TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sosio Demografi
2.2.3. Unsur-unsur dalam Sosial Budaya
Menurut Kalangie (1994) Unsur-unsur yang terkait dalam sosial budaya
meliputi :
1. Kepercayaan
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan di beberapa
wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun. Petugas kesehatan
pemerintah dianggap sabagai orang baru yang tidak mengenal masyarakat di
wilayahnya. Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang
lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi
mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika
seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan
pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang
dipercayai.
2. Nilai
Nilai adalah yang berguna bagi kehidupan manusia jasmani dan rohani. Nilai
adalah suatu perangkat preperensi yang diakui syahnya menurut aturan yang ada.
menghasilkan norma–norma dan mengajarkan bahwa norma – norma tersebut adalah
benar (Meriam, 2010).
Nilai adalah merupakan suatu hal yang nyata yang dianggap baik dan apa
yang dianggap buruk, indah atau tidak indah, dan benar atau salah. Kimball Young
mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak di sadari tentang
apa yang di anggap penting dalam masyarakat. Sedangkan norma adalah kebiasaan
umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan
wilayah tertentu (Sarwono, 2007).
Nilai juga berarti Segala sesuatu yang dianggap berharga oleh masyarakat,
anggapan masyarakat tentang sesuatu yang diharapkan, indah, dan benar - keberadaan
nilai bersifat abstrak dan ideal, Bentuk-bentuk nilai, Pemikiran, Perilaku, Benda.
Nilai mempengaruhi individu berperilaku atau mengambil keputusan sesuai
dengan nilai tersebut. Nilai berfungsi sebagai rujukan dalam memilih dan
mengevaluasi tingkah laku dan kejadian – kejadian. Nilai berfungsi sebagai pengaruh
tingkah laku dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam penelitian ini, nilai yang terkait dengan pemilihan kontrasepsi
Tubektomi secara umum dengan pemahaman tentang sejauh mana makna kontrasepsi
tubektomi serta memahami bahwa Tubektomi suatu kontrasepsi yang efektif.
3. Adat Istiadat
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan,
norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan disuatu
Adat istiadat adalah aneka kelaziman dalam suatu negeri yang mengikuti
pasang naik dan pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini pada umumnya
menyangkut pengejawatahan untuk rasa seni budaya masyarakat, seperti acara-acara
keramaian anak negeri, seperti pertunjukan randai, saluang, rabab, tari-tarian dan
aneka kesenian yang dihubungkan dengan upacara perhelatan perkawinan,
pengangkatan penghulu, maupun untuk menghormati kedatangan tamu agung. Adat
istiadat semacam ini sangat tergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat. Bila
sedang panen baik biasanya megah meriah, begitu pula bila keadaan sebaliknya.
Kebiasaan, adat istiadat, dan perilaku masyarakat sering kali merupakan
penghalang atau penghambat tercipatanya pola hidup sehat di masyarakat.
Kemampuan serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat. Contohnya : ada
beberapa daerah
4. Kebiasaan Masyarakat
yang menganggap mengonsumsi akohol berfungsi untuk
menghangatkan tubuh. Namun dalam kesehatan apabila kita mengonsumsi alkohol
secara berlebihan, maka akan membahayakan kerja tubuh (Mubarak, 2012).
Tradisi atau kebiasaan dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu
yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok masyarakat biasanya dari suatu Negara, kebudayaan, waktu, atau agama
yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi kegenerasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya
2.3. Kontrasepsi 2.3.1. Definisi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi sehingga kontra
berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu berdasarkan maksud
dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang
aktif melakukan hubungan seks dan keduanya memiliki kesuburan normal namun
tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008).
Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu metode yang digunakan
untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2007). Kontrasepsi adalah
usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan usaha-usaha-usaha-usaha itu bersifat sementara, dapat
juga bersifat permanen (Winkjosastro. 2010).
Program keluarga berencana yaitu usaha langsung untuk mengurangi angka
kematian mengatur jarak kelahiran yang bertujuan untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurunkan tingkat/ angka kematian bayi, ibu dan anak serta penangulangan masalah
kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Arum,
2009).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini
dengan cara, alat atau obat. Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda,
menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari
kata “kontra” dan “konsepsi”.Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma
tersebut. Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan
kontrasepsi modern (metode efektif). Kontrasepsi sederhana terbagi lagi atas
kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa
alat dapat dilakukan dengan senggama terputus dan pantang berkala, sedangkan
kontrasepsi dengan alat/obat dapat dilakukan dengan menggunakan kondom,
diafragma atau cup, cream, jelly atau tablet berbusa (vaginal tablet) (Pinem, 2009).
Ada beberapa faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi
yaitu faktor pasangan, Faktor kesehatan, dan metode kontrasepsi. Dalam faktor
pasangan, harus mempertimbangkan dari segi umur, gaya hidup, frekuensi senggama,
dan jumlah anak yang diinginkan. Dalam faktor kesehatan, mempertimbangkan status
kesehatan, riwayat keluarga, dan pemeriksaan fisik. Sedangkan dalam faktor alat
kontrasepsi, harus mempertimbangkan efektifitas, dapat dipakai untuk jangka yang
panjang, komplikasi atau tidak menambah kelainan yang ada dan biaya (Pinem,
2009).