• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Penyakit Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.

1.1.Etiologi

Malaria biasanya berkembang dengan adanya interaksi seseorang yang sehat dengan penderita, penularannya selalu bersifat sporadic, penyebab utama penularan malaria ini meliputi peperangan, perpindahan penduduk, pertumbuhan dan perkembangan bangsa serta bepergian ke daerah endemik.

1.1.1 Pejamu/inang (Host)

Malaria mempunyai dua inang yaitu, manusia (intermediate host), nyamuk Anopheles (Defenitive host).

1. Manusia (intermediate host)

Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan terhadap gigitan nyamuk. Bayi di daerah endemik malaria mendapat perlindungan antibody maternal yang diperoleh secara

(2)

transplasental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah risiko terkena malaria. Malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak antara lain berat badan lahir yang rendah, abortus, partus prematur, dan kematian janin intrauterin. Malaria kongenital sebenarnya sangat jarang dan kasus ini berhubungan dengan kekebalan yang rendah pada ibu. Secara proporsional, insiden malaria kongenital lebih tinggi di daerah prevalensi.

Faktor-faktor genetik pada manusia sangat mempengaruhi terjadinya malaria dengan pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah respon imunologik atau mengurangi keterpaparan terhadap vektor. Beberapa faktor genetik bersifat protektif terhadap malaria ialah : a). golongan darah Duffy negative, b). hemoglobin S yang menyebabkan sickle cell anemia, c). thalasemia (alfa dan beta), d). hemoglobinopati lainnya (HbF dan HbE), e). defisiensi G-6-PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase), f). ovalositosis.

2. Nyamuk Anopheles (Defenitive host)

Nyamuk Anopheles di seluruh dunia meliputi kira-kira 2000 spesies, sedang yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia menurut pengamatan terakhir ditemukan kembali 80 spesies Anopheles, sedang yang ditemukan sebagai vektor malaria adalah 16 spesies dengan tempat perindukan yang berbeda-beda. Untuk kelangsungan hidupnya

(3)

nyamuk memerlukan tiga tempat hidup, hubungan antara ketiga tempat hidup tersebut yaitu tempat berkembang biak, tempat istirahat, dan tempat mencari darah. Nyamuk Anopheles biasanya aktif mencari darah pada malam hari, ada yang mulai senja sampai tengah malam, ada yang mulai tengah malam sampai menjelang pagi hari.

1.1.2 Penyebab (Agent)

Penyebab malaria adalah genus Plasmodium. Ada 4 macam plasmodium yaitu (1). Plasmodium falciparum (malaria tropika), (2).

Plasmodium vivax (malaria tertiana), (3). Plasmodium malarie (malaria

kuartana), dan (4). Plasmodium ovale.

Plasmodium falciparum (malaria tropika) merupakan spesies yang

paling berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat. Parasit malaria memerlukan dua macam fase untuk kelangsungan hidupnya. Fase malaria dalam badan manusia disebut fase aseksual yang terdiri atas fase di luar sel darah merah dan fase dalam sel darah merah yang terbagi dalam : 1) fase sisogoni yang menimbulkan demam dan 2) fase gametomi yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penular penyakit bagi nyamuk malaria. Dalam tubuh nyamuk terjadi fase seksual yang disebut sprogoni karena menghasilkan sprosoit yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.

(4)

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat (Ferry & Makhfudli, 2009).

Kesehatan lingkungan mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekosistem dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan dengan mengendalikan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Interaksi lingkungan dengan pembangunan saat ini maupun yang akan datang saling berpengaruh (Friaraiyatini, Keman, & Yudhastuti, 2006).

a. Lingkungan Fisik

Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda-beda bagi setiap spesies. Pada suhu 26,70C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk Plasmodium falciparum dan 8-11 hari untuk Plasmodium vivax, 14-15 hari untuk Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.

1.Suhu

Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum berkisar antara 200C dan 300C. Makin tinggi suhu (sampai batas

(5)

makin rendah suhu, maka makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. 2. Kelembaban

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi, nyamuk lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.

3. Hujan

Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemik malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung dari jenis dan deras hujan, jenis vektor, dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles.

4. Ketinggian

Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 meter jarang ada transmisi malaria. Hal ini bisa berubah bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh dari El-Nino. Di pegunungan Papua, yang dulu jarang ditemukan malaria, kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian paling tinggi masih memungkinan

(6)

transmisi malaria ialah 2500 meter di atas permukaan laut (di Bolivia). 5. Angin

Kecepatan dan arah angina dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. 6. Sinar matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap larva nyamuk berbeda-beda. Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang teduh, Anopheles hyrcanus sp dan Anopheles pinctulatus sp lebih suka tempat yang terbuka. Anopheles barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun yang terang. 7. Arus air

Anopheles barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis atau lambat. Anopheles minimus menyukai aliran air yang deras, dan Anopheles letifer menyukai air tergenang.

8. Kadar garam

Anopheles sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12-18 % da tidak berkembang pada kadar garam 40 % keatas. Namun, di Sumatera Utara ditemukan pula perindukan Anopheles sundaicus dalam air tawar.

b. Lingkungan Biologik

(7)

matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti iakn kepala timah, gambusia, nila, mujair, dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila ternak tersebut tidak dikandangkan tidak jauh dari rumah.

c. Lingkungan Sosial Budaya

Kebiasaan untuk di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah, dan menggunakan obat nyamuk. Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan, dan pembangunan pemukiman baru sering mengakibatkan perubahan lingkungan yang menguntungkan penularan malaria (man-made malaria). Peperangan dan perpindahan penduduk dapat menjadi faktor penting untuk meningkatkan malaria. Meningkatnya pariwisata dan perjalanan dari daerah endemik mengakibatkan meningkatnya kasus malaria yang diimport (Suriadi,1999).

(8)

Ada empat spesies plasmodium penyebab malaria pada manusia, yaitu

Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Masing-masing spesies plasmodium menyebabkan infeksi

malaria yang berbeda-beda. Plasmodium vivax merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria vivax/tertian. Plasmodium falciparum menimbulkan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resistensi dengan pengobatan menyebabkan malaria

falciparum/tropika. Plasmodium malariae jarang dan dapat menimbulkan

sindrom nefrotik dan menyebabkan malaria malariae/quartana. Dan

Plasmodium ovale memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh

spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

Umumnya, gejala yang disebabkan Plasmodium falciparum lebih berat dan lebih akut dibandingkan dengan jenis plasmodium lain, sedangkan gejala yang disebabkan oleh Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale paling ringan (Prabowo, 2004).

Selama perkembangan di dalam sel darah merah, P. falciparum mengekspor berbagai jenis protein pada permukaan sel darah merah terinfeksi. Protein dapat mempengaruhi sistem imun pada tubuh manusia melalui mekanisme variasi antigen. Selain itu, sel darah yang terinfeksi tersebut dapat melekat (cytoadhesion) pada reseptor sel-sel endothelial tubuh manusia sehingga terhindar dalam mekanisme clearance pada sistem imun host (Noviyanti, 2010).

(9)

Malaria dapat menimbulkan berbagai komplikasi termasuk anemia. Anemia yang diderita ibu hamil dapat menyebabkan perdarahan bahkan kematian saat persalinan, berat bayi lahir rendah, dan gangguan pertumbuhan pada anak yang mengakibatkan mundurnya kemampuan kognitif dan kemampuan memahami pelajaran di sekolah. Oleh karena itu, jika Indonesia berhasil bebas dari malaria, akan didapat peningkatan kesehatan masyarakat dan mutu generasi penerus bangsa (Depkes RI, 2010).

Berbagai langkah dan upaya ini diharapkan akan meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu. Dengan demikian masyarakat semakin dekat dengan pelayanan kesehatan dan siap-siaga dalam menghadapi berbagai tantangan di bidang kesehatan termasuk malaria dan penyakit potensial wabah lainnya, menurunkan angka kesakitan penyakit menular, menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita, guna mencapai visi Kementerian Kesehatan “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” (Depkes RI, 2010).

Faktor lain yang turut memperparah kondisi malaria di dunia, termasuk di Indonesia adalah akibat resistensi nyamuk terhadap insektisida dan obat anti malaria. Zaman dulu DDT merupakan insektisida yang sangat ampuh membunuh nyamuk malaria dan berhasil menekan kasus malaria di berbagai belahan bumi. Namun belakangan diketahui bahwa ternyata nyamuk telah menjadi kebal dengan DDT dan juga pengaruh negatif DDT terhadap kematian serangga lain yang ternyata secara ekologis berguna bagi manusia (Dinkes, 2006).

(10)

1.3.Patologi dan Gejala

Perjalanan penyakit malaria terdiri dari serangan demam yang disertai oleh gejala lain dan diselingi oleh periode bebas penyakit. Gejala khas demamnya adalah periodisitasnya. Masa tunas intrinsik pada malaria adalah waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes sampai timbulnya gejala demam, biasanya berlangsung antara 8-37 hari, tergantung pada spesies parasit (terpendek untuk P. falciparum, terpanjang untuk P. malariae), pada beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Masa tunas intrinsik parasit malaria yang ditularkan oleh nyamuk kepada manusia adalah 12 hari untuk malaria falsiparum, 13-17 hari untuk malaria vivaks dan ovale, dan 28-30 hari untuk malaria malariae (kuartana). Di samping itu juga tergantung pada cara infeksi yang mungkin disebabkan oleh tusukan nyamuk atau secara induksi, misalnya melalui transfuse darahyang mengandung stadium aseksual. Masa pra-paten berlangsung sejak saat infeksi sampai ditemukan parasit malaria dalam darah untuk pertama kali, karena jumlah parasit telah melewati ambang mikroskopik (FK UI, 1996).

Serangan demam malaria biasanya dimulai dengan gejala prodromal, yaitu lesu, sakit kepala, tidak nafsu makan, kadang-kadang disertai dengan mual dan muntah.

Serangan demam yang khas terdiri dari beberapa stadium:

1. Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga menggigil. Penderita menutupi badannya dengan baju tebal dan dengan

(11)

selimut. Nadinya cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya menjadi biru, kulitnya kering dan pucat. Kadang-kadang disertai dengan muntah. Pada anak sering disertai kejang-kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.

2. Stadium puncak demam dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, biasanya ada mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali pada saat suhu naik sampai 410C (1060F) atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam.

3. Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan waktu bangun merasa lemah tetapi sehat. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.

Serangan demam yang khas ini sering dimulai pada siang hari dan berlangsung 8-12 jam. Setelah itu terjadi stadium apireksia. Lamanya serangan demam ini untuk tiap spesies tidak sama.

Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama biasanya disebut relaps. Relaps dapat bersifat : a). rekrudesensi (relaps jangka pendek) yang timbul karena parasit dalam darah (daur eritrosit) menjadi banyak. Demam timbul lagi dalam waktu 8 minggu sesudah serangan pertama hilang. b). rekurens (relaps jangka panjang) yang timbul karena parasit daur

(12)

eksoeritrosit dari hati masuk dalam darah dan menjadi banyak, sehingga demam timbul lagi dalam waktu 24 minggu atau lebih setelah serangan pertama hilang.

Bila infeksi malaria tidak menunjukkan gejala diantara serangan pertama dan relaps, maka keadaan ini dapat disebut periode laten klinis, walaupun mungkin ada parasitemia dan gejala lain seperti splenomegali. Periode laten parasit terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.

1.4.Penatalaksanaan

1.4.1. Upaya Pencegahan

Berbeda dengan penyakit lain, malaria tidak dapat disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup. Usaha pembasmian penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan, yaitu tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta keterbatasan sumber daya manusia, infrastruktur, dan biaya. Oleh karena itu, usaha yang paling mungkin dilakukan adalah usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan terhadap penularan parasit (Prabowo, 2004).

Program pencegahan penyakit malaria dapat didefinisikan sebagai usaha terorganisasi untuk melaksanakan berbagai upaya menurunkan

(13)

penyakit dan kematian yang disebabkan oleh malaria, sehingga tidak menjadi masalah kesehatan yang utama.

Pencegahan malaria dilakukan terhadap perorangan maupun masyarakat yaitu: 1) mengobati penderita dan penduduk yang peka, yang berdiam di daerah endemik, 2) mengobati karier malaria menggunakan primakuin, karena mampu memberantas bentuk gametosit. Namun penggunaan obat ini tidak boleh dilakukan secara missal karena mempunyai efek samping, 3) pengobatan pencegahan pada orang yang akan masuk ke daerah endemis malaria, 4) memberantas nyamuk Anopheles yang menjadi vector penularnya dengan menggunakan insektisida yang sesuai dan memusnahkan sarang-sarang nyamuk Anopheles, 5) menghindari diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu jika tidur, atau menggunakan repellen yang diusapkan pada malam hari pada kulit badan jika berada di luar rumah pada malam hari (Soedarto, 2008).

Pembasmian malaria berlangsung dalam 4 fase, yaitu : a). Fase persiapan: pengenalan wilayah, penyediaan tenaga, bahan, alat, kendaraan. b). Fase penyerangan : penyemprotan rumah dengan insektisida yang mempunyai efek residual disertai dengan PCD dan ACD. c). Fase konsolidasi : fase ini dimulai jika API (Annual Parasite

Incidence) kurang dari 1 %. Kegiatan terpenting adalah PCD dan ACD.

Fase ini berakhir jika selama 3 tahun berturut-turut tidak ditemukan lagi kasus malaria “indigenous”. d). Fase pemeliharaan (maintenance): fase

(14)

ini dapat berjalan beberapa tahun untuk mempertahankan hasil yang dicapai sampai dinyatakan bebas malaria oleh tim WHO setelah beberapa syarat dipenuhi antara lain berfungsinya suatu jaringan pelayanan kesehatan primer.

Dalam tahapan pencegahan penyakit peran tenaga kesehatan, keluarga atau orang-orang dalam lingkungan terdekat sangat penting dan dibutuhkan. Berbagai kegiatan yang dapat dijalankan untuk mengurangi malaria meliputi: 1). menghindari atau mengurangi kontak/gigitan nyamuk Anopheles (pemakaian kelambu, penjaringan rumah, repelon, obat nyamuk, dan lain-lain). 2). membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan berbagai insektisida. 3). membunuh jentik (kagiatan antilarva) baik secara kimiawi (larvisida) maupun biologik (ikan, tumbuhan, jamur, bakteri). 4). mengurangi tempat perindukan (source

reduction). 5). mengobati penderita malaria jika sudah ada anggota

keluarga yang terkena malaria. 6). Pemberian pengobatan pencegahan (profilaksis). 7). vaksinasi (masih dalam tahap riset dan clinical trial).

Peran keluarga sangat vital untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria. Orang tua harus memberikan dan mengajarkan apa itu arti kebersihan dan manfaatnya kepada anak-anaknya. Mulai dari hal-hal kecil seperti cuci tangan sebelum makan, mandi yang bersih, dan sebagainya (Suriadi,1999).

(15)

terhadap kesehatan masyarakat dengan menggunakan semua sumber daya yang tersedia (Sembel, 2009).

Untuk mengatasi penyakit malaria, yang harus dilakukan adalah memutuskan mata rantai penularan penyakit. Oleh karena itu, untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit harus memutuskan hubungan antara ketiga faktor penyebab penyakit (agent, host, dan

enviroment ). Untuk melenyapkan faktor penyebab agent berkembang

biak, maka harus melenyapkan tempat hidup agent yaitu nyamuk

Anopheles, dan membunuh kuman yang ada dalam tubuh manusia

dengan cara pengobatan. Upaya yang dilakukan adalah penemuan dan pengobatan penderita malaria. Lingkungan tempat perindukan nyamuk harus dilenyapkan dengan cara tidak membiarkan adanya genangan-genagan air di lingkungan manusia (Dinkes Prov Maluku, 2009).

Pengendalian dengan cara sanitasi, yaitu membersihkan sarang-sarang pembiakan nyamuk, harus dilakukan secara serentak oleh seluruh masyarakat. Pengendalian malaria dibutuhkan koordinasi dengan berbagai elemen seperti Departemen Kesehatan/Dinas Kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, organisasi internasional (misal WHO dan UNICEP), agen-agen pemerintah dan non-pemerintah, sektor-sektor privat, dan masyarakat (Sembel, 2009).

Aktivitas-aktivitas utama yang dapat dilakukan untuk intervensi pengendalian malaria antara lain adalah pendidikan kesehatan terhadap

(16)

komunitas untuk diberi informasi tentang apa yang harus dibuat untuk mencegah dan mengobati malaria, pelatihan dan supervisi pekerjaan-pekerjaan kesehatan, serta penyediaan peralatan dan bahan (mikroskop, obat-obat, kelambu) untuk memberi kesempatan kepada pekerja-pekerja dan masyarakat melakukan intervensi (Sembel, 2009).

1.4.2. Pengobatan

Suatu obat mempunyai beberapa kegunaan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti spesies parasit malaria, respon terhadap obat tersebut, adanya kekebalan parsial manusia, resiko efek toksik, juga sebab lain yang sederhana seperti ada tidaknya obat tersebut di pasaran, pilihan dan harga obat. Penggunaan obat antimalaria yang utama ialah sebagai pengobatan pencegahan (profilaksis), pengobatan kuratif (terapeutik) dan pencegahan transmisi.

Pada pemberantasan penyakit malaria, penggunaan obat secara operasional tergantung pada tujuannya. Bila obat antimalaria digunakan oleh beberapa individu untuk pencegahan infeksi maka disebut proteksi individu atau profilaksis individu. Bila obat digunakan sebagian atau seluruh penduduk disebut proteksi dengan obat secara kolektif. Dalam program pemberantasan malaria cara pengobatan juga penting seperti pengobatan presumtif, pengobatan radikal dan pengobatan masal. Pengobatan presumtif adalah tindak pencegahan yang terbatas pada beberapa individu. Pengobatan radikal dilakukan dengan tujuan

(17)

Sedangkan pengobatan masal dilakukan di daerah dengan endemisitas tinggi (FKUI, 1996).

2. Peran Serta Masyarakat

2.1. Defenisi Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan setiap permasalahan. Di dalam hal ini masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasikan program-program kesehatan masyarakatnya. Lembaga atas wadah yang ada di masyarakat hanya dapat memotivasi, mendukung, dan membimbingnya (Notoatmodjo, 2007)

Partisipasi masyarakat akan membuat semua orang untuk belajar bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri. Apabila masyarakat hanya menerima saja pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah atau instansi penyelenggara kesehatan yang lain, masyarakat tidak merasa mempunyai tanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri. Penyembuhan atau pengobatan penyakit terhadapnya hanya dianggap sebagai barang pinjaman dari luar saja, sehingga mereka tidak belajar apa-apa tentang penyakit dan pemeliharaan kesehatan.

(18)

2.2. Elemen-Elemen Peran Serta Masyarakat 2.2.1.Motivasi

Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak, dimana bila orang tersebut yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara motivasi dari dalam ialah motivasi yang muncul dari diri kita (Sudrajat, 2008).

Fungsi motivasi sangat erat kaitannya dengan tujuan, apapun bentuk kegiatannya akan dengan mudah tercapai jika diawali dengan motivasi yang jelas. Untuk itu motivasi memiliki beberapa fungsi antara lain : motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat, fungsi motivasi dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan motivasi individu dituntut untuk melepaskan energi dalam kegiatannya; motivasi sebagai penentu arah perbuatan, motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan yang benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapainya; motivasi sebagai proses seleksi perbuatan, motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk memprioritaskan kegiatan yang mana harus dilakukan; motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi, prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan kegiatan (Setiawan, 2008).

(19)

Jenis motivasi sendiri dilihat dari dasar pembentukannya yaitu: motivasi diri adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Kita memiliki kemampuan untuk mendapatkan alasan atau dorongan untuk bertindak. Proses mendapatkan dorongan bertindak ini pada dasarnya sebuah proses penyadaran akan keinginan diri sendiri yang biasanya terkubur. Setiap orang memiliki keinginan yang merupakan dorongan untuk bertindak, namun sering kali dorongan tersebut melemah karena faktor luar. Melemahnya dorongan ini bisa dilihat dari hilangnya harapan dan ketidakberdayaan. Motivasi yang dipelajari yaitu motivasi akan ada dan berkembang karena adanya keingintahuan seseorang dalam proses pembelajaran. Selanjutnya motivasi kognitif, bermakna bahwa motivasi akan muncul karena adanya desakan proses fikir, sehingga motivasi ini sangat individualistik. Motivasi ekspresi diri, motivasi individu dalam melakukan aktifitas/kegiatan bukan hanya untuk memuaskan kebutuhannya saja tetapi ada kaitannya dengan bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dalam kegiatan tersebut, dan motivasi aktualisasi diri yaitu motivasi bisa dijadikan sebagai bentuk aktualisasi diri (Setiawan, 2008).

Setiawati (2008), menyebutkan jenis motivasi atas dasar pembentukannya terdiri atas: motivasi bawaan, motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta motivasi untuk terhindar dari penyakit.

(20)

2.2.2. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi prilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara atau bunyi dan juga bisa menggunakan bahasa lisan, maupun berupa gerakan, tindakan atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain dan pihak lain tersebut merespon atau bereaksi sesuai dengan maksud dan tujuan dari pihak yang memberikan stimulus tersebut.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan yang dapat menyampaikan ide dan penerimaan informasi kepada masyarakat. Media massa seperti tv, radio, poster, film, dan sebagainya. Sebagian dari informasi tersebut adalah sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang akhirnya dapat menimbulkan suatu partisipasi (Notoatmodjo, 2007).

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan masyarakat, dan selanjutnya perilaku kesehatan masyarakat tersebut akan berpengaruh kepada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Bentuk

(21)

masyarakat adalah sebagai berikut: komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi langsung, tatap muka antar satu orang dengan orang yang lain baik perorangan maupun kelompok. Di dalam pelayanan kesehatan atau komunikasi antar pribadi ini terjadi antara petugas kesehatan health

provider dengan client, atau kelompok masyarakat atau anggota

masyarakat. Komunikasi antar pribadi merupakan pelengkap komunikasi massa. Artinya pesan-pesan kesehatan yang telah disampaikan lewat media massa dapat ditindaklanjuti dengan melakukan komunikasi antar pribadi, misalnya: penyuluhan kelompok dan konseling kesehatan. Metode antar pribadi yang paling baik adalah konseling (councelling), karena didalam cara ini antara komunikator atau konselor dengan komunikan atau klien terjadi dialog. Klien lebih terbuka menyampaikan masalah dan keinginan-keinginannya, karena tidak ada pihak ketiga yang hadir (Notoatmodjo, 2007).

Komunikasi kesehatan mempunyai tujuan strategis diantaranya yaitu: sebagai penerus informasi, percepatan pengambilan keputusan, memperkenalkan perilaku sehat, pertukaran informasi kesehatan, pemeliharaan kesehatan secara mandiri dan pemenuhan permintaan pelayanan kesehatan. Tujuan komunikasi selanjutnya yaitu tujuan praktis, dimana tujuan umum komunikasi kesehatan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa cara yaitu diantaranya untuk meningkatkan berbagai pengetahuan terkait dengan komunikasi, meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam berkomunikasi yang

(22)

efektif dan untuk membentuk sikap dan perilaku berkomunikas yang baik (Setiawati,2008)

2.2.3. Koordinasi

Koordinasi adalah kerja sama dengan instansi-instansi di luar kesehatan masyarakat dan instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Adanya team work antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi. Suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Koordinasi juga merupakan suatu usaha yang sinkron/teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan (Nasir, 2009).

Syarat-syarat koordinasi yaitu Sense of Cooperation yaitu perasaan untuk saling bekerja sama, dilihat perbagian. Rivalry yaitu dalam perusahaan besar sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling berlomba untuk kemajuan. Team Spirit yaitu satu sama lain perbagian harus saling menghargai. Esprit de Corps yaitu bagian yang saling menghargai akan makin bersemangat. Cara mengadakan koordinasi yaitu antara lain: memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat, keterangan mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan yang tepat harus diambil untuk menciptakan, menghasilkan koordinasi yang

(23)

berjalan secara bersama, tidak sendiri-sendiri. Mendorong anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide dan lain-lain. Serta mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran.

2.2.4. Mobilisasi

Mobilisasi merupakan partisipasi yang bukan hanya terbatas pada tahap pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin sampai seakhir mungkin, dari identifikasi masalah, menetukan prioritas, perencanaan, program, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan program. Juga hanya terbatas pada bidang kesehatan saja, melainkan bersifat multidisiplin (Notoatmodjo, 2007).

3. Partisipasi Masyarakat

Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dimana individu, keluarga maupun masyarakat sebagai pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatan serta bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri berdasarkan azas kebersamaan dan kemandirian (Agung, 2008).

Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan pengertian, kesadaran dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya pencegahannya. Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Jadi pendekatan utama, yang diajukan oleh Winslow

(24)

dalan rangka mencapai tujuan Kesehatan Masyarakat sebenarnya adalah salah satu strategi atau pendekatan Pendidikan Kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Dalam menurunkan angka kejadian penyakit malaria, sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk mendukung program yang dilaksanakan pemerintah. Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga maupun kesehatan masyarakat dan lingkungannya (Depkes RI, 2001).

Selanjutnya, Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan Kesehatan Masyarakat itu mencakup: a). sanitasi lingkungan, b). pemberantasan penyakit, c). pendidikan kesehatan, d). manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan, dan e). pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat. Dari 5 bidang kesehatan masyarakat tersebut, 2 kegiatan di antaranya yakni kegiatan pendidikan hygiene dan rekaya sosial adalah menyangkut kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan, sesungguhnya tidak sekadar penyediaan sarana fisik, fasilitas kesehatan dan pengobatan saja, tetapi perlu upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta pentingnya upaya-upaya dan fasilitas fisik tersebut dalam rangka pemeliharaan, dengan upaya-upaya ini maka sarana-sarana atau fasilitas pelayanan tersebut tidak atau kurang berhasil secara optimal (Notoatmodjo, 2003).

(25)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat

Penyakit malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sampai saat ini belum dapat diatasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu faktor pengetahuan, faktor lingkungan, faktor perilaku dan gaya hidup masyarakat, faktor sosial ekonomi, dan faktor pelayanan kesehatan.

4.1.Faktor Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari media informasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, juga media elektronika seperti televisi, radio, dan internet (Purwanto, 1996).

Pengetahuan formal terkait dengan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka, hal ini juga yang dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan terhadap pengobatan. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

(26)

Terdapat beberapa sumber pengetahuan, yaitu (1). Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat-istiadat dan agama adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (permanen) tetapi subjektif. (2). Otoritas kesaksian orang lain, sumber pengetahuan ini dari pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orang tua, guru, ulama, orang yang dituakan. (3). Panca indera (pengalaman), sumber ketiga pengetahuan ini merupakan pengalaman indrawi. Kemampuan panca indera ini sering diragukan kebenarannya. (4). Sumber yang keempat yaitu akal pikiran. Akal pikiran senantiasa bersifat meragukan, pengetahuan semu dan menyesatkan. (5). Intuisi merupakan sumber pengetahuan berupa gerak hati atau bersifat spiritual. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung (Suhartono, 2005).

4.2.Faktor Lingkungan

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula (Notoatmodjo, 2003).

Penyakit malaria sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dan berpotensi

(27)

faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian.

Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. Faktor lingkungan yang sering menjadi penyebab masalah dalam masyarakat adalah kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan dan kurangnya rasa tanggung jawab masyarakat dalam bidang kesehatan (Mubarak & Chayatin, 2009).

Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di suatu daerah. Adanya air payau, genangan air, pesawahan, pembukaan hutan, dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria.

4.3. Faktor Perilaku dan Gaya Hidup Masyarakat

Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

(28)

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu 1). perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan seperti memelihara lingkungan, 2). perilaku terhadap pencegahan penyakit seperti tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk malaria, dan 3). perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan seperti membeli obat sendiri tanpa resep (Notoatmodjo, 2003). Agar tidak terjadi resisten pengobatan lagi, sangat diharapkan para petugas kesehatan memberikan dosis pengobatan yang tepat dan juga pasien atau masyarakat harus taat minum obat sesuai dosis yang disarankan. Jangan karena merasa sudah sembuh, lantas pengobatan dihentikan. Ini akan sangat berbahaya karena dapat menimbulkan resistensi obat malaria di masa depan.

Kebiasaan buruk sebagian masyarakat untuk berada di luar rumah sampai larut malam di mana vektor lebih bersifat eksifilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Masih banyak insiden kebiasaan masyarakat yang dapat merugikan kesehatan dan adat yang kurang bahkan tidak menunjang kesehatan (Mubarak & Chayatin, 2009).

4.4. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka kesakitan dan kematian, dan ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat

(29)

imunitas alami sehingga lebih tahan. Sedangkan orang dengan status gizi rendah juga bisa lebih rentan terkena infeksi parasit dibandingkan orang berstatus gizi baik. Status sosial ekonomi merupakan jenis kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan responden setiap harinya sebagai penghasilan ekonomi (Nursalam & Pariani, 2001).

Faktor sosial ekonomi, meliputi: pendidikan dan pekerjaan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (Notoatmodjo, 2003).

Tujuan pendidikan kesehatan ialah untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar/berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk menyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan, dan bahwa perubahan dapat diinduksikan (Nurcahyo, 2008).

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Erich, 1996; Nursalam & Pariani, 2001). Pekerjaan berkaitan erat dengan penghasilan. Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan.

(30)

Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transportasi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003 & 2007).

4.5. Faktor Sistem Pelayanan Kesehatan

Sistem pelayanan kesehatan adalah struktur atau gabungan dari sub sistem di dalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan masyarakat yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian tidak berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan).

Peran petugas kesehatan sangat menentukan dalam memutus mata rantai siklus hidup nyamuk Anopheles sp. Salah satu bentuk intervensi petugas kesehatan yaitu memberikan penyuluhan kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk penyebab malaria. Penyuluhan kesehatan masyarakat bertujuan agar masyarakat menyadari mengenai masalah penanggulangan dan pemberantasan malaria, sehingga mengubah pola perilaku untuk hidup sehat dan bersih (Friaraiyatini, Keman, & Yudhastuti, 2006).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Penulis sangat bersyukur karena telah mendapat banyak dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penyusunan laporan ini dapat selesai dengan baik untuk

Banyak aspek yang tercakup dalam hal penerimaan yang harus diperhatikan, mulai dari saat mahasiswa diterima, Hal ini yang menjadikan alasan mengapa diperlukan

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata variabel X siswa 69,96 berkategori “cukup” kemudian setelah diterapkan model discovery

Dalam rangka mencegah dan mengendalikan infeksi rumah sakit tersebut, maka Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyusun kebijakan dan pedoman

c c Demam tifoid atau demam enterik adalah suatu penyakit sistemik yang ditandari dengan demam dan nyeri abdomen yang disebabkan oleh bakteri © atau ©... Pada awalnya penyakit

Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa tepung cacing tanah sebagai atraktan dalam pakan berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap nilai pertambahan bobot mutlak ikan patin (Pangasius

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan tanah dan serbuk arang tempurung kemiri sebagai media tumbuh berpengaruh sangat nyata terhadap keseluruan