• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Sosio Demografi dan Sosial Budaya Dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan Kota Madya Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Faktor Sosio Demografi dan Sosial Budaya Dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan Kota Madya Medan Tahun 2014"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIO DEMOGRAFI DAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI TUBEKTOMI

DI KELURAHAN BELAWAN BAHAGIA KECAMATAN MEDAN BELAWAN

KOTA MADYA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Oleh

ROSTINAH MANURUNG 127032159/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

HUBUNGAN FAKTOR SOSIO DEMOGRAFI DAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI TUBEKTOMI

DI KELURAHAN BELAWAN BAHAGIA KECAMATAN MEDAN BELAWAN

KOTA MADYA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

ROSTINAH MANURUNG 127032159/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN FAKTOR SOSIO DEMOGRAFI DANSOSIAL BUDAYA DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI TUBEKTOMI DI KELURAHAN BELAWAN BAHAGIA KECAMATAN MEDAN BELAWAN KOTA MADYA MEDAN TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : RostinahManurung

Nomor Induk Mahasiswa : 127032159

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(

Ketua

Drs. Heru Santosa. M.S, PhD) (Drs. Eddy Syahrial, M.S Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 28 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa. M.S., Ph.D Anggota : 1. Drs. Eddy Syahrial, M.S

2. Drs. Tukiman, M.K.M

(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN FAKTOR SOSIO DEMOGRAFI DAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI TUBEKTOMI

DI KELURAHAN BELAWAN BAHAGIA KECAMATAN MEDAN BELAWAN

KOTA MADYA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar pasca sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2014

(6)

ABSTRAK

Kontrasepsi wanita (MOW)/Tubektomi tergolong rendah di Kecamatan Medan Belawan (3,93%) yaitu belum mencapai target 20%. Keberadaan kontrasepsi tubektomi diduga kurang didukung oleh faktor sosial demografi masyarakat meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, penghasilan dan jumlah anak serta faktor sosial budaya meliputi kepercayaan, nilai, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor sosio demografi dan sosial budaya dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan. J

Hasil penelitian menunjukkan faktor umur, pengetahuan, penghasilan dan jumlah anak, kepercayaan, nilai, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi. Sedangkan variabel pendidikan, pekerjaan dan agama tidak berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi.

enis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah semua peserta KB aktif yang berumur 20–49 tahun dan berdomisili di Kelurahan Belawan Bahagia sebanyak 1.315 responden. Sampel diambil sebanyak 136 responden dengan teknik simple random sampling dengan memilih nomor angka genap akseptor KB. Pengumpulan data melalui kuesioner dan Data dianalisis secara univariat dan bivariat.

Petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang kontrasepsi tubektomi khususnya usia di bawah 30 tahun supaya ibu lebih memahami dan tidak takut lagi terhadap proses pemasangan tubektomi melalui tindakan operasi, dan melalui pendekatan tokoh masyarakat dan tokoh agama sebagai panutan yang dapat memberikan keyakinan bahwa kontrasepsi tubektomi tidak dilarang agama.

(7)

ABSTRACT

Female contraception(MOW) / Tubectomy relatively low in Medan Belawan District (3.93%) is not reached the target of 20%. The presence of tubectomy contraception suspected less supported by the demographic social factors of community include age, education, knowledge, income and number of children,also socio-cultural factors including beliefs, values, customs and habits of the people.

The purpose of this study was to determine the effect of socio-demographic factors and socio-cultural in the use of tubecto my contraceptive in Village of Belawan Bahagia,Medan Belawan Subdistrict. The study was observational with cross sectional approach. The population is all active planning participants aged 20-49 years and residing in Village of Belawan Bahagia are 1,315 respondents. Sample had taken as many as 136 respondents through sampling random technique by selecting even number of family planning acceptors. The data collecting had done through questionnaires. Data were analyzed by univariat and bivariate.

The results showed there is effect of socio-demographic (number of children with pvalue=0.005), and socio-cultural with p value = 0.001, customs with p value =0.003, habits of the people with p value = 0.002) in the use of contraceptive tubectomy. Variable with dominant value influence the use of tubectomy contraceptive. Socio-demographic variables (age, education, knowledge, and income) and socio-cultural(beliefs) did not affect the use of contraception tubectomy.

The head of village and the other relevant agencies provide convenience of health care and incentives for tubectomy acceptors and provide health information about family planning of tubectomy be more easily adopted by the community/family. Empower health workers and community leaders as an instructorin activities of PKK and Posyandu.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas berkat dan limpahan rahmatNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Faktor Sosio

Demografi dan Sosial Budaya Dengan Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan Kota Madya Medan Tahun 2014 ”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan

Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H., M.Sc (CTM)., Sp.A., (K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(9)

4. Drs. Heru Santosa. M.S., PhD dan Drs. Eddy Syahrial, M.S atas segala

ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan,

dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini

selesai.

5. Drs. Tukiman, M.K.M selaku Tim Penguji yang telah banyak memberikan saran,

bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.

6. Drs. Said Haidir, M.S.P, selaku Camat Kecamatan Medan Belawan, Sri Purwanti

selaku Ketua PPLKB kec Medan Belawan, Aji Torop S.Pd, selaku Lurah

kelurahan Belawan Bahagia yang telah memberikan izin penelitian dan

memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan

pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Dr. H.R I Ritonga M.sC selaku Ketua yayasan Imelda Medan, dr. Imelda L

Ritonga, SKP. M.Pd. MN selaku Ketua STIKes Imelda Medan yang telah

memberikan izin dan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan

pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

8. Para Dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas

Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Teristimewa buat suami tercinta Sailan Panjaitan, SKM dan ananda tersayang

Aqila Putri Rosaila Panjaitan yang telah menjadi motivator untuk menyelesaikan

(10)

10.Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada ayahanda H. Middin

Manurung, dan Ibunda Hj. Sofiah Br Sinurat, Mertua ayahanda Syahbuki Pjt dan

Ibunda Maimun Dalimunthe serta Kakak Yusrita M, AmKeb, dan adik Edi

Gunawan M. SP, Guntur Hendrawan M. SH, dr. Ratna S Dewi M, Indra S Bhakti

M, Budi E.S M dan seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan

dukungan moril serta doa & motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

11.Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam

penyusunan tesis ini.

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan

kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan

harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan

dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2014 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Rostinah Manurung, lahir pada tanggal 05 Juni 1976 di Desa Padang Sari Kec

Tinggi Raja Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara, beragama Islam, anak

kedua dari tujuh bersaudara dari pasangan H. Middin Manurung dan Ibunda Hj.

Sofiah br Sinurat, penulis telah menikah pada tahun 2010 dengan Sailan Panjaitan,

SKM dan dikaruniai 1 (satu) orang putri yang bernama Aqila Putri Rosaila panjaitan,

bertempat tinggal di Jln Sakti Lubis Gg Bali No 52 Simpang Limun Medan.

Penulis mulai melaksanakan pendidikan SD Negeri 014893 Terusan Tengah

tamat pada tahun 1989, melanjutkan pendidikan SMPAl-Washliyah Tinggi Raja

tamat pada tahun 1992,melanjutkan pendidikan SMA Taman Siswa Kisaran tamat

tahun 1995, melanjutkan pendidikan D-III Keperawatan Gita Matura Abadi Kisaran

tamat tahun 1998, serta Penulis melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan di

Universitas Sari Mutiara Medan tamat tahun 2004. Kemudian pada tahun 2012

penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Penulis mulai bekerja sebagai Dosen tetap di yayasan Imelda medan mulai

(12)

DAFTAR ISI

2.1.2. Unsur-unsur Demografi ... 9

2.2. Konsep Sosial Budaya ... 18

2.2.1. Pengertian Sosial Budaya ... 18

2.2.2. Pembagian Kebudayaan ... 18

2.2.3. Unsur-unsur dalam Sosial Budaya ... 19

2.3. Kontrasepsi ... 21

2.3.1. Definisi ... 21

2.3.2. Persyaratan Metode Kontrasepsi Ideal ... 23

2.3.3. Pengertian Tubektomi ... 25

2.3.4. Syarat-syarat untuk Menjadi Akseptor Kontrasepsi Tubektomi ... 26

2.3.5. Indikasi yang Boleh Menjalani Tubektomi ... 26

2.3.6. Kontra Indikasi (Tidak Boleh Menjalani Tubektomi) 26

2.3.7. Waktu Pelaksanaan Tubektomi ... 27

(13)

2.3.9. Keterbatasan Tubektomi ... 28

2.3.10.Persiapan Klien Tubektomi ... 28

2.3.11.Mekanisme Tubektomi ... 29

2.3.12.Perawatan Pasca Bedah ... 32

2.3.13.Pesan Kepada Klien Sebelum Pulang ... 32

2.3.14.Kontrol Ulang ... 33

2.3.15.Kegagalan ... 33

2.4. Landasan Teori ... 34

2.5. Kerangka Teori ... 36

2.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 36

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 38

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ... 44

3.5.1. Variabel Penelitian ... 44

3.5.2. Defenisi Operasional ... 44

3.6. Metode Pengukuran ... 46

3.7. Metode Analisis Data ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 48

4.1 Deskripsi Wilayah Kelurahan Belawan Bahagia ... 48

4.1.1 Gambaran Pelaksanaan Program KB ... 48

4.1.2 Proses dan Prosedur Pelayanan Kontrasepsi Tubektomi ... 49

4.2 Analisis Univariat ... 50

4.2.1 Sosio Demografi Responden ... 50

4.2.2 Pengetahuan ... 51

4.2.3 Sosial Budaya ... 53

4.2.4 Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 59

(14)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 65

5.1 Hubungan Sosio Demografi terhadap Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 65

5.1.1 Hubungan Umur terhadap Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 65

5.1.2 Hubungan Pendidikan terhadap Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 66

5.1.3 Hubungan Pekerjaan terhadap Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 67

5.1.4 Hubungan Pengetahuan terhadap Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 68

5.1.5 Hubungan Agama terhadap Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 70

5.1.6 Hubungan Penghasilan terhadap Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 71

5.1.7 Hubungan Jumlah Anak terhadap Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 73

5.2 Hubungan Sosial Budaya terhadap Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 74

5.2.1 Hubungan Kepercayaan terhadap Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 74

5.2.2 Hubungan Nilai terhadap Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 75

5.2.3 Hubungan Adat Istiadat terhadap Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 77

5.2.4 Hubungan Kebiasaan Masyarakat terhadap Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 78

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

6.1 Kesimpulan ... 80

6.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1. Distribusi Data Pencapaian Peserta KB Aktif Wanita sampai Bulan Februari 2014 Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan

Medan Belawan ... 38

3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ... 43

3.3. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 46

4.1. Distribusi Sosio Demografi Responden ... 50

4.2. Distribusi Frekuensi Akses Informasi yang Diperoleh Responden ... 52

4.3 Kategori Pengetahuan Responden ... 52

4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kepercayaan .. 53

4.5 Kategori Kepercayaan Responden ... 54

4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Nilai ... 55

4.7 Kategori Nilai Responden ... 55

4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Adat Istiadat .. 56

4.9 Kategori Adat Istiadat Responden... 57

4.10 Distribusi Jawaban Responden tentang Kebiasaan Masyarakat ... 58

4.11 Kategori Kebiasaan Masyarakat... 59

4.12 Kategori Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi ... 59

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Kerangka Teori Hubungan Sosio Demografi dan Sosial Budaya

dengan Penggunaan Kontrasepsi Menurut Teori Bertrand (1980) 36

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden ... 85

2. Kuesioner Penelitian ... 86

3. Hasil Pengolahan Data ... 90

4. Surat Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 115

5. Surat Balasan Penelitian dari Kecamatan Medan Belawan ... 116

(18)

ABSTRAK

Kontrasepsi wanita (MOW)/Tubektomi tergolong rendah di Kecamatan Medan Belawan (3,93%) yaitu belum mencapai target 20%. Keberadaan kontrasepsi tubektomi diduga kurang didukung oleh faktor sosial demografi masyarakat meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, penghasilan dan jumlah anak serta faktor sosial budaya meliputi kepercayaan, nilai, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor sosio demografi dan sosial budaya dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan. J

Hasil penelitian menunjukkan faktor umur, pengetahuan, penghasilan dan jumlah anak, kepercayaan, nilai, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi. Sedangkan variabel pendidikan, pekerjaan dan agama tidak berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi.

enis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah semua peserta KB aktif yang berumur 20–49 tahun dan berdomisili di Kelurahan Belawan Bahagia sebanyak 1.315 responden. Sampel diambil sebanyak 136 responden dengan teknik simple random sampling dengan memilih nomor angka genap akseptor KB. Pengumpulan data melalui kuesioner dan Data dianalisis secara univariat dan bivariat.

Petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang kontrasepsi tubektomi khususnya usia di bawah 30 tahun supaya ibu lebih memahami dan tidak takut lagi terhadap proses pemasangan tubektomi melalui tindakan operasi, dan melalui pendekatan tokoh masyarakat dan tokoh agama sebagai panutan yang dapat memberikan keyakinan bahwa kontrasepsi tubektomi tidak dilarang agama.

(19)

ABSTRACT

Female contraception(MOW) / Tubectomy relatively low in Medan Belawan District (3.93%) is not reached the target of 20%. The presence of tubectomy contraception suspected less supported by the demographic social factors of community include age, education, knowledge, income and number of children,also socio-cultural factors including beliefs, values, customs and habits of the people.

The purpose of this study was to determine the effect of socio-demographic factors and socio-cultural in the use of tubecto my contraceptive in Village of Belawan Bahagia,Medan Belawan Subdistrict. The study was observational with cross sectional approach. The population is all active planning participants aged 20-49 years and residing in Village of Belawan Bahagia are 1,315 respondents. Sample had taken as many as 136 respondents through sampling random technique by selecting even number of family planning acceptors. The data collecting had done through questionnaires. Data were analyzed by univariat and bivariate.

The results showed there is effect of socio-demographic (number of children with pvalue=0.005), and socio-cultural with p value = 0.001, customs with p value =0.003, habits of the people with p value = 0.002) in the use of contraceptive tubectomy. Variable with dominant value influence the use of tubectomy contraceptive. Socio-demographic variables (age, education, knowledge, and income) and socio-cultural(beliefs) did not affect the use of contraception tubectomy.

The head of village and the other relevant agencies provide convenience of health care and incentives for tubectomy acceptors and provide health information about family planning of tubectomy be more easily adopted by the community/family. Empower health workers and community leaders as an instructorin activities of PKK and Posyandu.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kontrasepsi merupakan usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan,

Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Kontrasepsi yang

bersifat permanen pada wanita dinamakan tubektomi dan pada pria vasektomi.

Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus

memenuhi syarat-syarat, yaitu dapat dipercaya, tidak ada efek yang mengganggu

kesehatan, daya kerjanya dapat diatur sesuai kebutuhan, tidak menimbulkan

gangguan sewaktu melakukan hubungan seksual, tidak memerlukan motivasi terus –

menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya sehingga mudah dijangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat, serta dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang

bersangkutan (Wiknjosastro, 2010).

Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak masalah kependudukan

hingga saat ini belum bisa diatasi. Untuk mewujudkan Indonesia yang berkualitas

maka pemerintah memiliki visi dan misi baru.Visi baru pemerintah tersebut yaitu

mewujudkan “Keluarga yang berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas

adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, mempunyai jumlah anak ideal,

berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan

(21)

sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai

integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (Saifuddin, 2006).

Masalah kependudukan yang tengah dihadapi Indonesia adalah angka

kematian ibu hamil dan melahirkan yang masih tinggi yaitu 359 per 100.000

kelahiran hidup (Survei demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012). Angka ini

merupakan angka tertinggi dinegara Asia Tenggara bila dibanding dengan Filipina

yang hanya 20 per100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian para ibu itu sebagian

besar akibat perdarahan, infeksi, dan keracunan kehamilan dalam masa

reproduksi.(Kemenkes, 2012).

Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 bahwa

penggunaan metode kontrasepsi mantap masih rendah, jumlah peserta KB yang

menggunakan kontrasepsi tubektomi (MOW) yaitu 3,2%, padahal tubektomi

merupakan alat kontrasepsi yang dianggap sangat efektif, murah dan aman dalam

menghentikan kehamilan.

Data BKKBN Provinsi Sumatera Utara menunjukkan sampai bulan Februari

2014 jumlah PUS 328.240Pasangan Usia Subur, Jumlah akseptor KB aktif 222.449

peserta (67,77%), akseptor KB Non Aktif 105.791 peserta (32,23%), Suntik

sebanyak 3563 peserta, Pil sebanyak 10018 peserta, Kondom 14164 peserta

(86,62%), implant sebanyak 17953 peserta (28,72%), IUD sebanyak 29275 peserta

(46,83%), MOW sebanyak 13097 peserta (20,95%), MOP sebanyak 2187 peserta

(3,50%) dilihat dari data diatas peserta KB MOW sdh tinggi tapi belum mencapai

(22)

BKKBN Kota Medan Melaporkan sampai Februari 2014 Jumlah PUS

328.240 Pasangan Usia Subur, Jumlah akseptor KB aktif 222.449 peserta (67,77%),

akseptor KB Non Aktif 105.791 peserta (32,23%), Suntik sebanyak 3563 peserta, Pil

sebanyak 10018 peserta, Kondom 14164 peserta (86,62%), implant sebanyak 17953

peserta (28,72%), IUD sebanyak 29275 peserta (46,83%), MOW sebanyak 13097

peserta (20,95%), MOP sebanyak 2187 peserta (3,50%). (BKKBN Kota Medan,

2014)

Berdasarkan data laporan PPLKB Kecamatan Medan Belawan sampai

Februari 2014 jumlah PUS sebanyak 16.328 Pus, dan akseptor KB Aktif sebanyak

11995(73,22%), Akseptor KB non Aktif 4387 (26,78%), Suntik sebanyak 4383

peserta (36,54%), PIL sebanyak 4285 peserta (35,70%), Kondom 546 Peserta

(4,56%), Implant 1070 peserta (8,92%), IUD 969 peserta (8,10%), MOW 472 peserta

(3,93%), MOP 270 Peserta (2,25%). Dilihat dari data diatas bahwa pemakaian

kontrasepsi permanen metode operasi wanita (MOW)/Tubektomi masih pada kategori

rendah belum mencapai target yaitu 20%.

Berdasarkan data laporan PPLKB aktif di Kelurahan Belawan Bahagia

Kecamatan Medan Belawan sampai Februari 2014 jumlah PUS sebanyak 1794

PUS, dan akseptor KB Aktif sebanyak 1315 (73,3%), Akseptor KB non Aktif 479

(26,7%), Suntik sebanyak 404 peserta (30,7%), PIL sebanyak 568 peserta (43,2%),

Kondom 35 Peserta (2,7%), Implant 151 peserta (11,5%), IUD 60 peserta (4,5%),

(23)

pemakaian kontrasepsi permanen metode operasi wanita (MOW)/Tubektomi masih

pada kategori rendah. Setelah dilakukan wawancara dengan beberapa akseptor

MOW/Tubektomi di Kelurahan Belawan Bahagia masih ditemukan masalah, hasil

wawancara bahwa 2 akseptor yang sudah dilakukan tindakan MOW/tubektomi belum

mengetahui kontrasepsi MOW/Tubektomi dan keuntungan memilih kontrasepsi

MOW/Tubektomi, dan perilaku akseptor KB yang tidak berusaha untuk memperoleh

informasi mengenai KB ke pelayanan kesehatan, sehingga dapat berdampak terhadap

penyesalan.

Tantangan berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan

diIndonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup

tinggi serta penyebaran penduduk yang tidak merata diseluruh wilayah. Selain

masalah tersebut, masalah lain yang masih perlu diperhatikan adalah masalah sosial

budaya masyarakat, seperti tingkat pengetahuan yang belum memadai, terutama pada

golongan wanita, kebiasaan negatif yang berlaku dimasyarakat, adat istiadat, perilaku

dan kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Angka

kematian dan kesuburan di Indonesia berkaitan dengan faktor sosial budaya

masyarakat, faktor ini meliputi tingkat pendidikan penduduk khususnya wanita yang

masih rendah, keadaan sosial ekonomi yang belum memadai, tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang masih rendah, petugas kesehatan

yang belum merata, dan jauhnya lokasi tempat pelayanan kesehatan dari rumah

penduduk, kebiasaan adat istiadat serta perilaku masyarakat yang kurang menunjang

(24)

Demografi dalam pengertian yang sempit dinyatakan sebagai “demografi

Formal” yang memperhatikan ukuran atau jumlah penduduk, distribusi atau

persebaran penduduk.Struktur penduduk atau komposisi, dan dinamika atau

perubahan penduduk, ukuran penduduk menyatakan jumlah orang dalam suatu

wilayah tertentu.Distribusi penduduk menyatakan jumlah orang dalam suatu wilayah

tertentu.Distribusi penduduk menyatakan persebaran penduduk di dalam suatu

wilayah pada suatu waktu tertentu, baik berdasarkan wilayah geografi maupun

konsentrasi daerah pemukiman.Struktur penduduk menyatakan komposisi penduduk

berdasarkan jenis kelamin atau golongan umur.

Pengaruh Sosial Budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting

dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial

budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu

daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan

sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negative.Demikian juga

budaya masyarakat yang kurang mendukung inovasi alat kontrasepsi dan kurang

dapat menerima kehadiran alat kontrasepsi MOW/Tubektomi dalam kehidupan suami

Istri.Sistem sosial budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat

abstrak yang terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan. Dengan

demikian sistem kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa

Indonesia disebut adat–istiadat. Dalam adat istiadat terdapat juga sistem norma dan

disitulah salah satu fungsi sistem budaya adalah menata serta menetapkan tindakan

(25)

saling berkaitan satu dengan lainnya, sehingga tercipta tata kelakuan manusia

terwujud dalam unsur kebudayaan sebagai suatu kesatuan (Kalangie, 1994).

Pengetahuan mengenai pembatasan kelahiran dan keluarga berencana (KB)

merupakan salah satu aspek penting kearah pemahaman tentang berbagai alat/cara

kontrasepsi yang tersedia. Selanjutnya pengetahuan tersebut akan berpengaruh

kepada pemakaian alat/cara kontrasepsi yang tepat dan efektif. Pengetahuan

responden mengenai metode kontrasepsi diperoleh dengan cara menanyakan semua

jenis alat atau cara kontrasepsi yang pernah didengar untuk menunda atau

menghindari terjadinya kehamilan dan kelahiran. Informasi mengenai pemakaian

kontrasepsi penting untuk mengukur keberhasilan program KB. Informasi ini

diperoleh dengan cara menanyakan apakah pada saat wawancara dilakukan responden

atau pasangannya menggunakan suatu jenis alat atau cara kontrasepsi (Tukiran,

2010).

Pada tahun 2012, program Keluarga Berencana di Indonesia menetapkan visi

“Penduduk tumbuh seimbang tahun 2015”, misi dari Program Keluarga Berencana

adalah mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan dan mewujudkan

keluarga kecil bahagia sejahtera. Strategi utama mencakup penguatan kemitraan

dengan sektor terkait maupun dengan pemerintah daerah. Strategis khusus telah

dikembangkan untuk provinsi yang memiliki penduduk besar serta yang mengalami

masalah kesehatan. Program Keluarga Berencana juga bertujuan mempercepat

pencapaian Millenium Development Goals(MDGs) pada tahun 2015 (SDKI 2012).

(26)

tentang hubungan faktor sosio demografi dan sosial budaya dengan penggunaan

kontrasepsi tubektomi di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan

Kota Madya Medan.

1.2. Permasalahan

Penggunaan kontrasepsi permanen yaitu metode operasi wanita

(MOW)/Tubektomi masih pada kategori rendah di Kelurahan Belawan Bahagia

Kecamatan Medan Belawan Kota Madya Medan dibandingkan metode kontrasepsi

lainnya yaitu MOW 62 peserta (4,7%), sedangkan suntik sebanyak 404 peserta

(30,7%), PIL sebanyak 568 peserta (43,2%), implant 151 peserta (11,5%), dan IUD

60 peserta (4,5%), maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada hubungan

faktor sosio demografi dan sosial budaya dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi

di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor sosio

demografi dan sosial budaya dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi di Kelurahan

Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan.

1.4. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan faktor sosio demografi (umur, pendidikan, pengetahuan,

pekerjaan, agama, penghasilan, jumlah anak) dengan penggunaan kontrasepsi

(27)

2. Ada hubungan faktor sosial budaya (kepercayaan, nilai, adat istiadat, kebiasaan

masyarakat) dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pasangan usia

subur (PUS) yang akan menggunakan kontrasepsi tubektomi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi petugas kesehatan dalam

memberikan pelayanan Keluarga Berencana (KB) kepada pasangan usia subur

(PUS) dan dapat melaksanakan pemasangan alat kontrasepsi dengan baik dan

benar.

3. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang akan melanjutkan penelitian ataupun

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sosio Demografi 2.1.1. Defenisi

Demografi adalah tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai rakyat

atau penduduk. Demografi merupakan ilmu yang mempelajari secara statistik dan

matematik tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan

perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu

kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial

(FE UI. 2007).

Demografi merupakan ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaaan

perubahan-perubahan penduduk atau dengan kata lain segala hal ihwal yang

berhubungan dengan komponen-komponen perubahan tersebut seperti : kelahiran,

kematian, migrasi, sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk

menurut jenis kelamin tertentu (Kalangie, 1994).

2.1.2. Unsur-unsur Demografi

1. Umur

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa

awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya adalah 41 sampai

60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun. Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang

(29)

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,

individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih

banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia

tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk

membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal

dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini (Cahyono, 2009).

2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan didalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang

akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari

media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya

dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan

bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan

rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal

akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang

(30)

negative, kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang

terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obtek yang diketahui

akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

Beberapa negara maju yang wanitanya berpendidikan lebih tinggi cenderung

menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan. Karena umumnya mereka

menyadari perlunya mengatur jarak kehamilan. Peningkatan partisipasi pasangan di

bidang pendidikan akan berdampak pada pembatasan jumlah dan jarak anak yang

dilahirkan, terutama disebabkan meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab dalam

hidup berumah tangga (Bappenas, 2007).

3. Pekerjaan

Menurut Wales (2009), Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang

dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu

tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan

sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi.

Menjadi seorang ibu merupakan anugerah tersendiri bagi perempuan.

Sementara menjadi ibu bekerja juga kebutuhan hidup sekaligus keasyikan tersendiri.

Saat keduanya harus bersinergi realisasinya tidaklah mudah.

Pekerjaan adalah sekumpulan kedudukan (posisi) yang memiliki persamaan

kewajiban atau tugas – tugas pokoknya. Dalam kegiatan analisis jabatan, satu

pekerjaan dapat diduduki oleh satu orang, atau beberapa orang yang tersebar

(31)

4. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu seseorang setelah melakukan

penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi malalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(Notoadmotjo, 2007).

Pendidikan adalah proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan

perilaku manusia melalui pengajaran. Tingkat pendidikan yang tinggi menjadi dasar

keberhasilan dalam bisnis atau bidang profesi, yang akan membuka jalan bagi

individu bersangkutan untuk menjalin hubungan dengan orang yang statusnya lebih

tinggi. Implikasinya, semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin

berkualitas (Hurlock, 2004).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang oleh karena itu dari pengalaman dan penelitian

ternyata sikap dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada

sikap dan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmotjo, 2007).

5. Agama

Agama berasal dari bahasa sansekerta yang menunjukan pada system

kepercayaan dalam Hinduisme dan Budhisme di India, agama terdiri dari kata “a”

(32)

peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan , serta mengantarkan manusia

menuju keteraturan dan ketertiban.

KB secara principal dapat diterima oleh Agama Islam, bahkan KB dengan

maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan

yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari’at Islam yaitu mewujudkan

kemaslahatan bagi umatnya. Selain itu, KB juga memiliki sejumlah manfaat yang

dapat mencegah timbulnya kemudaratan Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut

Islam adalah yang cara kerjanya mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat

sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri oleh yang bersangkutan atau

oleh orang lain yang tidak haram memandang auratnya atau oleh orang lain yang

pada dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia

dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan

yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudarat) bagi

kesehatan.

Diberbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam

memilih metode. Sebagai contoh penganut Katholik yang taat membatasi pemilihan

kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagai pemimpin Islam pengklaim bahwa

sterilisasi dilarang sedangkan sebagian lainnya mengijinkan. Walaupun agama Islam

tidak melarang metode kontrasepsi secara umum, para akseptor wanita berpendapat

bahwa pola perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan sebagian metode

hormonal akan sangat menyulitkan mereka selama haid mereka dilarang sembahyang

(33)

sehingga pola haid yang tidak teratur dapat menjadi masalah. KB bukan hanya

masalah demografi dan klinis tetapi juga mempunyai dimensi sosial – budaya dan

agama, khususnya perubahan system nilai dan norma masyarakat (Handayani, 2010).

Program KB juga telah memperoleh dukungan dari Departemen Agama

Republik Indonesia, hal ini terlihat dengan penandatangan bersama Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Memorandum of Understanding (MoU)

Nomor 1 Tahun 2007 dan Nomor 36/HK.101/FI/2007 tentang advokasi, komunikasi,

informasi dan Edukasi Program KB Nasional melalui peran lembaga keamanan, pada

9 Februari 2007. Dalam islam tetap ada orang atau kelompok yang mendukung KB.

Alasannya yang dikemukakan antara lain AL-Quran tidak membolehkan pemakaian

alat kontrasepsi yang dianggap sebagai membunuh bayi atau agama islam

menginginkan agar islam mempunyai umat yang besar dan kuat. Para ulama yang

membolehkan KB sepakat bahwa KB yang dibolehkan syariat adalah usaha

pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara

atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan

(maslahat) keluarga. Jadi jelas bahwa islam membolehkan KB karena penting untuk

menjaga kesehatan ibu dan anak, menunjang program pembangunan kependudukan

lainnya dan menjadi bagian dari hak asasi manusia. Sementara itu, agama–agama lain

di Indonesia umumnya mendukung KB. Agama Hindu memandang bahwa setiap

kelahiran harus membawa manfaat. Untuk itu kelahiran harus diatur jaraknya dengan

ber KB. Agama Budha yang memandang setiap manusia pada dasarnya baik, tidak

(34)

dalam pemahaman holistik sesuai dengan kehendak Allah. Untuk mengatur kelahiran

anak, suami-istri harus tetap menghormati dan menaati moral Katolik. Gereja Katolik

hanya menerima abstinensia dan pantang berkala (hubungan seksual hanya dilakukan

pada masa tidak subur dalam siklus bulanan seorang wanita) sebagai metode keluarga

berencana yang sesuai dengan pandangan gereja dan menolak secara tegas metode

KB lainnya (Proverawati 2009).

Pandangan iman Kristen Protestan tentang Keluarga berencana, etika sosial

keputusan ber KB yang diambil pasangan suami istri adalah tepat, karena mengingat

kegiatan sang istri yang sangat padat dan rencana keselamatan sang buah hati yang

belum ada. Mungkin jika sang istri memaksakan diri untuk hamil, selain aktivitasnya

akan terganggu, keselamatan calon anakpun akan terancam. Namun etika Kristen

berbicara tentang kehendak tuhan. Ukuran untuk menilai tindakan atau tingkah laku

manusia menurut etika Kristen harus dilihat dan dipertimbangkan dalam kaitannya

dengan kehendak tuhan. Hal ini penting sebab tindakan yang dinilai benar adalah

tindakan yang sesuai dengan kehendak tuhan. Sedangkan mencari kehendak tuhan

berarti juga mencari tuhan itu sendiri. Berangkat dari pemahaman ini, keputusan yang

diambil pasangan suami istri telah bertentangan dengan kehendak tuhan, sebab dalam

(kej 1:28) telah dijelaskan bahwa salah satu tugas manusia adalah untuk berketurunan

walaupun alasan yang diajukan masuk akal dan manusiawi. Menunda kehadiran anak

dalam keluarga sama juga menolak anugerah tuhan dalam hidup manusia. Sesuai

dengan firman tuhan dalam Matius 18:5 “barang siapa menyambut seorang anak

(35)

Penyelenggaraan program KB diIndonesia khususnya, sangatlah bermanfaat

untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Dalam KB terdapat aspek yang ingin

dicapai dalam bidang pembangunan seperti pembangunan sosial, kesehatan,

pendidikan dan pengetahuan umum, modernisasi kehidupan, pembangunan melalui

ekonomi dan sosial serta kesejahteraan rakyat (Rahmaniar, 2013)

6. Penghasilan

Menurut Undang-undang No 17 tahun 2004 penghasilan adalah setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik

berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi

atau untuk menambah kekayaan wajib pajak bersangkutan dengan nama dan dalam

bentuk apapun.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa penghasilan adalah tambahan

kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup ekonomisnya dalam suatu

periode tertentu, sepanjang tambahan kemampuan ini berupa uang atau dapat dinilai

dengan uang.

7. Jumlah Anak

Di daerah pedesaan anak mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Anak

dapat memberikan kebahagiaan kepada orang tuanya selain itu akan merupakan

jaminan di hari tua dan dapat membantu ekonomi keluarga, banyak masyarakat

didesa di Indonesia yang berpandangan bahwa banyak anak banyak rezeki. Dari

penelitian Mohamad Koesnoe tahun 2001 di daerah Tengger, petani yang mempunyai

(36)

yang dilakukan oleh proyek VOC (Value of children) menemukan bahwa

keluarga-keluarga yang tinggal dipedesaan Taiwan, Philipina, Thailand, mempunyai anak yang

banyak dengan alasan bahwa anak memberikan keuntungan ekonomi dan rasa aman

bagi keluarganya (Radita, 2009).

Preferensi jenis kelamin anak mayoritas budaya masyarakat didunia ini

memang menunjukan kecendrungan untuk lebih menyenangi kelahiran anak laki-laki

dibandingkan anak perempuan. Preferensi jenis kelamin laki-laki terutama terjadi

dikalangan budaya orang-orang Islam, Cina, India, dan di Indonesia, budaya ini

ditemukan dimasyarakat Batak dan masyarakat Bali. Preferensi anak laki-laki,

nampaknya menjadi hambatan untuk mewujudkan cita-cita dua anak harus dianggap

ideal dan juga untuk mengurangi tingkat fertilitas di China modern. Kebiasaan atau

adat dari suatu masyarakat yang memberikan nilai anak laki-laki lebih dari anak

perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan satu keluarga mempunyai

anak banyak. Bagaimana kalau keinginan untuk mendapatkan anak laki-laki ataupun

perempuan tidak terpenuhi mungkin akan menceraikan isterinya dan kawin lagi agar

terpenuhi keinginan memiliki anak laki-laki ataupun anak perempuan. Disinilah

norma adat istiadat perlu diluruskan karena tidak banyak menguntungkan bahkan

(37)

2.2. Konsep Sosial Budaya 2.2.1. Pengertian Sosial Budaya

Menurut Poerwadarminta (2008), sosial adalah segala sesuatu yang mengenai

masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan

kepentingan umum (kata sifat). Sosial berasal dari kata “socius” yang berarti segala

sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan secara bersama-sama.

Menurut Enda (2010), Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling

berhubungan.

Sedangkan budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta

“buddhayah” yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau

akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.

Soemardjan (2004) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya (masyarakat

menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang

diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya), rasa (jiwa manusia), dan cipta

(kemampuan mental dan kemampuan berpikir) masyarakat. Dalam pandangan

sosiologi, kebudayaan mempunyai arti yang lebih luas. Kebudayaan meliputi semua

hasil cipta, karsa, seni, dan karya manusia baik yang material maupun non material

(baik yang bersifat kebendaan maupun yang bersifat kerohanian) (Ahmadi, 2003).

2.2.2. Pembagian Kebudayaan

Dalam pandangan sosiologi, budaya dibagi menjadi dua yaitu:

1. Kebudayaan Material

(38)

atau alat-alat pengolahan alam, seperti : gedung, pabrik-pabrik, jalan-jalan,

rumah, alat-alat komunikasi, alat-alat hiburan, mesin dan sebagainya.

2. Kebudayaan Nonmaterial

Merupakan cipta, karsa yang berwujud kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat,

kesusilaan, ilmu pengetahuan, keyakinan, keagamaan, dan sebagainya.

2.2.3. Unsur-unsur dalam Sosial Budaya

Menurut Kalangie (1994) Unsur-unsur yang terkait dalam sosial budaya

meliputi :

1. Kepercayaan

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan di beberapa

wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun. Petugas kesehatan

pemerintah dianggap sabagai orang baru yang tidak mengenal masyarakat di

wilayahnya. Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang

lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi

mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika

seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan

pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang

dipercayai.

2. Nilai

Nilai adalah yang berguna bagi kehidupan manusia jasmani dan rohani. Nilai

adalah suatu perangkat preperensi yang diakui syahnya menurut aturan yang ada.

(39)

menghasilkan norma–norma dan mengajarkan bahwa norma – norma tersebut adalah

benar (Meriam, 2010).

Nilai adalah merupakan suatu hal yang nyata yang dianggap baik dan apa

yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah. Kimball Young

mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak di sadari tentang

apa yang di anggap penting dalam masyarakat. Sedangkan norma adalah kebiasaan

umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan

wilayah tertentu (Sarwono, 2007).

Nilai juga berarti Segala sesuatu yang dianggap berharga oleh masyarakat,

anggapan masyarakat tentang sesuatu yang diharapkan, indah, dan benar - keberadaan

nilai bersifat abstrak dan ideal, Bentuk-bentuk nilai, Pemikiran, Perilaku, Benda.

Nilai mempengaruhi individu berperilaku atau mengambil keputusan sesuai

dengan nilai tersebut. Nilai berfungsi sebagai rujukan dalam memilih dan

mengevaluasi tingkah laku dan kejadian – kejadian. Nilai berfungsi sebagai pengaruh

tingkah laku dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam penelitian ini, nilai yang terkait dengan pemilihan kontrasepsi

Tubektomi secara umum dengan pemahaman tentang sejauh mana makna kontrasepsi

tubektomi serta memahami bahwa Tubektomi suatu kontrasepsi yang efektif.

3. Adat Istiadat

Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan,

norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan disuatu

(40)

Adat istiadat adalah aneka kelaziman dalam suatu negeri yang mengikuti

pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini pada umumnya

menyangkut pengejawatahan untuk rasa seni budaya masyarakat, seperti acara-acara

keramaian anak negeri, seperti pertunjukan randai, saluang, rabab, tari-tarian dan

aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara perhelatan perkawinan,

pengangkatan penghulu, maupun untuk menghormati kedatangan tamu agung. Adat

istiadat semacam ini sangat tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat. Bila

sedang panen baik biasanya megah meriah, begitu pula bila keadaan sebaliknya.

Kebiasaan, adat istiadat, dan perilaku masyarakat sering kali merupakan

penghalang atau penghambat tercipatanya pola hidup sehat di masyarakat.

Kemampuan serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat. Contohnya : ada

beberapa daerah

4. Kebiasaan Masyarakat

yang menganggap mengonsumsi akohol berfungsi untuk

menghangatkan tubuh. Namun dalam kesehatan apabila kita mengonsumsi alkohol

secara berlebihan, maka akan membahayakan kerja tubuh (Mubarak, 2012).

Tradisi atau kebiasaan dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu

yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu

kelompok masyarakat biasanya dari suatu Negara, kebudayaan, waktu, atau agama

yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang

diteruskan dari generasi kegenerasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya

(41)

2.3. Kontrasepsi 2.3.1. Definisi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi sehingga kontra

berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel

telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari

kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu berdasarkan maksud

dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang

aktif melakukan hubungan seks dan keduanya memiliki kesuburan normal namun

tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008).

Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu metode yang digunakan

untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2007). Kontrasepsi adalah

usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan usaha-usaha-usaha-usaha itu bersifat sementara, dapat

juga bersifat permanen (Winkjosastro. 2010).

Program keluarga berencana yaitu usaha langsung untuk mengurangi angka

kematian mengatur jarak kelahiran yang bertujuan untuk memenuhi perintah

masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,

menurunkan tingkat/ angka kematian bayi, ibu dan anak serta penangulangan masalah

kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Arum,

2009).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini

(42)

dengan cara, alat atau obat. Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda,

menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari

kata “kontra” dan “konsepsi”.Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan

konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma

tersebut. Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan

kontrasepsi modern (metode efektif). Kontrasepsi sederhana terbagi lagi atas

kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa

alat dapat dilakukan dengan senggama terputus dan pantang berkala, sedangkan

kontrasepsi dengan alat/obat dapat dilakukan dengan menggunakan kondom,

diafragma atau cup, cream, jelly atau tablet berbusa (vaginal tablet) (Pinem, 2009).

Ada beberapa faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi

yaitu faktor pasangan, Faktor kesehatan, dan metode kontrasepsi. Dalam faktor

pasangan, harus mempertimbangkan dari segi umur, gaya hidup, frekuensi senggama,

dan jumlah anak yang diinginkan. Dalam faktor kesehatan, mempertimbangkan status

kesehatan, riwayat keluarga, dan pemeriksaan fisik. Sedangkan dalam faktor alat

kontrasepsi, harus mempertimbangkan efektifitas, dapat dipakai untuk jangka yang

panjang, komplikasi atau tidak menambah kelainan yang ada dan biaya (Pinem,

2009).

2.3.2. Persyaratan Metode Kontrasepsi Ideal

Tidak satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien

(43)

klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai

berikut :

a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan.

b. Berdaya guna dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat

mencegah kehamilan. Ada beberapa komponen dalam menentukan keefektifan

dari suatu metode kontrasepsi diantaranya adalah kefektifan teoritis, keefektifan

praktis, dan keefektifan biaya. Keefektifan teoritis (Theoretical effectiveness)

yaitu kemampuan dari suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya

kehamilan yang tidak diinginkan, apabila cara tersebut digunakan terus menerus

dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan tanpa kelalaian. Sedangkan

keefektifan praktis (Use effectiveness ) adalah keefektifan yang terlihat dalam

kenyataan dilapangan setelah pemakaian jumlah besar, meliputi segala sesuatu

yang mempengaruhi pemakaian seperti kesalahan, penghentian, kelalaian, dan

lain-lain.

c. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya

dimasyarakat. Ada dua macam penerimaan terhadap kontrasepsi yakni

penerimaan awal (Initial acceptability) dan penerimaan lanjut (Continued

acceptability). Penerimaan awal tergantung pada bagaimana motivasi dan

persuasi yang diberikan oleh petugas KB, penerimaan lanjut dipengaruhi oleh

banyak faktor seperti umur, motivasi, budaya, sosial ekonomi, agama, sifat yang

(44)

d. Terjangkau harganya oleh masyarakat.

e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali

kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap (Meilani, 2010).

2.3.3. Pengertian Tubektomi

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas

(kesuburan) seorang perempuan secara permanen (Saifuddin, 2010).

Tubektomi adalah suatu kontasepsi permanen untuk mencegah keluarnya

ovum dengan cara tindakan mengikat dan atau memotong pada kedua saluran tuba

(Suratun, 2008).

Tubektomi adalah setiap tindakan (Pemotongan dan pengikatan) pada kedua

saluran telur wanita yang mengakibatkan orang tidak akan mendapatkan keturunan

lagi (Mansjoer A, 2001).

Tubektomi adalah tindakan oklusi atau pengambilan sebagian sel telur wanita

untuk mencegah proses fertilisasi. Setelah tubektomi fertilitas dari pasangan tersebut

akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi

adalah pasca persalinan yaitu tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena

posisi tuba mudah dicapai oleh sub umbilicus dan rendahnya resiko infeksi. Bila

masa 48 jam pasca persalinan telah terlampaui maka pilihan untuk memilih tetap

tubektomi, dilakukan setelah 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval

(Saifuddin, 2010).

Tubektomi adalah prosedur bedah suka rela untuk menghentikan fertilitas

(45)

insisi melintang rendah yang memisahkan otot dan setiap tuba fallopi dikeluarkan

melalui luka dipotong. Pasien harus masuk rumah sakit dan oprasi dilakukan didalam

ruang oprasi dengan kondisi steril penuh (Manuaba, 2010).

2.3.4. Syarat-syarat untuk Menjadi Akseptor Kontrasepsi Tubektomi

Menurut Saifuddin (2010) syarat untuk menjadi akseptor kontrasepsi

tubektomi adalah :

a. Sukarela

b. Bahagia

c. Sehat

2.3.5. Indikasi yang Boleh Menjalani Tubektomi

Menurut Meilani 2010 Indikasi yang boleh menjalani tubektomi adalah :

a. Umur termuda 25 tahun dengan anak 4 hidup.

b. Umur 30 tahun dengan 3 anak hidup.

c. Umur 35 tahun dengan 2 anak hidup.

d. Indikasi medis umum, yaitu adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi

lebih berat bila wanita ini hamil lagi.

e. Indikasi medis yaitu toksemia gravidarum yang berulang, secsio saesarea yang

berulang, histerektomi yang obstetrik, dan sebagainya.

f. Indikasi medis ginekologi yaitu pada waktu melakukan operasi ginekologi dapat

juga dipertimbangkan untuk melakukan sterilisasi.

g. Indikasi social ekonomi yaitu indikasi yang berdasarkan beban sosial ekonomi

(46)

2.3.6. Kontra Indikasi (Tidak Boleh Menjalani Tubektomi)

Menurut Meilani (2010) yang tidak boleh menjalani tubektomi adalah :

a. Hamil

b. Perdarahan vagina yang belum terjelaskan

c. Infeksi sistemik atau pelviks yang akut

d. Memiliki penyakit jantung dan paru-paru, hernia diafragmatika, hernia

umbilicalis dan peritonitis akut.

e. Tidak boleh menjalani proses pembedahan

f. Kurang pasti mengenai fertilitas dimasa depan

2.3.7. Waktu Pelaksanaan Tubektomi

Menurut Meilani (2010) Tubektomi dilakukan pada saat :

a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien

tidak hamil.

b. Hari ke -6 hingga ke -13 dari siklus menstruasi (Fase proliferasi)

c. Pasca persalinan, yaitu sebaiknya dilakukan dalam 24 jam pertama atau

selambat-lambatnya 48 jam pertama. Apabila lewat dari 48 jam maka tubektomi

akan dipersulit oleh oedema tuba uterine, infeksi dan kegagalan. Oedema tuba

uterine akan berkurang setelah hari VII – X pasca persalinan. Tubektomi setelah

hari itu akan lebih dipersulit oleh adanya penciutan alat-alat genital dan

mudahnya terjadi perdarahan.

d. Pasca keguguran yaitu triwulan pertama dengan minilap atau laparaskopi atau

(47)

2.3.8. Kelebihan Tubektomi

Menurut Meilani (2010) kelebihan tubektomi adalah :

a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama

penggunaan)

b. Tidak mempengaruhi proses menyusui

c. Tidak bergantung pada faktor senggama

d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius

e. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi lokal

f. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang

g. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (Tidak ada efek pada produksi

hormone ovarium)

2.3.9. Keterbatasan Tubektomi

Menurut Pinem (2009) keterbatasan tubektomi adalah :

a. Karena bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan

rekanalisasi, maka sebelum tindakan perlu pertimbangan matang dari pasangan.

b. Klien (akseptor) dapat menyesal dikemudian hari

c. Ada rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah tindakan.

d. Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (Dokter spesialis ginekologi atau

spesialis bedah)

e. Tidak melindungi terhadap IMS, termasuk HBV dan HIV / AIDS.

2.3.10. Persiapan Klien Tubektomi

(48)

a. Klien dianjurkan mandi sebelum mengunjungi tempat pelayanan. Bila tidak

sempat minta klien untuk membersihkan bagian abdomen atau perut bawah,

pubis, dan vagina dengan menggunakan sabun dan air.

b. Bila menutupi daerah operasi rambut pubis cukup digunting, pencukuran hanya

dilakukan apabila rambut tersebut sangat menutupi daerah operasi dan waktu

pencukuran adalah saat sebelum operasi dilaksanakan.

c. Bila menggunakan elevator Rahim, sebaiknya dilakukan pengusapan antiseptik

pada serviks dan vagina.

d. Setelah pengolesan betadine/povidon iodin pada kulit, tunggu 1-2 menit agar

yodium bebas yang dilepaskan dapat membunuh mikroorganisme dengan baik.

2.3.11. Mekanisme Tubektomi

Menurut Meilani (2010), mekanisme tubektomi adalah :

a. Saat Operasi

Pasca keguguran, pasca persalinan atau masa interval. Pasca persalinan dianjurkan

24 jam atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin.

b. Cara mencapai tuba

Laparatomi, laparatomi mini, laparaskopi.

1. Laparatomi biasa

Tindakan ini paling banyak dilakukan pada tubektomi diIndonesia sebelum

tahun 70 an. Tubektomi dengan tindakan laparatomi biasa dilakukan terutama

(49)

2. Laparatomi mini

Tindakan ini paling mudah dilakukan 1-2 hari pasca persalinan. Saat itu uterus

masih besar tuba uterina masih panjang dan dinding perut masih longgar

sehingga mudah dalam mencapai tuba uterina dengan sayatan kecil 1-2 cm

dibawah pusat.

Pasien dibaringkan, lipatan kulit dibawah pusat yang berbentuk bulan sabit

ditegangkan antara dua buah doek klem hingga menjadi lurus. Pada tempat

lipatan itu dilakukan sayatan kecil 1-2 cm sampai hampir menembus rongga

peritoneum.

c. Cara penutupan tuba

1. Promeroy

Tuba dijepit pada pertengahannya, kemudian diangkat sampai melipat. Dasar

lipatan diikat dengan sehelai catgut biasa no 0 /no 1.Lipatan tuba kemudian

dipotong diatas ikatan cutgut tadi.

2. Kroener

Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba proksimal dari jepitan diikat

dengan sehelai benang sutera, atau dengan cat gut yang tidak mudah di

reasorbsi. Bagian tuba distal dari jepitan dipotong (Fimbriektomi).

3. Irving

Tuba dipotong pada pertengahan panjangnya setelah kedua ujung potongan

(50)

ditanamkan didalam myometrium dinding depan uterus ujung potongan distal

ditanamkan didalam ligamentum.

4. Pemasangan cincin falope

Dengan aplikator, bagian isthmus tuba ditarik dan cincin dipasang pada bagian

tuba tersebut. Sesudah terpasang lipatan tuba tampak keputih-putihan oleh

karena tidak mendapat suplai darah lagi dan akan menjadi fibrotik. Cincin

falope dapat dipasang pada laparatomi mini, laparaskopi, atau laprokator.

5. Pemasangan Klip

Berbagai jenis klip telah dikembangkan untuk memperoleh kerusakan minimal

agar dapat dilakukan rekanalisasi bila diperlukan kelak. Klip Filshine

mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba yang edema. Klip Huka –

Clemens digunakan dengan cara menjepit tuba, oleh karena tidak

memperpendek panjang tuba maka rekanalisasi lebih mungkin dikerjakan.

6. Elektro Koagulasi dan Pemutusan Tuba

Cara ini dahulu banyak dikerjakan pada tubektomi laparaskopi. Dengan

memasukkan Grasping Forcepsmelalui laparaskop, tuba dijepit kurang lebih 2

cm dari koruna kemudian diangkat menjauhi uterus dan alat-alat panggul

lainnya. Setelah itu dilakukan kauterisasi, Tuba terbakar kurang lebih 1 cm

keproksimal dan distal serta mesosalping terbakar sejauh 2 cm. pada waktu

kauterisasi tuba tampak menjadi putih, menggembung, lalu putus. Cara ini

(51)

2.3.12. Perawatan Pasca Bedah

Menurut Saifuddin (2010) perawatan pasca bedah dan pengamatan lanjut pada

tubektomi yaitu setiap 15 menit dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan nadi. Bila

telah diperbolehkan minum, sebaiknya klien diberikan cairan yang mengandung gula

untuk membantu meningkatkan kadar glukosa darah. Lakukan Romberg Sign (klien

disuruh berdiri dengan mata tertutup), bila klien tampak stabil, dianjurkan

mengenakan pakaian dan pemulihan kesadaran, apabila semua berjalan baik klien

dapat dipulangkan.

2.3.13. Pesan Kepada Klien Sebelum Pulang

Menurut Saifuddin (2010) sebelum pulang klien akan mendapatkan pesan

atau anjuran sebagai berikut :

a. Istirahat dan jaga tempat sayatan operasi agar tidak basah minimal selama 2 hari,

lakukan pekerjaan secara bertahan (sesuai dengan perkembangan pemulihan),

umumnya klien akan merasa baik setelah 7 hari.

b. Dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas seksual selama 1 minggu dan apabila

setelah itu masih merasa kurang nyaman, tunda kegiatan tersebut.

c. Jangan mengangkat benda yang berat atau menekan daerah operasi

sekurang-kurangnya selama 1 minggu.

d. Bila terdapat gejala-gejala tersebut dibawah ini, segera memeriksakan keklinik

atau rumah sakit :

1. Panas atau demam diatas 38o

(52)

3. Nyeri perut menetap atau meningkat

4. Keluar cairan atau darah melalui luka sayatan

5. Untuk mengurangi nyeri, pergunakan analgetik setiap 2-6 jam, jangan

pergunakan aspirin karena dapat meningkatkan perdarahan.

6. Segera kunjungi rumah sakit atau klinik bila klien merasakan ada tanda-tanda

kehamilan. Hamil setelah tubektomi sangat jarang, tetapi bila terjadi hal ini

merupakan hal serius karena kemungkinan besar kehamilan tersebut terjadi

pada tuba.

7. Lebih baik dibuatkan catatan untuk klien dan pasangannya tentang hal-hal apa

yang harus diperhatikan setelah tubektomi.

2.3.14. Kontrol Ulang

Menurut Saifuddin (2010) kontrol ulang dilakukan setelah 1 minggu pasca

tubektomi dan kontrol lanjutan dilakukan 1 minggu kemudian. Pemeriksaan meliputi

daerah operasi, apakah ada tanda-tanda komplikasi, atau hal-hal lain yang dikeluhkan

oleh klien. Bila digunakan benang sutera pada saat kontrol pertama benang itu

dicabut.

2.3.15. Kegagalan

Menurut Saifuddin (2010) tubektomi sangat efektif, tetapi kemungkinan

terjadinya kehamilan tetap ada, baik dalam Rahim maupun diluar Rahim (ektopik)

sehingga petugas klinik terdekat harus mengetahui gejala-gejala kehamilan tersebut,

(53)

ke Klinik atau dokter untuk membuat diagnosis pasti. Bila ternyata terjadi kehamilan

ektopik, harus dilakukan tindakan segera untuk mengatasinya.

2.4. Landasan Teori

Usia reproduksi perempuan pada umumnya adalah 19 – 49 tahun, oleh karena

itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita atau

pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat atau cara KB. Upaya untuk

mencapai keberhasilan dalam menurunkan tingkat kelahiran ini diperlukan dukungan

segenap warga masyarakat, faktor yang sangat penting dalam menunjang

keberhasilan keluarga berencana adalah umur, pendidikan, pengetahuan, kesadaran,

dan sikap dari setia pasangan usia subur untuk membatasi jumlah kelahiran,

disamping hal tersebut masih ada masyarakat yang sulit menentukan pilihan

kontrasepsi yang tersedia, pemakaian alat kontrasepsi merupakan salah satu bentuk

prilaku kesehatan.

Pemikiran penggunaan kontrasepsi yang digunakan mengadopsi kerangka

teori berdasarkan Bertrand (1980) yang telah dimodifikasi, perilaku kesehatan

berperan dalam menentukan keikutsertaan akseptor dalam keluarga berencana, tiga

faktor yang berhubungan dengan sikap dan penggunaan alat kontrasepsi / KB yaitu

faktor faktor sosio demografi, faktor sosio psikologis, dan faktor pemberi pelayanan.

Teori Bertrand (1980) mengemukakan tiga kategori utama dalam pemberian

(54)

a. Faktor sosio demografi yaitu pendidikan, jumlah anak, pekerjaan, dan

sebagainya. Dari segi umur kelompok umur 20-30 tahun dengan jumlah anak tiga

anak atau lebih merupakan kelompok wanita terbesar menggunakan alat

kontrasepsi, faktor agama juga berhubungan dengan penerimaan kontrasepsi.

b. Faktor psikologis yaitu kepercayaan, kepuasan, dukungan dalam pelayanan

keluarga berencana /KB, hal ini dapat diumpamakan jika terjadi issue / desas –

desus dari efek samping kontrasepsi maka kepercayaan masyarakat untuk

mengikuti KB akan berkurang dan jika tidak ada dukungan dari keluarga maupun

pasangan maka memungkinkan untuk tidak menjadi akseptor KB dan dapat

menjadi penghambat dalam program KB.

c. Faktor pemberi pelayanan yaitu jika faktor pemberi pelayanan tidak berfungsi

dengan baik sebagaimana mestinya akan berhubungan terhadap penerimaan

pemakaian KB yang termasuk dalam pemberi pelayanan adalah sumber

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori Pengaruh Sosio Demografi dan Sosial Budaya dalam Menggunakan Kontrasepsi Menurut Teori Bertrand (1980)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Table 3.1. Distribusi Data Pencapaian Peserta KB Aktif Wanita sampai Bulan Februari 2014 Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Medan Belawan
Tabel 3.2  Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Selanjutnya Pokja ULP akan melakukan tahapan evaluasi administrasi dan teknis terhadap Peserta lelang yang dokumennya telah memenuhi syarat/lengkap pada saat

Terdapat beberapa pengakuan aset tetap perusahaan yang sebaiknya dilakukan penyesuaian terkait tanggal perolehan dan penggunaan aset tetap dalam operasional perusahaan sehingga

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Infrastruktur

Skema Utilitas Tata Udara. Universitas

Sedangkan pengaruh SPIP pada kualitas LK (laporan keuangan) Pemkot Bogor dikarenakan SPIP yang diimplementasikan dengan efektif dan juga diterapkan oleh pimpinan hingga

Pada tabel model summary diatas, terlihat nilai besaran koefisien korelasi yang ditunjukan dari nilai R sebesar 0,962 yang artinya pada penelitian ini varibel Pertumbuhan

Keluaran Tersedianya makanan dan minuman rapat dan tamu 1 Tahun Hasil Meningkatnya layanan penyediaan makanan dan. minuman rapat