• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang

a. Pengertian Piutang

Salah satu cara untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada serta menarik pelanggan baru adalah dengan melakukan penjualan kredit. Penjualan kredit akan menimbulkan piutang.

Piutang secara umum merupakan tagihan yang timbul atas penjualan barang atau jasa secara kredit. Menurut Wild, Subramanyam, Halsey (2005:260) “Piutang (receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang.”

Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:260) “Istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya.”

Jadi secara umum piutang timbul akibat adanya penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang juga dapat timbul dengan adanya pemberian pinjaman uang kepada individu, perusahaan, atau organisasi atau transaksi-transaksi lainnya yang menciptakan suatu hubungan antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang

(2)

terhutang. Piutang dicatat pada neraca dengan mendebet akun piutang usaha (account receivable) dan diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.

b. Klasifikasi Piutang

Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai lancar (jangka pendek) dan tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar (current receivable) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun selama satu siklus operasi berjalan, mana yang lebih panjang. Semua piutang lain digolongkan sebagai piutang tidak lancar. Selanjutnya piutang diklasifikasikan dalam neraca sebagai piutang dagang dan piutang non dagang.

(1) Piutang Dagang (Trade Receivable)

Piutang dagang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang atau jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang di subklasifikasikan lagi menjadi piutang usaha dan wesel tagih. (a) Piutang Usaha (Account Receivable)

Piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual. Piutang usaha biasanya dapat ditagih dalam 30 sampai 60 hari.

(3)

Pengakuan Piutang Usaha

Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran di antara kedua belah pihak. Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2007:348) “Harga pertukaran (the exchange price) adalah jumlah yang terutang dari debitor (seorang pelanggan atau peminjam) dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, biasanya berupa faktur.” Dua faktor yang bisa memperumit pengukuran harga pertukaran adalah ketersediaan diskon dan lamanya waktu antara tanggal penjualan dan tanggal jatuh tempo pembayaran (unsur bunga).

Dalam melakukan penjualan kredit, perusahaan biasanya memberikan diskon penjualan ataupun diskon dagang. Diskon dagang biasanya dinyatakan dalam persentase, sedangkan diskon penjualan dinyatakan dalam bentuk istilah 2/10, n/30 (diskon 2% jika dibayarkan dalam 10 hari, jumlah kotor jatuh tempo dalam 30 hari). Untuk mencatat penjualan dan piutang usaha dilakukan dengan dua cara:

1. Metode kotor

Pencatatan dengan metode kotor adalah dengan mengakui jumlah piutang sebesar penjualan tanpa

(4)

dipengaruhi oleh potongan yang akan diberikan. Apabila debitur ternyata mengambil potongan maka akan diakui sebagai pengurang jumlah penjualan.

2. Metode bersih

Pencatatan dengan menggunakan metode bersih adalah dengan mengakui jumlah piutang setelah dikurangi potongan penjualan. Apabila ternyata debitur tidak memanfaatkan potongan, maka akan mengakibatkan timbulnya kelebihan pembayaran atas piutang. Kelebihan pembayaran ini diakui sebagai penghasilan lain-lain.

Penilaian Piutang Usaha

Penilaian piutang sedikit lebih kompleks. Jumlah piutang yang dinilai dan dilaporkan pada neraca hendaknya menunjukkan jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas. Penentuan nilai realisasi bersih (net realizable value) memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur dan potongan penjualan.

1. Piutang usaha yang tak tertagih

Penjualan atas dasar selain penjualan tunai beresiko menimbulkan kegagalan untuk menagih

(5)

piutang. Kerugian pendapatan dan penurunan laba diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu (beban piutang tak tertagih).

Ada tiga cara untuk menaksir besarnya cadangan penghapusan piutang:

a. Menggunakan analisis umur piutang (aging

schedule)

b. Taksiran dari saldo akhir piutang dalam neraca c. Taksiran dari jumlah selama satu periode

Prosedur pencatatan piutang tak tertagih ada dua, yaitu:

a. Metode penghapusan langsung

Metode penghapusan langsung mencatat piutang ragu-ragu ketika debitur sudah tidak mungkin lagi membayar utangnya.

b. Metode penyisihan

Suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar.

2. Retur dan Potongan Penjualan

Barang yang telah dijual mungkin akan dikembalikan oleh pembeli kepada penjual. Disamping itu, karena kerusakan barang atau sebab

(6)

lainnya, penjual bisa mengurangi harga jual semula (potongan penjualan). Dalam pencatatannya penjual mendebit akun retur dan potongan penjualan dan mengkredit akun piutang usaha.

(b) Wesel Tagih (Note Receivable)

Menurut Warren Reeve Fess (2005:392) “Wesel tagih (note receivable) adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal.” Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembiayaan, atau transaksi lainnya.

Wesel tagih dapat digolongkan dalam 2 jenis, yaitu: (1) Wesel tagih berbunga (interest bearing note)

Wesel tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus.

(2) Wesel tagih tanpa bunga (non interest bearing note) Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen bunga, tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga. Jadi, nilai sekarang merupakan selisih antara jumlah nominal dan bunga yang dimasukkan dalam

(7)

wesel tersebut yang kadang-kadang disebut bunga implisit atau bunga efektif.

(2) Piutang Nondagang (Nontrade Receivable)

Sejumlah contoh piutang nondagang dari berbagai transaksi.

(a) Uang muka kepada karyawan staf. (b) Uang muka kepada anak perusahaan. (c) Piutang deviden dan bunga.

(d) Dan sebagainya

2. Manajemen Piutang

a. Kebijakan penjualan kredit

Gitosudarmo dan Basri (2002) mengatakan bahwa piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit.

Kebijakan penjualan kredit dapat menimbulkan keuntungan-keuntungan dalam bentuk:

(1) Kenaikan hasil penjualan.

(2) Kenaikan laba. Hal ini adalah sebagai akibat dari kenaikan dalam hasil penjualan akan dapat menimbulkan kenaikan pada laba perusahaan.

(3) Memenangkan persaingan. Dalam dunia bisnis saat ini maka hampir semua perusahaan melaksanakan politik penjualan kredit ini. Oleh karena itu untuk menjaga posisi perusahaan di dalam persaingan maka haruslah dilakukan politik penjualan kredit tersebut, apabila tidak ingin merosot dalam posisi persaingan di pasar. Kebiajakan penjualan kredit yang agresif akan dapat merangsang minat calon konsumen akan dimungkinkan untuk memakai dn menikmati kegunaan barang yang dibelinya tanpa harus

(8)

mengeluarkan uang yang besar pada saat membeli; sehingga pembeli dapat menikmati sekarang juga dengan membayarnya nanti di kemudian hari.

Kebijakan penjualan kredit terdiri dari empat variabel,yaitu:

(1) Periode kredit, yaitu jangka waktu yang diberikan kepada pembeli untuk membayar pembelian mereka.

(2) Standar kredit, yang mengacu pada kemampuan keuangan dari para pelanggan yang dapat diterima.

(3) Kebijakan penagihan, yang diukur dengan keketatan atau kelonggaran yang diberikan perusahaan dalam menagih piutang yang lamban pembayarannya.

(4) Diskon atau potongan yang diberikan untuk pembayaran yang lebih cepat, termasuk persentase diskon dan seberapa cepat pembayaran harus dilakukan agar mendapat diskon tersebut.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah piutang

Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

(1) Volume penjualan kredit

Makin besar jumlah penjualan kredit maka akan semakin besar jumlah piutang.

(2) Syarat pembayaran bagi penjualan kredit

Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit maka akan semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya.

(9)

(3) Ketentuan batas volume pejualan kredit

Ketentuan batas maksimal volume penjualan kredit dalam jumlah yang relatif besar maka jumlah piutang juga semakin besar.

(4) Kebiasaan membayar para pelanggan kredit

Kebiasaan pelanggan yang suka membayar jumlah yang terutang atas penjualan kredit mundur dari waktu yang sudah dipersyaratkan menyebabkan jumlah piutang relatif besar.

(5) Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan

Apabila kegiatan penagihan piutang dilakukan secara aktif dan pelanggan melunasinya maka jumlah piutang akan relatif kecil.

c. Kegiatan manajemen piutang

Kegiatan manajemen piutang meliputi kegiatan: (1) Perencanaan jumlah dan pengumpulan piutang.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

(a) Persyaratan pembayaran yang ditawarkan perusahaan. (b) Kebiasaan para pelanggan membayar utangnya.

(c) Piutang ragu-ragu yang diestimasikan oleh pihakperusahaan.

(2) Pengendalian piutang

Hal-hal yang perlu dilaksanakan dalam pengendalian piutang:

(10)

(a) Penyaringan pelanggan

Faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam penyaringan pelanggan:

• Adanya kesanggupan secara jujur untuk membayar kredit yang telah diterima oleh pelanggan.

• Adanya kemampuan pelanggan yang diukur secara subyektif oleh pihak perusahaan.

• Adanya ikatan atau jaminan untuk keamanan dari resiko kredit.

(b) Penentuan resiko kredit

Langkah-langkah dalam penentuan resiko kredit:

• Penentuan batas tertinggi resiko kredit yang didasarkan pada pengalaman tahun-tahun lalu yang pernah terjadi. • Mengadakan klasifikasi dari pelanggan.

Misalnya:

- Golongan resiko kredit di bawah 4,75% - Golongan resiko kredit pada 4,75% - Golongan resiko di atas 4,75%

(11)

Pelanggan %

2005 Gambar 2.1 Golongan resiko kredit

Sumber: Gitosudarmo dan Basri, Manajemen Keuangan, Edisi 4, 2002, hal 89.

Keterangan :

I : Golongan resiko kredit di bawah 4,75% II : Golongan resiko kredit pada 4,75% III : Golongan resiko kredit di atas 4,75%

• Seleksi para pelanggan tetap.

Berdasarkan klasfikasi di atas, maka bagi pelanggan tetap dapat ditempuh kebijaksanaan adalah tidak memberi kredit baru pada golongan resiko kredit di atas 4,75% dan dapat memberi kredit baru lagi pada golongan resiko yang sama atau di atas 4,75%.

5 100 4,75 I II III

(12)

(c) Penentuan potongan-potongan

Perusahaan dapat memberikan potongan-potongan tunai bagi pelanggan yang membayar pada batas waktu tertentu yang ditetapkan. Kebijakan ini ditempuh untuk merangsang pelanggan agar membayar pada waktu yang ditetapkan.

Tabel 2.1

Efek Kebijakan Kenaikan Cash Discount

Item Perubahan Efek terhadap profit Naik (N) Positif (+) Turun (T) Negatif (-) Volume penjualan N + Periode pengumpulan piutang T +

Biaya piutang ragu-ragu T +

Sumber: http://chandrakirana.wimamadiun.com

(d) Pelaksanaan administrasi yang berhubungan dengan penarikan kredit.

Sebab umum dari lambatnya penarikan piutang adalah karena kelalaian dalam penyerahan faktur kepada pelanggan dan tertundanya pengiriman pemberitahuan, atau bahkan tidak dikerjakan sama sekali. Padahal surat pemberitahuan tersebut menjamin bahwa rekening yang ada dalam buku milik perusahaan dan pelanggan selalu sesuai satu dengan yang lain serta dapat mendesak pelanggan agar membayar utangnya.

(13)

(e) Penetapan ketentuan dalam menghadapi penunggak Ketentuan-ketentuan dapat berupa:

• Penyampaian surat tagihan kepada pelanggan. • Kegiatan penagihan piutang secara aktif.

• Penarikan jaminan atau ikatan baik berupa benda atau surat penting untuk mempercepat pelunasan kredit.

(3) Penggunaan rasio

Perusahaan dapat membandingkan tingkat perputaran piutang dan rata-rata waktu pengumpulan piutang dari perusahaan tertentu dengan perusahaan lain sejenis.

3. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:407) “Perputaran piutang mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun.”

Perputaran piutang = Penjualan kredit bersih Piutang rata-rata

Rasio ini dihitung dengan hanya memasukkan penjualan kredit karena penjualan kas tidak menimbulkan piutang. Karena laporan keuangan jarang mengungkapkan penjualan kas dan kredit secara terpisah, rasio ini sering kali harus dihitung dengan menggunakan angka penjualan bersih (yaitu, dengan mengasumsikan bahwa penjualan kas tidak signifikan). Piutang rata-rata dihitung dengan menambahkan saldo

(14)

awal dan saldo akhir piutang pada periode tersebut dan membaginya dengan dua.

Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah. Naik turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh hubungan perubahan penjualan dengan perubahan piutang. Perubahan perputaran piutang dari tahun ke tahun atau perbedaan perputaran piutang antarperusahaan merupakan refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian kredit atau variasi tingkat kemampuan dalam pengumpulan piutang.

4. Return on Asset (ROA)

Menurut Jumingan (2006:141), ”Ratio operating income dengan

operating asset menunjukkan laba yang diperoleh dari investasi modal

dalam aktiva tanpa mengindahkan dari sumber mana modal tersebut berasal (keseluruhan modal).” ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi total aktivanya. ROA menunjukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya. ROA dapat dihitung dengan membagikan laba bersih dengan total aktiva.

Laba Bersih Total Aktiva ROA =

(15)

ROA merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam menganalisis laporan keuangan laporan kinerja keuangan perusahaan. Rasio ini dapat memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:63), “aktiva (asset) adalah sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau usaha. Sumber daya ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang mempunyai nilai ekonomis”. Contoh aktiva adalah kas, piutang, perlengkapan, beban dibayar dimuka, bangunan, peralatan tanah, dan hak paten. Aktiva disajikan di neraca keuangan dan dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:

a. Aktiva lancar b. Aktiva tetap

c. Aktiva tidak berwujud d. Aktiva lain-lain

ROA dapat dipisahkan menjadi komponen yang memiliki makna relatif terhadap penjualan. Penjualan merupakan kriteria penting untuk menilai profitabilitas perusahaan dan merupakan indikator utama atas aktivitas perusahaan. Pemisahan komponen ROA adalah sebagai berikut.

Pengembalian atas aktiva = Margin laba x Perputaran aktiva

Laba Bersih Total Aktiva Laba Bersih Penjualan Penjualan Aktiva = x

(16)

Hubungan laba dengan penjualan disebut margin laba (profit

margin) dan mengukur profitabilitas perusahaan relatif terhadap

penjualan. Hubungan antara aktiva dengan penjualan disebut perputaran aktiva (asset turnover) dan mengukur efektivitas perusahaan untuk menghasilkan penjualan dengan menggunakan aktivanya.

Hubungan antara Margin Laba dan Perputaran Aktiva

Terdapat berbagai kombinasi margin laba dan perputaran aktiva yang akan menghasilkan ROA. Hal ini dapat memberikan pemahaman dalam menilai tindakan strategis perusahaan untuk meningkatkan ROA yang dapat ditunjukkan dari analisis ROA pada dua industri yang berbeda. PT X PT Y Penjualan Rp. 100.000 Rp. 2.000.000 Laba bersih Rp. 10.000 Rp. 10.000 Aktiva Rp.1.000.000 Rp.1.000.000 Margin laba 10% 0,5% Perputaran aktiva 0,1 2,0 ROA 1% 1%

ROA kedua perusahaan terlihat buruk. Namun tindakan koreksi dari tiap perusahaan berbeda. PT X memiliki margin laba 10% sementara margin laba PT Y lebih rendah. Sebaliknya, satu dolar yang diinvestasikan dalam aktiva PT X akan menghasilkan penjualan sebesar $0,1 sementara PT Y menghasilkan penjualan sebesar $2 untuk setiap $1 yang diinvestasikan. Diharapkan PT X dapat meningkatkan kinerjanya

(17)

terutama dalam meningkatkan perputaran aktiva dengan meningkatkan penjualan dan mengurangi investasi.

PT Y mengahadapi masalah yang berbeda. Berdasarkan data yang ada PT Y diharapkan dapat memberikan upaya dalam meningkatkan margin laba yang rendah. Perusahaan dengan margin laba yang rendah sering kali menemukan bahwa perubahan selera dan teknologi yang membutuhkan penambahan investasi pada aktiva untuk mendanai penjualan. Ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan ROA, perusahaan harus meningkatkan margin laba, karena jika tidak, maka produksinya tidak lagi menghasilkan uang.

Margin laba dan perputaran aktiva saling terkait satu sama lain. Secara khusus, jika jumlah beban tetap cukup tinggi, perputaran aktiva yang lebih tinggi meningkatkan margin laba. Hal ini disebabkan oleh jarak aktivitas tertentu, proporsi peningkatan biaya lebih kecil dari penjualan.

5. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap ROA

Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, dapat dilihat dari rasio return on asset (ROA). ROA yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba. Rumus ROA adalah membagikan laba bersih dengan total aktiva. Dilihat dari perhitungan ROA yang melibatkan total aktiva, maka piutang juga berpengaruh terhadap ROA.

(18)

Piutang merupakan salah satu elemen dalam modal kerja. Dengan kondisi tersebut, maka keadaannya selalu berputar. Dalam arti piutang akan tertagih pada suatu waktu tertentu dan kemudian akan muncul lagi akibat penjualan kredit dan begitu seterusnya. Piutang tetap muncul selama perusahaan tetap melakukan kegiatan operasinya.

Piutang harus dikelola dengan baik, yaitu dapat diputar menjadi kas sesering mungkin. Perputaran piutang yang tinggi menunjukkan

return on asset yang baik.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2

Ringakasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel

yang digunakan Hasil Penelitian Seprina Ruleta Sitanggang (2008) Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas pada PT Gresik Cipta Sejahtera cabang Medan Perputaran piutang dan profitabilitas (ROA)

Tidak ada pengaruh yang signifikan antara

tingkat perputaran piutang dengann profitabilitas (ROA) J. Melda D. Simamora (2007) Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Likuiditas pada PT Pertani (Persero) Wilayah Sumatera Bagian Utara Perputaran piutang dan likuiditas Perputaran piutang mempunyai pengaruh

yang positif dan signifikan (kuat) terhadap likuiditas

(19)

Martinus KD (2006) Analisis Efektivitas Pengelolaan Piutang atas Penjualan Kredit dan Pengaruhnya terhadap Profitabilitas pada PT Akarin cabang Medan Piutang dan profitabilitas Piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Eka Priliya (2006) Pengaruh Piutang terhadap Rentabilitas pada PT Ultrajaya Milk Industry dan Trading Company Tbk Piutang dan rentabilitas Piutang berpengaruh positif, searah, dan sangat kuat terhadap

profitabilitas. Dr. Hadori Yunus, Ak (2005) Pengaruh Modal Kerja terhadap Profotabilitas pada Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Modal kerja dan Profitabilitas (Gross operating income ratio) Secara simultan:

financial debt ratio, fixed financial asets, ratio dan number of days accounts receivable

mempunyai hubungan linier yang signifikan terhadap gross

operating income.

Secara parsial: -Financial debt ratio secara parsial

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap gross

operating income.

-Fixed financial assets secara parsial

mempunyai pangaruh yang signifikan tehadap gross

(20)

operating income. -Number of days accounts receivable secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap gross operating income.

-Sales growth ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap gross operating income. -Number of days inventories tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (gross operating income). -Number of days accounts payable tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (gross operating income). -Cash conversion cycle tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan (gross operating income). Sumber: Penulis, 2009

(21)

B. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

X Y

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Sumber: Penulis, 2009

Keterangan:

Variabel X : Perputaran piutang Variabel Y : ROA

Perputaran piutang mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah sedangkan laba akan semakin tinggi.

ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Artinya, ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya.

Perputaran Piutang

- penjualan kredit bersih - piutang rata-rata ROA - laba bersih - total aktiva

(22)

Piutang harus dikelola dengan baik, yaitu dapat diputar menjadi kas sesering mungkin. Perputaran piutang yang tinggi menunjukkan

return on asset yang baik.

2. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis pada penelitian ini adalah:

Gambar

Gambar 2.2  Kerangka Konseptual  Sumber: Penulis, 2009

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, it can be concluded that the implementation of electronic journaling was effective to improve students’ ability in writing Recount Text.. The result of

Dari Gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa pada suhu 50°C, pengaruh rasio asam sulfat terhadap asam nitrat tidak signifikan terhadap konversi, tetapi pada suhu yang rendah

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis unsur hara mikro yang diperlukan untuk meningkatkan hasil padi pada sawah intensifikasi yang diberi POTP serta

Pengaruh variasi media Limbah Cair Nanas terhadap kandungan lemak berdasarkan hasil penelitian pada Uji Hipotesis Uni variat memperlihatkan bahwa ada pengaruh tidak

PAKET DANA 333 Pemeliharaan Rutin Jaringan Irigasi D.I.. Haramania Sipirok DAU

Berdasarkan performansi kedua metode pada data simulasi, dapat disimpulkan bahwa SSVM dan RSVM memiliki performansi yang cenderung sama untuk data yang berjumlah relatif

Penelitian tesis berjudul TATANAN GEOLOGI TELUK CENDERAWASIH DAN KAITANNYA DENGAN EVOLUSI TEKTONIK KEPALA BURUNG, PAPUA ini dilakukan di Black Gold Energy, LLC.,

Setelah itu Torsi yang dihasilkan akan mengalami penurunan setelah putaran mesin pada 4500 rpm menuju 5500 rpm dalam rpm tersebut berada pada transmisi gigi 4