PELESTARIAN KAWASAN CAGAR
BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI
MASYARAKAT
(STUDI KASUS: KAWASAN CAGAR BUDAYA BUBUTAN, SURABAYA)
Volare Amanda Wirastari
3608 100 063
Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Rimadewi Suprihardjo, MIP.
P r o g r a m S t u d i P e r e n c a n a a n W i l a y a h d a n K o t a F a k u l t a s T e k n i k S i p i l d a n P e r e n c a n a a n
I n s t i t u t T e k n o l o g i S e p u l u h N o v e m b e r S u r a b a y a
L
ATAR
B
ELAKANG
Bangunan dan kawasan
cagar budaya perlu
dipertahankan dan
dilestarikan.
Perkembangan kota
menyebabkan wajah
kawasan cagar budaya
berubah.
Pelestarian cagar
budaya tidak bisa
hanya bergantung
dengan peraturan
yang ada.
Partisipasi
masyarakat
diperlukan dalam
pelestarian kawasan
cagar budaya di
suatu kota.
Bentuk
partisipasi
masyarakat
yang seperti
apa yang
efektif
diterapkan
dalam
pelestarian
kawasan cagar
budaya di
Bubutan?
3
Bubutan.
Sasaran:
Menetapkan cluster wilayah cagar budaya di
Bubutan.
Menganalisis kondisi partisipasi masyarakat
Bubutan terkait dengan pelestarian cagar budaya.
Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
bentuk partisipasi masyarakat dalam pelestarian
kawasan cagar budaya di Bubutan.
Menentukan bentuk partisipasi masyarakat yang
sesuai untuk pelestarian kawasan cagar budaya
yang berkelanjutan.
Pelestarian cagar budaya di Bubutan yang berbasis
partisipasi masyarakat.
Bentuk partisipasi masyarakat yang sesuai di
kawasan cagar budaya di Bubutan.
R
UANG
L
INGKUP
S
UBSTANSI
Bentuk partisipasi masyarakat menurut Dulseldorp
dan Davis
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat
Manfaat teoritis berupa rujukan bagi penelitian
yang selanjutnya, khususnya yang berhubungan
dengan konservasi kawasan urban heritage
berbasis partisipasi masyarakat.
Manfaat praktis yaitu menjadi rujukan bagi
pemerintah maupun kelompok masyarakat dalam
rangka pelesatrian kawasan cagar budaya yang ada
di Bubutan.
H
ASIL
YANG
D
IHARAPKAN
Bentuk partisipasi masyarakat untuk pelestarian
kawasan cagar budaya di Bubutan.
Hasil:
Cluster
kawasan cagar
budaya di
Bubutan
Kriteria:
- Umur bangunan
- Keaslian bangunan
- Nilai sejarah kawasan
- Kekhasan kawasan
-Keistimewaan kawasan
-Partisipasi masyarakat
Teknik Pengumpulan Data:
- Primer: wawancara, observasi - Sekunder: SK Walikota Surabaya No.188.45/251/402.1.04/1996 dan No.188.45/004/402.1.04/1998
Teknik Analisa Data:
Analisis Deskriptif
Kualitatif
Studi literatur:
Peraturan Daerah Kota Surabaya
Nomor 5 Tahun 2005, Synder &
Catanese (1997), Budihardjo (1997)
Deliniasi wilayah Menganalisa kondisi partisipasi masyarakat di Bubutan Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Bentuk partisipasi masyarakat11
• Partisipasi langsung
• Partisipasi tidak langsung
Dulselsorp dalam
Slamet (1994)
• Konsultasi • Sumbangan uang • Sumbangan barang • Aksi massaDavis dalam
Sastopoetro (1988)
• Memberikan informasi • Konsultasi • Tenaga kerja • Self mobilizationSekretariat Bina Desa
(1999)
• Membayar iuran / sumbangan
Chapin dan
Goldhamer (dalam
Slamet, 1994)
• Sumbangan uang • Sumbangan tenaga
• Sumbangan barang (material bangunan)
Slamet (1994)
Variabel:
- Pengetahuan tentang kawasan cagar budaya
- Pengetahuan tentang pelestarian kawasan cagar budaya
- Inisiatif pelestarian kawasan cagar budaya
- Keterlibatan masyarakat dalam pelestarian kawasan cagar budaya - Faktor pendorong keikutsertaan - Pihak yang berinisiatif
- Pihak yang terlibat
- Kehadiran dalam pertemuan - Keaktifan dalam pertemuan
- Cara keterlibatan
Hasil:
Tingkat partisipasi
masyarakat dalam
pelestarian kawasan
cagar budaya di
Bubutan
Teknik Pengumpulan
Data:
Primer: wawancara,
kuisioner, observasi
Teknik Analisa Data:
Analisa Skoring
Analisa deskriptif
kualitatif
Deliniasi wilayah Menganalisa kondisi partisipasi masyarakat di Bubutan Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Bentuk partisipasi masyarakatDasar kajian:
Chapin, Goldhamer, Arnstein,
Soekanto
(1982)
• Jenis Kelamin
• Agama
• Daerah asal
(etnis)
• Lama tinggal
pada suatu
wilayah
Slamet (1994)
• Umur
• Pendidikan
• Pekerjaan
Angell
• Umur
• Jenis kelamin
• Pendidikan
• Pekerjaan
• Lamanya
tinggal
14
Hasil:
Menetukan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Bubutan untuk
berpartisipasi dalam pelestarian kawasan cagar
budaya di Bubutan
Variabel:
- Jenis Kelamin
- Lama tinggal pada suatu
wilayah
- Usia
- Tingkat Pendidikan
- Jenis Pekerjaan
-Tingkat Penghasilan
Teknik Pengumpulan Data:
Primer: wawancara, kuisioner -Dinas Pariwisata Surabaya -Pemerintah Kota Surabaya -Tokoh masyarakat Bubutan
Teknik Analisa Data:
Analisis Delphi Deliniasi wilayah Menganalisa kondisi partisipasi masyarakat di Bubutan Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Bentuk partisipasi masyarakat
Dasar teori:
Soekanto (1982), Slamet
(1994), Angell
15
Hasil:
Menentukan bentuk
partisipasi masyarakat
yang sesuai dan efektif
dalam pelestarian
kawasan cagar budaya
di Bubutan
Variabel:
Variabel dari hasil cluster kawasan, tingkat partisipasi masyarakat, dan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat
Teknik Pengumpulan
Data:
Primer: wawancara,
kuisioner
Teknik Analisa Data:
Analisis Triangulasi
Dasar teori:
G
AMBARAN
U
MUM
Surabaya Pusat, dengan ketinggian 4 meter di atas
permukaan laut. Kecamatan Bubutan dibatasi oleh beberapa
kecamatan yang berada di sekitar Kecamatan Bubutan.
Berikut ini adalah batas administratif Kecamatan Bubutan:
•
Sebelah Utara
: Kecamatan Krembangan
•
Sebelah Timur
: Kecamatan Genteng
•
Sebelah Selatan : Kecamatan Sawahan
•
Sebelah Barat
: Kecamatan Krembangan dan
Asemrowo
Kecamatan Bubutan terbagi atas 5 kelurahan, yaitu
Kelurahan Bubutan, Kelurahan Tembok Dukuh, Kelurahan
Gundih, Kelurahan Jepara dan yang terakhir adalah
Kelurahan Alun-Alun Contong.
Kecamatan Bubutan mempunyai 53 RW dan 406 RT yang
tersebar di lima kelurahan tersebut.
1. A
NALISA
P
ENETAPAN
C
LUSTER
W
ILAYAH
C
AGAR
B
UDAYA
B
UBUTAN
UMUR KEASLIAN KEKHASAN
Umur bangunan di kawasan 50 tahun ke atas.
Sebagian besar bangunan sudah
mengalami renovasi, hanya tampak depan tidak begitu banyak yang berubah.
Kampung yang merupakan sentra perdagangan (sepatu). Sebagai situs makam Mbah Sentra perdagangan
Tempat tinggal para Prabu Kerajaan Surabaya. Sebagian besar bangunan sudah
mengalami renovasi, hanya tampak depan tidak begitu banyak yang berubah.
Tempat bermukim Surabaya.
Sebagian besar bangunan sudah
mengalami renovasi, hanya tampak depan tidak begitu banyak yang berubah.
Tempat bermukim merupakan pengrajin Sebagian besar bangunan sudah
mengalami renovasi, hanya tampak depan tidak begitu banyak yang berubah.
Tempat berkumpulnya luar Surabaya.
Sebagian besar bangunan sudah mengalami renovasi.
Tempat tinggal para keraton.
Sebagian besar bangunan sudah
mengalami renovasi, hanya tampak depan tidak begitu banyak yang berubah.
Tambak Bayan merupakan kampung pecinan.
Kepatihan:
bertugas di luar atau yang langsung berhubungan dengan rakyat.
Tambak Bayan Sebagian besar bangunan sudah
mengalami renovasi
Adanya gapura yang berbentuk unik.
Pusat kraton Kerajaan
KAMPUNG Kampung Praban Kampung Temanggungan Kampung Kawatan Kampung Alun-Alun Contong Kampung Maspatih Kampung Tambak Bayan dan Kepatihan
Kampung Kraton
KESEJARAHAN KEISTIMEWAAN PARTISIPASI
MASYARAKAT GOLONGAN
Sebagai situs religius (makam Joko Jumput, makam Mbah Buyut Kabarnun Jati)
Sentra perdagangan
Tempat tinggal para Prabu Kerajaan Surabaya.
Sebagai kawasan penyangga Jl. Tunjungan sebagai sentra perdagangan.
Pemberian nama kawasan hingga gang permukiman warga
Golongan
Tempat bermukim para Tumenggung kerajaan Surabaya.
Pemberian nama kawasan hingga gang permukiman warga
Golongan
Tempat bermukim masyarakat yang sebagian besar merupakan pengrajin kawat.
Pemberian nama kawasan hingga gang permukiman warga
Golongan
Tempat berkumpulnya kapal-kapal pedagang dari luar Surabaya. Sebagai kawasan perdagangan Pemberian nama kawasan Golongan
Tempat tinggal para patih yang bertugas langsung di keraton.
Pemberian nama kawasan hingga gang permukiman warga
Golongan
Kepatihan: Tempat tinggal para patih yang bertugas di luar atau yang langsung
berhubungan dengan rakyat. Tambak Bayan: kampung pecinan
Tambak Bayan sebagai kampung pecinan
Pemberian nama kawasan hingga gang permukiman warga
Golongan
Pusat kraton Kerajaan Surabaya Pemberian nama kawasan hingga gang permukiman warga Golongan KAMPUNG Kampung Praban Kampung Temanggungan Kampung Kawatan Kampung Alun-Alun Contong Kampung Maspatih Kampung Tambak Bayan dan Kepatihan
1. A
NALISA
P
ENETAPAN
C
LUSTER
W
ILAYAH
C
AGAR
B
UDAYA
B
UBUTAN
GOLONGAN Golongan II Golongan III Golongan III Golongan II Golongan III Golongan II Golongan III KAMPUNG Kampung Praban Kampung Temanggungan Kampung Kawatan Kampung Alun-Alun Contong Kampung Maspatih Kampung Tambak Bayan dan Kepatihan
Kampung Kraton
2. A
NALISA
K
ONDISI
T
INGKAT
P
ARTISIPASI
M
ASYARAKAT
DI
B
UBUTAN
T
ERHADAP
P
ELESTARIAN
K
AWASAN
C
AGAR
B
UDAYA
a. Kepekaan masyarakat terhadap pelestarian kawasan cagar budaya
Pengetahuan Masyarakat TentangKawasan Cagar Budaya di Bubutan
Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelestarian Kawasan Cagar
Budaya
Insiatif Masyarakat Dalam Pelestarian Kawasan Cagar
Budaya di Bubutan 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Kampung Praban Kampung Temanggungan Kampung Kawatan Kampung Alun-Alun Contong Kampung Maspati Kampung Tambak Bayan & Kepatihan Kampung Kraton Tidak Tahu Tahu tapi Tidak Peduli Sedikit Tahu Tahu
23
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kampung Praban Kampung Temanggungan Kampung Kawatan Kampung Alun-Alun Contong Kampung Maspati Kampung Tambak Bayan & Kepatihan Kampung Kraton Tidak Tahu Tahu tapi Tidak Peduli Sedikit Tahu Tahu
24
a. Kepekaan masyarakat terhadap pelestarian kawasan cagar budaya
Pengetahuan Masyarakat TentangKawasan Cagar Budaya di Bubutan
Pengetahuan Masyarakat Tentang Pelestarian Kawasan Cagar
Budaya
Insiatif Masyarakat Dalam Pelestarian Kawasan Cagar
Budaya di Bubutan 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Tidak Ya 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Uang Pemikiran Tenaga Material bangunan
25
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kampung
Praban Temanggungan Kampung Kampung Kawatan Kampung Alun-Alun Contong Kampung Maspati Tambak Bayan Kampung & Kepatihan Kampung Kraton Tidak Terlibat Terlibat
26
b. Peran serta masyarakat dalam pelestarian kawasan cagar budaya
Keterlibatan Masyarakatterhadap Program Pelestarian
Faktor Pendorong Keikutsertaan Masyarakat Dalam Pelestarian Kawasan
Cagar Budaya Di Bubutan
Pihak Yang Berinisiatif Dalam Pelestarian Kawasan Cagar
Budaya Di Bubutan
Pihak Yang Terlibat Dalam Pelestarian Kawasan Cagar
Budaya Di Bubutan 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% Kampung
Praban Temanggungan Kampung Kampung Kawatan Kampung Alun-Alun Contong Kampung Maspati Tambak Bayan Kampung & Kepatihan Kampung Kraton Dipaksa Dibujuk Penyuluhan Sukarela
27
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% Kampung
Praban Temanggungan Kampung Kampung Kawatan Kampung Alun-Alun Contong Kampung Maspati Tambak Bayan Kampung & Kepatihan Kampung Kraton Inisiatif Masyarakat RW / RT Pemerintah Kota
28
b. Peran serta masyarakat dalam pelestarian kawasan cagar budaya
Keterlibatan Masyarakatterhadap Program Pelestarian
Faktor Pendorong Keikutsertaan Masyarakat Dalam Pelestarian Kawasan
Cagar Budaya Di Bubutan
Pihak Yang Berinisiatif Dalam Pelestarian Kawasan Cagar
Budaya Di Bubutan
Pihak Yang Terlibat Dalam Pelestarian Kawasan Cagar
Budaya Di Bubutan 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% Kampung
Praban Temanggungan Kampung Kampung Kawatan Alun-Alun Kampung Contong
Kampung
Maspati Tambak Bayan Kampung & Kepatihan Kampung Kraton Masyarakat luar Pemerintah kota Tokoh masyarakat Masyarakat
29
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kampung
Praban Temanggungan Kampung Kampung Kawatan Kampung Alun-Alun Contong Kampung Maspati Tambak Bayan Kampung & Kepatihan Kampung Kraton Tidak Ya
30
c. Peran serta individu dalam kegiatan pelestarian kawasan cagar budaya
Kehadiran Dalam Pertemuan Keaktifan Dalam Pertemuan Cara Keterlibatan Masyarakat Dalam Pertemuan
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kampung
Praban Temanggungan Kampung Kampung Kawatan Kampung Alun-Alun Contong Kampung Maspati Tambak Bayan Kampung & Kepatihan Kampung Kraton Tidak pernah Kadang-kadang Sering Sangat sering
31
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% Kampung
Praban Temanggungan Kampung Kampung Kawatan Alun-Alun Kampung Contong
Kampung
Maspati Tambak Bayan Kampung & Kepatihan Kampung Kraton Perangkat kelurahan Tokoh masyarakat Perwakilan keluarga Terlibat langsung
32
K
ONDISI
P
ARTISIPASI
M
ASYARAKAT
Kampung Praban
Sebesar 41,18% masyarakat Kampung Praban berpartisipasi dalam bentuk sumbangan uang (50%) dimana sumbangan ini berupa iuran yang dibayar untuk membersihkan dan merawat bangunan lama di Kampung Praban. Selain itu masyarakat Kampung Praban memberikan sumbangan berupa tenaga (41,67%) dimana masyarakat yang berusia dibawah 50 tahun melakukan kerja bakti membersihkan kampung dan benda cagar budaya yang ada di Kampung Praban. Sebesar 8,22% sisanya berpartisipasi dalam bentuk pemikiran, dimana 41,13% masyarakat memberi usul dan 28,57% masyarakat memberi saran dalam pertemuan yang membahas pelestarian kawasan cagar budaya di Kampung Praban.
Kampung Tumenggungan
Sebesar 25% masyarakat Kampung Tumenggungan berpartisipasi dalam bentuk sumbangan uang, dimana sumbangan ini berupa iuran yang dibayar untuk membersihkan dan merawat bangunan lama di Kampung Tumenggungan
Kampung Kawatan
Sebesar 66,67% masyarakat Kampung Kawatan berpartisipasi dalam bentuk sumbangan tenaga (66,67%) dimana masyarakat yang berusia
dibawah 50 tahun melakukan kerja bakti membersihkan kampung. Selain itu, 22,22% masyarakat lain memberikan sumbangan uang yang berupa iuran untuk membersihkan dan merawat bangunan lama di Kampung Kawatan. Ada juga 11,11% masyarakat yang lain berpartisipasi dalam bentuk pemikiran, dimana 33,33% masyarakat memberikan usul dan 33,33% saran dalam pertemuan yang membahas pelestarian kawasan cagar budaya di Kampung Kawatan.
Kampung Alun-Alun Contong
Sebesar 44,44% masyarakat Kampung Alun-Alun Contong berpartisipasi dalam bentuk uang (60%) diaman sumbangan ini berupa iuran yang dibayar untuk membersihkan dan merawat bangunan lama di Kampung Alun-Alun Contong. Selain itu masyarakat Kampung Alun-Alun Contong memberikan sumbangan berupa tenaga (20%) diamana masyarakat berusia dibawah 50 tahun melakukan kerja bakti membersihkan kampung. Sebesar 20% sisanya berpartisipasi dalam bentuk pemikiran, dimana 33,33% masyarakat member usul, 16,67% masyarakat memberikan saran, dan 16,67% masyarakat memberikan kritik dalam pertemuan yang membahas pelestarian Kampung Alun-Alun Contong sebagai kawasan cagar budaya.
Kampung Maspatih
Sebagian besar masyarakat Kampung Maspatih belum memiliki inisiatif untuk berpartisipasi dalam pelestarian Kampung Maspatih sebagai kawasan cagar budaya. Pada kenyataannya, Kampung Maspatih berpotensi termasuk dalam kawasan cagar budaya dengan meilhat adanya bangunan-bangunan lama dan kesejarahan Kampung Maspatih. Ada beberapa masyarakat yang memehami pentingnya pelestarian kawasan cagar budaya yang tinggal di Kampung Maspatih yang dapat memberikan bentuk partisipasi dalam bentuk pemikiran.
Kampung Tambak Bayan dan Kepatihan
Sebesar 29,41% masyarakat Kampung Tambak Bayan dan Kepatihan berpartisipasi dalam bentuk sumbangan tenaga (62,50%) dimana masyarakat yang berusia dibawah 50 tahun melakukan kerja bakti membersihkan kampung. Selain itu, 25% masyarakat yang lain berpartisipasi dalam bentuk pemikiran, dimana 42,86% masyarakat memberi usul dan saran dalam pertemuan yang membahas pelestarian Kampung Tambak Bayan dan Kepatihan sebagai kawasan cagar budaya. Sedangkan 25,5% sisanya memberi sumbangan dalam bentuk uang, dimana sumbangan ini berupa iuran yang dibayar untuk membersihkan dan merawat bangunan lama di Kampung Tambak Bayan dan Kepatihan.
Kampung Kraton
Sebesar 77,78% masyarakat Kampung Kraton berpartisipasi dalam bentuk sumbangan tenaga (55,56%) diamana masyarakat yang berusia di bawah 50 tahun melakukan kerja bakti membersihkan kampung. Selain itu, 44,44% masyarakat yang lain berpatiaipasi dalam memberikan sumbangan uang, yaitu iuran untuk membersihkan dan merawat bangunan lama di Kampung Kraton. Kadang, masyarakat Kraton juga berpartisipasi dalam memberikan usul untuk perawatan dan perbaikan bangunan lama di Kampung Kraton.
Hasil Analisa Delphi I
Jenis kelamin
3: setuju 2: tidak setujuUsia
2: setuju 3: tidak setujuTingkat pendidikan
4: setuju 1: tidak setujuJenis pekerjaan
4: setuju 1: tidak setujuTingkat penghasilan
2: setuju 3: tidak setujuLama tinggal
seseorang di
suatu kawasan
Motivasi untuk
ikut berpartisipasi
dalam pelestarian
34
Hasil Analisa Delphi 2
Jenis kelamin
2: setuju 3: tidak setujuUsia
4: setuju 1: tidak setujuTingkat
pendidikan
Jenis pekerjaan
4: setuju 1: tidak setujuTingkat
penghasilan
3: setuju 2: tidak setujuLama tinggal
seseorang di suatu
kawasan
Motivasi untuk
ikut berpartisipasi
dalam pelestarian
35
Semakin lama seseorang tinggal di suatu wilayah
• Masyarakat sudah merasakan manfaat yang sudah mereka peroleh dari kawasan tersebut.
Motivasi yang mendasari seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam pelestarian
• Faktor motivasi berupa kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian kawasan cagar budaya, muncul karena adanya manfaat dari kawasan tersebut untuk masyarakat dan didorong dengan adanya motivasi untuk kepentingan masyarakat tersebut atau organisasi tertentu.
Usia
• Seseorang yang usianya dikatakan dewasa lebih dapat merasakan manfaat dari keberadaan kawasan cagar budaya di Bubutan daripada anak-anak.
Tingkat pendidikan
• Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, informasi mengenai program pelestarian kawasan cagar budaya lebih mudah untuk diberikan dan dipahami.
Jenis pekerjaan
• Sebagian besar masyarakat Bubutan merupakan pengusaha atau pedagang, sehingga inisiatif untuk pelestarian kawasan cagar budaya sedikit kurang kecuali beberapa orang yang pekerjaannya berkaitan dengan cagar budaya.
4. A
NALISA
B
ENTUK
P
ARTISIPASI
M
ASYARAKAT
YANG
S
ESUAI
UNTUK
P
ELESTARIAN
K
AWASAN
C
AGAR
B
UDAYA
YANG
B
ERKELANJUTAN
Kriteria bentuk partisipasi masyarakat berdasarkan hasil penelitian:
1) mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dananya berasal dari
sumbangan individu, instansi yang berada di luar kawasan cagar budaya Bubutan (dermawan, LSM, stakeholder), atau dibiayai sendiri seluruhnya oleh masyarakat lokal Bubutan dimana besarnya anggaran ditentukan dalam rapat
2) membangun proyek komunitas yang bersifat otonom.
Studi yang pernah dilakukan di luar wilayah peneltiian:
Menurut Poerbantanoe, partisipasi masyarakat dalam pelestarian dan
pendokumentasian heritage menyatakan partisipasi masyarakat awam dalam upaya pelestarian kawasan cagar budaya terjadi tidak karena motivasi ekonomi secara sempit dan parsial (karena alasan warisan dari pendahulu).
Pendapat stakeholder (pemerintah, masyarakat, akademisi)
Menurut stakeholders, bentuk partisipasi masyarakat pada faktor motivasi adalah mengadakan proyek pelestarian kawasan cagar budaya dengan anggota
komunitas dari masyarakat yang memiliki sense of belonging atas kawasan tempat tinggal mereka.
1. Faktor motivasi
Bentuk Partisipasi
Berdasarkan Faktor Studi Terdahulu
Wawancara
Arahan Makro Pemerintah Pemerhati cagar
budaya Akademisi
Membentuk
jaringan kerja
antara
pemerintah,
akademisi /
profesional, dan
masyarakat lokal
Kerjasama
dengan tenaga
ahli
memberikan
nilai tambah
bagi kawasan
cagar budaya
Membe
ntuk
jaringan
kerja
antara
pemerin
tah,
akademi
si, dan
masyara
kat
lokal.
Membentu
k jaringan
kerja
antara
pemerintah
,
akademisi,
dan
masyarakat
lokal.
Membentu
k jaringan
kerja
antara
pemerintah
,
akademisi,
dan
masyarakat
lokal.
Membentuk jaringan
kerja antara
pemerintah,
akademisi /
profesional, dan
masyarakat lokal
untuk menambah
nilai tambah dari
kawasan cagar
budaya.
dipengaruhi untuk terlibat dalam program pelestarian kawasan cagar
budaya
2) melibatkan masyarakat dalam pertemuan, diskusi, menyumbangkan
tenaga dalam merawat bangunan cagar budaya, dan sebagainya
3) membentuk komunitas lokal.
Studi yang pernah dilakukan di luar wilayah peneltiian:
Menurut Meita Yulianty, partisipasi masyarakat dalam memelihara
bangunan cagar budaya dapat dilakukan dengan cara:
- Menjadikan masyarakat sebagai mitra dalam mengelola benda cagar
budaya dan kawasan cagar budaya di Bubutan.
- Penyuluhan dan sosialisasi terhadap pelestarian kawasan cagar budaya
dan pemeliharaan bangunan cagar budaya.
Pendapat stakeholder (pemerintah, masyarakat, akademisi)
Menurut stakeholders, bentuk partisipasi masyarakat pada faktor lama
tinggal masyarakat di kawasan cagar budaya dapat dilakukan dengan
cara mengadakan penyuluhan atau pemberian informasi mengenai
kawasan cagar budaya dan pelestariannya ke seluruh lapisan
masyarakat hingga masyarakat memahami tentang pentingnya
pelestarian kawasan cagar budaya di kawasan tempat tinggal mereka.
cagar budaya Meyakinkan masyarakat melalui program penyuluhan atau dipengaruhi untuk terlibat dalam program pelestarian kawasan cagar budaya. Melibatkan masyarakat dalam pertemuan, diskusi, menyumbangkan tenaga dalam merawat bangunan cagar budaya, dan sebagainya. - Menjadikan masyarakat sebagai mitra dalam mengelola benda cagar budaya dan kawasan cagar budaya di Bubutan. - Penyuluhan dan sosialisasi terhadap pelestarian kawasan cagar budaya dan pemeliharaan bangunan cagar budaya. Terus-menerus memberikan penyuluhan dan informasi kepada masyarakat. Pendampingan masyarakat oleh pihak luar yang memahami tentang cagar budaya. Mengadakan penyuluhan atau pemberian informasi mengenai kawasan cagar budaya dan pelestariannya ke seluruh lapisan masyarakat hingga masyarakat memahami tentang pentingnya pelestarian kawasan cagar budaya di kawasan tempat tinggal mereka. Memberikan penyuluhan atau pemberian informasi terkait pentingnya pelestarian kawasan cagar budaya. Melibatkan masyarakat dalam pertemuan, diskusi, menyumbangkan tenaga dalam merawat
bangunan cagar budaya, dan sebagainya.
Kriteria bentuk partisipasi masyarakat berdasarkan hasil penelitian:
1) aksi sosial / aksi massa dalam penyebaran informasi pelestarian kawasan cagar budaya
2) sumbangan dalam bentuk tenaga kerja untuk perawatan bangunan cagar budaya 3) pertemuan ibu-ibu PKK untuk membahas pelestarian kawasan cagar budaya.
Studi yang pernah dilakukan di luar wilayah peneltiian:
Menurut Istanto, partisipasi masyarakat dalam pelestarian kawasan cagar budaya dapat dilakukan dengan cara berbeda sesuai dengan kelompok umur masyarakat sebagai
berikut.
Youth: Anak-anak muda dapat menguasai media massa dan penyebaran informasi
melalui desain.
Women: Kemampuan wanita dewasa untuk mengelola permasalahan pelestarian
yang muncul dan mengelola dana anggaran untuk pelestarian kawasan cagar budaya.
Senior, men, & citizen: Sebagai masyarakat senior, keberadaan masyarakat ini
diperlukan sebagai pengawas dalam pelestarian kawasan cagar budaya.
Netizen: Kelompok masyarakat yang menguasai dunia maya ini terkelompok dari
akademisi yang rata-rata berusia 17 tahun ke atas. Melalui teknologi informasi, para netizen dapat memberikan amsukan terkait dengan program pelestarian kawasan yang ada.
Pendapat stakeholder (pemerintah, masyarakat, akademisi)
Menurut stakeholders, bentuk partisipasi masyarakat pada faktor usia dapat dilakukan dengan cara: 1) untuk remaja SMA dan mahasiswa dapat melakukan aksi sosial terkait dengan pelestarian kawasan cagar budaya, 2) untuk masyarakat senior melestarikan kawasan cagar budaya dengan cara merawat bangunan cagra budaya yang ada.
3. Faktor Usia
Bentuk partisipasi
berdasarkan faktor Studi Terdahulu
Wawancara
Arahan Makro Pemerintah Pemerhati
cagar budaya Akademisi
Aksi sosial / aksi massa dalam penyebaran informasi pelestarian kawasan cagar budaya Sumbangan dalam bentuk tenaga kerja untuk perawatan bangunan cagar budaya Masyarakat sesepuh memberikan informasi terkait dengan kesejarahan kawasan cagar budaya sebagai salah satu cara pengawasan
pelestarian kawasan cagar budaya.
-Youth
Anak-anak muda dapat menguasai media massa dan penyebaran
informasi melalui desain. -Women
Kemampuan wanita dewasa untuk mengelola permasalahan pelestarian yang muncul dan mengelola dana anggaran untuk pelestarian
kawasan cagar budaya. -Senior, men, & citizen Sebagai masyarakat senior, keberadaan masyarakat ini diperlukan sebagai pengawas dalam pelestarian kawasan cagar budaya. -Netizen Kelompok masyarakat yang menguasai dunia maya ini terkelompok dari akademisi yang rata-rata berusia 17 tahun ke atas. Melalui teknologi informasi, para netizen dapat memberikan masukan terkait dengan program pelestarian kawasan yang ada.
Untuk
masyarak
at senior
melestari
kan
kawasan
cagar
budaya
dengan
cara
merawat
bangunan
cagar
budaya
yang ada
Untuk
remaja
SMA dan
mahasiswa
dapat
melakukan
aksi sosial
terkait
dengan
pelestarian
kawasan
cagar
budaya
Untuk
masyarakat
senior
melestarika
n kawasan
cagar
budaya
dengan
cara
merawat
bangunan
cagar
budaya
yang ada
Membentuk komunitas anak-anak muda dimana komunitas ini bertujuan untuk melakukan aksi sosial terkait dengan pelestarian kawasan cagar budaya di Bubutan. Adanya sumbangan dalam bentuk tenaga kerja untuk merawat bangunan cagar budaya atau bangunan lama yang ada di kawasan cagar budaya di Bubutan. Masyarakat sesepuh memberikan informasi terkait dengankesejarahan kawasan cagar budaya sebagai salah satu cara
pengawasan pelestarian kawasan cagar budaya.
konsultasi dimana masyarakat luar (pakar / akademisi)
mendengarkan dan membangun pandangan untuk mendefinisikan
permasalahan dan pemecahannya berdasarkan modifikasi
tangganapan-tanggapan masyarakat.
Studi yang pernah dilakukan di luar wilayah peneltiian:
Menurut Poerbantanoe, partisipasi masyarakat dalam pelestarian
dan pendokumentasian heritage menyatakan:
Partisipasi masyarakat akademik dalam upaya pelestarian kawasan
cagar budaya masih sangat rendah. Hal ini terindikasi dari
banyaknya gedung bangunan heritage yang dihancurkan.
Kesadaran partisipasi masyarakat dalam pelestarian heritage perlu
mendapat dukungan luar dari pemkot dan masyarakat akademis.
Pendapat stakeholder (pemerintah, masyarakat, akademisi)
Menurut stakeholders, bentuk partisipasi masyarakat pada faktor
tingkat pendidikan dapat dilakukan dengan cara mengadakan forum
komunikasi antar akademisi untuk merencanakan program
pelestarian kawasan cagar budaya di Bubutan.
cagar budaya
Mengadakan
forum
komunikasi antar
akademisi untuk
merencanakan
program
pelestarian
kawasan cagar
budaya di
Bubutan.
Kesadaran
partisipasi
masyarakat
dalam
pelestarian
heritage perlu
mendapat
dukungan
luar dari
pemkot dan
masyarakat
akademis.
Mengada
kan
forum
komunika
si dalam
masyarak
at untuk
merencan
akan
program
pelestaria
n
kawasan
cagar
budaya di
Bubutan.
Mengadak
an forum
komunikas
i untuk
merencana
kan
program
pelestarian
kawasan
cagar
budaya di
Bubutan.
Mengadak
an forum
komunikas
i antar
akademisi
untuk
merencana
kan
program
pelestarian
kawasan
cagar
budaya di
Bubutan.
Mengadakan
forum komunikasi
antar akademisi
untuk
merencanakan
program
pelestarian
kawasan cagar
budaya di
Bubutan.
40
Kriteria bentuk partisipasi masyarakat berdasarkan hasil
penelitian:
masyarakat diajak untuk terlibat dalam program pelestarian
kawasan cagar budaya di Bubutan sebagai masukan bagi profesional.
Studi yang pernah dilakukan di luar wilayah peneltiian:
Pelestarian bangunan cagar budaya di Kaoshiung, Taiwan dengan
partisipasi publik dengan cara.
Mengundang arsitek untuk fokus dalam meningkatkan wajah
kawasan lewat kerjasama di antara komunitas kawasan cagar
budaya.
Adanya koordinasi antara pemerintah, profesional, dan
masyarakat lokal di kawasan cagar budaya.
Pendapat stakeholder (pemerintah, masyarakat, akademisi)
Menurut stakeholders, bentuk partisipasi masyarakat pada faktor
jenis pekerjaan dapat dilakukan dengan cara: 1) untuk pengusaha
bentuk partisipasinya dapat berupa pemberian sumbangan untuk
investasi, 2) untuk perangkat pemerintah dapat berpartisipasi
dengan melaporkan ke pihak yang berwenang ketika ada
pengrusakan bangunan cagar budaya.
5. Faktor Jenis Pekerjaan
Bentuk partisipasi
berdasarkan faktor Studi Terdahulu
Wawancara
Arahan Makro Pemerintah Pemerhati
cagar budaya Akademisi
Kerjasama dengan para profesional untuk mengembangkan kawasan cagar budaya di Bubutan dari segi estetika dan ekonomi. Membentuk jaringan kerja antara pemerintah, akademisi / profesional, dan masyarakat lokal - Mengundang arsitek untuk fokus dalam meningkatkan wajah kawasan lewat kerjasama di antara komunitas kawasan cagar budaya. - Adanya koordinasi antara pemerintah, profesional, dan masyarakat lokal di kawasan cagar budaya. Untuk pengusaha bentuk partisipasinya dapat berupa pemberian sumbangan untuk investasi Membentuk jaringan kerja antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat lokal.
Kerjasama dengan para profesional (arsitek, pengusaha) untuk mengembangkan kawasan cagar budaya di Bubutan dari segi estetika dan ekonomi. Membentuk jaringan kerja antara pemerintah, akademisi / profesional, dan masyarakat lokal
42
uang (50%) Tenaga (41,67%) Usul (41,13% dari 8,22%) Saran (28,57% dari 8,22%)dan masyarakat lokal untuk menambah nilai tambah dari Kampung Praban.
Mengadakan forum komunikasi antar akademisi untuk merencanakan program pelestarian kawasan cagar budaya di Kampung Praban.
dengan pemerintah setempat atau tokoh masyarakat setempat.
2 Kampung Tumenggu ngan Bentuk partisipasi: Sumbangan uang
Kerjasama dengan para profesional (arsitek, pengusaha) untuk
mengembangkan kawasan cagar budaya di Kampung Tumenggungan dari segi estetika dan ekonomi.
Membangun gapura dan pengecatan ulang bangunan lama sehingga
memunculkan suasana kampung lama Surabaya. 3 Kampung Kawatan Bentuk partisipasi: Sumbangan uang (22,22%) Tenaga (66,67%) Usul (33,33% dari 11,11%) Saran (33,33% dari 11,11%)
Adanya sumbangan dalam bentuk tenaga kerja untuk merawat bangunan cagar budaya atau
bangunan lama yang ada di kawasan cagar budaya di Kampung Kawatan. Mengadakan forum komunikasi antar akademisi untuk merencanakan program pelestarian kawasan cagar budaya di Kampung Kawatan.
Membersihkan kampung secara
berkala termasuk pada bangunan lama yang penghuninya tidak tinggal disitu. Mengadakan diskusi antar warga guna mewariskan semangat memiliki
kampung lama serta menampung aspirasi warga.
A
RAHAN
M
IKRO
(2)
43
No Kampung Hasil Penelitian Arahan Makro Arahan Mikro
4 Kampung Alun-Alun Contong Bentuk partisipasi: Sumbangan uang (60%) Tenaga (20%) Usul (33,33% dari 20%) Saran (16,67% dari 20%) Kritik (16,67% dari 20%)
Membentuk jaringan kerja antara pemerintah, akademisi / profesional, dan masyarakat lokal untuk menambah nilai tambah dari Kampung Alun-Alun Contong. Mengadakan forum komunikasi antar akademisi untuk merencanakan program pelestarian kawasan cagar budaya di Kampung Alun-Alun Contong.
Mengadakan festival budaya dengan kerjasama dengan pemerintah, profesional, dan
masyarakat.
Mengadakan diskusi antara masyarakat, pemerintah, dan professional untuk langkah pelestarian kawasan cagar budaya yang
berkelanjutan di Kampung Alun-Alun Contong. 5 Kampung
Maspatih
Belum terdapat bentuk partisipasi
Memberikan penyuluhan atau pemberian informasi terkait pentingnya pelestarian kawasan cagar budaya di Kampung Maspatih.
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pelestarian kawasan cagar budaya di Kampung Maspatih dengan
pendampingan dari pemerintah. 6 Kampung Tambak Bayan dan Kepatihan Bentuk partisipasi: Sumbangan uang (25,50%) Tenaga (62,50%) Usul (42,86% dari 25%) Saran (42,86% dari 25%)
Adanya sumbangan dalam bentuk tenaga kerja untuk merawat bangunan cagar budaya atau bangunan lama yang ada di kawasan cagar budaya di Kampung Tambak Bayan dan Kepatihan.
Membentuk komunitas anak-anak muda dimana komunitas ini bertujuan untuk melakukan aksi sosial terkait dengan pelestarian kawasan cagar budaya di Kampung Tambak Bayan dan Kepatihan.
Mengadakan festival budaya guna melestarikan budaya setempat.
Melakukan aksi massa dalam bentuk
pengupayaan pendaftaran bangunan lama yang belum terdaftar untuk menjadi bangunan cagar budaya. 7 Kampung Kraton Bentuk partisipasi: Sumbangan uang (44,44%) Tenaga (55,56%)
Adanya sumbangan dalam bentuk tenaga kerja untuk merawat bangunan cagar budaya atau bangunan lama yang ada di kawasan cagar budaya di Kampung Kraton.
Masyarakat sesepuh memberikan informasi terkait dengan kesejarahan Kampung Kraton sebagai salah satu cara pengawasan
pelestarian kawasan cagar budaya.
Melakukan kegiatan membersihkan kampung dan pengecatan ulang bangunan lama. Mengadakan diskusi dimana tokoh
masyarakat/sesepuh menyampaikan sejarah dari kampung Kraton guna membangkitkan rasa memiliki dan kebanggan masyarakat akan Kampung Kraton.
Tujuh kampung yang berpotensi termasuk dalam kawasan cagar
budaya, yaitu Kampung Praban, Kampung Temanggungan, Kampung
Alun-Alun Contong, Kampung Kawatan, Kampung Maspatih, Kampung
Tambak Bayan dan Kepatihan, dan Kampung Kraton.
Partisipasi masyarakat pada Kampung Praban, Kampung
Temanggungan, Kampung Alun-Alun Contong, dan Kampung Kawatan
berada pada tangga partisipasi diplomacy. Kampung Maspatih
berada pada tangga partisipasi manipulation. Kampung Tambak
Bayan dan Kepatihan berada pada tangga partisipasi informing.
Kampung Kraton berada pada tangga partisipasi dissimulation.
Faktor yang mempengaruhi dalam penentuan bentuk partisipasi
tersebut yaitu faktor usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lama
tinggal seseorang di kawasan tersebut, dan motivasi yang
melatabelakangi seseorang untuk terlibat dalam pelestarian kawasan
cagar budaya.
setempat.
Pada Kampung Tumenggungan yang sebagian besar kawasannya berupa permukiman, bentuk partisipasi yang sesuai
adalah membangun gapura dan pengecatan ulang bangunan lama sehingga memunculkan suasana kampung lama Surabaya.
Pada Kampung Kawatan yang sebagian besar kawasannya berupa permukiman, bentuk partisipasi yang sesuai adalah
1) membersihkan kampung secara berkala termasuk pada bangunan lama yang penghuninya tidak tinggal disitu, dan 2) mengadakan diskusi antar warga guna mewariskan semangat memiliki kampung lama serta menampung aspirasi warga.
Pada Kampung Alun-Alun Contong yang merupakan sentra perdagangan, bentuk partisipasi yang sesuai adalah 1)
mengadakan festival budaya dengan kerjasama dengan pemerintah, profesional, dan masyarakat.dan 2)
mengadakan diskusi antara masyarakat, pemerintah, dan professional untuk langkah pelestarian kawasan cagar budaya yang berkelanjutan di Kampung Alun-Alun Contong.
Kampung Maspatih sebagian besar masyarakat belum memahami tentang pentingnya pelestarian kawasan cagar
budaya, oleh karena itu bentuk partisipasi masyarakat yang sesuai untuk Kampung Maspatih adalah 1) pemberian penyuluhan dan informasi pelestarian kawasan cagar budaya.
Kampung Tambak Bayan dan Kepatihan memiliki keunikan seperti adanya kampung pecinan di Kampung Tambak
Bayan. Bangunan yang ada maupun budaya setempat masih dijalankan sesuai dengan adat Tionghoa. Bentuk partisipasi masyarakat yang sesuai dengan Kampung Tambak Bayan dan Kepatihan adalah 1) mengadakan festival budaya guna melestarikan budaya setempat, dan 2) melakukan aksi massa dalam bentuk pengupayaan pendaftaran bangunan lama yang belum terdaftar untuk menjadi bangunan cagar budaya.
Kampung Kraton memiliki bangunan yang sudah banyak dirombak dan ditinggalkan penghuninya, namun masyarakat
yang masih tinggal di Kampung Kraton umumnya berinisiatif untuk merawat dan menjaga bangunan lama yang ada di kawasan tersebut. Bentuk partisipasi yang sesuai adalah 1) melakukan kegiatan membersihkan kampung dan pengecatan ulang bangunan lama, dan 2) mengadakan diskusi dimana tokoh masyarakat/sesepuh menyampaikan sejarah dari kampung Kraton guna membangkitkan rasa memiliki dan kebanggan masyarakat akan Kampung Kraton.
Bentuk partisipasi masyarakat yang ada perlu dibentuk
jaringan dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan
masyarakat dapat dimulai dari RT / RW setempat, tokoh
masyarakat, ataupun bekerjasama dengan pihak lain
yang memiliki perhatian dalam bidang cagar budaya.
Rekomendasi studi lanjutan, yaitu:
Studi pengembangan Kawasan Cagar Budaya Bubutan
sebagai pariwisata budaya
Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pelestarian kawasan cagar budaya di Bubutan.
Pengembangan kawasan cagar budaya Bubutan melalui
pendekatan city marketing.
Jokilehto, J. 1999. A History of Architectural Conservation. Elsevier Butterwoth-Heinemann, ICCROM.
Mikkelsen, Britha. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan Bagi
Para Praktisi Lapangan. Yayasan Obor Indonesia.
Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Jakarta.
Sidharta dan Budihardjo, E. 1989. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta. Gadjah Mada University Press.
Slamet. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Peran Serta. Surakarta. Sebelas Maret University Press. Soekanto, Soejono. 1983. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta. Rajawali.
JURNAL
Juliarso, Pudjo, Koeswhoro. 2001. Revitalisasi Pusaka (Warisan) Budaya Kawasan Bersejarah dalam Tesa Arsitektur, Vol. 4 No. 11 September – Desember 2001, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.
Nasser, Noha. 2003. Planning for Urban Heritage Places: Reconciling Conservation, Tourism, and Sustainable
Development. Journal of Planning Literature, Vol. 17, No. 4. Mei.
Poerbantanoe, Benny. 2001. Partisipasi Masyarakat Di Dalam Pelestarian dan Pendokumentasian Warisan (Arsitektur)
Kota Surabaya Tahun 1706 – 1940 dalam Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 43 – 51.
KORAN/BERITA/INTERNET
____________. 2010. Sebagian Telah Berubah, GP Ansor Surabaya Berharap Agar Pemkot Pertahankan Bangunan
Bersejarah di Bubutan. http://gp-ansor.org diakses pada tanggal 29 November 2011.
Yudono, Jodhi. 2011. Pengelolaan Borobudur Dibahas Ulang. http://www.kompas.com diakses pada tanggal 29 November 2011.
D
AFTAR
P
USTAKA
TESIS/PRA TESIS/SKRIPSI
Arifin, M. 2007. Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). Medan. Program Studi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Astuti, Erika Yuni. 2009. Pelestarian Kawasan Pusaka Berbasis Partisipasi Masyarakat di Koridor Jl.
Diponegoro – Surabaya. Surabaya. Program Pascasarjana Arsitektur, ITS.
Wibisana, Gunawan. 1989. Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Peremajaan Pasar. Bandung. Program Pasca Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota, ITB.
Yulianty, Meitya. 2005. Partisipasi Masyarakat Dalam Memelihara Benda Cagar Budaya di Pulau
Penyengat Sebagai Upaya Pelestarian Warisan Budaya Melayu. Semarang. Program Pasca Sarjana
Magister Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro.
UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN LAINNYA
____________. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya.
____________. Surat Keputusan Walikotamadya Surabaya Nomor 188.45/251/402.1.04/1996. ____________. Surat Keputusan Walikotamadya Surabaya Nomor 188.45/004/402.1.04/1998. ___________. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
MASYARAKAT
(STUDI KASUS: KAWASAN CAGAR BUDAYA BUBUTAN, SURABAYA)
Volare Amanda Wirastari
3608 100 063
Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Rimadewi Suprihardjo, MIP.
P r o g r a m S t u d i P e r e n c a n a a n W i l a y a h d a n K o t a F a k u l t a s T e k n i k S i p i l d a n P e r e n c a n a a n
I n s t i t u t T e k n o l o g i S e p u l u h N o v e m b e r S u r a b a y a