oleh komunikator, sedangkan sikap negatif berubah berarti perubahan ke arah

yang berlawanan (boomerang effect). Sherif juga

menggunakan istilah asimilasi untuk merujuk pada yang pertama jenis perubahan, dan kontras untuk merujuk pada yang terakhir.10

Jadi teori ini menjelaskan tentang bagaimana individu menilai pesan-pesan yang mereka terima, lalu dari pesan yang mereka terima, mereka juga bisa memprediksi bahwa seseorang menerima atau menolak terhadap pesan-pesan yang masuk. Selain itu juga teori ini juga melahirkan

10 Donald Granberg and Gian Sarup, Social Judgment and Intergroup Relations: Essays in Honor of Muzafer Sherif, (New York: Springer, 1992), h. 132

(52)

hipotesis baru dan memperluas rentangan pengetahuan seseorang, termasuk kita ketika sedang menerima pesan-pesan, juga memiliki kekuatan terorganisir melalui pengorganisasian pengetahuan yang ada di dalam otak seseorang mengenai sesuatu. Tingkat kredibilitas seorang persuader sangat ditentukan oleh penilaian sosial. Oleh sebab itu, cara menjadi persuader yang baik adalah dengan selalu berorientasi pada perilaku setiap individu dan cara mereka membentuk keputusan yang telah diterima, ditolak atau memilih tidak terlibatan pada keduanya.11

B. Kajian Pustaka

1. Komunikasi Politik

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali istilah politik digunakan. Karena kata politik sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. sederhana saja ketika ada seseorang melakukan sesuatu atas dasar suatu kepentingan sudah pasti akan berasumsi itu adalah politik. Dalam perkembangannya banyak pakar politik mendefinisikan mengenai politik itu sendiri meskipun tidak sesederhana itu.

Alwi Dahlan menulis bahwa komunikasi politik mulai berkembang dalam bentuk awal dalam kandungan ilmu politik sesudah Perang Dunia I, meskipun belum memakai penamaan

11 Antar Venus, Manajemen Kampanye, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 83

(53)

tersebut. Hal itu terlihat dari studi mengenai pendapat umum, propaganda, dan perang urat saraf, serta berkembangnya teori media kritis sebagai bagian dari ilmu politik.12

Komunikasi berasal dari bahasa Latin “communis‟ atau “common‟ dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita seringkali mempunyai

makna yang berbeda terhadap lambang yang sama.13

Komunikasi bisa didefinisikan sebagai proses

penyampaian pesan baik langsung maupun tidak langsung dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat dan perilaku.14

Komunikasi politik menurut McNair secara substantif membahas tentang alokasi sumber daya publik yang memiliki nilai, apakah itu nilai kekuasaan dan ekonomi, petugas yang memiliki kewenangan untuk memberi kekuasaan dan keputusan dalam pembuatan undang-undang atau aturan, apakah itu legislatif atau eksekutif, serta sanksi-sanksi, apakah dalam bentuk penghargaan atau hukuman.

12 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 11

13 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet 1, h. 108

14 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta: PT Lasswell Visitama, 2010), h. 4

(54)

“Political communication as pure discussion about the allocation of public resourses (revenues), official authority (who is given the power to make legal, legislative and executive decision, and official sanctions (what the state reward or punishes)”.15

Jadi, komunikasi merupakan proses interaksi sosial dimana seseorang melakukan proses interaksi dengan lawannya yaitu antara seorang komunikator dengan komunikan dengan suatu pesan yang disampaikan.

Sedangkan definisi politik, pada umumnya diketahui berasal dari perkataan politicos (menyangkut warga Negara), polites (seorang warga Negara), polis (kota, negara), dan politea (kewargaan) di zaman Yunani Klasik.16 Kemudian berkembang dalam berbagai bentuk bahasa (Inggris), seperti polity, politics, politica, political, dan policy. Selain itu dikenal juga istilah politicos yang berarti kewarganegaraan, yang kemudian berkembang menjadi politer yang bermakna hak-hak warga negara. Sejak zaman Yunani klasik telah dikenal istilah politike techne yang berarti kemahiran politik.17 Politik dalam Bahasa Arab disebut siyasah, yang selanjutnya berkembang dan diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi

15 Brian McNair, An Introduction to Political Communication: Communication and society, Psychology Press, 2003, h. 3

16 Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca-Orde Baru, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2008), cet I, h. 28

17 Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta, Graha Ilmu: 2011), edisi II, cet I, h. 2

(55)

siasat.18 Dalam Politik itu dalam kesehariannya memang hal-hal yang berbau siasat atau strategi. Strategi yang dimaksud adalah tentang bagaimana mencapai sebuah tujuan terutama tujuan-tujuan yang menyangkut ketatanegaraan.

Dalam bahasa Persia, siyasah berarti kekuasaan atas rakyat, pengelolaan urusan Negara, penyelenggaraan

pemerintahan, penerapan kepemimpinan, kekuasaan,

kepemimpinan, pengaturan urusan publik sesuai kepentingan mereka, penegakan keadilan, keberhukuman, ganjaran dan sanksi, penjagaan teritori; penjagaan dan pengawalan; perintah dan larangan; pengelolaan urusan dalam dan luar negeri.19

Dalam literatur komunikasi Islam, ada beberapa prinsip komunikasi Islam yang lazim dipahami, yaitu: Qaulan sadida, Qaulan baligha, Qaulan ma’rufa, Qaulan karima, Qaulan layinan, dan Qaulan maysura.20 Tiga dari 6 prinsip komunikasi yang dilakukan, menjadi hal utama yang harus diperhatikan dalam proses marketing politik.

Pertama, Qaulan Sadida merupakan pembicaran, ucapan atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi,

18 Inu Kencana Syafi’I, Ilmu Politik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 9

19 Ali Asgar Nusrati, Sistem Politik Islam, (Jakarta: Nur Al-Huda, 2014), h. 23

(56)

pesan) maupun redaksi (tata bahasa)21. sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ahzab ayat 70:

اًديِدَس ًلً ْوَق ۟اوُلوُق َو َهَّللٱ ۟اوُقَّتٱ ۟اوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأَٰٓ َي

(

07

)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah

kamu kepada Allah dan

katakanlah perkataan yang benar. (QS Al-Ahzab: 70).22 Kedua, Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan

menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.23

Ketiga, Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).

Secara terminologi, politik adalah pengelolaan dan kepemimpinan secara konseptual dan aktual pada serangkaian urusan komunikasi guna meraih tujuan-tujuan yang dapat mewujudkan kemajuan sosial.24

21 Nazarullah, Jurnal Peurawi: Teori-Teori Komunikasi Massa dalam Perspektif Islam, (Banda Aceh: Pascasarjana UIN Ar-Raniry, 2018) Vol. 1 No. 1, h. 4

22 BAZNAS (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta, Mushaf Al-Qur’an (Bandung: Graha Jabar Express, 2020), h. 427

23 Nazarullah, Jurnal Peurawi: Teori-Teori Komunikasi Massa dalam Perspektif Islam, (Banda Aceh: Pascasarjana UIN Ar-Raniry, 2018) Vol. 1 No. 1, h. 4

24 Ali Asgar Nusrati, Sistem Politik Islam, (Jakarta: Nur Al-Huda, 2014), h. 29

(57)

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik itu sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis. Selain itu defenisi politik adalah suatu ilmu yang memusatkan perhatian pada masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat.25

Menurut Delian Noor, Politik adalah segala aktifitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang dimaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah, atau

mempertahankan suatu macam bentuk susunan masyarakat.26

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, politik memiliki pengertian yaitu ilmu mengenai ketatanegaraan dan

kenegaraan dan segala yang berhubungan dengan

pemerintahan.27

Dari beberapa pengertian diatas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa politik merupakan segala kegiatan yang berhubungan dengan ketatanegaraan. Mulai dari tujuan untuk mencapai tujuan bersama sampai kepada mengatur kebijakan dan kepentingan publik. Semua hal diatas tidak dapat dilakukan tanpa adanya sebuah proses komunikasi. Maka dari itu perlu adanya kajian mengenai komunikasi politik.

25 Miriam Budiano, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 15

26 Deliar Noor, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta: Gramedia, 1998), h. 94

27 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995) Cet ke-8, h. 694

Gambar

Tabel 1. 1 Tinjauan Kajian Terdahulu ........................................ 17  Tabel 3
Gambar 4.  43 Dampak Korupsi Menteri KKP dan Mensos di  Pilkada ......................................................................................
Gambar 2. 3  Tahapan Kampanye 65
Tabel 3. 2  Biodata Afifah Alia 17 Nama Lengkap    Afifah Alia, ST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jaminan Kesehatan Warganegara Dalam Pilkada Serentak di Masa Pandemi Covid-19; Perlindungan Hak Asasi Manusia Oleh Pemerintah Pada Masa Pandemi Covid-19; Reformasi Layanan

untuk mengetahui struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial yang terdapat dalam wacana berita daring pada kasus korupsi ekspor benih lobster yang menjerat menteri kelautan

Melalui kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Scientific Approach, peserta didik diharapkan mampu meningkatkan rasa syukur dalam belajar, meningkatkan sikap

Inspiratif Pendidikan Masa Pandemi.. Pada tahun 2020, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menerbitkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Di Indonesia, Tiga kebijakan yang mengatur secara langsung tentang pembelajaran di masa pandemi Covid-19 adalah Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

Kedua menteri yang diduga keras melakukan tindak pidana korupsi itu adalah Menteri Kelautan Perikanan (KKP) Eddy Prabowo dan dan Menteri Sosial Juliari Batubara. Eddy diduga

Pernikahan yang terjadi di Desa Baebunta selama masa pandemi covid- 19, Maret 2020-April 2021, berjumlah 42 kasus. Jumlah ini menurun dibandingkan sebelum masa pandemi

Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sarana untuk memahami bagaimanakah penokohan dan fakta-fakta sosial dalam novel Maut Ar-Rojul Al-Wahid Ala Al-Ard karya Nawal