1 PENGARUH RETURN ON ASSET, ASSET GROWTH, SALES GROWTH, DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO
Andi Yusmi Effendi1, Ethika1, Mukhlizul Hamdi1
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Email: andiyusmieffendi@rocketmail.com
ABSTRAK
This research performed to examine influence of Return On Asset (ROA), Asset Growth (AG), Sales Growth (SG) dan Debt to Equity Ratio (DER) on Dividend Payout Ratio (DPR) in manufactur company listed of Indonesia Stocks Exchange (BEI) in period 2009-2013. Sample selection technique used is the purposive sampling, so research samples obtained as many as 20 companies. Data analysis techniques used in this research is a classic assumption test, multiple linear regression test, and test the hypothesis.
The result of this research showed that Return On Asset was influenced and significant for Dividend Payout Ratio. whereas the other variable in this research such as Asset Growth, Sales Growth and Debt to Equity Ratio didn’t have the significant influenced for Dividend Payout Ratio.
Keywords : Return On Asset (ROA), Asset Growth (AG), Sales Growth (SG), Debt to Equity Ratio (DER), Dividend Payout Ratio (DPR)
PENDAHULUAN
Dunia bisnis akan terus
mengalami kemajuan, itu terlihat dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai tahun 2015, maka dunia akuntansi harus mengalami kemajuan, karena bisnis dan akuntansi merupakan suatu
hal yang harus berjalan beriringan. Salah satu pihak yang terlibat dalam dunia bisnis adalah investor. Investor
tersebut harus mengerti tentang
akuntansi karena investor selain melihat prospek perusahaan yang akan ditanami modal, juga mengharapkan pembayaran dividen yang stabil.
2 Investor dalam menanamkan
modalnya memiliki berbagai macam tujuan. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya yaitu untuk mendapatkan tingkat pengembalian
investasi (return) baik berupa
pendapatan dividen maupun
pendapatan yang diperoleh dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). (Laksono, 2006 dalam Difah, 2011).
Pada tahun 2014 adanya
pemberitaan yang mengatakan bahwa
PT Krakatau steel Tbk tidak
membayar dividen pada tahun buku 2013. menurut direktur utama PT Krakatau steel Tbk tidak membagikan
dividen karena sudah 2 tahun
kebelakang perseroan mengalami rugi
bersih yaitu tahun buku 2012,
perseroan rugi bersih sebesar US$ 20,43 juta dan tahun buku 2013, rugi
bersih sebesar US$ 13,98 juta.
(Achmad Dwi Afriyadi, 27 Maret 2014. liputan6.com)
Semakin besar dividend payout ratio maka akan menguntungkan pemegang saham, namun di lain pihak
akan mengurangi kemampuan
perusahaan dalam mengembangkan
perusahaan. Kebijakan dividen
merupakan kebijakan yang sulit karena pihak perusahaan harus memutuskan apakah sebagian keuntungan yang diperoleh harus dibagikan kepada
pemegang saham dalam bentuk
dividen ataukah menahannya. Jika
diputuskan untuk membagikannya
sebagai dividen, permasalahannya, seberapa besar bagian keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang
saham tersebut. Untuk dapat
menetapkan kebijakan dividen
diperlukan pertimbangan yang sangat matang, dengan melihat faktor-faktor
yang mempengaruhinya. (Amalia,
2011).
Menurut Hanafi (2004:375) perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik dapat membayar dividen atau meningkatkan pembayaran dividen. Menurut Hanafi dan Halim (2005) salah satu rasio profitabilitas adalah return on asset (ROA). Return on asset digunakan
3
perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan
aset yang di milikinya. Semakin besar return on asset suatu perusahaan, maka semakin besar juga dividen yang akan dibayarkan.
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, makin besar kebutuhan
dana dimasa mendatang untuk
membiayai pertumbuhannya.
Perusahaan biasanya akan menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen. Jadi semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan maka semakin besar laba yang ditahan sehingga semakin kecil dividen yang dibayarkan. (Riyanto, 2001:267)
Perusahaan dengan
pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi, cenderung perusahaan tersebut lebih konsisten dalam membayarkan dividen kepada pemegang sahamnya daripada perusahaan yang tingkat
pertumbuhan penjualannya relatif
rendah. (Hatta, 2002)
Debt to equity ratio merupakan rasio hutang terhadap modal. Debt to equity ratio digunakan untuk
mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin
tinggi debt to equity ratio,
menunjukkan kondisi perusahaan yang kurang baik. (Sartono ,2001:66).
Peningkatan hutang akan
mempengaruhi besar kecilnya laba
bersih yang tersedia bagi para
pemegang saham untuk membayar dividen, karena keharusan perusahaan
dalam membayar hutang lebih
diutamakan daripada pembayaran
dividen (Sudarsi, 2002:80)
Dari permasalahan dan uraian
yang diungkapkan diatas, maka
peneliti ingin membuktikan pengaruh return on asset, asset growth, sales growth dan debt to equity ratio, terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2009-2013.
METODOLOGI PENELITIAN Dividend Payout Ratio
Dividend payout ratio adalah suatu kebijakan perusahaan yang menentukan apakah keuntungan yang diperoleh akan dibagikan kepada
4
pemegang saham dalam bentuk
dividen ataukah akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna keperluan
investasi dalam pengembangan
perusahaan (Alfatah, 2014). Dividend Payout Ratio dapat diukur dengan menggunakan:
DPR = 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟
Return On Asset (ROA)
Menurut Darmayanti
(2008:99), Return On Asset merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk melihat efektifitas aset perusahaan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. return on asset dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
ROA = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Asset Growth
Asset Growth menunjukkan pertumbuhan aset dari tahun ke tahun. aset merupakan aktiva yang digunakan
untuk operasional perusahaan
(Riyanto, 2001:268). Secara matematis pertumbuhan aset dapat dirumuskan sebagai berikut:
Asset Growth = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑡− 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑡−1
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑡 −1
Sales Growth
Menurut Horne dan Warchowicz (2005), pertumbuhan penjualan adalah hasil perbandingan antara selisih penjualan tahun berjalan dan penjualan di tahun sebelumnya dengan penjualan di tahun sebelumnya. Jadi, sales growth dalam penelitian ini dapat diukur dengan: Sales Growth = 𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑡−𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑡−1
𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑡 −1
Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan sejauh mana pendanaan utang digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan ekuitas, dimana semakin tinggi rasio ini menunjukkan
gejala yang kurang baik bagi
perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2013:169). Rasio ini diukur dengan rumus :
DER = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2009-5 2013. Penelitian ini menggunakan
Purposive Sampling atau pemilihan sampel dengan batasan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam memperoleh sampel sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2009-2013.
2. Perusahaan manufaktur yang
menerbitkan laporan keuangan
pada periode 2009-2013.
3. Perusahaan manufaktur yang
membayarkan dividen 5 (lima) tahun berturut-turut pada periode 2009-2013.
4. Data perusahaan manufaktur yang memaparkan keseluruhan variabel yang diteliti.
Berdasarkan karakteristik
penarikan sampel yang digunakan, maka diperoleh sampel penelitian 20 perusahaan.
Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah pengujian asumsi klasik dan pengujian
hipotesis. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah
data sudah normal dan layak
digunakan. Pengujian asumsi klasik yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. (Ghozali, 2011)
Dalam pengujian hipotesis, digunakan analisis regresi linear
berganda untuk mengetahui
signifikansi hubungan antara variabel
independen dengan variabel
independen yang diteliti. Persamaan model regresi linear berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan:
Y = Dividend Payout Ratio (DPR) X1 = Return On Asset (ROA)
X2 = Asset Growth (AG)
X3 = Sales Growth (SG)
X4= Debt to Equity Ratio (DER)
a = konstanta
b1, b2, b3, b4 = koefisien perubahan
nilai tiap variable independen e = error
6 setelah itu, dilakukan pengujian
hipotesis menggunakan 3 (tiga) alat uji, yaitu uji koefisien determinasi (R2) yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Uji
statistik F digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan variabel independen mempengaruhi secara bersama-sama terhadap variabel dependennya. sedangkan uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Pada tabel 1 akan ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian, meliputi jumlah sampel (N), rata-rata sampel (Mean), nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi untuk masing-masing variabel.
Tabel 1 Statistik Deskriptif
No Variabel N Minimal Maksimal Mean Std. Deviation
1 ROA 100 0,80 8,46 3,8752 1,40048
2 AG 100 -58,17 46,31 12,5982 13,74823
3 SG 100 0,55 9,71 3,5923 1,44673
4 DER 100 2,30 5,57 4,0894 0,77092
5 DPR 100 1,08 5,55 3,5635 0,78722
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2015 Pada tabel 1 menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 sampel data. Pada variabel dividend payout ratio (DPR) diperoleh rata-rata sebesar 3,5635. Hal ini berarti bahwa rata-rata kebijakan pembagian dividen adalah
sebesar 3,5635% dari laba per lembar saham yang diperoleh perusahaan. Standar deviasi dari dividend payout ratio adalah 0,78722. Hal ini berarti nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai mean, maka dapat disimpulkan nilai mean dapat digunakan sebagai
7 representasi dari keseluruhan data. Hal
tersebut juga terlihat pada return on asset, sales growth dan debt to equity ratio yang memiliki nilai standar
deviasi lebih kecil dari mean.
Sedangkan asset growth berbeda dengan variabel lainnya, nilai standar deviasi-nya lebih besar dari nilai mean. Hal ini berarti, nilai mean perusahaan sampel tidak bagus digunakan sebagai representasi dari keseluruhan data.
Untuk menguji sampel
penelitian sudah terdistribusi normal,
maka digunakan uji normalitas
kolmogorov-smirnov (K-S). hasil dari uji kolmogorov-smirnov menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai signifikan > 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa
data yang digunakan sudah
terdistribusi normal.
Untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi antar variabel
independen digunakan uji
multikolinearitas. Hasil dari uji multikolinearitas menunjukkan tidak terjadinya gejala multikolinearitas pada data yang digunakan karena nilai
tolerance tiap variabel independen di atas 0,1 dan nilai VIF pada tiap variabel di bawah 10.
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya hubungan antara kesalahan pada periode t dengan kesalahan periode t-1 digunakan uji autokorelasi Durbin-Watson (D-W). Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai D-W sebesar 1,857, yang berada diantara nilai dU dan 4-dU, sehingga dapat disimpulkan data dari penelitian ini tidak terdapat gejala autokorelasi.
Pengujian asumsi klasik
selanjutnya adalah uji
heteroskedastisitas. Uji ini untuk mengetahui apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Untuk
mengetahui ada tidaknya gejala
heteroskedastisitas digunakan uji glejser. Hasil dari uji glejser
menunjukkan tingkat signifikan
variabel independen di atas 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
8 Tabel 2
Analisis Regresi berganda N o Model Unstandardize d Coefficients B Std. Error 1 (Constant ) -5,058 2 ROA 10,416 2,785 3 AG -0,098 0,301 4 SG -3,033 2,848 5 DER 5,803 5,181
Dengan melihat tabel diatas, dapat disusun persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
DPR = -5,058 + 10,416 ROA – 0,098 AG – 3,033 SG + 5,803 DER
Dari hasil persamaan regresi
linear berganda diperoleh nilai
konstanta sebesar -5,058. Hal ini
mengindikasikan bahwa dividend
payout ratio mempunyai nilai sebesar -5,058% dengan tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel independen (ROA, AG, SG,dan DER). Sedangkan nilai
koefisien dari variabel independen
dalam persamaan regresi linear
berganda yaitu variabel return on asset memiliki nilai koefisien sebesar
10,416, yang berarti setiap
peningkatan return on asset sebesar
1% akan meningkatkan dividend
payout ratio sebesar 10,416% dengan
asumsi variabel lain konstan.
Koefisien regresi asset growth adalah sebesar -0,098 yang berarti bahwa
setiap peningkatan asset growth
sebesar 1% akan menurunkan dividend payout ratio sebesar 0,098% dengan
asumsi variabel lain konstan.
Koefisien regresi sales growth adalah sebesar -3,033 yang berarti bahwa
setiap peningkatan sales growth
sebesar 1% akan menurunkan dividend payout ratio sebesar 3,033% dengan
asumsi variabel lain konstan.
Koefisien regresi debt to equity ratio (DER) adalah sebesar 5,803 yang berarti bahwa setiap peningkatan debt to equity ratio sebesar 1 % akan meningkatkan dividend payout ratio
sebesar 5,803% dengan asumsi
9 Tabel 3
Pengujian Hipotesis
No Variabel t Sig. α Keputusan
1 ROA 3,740 0,000 0,05 H1 diterima 2 AG -0,327 0,744 0,05 H2 ditolak 3 SG -1,065 0,289 0,05 H3 di tolak 4 DER 1,120 0,266 0,05 H4 ditolak R = 0,373 R2 = 0,139 Adjusted R2 = 0,103 F hitung = 3,829 F sig. = 0,006
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel di atas, hasil dari uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar 0,139. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 13,9% dividend payout ratio dipengaruhi oleh variabel return on asset, asset growth, sales growth dan debt to equity ratio. Sedangkan sisanya
sebesar 86,1% dipengaruhi oleh
variabel di luar model penelitian ini. Berdasarkan tabel di atas, hasil dari uji statistik F menunjukkan nilai F signifikan sebesar 0,006 < 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa return on asset, asset growth, sales growth dan debt to equity ratio secara
bersama-sama berpengaruh terhadap dividend payout ratio.
Hipotesis pertama
menyebutkan bahwa return on asset berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh nilai thitung return on
asset sebesar 3,740 dan tingkat signifikan 0,000 < 0,05, artinya return on asset memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Jadi dapat disimpulkan, Hipotesis pertama dalam penelitian ini
diterima. Hasil penelitian ini
memperkuat hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nadjibah (2008),
Puspita (2009), Marlina dan Danica
(2009), Handayani BS (2010),
10
Sampurna (2012) Marietta dan
Sampurno (2013). Adanya pengaruh positif dan signifikan variabel return on asset terhadap dividend payout ratio menjelaskan bahwa semakin besar rasio return on asset, maka akan
meningkatkan pembagian dividen
yang dilakukan perusahaan. Hal yang sama juga diutarakan oleh Sartono (2001:122) yang menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik dapat membayar dividen atau meningkatkan pembayaran dividen.
Hipotesis kedua menyebutkan bahwa asset growth berpengaruh
terhadap dividend payout ratio.
Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh nilai thitung asset growth
sebesar -0,327 dan tingkat signifikan 0,744 > 0,05 artinya asset growth memiliki pengaruh negatif namun
tidak signifikansi. Jadi dapat
disimpulkan hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak ( H0 diterima).
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian yang dilakukan Amalia (2011), Pribadi dan Sampurno (2012),
Marietta dan Sampurno (2013) yang menyatakan bahwa asset growth tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini, tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadjibah (2008) yang menyatakan
bahwa asset growth memiliki
pengaruh negatif dan signifikan
terhadap dividend payout ratio.
Perbedaan hasil penelitian ini
disebabkan oleh pengaruh faktor lain seperti inflasi dan revaluasi aset, sehingga peningkatan pertumbuhan
aset tidak berpengaruh terhadap
pembayaran dividen.
Hipotesis ketiga menyebutkan bahwa sales growth berpengaruh
terhadap dividend payout ratio.
Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh nilai thitung sales growth
sebesar -1,065 dan tingkat signifikansi 0,289 > 0,05 artinya sales growth mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan. Jadi dapat disimpulkan hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak ( H0 diterima). Hasil penelitian
11 dilakukan oleh Musthikawati (2010),
yang menyatakan bahwa sales growth tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Alfatah (2014) yang
menyatakan bahwa sales growth
berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini disebabkan oleh adanya teori kebijakan dividen yang stabil yaitu kebijakan yang membagikan dividen secara tetap per lembarnya
untuk jangka waktu tertentu.
Pembayaran dividen akan dinaikan jika perusahaan memperoleh laba yang meningkat dan peningkatan tersebut
mantap dan stabil. Naiknya
pertumbuhan penjualan suatu
perusahaan, tidak dapat dikatakan suatu perusahaan tersebut berlaba atau dalam kondisi yang baik untuk
meningkatkan rasio pembayaran
dividennya. Naiknya pertumbuhan
penjualan suatu perusahaan
disebabkan banyak faktor, salah
satunya inflasi.
Hipotesis keempat
menyebutkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh nilai thitung
debt to equity ratio sebaesar 1,120 dan tingkat signifikansi sebesar 0,266 > 0,05, artinya debt to equity ratio memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa hipotesis keempat dalam
penelitian ini ditolak (H0 diterima).
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2009), Marlina dan Danica (2009), Amalia (2011) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani BS (2010) dan Alfatah (2014) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Perbedaan hasil penelitian disebabkan karena rata-rata (mean) debt to equity ratio perusahaan sampel
12 yang tergolong rendah yaitu sebesar
4,0894%, sehingga tidak
mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam membayar dividen. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa variabel return on asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini berarti, semakin tinggi return on asset maka akan meningkatkan kemampuan
perusahaan dalam membayarkan
dividen. Sedangkan variabel lainnya yaitu asset growth, sales growth dan debt to equity ratio tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.
Adapun keterbatasan dari
penelitian ini adalah penelitian ini hanya meneliti perusahaan manufaktur saja, sehingga jumlah sampel yang di dapat relatif sedikit. Keterbatasan
selanjutnya adalah variabel
independen yang digunakan relatif sedikit, karena dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan hanya menjelaskan sebesar 13,9%
terhadap variabel dependen.
Sedangkan sisanya sebesar 86,1% dijelaskan oleh variabel di luar model penelitian ini.
Dengan keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti menyarankan penelitian selanjutnya menggunakan objek penelitian yang lebih luas, tidak hanya perusahaan manufaktur saja, dan menambah variabel yang lain dari penelitian ini, seperti inflasi, ukuran perusahaan, likuiditas, tingkat pajak dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyadi, Achmad Dwi. “Kinerja Buruk, Krakatau Steel Tak Bagi Dividen”. 27 Maret 2014.
https://bisnis.liputan6.com/r ead/2028841/kinerja-buruk- krakatau-steel-tak-bagi-dividen
Alfattah, Surya. 2014. “Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, Sales Growth, Return On Asset dan Size Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Empiris
Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Semarang. Tesis Universitas Diponegoro
13 Amalia, Shitta. 2011. “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia non Keuangan)”. Semarang.
Skripsi Universitas
Diponegoro.
Darmayanti, Yeasy. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Padang:
Bung Hatta University
Press.
Difah, Siti Syamsiroh (2011).
“Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2009”. Semarang.
Skripsi Universitas
Diponegoro
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi
Analisis Multivariate
dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan
Penerbit Universitas
Diponegoro
Hanafi, Mamduh M, 2004. Manajemen
Keuangan. Yogyakarta:
BPFE
Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim,
2005. Analisa Laporan
Keuanagan. Yogyakarta:
UPP AMP YPKN
Handayani BS, Dyah. 2010. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007”.
Semarang. Skripsi
Universitas Diponegoro. Hatta, Atika Jauhari. 2002.
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder”. JAAI Volume 6 no 2, Desember 2002. _____________, 2013. Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat Horne, James C.Van dan John
M.Machowicz, 2013. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Edisi 13. Jakarta: Salemba Empat
Marietta, Unzu dan Djoko Sampurno. 2013. “Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Asset, Growth, Firm Size, DER Terhadap Dividend Payout Ratio ( Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011”. Diponegoro Journal of Management, Volume 2, Nomor (3). Hlm 1
14 Marlina, Lisa dan Clara Danica. 2009.
“Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return On Asset Terhadap Dividend Payout Ratio”. Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor (1). Hlm.1-6. Musthikawati, Noventri. 2010. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rasio Pembayaran Deviden”. Surakarta. Skripsi
Universitas Sebelas Maret. Nadjibah. 2008. “Analisis Pengaruh
Asset Growth, Size, Cash Ratio, dan Return On Asset Terhadap Dividend Payout Ratio”. Semarang. Tesis Universitas Diponegoro Pribadi, Anggit Satria dan R Djoko
Sampurno. 2012. “Analisis Pengaruh Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership dan Return On Asset Terhadap Dividend Payout Ratio.
Diponegoro Journal of
Management, Volume 1, Nomor (1). Hlm 212-211 Puspita, Fira. 2009. “Analisis
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Semarang.
Thesis Universitas
Diponegoro
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE
Sartono, Agus. 2001. Manajemen
Keuangan “Teori dan
Aplikasi”. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE
Sudarsi, sri. 2002. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Weston, J.F dan Copeland T.E. 1997. Manajemen Keuangan. Edisi Sembilan. Jakarta: Penerbit Bina Rupa Aksara