TINGKAT STRES AKADEMIK MAHASISWA UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG DALAM PEMBELAJARAN DARING
SELAMA PANDEMI COVID-19
SKRIPSI
Oleh:
Putri Luluk Fatimah 201410230311184
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Teriring salam dan doa atas karunia Allah SWT yang selalu senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang dalam Pembelajaran Daring selama Pandemi COVID-19, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak M. Salis Yuniardi. M.Psi, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Zainul Anwar. M.Psi dan Ibu Dian Caesaria Widyasari, M.Sc selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan kesabaran untuk memberikan bimbingan dan arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Seluruh Dosen, staf Tata Usaha, staf laboratorium, dan asisten laboratorium Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan.
4. Keluarga terkasih Ibu Siti Rohmah, Ayah Ali Maksum, kakak penulis Machruzi Rizki Fawzi, dan adik penulis Alvi Nurul Azizah yang selalu memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang yang tidak terhingga.
5. Kawan-kawan HMI dan LSO Psychology Club yang telah memberikan penulis proses yang sangat berharga dan pengalaman yang tak terlupakan.
6. Teman-teman Psikologi kelas F angkatan 2014 yang telah memberikan kenangan manis dan kekompakannya tak terlupakan.
7. Teman-teman ajaibku yang berjuang bersama-sama, Cyndy, Chichi, Rimba, dan Itam yang terus mengingatkan, membantu, dan memberi semangat hingga akhir.
8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, penulis menyadari bahwa tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Malang,
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
Surat Pernyataan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ...iv
Daftar Tabel ... v
Daftar Gambar ... vi
Daftar Lampiran ... vii
Kata Kunci / Keywords ... 1
Pendahuluan ... 2
Landasan Teori ... 5
Metode Penelitian ... 10
Hasil Penelitian ... 12
Diskusi ... 13
Simpulan dan Implikasi ... 15
Referensi ... 16
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 10
Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabilitas Skala Persepsi Stres Akademik 11 Tabel 3. Tingkat Stres Akademik Mahasiswa... 12
Tabel 4. Tingkat Stres Akademik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 12
Tabel 5. Tingkat Stres Akademik Berdasarkan Tahun Masuk ... 12
Tabel 6. Analisis Aspek Stres Akademik ... 13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kurva Yerkes-Dodson ...6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Blue Print Skala Persepsi Stres Akademik (Try Out)... 22
Lampiran 2. Tabel Daftar Sebaran Aitem Skala Persepsi Stres Akademik (Try Out) ... 22
Lampiran 3. Skala Try Out ... 23
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Skala Persepsi Stres Akademik ... 24
Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas Skala Persepsi Stres Akademik ... 24
Lampiran 6. Instrumen Penelitian ... 25
Lampiran 7. Norma Kategorisasi Skoring ... 25
Lampiran 8. Output Analisa Deskriptif ... 26
Lampiran 9. Hasil Uji Verifikasi... 28
Lampiran 10. Hasil Uji Plagiasi ... 29
TINGKAT STRES AKADEMIK MAHASISWA UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG DALAM PEMBELAJARAN
DARING SELAMA PANDEMI COVID-19
Putri Luluk Fatimah
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang [email protected]
Ketidaksiapan akan transisi dari pembelajaran tradisional secara tatap muka ke pembelajaran daring karena situasi pandemi COVID-19 dapat menimbulkan stress tersendiri bagi mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel insidental untuk mengetahui gambaran tingkat stres akademik mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang dalam pembelajaran daring selama pandemi COVID-19. Subjek penelitian berjumlah 211 orang dari 10 Fakultas angkatan 2017, 2018, 2019, dan 2020. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Skala Persepsi Stres Akademik yang disesuaikan dengan konteks pembelajaran daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas subjek mengalami stres akademik pada tingkat sedang, artinya subjek mengalami stres akademik tetapi masih dalam tingkat yang dapat dikelola tanpa mengganggu fungsi sehari-hari. Berdasarkan tiga aspek stres akademik menunjukkan bahwa aspek tuntutan akademik, aspek beban tugas dan ujian, serta aspek persepsi diri akademik mahasiswa berada pada kategori tingkat sedang. Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk mengelola stres akademik yang mereka rasakan serta mengidentifikasi mahasiswa yang lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental agar menjadi target utama untuk mendapatkan intervensi yang sesuai.
Kata Kunci: Stres Akademik, Pembelajaran Daring
The sudden transition from traditional face-to-face learning method into online learning can be stressful for students. This is a descriptive quantitave research using accidental sampling technique to describe the levels of academic stress among students in University of Muhammadiyah Malang during online learning throughout the COVID-19 pandemic. A total of 211 students participated in this research are from 10 Faculties in Muhammadiyah Malang University between year 2017 to 2020. Perception of Academic Stress (PAS) Scale was used in this study which statements are adjusted to online learning contexts. The result shows that majority of the subjects are having moderate academic stress which indicates a manageable academic stress level for students. The three aspects of academic stress including aspects related to academic expectations, aspects related to workload and test difficulty, and aspects related to students’ academic self-perceptions are on the moderate category as well. Results of this study are expected to help students regulating their academic stress and identify high risks students as the main target of an interventions.
Keywords: Academic Stress, Online Learning
2
Pada bulan Desember 2019, Coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2, awalnya disebut 2019- nCoV) dan penyakitnya yang disebut Coronavirus Disease (COVID-19) telah ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Infeksi pneumonia akut dengan gejala seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, kesulitan bernapas, dan mual. Penyakit tersebut kemudian dikategorikan sebagai pandemi global oleh badan kesehatan dunia WHO pada tanggal 11 Maret 2020 dikarenakan virus tersebut mulai menyebar secara luas ke 188 negara lainnya dengan cepat. Hingga April 2021, di Indonesia tercatat sekitar lebih dari 1.550.000 orang telah terjangkit COVID-19 dengan total kematian mencapai lebih dari 42.000 orang (WHO, 2021).
Penelitian oleh Bao et al (2020) menunjukkan bahwa wabah penyakit menular seperti COVID- 19, sangat berhubungan erat dengan gejala penyakit mental dan stres secara psikologis sebagai respon individu terhadap pandemi tersebut. Dalam situasi yang parah, stres dapat menyebabkan masalah mental yang serius seperti kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan ketakutan. Penelitian yang didasarkan pada wabah SARS 2003 menunjukkan bahwa selama epidemi berlangsung, telah menimbulkan berbagai masalah psikologis seperti ketakutan dan kecemasan (Mihashi et al, 2009), serta gangguan stres pasca trauma dan depresi (Tang et al, 2020). Penelitian di Cina menunjukkan bahwa 25% dari jumlah populasi secara umum mengalami stres dengan tingkat sedang hingga akut sebagai respon terhadap COVID-19 (Qiu et al, 2020; Wang et al, 2020). Isolasi karena alasan medis telah menyebabkan tingkat stres yang tinggi di Singapura dan Korea yang disebabkan oleh wabah SARS pada tahun 2003 (Lee et al, 2018) dan wabah MERS pada tahun 2015 (Kim et al, 2019).
Konsep dari social distancing dan physical distancing mengharuskan setiap orang untuk tetap di rumah untuk membatasi kontak individu dengan individu lain dan objek yang beresiko. Menanggapi hal tersebut, lockdown dengan berbagai tingkatan segera diberlakukan di beberapa negara untuk mengurangi penyebaran virus dan kasus positif COVID-19 secara signifikan. Karantina atau isolasi dapat menjadi sangat efektif untuk sementara waktu dalam melindungi dan memulihkan kesehatan masyarakat. Karantina didefinisikan sebagai pembatasan akses individu terhadap dunia luar atau lingkungan kerja atau area geografis tertentu dimana individu tersebut tinggal. Karantina memengaruhi tiga komponen utama dari kesehatan mental, yakni otonomi, kompetensi, dan keterhubungan. Dalam periode karantina, masyarakat merasa terisolasi karena ketidakmampuan untuk berhubungan dengan individu lain dan melakukan rutinitas harian. Terganggunya rutinitas harian mengakibatkan perubahan perilaku yang pada akhirnya mengakibatkan stres (Rai, Parul, & Pallav, 2020). Rasa takut juga menempatkan seseorang dalam resiko yang lebih besar terkena masalah kesehatan fisik dan mental. Rasa takut menyebabkan seseorang stres yang akan menekan keefektifan dari sistem kekebalan tubuh (Bhat et al, 2020).
Stres dapat memengaruhi individu dari segala usia, gender, status ekonomi, agama, dan pekerjaan apapun. Penyebab dan tingkat stres berbeda pada setiap orang yang disebabkan oleh berbagai faktor. Stres didefinisikan sebagai tekanan, ketegangan, atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Stres merupakan kondisi ketika tekanan yang dirasakan melebihi kemampuan untuk mengatasinya (Palmer et al, 2003). Sedangkan menurut Lazarus dan Folkman (dalam Agusmar et al, 2019), stres merupakan hubungan antara individu dan lingkungan yang melampaui kemampuan dan membahayakan kesejahteraannya. Dampak dari stres baik dalam segi emosional maupun fisik dapat mengganggu. Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, lebih dari lima puluh persen individu merasakan bahwa stres telah memengaruhi produktivitas kinerja mereka. Salah satu kelompok yang
3
dipengaruhi oleh stres selama pandemi COVID-19 adalah mahasiswa. Penyebaran virus yang terjadi secara terus menerus, karantina yang ketat, dan keterlambatan dalam memulai pembelajaran di universitas memengaruhi kesehatan mental mahasiswa (Cao, 2020). Peningkatan kasus terinfeksi telah menimbulkan perasaan cemas dan ketidakpastian akan apa yang akan terjadi kedepannya. Hal ini juga mengakibatkan tingkat stres yang tinggi terhadap mahasiswa. Lebih dari 68% mahasiswa di Kathmandu dilaporkan mengalami stres yang disebabkan oleh karantina. Stres ini dapat berperan dalam efek yang tidak menguntungkan dalam pembelajaran dan kesehatan psikologis mahasiswa (Sahu, 2020).
Dalam penelitian yang dilakukan, ditemukan hubungan yang erat antara peristiwa dalam hidup yang penuh tekanan dengan penurunan kinerja akademis mahasiswa, begitu pula dengan hubungan antara kualitas hidup terkait masalah kesehatan dengan stres (Khan, 2018). Penelitian lain yang dilakukan oleh Dunne et al (2010) menyatakan bahwa pemicu terjadinya stres pada mahasiswa antara lain yaitu tingginya beban pembelajaran, ketidaksiapan dalam menerima pelajaran, serta lingkungan yang tidak nyaman. Selain itu, penelitian oleh Suharsono dan Anwar (2020) juga menyatakan bahwa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang mengalami stress dengan kategori sedang sebanyak 55% dan 45% lainnya berada pada kategori rendah. Dengan munculnya wabah COVID-19, mahasiswa dipaksa untuk segera beradaptasi dengan lingkungan, kegiatan, dan kebiasaan baru yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya, yang dapat memicu situasi yang penuh tekanan. Sebelum pandemi terjadi, satu dari lima mahasiswa di seluruh dunia telah didiagnosa mengalami satu atau lebih gangguan mental (Auerbach et al, 2016), dan keadaan darurat akibat COVID-19 akan menciptakan ketakutan dan mengarah ke permasalahan psikologis yang dapat meningkatkan angka tersebut dan memperburuk masalah kesehatan mental mahasiswa.
Sejak Maret 2020, pemerintah meliburkan semua institusi pendidikan di Indonesia untuk menekan angka penyebaran COVID-19 dan menyarankan pembelajaran daring dari rumah selama masa pandemi. Penelitian oleh Van Bortel (2016) menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami emosi negatif yang berlipat ganda akibat ditutupnya universitas. Beberapa mahasiswa akan merasa kesulitan untuk mengatasi rasa kesepian dan kesendirian dikarenakan isolasi yang memisahkan dirinya dengan individu lainnya. Selain itu, mahasiswa juga merasa stres yang disebabkan oleh ketidakpastian dan kacaunya kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh mahasiswa akibat penutupan universitas. Akibat pandemi COVID-19, mahasiswa terpaksa menghentikan proyek penelitian dan kegiatan magang yang mengancam studi mereka dan menyebabkan tertundanya kelulusan.
Per tanggal 17 April 2020, diperkirakan 91,3% atau sekitar 1,5 miliar pelajar di dunia tidak bisa melanjutkan pendidikannya di institusi pendidikan dikarenakan munculnya pandemi COVID- 19 (UNESCO, 2020). Dalam jumlah tersebut termasuk di dalamnya kurang lebih 45 juta pelajar di Indonesia atau sekitar 3% dari jumlah populasi yang terkena dampak COVID-19 secara global (Badan Pusat Statistik, 2020). Segala upaya telah dilakukan oleh universitas untuk mengakomodasi dan mendukung kesejahteraan mahasiswa, mulai dari segi kesehatan, keamanan, serta pendidikan mahasiswa. Dengan ditutupnya universitas, kegiatan pembelajaran dari yang semula tatap muka diganti menjadi pembelajaran jarak jauh secara daring. Sebanyak 34% dari responden penelitian Bhat et al (2020) memandang bahwa kelas daring mampu membantu kinerja akademis mahasiswa selama pandemi berlangsung dan akan menyelamatkan masa depan mahasiswa.
4
Dengan bergantinya metode pembelajaran yang semula tatap muka menjadi pembelajaran daring, tenaga pendidik dan mahasiswa diminta untuk tetap berada di rumah dan tetap menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka seperti biasa. Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam metode pembelajaran daring. Asun dan llo (2020) melakukan penelitian terhadap mahasiswa program studi Bahasa Inggris di UKI Toraja. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pembelajaran daring merupakan hal yang baik untuk dilakukan selama pandemi COVID-19, namun juga terdapat kekurangan dalam hal ketersediaan akses intenet, masalah finansial, dan implementasi dari pembelajaran daring. Salah satu kekurangan dalam pembelajaran daring adalah, universitas diharuskan untuk menyesuaikan tugas yang didesain untuk pembelajaran tatap muka agar cocok dijadikan sebagai tugas daring. Mahasiswa, sama halnya dengan universitas, merasa bingung dengan prosedur yang dijalankan dalam hal administrasi dan penugasan. Hal ini menjadi sulit untuk para tenaga pendidik memonitor mahasiswa dalam mengerjakan tugas daring dan memastikan mahasiswa untuk tidak mencotek selama pengerjaan tes daring. Selain itu, mahasiswa yang tidak memiliki akses internet juga akan dirugikan dalam pembelajaran daring, yang kemudian akan memengaruhi nilai mereka. Variabel-variabel utama yang menentukan efektivitas pembelajaran daring antara lain teknologi, karakteristik tenaga pendidik, dan karakteristik peserta didik. Selain itu, pembelajaran daring membutuhkan lebih banyak ketekunan, keterlibatan, dan keterampilan dalam aplikasi dari mahasiswa daripada pembelajaran tradisional secara tatap muka dan bahwa hal ini akan lebih maksimal apabila mahasiswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran daring (Yudko, Hirokawa, & Chi, 2008). Namun penelitian yang dilakukan oleh Zhai dan Du (2020) dan Sarwar et al (2015) menyatakan bahwa transisi dari pembelajaran tatap muka ke pembelajaran daring akan menyebabkan stres akut dikarenakan ketidaksiapan mahasiswa untuk beradaptasi dan kurangnya waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Penelitian serupa oleh Simpson (2000) menyimpulkan bahwa pembelajaran jarak jauh berhubungan dengan tingkat stres yang tinggi.
Sejalan dengan penelitian di atas, sekitar 61.7% dari seluruh partisipan penelitian yang dilakukan oleh Acharya (2020) menyatakan lebih memilih pembelajaran tradisional secara tatap muka dan sekitar 73.7% partisipan mengaku tidak puas dengan pembelajaran daring. Sedangkan penelitian yang dilakukan di India oleh Fatima dan Raj (2020) menyatakan bahwa 78.5% mahasiswa merasa tidak nyaman dengan metode pembelajaran online serta lebih dari 50% mahasiswa mengalami stres dan kesehatan mental yang buruk. Mahasiswa terpengaruh oleh karantina dan akhirnya melakukan pembelajaran dalam keadaan yang tidak mendukung. Mahasiswa juga merasa stres dengan studi mereka dan merasa tidak nyaman dengan pembelajaran daring. Pembelajaran dengan persiapan yang kurang matang juga memperburuk kinerja mahasiswa dalam pembelajaran. Sebanyak 30% dari total 300 partisipan penelitian yang dilakukan oleh Acharya (2020) mengalami kesulitan dalam mengakses internet yang juga menjadi penyebab timbulnya stres pada mahasiswa. Sedangkan sekitar 68% partisipan mengalami stres yang disebabkan oleh ketidakpastian akan pandemi COVID-19. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Rehman et al (2020) juga mendukung penelitian-penelitian serupa dengan menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami stres dengan level sedang selama karantina. Hal ini dapat disebabkan oleh penutupan universitas yang berujung pada terbatasnya dukungan teknologi dan pengetahuan yang mengakibatkan ketidakpastian mengenai masa depan dari mahasiswa. Sebagai tambahan, pembelajaran daring dapat mengganggu dikarenakan permasalahan teknologi yang dapat merugikan masa depan.
5
Pandemi ini menuntut mahasiswa untuk beradaptasi terhadap pembelajaran daring meskipun dengan sumber yang terbatas, yang memicu level stres di atas normal. Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa mahasiswa sering berinteraksi dengan satu sama lain secara tatap muka dalam situasi sosial. Selama karantina, dengan ditutupnya universitas, interaksi sosial secara fisik telah dibatasi yang menimbulkan stres. Dalam hal pembelajaran, mahasiswa diharuskan menggunakan media daring yang tidak biasa mereka gunakan dalam pembelajaran tradisional. Pembelajaran daring akan terus diterapkan hingga waktu yang tidak dapat ditentukan sehingga penelitian tentang stres mahasiswa dalam pembelajaran daring sangat penting untuk dilakukan, mengingat pandemi COVID-19 masih berlangsung sampai saat penelitian ini dibuat. Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat stres akademik mahasiswa dalam pembelajaran daring selama pandemi COVID-19 dan membantu mengidentifikasi mahasiswa dengan resiko tinggi akan masalah kesehatan mental agar menjadi target untuk mendapatkan intervensi yang sesuai.
Stres Akademik
Stres sudah menjadi bagian dari hidup manusia yang tidak bisa dielakkan. Kupriyanov dan Zhdanov (2014) menyatakan bahwa stres yang ada saat ini telah menjadi atribut kehidupan modern. Kata “stres” dari bahasa Latin telah diciptakan sejak abad ke-17 dan digunakan untuk mengungkapkan kesulitan, beban, dan penderitaan. Stres paling tepat untuk menggambarkan reaksi tubuh terhadap perubahan yang membutuhkan respon, penyesuaian, dan/atau adaptasi secara fisik, psikologis, maupun secara emosional (Bamuhair et al, 2015).
Stres adalah suatu bentuk ketegangan fisik, psikis, emosi, dan mental, yang dialami oleh seseorang sehingga dapat memengaruhi kegiatan orang tersebut. Dari sisi psikologis, pengertian stres disebut juga sebagai suatu gangguan mental yang terjadi pada seseorang akibat adanya tekanan yang berasal dari luar maupun dalam dirinya sendiri. Stres yang dialami seseorang dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas seseorang dalam berkegiatan, bahkan dapat menimbulkan rasa sakit pada tubuh (Suharsono & Anwar, 2020).
Stres dapat berasal dari situasi, kondisi, pemikiran, dan/atau keadaan yang beragam dan menyebabkan frustrasi, kecemasan, dan/atau ketegangan. Beberapa peneliti mendefinisikan stres sebagai respon tidak diinginkan akibat tekanan ekstrim yang dibebankan terhadap individu. Stres juga bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang (American Psychiatric Association, 2013). Stres muncul ketika individu dihadapkan pada situasi yang dirasa tidak tertahankan dan tidak dapat dikendalikan (Khan, 2018).
Mahasiswa merupakan bagian dari kelompok individu yang rentan untuk mengalami ketidakseimbangan homeostasis akibat stres yang berasal dari kehidupan akademik. Tanggung jawab dan tuntutan kehidupan akademik pada mahasiswa dapat menjadi bagian stres yang biasa dialami mahasiswa. Selain itu, sumber stres akademik adalah situasi yang monoton, kebisingan, tugas yang terlalu banyak, harapan yang mengada-ngada, ketidakjelasan, kurangnya kontrol, keadaan bahaya dan kritis, tidak dihargai, diacuhkan, kehilangan kesempatan, aturan yang membingungkan, tuntutan yang saling bertentangan, dan deadline tugas perkuliahan (Suwartika, Nurdin & Ruhmadi, 2014). Tuntutan terhadap mahasiswa juga dapat merupakan sumber stres yang potensial (Shenoy dalam Kholidah dan Alsa, 2012).
6
Gambar 1. Kurva Yerkes-Dodson (Greenberg dalam Gaol, 2016)
Mengacu pada Kurva Yerkes-Dodson, Le Fevre, Matheny, dan Kolt (dalam Gaol, 2016), menginterpretasikan bahwa stres yang dapat berdampak positif (eustress) terhadap kesehatan dan kinerja adalah pada saat stres itu tidak melebihi tingkat maksimal. Sedangkan stres yang melebihi tingkat maksimal dapat memberikan dampak negatif (distress) terhadap kinerja dan kesehatan. Timbulnya stres yang berdampak positif atau negatif ditentukan oleh jumlah tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan yang tersedia baik secara fisik dan psikologis untuk menghadapi sumber stres.
Stres yang dapat memberikan dampak positif dinamakan eustress, dan stres yang memberikan dampak negatif disebut distress. Stres dalam makna positif dapat meningkatkan kesehatan biopsikososial dan memfasilitasi kinerja seseorang. Selain itu, stres positif (eustress) dinilai penting sebagai motivasi, adaptasi, dan reaksi terhadap lingkungan sekitar. Namun, stres dengan tingkatan tinggi dapat berakibat pada masalah biologis, psikologis, dan sosial dan bahkan dapat menyebabkan masalah serius pada beberapa orang (Shahsavarani et al, 2015). Oleh karena itu, stres termasuk sebuah masalah persepsi individu. Suatu situasi yang dianggap penuh tekanan oleh seseorang bisa jadi bukanlah suatu masalah bagi individu lain.
Stres merupakan pengaruh baik dari luar maupun dari dalam diri seseorang yang mengganggu keberlangsungan hidup. Stres dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1. Berdasarkan stressornya (fisiologis atau psikologis);
2. Berdasarkan pengaruhnya terhadap individu (stres positif/eustress atau stress negatif/distress); dan
3. Berdasarkan seberapa lama stres tersebut dialami (akut/jangka pendek atau kronis/jangka panjang).
Gejala stres menurut Agolla (2009) antara lain kehilangan energi, meningkatnya tekanan darah, suasana hati yang tidak baik, kesulitan dalam berkonsentrasi, rasa tidak sabar, serta rasa cemas dan tertekan. Lebih jelasnya, menurut Bhargava dan Trivedi (2018), gejala stres yang umum terjadi pada mahasiswa antara lain sakit kepala; otot-otot tegang, nyeri di bagian leher dan punggung; kelelahan; rasa takut, resah, cemas, dan gelisah; gangguan tidur; rasa marah yang
7
tiba-tiba dan intens; mudah tersinggung; rasa bosan atau tertekan; dan perubahan pola makan. Sedangkan menurut Gamayanti, Mahardianisa, dan Syafei (2018), gejala stres dibagi menjadi:
1. Gejala fisik, berupa kelelahan, mual, migrain dan sakit kepala, dan otot tegang;
2. Gejala emosional, berupa perubahan suasana hati, merasa gelisah, cemas, dan tidak memiliki semangat dalam melakukan aktivitas;
3. Gejala psikologis, berupa kesulitan dalam berkonsentrasi, pikiran menjadi kacau, dan peningkatan dalam berpikir negatif; dan
4. Gejala perilaku, berupa perubahan dalam beraktifitas, penarikan diri, gangguan tidur (tidak bisa tidur atau terbangun tengah malam dan tidak dapat melanjutkan tidurnya) dan perubahan pola makan
Sumber dari stres (stressor) merupakan segala bentuk keadaan atau peristiwa yang mengganggu fungsi seseorang dan memaksa mereka untuk melakukan penyesuaian diri. Stressor dapat berupa tuntutan dari lingkungan internal dan eksternal yang mengganggu keseimbangan, yang memengaruhi kesejahteraan secara fisik maupun psikologis seseorang. Stressor dapat berbeda pada satu individu dengan individu lainnya, yang berarti bahwa apa yang menjadi stressor untuk satu individu bisa jadi bukan merupakan stressor untuk individu lainnya.
Stres akademik pada mahasiswa telah lama menjadi topik studi penelitian dan peneliti menemukan berbagai faktor penting yang menjadi stressor bagi mahasiswa, termasuk diantaranya adalah pemberian tugas yang berlebihan, persaingan tidak sehat antara mahasiswa, takut akan kegagalan dalam pencapaian akademis, buruknya hubungan interpersonal dengan sesama mahasiswa maupun dengan tenaga pendidik, serta masalah keluarga (Khan, 2018). Blona (dalam Mazo, 2015) menyatakan bahwa mahasiswa mengalami stres dikarenakan beberapa mahasiswa dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, teman baru, tekanan akademis, dan permasalahan seksual. Memasuki perguruan tinggi juga dapat menambah stres finansial pada mahasiswa dan keluarga mahasiswa. Situasi ini berujung pada tangan bergetar, otot tegang, migrain, sakit kepala, dan beberapa gejala stres yang lain.
Stres akademik merupakan salah satu bagian dari jenis stres yang dialami oleh mahasiswa. Stres akademik dapat disebabkan oleh faktor eksternal karena pengaruh lingkungan, atau disebabkan persepsi internal seseorang. Menurut Dunne et al (2010), beberapa aspek yang memengaruhi stres akademik antara lain tekanan pelajaran, kekhawatiran terhadap nilai, kesedihan, harapan diri, dan beban pembelajaran yang dirasakan. Sedangkan menurut Bedewy dan Gabriel (2015), terdapat 3 sebab utama dari stres akademik pada mahasiswa, yaitu:
1. Aspek yang berhubungan dengan ekspektasi akademik dan tekanan untuk berprestasi Banyak penelitian menunjukkan bahwa tekanan dari orang tua dan ekspektasi dari dosen berhubungan dengan stres (Tangade et al, 2011). Sebaliknya, dikatakan bahwa
dukungan dari orang tua dapat memprediksi rendahnya tingkat stres dan kecemasan saat ujian, dikarenakan ancaman akan evaluasi negatif berkurang (Putwain et al, 2010). 2. Beban tugas dan kesulitan dalam ujian dan format ujian
Dalam banyak penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, faktor-faktor yang sering dilaporkan yang berkontribusi terhadap stres dan kecemasan adalah banyaknya beban
8
tugas, kurangnya olahraga fisik, dan panjangnya durasi ujian (Harikiran et al., 2012). Selain itu juga ketakutan akan kegagalan, ketidakpastian terhadap masa depan, dan banyaknya tugas merupakan sumber stres yang paling utama pada mahasiswa (Shah et al., 2010).
3. Aspek yang berhubungan dengan persepsi diri akademik mahasiswa
Faktor yang berhubungan dengan persepsi diri akademik mahasiswa meliputi beberapa hal, khususnya yang berkaitan dengan karakteristik kepribadian, kecerdasan, prestasi akademik yang pernah diraih sebelumnya, dan sumber lain yang terkait dengan lingkungan akademik dan psikososial (Bedewy & Gabriel, 2015).
Sistem pembelajaran juga dapat memengaruhi tingkat stres akademik yang dialami oleh mahasiswa. Beberapa sumber stres yang dimaksud antara lain ruang belajar yang terlalu berdesakan, banyaknya tugas, kompetisi sesama mahasiswa, sistem penilaian semester, serta kurangnya fasilitas dan sumber pembelajaran untuk mengerjakan tugas akademik (Awing & Agolla dalam Reddy et al, 2018). Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa beberapa faktor yang berpengaruh terhadap stres selama periode ujian antara lain banyaknya tugas yang diberikan, kurangnya kegiatan fisik, dan durasi ujian yang panjang (Harikiran et al, 2012). Merujuk pada Lazarus dan Folkman (dalam Gaol, 2016), ada dua tahap penilaian yang dilakukan oleh manusia ketika sedang mengalami stres yaitu:
1. Primary Appraisal, dilakukan oleh individu pada saat mulai mengalami suatu peristiwa. Terbagi dalam 3 tahap, yaitu
a. Irrelevant
Irrelevant (tidak berkaitan) terjadi ketika seseorang berhadapan dengan situasi yang tidak memberikan dampak apapun terhadap kesejahteraan (kesehatan) seseorang. Dengan kata lain, seseorang tidak membutuhkan usaha apapun ketika menghadapi sebuah permasalahan atau kejadian karena tidak ada yang dihilangkan dan diterima dalam proses transaksi ini.
b. Benign-Positive
Benign-positive (berdampak baik) terjadi ketika hasil dari pertempuran berdampak positif pada peningkatan kesejahteraan individu. Sebagai hasilnya, akan timbul luapan perasaan emosi seperti bahagia, kasih, senang, dan sebagainya.
c. Stressful
Stressful terjadi ketika individu tidak lagi memiliki kemampuan secara personal untuk menghadapi penyebab-penyebab stres. Sebagai akibatnya individu akan mengalami (1) harmful, tanda bahwa sesuatu yang membahayakan sedang terjadi pada saat ini; (2) threatening, tanda bahwa adanya kemungkinan-kemungkinan yang membahayakan itu akan berlanjut di kemudian hari, dan; (3) challenging, merupakan keterlibatan individu dengan tuntutan yang ada. Tantangan-tantangan tesebut menimbulkan emosi seperti pengharapan, keinginan dan keyakinan.
2. Secondary Appraisal atau penilaian tahap kedua adalah proses penentuan jenis coping yang bisa dilakukan dalam mengahadapi situasi-situasi yang mengancam.
9
Saat stres mencapai tingkat yang lebih tinggi daripada seharusnya, individu akan mengalami berbagai permasalahan. Menurut Cox, Griffiths, dan Rial-Gonzalez (2000), terdapat empat macam efek yang diakibatkan oleh stres, antara lain sebagai berikut:
1. Efek Psikologis, yaitu akibat yang dirasakan secara pribadi dan dikaitkan pada aspek emosi seperti mudah marah, sedih, mudah tersinggung, hilang rasa humor, kegelisahan, mudah kecewa, ketakutan, dan mudah panik.
2. Efek Fisiologis, yaitu akibat yang berhubungan dengan fungsi alat-alat tubuh yang muncul dalam bentuk keluhan fisik seperti sakit kepala, insomnia, mudah lelah, keluar keringat dingin, dan kurang selera makan.
3. Efek Kognitif, yaitu akibat yang memengaruhi proses berpikir yang meliputi sulit berkonsentrasi, mudah lupa, berpikir negatif, kehilangan harapan, merasa diri tidak berguna, merasa tidak menikmati hidup, dan sulit mengambil keputusan.
4. Efek Perilaku, yaitu akibat yang mudah dilihat karena berbentuk perilaku-perilaku tertentu seperti gugup, suka menyendiri, sering tidak mengerjakan tugas, dan bahkan dapat nampak dalam perilaku menyimpang seperti penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
Mahasiswa yang mengalami stres akademik dengan tingkat sedang hingga tinggi menunjukkan tingkat fungsi kesehatan mental yang rendah. Banyak penelitian menunjukkan bahwa stres berhubungan erat dengan kecemasan, depresi, dan penyalahgunaan obat-obatan yang mengakibatkan rendahnya kinerja akademis mahasiswa (Stoliker & Lafreniere 2015), sampai perubahan perilaku seperti kesulitan tidur (Galambos et al, 2013; Lovell et al, 2015) dan perubahan pola makan akibat stres (El Ansari et al, 2014; Liu et al, 2020). Stres yang disebabkan oleh beban kerja akademis juga menunjukkan hubungan tidak langsung yang berpengaruh negatif terhadap kepuasan akademik (Pluut et al, 2015).
Stres sangat berkaitan erat dengan masalah kesehatan fisik dan mental (Toussaint et al, 2016). Efek tersebut bahkan melampaui masalah yang ditimbulkan oleh penggunaan tembakau dan konsumsi alkohol yang berlebihan (Cohen et al, 2007). Stres dapat berupa kecemasan, dan/atau emosi negatif seperti perasaan tertekan, sedih, dan menghasilkan penyakit psikologis yang serius seperti gangguan stres pasca trauma. Timbulnya stres yang tiba-tiba dapat menyebabkan otot berkontraksi secara bersamaan. Saat otot berkontraksi dalam waktu yang lama, hal ini dapat menyebabkan reaksi fisik lain seperti penyakit jantung, migrain dan sakit kepala yang diakibatkan oleh tekanan. Stres juga dapat menyebabkan masalah pernapasan. Sedangkan Duque (dalam Mazo, 2015) menyebutkan beberapa efek yang biasa ditemui akibat stres, yaitu kesulitan tidur, sakit kepala, sakit punggung, konstipasi, diare, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, depresi, dan penggunaan alkohol, tembakau, atau obat-obatan terlarang.
Lebih lanjut, beberapa peneliti lain menemukan bahwa stres akademik dapat mengakibatkan mahasiswa merasa depresi (Jayanthi et al, 2015) yang dikarenakan oleh perubahan aktivitas harian dan perubahan aktivitas pembelajaran, kemampuan yang memburuk (Talib & Zia-ur- Rehman, 2012), penurunan prestasi akademik (Stallman, 2010), dan kondisi kesehatan yang memburuk (Marshall et al, 2008). Depresi dihubungkan dengan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, ketakutan akan kegagalan, dan pemikiran negatif mengenai masa depan Ketika mahasiswa merasakan stres, maka gejala yang timbul adalah seperti perasaaan cemas,
10
kegelisahan, kram di leher atau bahu, sakit kepala, kesulitan dalam bernapas, selalu berpikir, kesulitan dalam berkonsentrasi, terlalu mencemaskan banyak hal, dan mengkonsumsi obat- obatan secara berlebihan (Aggolla & Ongori, 2009).
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kuantitatif. Nazir (1998) mengemukakan metode ini sebagai suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang mengikuti pembelajaran daring selama pandemi COVID-19. Teknik pengambilansampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling insidental, yaitu menentukan sampel berdasarkan kebetulan atau secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2018). Karakteristik sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2017, 2018, 2019, dan 2020 yang mengikuti pembelajaran daring selama pandemi COVID-19. Penelitian ini dilakukan kepada 211 subjek dan rinciannya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian
Kategori Frekuensi Prosentase
Jenis Kelamin Laki-laki 63 29.9% Perempuan 148 70.1% Tahun Masuk 2017 31 14.7% 2018 41 19.4% 2019 62 29.4% 2020 77 36.5% Fakultas
Fakultas Agama Islam (FAI) 8 3.8%
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) 9 4.3%
Fakultas Hukum (FH) 32 15.2%
Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) 7 3.3%
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) 16 7.6%
Fakultas Kedokteran (FK) 13 6.2%
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) 15 7.1%
Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP) 17 8%
Fakultas Psikologi (FPsi) 79 37.4%
Fakultas Teknik (FT) 15 7.1%
Mayoritas subjek penelitian berjenis kelamin perempuan (70.1%) dan berasal dari angkatan 2020 (36.5%). Sebanyak 37.4% subjek berasal dari Fakultas Psikologi dan Fakultas Hukum berada di urutan selanjutnya sebanyak 15.2%.
11
Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah stres akademik. Stres merupakan respon tidak diinginkan akibat tekanan ekstrim yang dibebankan terhadap individu. Stres muncul ketika individu dihadapkan pada situasi yang dirasa tidak tertahankan dan tidak dapat dikendalikan. Sedangkan stres akademik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah situasi tertekan yang dialami mahasiswa dimana terdapat tuntutan akademik yang memberikan dampak buruk (distress) akibat pembelajaran daring selama pandemi COVID-19. Stres akademik diukur dengan menerjemahkan Skala Persepsi Stres Akademik oleh Bedewy dan Gabriel (2015) yang kemudian pernyataan-pernyataannya disesuaikan oleh peneliti dalam konteks pembelajaran daring, contohnya adalah saya merasa bahwa tugas daring yang diberikan oleh dosen terlalu banyak. Skala ini terdiri dari 18 aitem yang dibuat dengan menjabarkan 3 aspek utama sumber stres mahasiswa, yaitu aspek yang berkaitan dengan ekspektasi akademik, beban tugas dan ujian, serta aspek yang berkaitan dengan persepsi diri akademik mahasiswa.
Skala ini merupakan skala Likert yang terdiri dari 2 macam aitem, yaitu favorable dan unfavorable. Pada aitem favorable disertai dengan 5 macam pilihan jawaban dengan pemberian skor, yaitu SS (Sangat Sesuai) skor 5, S (Sesuai) skor 4, AS (Agak Sesuai) skor 3, TS (Tidak Sesuai) skor 2, dan STS (Sangat Tidak Sesuai) skor 1. Sementara pada aitem unfavorable terdapat 5 macam pilihan jawaban dengan pemberian skor sebaliknya, yaitu SS (Sangat Sesuai) skor 1, S (Sesuai) skor 2, AS (Agak Sesuai) skor 3, TS (Tidak Sesuai) skor 4, dan STS (Sangat Tidak Sesuai) skor 5. Peneliti kemudian akan menganalisa dan mengkategorikan stres menurut rumus 3 kategorisasi Azwar (2012) dengan menggunakan norma kelompok. Semakin tinggi skor yang didapatkan, maka semakin tinggi tingkat stres yang dialami mahasiswa tersebut. Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabilitas Skala Persepsi Stres Akademik
Jumlah Aitem Valid Jumlah Aitem
Gugur Indeks Validitas Reliabilitas
16 aitem 2 aitem 0.361 – 0.661 0.802
Berdasarkan uji validitas Skala Persepsi Stres Akademik, diketahui bahwa setelah diadakan uji coba dan dianalisis dengan menggunakan Corrected Item-Total Correlation diperoleh 16 aitem valid dan 2 aitem gugur (tidak valid). 16 aitem yang dinyatakan valid memiliki interval validitas berkisar antara 0.272 – 0.590. Sedangkan dari uji reliabilitas pada skala tersebut secara keseluruhan memiliki nilai alpha sebesar 0.802. Nilai tersebut memiliki jumlah alpha yang lebih besar dari jumlah standar, yaitu 0.6 atau 60% (Priyatno, 2011), sehingga skala tersebut dapat dikatakan memiliki reliabilitas.
Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yakni persiapan, pelaksanaan, dan analisa. Tahap persiapan dimulai dari peneliti melakukan pendalaman materi melalui kajian teoritik, membuat desain penelitian, dan menyiapkan instrumen penelitian yaitu Skala Persepsi Stres Akademik dari Bedewy dan Gabriel (2015) yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Peneliti kemudian melakukan uji coba atau try out pada tanggal 26 Februari - 2 Maret 2021 kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan. Hal ini dilakukan dikarenakan pernyataan-pernyataan dalam alat ukur tersebut harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi pandemi. Setelah mengetahui validitas dan reliabilitas dari try out tersebut, pernyataan- pernyataan yang tidak valid dan reliabel tidak digunakan dalam penelitian ini.
12
Tahap berikutnya adalah pelaksanaan. Pada tahap ini peneliti menyebarkan Skala Persepsi Stres Akademik yang telah diuji coba (try out) guna memperoleh skor dan kategori stres dari subjek. Penyebaran skala dilakukan dengan menggunakan form daring yang disebar sesuai dengan kriteria subjek penelitian. Dari hasil skala yang disebarkan, peneliti kemudian akan menganalisa dan mengkategorikan stres yang dirasakan oleh subjek.
Tahap terakhir adalah analisa data. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode data prosentase, yaitu mendeskripsikan setiap aspek dengan teknik prosentase menggunakan analisa statistik deskriptif dengan bantuan program statistik SPSS 21.
HASIL PENELITIAN
Berikut ini merupakan hasil analisis data dari 211 subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 3. Tingkat Stres Akademik Mahasiswa
Kategori Interval Frekuensi Prosentase
Rendah ≤ 37.2 16 7.6%
Sedang 37.3 – 58.6 181 85.8%
Tinggi ≥ 58.7 14 6.6%
Jumlah 211 100 %
Berdasarkan data pada tabel 3, sebanyak 85.8% subjek mengalami stres dengan tingkat sedang. Kemudian sebanyak 7.6% mengalami stres akademik tingkat redah, dan 6.6% lainnya masuk dalam kategori tingkat tinggi.
Tabel 4. Tingkat Stres Akademik Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Rendah Sedang Tinggi
F % F % F %
Laki-laki 2 0.9% 55 26.1% 6 2.8%
Perempuan 14 6.6% 126 59.7% 8 3.8%
Tabel di atas menjelaskan bahwa tingkat stres pada laki-laki dan perempuan paling banyak berada pada kategori sedang dengan 55 subjek (26.1%) untuk subjek laki-laki dan 126 subjek (59.7%) untuk subjek perempuan. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih banyak subjek perempuan pada tiap kategori daripada subjek laki-laki.
Tabel 5. Tingkat Stres Akademik Berdasarkan Tahun Masuk
Tahun Masuk Rendah Sedang Tinggi
F % F % F %
2017 5 2.4% 24 11.4% 2 0.9%
2018 4 1.9% 36 17.1% 1 0.5%
2019 4 1.9% 54 25.6% 4 1.9%
2020 3 1.4% 67 31.8% 7 3.3%
Tabel di atas menjelaskan tingkat stres mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang menunjukkan bahwa dari 4 angkatan, paling banyak berada pada kategori sedang yang didominasi oleh angkatan 2020 dengan jumlah 67 subjek (31.8%) dan diikuti oleh angkatan 2019 dengan jumlah 54 subjek (25.6%).
13
Tabel 6. Analisis Aspek Stres Akademik
Variabel Rendah Sedang Tinggi
F % F % F %
Ekspektasi Akademik 39 18.5% 135 64% 37 17.5%
Beban Tugas dan Ujian 12 5.7 % 162 76.8% 37 17.5%
Persepsi Diri Akademik
Mahasiswa 37 17.5% 161 76.3% 13 6.2%
Berdasarkan pada data tabel 6, seluruh aspek yang memengaruhi tingkat stres akademik mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang berada paling banyak pada kategori sedang, yaitu ekspektasi akademik, beban tugas dan ujian, serta persepsi diri akademik mahasiswa. Pada aspek Ekspektasi Akademik, 64% mahasiswa berada dalam kategori sedang, yang berarti subjek berada di bawah tekanan tenaga pendidik atau orang tua. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya dukungan dan besarnya ekspektasi atau harapan dari tenaga pendidik atau orang tua yang tidak realistis. Kemudian pada aspek Beban Tugas dan Ujian juga paling banyak berada pada kategori sedang sebesar 76.8% yang disebabkan oleh banyaknya tugas dan ujian yang diberikan oleh tenaga pendidik. Namun, mahasiswa masih dapat mengerjakan seluruhnya dikarenakan banyaknya waktu luang yang dimiliki oleh mahasiswa selama pandemi COVID- 19. Aspek Persepsi Diri Akademik Mahasiswa menunjukkan 76.3% subjek berada pada kategori sedang, yang berarti bahwa mahasiswa menunjukkan kecemasan atau ketakutan akan kegagalan, namun yakin bahwa di masa depan dapat mengatasinya dan akan menjadi mahasiswa yang berhasil dan memiliki karir yang baik.
DISKUSI
Bertambahnya kasus terinfeksi COVID-19 dengan cepat secara global telah menciptakan kecemasan dan ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi. Stres ini dapat mengarah kepada efek tidak baik dalam pembelajaran dan kesehatan mental mahasiswa. Lebih lanjut, transisi dari pembelajaran tradisional secara tatap muka ke pembelajaran daring juga dapat menimbulkan dampak pada karir dan kesejahteraan mahasiswa (Capone et al, 2020). Penelitian oleh Brazendale et al (2017) menyatakan bahwa saat tidak sedang berada di universitas, mahasiswa menjadi kurang aktif secara fisik dan memiliki waktu yang lebih lama untuk menggunakan telepon genggam, sehingga merasa jenuh, bahkan stres dengan tingkatan sedang hinggatinggi. Penelitian oleh Saade et al (2017) juga menunjukkan bahwa 30% mahasiswa mengalami stres dalam penggunaan metode pembelajaran daring. Selain itu, penelitian oleh Wahyu & Simanullang (2020) juga menyatakan hal serupa bahwa 42.6% mahasiswa mengalami stres dengan tingkat sedang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang paling banyak mengalami stres dengan tingakatan sedang.
Situasi ini dapat menjadi lebih buruk dengan adanya larangan untuk meninggalkan rumah tanpa adanya aktivitas di luar ruangan dan kurangnya interaksi dengan teman sebaya. Jenuh, tertekan, rasa takut akan terinfeksi virus, penyebaran informasi yang tidak benar (hoax), dan kondisi finansial yang memburuk akan muncul. Beban tugas pembelajaran daring merupakan salah satu faktor yang berkontribusi dalam tingkat stres mahasiswa, yang menggunakan media daring yang baru saja dipelajari dan harus segera dimengerti oleh mahasiswa.
14
Model pembelajaran daring sangat bergantung pada kesiapan institusi pendidikan dan kesiapan mahasiswa itu sendiri. Proses pembelajaran daring sangat baik dilakukan apabila proses pelatihan, pendidikan, dan sosialisasi diberikan kepada mahasiswa terlebih dahulu (Reavley et al, 2018) dikarenakan proses transisi dari pembelajaran tradisional ke pembelajaran daring dapat menjadi salah satu sebab timbulnya stres pada mahasiswa apabila mahasiswa tersebut tidak dapat beradaptasi dengan situasi yang sedang dialami (Rusdiana & Nugroho, 2020). Dalam penelitian Irawan, Dwisona, & Lestari (2020), mahasiswa merasa keberatan dengan banyaknya tugas daring yang diberikan. Pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, stres yang dialami selama pembelajaran daring diakibatkan oleh tekanan yang tinggi dari tenaga pendidik dan orang tua, banyaknya beban tugas dan ujian daring, dan persepsi diri akademik yang negatif.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Coman et al (2020) yang menunjukkan bahwa 71.4% mahasiswa menyebutkan pembelajaran diisi dengan terlalu banyak teori atau tugas praktik, dan 74.6% menyatakan bahwa mereka tidak lagi memiliki waktu luang yang sama seperti sebelumnya saat pembelajaran tradisional secara tatap muka berlangsung. Mahasiswa menyatakan bahwa mereka memiliki lebih sedikit waktu luang dikarenakan oleh banyaknya tugas yang diberikan oleh dosen.
Penelitian oleh Al-Kumaim (2021) menyebutkan bahwa 69.5% mahasiswa merasa terbebani dengan pembelajaran daring karena terlalu banyak tugas daring yang diberikan oleh tenaga pendidik. Sekitar 62% mahasiswa menyatakan bahwa mereka memiliki begitu banyak tugas daring. Mahasiswa diminta untuk berurusan dengan tugas daring yang begitu banyak yang kemudian mengarah kepada kurangnya jam istirahat. Selain itu, pada penelitian Son et al (2020), lebih dari 54% mahasiswa merasa bahwa beban kerja akademis mereka meningkat akibat pandemi COVID-19 dan 31% mahasiswa merasa bahwa tugas menjadi semakin banyak atau semakin sulit dikerjakan. Lebih lanjut, sekitar 14% mahasiswa merasa cemas dengan ketidakpastian akan nilai yang didapat pada pembelajaran daring. Permasalahan ini dapat mengganggu kinerja akademis mahasiswa dan mengakibatkan stres dengan tingkat sedang pada mahasiswa.
Stressor yang umum ditemukan pada mahasiswa berhubungan dengan tekanan akademik dan psikososial, termasuk diantaranya adalah ekspektasi orang tua yang tinggi. Orang tua dan institusi terus menerus menanamkan ketakutan akan kegagalan dan hal tersebut memengaruhi kepercayaan diri mahasiswa. Ang dan Huan (2006) menyatakan bahwa meningkatnya ekspektasi sebagai salah satu faktor dalam tingkat stres akademik. Sekitar 66% siswa dalam penelitian yang dilakukan di India menyatakan bahwa mereka merasa merasakan tekanan dari orangtua terkait tuntutan akademik (Deb, Stroll & Sun dalam Adawiyah dan Ni’matuzahroh, 2016). Selain itu, menerima kritik dari dosen mengenai kinerja akademis juga merupakan salah satu sumber yang signifikan terkait dengan stres pada mahasiswa (Kumar et al, 2009). Namun dalam penelitian ini didapatkan hasil yang menyatakan bahwa mahasiswa merasa percaya diri dan yakin dalam membuat keputusan akademik, yang mendukung penelitian Morse dan Dravo (2007).
Stres pada mahasiswa dapat disebabkan oleh ketidakmampuan untuk melakukan kewajiban atau ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah (Arnsten et al, 2015). Stres dan jenis kelamin memiliki hubungan, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukanoleh Wang et al (2020) bahwa dalam 2 minggu setelah munculnya pandemi, perempuan dilaporkan mengalami stres, kecemasan, dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Selain itu,
15
penelitian oleh Yikealo et al (2018) juga menyatakan bahwa mahasiswa perempuan mengalami stres dengan tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap lingkungannya dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, laki-laki juga diajarkan untuk menjadi maskulin dan tidak menunjukkan kelemahannya dalam hal emosional.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Pembelajaran daring merupakan suatu metode pembelajaran yang asing di banyak universitas. Banyak dampak yang ditimbulkan dalam proses penggunannya, salah satunya adalah stres yang dialami oleh mahasiswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat stres akademik pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2017, 2018, 2019, dan 2020 dalam pembelajaran daring selama karantina pandemi COVID-19 berada pada kategori sedang. Pandemi COVID-19 memaksa banyak mahasiswa untuk memasuki lingkungan yang asing, karena harus mengadopsi pembelajaran daring secara penuh dan beradaptasi dengan pembelajaran dari rumah melalui media daring. Bagaimanapun juga, saat mahasiswa menghadapi lingkungan baru yang memicu stres dan kesehatan mental yang buruk dan karenanya, beberapa mahasiswa mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Hal ini dapat menimbulkan efek negatif pada prestasi akademik mahasiswa.
Stres dapat dikendalikan dengan benar dan dapat memberikan pengaruh positif, seperti peningkatan kreativitas dan memicu pengembangan diri, selama stres yang dialami masih dalam batas dari kapasitas individu tersebut. Meskipun begitu, stres dapat menyebabkan masalah jika tidak ditangani dengan benar. Jika stres dialami oleh seseorang, hal ini dapat memengaruhi kehidupannya sebagai mahasiswa yang berefek terhadap kelangsungan pendidikan. Stres merupakan salah satu penyebab tidak hadirnya mahasiswa dalam pembelajaran, meskipun diadakan dengan sistem daring. Pembelajaran daring paling baik digunakan apabila dipersiapkan dengan matang dengan sarana, prasarana, sumber daya manusia, dan pelatihan, baik untuk mahasiswa maupun tenaga pendidik.
16
REFERENSI
Acharya, S. (2020). Stress in Students after Lockdown Due to Outbreak of Corona Virus (COVID-19). Purbanchal University: Kathmandu.
Adawiyah, Wardatul dan Ni’matuzahroh. (2016). Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) untuk Menurunkan Tingkat Stres Akademik pada Siswa Menengah Atas di Pondok Pesantren. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol. 4, No. 2.
Aggolla, J. E. dan Ongori, H. (2009). An Assessment of Academic Stress among Undergraduate Students: The Case of University of Botswana. Educational Research and Reviews. Vol. 4, No. 2.
Agusmar, et al. (2019). Perbandingan Tingkat Stres pada Mahasiswa Angkatan 2018 dengan Angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah. Health and Medical Journal. Vol. 1, No. 2.
Al-Kumaim, et al. (2021). Exploring the Impact of the COVID-19 Pandemic on University Students’ Learning Life: An Integrated Conceptual Motivational Model for Sustainable and Healthy Online Learning. Sustainability. Vol. 13, No. 2546.
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition. Arlington, VA: American Psychiatric Association.
Auerbach, et al. (2016). Mental Disorders Among College Students in the World Health Organization World Mental Health Surveys. Psychological Med.
Bao, et al. (2020). 2019-nCoV Epidemic: Address Mental Health Care to Empower Society. Correspondence. Vol. 395, Iss. 10224.
Bedewy, Dalia dan Gabriel, Adel. (2015). Examining Perceptions of Academic Stress and Its Sources among University Students: The Perception of Academic Stress Scale. Health Psychology Open. DOI: 10.1177/2055102915596714
Bhargava, D. dan Trivedi, H. (2018). A Study of Cause of Stress and Stress Management among Youth. International Journal of Management and Social Sciences. Vol. 11, Issue 3.
Bhat, et al. (2020). A Study on Impact of COVID-19 Lockdown on Psychological Health, Economy, and Social Life of People in Kashmir. International Journal of Science and Healthcare Research. Vol. 5, Issue 2.
Brazendale, et al. (2017). Understanding Differences Between Summer VS School Obesogenic Behaviors of Children: The Structured Days Hypothesis. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity. Vol. 14, No. 1.
Cao, et al. (2020). The Psychological Impact of the COVID-19 Epidemic on College Students in China. Psychiatry Research. Vol. 287.
17
Capone, et al. (2020). University Student Mental Well-Being during COVID-19 Outbreak: What are the Relationships between Information Seeking, Perceived Risk, and Personal Resources Related to the Academic Context?. Sustainability. Vol. 12, Iss. 7039.
Cohen, et al. (2007). Psychological Stress and Disease. Journal of the American Medical Associations. Vol. 298, No. 14.
Coman, et al. (2020). Online Teaching and Learning in Higher Education during the Coronavirus Pandemic: Students’Perspective. Sustainability. DOI: 10.3390/su122410367 Cox, Tom, Griffiths, Amanda, dan Rial-Gonzalez, Eusebio. (2000). Research on Work-Related
Stress. European Agency for Safety and Health at Work, Luxembourg.
Dunne et al. (2010). The Influence of Educational Pressure on the Mental Health of Adolescents in East Asia: Methods and Tools for Research. Journal of Sciences.
El Ansari, et al. (2014). Food and Mental Health: Relationship between Food and Perceived Stress and Depressive Symptoms among University Students in the United Kingdom. Central European Journal of Public Health. Vol. 22.
Fatima, A. dan Raj, U. (2020). Stress in Students After Lockdown Due to COVID-19 Threat and the Effects of Attending Online Classes.
Galambos, et al. (2013). Who Sleeps Best? Longitudinal Patterns and Covariates of Change in Sleep Quantity, Quality, and Timing across Four UniversityYears. Behavioral Sleep Medicine. Vol. 11.
Gaol, Nasib Tua Lumban. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Buletin Psikologi. Vol. 24, No. 1.
Harikiran, et al. (2012). Perceived Sources of Stress amongst Final Year Dental Undergraduate Students in a Dental Teaching Institution at Bangalore, India: A Cross-Sectional Study. Indian Journal of Dental Research. Vol. 23.
Irawan, A. W., Dwisona, dan Lestari, M. (2020). Psychological Impact of Students on Online Learning during the Pandemic COVID-19. Konseli: Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol. 7, No. 1.
Jayanthi, et al. (2015). Academic Stress and Depression among Adolescents: A Cross-Sectional Study. Indian Pediatrics. Vol. 52, No. 3.
Khan, Mussarat Jabeen. (2018). Effect of Perceived Academic Stress on Student’s Performance. FWU Journal of Social Science. Vol. 7, No.2.
Kholidah, Enik Nur dan Alsa, Asmadi. (2012). Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres Psikologis. Jurnal Psikologi. Vol. 39, No. 1.
Kim, et al. (2019). Inevitable Isolation and the Change of Stress Makers in Hemodialysis Patients during the 2015 MERS-CoV Outbreak in Korea. Scientific Reports. Vol. 9, No. 5676.
18
Kupriyanov, R. dan Zhdanov, R. (2014). The Eustress Concept: Problems and Outlooks. World Journal of Medical Sciences. Vol. 11, No. 2.
Le Fevre, M., Matheny, J., dan Kolt, G. S. (2003). Eustress, Distress, and Interpretation in Occupational Stress. Journal of Managerial Psychology. Vol. 18, No. 7.
Lee, et al. (2007). Stress and Psychological Distress among SARS Survivors 1 Year after the Outbreak. Canadian Journal of Psychiatry. Vol. 52, No. 4.
Liu, et al. (2020). Prevalence and Predictors of PTSS during COVID-19 Outbreak in China Hardest-Hit Areas: Gender Differences Matter. Psychiatry Research.
Lovell, et al. (2015). A Cross-Sectional Investigation of Depressive, Anxiety, and Stress Symptoms and Health-Behavior Participation in Australian University Students. Nursing and Health Sciences. Vol. 17.
Marshall et al. (2008). Perceived Stress and Quality of Life among Doctor of Pharmacy Students. American Journal of Pharmaceutical Education. Vol. 72, No. 6.
Mazo, Generoso N. (2015). Causes, Effects of Stress, and the Coping Mechanism of the Bachelor of Science in Information Technology Students in A Philippine University. Journal of Education and Learning. Vol. 9, No. 1.
Mihashi, et al. (2009). Predictive Factors of Psychological Disorder Development during Recovery Following SARS Outbreak. Health Psychology. Vol. 28, No. 1.
Morse, Zac dan Dravo, Uraia. (2007). Stress Levels of Dental Students at the Fiji School of Medicine. European Journal of Dental Education. Vol. 11, Iss. 2.
Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Palmer, et al. (2003). Creating a Balance: Managing Stress. British Library, London.
Pluut, et al. (2015). Social and Study Related Stressors and Resources among University Entrants: Effects on Well-Being and Academic Performance. Learning and Individual Differences. Vol. 37.
Priyatno, D. (2011). Buku Saku Analisa Statistika Data SPSS. Jakarta: PT. Buku Seru. Putwain, et al. (2010). Personal and Situational Predictors of Test Anxiety of Students in Post-
Compulsory Education. British Journal of Educational Psychology. Vol. 80.
Rai, D. R., Parul, D. dan Pallav, J. (2020). Stress Level and Coping Strategies Among Youth During Coronavirus Disease Lockdown in India. Aegeum Journal. Vol. 8, No. 7.
Reddy, K. J., Karishmarajanmenon, dan Anjanathattil. (2018). Academic Stress and Its Sources among University Students. Biomedical and Pharmacology Journal. Vol. 11, No. 1.
19
Rehman, et al. (2020). Depression, Anxiety, and Stress among Indians in Times of Covid-19 Lockdown. Community Mental Health Journal.
Reynolds, et al. (2008). Understanding, Compliance, and Psychological Impact of the SARS Quarantine Experience. Epidemiology & Infection. No. 136.
Rusdiana, E. dan Nugroho, A. (2020). Respon pada Pembelajaran Daring bagi Mahasiswa Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia. Integralistik. Vol. 31, No. 1.
Saade, et al. (2017). Anxiety and Performance in Online Learning. Proceedings of the 2017 InSITE Conference. https://doi.org/10.28945/3736
Sahu, P. K. (2020). Closure of Universities Due to Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Impact on Education and Mental Health of Students and Academic Staff. Cureus. Vol.12, No. 4.
Sarwar, et al. (2015). Impact of E-Learning Perception and E-Learning Advantages on E- Learning for Stress Management (Mediating Role of E-Learning for Corporate Training). Pakistan Journal of Statistics and Operation Research. Vol. 11, No. 2.
Shah, et al. (2010). Perceivrd Stress, Sources, and Severity of Stress among Medical Undergraduates in a Pakistani Medical School. BMC Medical Education. Vol. 10, No. 2. Shahsavarani, A. M., et al. (2015). Stress: Facts and Theories through Literature Review.
International Journal of Medical Reviews. Vol. 2. Issue 2.
Sharp, J. dan Theiler, S. (2018). A Review of Psychological Distress among University Students: Pervasiveness, Implications, and Potential Points of Intervention. International Journal for Advancement of Counseling. Vol. 40, No. 3.
Son, et al. (2020). Effects of COVID-19 on College Students; Mental Health in the United States: Interview Survey Study. Journal of Medical Internet Research. Vol. 22, No. 9. DOI:10.2196/21279
Suwartika, Nurdin, dan Ruhmadi. (2014). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Reguler Program Studi DIII Keperawatan Cirebon Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing). Vol. 9, No. 3.
Stallman, H. M. (2010). Psyhological Distress in University Students: A Comparison with General Population Data. Australian Psychologist. Vol. 45, No. 4.
Statistics Indonesia. (2020). Potret Pendidikan Indonesia Statistik Pendidikan 2019. BPS: Jakarta.
Stoliker, B. E. dan Lafreniere, K. D. (2015). The Influence of Perceived Stress, Loneliness, and Learning Burnout on University Students’ Educational Experience. College Student Journal. Vol. 49.
20
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsono, Yudi, dan Anwar, Zainul. (2020). Analisis Stres dan Penyesuaian Diri pada
Mahasiswa. Cognicia. Vol. 8, No. 1.
Talib, N. dan Zia-ur-Rehman, M. (2012). Academic Performance and Perceived Stress among University Students. Educational Research and Reviews. Vol. 7, No. 5.
Tang, et al. (2020). Prevalence and Correlates of PTSD and Depressive Symptoms One Month after the Outbreak of the COVID-19 Epidemic in a Sample of Home-Quarantined Chinese University Students. Journal of Affective Disorders. No. 274.
Tangade, et al. (2011). Assessment of Stress Level among Dental School Students: An Indian Outlook. Dental Research Journal. Vol. 70.
Toussaint, et al. (2016). Effects of Lifetime Stress Exposure on Mental and Physical Health in Young Adulthood: How Stress Degrades and Forgiveness Protects Health. Journal of Health Psychology. Vol. 21, No. 6.
UNESCO. (2020). Covid-19 Educational Disruption and Response. UNESCO. Diambil dari https;//en.unesco.org/covid19/educationresponse/
Qiu, et al. (2020). A Nationwide Survey of Psychological Distress among Chinese People in the COVID-19 Epidemic: Implications and Policy Recommendations. General Psychiatry. Vol. 33.
Van Bortel, et al. (2016). Psychosocial Effects of an Ebola Outbreak at Individual, Community, and International Levels.
Wahyu, Afnijar dan Simanullang, Rostome H. (2020). Student Stress due to Online Learning during the COVID-19 Pandemic. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 5, Iss. 2. Wang, et al. (2020). Immediate Psychological Responses and Associated Factors during the
Initial Stage of the 2019 Coronavirus Disease (COVID-19) Epidemic among the General Population in China. International Journal of Environmental Research and Public Health. Vol. 7, No. 1729.
Yudko, E., Hirokawa, R., dan Chi, R. (2008). Attitudes, Beliefs, and Attendance in a Hybrid Course. Computers and Education. Vol. 50, No. 4.
Zhai, Yusen dan Du, Xue. (2020). Addressing Collegiate Mental Health amid COVID-19 Pandemic. Psychiatry Research.
21
22
Lampiran 1. Blue Print Skala Persepsi Stres Akademik (Try Out)
Aspek Indikator Nomor Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable
Ekspektasi Akademik
Ekspektasi teman sebaya dan
tenaga pendidik 1, 2, 3 - 3
Ekspektasi orang tua 4 - 1
Beban Tugas dan Ujian
Kurangnya waktu 8 5, 9 3
Banyaknya tugas yang
diberikan 6, 7 - 2
Ujian yang sulit 10, 11, 12 - 3
Persepsi Diri Akademik Mahasiswa Persepsi positif - 13, 14, 15 3 Persepsi negatif 16, 17, 18 - 3 Jumlah 18
Lampiran 2. Tabel Daftar Sebaran Aitem Skala Persepsi Stres Akademik (Try Out)
Aspek Aitem No. Aitem
F UF
Ekspektasi Akademik
Kompetisi dengan teman sekelas untuk mendapatkan nilai yang
bagus cukup intens 1
Dosen saya mengkritik kinerja akademis saya 2
Dosen saya memiliki ekspektasi yang tidak realistis kepada saya 3
Ekspektasi yang tidak realistis dari orang tua membuat saya
tertekan 4
Beban Tugas dan Ujian
Saya memiliki cukup waktu untuk mengikuti pembelajaran
daring dan mengerjakan tugas 5
Saya merasa bahwa tugas daring saya terlalu banyak 6
Menurut saya, tugas daring yang diberikan dosen berlebihan 7
Saya tidak dapat mengikuti pembelajaran daring jika saya
tertinggal materi pembelajaran sebelumnya 8
Saya memiliki cukup waktu untuk bersantai setelah
mengerjakan tugas daring 9
Pertanyaan-pertanyaan dalam ujian daring terlalu sulit bagi saya 10
Waktu untuk mengerjakan ujian daring tidak cukup untuk
menyempurnakan jawaban 11
Ujian daring membuat saya merasa sangat tertekan 12
Persepsi Diri Akademik Mahasiswa
Saya yakin bahwa saya akan menjadi mahasiswa yang berhasil 13
Saya yakin bahwa saya akan sukses dalam karir saya di masa
depan 14
Saya dapat membuat keputusan akademik dengan mudah 15
Saya merasa khawatir akan gagal dalam ujian daring 16
Saya merasa bahwa kecemasan saya mengenai ujian merupakan
suatu kelemahan 17
Walaupun saya lulus dalam ujian, saya merasa takut tidak bisa
23
Lampiran 3. Skala Try Out
No. Pernyataan SS S AS TS STS
1. Kompetisi dengan teman sekelas untuk
mendapatkan nilai yang bagus cukup intens
2. Dosen saya mengkritik kinerja akademis saya
3. Dosen saya menaruh harapan besar kepada saya
4. Harapan yang tidak realistis dari orang tua
membuat saya merasa tertekan
5. Saya memiliki cukup waktu untuk mengikuti
pembelajaran daring dan mengerjakan tugas
6. Saya merasa bahwa tugas daring saya terlalu
Banyak
7. Menurut saya, tugas daring yang diberikan oleh
dosen berlebihan 8.
Saya tidak dapat mengikuti pembelajaran daring jika saya tertinggal materi pembelajaran
sebelumnya
9. Saya memiliki cukup waktu untuk bersantai
setelah mengerjakan tugas daring
10. Pertanyaan-pertanyaan dalam ujian daring terlalu
sulit bagi saya
11. Waktu untuk mengerjakan ujian daring tidak
cukup untuk menyempurnakan jawaban
12. Ujian daring membuat saya merasa sangat
Tertekan
13. Saya yakin bahwa saya akan menjadi mahasiswa
yang berhasil
14. Saya yakin bahwa saya akan sukses dalam karir
saya di masa depan
15. Saya dapat membuat keputusan akademik dengan
Mudah
16. Saya merasa khawatir akan gagal dalam ujian
Daring
17. Saya merasa bahwa kecemasan saya mengenai
ujian daring merupakan suatu kelemahan 18.
Walaupun saya lulus dalam ujian daring, saya merasa takut tidak bisa mendapatkan IP (Indeks Prestasi) yang memuaskan
Keterangan: SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
AS : Agak Sesuai TS : Tidak Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai
24
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Skala Persepsi Stres Akademik (Rtabel = 0.266) Item-Total Statistics
Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas Skala Persepsi Stres Akademik Reliability Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Item_1 50.24 70.776 .105 .810 Item_2 51.02 71.981 .004 .821 Item_3 51.44 67.769 .426 .792 Item_4 50.11 61.395 .541 .781 Item_5 51.29 65.580 .439 .790 Item_6 49.91 67.232 .406 .792 Item_7 49.96 64.332 .529 .784 Item_8 50.47 67.809 .318 .797 Item_9 51.24 64.554 .541 .784 Item_10 50.60 68.615 .272 .800 Item_11 50.80 66.570 .379 .793 Item_12 50.22 63.433 .590 .780 Item_13 51.53 65.958 .448 .789 Item_14 51.31 63.810 .464 .788 Item_15 50.95 69.423 .281 .799 Item_16 49.82 64.411 .496 .786 Item_17 50.53 66.735 .346 .796 Item_18 49.78 63.470 .433 .790 Cronbach's Alpha N of Items .802 18