• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUSAT PENELITIAN BIOLOGI LIPI CIBINONG SCIENCE CENTER (CSC) CIBINONG, JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUSAT PENELITIAN BIOLOGI LIPI CIBINONG SCIENCE CENTER (CSC) CIBINONG, JAWA BARAT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENELITIAN

KAJIAN BIODIVERSITY PADA BEBERAPA TIPE GAMBUT

DI PAPUA DAN ANALISIS MANFAATNYA BAGI

REVEGETASI DAN REVITALISASI EKONOMI

MASYARAKAT LOKAL

PUSAT PENELITIAN BIOLOGI

LIPI - 2018

CIBINONG SCIENCE CENTER (CSC)

CIBINONG, JAWA BARAT

(2)

TIM PENELITI

Berikut nama penanggung jawab dan anggota tim untuk kegiatan Kajian Biodiversiti pada Beberapa Tipe Gambut di Kabupaten Merauke dan Mappi, Papua

No Nama Instansi Keahlian

1 Dr. Joeni S. Rahajoe

(Penanggung Jawab/ Ketua Tim) E-mail: [email protected] No. HP: 087873055993

Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Fungsi Ekosistem

2 Dr. Laode Alhamd Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Ekologi Tumbuhan

3 Dr. Siti Sundari, M.Si. Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Lingkungan (Air dan Tanah)

4 Nurul Inayah, M.Sc. Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Mamalia

5 Supardi Jakalalana Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Teknisi Ekologi Tumbuhan 6 Leberina Kristina Ibo, S.Pd. Pusat Penelitian

Biologi-LIPI

Etnobotani

7 Megawati Pusat Penelitian

Biologi-LIPI

Teknisi Taksonomi Tumbuhan 8 Suparno, SE. Pusat Penelitian

Biologi-LIPI

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Merauke merupakan salah satu Kabupaten di Papua yang memiliki luas lahan 4,6 juta hektar yang terdiri dari 3,1 juta hektar berupa tutupan hutan dan 1,5 juta hektar berupa tutupan non-hutan. Tutupan hutan yang berkisar ± 66% tersebut terdiri dari hutan primer, hutan sekunder, hutan rawa, hutan eucalyptus/akasia, dan hutan mangrove. Menurut Tahiya dkk (2017) bahwa perubahan tutupan lahan di Kabupaten Merauke pada 1990 hingga 2014 mengalami perubahan yang signifikan pada kawasan hutan primer, hutan sekunder, hutan rawa gambut dan hutan mangrove, yang secara tidak langsung memberikan dampak terhadap keanekaragaman hayati. Selain itu, kerusakan hutan dapat ditimbulkan oleh maraknya pembalakan liar (illegal logging), perubahan lahan, perkebunan dan permukiman.

Kabupaten Merauke terletak di bagian selatan Provinsi Papua dan sebagai salah satu kabupaten paling timur dari Republik Indonesia. Hutan yang terdapat di daerah ini memiliki kekhasan vegetasi yang sangat berbeda dengan kawasan hutan di bagian utara Papua. Hutan di bagian selatan Papua khususnya Merauke dan Mappi merupakan hutan musim (monsoon

forest) yang hampir sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis-jenis tertentu, yang

secara berturut-turut dari pinggir sungai/laut berupa hutan mangrove, hutan rawa (sebagian besar berupa sagu) dan hutan rawa gambut. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh iklim, dimana iklim Kabupaten Merauke dan Mappi beriklim tropis dengan perbedaan musim penghujan dan kemarau yang sangat mencolok.

Keberadaan hutan rawa gambut di Merauke dan Mappi yang merupakan salah satu

reservoir karbon. Gambut tropis Indonesia mempunyai kekayaan flora dan fauna yang khas

serta mempunyai nilai ekologi tinggi. Dari sekitar 258.650 jenis pohon di dunia, sekitar 13-15% (sekitar 35.000-40.000 jenis) terdapat di kawasan ekosistem gambut Indonesia (Osaki et al., 2016). Sekitar 30.122 jenis pohon yang berdiameter 10 cm dalam sehektar lahan rawa gambut di Indonesia Peran utama hutan rawa gambut sebagai penyimpan karbon di alam (Hooijer dkk, 2006; Joosten, 2009)

Keanekaragaman hayati dan potensinya di kawasan hutan Papua utamanya Merauke dan Mappi belum tergali secara maksimal utamnya di hutan rawa gambut, maka perlu dilakukan pengumpulan data dan informasi jenis vegetasi. Beberapa informasi yang telah dilakukan berupa vegetasi jenis pohon di TN Wasur (Mangera, 2008), jenis tumbuhan pengganti pinang oleh masyarakat disekitar TN Wasur (Susiarti, 1999) dan potensi tumbuhan obat tradisional (Susiarti dan Rahayu, 1997).

(4)

1.2.Tujuan

Penelitian ini untuk mrngetahui jenis – jenia flora dan fauna pada berbagai tipe gambut di Merauke dan Mappi, serta pemanfaatannya untuk revegetasi dan revitalisasi ekonomi masyarakat lokal.

II. METODOLOGI

2. 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Merauke dan Kabupaten Mappi Provinsi Papua tepatnya di Kampung Kaliki Distrik Kurik dan Kampung Marga Mulia Distrik Semangga Kabupaten Merauke, Kampung Khanami dan Kampung Yame Distrik Assue Kabupaten Mappi. Letak plot di Kabupaten Merauke dan kabupaten Mappi dapat dilihat masing-masingdi gambar 1 dan gambar 2.

Gambar 1. Lokasi plot penelitian di Kampung Kaliki Distrik Kurik dan Kampung Marga Mulia Distrik Semangga, Kabupaten Merauke Provinsi Papua.

(5)

Gambar 2. Lokasi plot penelitian di Kampung Khanami dan Kampung Yame Distrik Assue, Kabupaten Mappi Provinsi Papua.

2. 1. Metode Penelitian

Penelitian terdiri dari ekologi, etnobotani dan satwa.

A. Penelitian ekologi dilakukan dengan membuat petak ukuran 20 m x 20 m sebanyak satu petak di kampung Kaliki Distrik Kurik dan dua petak di kampung Marga Mulia Distrik Semangga, Kabupaten Merauke. Penelitian dilanjutkan dengan membuat satu petak di kampung Khanami dan tiga petak di kampung Yame, Distrik Assue, Kabupaten Mappi. Semua tumbuhan di dalam petak dicatat nama, diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi total serta manfaatnya.

B. Penelitian etnobotani terkait pemanfaatan tumbuhan dilakukan dengan metode wawancara ke masyarakat yang tinggal di sekitar lahan gambut tersebut.

(6)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Ekologi

Hasil penelitian menunjukkan ada dua tipe lahan gambut di Kabupaten Merauke yaitu gambut basah di kampung Kaliki Distrik Kurik, serta gambut kering di kampung Marga Mulia Distrik Semangga. Tipe gambut di Kabupaten Mappi yaitu di Kampung Khanami dan Yame Distrik Assue adalah gambut basah dengan luasan lahan yang lebih besar daripada di Kabupaten Merauke. Gambut kering Kampung Marga Mulia di Distrik Semangga didominasi oleh jenis

Melaleuca cf leucadendra (L.) L. dari famili Myrtaceae, sedangkan gambut basah di Kaliki

didominasi oleh Beilschmiedia sp., Carallia brachiate (Lour.) Merr., Kibara coriacea (Blume)

Hook. f. & A. Thomps., Atuna cf Rasemosa Raf., dan Tristaniopsis sp. Lahan gambut di

Kampung Kaliki telah mengalami kebakaran terakhir di bulan Oktober 2018, sehingga kondisi tanahnya masih terlihat bekas terbakar, dan tumbuhan yang ada menunjukkan bekas terbakar pula. Pada saat musim kemarau kondisi lahan tampak kering, sedangkan saat musim penghujan kondisi lahan sebagian besar terendam air, sehingga masyarkat

Lahan gambut di kampung Khanami Distrik Assue Kabupaten Mappi didominasi oleh

Semecarpus forstenii Blume, Archidendron clypearia (Jack) I.C., Macaranga sp., Canarium sp.,

dan Campnosperma auriculatum (Blume) Hook.f., sedangkan lahan gambut di Kampung Yame Distrik Assue masing -masing petak didominasi oleh jenis-jenis, antara lain:

1. Calophyllum euryphyllum Lauterb., Acronychia pedunculata (L). Miq., Gymnosperma

papuanum (S.Moore) L.A.S. Johnson, Syzygium sp., dan Ceratopetalum succirubrum C.T.White.

2. Diospyros toposiodes King & Gamble, Calophyllum soulattri Burm. f., Schefflera divaricate

(Blume) Kord., Syzygium pycnanthum Merr. & L. M. Perry, dan Syzygium decipiens (Koord. & Valeton) Merr. & L.M. Perry.

3. Palaquium sp., Syzygium effusum (A.Gray) Müll. Stuttg., Syzygium anomalum Lauterb.,

Fagraea racemosa Jack., dan Kayea sp.

Seperti halnya kampung Khanami, di kampung Yame juga ditemukan jenis Canarium, dan jenis-jenis lain yang lebih banyak seperti beringin, kaswarina, jambu merah, jambu putih, dan berbagai kayu yang banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah dan kapal, dengan nama lokal kayu tiva, kayu nani dan kayu pasang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman jenis di hutan gambut Mappi lebih banyak daripada di hutan gambut Merauke. Kondisi lahan gambut di Kampung Marga Mulia Distrik Semangga lebih mendekati hutan rawa, dimana hanya ditemukan satu jenis dominan, yaitu Melaleuca cf leucadendra (L.) L. dari famili Myrtaceae.

(7)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Kampung Marga Mulia Distrik Semangga bahwa sebagian besar hutan gambut kering di daerahnya sudah berubah menjadi sawah dan pemukiman, sehingga hanya sedikit saja hutan yang tersisa.

Berbeda dengan kondisi hutan gambut di Merauke, hutan gambut di Mappi masih cukup bagus dan belum ada alih fungsi lahan dari hutan menjadi sawah, jenis-jenisnya lebih beragam dan lebih mengarah ke hutan rawa gambut.Masih sedikitnya alih fungsi lahan di hutan gambut Mappi kemungkinan dikarenakan adanya ketergantungan yang besar masyarakat terhadap hutan terutama untuk kebutuhan hidup seperti penggunaan kayu untuk bangunan rumah dan kapal, dan juga untuk obat tradisional, bahan pangan dan pakan ternak, oleh karena itu masyarakat sekitar lahan dan hutan gambut menjaga hutan dengan sangat baik.

Gambar 3. Hutan gambut di Kampung Kaliki Distrik Kurik (kiri) dan Kampung Marga Mulia Distrik Semangga (kanan) di Kabupaten Merauke.

Gambar 4. Hutan gambut di Kampung Khanami (kiri) dan Kampung Yame (kanan) Distrik Assue di Kabupaten Mappi.

(8)

3.2. Etnobotani

Penelitian dilakukan di dua kampung yaitu Kampung Kaliki Distrik Kurik dan Kampung Marga Mulia Distrik Semangga. Dari hasil penelitian di Kampung Kaliki ditemukan sekitar 53 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat asli (suku Marind) di kampung Kaliki. Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat lokal terbilang cukup tinggi karena mereka masih memanfaatkan hutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari 53 jenis tumbuhan berguna yang dimanfaatkan oleh suku Marind yang ada di kampung Kaliki, sebagian besar dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan bahan obat selain itu juga dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan hewan, sebagai bahan penghasil energi/kayu bakar dan sebagai bahan dalam ritual / acara adat. Jenis tumbuhan yang paling penting menurut suku Marind adalah tumbuhan wati (Piper

methysticum) (gambar 5) yang dipercaya sebagai harta yang tak ternilai bagi suku Marind (orang

asli Merauke) yang digunakan dalam ritual atau acara adat.

Sedangkan di Kampung Marga Mulia Distrik Semangga ditemukan sekitar 28 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarkat setempat, yaitu sebagai bahan pangan, bahan obat dan bahan bangunan. Sebagian besar jenis yang dimanfaatkan merupakan tumbuhan budidaya yang ada di sekitar lingkungan mereka. Sedikitnya pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di Kampung Marga Mulia disebabkan karena termasuk daerah transmigrasi sehingga telah membawa perubahan dalam kehidupan suku Marind yang ada di Kampung Marga Mulia. Menurut Kepala Kampung Marga Mulia, awalnya mata pencarian suku Marind adalah berburu dan bercocok tanam di hutan dan berpindah-pindah, namun setelah diperkenalkan dengan tanaman padi, masyarakat suku Marind mulai belajar bertani dan menjadi masyarakat petani yang menetap dan menerapkan sistem pertanian.

Pemanfaatan tumbuhan di hutan gambut Kabupaten Mappi oleh masyarakat sekitar lebih banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah dan kapal, serta pemanfaatan kayu gaharu untuk dijual yang diambil langsung dari hutan ataupun pembibitan untuk budidaya gaharu yang mana biji dan anakan gaharu diambil dari hutan. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan gambut di Kampung Khanami merupakan gabungan dari berbagai suku yaitu, Suku Auyu yang merupakan suku asli di Mappi, beberapa suku pendatang seperti Bugis, Jawa dan Ambon. Sama halnya dengan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan gambut Kampung Yame Distrik Assue, juga merupakan gabungan dari berbagai suku walaupun penduduk asli masih bergantug pada hutan gambut di sekitarnya, mereka sudah mulai belajar bercocok tanam dan berdagang dari para pendatang. Beberapa tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarkat di sekitar lahan gambut di Merauke dan Mappi dapat dilihat pada gambar 5 dan 6.

(9)

Gambar 5. Tumbuhan wati (Piper methysticum) yang digunakan untuk ritual / acara adat suku Marind di Kampung Kaliki Distrik Kurik Kabupaten Merauke (kiri), tumbuhan bawah di lahan gambut Kampung Marga Mulia, Distrik Semangga, Kabupaten Merauke (kanan).

Gambar 6. Tumbuhan bus merah di sekitar lahan gambut Kampung Marga Mulia Distrik Semangga Kabupaten Merauke yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan kayu api (kiri), kayu nani (Diospyros toposioides King & Gamble) sebagai bahan

bangunan oleh Suku Auyu di Kampung Yame, Distrik Assue, Kabupaten Mappi (kanan).

3.3. Keragaman Satwa

Survei keragaman hewan kelas mamalia dan burung dilakukan di dua kampung di Merauke, yaitu Kampung Kaliki Distrik Kurik dan Kampung Marga Mulia Distrik Semangga. Berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan penduduk lokal, sebagian besar masyarakat

(10)

memanfaatkan satwa liar untuk dikonsumsi (bushmeat) dan hewan peliharaan. Satwa yang dapat ditemukan di area hutan dan lahan gambut antara lain burung, tikus, kelelawar, bajing, rusa, walabi, dan serangga (tabel 1, 2, dan 3).

Tabel 1. Daftar satwa kelas mamalia yang ditemukan di daerah lahan gambut dan sekitarnya di Kabupaten Merauke.

No Jenis Nama lokal Lokasi Gambar

1 Tikus besar (Bandicoot)

Tuban (Tikus Babi Kamp. Kaliki dan Marga Mulia

2 Kelompok possum/oposum

Tupai bergaris Kamp. Kaliki dan Marga Mulia 3 Bajing Bajing kelapa/bajing 3 warna Kamp. Kaliki dan Marga Mulia

4 Rusa timorensis Rusa Kamp. Kaliki dan Marga Mulia

5 Kelelawar Kelelawar Kamp. Kaliki dan Marga Mulia

6 Walabi Waleb Kaliki 7 Kanguru pohon Kanguru Kaliki 8 Nokdiak (Echidna)

moncong pendek

Landak moncong pendek

(11)

Selain mamalia, ditemukan juga jenis serangga dan burung di Merauke. Burung juga banyak ditemukan di daerah gambut Mappi yakni di Kampung Khanami dan Kampung Yame serta sekitarnya termasuk juga daerah Asgon. Perburuan satwa masih sering dilakukan oleh penduduk sekitar terutama jenis mamalia dan burung baik untuk konsumsi pribadi dan diperjualbelikan.

Tabel 2. Daftar satwa kelas serangga yang ditemukan di daerah lahan gambut dan sekitarnya di Merauke.

No Jenis Nama lokal Lokasi Gambar

1 Kupu-kupu Kupu-kupu Lahan Gambut, Kamp. Marga Mulia-Semangga Mulia 2 Moth 3 Capung Capung

Tabel 3. Daftar satwa kelas burung yang ditemukan di daerah lahan gambut dan sekitarnya di Merauke dan Mappi.

No Nama ilmiah Nama lokal Lokasi: Merauke

Gambar

1 Porphyrio porphyrio

Mandar Dasar Kamp. Kaliki

2 Zonerodius heliosylus Kaliki 3 Haliaeetus leucogaster Elang laut dada putih Kurik 6

(12)

4 Phalacrocorax melanoleucos

Pecuk padi Kurik 6

5 Egretta

intermedia

Kuntul perak Kampung Marga Mulia-Semangga 2 6 Burung Nuri kepala hitam Khanami

7 Cendrawasih raja Agson

8 Rhipidura leucophrys

Kipasan kebun Asgon dan Kaliki,

(13)

10 Pitohui sp. Mappi

11 Jalak Papua Kurik 6- Merauke

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

Lahan gambut di Kampung Kaliki, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke didominasi oleh

Beilschmiedia sp. dan Carallia brachiate (Lour.) Merr., sedangkan di kampung Marga Mulia,

Distrik Semangga, Kabupaten Merauke didominasi oleh jenis Melaleuca cf leucadendra (L.)

L., dari famili Myrtaceae. Lahan gambut di Kabupaten Mappi, Distrik Assue yaitu di Kp.

Khanami didominasi oleh Semecarpus forstenii Blume, sedangkan di Kampung Yame didominasi oleh Calophyllum euryphyllum Lauterb., Diospyros toposiodes King & Gamble,

dan Syzygium effusum (A. Gray) Müll.Stuttg. Penggunaan tumbuhan sebagai bahan bangunan

rumah dan kapal, bahan obat, bahan pangan, pakan hewan, kayu bakar dan sebagai bahan dalam acara adat. Satwa yang ditemukan dari jenis burung dan mamalia.

4.2. Saran

Perlu dipertimbangkan masalah dana kegiatan yang secara normal sangat tidak sesuai dengan SBU 2018, hal ini berdampak terhadap kajian yang dilakukan, selain itu transportasi dari Merauke ke Mappi (pesawat) yang jadwalnya hanya 2 hari dalam seminggu, dan bisa dibatalkan sewaktu-waktu oleh pihak maskapai sehingga tidak ada kepastian keberangkatan.

Pentingnya kesesuaian informasi untuk areal gambut dikarenakan areal gambut di Kab. Merauke pada umumnya lebih mendekati kondisi hutan rawa. Gambut di Mappi sangat luas, sehingga kegiatan yang dilakukan penting untuk mempertimbangkan biaya, waktu, tenaga dan keamanan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Hooijer, A., Silvius, M., Wösten, H. and Page, S., 2006. Peat-CO2, Assessment of CO2

Emissions from Drained Peatlands in SE Asia. Delft Hydraulics report Q3943.

Joosten, H., 2009. Peatland Status and Drainage Related Emissions in All Countries of The

World. The Global Peatland CO2 Picture. Wetlands International. Bangkok.

Mangera, Y., 2008. Analisis vegetasi jenis pohon di kawasan hutan kampung wasur pada taman nasional wasur Distrik Merauke Kabupaten Merauke. Jurnal Agricola. 18-36. Osaki, M., Nursyamsi, D., Noor M., Wahyunto and Segah, H., 2016. Peatland in Indonesia,

Book of Tropical Peatland Ecosystems, M. Osaki and N. Tsuji (Eds.). Springer Publisher. 49-55.

Susiarti, S. dan Rahayu R.D., 1997. Peran bahan obat alami dan pengujian anti bakteri dari Desa Soa, Merauke, Irian Jaya. Simposium Penelitian Bahan Obat Alami IX.Fakultas Farmasi UGM, 12-13 Nopember 1997. 1-13.

Susiarti S., 1999. Jenis-jenis pengganti pinang dalam budaya menginang oleh masyarakat di kawasan TN Wasur, Merauke, Irian Jaya. Workshop dan Promosi Flora Kawasan Timur Indonesia. Candikuning 15-17 Juli 1999. 1-8.

Tahiya, S., Dinaulik, E., Gusti, Hendra N.B., Septiawan A.W., Marlina, M., Purwanti B., Anwar, S., Cahyono, R. dan Karim I., 2017. Strategi perencanaan tata guna lahan mendukung pembangunan rendah emisi kabupaten merauke. Kelompok Kerja Teknis Inisiatif Pembangunan Rendah Emisi, Kab. Merauke. 170 hal.

(15)

LAMPIRAN

1. Foto-foto Kegiatan di Kampung Kaliki, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke

(16)

3. Foto-foto Kegiatan di Kampung Khanami, Distrik Assue, Kabupaten Mappi

Gambar

Gambar 1. Lokasi plot penelitian di Kampung Kaliki Distrik Kurik dan Kampung Marga Mulia  Distrik Semangga, Kabupaten Merauke Provinsi Papua
Gambar  2.  Lokasi  plot  penelitian  di  Kampung  Khanami  dan  Kampung  Yame  Distrik  Assue,  Kabupaten Mappi Provinsi Papua
Gambar 3. Hutan gambut di Kampung Kaliki Distrik Kurik (kiri) dan Kampung Marga Mulia  Distrik Semangga (kanan) di Kabupaten Merauke
Gambar  6.  Tumbuhan  bus  merah  di  sekitar  lahan  gambut  Kampung  Marga  Mulia  Distrik  Semangga  Kabupaten  Merauke  yang  dimanfaatkan  sebagai  bahan  bangunan  dan  kayu api (kiri), kayu nani (Diospyros toposioides King  & Gamble) sebagai  ba
+3

Referensi

Dokumen terkait

Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk

Data primer didapatkan melalui metode recall 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali dengan waktu yang tidak berurutan, hasil metode wawancara yang kemudian dianalisis

Nilai-nilai ini dapat ditelaah dengan menggunakan pendekatan humanisme dalam kritik film: dengan melihat bahwa film — sama seperti bentuk seni lainnya — merupakan

Sebaiknya proses pembelajaran matematika dengan pendekatan SAVI lebih sering diterapkan di sekolah, yaitu pada materi pelajaran matematika yang lain sehingga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan media stick ice cream modifikasi terhadap kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok A di TK Bina

cokl klat at da dan n ti tida dak k se seti tiap ap ha hari ri. Ib Ibu u kl klie ien n me meng ngat atak akan an ba bahw hwa a su suda dah h membeikan vitamin

Dalam dunia pertanian dan dalam sub ilmu pemuliaan tanaman khususnya ada yang di namakan dengan kastrasi dan hibridisasi tanaman, Kastrasi dan hibridisasi adalah teknik

Hal ini akan dicapai melalui pengembangan proses dan sistem manajemen sumber daya manusia yang tepat, pengembangan dan akreditasi perlengkapan dan program