• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALGORITMA STEMMING TEKS BAHASA MASSENREMPULU BERBASIS ATURAN TATA BAHASA TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ALGORITMA STEMMING TEKS BAHASA MASSENREMPULU BERBASIS ATURAN TATA BAHASA TUGAS AKHIR"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ALGORITMA STEMMING TEKS BAHASA

MASSENREMPULU BERBASIS ATURAN TATA BAHASA

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Informatika

Oleh:

WINDRA PRASETYO

11351104870

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

(2)
(3)
(4)

iv

LEMBAR HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Tugas Akhir yang tidak diterbitkan ini terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau adalah terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta pada penulis. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau ringkasan hanya dapat dilakukan seizin penulis dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Penggandaan atau penerbitan sebagian atau seluruh Tugas Akhir ini harus memperoleh izin dari Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Perpustakaan yang meminjamkan Tugas Akhir ini untuk anggotanya diharapkan untuk mengisi nama, tanda peminjaman dan tanggal pinjam.

(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan didalam daftar pustaka.

Pekanbaru, 30 Desember 2019 Yang membuat pernyataan,

WINDRA PRASETYO 11351104870

(6)

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillaahirabbil‟aalamiin...

Untuk Ibunda tercinta Erma Linda sosok ibu yangpenyayang, penuh kelembutan, seorang yangpenyabar, seseorang yang tidak pernah mengeluh, sosok wanita yang selalu menjadi inspirasi dalam melakukan yang terbaik. Pengorbanan yang telah diberi takakan mampu

terbalaskan dengan apapun. Terimakasih sudah menjadi wanita yang hebat selama ini. -Erma Linda-

Untuk Ayahanda tercintaDarwisman sosok pemimpin yang disiplin, penuh kasih sayang, yang selalu bekerja keras untuk keluarga, selalu perhatian, selalu memberi semangat, sosok laki-laki yang berjiwa kesatria, selalu menginspirasi, mendukung dan memotivasi dalam hal kebaikan. Terimakasih sudah menjadi sosok hebat yang telah mengajarkan arti

hidup dan perjuangan hingga saat ini. -Darwisman-

Untuk NenekMaryamSyah Noor sosok orang tua yang juga selalu memberikan cinta dan kasih saying nya, sosok wanita tangguh yang selalu memberi semangat, motivasi dan

inspirasi dalam hidup. -Maryam Syah Noor -

Untuk Adik Wilda Dhiya Pratiwi sosok adik tersayang yang selalu memotivasi, tempat bercerita, bercanda tawa hingga membantu dalam segala hal.

- Wilda Dhiya Pratiwi-

Tugas akhir ini ku persembahkan untuk kebanggaan atas kerja keras dan pengorbanan kedua orang tua yang selalu mendukung dengan luar biasa

Tiada henti memberikan semangat dan doa

Tiada henti mengingatkan untuk selalu ingat dengan ALLAH S.W.T Selalu mengajarkan untuk bersabar menghadapi apapun

(7)

vii

ALGORITMA STEMMING TEKS BAHASA

MASSENREMPULU BERBASIS ATURAN TATA BAHASA

WINDRA PRASETYO

11351104870

Tanggal Sidang : 30 Desember 2019

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

ABSTRAK

Bahasa Massenrempulu merupakan salah satu bahasa umum yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam bahasa Massenrempulu terdapat kata berimbuhan yang terbentuk dari awalan, akhiran, sisipan dan perulangan. Stemming merupakan sebuah teknik ekstraksi sebuah kata berimbuhan dengan tujuan untuk mencari kata dasar dari kata yang berimbuhan dengan cara menghilangkan atau menghapus imbuhan yang terdapat pada kata dasar. Teknik stemming dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahapan mengumpulkan aturan yang terdapat pada bahasa Massenrempulu, tahapan pengumpulkan kata dasar yang akan menjadi kamus basis data dan tahapan penghapusan imbuhan. Perancangan yang dilakukan yaitu membuat flowchart dan pseudocode algoritma stemming teks bahasa Massenrempulu. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan menggunakan white box, algoritma stemming yang telah dibuat dengan menggunakan 530 kata uji diperoleh 526 kata uji dengan hasil benar dengan total akurasi 99,25% dan 4 kata uji denganhasil salah dengan total akurasi 0,75%. Kata uji yang salah diperoleh karena kata tersebut tidak sesuai dengan aturan pembentukan imbuhan yang terdapat pada bahasa Massenrempulu.

Kata Kunci: Algoritma, Bahasa Massenrempulu, Flowchart, Pseudocode, Stemming

(8)

viii

MASSENREMPULU LANGUAGE STEMMING TEXT

ALGORITHM BASED ON LANGUAGE RULE BASED

WINDRA PRASETYO

11351104870

Session Date: 30 December 2019 Informatics Engineering Department

Faculty of Science and Technology

Sultan Syarif Kasim State Islamic University Riau

ABSTRACT

Massenrempulu language is one of the main language that is being used in South Sulawesi. Massenrempulu language has affixes consist of prefix, suffix, infix and reduplication. Stemming is a technique has three steps which are collecting the Massenrempulu language structure, collocting the basic words of Massenrempulu language that will become the database and the affixes erasing itself. The designing steps consist of the making of flowchart and pseudocode of the Massenrempulu language stemming algorithm. Based on the research and white box test, the stemming algorithm that used 530 sample words was able to get 526 sample words with true result with total accuracy score reaching 99,25% and 4 wrong sample words with total accuracy 0,75%. The wrong sample words was obtained because those words are not suitable with the Massenrempulu language rules.

Keywords: Algorithm, Massenrempulu Language, Flowchart, Pseudocode, Stemming

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, karena dengan berkah limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Algoritma Stemming Teks Bahasa Massenrempulu

Berbasis Aturan Tata Bahasa”. Juga berkat dukungan orangtua dan keluarga

besar yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk kelancaran tugas akhir penulis.

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau jurusan Teknik Informatika. Selama melaksanakan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan pengetahuan, bimbingan, dukungan, dan arahan dari semua pihak yang telah membantu hingga penulisan laporan ini dapat diselesaikan. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. KH. Akhmad Mujahidin, M.Ag, selaku rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

2. Bapak Dr. Ahmad Darmawi M.Ag, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Ibu Dr. Elin Haerani, S.T., M.Kom, selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Bapak Teddie Darmizal, M.T.I, Bapak Rahmad Kurniawan, S.T., M.I.T, Ibu Sonya Meitarice, S.T., M.Sc dan Ibu Siti Ramadhani, S.Pd., M.Kom selaku Pembimbing Akademik penulis selama menjalani perkuliahan di Jurusan Teknik Informatika.

5. Bapak Muhammad Fikry, S.T, M.Sc, selaku Pembimbing I Tugas Akhir yang telah memberikan ilmu, wawasan serta saran dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan tugas akhir dengan baik.

(10)

x

6. Ibu Yusra, S.T., M.T, selaku Pembimbing II Tugas Akhir yang juga telah meluangkan waktunya dan banyak memberikan masukan, ilmu serta wawasan kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

7. Bapak Febi Yanto, M.Kom, selaku Penguji I Tugas Akhir yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

8. Bapak Reski Mai Candra, S.T., M.Sc, selaku Penguji II Tugas Akhir yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

9. Ibu Iis Afrianty, S.T., M.Sc, selaku Koordinator Tugas Akhir Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau .

10. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknik Informatika yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis dari awal penulis melaksanakan perkuliahaan hingga saat ini.

11. Bapak Agusriandi S.Kom., M.Kom selaku dosen STKIP Muhammadiyah Enrekang, Sulawesi Selatan dan juga selaku validator yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penilitian tugas akhir ini.

12. Untuk teman-teman seperjuangan TIF F (ClassiFight) 2013 yang telah menjadi sahabat penulis semenjak berkuliah.

13. Untuk teman-teman jurusan Teknik Informatika angkatan 2013 yang telah menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

14. Untuk kakak, abang, adik-adik jurusan Teknik Informatika yang telah menjadi inspirasi dan membantu penulis mengatasi berbagai macam permasalahan selama menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca pada umumnya. Penulis berharap akan masukan, kritikan, maupun saran dari pembaca agar kedepannya penulis dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi. Masukan, kritik, ataupun saran dapat disampaikan langsung kepada penulis atau dengan alamat email : windra.prasetyo@students.uin-suska.ac.id

(11)

xi

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan selamat membaca. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pekanbaru, 30 Desember 2019

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SIMBOL ... xvii

DAFTAR RUMUS ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Rumusan Masalah ... I-6 1.3 Batasan Masalah ... I-6 1.4 Tujuan Penelitian ... I-6 1.5 Sistematika Penulisan ... I-6

BAB II LANDASAN TEORI ...II-1

2.1 Algoritma ... II-1 2.2 Aturan Penulisan Algoritma ... II-2 2.3 Stemming ... II-3 2.4 Pseudocode ... II-4 2.5 Bahasa Massenrempulu ... II-4 2.6 Imbuhan Bahasa Massenrempulu ... II-5

(13)

xiii

2.6.1 Awalan (Prefiks) ... II-5 2.6.2 Sisipan (Infiks) ... II-11 2.6.3 Akhiran (Sufiks) ... II-11 2.6.4 Awalan Akhiran (Konfiks) ... II-13 2.6.5 Proklitis ... II-15 2.6.6 Enklitis ... II-16 2.6.7 Partikel ... II-17 2.6.8 Perulangan ... II-18 2.7 Perhitungan Akurasi ... II-20 2.8 Penelitian Terkait ... II-21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. ... III-1

3.1 Tahapan Penelitian ... III-1 3.2 Pengumpulan Data ... III-2 3.3 Analisa ... III-2 3.3.1 Analisa Kebutuhan Data ... III-3 3.3.2 Analisa Aturan Tata Bahasa ... III-3 3.4Perancangan ... III-3 3.4.1 Flowchart ... III-4 3.4.2Pseudocode ... III-4 3.4.3 Perancangan Basis Data ... III-4 3.4.4 Perancangan Antar Muka (Interface) ... III-4 3.5 Implementasi dan Pengujian ... III-4 3.5.1 Implementasi ... III-4 3.5.2 Pengujian ... III-5 3.6 Kesimpulan dan Saran ... III-5

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN ... IV-1

4.1 Analisa ... IV-1 4.1.1 Analisa Kebutuhan Data ... IV-1 4.1.2 Analisa Aturan Tata Bahasa ... IV-4 4.2 Perancangan ... IV-16

(14)

xiv

4.2.1 Flowchart ... IV-16 4.2.2 Pseudocode ... IV-18 4.2.3 Perancangan Basis Data ... IV-19 4.2.4 Perancangan Antar Muka (Interface) ... IV-19

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ... V-1

5.1 Implementasi ... V-1 5.1.1 Batasan Implementasi ... V-1 5.1.2 Lingkungan Implementasi ... V-1 5.2 Implementasi Antar Muka ... V-2 5.2.1 Tampilan Halaman Utama ... V-2 5.2.2 Tampilan Halaman Input Kata Berimbuhan ... V-2 5.2.3 Tampilan Halaman Stemming ... V-3 5.2.4 Tampilan Halaman Kata Dasar ... V-3 5.2.5 Tampilan Halaman Kata Uji ... V-4 5.2.6 Tampilan Halaman Tambah Kata Dasar ... V-5 5.2.7 Tampilan Halaman Tambah Kata Uji ... V-5 5.3 Pengujian Algoritma Stemming Bahasa Massenrempulu ... V-6 5.3.1 Pengujian White Box ... V-6 5.3.2 Pengujian Akurasi ... V-22 5.4 Analisa Hasil Pengujian ... V-23

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... VI-1

6.1 Kesimpulan ... VI-1 6.2 Saran ... VI-1

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Gambaran Sebuah Algoritma ... II-3 3.1 Tahapan Penelitian ... III-1 4.1 Flowchart Algoritma Stemming Bahasa Massenrempulu ... IV-17 4.2 Pseudocode Algoritma Stemming Bahasa Massenrempulu ... IV-18 4.3 Rancangan Halaman Utama Input Kata Berimbuhan ... IV-20 4.4 Rancangan Halaman Kata Dasar... IV-20 4.5 Rancangan Halaman Kata Uji ... IV-21 4.6 Rancangan Halaman Tambah Kata Dasar ... IV-21 4.7 Rancangan Halaman Tambah Kata Uji ... IV-22 5.1 Tampilan Halaman Utama ... V-2 5.2 Tampilan Halaman Input Kata Berimbuhan ... V-3 5.3 Tampilan Halaman Hasil Stemming ... V-3 5.4 Tampilan Halaman Kata Dasar ... V-4 5.5 Tampilan Halaman Kata Uji ... V-4 5.6 Tampilan Halaman Tambah Kata Dasar ... V-5 5.7 Tampilan Halaman Tambah Kata Uji ... V-5

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Notasi Algoritmik ... II-2 2.2 Imbuhan Bahasa Massenrempulu ... II-5 2.3 Penelitian Terkait ... II-21 4.1 Pembuatan Kata Dasar Pada Microsoft Excel ... IV-1 4.2 Total Kata Dasar ... IV-2 4.3 Pembuatan Kata Uji Pada Microsoft Excel ... IV-3 4.4 Aturan Tata Bahasa Massenrempulu ... IV-5 4.5 Variasi Imbuhan Dengan Kata Dasar... IV-13 4.6 Variasi Imbuhan Dengan Kata Perulangan ... IV-15 4.7 Rancangan Basis Data ... IV-19 5.1 Pengujian White Box ... V-6 5.2 Hasil Pengujian ... V-22 5.3 Kata Uji Yang Gagal Di Stemming ... V-23

(17)

xvii

DAFTAR SIMBOL

Flowchart Diagram

Gambar Keterangan

Terminator: Simbol terminator (mulai/selesai) merupakan tanda bahwa sistem akan dijalankan atau berkahir.

Proses: Simbol yang digunakan untuk melakukan pemrosesan data baik oleh user maupun komputer (sistem).

Verifikasi: Simbol yang digunakan untuk memutuskan apakah valid atu tidak validnya suatu kejadian.

Data: Simbol yang digunakan utuk mendeskripsikan data input / output yang digunakan.

Laporan: Simbol yang digunakan untuk menggambarkan laporan

Arus Data: Simbol yang digunakan untuk menggambarkan arus data di dalam sistem.

Lambang

Lambang Keterangan

(18)

xviii

DAFTAR RUMUS

Rumus Halaman

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman A Surat Pernyataan Penunjukan Validator ... A-1 B Surat Pernyataan Penambahan Aturan Imbuhan ... B-1 C Pseudocode Algoritma Stemming Bahasa Massenrempulu ... C-1 D Data Uji Algoritma Stemming Bahasa Massenrempulu ... D-1 E Data Penelitian ... E-1

(20)

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kepulauan terluas didunia. Tidak hanya luas wilayah, tetapi juga memliki kekayaan akan seni, budaya dan juga bahasa. Menurut Badan Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional mencatat ada 617 bahasa daerah terbesar yang tersebar dibeberapa wilayah di Indonesia, 139 bahasa daerah yang terancam punah dan 15 bahasa daerah telah dinyatakan punah (Maulidi, 2016).

Sulawesi Selatan merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia dan Kota Makassar adalah ibukota dari Provinsi ini. Di Sulawesi Selatan ini terdapat 8 jenis bahasa daerah umum yang sering digunakan antara lain: Makassar, Bugis, Pettae, Toraja, Mandar, Konjo dan Massenrempulu (Wiki, 2018).

Bahasa merupakan sebuah sistem simbol bunyi yang bermakna dan mempunyai artikulasi yang bersifat konvensional, yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi oleh manusia yang akan melahirkan sebuah perasaan dan juga pikiran (Wibowo, 2001). Hampir sama dengan Wibowo, (Walija, 1996), mengungkapkan pengertian bahasa adalah komunikasi yang lengkap dalam menyampaikan sebuah pesan, ide, perasaan, maksud dan juga pendapat untuk orang lain. Pendapat lain tentang pengertian bahasa didefinisikan oleh Syamsudin (1986:2), yang memberikan pengertian tentang bahasa. Pertama, bahasa merupakan sebuah alat yang digunakan dalam membentuk sebuah pikiran, perasaan, perbuatan dan keinginan manusia, alat yang digunakan untuk mempengaruhi dan juga dipengaruhi. Kedua, bahasa merupakan sebuah tanda yang sangat jelas dari kepribadian seseorang yang baik maupun kepribadian seseorang yang buruk.

Bahasa Massenrempulu atau bisa disebut juga bahasa Enrekang merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di Sulawesi Selatan. Bahasa ini adalah bahasa ibu di daerah Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, dan pada beberapa tempat lain di daerah sekitarnya seperti di Bungi, Teppo, Barabaraya Kota Madya

(21)

I-2 Ujung Pandang dan Ujung Bulu Kotamadya Pare-Pare. Bahasa Massenrempulu berfungsi sebagai bahasa pengantar antar warga Massenrempulu dan juga digunakan sebagai alat perwujudan budaya (Djunaidi, 1993). Sebagai salah satu bahasa daerah yang umum digunakan di Sulawesi Selatan, penelitian terkait yang dilakukan terhadap bahasa Massenrempulu ini masih kurang dan hingga saat ini belum ada penelitian tentang klasifikasi maupun stemming tentang bahasa Massenrempulu ini.

Pemakaian bahasa Massenrempulu tersebar dibeberapa wilayah kabupaten dan kotamadya, yakni seluruh kabupaten Enrekang, selain itu bahasa Massenrempulu ditemukan dikabupaten lain seperti Kabupaten Pinrang, Kabupaten Luwu, Sidenreng Rappang, Kabupaten Polewali Mamasa, Kotamadya Pare-Pare, Kotamadya Makassar, serta beberapa pemukiman warga Massenrempulu didaerah lain, seperti di Kalimantan, Papua dan Malaysia. (Sikki, Rijal, Rasyid, & Jemmain, 1995).

Stemming adalah proses ekstraksi kata dalam suatu dokumen digital yang bertujuan untuk mendapatkan kata dasarnya dengan mencari prefiks, sufiks dan menghapusnya berdasarkan aturan sebuah bahasa. Hasil dari proses stemming ini disebut sebagai token/istilah. Algoritma stemming pada bahasa yang satu pasti berbeda dengan algoritma stemming untuk bahasa yang lainnya. Contohnya bahasa Indonesia mempunyai tata bahasa yang berbeda dengan bahasa Inggris sehingga tata bahasa padaalgoritma stemming untuk kedua bahasa tersebut juga berbeda.Stemming banyak digunakan dalam pengolahan data ataupun dokumen elektronik.Algoritma stemming digunakan pada beberapa bidang seperti sistem temu kembali (IR), Tanya jawab (QA), mesin penerjemah, pengecekan ejaan dan pengelompokan suatu dokumen(Winarti, 2017).

Pada penelitian yang berhubungan dengan pemrosesan teks (Text Processing), Data Mining, Knowledge Data Discovery, dan penelitian yang berhubungan dengan teks, pengolahan kata menjadi kata dasar (stemming) sangat diperlukan. Proses stemming ini penting karena pemrosesan kata dalam bentuk yang bukan kata dasar dapat menyebabkan kesalahan atau penyimpangan pada hasil penelitian (Fadillah, 2003).

(22)

I-3 Algoritma stemming sebelumnya sudah pernah diteliti oleh beberapa peneliti diantaranya: Algoritma Stemming Nazief - Adriani, Algoritma Stemming Arifin - Setiono dan Algoritma Stemming Vegas (Asian & Williams, 2005, p.2). Selain stemming bahasa Indonesia sudah ada beberapa penelitian tentang stemming bahasa daerah yang ada di Indonesia, seperti penelitian yang pernah tentang stemming teks bahasa sor-singgih Bali yang dilakukan oleh Gusti Ngurah Mega Nata dan Putu Pande Yudiastra pada tahun 2017, penelitian tentang stemming bahasa jawa untuk mencari akar kata dalam bahasa jawa dengan aturan analisis kontrasif afiksasi verba yang dilakukan oleh Mar‟atus Madia pada tahun 2016, penelitian tentang stemming berbasis kamus pada bahasa sunda yang dilakukan oleh Andhy Purwoko pada tahun 2011, penelitian tentang stemmer bahasa Jawa Ngoko dengan metode affix remofal stemmers yang dilakukan oleh Fatkhul Amin dkk pada tahun 2016, penelitian tentang stemmer untuk bahasa Madura dengan modifikasi metode enhanced confix stripping stemmer yang dilakukan oleh Rakhmad Maulidi pada tahun 2016.

Penelitian tentang implementasi stemmer bahasa Jawa dengan metode rule based approach pada sistem temu kembali dokumen teks berbahasa jawa yang dilakukan oleh Fatkhun Amin dan Jeffri Alfa pada tahun 2017, penelitian tentang modifikasi metode enhaced confix stripping stemmer pada teks bahasa Madura yang dilakukan oleh Andi Solihin dkk pada tahun 2013, penelitian tentang kamus bahasa Lampung berbasis android dengan pendekatan porter stemmer yang dilakukan oleh Nisar dan Indera pada tahun 2016, penelitian tentang pengembangan metode stemmer untuk bahasa Bali dengan pendekatan rule based dan n-gram stemming yang dilakukan oleh Made Agus Putra Subali pada tahun 2019, penelitian tentang stemming text berbahasa jawa ngoko-krama yang dilakukan oleh Kathryn Widhiyanti pada tahun 2017, penelitian tentang aplikasi kamus digital bahasa Indonesia-Karo dengan output aksara Batak Karo menggunakan metode enhanced confix stripping stemmer yang dilakukan oleh Upik Purnamawati pada tahun 2014 dan penelitian tentang stemming dan identifikasi stopword untuk preprocessing information retrieval pada bahasa Using yang dilakukan oleh Djuniharto dan Gunawan pada tahun 2013.

(23)

I-4 Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa daerah saat ini telah mengalami penurunan pemakaian. Hal ini dapat dilihat dari generasi muda yang sekarang ini ada kecenderungan enggan berkomunikasi menggunakan bahasa daerah. Mereka lebih memilih menggunakan bahasa gaul ataupun bahasa asing (Sugiyo, 2012)

Pemakaian bahasa gaul, bahasa asing dan bahasa campuran juga ikut memperparah kondisi bahasa daerah yang semakin lama semakin menurun. Sekarang banyak generasi mudayang tidak lagi menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari mereka bahkan ada yang tidak bisa dan tidak memahami bahasa daerah mereka dengan baik. Oleh karena itu perlu upaya untuk memperkuat dan memperkokoh kembali bahasa daerah baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah (Tondo, 2009)

Oleh sebab itu untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lain, pertama-tama kita harus mempelajari bahasanya terlebih dahulu, agar suatu saat tidak ada kesulitan dalam berkomunikasi dan menyampaikan maksud yang ada kepada orang lain. Memang tidak diwajibkan untuk mempelajari bahasa lain, namun agar bisa berkomunikasi, setidaknya harus tahu hal-hal dasar pada bahasa tersebut dan akan menjadi nilai tambah jika bisa memahami bahasa lain sehingga meminimalisir adanya salah paham karena komunikasi yang kurang baik. Untuk mempelajari bahasa lain tersebut diperlukan algoritma stemming yang mana algoritma tersebut untuk mencari kata dasar pada kata berimbuhan. Terutama untuk kata kerja yang berimbuhan. Karena kata berimbuhan tidak bisa diterjemakan secara langsung oleh kamus maka perlu perlakuan khusus yaitu salah satu alternatifnya adalah menggunakan algoritma stemming (Madia, 2016).

Massenrempulupun telah memiliki data kesusastraan meskipun masih minim. Balai penelitian bahasa Sulawesi Selatan telah melakukan inventarisasi cerita-cerita rakyat di kabupaten Enrekang untuk melestarikan budaya dan bahasa Massenrempulu. Sementara ini telah dirintis pula penyusunan kamus bahasa Massenrempulu. Upaya pelestarian itu bukan hanya akan memperluas wawasan kita teradap sastra dan budaya masyarakat daerah yang bersangkutan, melainkan juga akan memperkaya khazanah sastra dan budaya Indonesia. Dengan kata lain,

(24)

I-5 upaya yang dilakukan itu dapat dipandang sebagai dialog antar budaya dan antar daerah yang memunggkinkan sastra daerah berfungsi sebagai salah satu alat bantu dalam usaha mewujudkan manusia yang berwawasan keindonesiaan.

Sebanyak 6 komunitas adat di kawasan Massenrempulu, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan sah diakui Negara setelah terbitnya Surat Keputusan (SK) Bupati Enrekang tertanggal 14 Februari 2018. Keenam komunitas tersebut antara lain komunitas adat Baringin, Orong, Marena, Tangsa, Patangloan dan Pana. Keenam komunitas adat ini bertujuan untuk mengembangkan budaya, kesenian dan sastra terutama mengangkat bahasa Massenrempulu agar menjadi bahasa yang dikenal bukan hanya oleh masyarakat di Sulawesi Selatan melainkan di seluruh Indonesia sehingga nantinya diharapkan bahasa Massenrempulu ini bisa masuk kedalam bahasa daerah terbesar yang ada di Indonesia (Chandra, 2018).

Bahasa Massenrempulu memiliki 3 dialek. Dialek Duri di Kecamatan Alla dengan jumlah 38.227 orang, kecamatan Anggeraja 24.821 orang dan kecamatan Baraka 23.663. Dialek Endekan di Kecamatan Enrekang berjumlah 30.405 orang. Dialek Maiwa di Kecamatan Maiwa dengan penduduk 21.582 orang. Berdasarkan pengamatan sepintas, penutur dialek Duri relatif lebih banyak dibandingkan dengan dialek yang lain, luas wilayah penutur dialek Duri juga agak lebih luas dan dialek Duri berbatasan dengan bahasa Toraja (Djunaidi, 1993).

Melihat peluang berkembangnya bahasa Massenrempulu dan belum adanya penelitian stemming pada bahasa Massenrempulu serta upaya untuk membantu pemahaman bahasa Massenrempuluini penulis mendapat ide untuk membangun sebuah algoritma stemming pada bahasa Massenrempulu dialek Duri.Pentingnya dilakukan penelitian tentang stemming pada bahasa Massenrempulu ini yaitu untuk memudahkan user dalam mencari kata dasar dari kata yang berimbuhan. Contohnya ketika seseorang membaca teks berbahasa Massenrempulu dan ingin mencari artinya maka algoritma stemming ini dapat menampilkan kata dasar dan juga menampilkan imbuhan yang terdapat pada kata yang diinputkan dan kata dasar yang diperoleh tersebut dapat dengan mudah dicari artinya didalam kamus. Algoritma stemming ini juga dapat dilanjutkan dan dikembangkan ketahapan

(25)

I-6 selanjutnya seperti normalisasi dan klasifikasi untuk bahasa Massenrempulu karena untuk melanjutkan ke tahapan tersebut dibutuhkan algoritma stemming pada bahasa Massenrempulu menggunakan aturan tata bahasa Massenrempulu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang timbul pada latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat penulis ambil yaitu bagaimana membangun algoritma stemming teks untuk bahasa Massenrempulu menggunakan aturan tata bahasa.

1.3 Batasan Masalah

Dalam pembuatan laporan tugas akhir ini mempunyai beberapa batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Kata dasar yang diambil bersumber dari buku Kamus Massenrempulu – Indonesia (Dialek Duri) (Agusriandi, 2017)

2. Aturan yang digunakan sesuai dengan buku Morfologi dan Sintaksis Bahasa Massenrempulu (Hanafi, Lagousi, Junaedie, Nur, & Sikki, 1983)

3. Data yang diperoleh berasal dari buku percakapan sehari-hari bahasa Massenrempulu dialek duri yang ada didalambuku Sipangkada-kada Bicara Duri Percakapan Bahasa Duri Duri Conversation (Valkama, Valkama, & Sandupa, 1989)

4. Penelitian pada bahasa Massenrempulu hanya sebatas pada dialek Duri

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Membuat algoritma stemming tekspada bahasa Massenrempulu.

2. Menguji tingkat akurasi algoritma stemming ini dengan menggunakan teks bahasa Massenrempulu untuk memperoleh kata dasarnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini dibuat rencana kerangka kerja penulisan agar dapat dipahami dengan mudah. Sistematika penulisan pada proposal Tugas Akhir ini yaitu:

(26)

I-7

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan pada laporan Tugas Akhir ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang dasar-dasar teori yang digunakan dalam pembuatan laporan Tugas Akhir ini seperti Pengertian Algoritma, Pengertian Stemming, Pengertian Bahasa Massenrempulu, Pengertian Flowchart, Pengertian Pseudocode, Imbuhan dalam bahasa Massenrempulu dan Penelitian Terkait tentang stemming pada bahasa daerah di Indonesia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metodologi yang dipakai dalam pembuatan laporan Tugas Akhir ini seperti Identifikasi Masalah, Studi Literatur, Pengumpulan Data, Analisa dan Perancangan, Implementasi dan pengujian, serta Kesimpulan dan Saran

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

Pada bab ini membahas analisa langkah kerja dan perancangan aplikasi yang akan dikembangkan sesuai dengan metodologi yang digunakan.

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Pada bab ini akan dibahas implementasi dan pengujian hasil penelitian sesuai yang tertera pada rumusan masalah dan pembahasan.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penelitian Tugas Akhir yang telah dilakukan.

(27)

II-1

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Algoritma

Algoritma adalah sebuah sistem kerja komputer memiliki perangkat keras, perangkat lunak dan juga user yang menjalankan sistem kerja komputer tersebut. Tanpa salah satu dari 3 sistem tersebut, komputer tidak dapat bekerja dan beroperasi. Software terdiridari sebuah susunan program dan juga cara penulisan atau pembuatan program tersebut. Untuk menyusun sebuah program atau aplikasi diperlukan beberapa langkah yang dapat menyelesaikan masalah dan juga tujuan dalamproses pembuatan sebuah software atau aplikasi tersebut. Maka, algoritma berperan penting dalam melakukan suatu penyusunan program ataupun syntax tersebut (Maulana, 2017).

Algoritma merupakan sebuah susunan yang logis dan juga sistematis untuk menyelesaikan suatu masalah ataupun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam dunia komputer, algoritma berperan penting dalam perancangan dan pembuatan sebuah aplikasi atau software. Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa kita sadari algoritma sudah masuk didalam kehidupan kita (Maulana, 2017).

Algoritma berbeda dengan logaritma. Jika algoritma adalah langkah atau susunannya maka logaritma adalah operasi matematikanya yang merupakan kebalikan dari eksponen atau pemangkatan. Contoh logaritma seperti bc = a ditulis sebagai blog a = c (b disebut basis). Struktur dasar pada algoritma yaitu: 1 Struktur Sekuensial (runtunan)

Pada struktur sekuensial ini langkah-langkah yang dilakukan dalam algoritma diproses secara berurutan. Dimulai dari langkah pertama, kedua, dan seterusnya. Pada dasarnya suatu program memang menjalankan suatu proses dari yang dasar seperti struktur ini.

2 Struktur Seleksi

Pada struktur seleksi merupakan pemilihan langkah yang didasari oleh suatu kondisi maupun pengambilan sebuah keputusan. Struktur ini ditandai dalam bentuk flowchart decision yaitu flowchart yang berbentuk belah ketupat.

(28)

II-2 3 Struktur Perulangan

Pada struktur ini merupakan sebuah perintah ataupun tindakan yang dilakukan beberapa kali. Contohnya jika teman menuliskan kata “belajar a” sebanyak seratus kali. Lebih efisien jika teman menggunakan struktur perulangan ini dari pada hanya menuliskan berturut-turut sebanyak seratus kali.

2.2 Aturan Penulisan Algoritma

Agar algoritma mudah untuk ditranlasikan kedalam notasi bahasa pemrograman, sebaiknya notasi algoritmik tersebuh harus berkoresponden dengan notasi dalam bahasa pemrograman secara umum (Saniman & Fathoni, 2008). Contoh penulisan perintahnya yaitu:

tulis nilai x dan y

Dalam notasi algoritmik ditulis menjadi: write(x,y) Tabel 2.1 Notasi Algoritmik

No Notasi Biasa Notasi algoritmik Notasi Turbo Pascal

1 masukkan nilai x readln(x) readLn(x);

2 isikan nilai 4 kedalam x x← 4 x:=4;

3 isikan nilai x kedalam min min ← x min:=x; 4 tambahkan nilai 2 ke x itulah x x ← x + 2 x:=x+2; 5 tulis nilai x dan y write(x,y) write(x,y); 6 jika x lebih besar dari y maka if x>y then if x>y then

Aturan diatas adalah aturan yang tidak baku karena hanya penyesuaian dengan bahasa pemrograman Turbo Pascal.

Teks algoritma terdiri dari 3 bagian yaitu: 1. Judul (Header)

Header merupakan bagian yang terdiri dari nama serta penjelasan singkat tentang algoritma tersebut. Penjelasan tersebut diapit dengan tanda kurung kurawal ({}).

2. Bagian deklarasi

Bagian deklarasi merupakan bagian yang mendefinisikan semua nama seperti peubah, tipe, tetapan, fungsi, prosedur, label dll yang dipakai dalam algoritma. 3. Bagian deskripsi/uraian algoritma

(29)

II-3 Bagian deskripsi merupakan bagian yang menjelaskan langkah penyelesaian masalah. Uraian algoritma ditulis secara baris perbaris sesuai dengan urutan yang dikerjakan secara sistematis.

Gambaran dari sebuah algoritma dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Gambaran Sebuah Algoritma

2.3 Stemming

Stemming adalah sebuah proses untuk menghasilkan sebuah kata dasar dari suatu kata dalam sebuah kalimat yaitu dengan cara memisahkan setiap kata dari kata dasar dan juga imbuhannya baik itu awalan (prefiks) maupun akhiran (sufiks). Contohnya, kata perjalanan, menjalani, jalankan di stemming ke root worddengan hasil yaitu kata “jalan”.

Algoritma stemming pada bahasa yang satu akan berbeda dengan algoritma stemming untuk bahasa yang lainnya. Contohnya bahasa Indonesia mempunyai tata bahasa yang berbeda dengan bahasa Inggris ataupun bahasa yang lainnya sehingga algoritma stemming pada setiap bahasa akan berbeda. Pada teks bahasa Inggris, proses yang dilakukan adalah proses dalam menghilangkan akhiran (sufiks). Sedangkan pada teks berbahasa Indonesia lebih rumit karena mempunyai beberapa variasi imbuhan yang dihilangkan untuk mendapatkan root word dari sebuah kata tersebut. Algoritma stemming dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor (Mandala, Koryanti, Munir, & Harlili, 2004) yaitu:

Algoritma Nama_ALGORITMA

{ penjelasan tentang algoritma yang berisi tentang uraian singkat tentang apa yang dilakukan oleh algoritma }

DEKLARASI :

{ seluruh nama yang dipakai dalam algoritma seperti peubah, tipe, tatapan, fungsi, prosedur, label didefinisikan pada bagian ini }

DESKRIPSI :

{ seluruh penjelasan langkah penyelesaian masalah ditulis pada bagian ini }

(30)

II-4 1. Kesalahan yang terdapat dalam sebuah proses pemenggalan imbuhan dari kata dasarnya. Kesalahan ini dapat berupa: Overstemming, Understemming, Unchanged anSpelling Exception

2. Kekurangan yang terdapat dalam rumusan aturan penambahan imbuhan pada kata dasar yang digunakan.

3. Jumlah aturan imbuhan yang dihasilkan berhubungan dengan efektifitas proses temu kembali algortima tersebut.

2.4 Pseudocode

Pseudocode adalah cara penulisan algoritma yang menyerupai bahasa pemrograman tingkat tinggi. Pseudocode menggunakan bahasa yang hampir menyerupai bahasa pemrograman. Biasanya pseudocode menggunakan bahasa yang mudah dipahami secara universal dan juga lebih ringkas dari pada algoritma. Pseudocode berisi deskripsi dari algoritma pemrograman komputer yang menggunakan struktur sederhana dari beberapa bahasa pemrograman tetapi bahasa tersebut hanya di tujukan agar dapat di baca manusia. Sehingga pseudocode tidak dapat dipahami oleh komputer. Supaya notasi pseudocode bisa dipahami oleh komputer maka harus diterjemahkan terlebih dahulu menjadi sintaks bahasa pemrograman komputer tertentu (Barakbah, Karlita, & Ahsan, 2013).

2.5 Bahasa Massenrempulu

Bahasa Massenrempulu adalah salah satu bahasa daerah yang terdapat di Sulawesi Selatan yang diwariskan dan dipelihara secara turun temurun oleh penduduk yang mendiami Kabupaten Enrekang serta beberapa tempat di Kabupaten Pinrang bahkan di Kotamadya Ujung Pandang. Penduduk ini dikenal dengan warga Massenrempulu.Dalam pergaulan antar warga Massenrempulu, bahasa Massenrempulu memegang peranan yang cukup penting. Peranannya itu dapat dilihat, baik dalam upacara adat maupun dalam pergaulan sehari-hari. Bahkan dalam pernyataan budaya, khususnya dalam wujud sastra, bahasa inipun menjadi alat utamanya.

Warga Massenrempulu umumnya multibahasa. Dalam pergaulan dengan suku-suku bangsa yang lain, mereka dapat menggunakan bahasa Indonesia atau

(31)

II-5 bahasa-bahasa daerah sekitarnya, sekalipun dalam tingkat kemampuan yang terbatas. Kelompok bahasa Massenrempulu terdiri dari 3 subkelompok, yaitu subkelompok Endekan di Kabupaten Enrekang dan beberapa daerah di Kabupaten Pinrang bagian Utara, subkelompok Maiwa di Kecamatan Miwa dan subkelompok Duri di Kecamatan Alla, Baraka dan Anggeraja (Hanafi, Lagousi, Junaedie, Nur, & Sikki, 1983)

2.6 Imbuhan Bahasa Massenrempulu

Terdapat beberapa proses imbuhan dalam bahasa Massenrempulu seperti awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks) dan awalan akhiran (konfiks). Tabel 2.2 Imbuhan Bahasa Massenrempulu

No Awalan (Prefiks) Sisipan (Infiks) Akhiran (Sufiks) Awalan & Akhiran (Konfiks)

Proklitis Enklitis Partikel

1 Ma- -um- -an Ka-an Ku- -aq -si / -mosi

2 Mi- -in- -i Pa-an Mu- -kiq -mi

3 Di- Mi-an Ta- -kan -ra

4 Pa- Makka-an Na- -ko -pi

5 Pi- Si-an -ni -pa

6 Sa- -kuq 7 Si- -mu 8 Ti- -ta 9 Ka- -na 10 Ki- 11 Paka- 2.6.1. Awalan (Prefiks) 1) Awalan ma-

Awalan ma- dibedakan atas 2 macam, yaitu awalan ma1- dan ma2-. Awalan ma2- menyebabkan terjadinya morfofonemik apabila diimbuhkan pada kata dasar.

a) Awalan ma1-

Pada umumnya awalan ma1- hanya dapat muncul bersama-sama dengan kata akar yang berupa kata sifat.

(32)

II-6 Contoh:

/lea/ “merah” → /malea/ “merah” /luwa/ “luas” → /maluwa/ ”luas”

/pondiq/ ”pendek” → /mapondiq/ “pendek” b) Awalan ma2-

Pada umumnya awalan ma2- dapat diimbuhkan pada kata dasar, kata kerja, kata benda dan kata bilangan. Awalan ini mempunyai wujud fonologis maq-, maG-, dan maN-.

1. Awalan maq-

Bentuk maq- dipakai dengan kata dasar yang dimulai dengan konsonan /b,d,g dan j/.

Contoh:

maq-/baluŋ./ „dijual‟ → /maqbaluŋ./ „menjual‟ /benden/ „cuci‟ → /maqbenden/ „mencuci‟ maq- /duri/ „duri‟ → /maqduri/ „berduri‟

/daŋkaŋ/ „dagang‟ → /maqdaŋkaŋ/ „berdagang‟ maq- /gereq/ „sembelih‟ → /maqgereq/ „menyembelih‟ /garu/ „aduk‟ → /maqgaru/ „mengaduk‟

maq- /jama/ „kerja‟ → /maqjama/ „bekerja‟ /jappi/ „obat‟→ /maqjappi/ „berobat‟ 2. Awalan maG-

Bentuk maG- dipakai dengan kata dasar yang dimulai dengan konsonan /c,k,l,m,n,p,r,s,t/.

Contoh:

maG- /cikkudu/ „ludah‟ → /maccikkudu/ „meludah‟ /cukkuruq/ „cukur‟ → /maccukukuruq/ „mencukur‟ maG- /kali/ „gali‟ → /makkali/ „menggali‟

/kareba/ „berita‟ → /makkareba/ „memberitakan‟ maG- /lullun/ „gulung‟ → /mallullun/ „menggulung‟ /lepaq/ „jilat‟ → /mallepaq/ „menjilat‟

(33)

II-7 /motoroq/ „motor‟ → /mammotoroq/ „naik motor‟

maG- /pikkiriq/ „pikir‟ → /mappikkiriq/ „berpikir‟ /pake/ „pakai‟ → /mappake/ „memakai‟ maG-/russu/ „hapus‟ → /marrussu/ „menghapus‟ /renden/ „tarik‟ → /marrenden/ „menarik‟ maG-/tumbu/ „pukul‟ → /mattumbu/ „memukul‟ /toto/ „tutuh‟ → /mattoto/ „menutuh‟ 3. Awalan maN-

Bentuk maN- dipakai dengan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal /a,i,u,e,o/.

Contoh:

maN- /asa/ „asah‟ → /maŋasa/ „mengasah‟ /alli/ „beli‟ → /maŋalli/ „membeli‟ maN-/ira/ „iris‟ → /maŋira/ „mengiris‟

/ittoq/ „pungut‟ → /maŋittoq/ „memungut‟ maN- /uma/ „ladang‟ → /maŋuma/ „berladang‟ /ukiq/ „tulis‟ → /maŋukiq/ „menulis‟

maN-/ekan/ „pancing‟ → /maŋekan/ „memancing‟ /esseq/ „pijit‟ → /maŋesseq/ „memijit‟ maN- /ota/ „sirih‟ → /maŋota/ „makan sirih‟ /olo/ „hadap‟ → /maŋolo/ „menghadap‟ 2) Awalan mi-

Awalan mi- biasa juga diucapkan (me). Awalan mi- mempunyai wujud fonologis mi-, miN-, dan miG-.

Contoh:

mi- /baju/ „baju‟ → /mibaju/ „memakai baju‟

/robboq/ „rumput‟ → /mirobboq/ „mencarirumput‟ miN-/baqdaŋ./ „bedak‟ → /mimbaqdaŋ./ „memakai bedak‟ /bissa/ „cuci‟ → /mimbissa/ „mencuci‟ (bercebok) miG-/cende/ „lari-lari‟ → /miccende/ „berlari-lari‟ /raqba/ „rebah‟ → /mirraqba/ „merebahkan diri‟

(34)

II-8 Pemakaian mi-, miN- dan miG- pada contoh diatas tidak menunjukkan satu sistem tertentu. Misalnya, kata baju dan bissa keduanya dimulai dengan konsonan /b/, tetapi masing-masing menggunakan awalan yang berbeda. Kata baju menggunakan awalan mi-menjadi mibaju „memakai baju‟, sedangkan kata bissa menggunakan awalan miN- menjadi membissa „mencuci‟.

Demikian pula kata roboq dan raqba. Kata roboq menggunakan awalan mi- menjadi miroboq „mencari rumput‟, sedangkan kata raqba menggunakan awalan miG- menjadi mirraqba „merebahkan diri‟.

3) Awalan di-

Awalan di- berpadanan dengan awalan di- dalam bahasa Indonesia. Fungsinya ialah membentuk kata kerja pasif.

Contoh:

/piara/ „pelihara‟ → /dipiara/ „dipelihara‟ /caqbean/ „buang‟ → /dicaqbean/ „dibuang‟ 4) Awalan pa-

Awalan pa- mempunyai wujud fonologis pa-, paq-, paG- dan paN- a) Awalan pa-

Awalan pa- membuat jadi (kausatif), misalnya: Contoh:

pa- /tindaŋ./ „tegak‟ → /patindaŋ./ „tegakkan‟

/toppoŋ./ „diatas‟ → /pattoppoŋ./ ditempatkan diatas b) Awalan paq-

Awalan paq-„pelaku/alat‟ berpadanan dengan awalan pe- dalam bahasa Indonesia. Awalan ini muncul jika kata dasar dimulai dengan konsonan /b,d,g,j/.

Contoh:

paq-/baluŋ./ „jual‟ → /paqbaluŋ./ „penjual‟ /dari/ „jaring‟ → /paqdari/ „penjaring‟

/gereq/ „sembelih‟ → /paqgereq/ „penyembelih‟ /jaiq/ „jahit‟ → /paqjaiq/ „penjahit‟

(35)

II-9 c) Awalan paG-

Awalan paG- „pelaku/alat‟ Contoh:

paG- /cikkuruq/ „cukur‟ → /paccikkuruq/ „pencukur‟ /kali/ „gali‟ → /pakkali/ „penggali‟

d) Awalan paN-

Awalan paN- „pelaku/alat‟ muncul jika kata dasar dimulai dengan vokal /a,i,u,e,o/

Contoh:

paN-/alli/ „beli‟ → /paŋalli/ „pembeli‟ /ira/ „iris‟ → /paŋira/ „pengiris‟ /ukiq/ „tulis‟ → /paŋkiq/ „penulis‟ /ekan/ „kail‟ → /paŋekan/ „pengail‟ /oto/ „oto‟ → /paŋoto/ „orang naik oto‟ 5) Awalan pi-

Awalan pi- „pelaku/alat‟ biasa juga diucapkan (pe). Awalan pi- mempunyai wujud fonologi pi- dan piG-.

a) Awalan pi-

Awalan pi-„pelaku/alat‟, misalnya:

pi-/sioq/ „ikat‟ → /pisioq/ „pengikat‟ /bakun/ „pukul‟ → /pibakun/ „pemukul‟ b) Awalan piG-

Awalan piG- „kelipatan bilangan‟, misalnya: piG- /kore/ „dua‟ → /pikkore/ „dua kali‟

/saqpulo/ „sepuluh‟ → /pissaqpulo/ „sepuluh kali‟ 6) Awalan sa-

Awalan sa- mengandung makna yang berarti „satu‟. Awalan ini mempunyai wujud fonologis saN- dan saq-

a) Awalan saN-

Awalan saN- muncul jika kata dasar dimulai dengan huruf vokal, misalnya:

(36)

II-10 saN-/allo/ „hari‟ → /saŋallo/ „sehari‟

/indo/ „ibu‟ → /saŋindo/ „seibu‟ /itoq/ „pokok‟ → /saŋitoq/ „sebatang‟\ b) Awalan saq-

Awalan saq- muncul jika kata dasar dimulai dengan huruf konsonan, misalnya:

saq- /bola/ „rumah‟ → /saqbola/ „serumah‟ /gereq/ „iris‟ → /saqgereq/ „seiris‟

/jakkan/ „jengkal‟ → /saqjakkan/ „sejengkal‟ 7) Awalan si-

Awalan si- menyatakan bahwa perbuatan dilakukan oleh dua pihak (saling). Contoh:

si-/tammu/ „temu‟ → /sitammu/ „bertemu‟ /kita/ „lihat‟ → /sikita/ „saling melihat‟

Jika si- mengimbuhi kata bilangan, arti si- pada kata bentukan itu menyatakan masing-masing.

Contoh:

si- /kore/ „dua‟ → /sikore/ „masing-masing dua‟ /tallu/ „tiga‟ → /sitallu/ „masing-masing tiga‟ 8) Awalan ti-

Awalan ti- menyatakan aspek perspektif, dapat pula berarti bahwa suatu keadaan terjadi tiba-tiba.

Contoh:

ti-/buka/ „buka‟ → /tibuka/ „terbuka‟ /tappe/ „tinggal‟ → /titappe/ „tertinggal‟ 9) Awalan ka-

Awalan ka- pada umumnya hanya ditemukan pada kata berulang. Kata bentukan itu menyatakan keadaan.

Contoh:

ka- /pau/ „kata‟ → /kapau-pau/ „besar mulut‟

(37)

II-11 10) Awalan ki-

Awalan ki- biasa juga diucapkan (ke). Awalan ini hanya dapat diimbuhkan pada kata dasar kata benda yang berarti „mempunyai‟

Contoh:

ki- /anaŋ./ „anak‟ → /kianaŋ./ „beranak‟ /biraŋ./ „isteri‟ → /kibiraŋ./ „beristeri‟ /ambeq/ „bapak‟ → /kiambeq/ „berbapak‟ 11) Awalan paka-

Awalan paka- hanya dapat diimbuhkan pada kata dasar kata sifat yang berarti menjadikan.

Contoh:

paka- /tande/ „tinggi‟ → /pakatande/ „pertinggi‟ /nasu/ „masak‟ → /pakanasu/ „permasak‟ /baru/ „baru‟ → /pakabaru/ „perbaharui‟

2.6.2. Sisipan (Infiks)

Terdapat 2 macam sisipan pada bahasa Massenrempulu, yaitu sisipan -um- dan -in-.

1) Sisipan -um-

Jika kata dasarnya berupa kata kerja atau kata keadaan, sisipan -um- tidak mengubah kelas kata. Akan tetapi, jika kata dasarnya berupa kata benda, sisipan -um- berfungsi membentuk kata kerja atau kata keadaan.

Contoh:

/killaŋ/ „teriak‟ → /kumillaŋ/ „berteriak‟ /curuŋ/ „selam‟ → /cumuruŋ/ „menyelam‟ /kua/ „katakan‟ → /kumuua/ „mengatakan‟ 2) Sisipan -in-

Sisipan -in- sangat langka dalam bahasa Massenrempulu ini. Satu-satunya contoh yang ditemukan adalah kata /kande/ „makan‟ menjadi /kinande/ „nasi‟.

2.6.3. Akhiran (Sufiks)

Terdapat 2 macam akhiran pada bahasa Massenrempulu, yaitu akhiran -an dan -i.

(38)

II-12 1) Akhiran -an

Arti akhiran -anadalah sebagai berikut:

a) Dalam keadaan menderita atau memiliki, contohnya: /pano/ „panau‟ → /panoan/ „panuan‟

/kele/ „kudis‟ → /kelean/ „kudisan‟ b) Melakukan untuk orang lain, contohnya:

/kekke/ „gigit‟ → /kekkean/ „gigitan‟ /pile/ „pilih‟ → /pilian/ „pilihan‟ c) Menyatakan tempat, contohnya:

/cidokko/ „duduk‟ → /cidokkoan/ „tempat duduk‟ /torro/ „tinggal‟ → /torroan/ „tempat‟

Apabila akhiran -an dihubungkan dengan kata dasar yang berakhir glottal atau /ŋ./ terjadi variasi bentuk, yaitu sebagai berikut:

a) Glotal luluh dan digantikan dengan konsonan /t/.

Pada kata dasar yang berakhir glottal, akhiran -an menjadi -tan.Konsonan /q/ dihapus.

Contoh:

/sanreq/ „sadar‟ → /sanrean/ „sandaran‟ /laqpiq/ „lipat‟ → /laqpitan/ „lipatan‟ /jaiq/ „jahit‟ → /jaitan/ „jahitan‟

b) Konsonan /ŋ./ luluh dan digantikan dengan konsonan /k/.

Pada kata dasar yang berakhir konsonan /ŋ./, akhiran -an menjadi -kan. Konsonan /ŋ./ dihapus.

Contoh:

/bitoŋ./ „cacing‟ → /bitokan/ „cacingan‟ /coreŋ./ „robek‟ → /corekan/ „robekan‟ /boloŋ./ „ingus‟ → /bolokan/ „ingusan‟ 2) Akhiran -i

Fungsi akhiran -I adalah menyatakan perintah. Apabila akhiran -i diimbuhkan pada kata dasar, kata bentukan dengan akhiran -i itu akan bervariasi sebagai berikut:

(39)

II-13 a) Pada kata dasar berakhir vokal /a,i,u,e,o/ yang diberi akhiran -i, vokal itu

mendapat tambahan glottal dibelakangnya baru diberi akhiran -i. Contoh:

/sia/ „garam‟ → /siaqi/ „garami‟ /tanni/ „pegang‟ → /tanniqi/ „pegangi‟ /kutu/ „kutu‟ → /kutuqi/ „kutui‟ /sulle/ „ganti‟ → /sulleqi/ „gantikan‟ /sulo/ „suluh‟ → /suloqi/ „suluhi‟

b) Pada kata dasar berakhir konsonan /n./ yang diberi akhiran -i, akhiran -i menjadi -ki.

Contoh:

/baqdan/ „bedak‟ → /baqdanki/ „bedaki‟ /jillon/ „tunjuk‟ → /jillonki/ „tunjuki‟ /tossen/ „tusuk‟ → /tossenki/ „tusuki‟

c) Pada kata dasar berakhir konsonan /n/, /ŋ/ yang diberi akhiran -i, konsonan /n/ atau /ŋ/ itu dijadikan geminate /nn/, /ŋŋ/ baru diberi akhiran -i.

Contoh:

/tanam/ „tanam‟ → /tannani/ „tanami‟ /pasan/ „pasang‟ → /pasaŋŋi/ „pasangi‟

2.6.4. Awalan Akhiran (Konfiks)

Terdapat 5 macam konfiks pada bahasa Massenrempulu yaitu konfiks ka-an, pa-ka-an, mi-an (me-an), makka-an dan si-an.

1) Konfiks ka-an

Konfiks ka-an mempunyai arti dan fungsi sebagai berikut:

a) Membentuk kata sifat menjadi kata benda abstrak. Contohnya: ka-an /makassiŋ/ „bagus‟ → /kemakassiŋan/ „kebagusan‟ /barani/ „berani‟ → /kabaranian/ „keberanian‟ b) Menyatakan keadaan. Contohnya:

ka-an /kita/ „lihat‟ → /kakitaan/ „kelihatan‟ /tama/ „masuk‟ → /katamaan/ „kemasukan‟

(40)

II-14 c) Pada kata dasar berakhir glottal yang diberi imbuhan konfiks ka-an glottal

dihapus dan digantikan dengan konsonan /t/. Contohnya: ka-an /malajaq/ „takut‟ → /kamalajatan/ „ketakutan‟ /gajaq/ „jelek‟ → /kegajatan/ „kejelekan‟

d) Adapula beberapa kata dasar yang mendapatkan penambahan konsonan /r/ dibelakangnya jika mendapat imbuhan ka-an. Contohnya:

ka-an /macca/ „pandai‟ → /kamacca(r)an/ „kepandaian‟ /buda/ „banyak‟ → /kabuda(r)an/ „kebanyakan‟ 2) Konfiks pa-an

Kata bentukan dengan konfiks pa-an mempunyai variasi bentuk yang sulit dirumuskan kaidahnya. Namun, tanpa melupakan kekecualian yang ada, dapat di ambil perumusan sementara sebagai berikut:

1. Pada umumnya konsonan awal kata dasar menjadi fonem kembar atau geminate jika kata dasar itu mendapat imbuhan konfiks pa-an.

2. Glotal pada posisi akhir kata dasar dihapus dan diganti dengan konsonan /t/.

Arti konfiks pa-an adalah sebagai berikut:

a) Menyatakan tempat melakukan yang tersebut pada kata dasar, contohnya: pa-an/taŋgaq/ „judi‟ → /pataŋgatan/ „perjudian‟

/tindo/ „tidur‟ → /patindoan/ „tempat tidur‟

/caqboan/ „buang‟ → /paccaqbeanan/ „pembuangan‟ /gereq/ „sembelih‟ → /paggeretan/ „pembantaian‟ b) Mempunyai sifat yang tertera pada kata dasar, contohnya:

pa-an/siriq/ „malu‟ → /passiritan/ „pemalu‟ /piqcuq/ „comel‟ → /pappiqcutan/ „pencomel‟ /rogoq/ „sakit‟ → /parrogotan/ „penyakitan‟ 3) Konfiks mi-an (me-an)

Konfiks mi-an sering pula diucapkan (me-an). Pada kata dasar yang berakhir dengan glottal dan diberi imbuhan mi-an, glottal dihapus dan diganti dengan konsonan /t/. Konfiks mi-an berfungsi membentuk kata sifat menjadi kata kerja dengan arti kausatif.

(41)

II-15 Contoh:

mi-an /doko/ „kurus‟ → /midokoan/ „menguruskan‟ /gajaq/ „jelek‟ → /migajatan/ „menjelaskan‟ /lajaq/ „takut‟ → /milajatan/ „menakutkan‟ 4) Konfiks makka-an

Konfiks makka-an menyatakan bahwa objek pelaku/penderita yang jumlahnya banyak.

Contoh:

makka-an /lari/ „lari‟ → /makkalarian/ „berlarian atau lomba lari‟ /rekko/ „kering‟ → /makkarekkoan/ „semuanya kekeringan‟ /loppe/ „lapar‟ → /makkaloppean/ „semuanya kelapan‟ 5) Konfiks si-an

Arti konfiks si-an dapat dilihat pada contoh berikut: si-an /gora/ „teriak‟ → /sigoraan/ „saling meneriaki‟ /ponjo/ „pergi‟ → /siponjoan/ „bersama-sama pergi‟ /ala/ „ambil‟ → /sialaan/ „saling mengambilkan‟

2.6.5. Proklitis

Proklitis merupakan kata yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan sebagai pemilik. Dalam fungsinya, kata ini mengambil bentuk ringkas dan dirangkaikan didepan kata dasar

1) Proklitis ku- (ku) kata ganti persona I tunggal, misalnya: /ala/ „ambil‟ → /kuala/ „kuambil‟

/kande/ „makan‟ → /kukande/ „kumakan‟

2) Proklitis mu- (kau) kata ganti persona II tunggal, misalnya: /tanni/ „pegang‟ → /mutanni/ „kau pegang‟

/kepang/ „gendong‟ → /mukepang/ „kau gendong‟

3) Proklitis ta- (kalian) kata ganti persona II jamak, atau (kau) persona II tunggal, misalnya :

/tekeq/ „panjat‟→ /tatekeq/ „kau panjat‟

(42)

II-16 4) Proklitis na- (dia) kata ganti persona III tunggal, misalnya:

/sembaq/ „sepak‟ → /nasembaq/ „dia sepak‟

/rappa/ „rampas‟ → /narappa/ „dia rampas‟

2.6.6. Enklitis

Enklitis merupakan kata yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan sebagai pemilik. Dalam fungsinya, kata ini mengambil bentuk ringkas dan dirangkaikan dibelakang kata dasar.

1) Enklitis –aq (saya) kata ganti persona I tunggal, misalnya: /ponjo/ „pergi‟ → /ponjoaq/ „saya pergi‟

/tanni/ „pegang‟ → /tanniaq/ „saya pegang‟

2) Enklitis –kiq (kita) kata ganti persona I jamak inklusif atau (kau) persona II takzim, misalnya:

/ponjo/ „pergi‟ → /ponokiq/ „kita pergi‟ /ratu/ „tiba‟ → /ratukiq/ „kita tiba‟

3) Enklitis –kan (kami) kata ganti perona I jamak ekslusif, misalnya: /loppo/ „lapar‟ → /loppokan/ „kami lapar‟

/ratu/ „tiba‟ → /ratukan/ „kami tiba‟

4) Enklitis –ko (kau) kata ganti persona II tunggal, misalnya: /sule/ „pulang‟ → /suleko/ „kau pulang‟

/pile/ „pilih‟ → /pileko/ „kau pilih‟

5) Enklitis –ni (dia) kata ganti persona II tunggal, misalnya: /kita/ „lihat‟ → /kitaqni/ „lihat dia‟

/tikkan/ „tangkap‟ → /tikkani/ „tangkap dia‟

6) Enklitis –kuq (ku) posesif persona I tunggal, misalnya: /biraŋ/ „bapak‟ → /biraŋkuq/ „istriku‟

/andi/ „adik‟ → /andikuq/ „adikku‟

7) Enklitis –mu (mu) posesif persona II tunggal, misalnya: /dalle/ „jagung‟→ /dallemu/ „jagungmu‟

/muane/ „suami‟ →/muanemu/ „suamimu‟

Jika kata dasar berakhiran /ŋ/, posesif persona II dinyatakan dengan /ŋu/. Contoh:

(43)

II-17 /tendoŋ/ „kerbau‟ → /tendoŋŋu/ „kerbaumu‟

/dondeŋ/ „ayam‟ → /dondeŋŋu/ „ayammu‟

8) Enklitis –ta (mu) takzim posesif persona II tunggal atau posesif persona I jamak inklusif, misalnya:

/indo/ „ibu‟ → /indota/ „ibumu‟ /andi/ „adik‟ → /andita/ „adikmu‟

9) Enklitis –na (nya) posesif persona III, misalnya: /sia/ „garam‟ → /siana/ „garamnya‟

/dodo/ „sarung‟ → /dodona/ „sarungnya‟

Jika kata dasar berakhir bunyi /ŋ/, posesif persona III dinyatakan dengan /ŋa/. Contoh:

/dondeŋ/ „ayam‟ → /dondeŋŋa/ „ayamnya‟ /biraŋ/ „istri‟ → /biraŋŋa/ „istrinya‟

2.6.7. Partikel

Partikel atau kata tugas hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal.

1) Partikel –si atau –mosi menyatakan aspek prekuentatif, dapat diterjemahkan dengan „lagi‟. Contoh:

/ratu/ „datang‟ → /ratumosi/ „datang lagi‟ /iko/ „kamu‟ → /ikosi/ „kamu lagi‟ 2) Partikel –mi yang mengandung makna:

a. Menyatakan aspek perfektif, misalnya: /terro/ „tinggal‟ → /terromi/ „sudah tinggal‟ /mate/ „mati‟ → /matemi/ „sudah mati‟ b. Menyatakan perintah atau ajakan:

/ala/ „ambil‟ → /alami/ „ambillah‟ /baca/ „baca‟ → /bacami/ „bacalah‟ 3) Partikel –ra mengandung makna:

a. Sebanding dengan –lah dan –kah dalam bahasa Indonesia, misalnya: /iko/ „kamu‟ → /ikora/ „kamulah‟

(44)

II-18 b. Dapat diterjemahkan dengan „hanya‟, misalnya:

/putti/ „pisang‟ → /puttira/ „hanya pisang‟ /kore/ „dua‟ → /korera/ „hanya dua‟ 4) Partikel –pi mengandung makna:

a. Dapat diterjemahkan dengan „sesudah‟, misalnya: /sule/ „pulang‟ →/sulepi/ „sesudah pulang‟

/loppo/ „lapar‟ → /loppopi/ „sesudah lapar‟ b. Dapat diterjemahkan dengan „lagi‟, misalnya:

/ira/ „iris‟ → /irapi/ „iris lagi‟ /sioq/ „ikat‟ → /sioqpi/ „ikat lagi‟ 5) Partikel –pa (nanti), misalnya:

/iko/ „kamu‟ → /ikopa/ „nanti kamu‟ /indo/ „ibu‟ → /indopa/ „nanti ibu‟

2.6.8. Perulangan

Kata perulangan adala kata yang terjadi karena proses reduplikasi atau pengulangan kata.

1) Perulangan kata benda (KB)

a. Perulangan kata dasar kata benda (KB) secara utuh. Contoh:

/bola/ „rumah‟ → /bola-bola/ „rumah kecil‟ /bulu/ „bulu‟ → /bulu-bulu/ „bulu-bulu‟

b. Perulangan kata dasar berkombinasi dengan imbuhan Contoh:

1. Awalan + perulangan seluruhnya, misalnya: /bulu/ „bulu‟ → /maqbulu-bulu/ „berbulu-bulu‟ /duri/ „duri‟ → /maqduri-duri/ „berduri-duri‟ 2. Perulangan seluruhnya + akhiran, misalnya:

/lumuq/ „lumut‟ → /lumuq-lumutan/ „dalam keadaan berlumut‟ /tau/ „orang‟ → /tau-tauan/ „halusinasi‟

2) Perulangan kata kerja (KK)

(45)

II-19 Contoh:

/baluŋ/ „jual‟ → /baluŋ-baluŋ/ „barang jualan‟

/luttu/ „terbang‟ → /luttu-luttu/ „terbang tanpa tujuan‟ b. Perulangan sebagian, misalnya:

Contoh:

/kumilaŋ/ „berteriak‟ → /kumilaŋ-milaŋ/ „berteriak-teriak‟ /reba/ „lempar‟ → /kareba-reba/ „melempar-lempar‟ c. Perulangan kata dasar berkombinasi dengan imbuhan, yaitu:

1. Awalan + perulangan seluruhnya, misalnya: /gora/ „teriak‟ → /migora-gora/ „berteriak-teriak‟ /coba/ „coba‟ → /dicoba-coba/ „dicoba-coba‟ 2. Perulangan seluruhnya + akhiran, misalnya:

/rebuq/ „cabut‟ → /rebuq-rebuqi/ „cabut-cabuti‟ /jama/ „kerja‟ → /jama-jamaan/ „pekerjaan‟

3. Awalan + perulangan seluruhnya + akhiran, misalnya: /lari/ „lari‟ → /makkalari-larian/ „semuanya lari‟ /kita/ „lihat‟ → /sikita-kitaan/ „saling meniru‟ 3) Perulangan kata sifat (KS)

a. Perulangan kata sifat (KS) secara utuh, misalnya: /siqpiq/ „sempit‟ → /siqpiq-siqpiq/ „agak sempit‟ /milaq/ „kilau‟ → /milaq-milaq/ „kilau-kemilau‟

b. Perulangan kata dasar berkombinasi dengan imbuhan yaitu sebagai berikut:

1. Awalan + yang paling produktif dalam pembentukan KS ialah ma-. Hubungan antara ma- dengan KS sangat erat sehingga tanpa ma-, KS itu terasa belum sempurna. Contoh :

/lea/ „merah‟ → /malea-lea/ „agak merah‟ /siriq/ „malu‟ → /masiriq-siriq/ „agak merah‟

2. Pengulangan KS dapat pula dilakukan dengan kombinasi awalan yang lain, seperti terlihat pada contoh berikut:

(46)

II-20 /kondoq/ „kendur‟ → /kakondoq-kondoq/ „maju mundur‟

3. Perulangan seluruhnya + akhiran, misalnya: /baru/ „baru‟ → /baru-baruan/ „pembosan‟ /baqci/ „marah‟ → /baqci-baqcian/ „pemarah‟

4. Awalan + perulangan seluruhnya + akhiran, misalnya: /baqci/ „marah‟ → /paqbaqci-baqcian/ „pemarah‟

/tolle/ „bodoh‟ → /sitolle-tollean/ „saling memperbodoh‟ 4) Perulangan kata bilangan (KBil)

a. Perulangan kata dasar kata bilangan secara utuh misalnya: /mesaq/ „satu‟ → /mesaq-mesaq/ „seorang diri‟

/kore/ „dua‟ → /kore-kore/ „dua-dua‟ /tallu/ /tiga/ → /tallu-tallu/ „tiga-tiga‟

b. Perulangan kata dasar berkombinasi dengan imbuhan, yaitu: 1. Awalan + perulangan seluruhnya, misalnya:

/mesaq/ „satu‟ → /simesaq-mesaq/ „masing-masing mendapat satu‟ /kore/ „dua‟ → /sipakkore-kore/ „berdua-duaan‟

2. Awalan + perulangan seluruhnya + akhiran, misalnya: /tallu/ „tiga‟ → /ditallu-tallui/ „dilakukan oleh tiga orang‟

/aqpaq/ „empat‟ → /diaqpaq-aqpaqi/ „dilakukan oleh empat orang‟

2.7 Perhitungan Akurasi

Perhitungan akurasi dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi dari hasil klasifikasi, dengan cara menghitung jumlah record uji yang kelasnya diprediksi secara tepat. Dapat dilihat pada persamaan dibawah ini (Parvin et al, 2008).

x100 …(2.1)

Jumlah predikasi benar adalah jumlah record data uji yang diprediksi kelasnya menggunakan metode klasifikasi dan hasilnya sama dengan kelas sebenarnya. Sedangkan jumlah total prediksi adalah jumlah keseluruhan record yang diprediksi kelasnya (seluruh data uji).

(47)

II-21

2.8 Penelitian Terkait

Berikut ini beberapa penelitian terkait tentang algoritma stemming teks pada bahasa daerah:

Tabel 2.3 Penelitian Terkait

No Peneliti (Tahun) Judul Keterangan

1

Gusti Ngurah Mega Nata dan Putu Pande Yudiastra

(2017)

Stemming Teks Sor-Singgih

Bahasa Bali

Pada pengujian ini jumlah kata sor-singgih yang digunakan sejumlah 357 kata pada satu dokumen bahasa Bali. Dari hasil pengujian 85% kata di stemming dengan benar.

2 Mar‟atus Madia (2016)

Stemming Bahasa Jawa Untuk

Mencari Akar Kata Dalam Bahasa Jawa Dengan Aturan Analisis Kontrasif Afiksasi Verba

Pada pengujian algoritma

stemming bahasa Jawa dengan

menggunakan aturan analisis kontrasif verba ini hasil akurasi yang didapat yaitu sebesar 92,881% dengan 16.745 kata bahasa Jawa.

3 Fatkhul Amin dkk (2016)

Stemmer Bahasa Jawa Ngoko

Dengan Metode Affix Removal

Stemmers (Rule Based

Approach)

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah Stemmer Bahasa Jawa Ngoko ini mampu membuat dan menghasilkan kata dasar jawa ngoko dengan benar sebesar 62% atau 21 dari 34 (ater-ater/awalan, seselan/sisipan dan penambang/akhiran)

4 Rakhmad Maulidi (2016)

Stemmer Untuk Bahasa Madura

Dengan Modifikasi Metode

Enhanced Confix Stripping

Stemmer

Dari hasil penelitian yang didapat padastemmer bahasa Madura menggunakan metode ECS ini adalah penelitian hanya menggunakan 3 dialek dari 4 dialek utama dalam bahasa Madura yaitu dialek Sumenep, Bangkalan dan Pamekasan dan penelitian ini hanya sebatas menganalisa apakah metode ECS ini memungkinkan digunakan untuk stemmer pada bahasa Madura dengan melakukan penyesuaian pada

rule base-nya seseuai dengan

morfologi atau aturan tata bahasa Madura.

5 Andhy Purwoko (2011)

Model Stemming Berbasis Kamus Untuk Dokumen Berbahasa Sunda

Pada pengujian seluruh kata bahasa sunda yang memiliki 10.416 Kata, stemming yang

Gambar

Gambar                          Halaman
Tabel                Halaman
Gambar   Keterangan
Gambar 2.1 Gambaran Sebuah Algoritma
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis: H1 : µA1 ≠ µA2, artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

Dalam pelaksanaan tugas proses belajar mengajar di Jurusan Pendidikan Matematika, seluruh dosen memiliki beban tugas perminggu yang relatif merata dengan mengacu kepada

Daya dukung lahan tambak dapat berubah akibat perubahan input teknologi seperti peningkatan kadar oksigen dalam air dengan aerator, pengolahan air bakau, pemupukan untuk

secara lugas menggambarkan gerakan mereka yang memaksakan diri untuk tetap menerapkan hukum Islam di Indonesia.. Melihat berbagai dinamika realitas dakwah sebagaimana temuan di

Kriteria Pembagian urusan antar Pemerintah, daerah Provinsi/Kabupaten/Kota Untuk mewujudkan pembagian kewenangan yang concurren (artinya urusan pemerintahan yang

Komputer yang digunakan untuk mengakses internet berarti komputer ter-sebut sudah dihubungkan oleh suatu jaringan ke jaringan lain yang lebih besar yang mencakup seluruh wilayah

Bagi hasil maksimal sesuai syariah + keuntungan Uchrawi 2,5% (I 0 +R)x 700.. • Komposisi portofolio investasi saat ini yang tidak memberikan hasil optimal. • Dibentuk

Berdasarkan tabel hasil analisis jalur di atas, dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu Variabel remunerasi mempunyai pengaruh searah terhadap efektivitas kerja di Kantor