• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PRODUKSI PROGRAM STAND UP COMEDY DI METRO TV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PRODUKSI PROGRAM STAND UP COMEDY DI METRO TV"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PRODUKSI PROGRAM “STAND

UP COMEDY” DI METRO TV

Devie Aryanthi* / Endang Setiowati**

Jalan Asia Baru Kepa duri Rt.02 Rw.04 No.54 Jakarta Barat 11510

+6285697462337

Devie.aryanthi@yahoo.com

ABSTRAK

This study aims to determine how the program production process "Stand Up Comedy" at Metro TV starting from Pre-production, Production, Post-production up. The research method used is through a qualitative approach that is by direct observation and interviews to the informant. The result can be seen that the concept is in the "Stand Up Comedy" has the distinction of comedy in general. The conclusion is that each program has a different production processes vary notably in "Stand Up Comedy".

Keywords: Pre-production, Production, Post Production, Stand Up Comedy.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses produksi program “Stand Up Comedy” di Metro TV dimulai dari Pra produksi, Produksi, hingga Pasca produksi. Metode penelitian yang digunakan yaitu melalui pendekatan kualitatif yakni dengan melakukan observasi secara langsung dan wawancara secara mendalam kepada narasumber. Hasilnya dapat diketahui bahwa konsep yang ada di program “Stand Up Comedy” memiliki perbedaan dengan program komedi pada umumnya. Simpulannya adalah bahwa setiap program memiliki proses produksi yang berbeda-beda khususnya di “Stand Up Comedy”.

Kata kunci : Pra produksi, Produksi, Pasca Produksi, Stand Up Comedy.

PENDAHULUAN

Dewasa ini perkembangan media massa dapat dibilang sangat pesat, terutama industri televisi yang semakin hari semakin bervariasi dan memiliki keanekaragaman pada setiap programnya. Hal itu tidak lepas dari arah pengembangan stasiun televisi untuk menarik perhatian audiens. Salah satu program unggulan yang sekarang ini sedang mewabah di televisi adalah program komedi yang memberikan nuansa berbeda dari program lainnya.

Tidak ingin tertinggal dalam memberikan acara hiburan, Metro TV yang awalnya lebih memfokuskan program hard news juga turut menyajikan acara komedi. Salah satu program komedi yang hadir di Metro TV adalah ‘Stand Up Comedy’. Pada pertengahan September 2011, program ini dibuat berdasarkan ide dari seorang Manager Metro TV, Agus Mulyadi. Mengingat Metro TV adalah televisi berita yang isinya banyak mengandung berita hard news, Agus menginginkan dirancang program acara komedi yang berbeda dari biasanya namun tidak mengabaikan brand Metro TV sebagai penyaji informasi dan pengetahuan. Dari sinilah Metro TV merancangkan dan mengembangkan acara yang bergenre variety show, tetapi juga memberikan unsur pengetahuandan informasi. Dengan kata lain, Stand Up Comedy adalah program hiburan yang memiliki muatan pengetahuan dan memberikan wawasan bagi penontonnya.

Dengan hadirnya Stand Up Comedy ini, diharapkan penonton tidak bosan menambah informasi dan pengetahuan sekaligus bisa terhibur saat menonton. Begitulah Metro TV mengemas program yang disesuaikan kepentingan dan keinginan masyarakat Indonesia. Strategi itu pun berhasil menarik apresiasi publik dengan banyaknya penonton yang ingin berpartisipasi dalam acara tersebut. Dengan demikian, kemasan (packaging) merupakan strategi pemasaran yang perannya dirasa semakin penting dan memiliki

(2)

fungsi, selain sebagai tempat penyajian suatu produk/program, juga bertujuan menarik minat publik. (Morissan 2008 : 283)

Maka dari itu, Stand Up Comedy dihadirkan untuk masyarakat muda khususnya penonton yang menggemari acara komedi. Meski tidak menutup kemungkinan digemari kalangan tua karena memuat unsur pengetahuan dan informasi.

Menurut produser Stand Up Comedy, Lanny Bergmann, program ini memang sangat digemari oleh semua kalangan. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya komunitas Stand Up yang selalu memberikan wejangan dan masukan agar program ini selalu memberikan nuansa yang berbeda.

Penggemar acara komedi seperti Stand Up Comedy juga cukup tinggi. Setiap minggunya program ini selalu ditunggu oleh para penggemar yang ingin menyaksikan secara langsung di studio atau menonton dirumah. Acara tersebut dianggap sebagai acara yang mempunyai nilai komedi yang berbeda dari komedi biasanya, unsur ceplas-ceplos yang dibawakan menjadi daya tarik tersendiri dan membuat penonton ketagihan untuk menontonnya kembali.

Tak jarang banyak penonton yang tidak mendapatkan tempat duduk saat ingin menyaksikan acara tersebut. Mereka harus antri terlebih dahulu agar mendapatkan tempat duduk. Ini menandakan bahwa acara Stand Up Comedy memang menjadi pusat perhatian masyarakat yang butuh hiburan. Bagi sebagian masyarakat Stand Up Comedy di televisi adalah bagian wajib, serta menjadi hal yang ditunggu-tunggu saat sedang merasakan penat sehabis pulang kerja.

Besarnya apresiasi penonton pada acara ini mendorong Metro TV untuk terus mengembangkannya dalam berbagai variasi. Saat ini Stand Up Comedy memiliki tiga konsep program yang berbeda, yaitu Stand Up Comedy Show, Stand Up Comedy Battle Of Comic, dan Stand Up Comedy On The Weekend. Ketiga konsep program itu pun dirancang secara berbeda dengan karakteristik pada masing-masing programnya.

Untuk program Stand Up Comedy Battle Of Comic disini lebih memainkan gimmicknya, yakni dengan menghadapkan empat orang comic pada satu titik masalah kemudian mereka beradu argumen dengan comic lainnya. Tema yang dibawakan pun berdasarkan rekomendasi dari tim produksi yang ikut turun tangan secara langsung mencari tema-tema yang sedang uptodate sekarang ini. Namun untuk program Battle Of Comic ini dimana ada salah seorang comic yang menjadi pemenangnya, bagaimana seorang comic berkreasi dengan kata-kata yang dapat menarik perhatian penontonnya sehingga penonton merasa terhibur dan puas dengan comic yang tampil. Kemudian setiap comic yang menang akan mendapatkan hadiah dan piala. Untuk jam tayangnya hadir setiap hari rabu pukul 22:30-23:00.

Pengembangan program Stand Up Comedy terbukti berhasil. Peminat acara ini terus bertambah setiap hari. Barometer keberhasilan acara ini dapat dilihat dari rate and share, media sosial, fanpage, twitter dan banyaknya komunitas yang hampir tersebar di seluruh Indonesia. Tabel berikut membuktikan kesuksesan tersebut :

Program Channel

Average number

of audience Rating (%)* Share (%) **

STAND UP COMEDY BATTLE

OF COMIC

METRO TV 232,000 1,9 7,4

Gambar 1.1 Rating dan Share Stand Up Comedy (Sumber Nielsen)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata penonton Stand Up Comedy sekitar 232 ribu di seluruh Indonesia dan tingginya rating (1,9) pada penyiaran program ini. Kesuksesan program ini tidak lepas dari berbagai strategi produksi yang dikembangkan oleh tim produksi. Proses dan strategi tersebut disusun sedemikian rupa agar mendapatkan hasil yang maksmimal.

Melihat fenomena tersebut, maka penulis tertarik mengangkat masalah yang terkait dengan “Strategi Produksi Program Stand Up Comedy” yang dikembangkan oleh tim produksi Metro TV. Dengan harapan penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan program televisi yang tidak hanya menghibur, tapi juga mengandung unsur-unsur perluasan wawasan dan pengetahuan.

(3)

Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang akan diteliti untuk mengetahui strategi produksi program “Stand Up Comedy” di Metro TV adalah :

1. Tahapan-tahapan proses produksi serta kendala-kendalanya.

2. Strategi produksi untuk menghasilkan program yang tidak hanya menghibur, tapi juga penting karena mengandung pengetahuan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: STRATEGI PRODUKSI PROGRAM “STAND UP COMEDY” DI METRO TV. Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti membuat batasanmasalahsecara spesifik. Adapun pembatasan masalah penelitian adalah :

1. Bagaimana proses produksi program Stand Up Comedy sampai siap menjadi master tayang?

2. Bagaimana strategi produksi Stand Up Comedy dalam membuat program yang menyajikan pengetahuan sekaligus menghibur?

METODE PENELITIAN

Menurut Mustari (2012: 55-69), pemilihan teknik dan alat pengumpulan data perlu mendapat perhatian yang cermat. Alat atau instrumen pengumpulan data yang baik akan menghasilkan data yang berkualitas. Kualitas data menentukan kualitas penelitian. Berikut adalah metode pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti :

1. Wawancara (Interview)

Ini adalah salah satu cara untuk mengumpulkan informasi yang utama dalam kajian pengamatan. Ada dua sifat wawancara, yaitu langsung dan tidak langsung. Wawancara langsung ditujukan langsung kepada orang yang diperlukan keterangan atau datanya dalam penelitian. Sedangkan wawancara tidak langsung adalah wawancara yang ditujukan kepada orang-orang lain yang dinilai dapat memberikan keterangan mengenai keadaan orang yang diperlukan datanya.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara langsung dan tidak langsung. Peneliti juga menggunakan jenis wawancara terstruktur dimana peneliti menyiapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu sebelum wawancara, jenis wawancara semi-terstruktur yang menggunakan bahasa yang berbeda ketika mewawancarai tetapi tetap jelas informasi apa yang diinginkan oleh peneliti, serta wawancara tidak terstruktur dimana peneliti secara spontan melakukan wawancara tanpa membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu.

2. Pengamatan (Observasi)

Observasi dapat membantu menegaskan atau menolak dan juga melihat kembali tentang apa saja yang telah ditemukan lewat wawancara. Melalui observasi ini peneliti dapat membandingkan apakah data wawancara sesuai dengan kenyataan di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisa data yang terdiri dari koding (coding) dan kategorisasi (categorizing). Koding dilakukan terlebih dahulu pada awal riset. Fungsi koding adalah untuk mengubah bentuk data, dan menguranginya untuk membangun kategori; seiring dengan munculnya kategori utama, maka teori akan berkembang. Selama analisa berlangsung, terjadi perbandingan konstan (constant comparison), yaitu masing-masing data dibandingkan dengan bagian lain ketika pencarian persamaan, perbedaan, dan koneksi atau hubungan-hubungan. Seluruh data dikode dan dikategorikan hingga mengarah pada pembentukan konsep utama. Tujuannya adalah untuk mencari tema-tema yang mengaitkan gagasan untuk menemukan alur riset.

(4)

Langkah-langkah proses koding :

1. Koding terbuka atau open coding (memilah-milah data)

2. Koding aksial atau axial coding (memunculkan kembali data dalam bentuk baru)

3. Koding selektif atau selective coding (pemilihan kategori inti dan menghubungkannya dengan kategori lain) (Daymon & Holloway, 2008: 189-190)

Menurut Moleong (2008:326), sebelum masing-masing teknik pemeriksaan diuraikan, terlebih dahulu ikhtisarnya dikemukakan. Ikhtisar itu terdiri dari kriteria yang diperiksa dengan satu atau beberapa teknik pemeriksaan tertentu.

1. Credibility

Ada beberapa cara untuk menguji kredibilitas, antara lain (Sugiyono, 2009): a. Perpanjangan pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan untuk melakukan pengamatan dan wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai, sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

b. Peningkatan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut, kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

a. Triangulasi

Triangulasi dalam uji kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.

b. Analisis kasus negative

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga pada tingkat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. c. Menggunakan bahan referensi

Cara ini dimungkinkan dengan adanya data atau materi pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan. Contohnya, untuk hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara atau tanda tangan dari informan.

d. Mengadakan member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel dan dipercaya. 2. Transferability

Transferability merupakan bentuk validitas eksternal, seperti dalam penelitian kuantitatif. Hal tersebut akan menunjukan derajat ketepatan dan dapat diterapkan pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan konsep atau objek yang diteliti. (Sugiyono, 2009)

Untuk membuat penafsiran dari penelitian ini maka harus ditulis dengan informasi yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Hal tersebut juga akan

(5)

membantu pembaca untuk mendapat gambaran terhadap hal yang diteliti, dan jika hal tersebut didapatkan, maka proses transferbility telah berhasil.

3. Dependability

Dalam penelitian kuantitatif, dependabilitas disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliable adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependabilitas dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji dependabilitasnya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliable atau dependable. Untuk itu, pengujian dependabilitas dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

4. Konfirmability

Konfirmability merupakan proses uji keaslian data dengan cara meminta pernyataan kepada pihak yang bersangkutan. Pernyataan tersebut berisikan pernyataan kebenaran dan tanda atau cap yang menyatakan keaslian data. Hal tersebut akan membuktikan bahwa periset benar melakukan penelitian terhadap subyek individu atau lembaga tertentu.

Dalam faktor konfirmability, keabsahan data penelitian ini dilakukan dengan meminta tanda tangan asli dari narasumber yang diwawancara serta surat resmi dari lembaga perusahaan yang terkait.

HASIL DAN BAHASAN

Stand Up Comedy adalah salah satu program komedi yang hadir di tengah-tengah Masyarakat yang menginginkan program yang berbeda dari program komedi lainnya, oleh karena itu Metro TV menghadirkan suatu program yang menampilkan seorang comic diatas panggung untukbercerita secara monolog. Namun untuk Battle Of Comic itu sendiri adalah komedi yang memainkan gimmick dari comic.

Stand Up Comedy lahir di Metro TV sejak pertengahan September tepatnya pada tahun 2011yang awalnya terbentuk oleh seorang Manager Metro TV yakni bernama Agus Mulyadi ataupanggilan akrabnya adalah Mas Amu, sebelum program Stand Up Comedy ditayangkan beliau memang sudah menggemari program tersebut. Pada tahun 2006 Mas Amu menjabat sebagai Eksekutif Produser (EP) ia ingin merealisasikan program Stand Up Comedy namun keinginannya dipendam dan hanya sekedar wacana saja, setelah tahun 2010 Agus menginginkan agar program tersebut berjalan tetapi terjadi kendala saat menentukan comic, karena saat itu comic masih sangat terbatas. Pada pertengahan September 2011 program Stand Up Comedy tayang di televisi untuk menghibur permisa yang memang menginginkan acara yang berbeda dari biasanya.

Dalam program Stand Up Comedy, setiap proses produksi program selalu diawali dengan meeting kecil pada setiap tim, yang berfungsi untuk melihat dan mengevaluasi Rating and Share episode yang sudah tayang.

Kemudian dari proses meeting tersebut dicari atau dibuat sebuah strategi kreatif untuk tapping berikutnya. Strateginya bisa mengangkat tema atau sebuah benang merah mengenai Current Issue atau dibuatkan sebuah Gimmick. Namun, tidak jarang juga ditemukan kendala walaupun hanya merupakan kendala kecil pada saat proses produksi, misalnya kendala tersebut bisa saja datang dari comic yang diundang untuk shooting/taping. Si comic bisa saja tiba–tiba mengembangkan materinya secara spontan di panggung tanpa sepengetahuan tim produksi terutama produser. Hal ini sebenarnya memang boleh saja dilakukan asal menggunakan kata-kata baku dan sopan. Karena tidak jarang seorang comic yang tampil terkadang mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan/tidak pantas. Maka dari itu, program Stand Up Comedy tidak tayang secara live, berdasarkan pertimbangan dari seorang produser. Kendala lainnya adalah keterlambatan comic ke lokasi, sehingga jadwal yang sudah direncanakan menjadi terhambat.

(6)

Biasanya tim produksi mengalami kesulitan dalam mengangkat tema, karena Stand Up Comedy tayang seminggu tiga kali, sehingga sering terdapat kesulitan dalam menemukan tema yang sedang ramai dibicarakan. Respon dari penonton sendiri terhadap Stand Up Comedy cukup positif, dengan besarnya apresiasi masyarakat yang ingin menonton di studio. Setiap comic yang tampil pastinya mempunyai keahlian yang berbeda-beda dan kadang imppovisasi sering terjadi begitu saja. Stand Up Comedy adalah jenis komedi tunggal yang hanya ada satu orang comic tampil di atas panggung, kemudian comic menceritakan materi yang telah dia buat sendiri.

Peneliti juga melihat bahwa untuk memproduksi program “Stand Up Comedy” ini melewati tiga tahapan, yaitu :

1. Tahap pra produksi

Tahap pra produksi merupakan tahapan yang menentukan suksesnya tahap produksi. Dalam tahap ini, segala sesuatu yang berkaitan dengan produksi direncanakan secara matang. Terlebih dahulu kru melakukan meeting guna membicarakan konsep apa yang akan dipakai, kemudian menentukan line up yaitu cara menyeleksi seorang comic dengan melihat apakah cocok atau tidak. Strategi yang digunakan dalam penyaringan dan pemilihan comic adalah melalui jaringan komunitas. Rekomendasi komunitas biasanya lebih tepercaya. Setelah ditentukan comic yang akan tampil, comic ini diminta untuk mempersiapkan serta mengembangkan tema dan berlatih terlebih dahulu supaya saat tampil tidak mengecewakan. Setelah itu, semua kebutuhan produksi disiapkan oleh tim produksi.

2. Tahap produksi

Program Stand Up Comedy tidak ditayangkan secara live, melainkan dengan tapping. Pada tahap ini, tim produksi terjun ke lapangan untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Mereka bekerjasama agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Pengawasan serta penanganan kendala-kendala sangat diperhatikan untuk bisa memperoleh hasil yang terbaik.

3. Tahap pasca produksi

Pada tahap ini, proses editing dilakukan dengan berbagai pertimbangan, terutama proses memotong materi yang tidak pantas tayang di televisi, misalnya banyak sekali kata-kata yang tidak pantas dari comic. Karenanya, bagian-bagian tersebut dibuang demi kelayakan siaran. Selain itu, karena durasi tayang yang cukup singkat, yaitu setiap comic hanya mendapat durasi 10 menit, maka yang dimasukkan hanya bagian yang penting dan sesuai dengan kebutuhan penonton.

A. Analisis dan Pembahasan

Dalam penelitian ini, peneliti berupaya mengungkap proses dan strategi produksi Stand Up Comedy yang dilakukan tim produksi, yaitu melalui wawancara dan observasi terkait proses produksi program ini yang diawali dengan perencanaan, penentuan tema, penentuan line up siapa yang cocok untuk tampil, pembuatan materi, penyaringan materi yang pantas untuk tayang, penentuan waktu tapping dan shooting, editing, pengiriman materi ke QUC, kemudian dilanjutkan dengan proses penyaringan dibagian ditbang. Setelah semuanya telah selesai, maka program tersebut siap tayang.

1. Analisa Ide dan Konsep Program

Terbentuknya sebuah program bersumber dari ide dasar yang melatari bagaimana program tersebut akan dikembangkan. Ide dasar dari Stand Up Comedy berasal dari Manager Metro TV yang bernama Agus Mulyadi atau yang akrab disapa Mas Amu. Dia menginginkan acara komedi yang berbeda dari biasanya dapat ditayangkan di Metro TV, namun tetap beracuan pada tagline Metro TV (knowledge to elevate). Mengingat program yang ada di Metro TV banyak berisi hard news, Stand Up Comedy merupakan program soft news yang mampu menghibur penonton sekaligus tetap memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan tentang berita-berita yang masih baru.

Penayangan program informasi dalam bentuk komedi juga merupakan solusi bagi kemungkinan adanya penonton yang bosan mengikuti program hard news. Dengan program ini, penonton bisa terhibur tanpa mengabaikan perkembangan berita terkini. Stand Up Comedy termasuk kategori Variety Show, yang memiliki unsur lawakan sekaligus informasi dan pengetahuan di dalamnya.

(7)

2. Analisis Proses Pra Produksi

Untuk menciptakan program yang berkualitas dan layak untuk disiarkan, tim produksi benar-benar harus merencanakan suatu proses pembuatan program secara matang dan jelas. Karena proses produksi yang dijalankan akan menentukan hasil yang didapat. Selain berpengaruh terhadap image saluran televisi tersebut, program yang direncanakan secara matang dapat memenuhi arah pengembangan yang diharapkan.

3. Analisis Proses Produksi

Proses produksi merupakan inti dari tahap pembuatan sebuah program acara. Produksi program televisi pada umumnya adalah proses shooting, namun produksi program Stand Up Comedy berbeda dengan kebanyakan program televisi lainnya, yaitu melalui tapping.

Proses produksi program Stand Up Comedy ini lebih sederhana dan singkat dibandingkan dengan televisi swasta pada umumnya. Untuk proses tapping ini,tim produksi menyeleksi comic yang akan ditampilkan, serta membantu berbagai keperluan yang dibutuhkan comic. Disiplin comic sering menjasi kendala produksi. Biasanya ada comic yang telat datang, sedangkan tapping sudah mulai. Untuk proses produksi, semua tim yang berkepentingan turun kelapangan agar bisa melihat secara langsung proses ptoduksinya apakah masih ada yang kurang atau semuanya sudah lengkap.

Dalam tahap pra produksi, tim produksi mengadakan meeting terlebih dahulu untuk membicarakan konsep apa yang akan digunakan dalam proses tapping, kemudian menentukan line up atau proses penyaringan comic-comic yang akan tampil diatas panggung, sehingga ditemukan comic yang mempunyai keunggulan saat melawak di televisi. Proses ini juga untuk melatih comic agar saat tampil tidak mengalami down. Karenanya, tim redaksi selalu mengajari comic agar lancar saat bermonolog diatas panggung.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang didapat dalam konsep yang dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya adalah bahwa proses produksi Stand Up Comedy berbeda dengan proses produksi program televisi pada umumnya. Meski demikian, tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses produksi secara umum tetap sama, seperti menentukan ide dan konsep program, pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Kesimpulan terkait proses dan strategi produksi dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Ide Program

Stand Up Comedy termasuk dalam kategori variety show, karena meski cenderung menekankan pada unsur lawakan, program ini memuat informasi serta pengetahuan di dalamnya. Berdasarkan tagline Metro TV, yaitu knowledge to elevate, program ini diberi muatan informasi dan pengetahuan up-to-date yang dikemas menarik dan menghibur. Dengan kata lain, Stand Up Comedy adalah komedi yang cerdas.

2. Konsep Program

Karakteristik Stand Up Comedy berbeda dengan jenis komedi lainnya. Dalam acara Stand Up Comedy, komedi dibawakan oleh satu orang comic secara monolog kemudian menyampaikan isi sesuai dengan materi yang telah dikonsepkan. Stand Up Comedy ini merupakan program yang bukan slapstick atau tidak menggunakan barang sebagai faktor pendukung. Daya tarik program terletak pada kecerdasan comic dalam mengembangkan materi atau tema yang masih ramai dibicarakan.

Setelah melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Program Stand Up Comedy seharusnya bisa menjadi program unggulan yang dapat menghasilkan comic-comic yang mempunyai pengalaman tentang berita yang sedang up to date.

2. Lebih membuat suatu konsep yang baru agar penonton tidak bosan dengan program yang sekarang ini, serta lebih memperhatikan konsep ke depannya seperti apa.

3. Mencari comic-comic yang lebih cocok dengan kriteria yang ada sehingga saat proses tapping tidak menghambat produksi.

(8)

4. Sebaiknya comic tidak lagi mengeluarkan kata-kata yang kasar karena dapat mengganggu saat proses editing dan banyak materi yang harus dibuang.

REFERENSI

Daymon, C., & Holloway, I. (2008). Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Maketing Communications. Yogyakarta: Bentang.

Masduki. (2005). Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS. Moleong, L. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif (Revisi Cetakan ke-22). Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, RnD. Bandung: Alfabeta.

RIWAYAT PENULIS

Devie Aryanthi lahir di kota Jakarta pada 11 Agustus 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang Ilmu Komunikasi Pemasaran dan Jurusan Pertelevisian pada tahun 2013.

Gambar

Gambar 1.1 Rating dan Share Stand Up Comedy (Sumber Nielsen)

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis ketiga yaitu saluran distribusi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen membeli sepeda motor pada APP KTM RODA TIGA di Sidoarjo dapat

NTP-Padi terhadap biaya produksi dan barang modal juga menunjukan penurunan (koefisien regressi -0,22), yang mengindikasikan bahwa dalam periode tahun 2006-2008 laju peningkatan

Kesimpulan dari penelitian ini yakni: 1) Pada setiap subtema buku siswa kelas 4 tema 2 karya Sumini, dkk. telah mengacu pada pembelajaran dengan pendekatan keterampilan

Library Pathfinder merupakan panduan yang dibuat oleh pustakawan referensi untuk menjalankan salah satu fungsi layanan referensi yaitu fungsi bibliografi yang

Perairan laut NKRI yang memiliki Dokumen RTRLN *) *) *) BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Program Penyelenggaraa n Informasi Geospasial Pemetaan Tata Ruang dan Atlas

Melakukan pencegahan terjadinya distorsi Mengelas material dengan proses yang benar dehasil kualitas las yang baik 4 Merakit komponen fabrikasi Melakukan perakitan menggunakan

Adapun judul dalam penelitian Akibat Hukum Pailit Pada Perusahaan Asuransi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Pengajian merupakan salah satu aktivitas dakwah dengan metode khithabah yang sangat penting, karena dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman, pengisian rohani,