• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS MULTIKULTURAL BERNUANSA KEARIFAN LOKAL BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS MULTIKULTURAL BERNUANSA KEARIFAN LOKAL BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

BERBASIS MULTIKULTURAL BERNUANSA KEARIFAN

LOKAL BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR

Ni Kd. Aristikawati 1, I Wyn. Sujana 2, I Wyn. Wiarta 3

1, 2, 3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasy experiment) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah non

equivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

siswa kelas V SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 564 siswa. Sampel diambil dengan teknik random

sampling yang menetapkan SD Negeri 2 Padang Sambian sebagai kelompok

eksperimen dan SD Negeri 8 Padang Sambian sebagai kelompok kontrol. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPS yang merupakan penggabungan nilai kognitif dan afektif. Nilai kognitif dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda biasa, sedangkan nilai afektif dikumpulkan melalui teknik observasi sesuai dengan karakter yang dikembangkan. Data dianalisis dengan uji-t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil uji-t didapat thitung = 4.72 dan ttabel dengan dk = 79 pada taraf

signifikansi 5% = 2.00. Berdasarkan kriteria pengujian thitung > ttabel (4.72 >

2.00) maka H0 ditolak. Rata-rata hasil belajar IPS yang diperoleh antara siswa

yang dibelajarkan melalui model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal lebih besar dari siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (82.37 > 77.50). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat.

Kata-kata kunci : group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal, pembelajaran konvensional, hasil belajar

Abstract

This research is aimed to figure out differences of the significant social sciences study result among students who have been taught through group investigation learning model based on multicultural of local wisdom with the students taught through conventional learning to the fifth grade students of SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat in academic year 2013/2014. This

(2)

research is quasi-experimental study by using non equivalent control group design as the research design. The population in this research is whole students of fifth grade students of SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat in academic year 2013/2014 who are 564 students. Sample determination used random sampling technique; thus, it was obtained SD Negeri 2 Padang Sambian as the group experimental and SD Negeri 8 Padang Sambian as controlling group. Collected data was the social sciences study result which was incorporation of cognitive and affective students' scores. The obtained data was analyzed by using t-test.

The result study showed that there were the significant differences of social sciences study result among the students who taught through applying group investigation learning model based on multicultural of local wisdom with the students taught through conventional learning. Based on the result of t-test, it was obtained calculated-t = 4.72 and ttable with dk = 79 in 5% significant extent

= 2.00. Based on testing criteria tcalculated > ttable (4.72 > 2.00); so that, H0

refused. The average of students' social sciences study result obtained among the students who taught through applying group investigation learning model based on multicultural of local wisdom was higher than the students who taught through conventional learning (82.37 > 77.50). Therefore, it can be conclude that group investigation learning model based on multicultural of local wisdom influences significantly to the social sciences study result of the fifth grade students of SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat in academic year 2013/2014.

Keywords : group investigation, multicultural, local wisdom

PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan pengembangan pembelajaran pada pengaplikasiannya mengalami penyempurnaan dari tahun ke tahun. Penyempurnaan tersebut meliputi kurikulum, paradigma pembelajaran, standar kelulusan dan lainnya. Penyesuaian karakteristik siswa pada proses pembelajaran kini dapat dikaji kedalam kurikulum dengan tujuan terjadinya proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan mengedepankan proses. Pemerintah telah menggunakan berbagai cara dalam memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya melalui penerapan kurikulum yang menyesuaikan dengan karakteristik siswa khususnya di jenjang pendidikaan Sekolah Dasar (SD). Melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) saat ini, dituntut adanya perubahan paradigma pembelajaran yang mulanya berpusat pada guru menjadi paradigma pembelajaran konstruktivis, dimana pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student centre). Kontruktivisme

memandang kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta (Aunurrahman, 2012: 19). Peran sentral dapat mendorong siswa untuk berupaya mencari dan mengembangkan kreasi-kreasi baru dalam pembelajaran, melakukan percobaan- percobaan sebagai upaya mengembangkan nalar dan kemampuannya untuk mencapai taraf berpikir yang lebih tinggi.

Penyusunan kurikulum perlu mengadopsi potensi lokal dimana sekolah tersebut berada. Sebagai kota budaya, Denpasar memiliki keragaman seni budaya, tradisi, maupun adat istiadat yang berbeda pada setiap tempatnya. Hal ini bertambah dengan adanya keanekaragaman agama yang menambah nuansa keragaman etnik budaya dan masyarakat Kota Denpasar. Namun, pudarnya kesadaran masyarakat mengenai keragaman tersebut terkadang dapat menimbulkan dampak negatif

(3)

dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk menyikapi keragaman tersebut, diperlukan adanya pengembangan pembelajaran yang berguna untuk menanamkan kepada generasi muda mengenai pentingnya sikap menghargai berbagai keragaman etnik budaya yang hadir dalam masyarakat sekaligus sebagai wadah dalam menyeleksi pengaruh-pengaruh budaya luar yang dapat memicu pudarnya kearifan lokal yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Pengintegrasian student centre dalam pembelajaran memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif untuk mengikuti pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran tentunya memberikan motivasi pada diri siswa untuk mengembangkan kemampuannya, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat membangun interaksi aktif antara guru dengan siswa melalui peran guru sebagai fasilitator untuk menunjang pembelajaran yang efektif bagi siswa. Student centre juga diharapkan dapat mengajarkan siswa akan pentingnya sikap menghargai dalam pelaksanaan pembelajaran.

Pengembangan student centre dalam pembalajaran dapat dilakukan melalui beberapa cara, salah satunya melalui pembelajaran kooperatif yang mengajarkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok mengenai pendalaman materi pembelajaran. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pembelajaran kooperatif sangat berperan untuk membelajarkan interaksi sosial dalam diri siswa yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (BNSP, 2011). IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Melalui pelaksanaan pembelajaran, siswa diharapkan akan memperoleh pemahaman yang lebih luas

dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Gunawan (2011: 39) mengemukakan:

“Pembelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetsi dalam masyarakat majemuk, lokal, nasional, dan global.”

Pengembangan ruang lingkup IPS mencakup tentang substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat, gejala, masalah, serta peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Melalui pembelajaran IPS di SD diharapkan siswa dapat mengenal berbagai masalah dan peristiwa sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini bertujuan untuk mengurangi berbagai permasalahan sosial yang timbul dari kurangnya pemahaman akan gejala-gejala sosial di sekitar lingkungan siswa. Pelaksanaan pembelajaran IPS memerlukan adanya inovasi dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa. Lingkup pembelajaran IPS harus diajarkan secara terpadu, karena pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan siswa tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pembelajaran IPS hendaknya menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan kata lain, pembelajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya.

Implementasi paradigma pembelajaran konsrtruktivis dalam pembelajaran IPS tentunya menuntut guru untuk merancang sebuah pembelajaran yang memberikan

(4)

kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan pengetahuannya melalui pemikiran-pemikiran baru sebagai akibat perubahan lingkungan dan perkembangan seseorang. Penerapan paradigma konstruktivisme mengandung makna kegiatan pembelajaran yang menekankan pada kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Hal ini terkait dengan proses konstruksi yang menuntut beberapa kemampuan dasar, yaitu : (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman; (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan; serta (3) kemampuan lebih menyukai pengalaman yang satu dengan yang lainnya (Aunurrahman, 2012: 17). Pengaplikasian pembelajaran konstruktivisme melatih guru dalam menerapkan suatu pembelajaran dengan pengaplikasian berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswanya. Langkah tersebut dirancang agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan melalui pengintegrasian model pembelajaran dengan materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran.

Ditinjau dari pelaksanaannya, berdasarkan hasil observasi di Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat, kurang beragamnyaa penerapan model dal metode yang digunakan dalam proses pembelajaran IPS mengakibatkan pembelajaran dirasa kurang menyenangkan bagi siswa. Hal ini berdampak pada kurang antusiasnya siswa mengikuti pembelajaran. Kurangnya peran aktif siswa mengikuti pembelajaran, tentunya dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Selain itu minimnya pengenalan kearifan lokal serta pengaplikasian kelompok belajar dalam pembelajaran sehari-hari mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa akan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial-budaya lingkungannya. Hal tersebut dapat memicu pudarnya kesadaran generasi muda untuk mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal dan kurangnya pemahaman akan penyeleksian

budaya-budaya luar yang mulai masuk dan menggeser perkembangan budaya lokal.

Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi, maka dilakukan penelitian sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Kurangnya variasi pembelajaran dalam mengembangkan pengetahuan siswa dapat menjadi salah satu penyebab terciptanya suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan bagi siswa. Untuk mendesain pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, hendaknya tidak meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi ciri khas budaya daerah dalam lingkungan siswa. Pengembangan pembelajaran yang berpijak pada kearifan lokal dapat diterapkan melalui pembelajaran berbasis multikultural yang berguna dalam mengajarkan siswa tentang cara menghargai keragaman sosial-budaya dalam lingkungan belajarnya. Pengembangan pembelajaran berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal diharapkan mampu membelajarkan dan membentuk pengetahuan siswa akan nilai-nilai karakter yang terkandung didalamnya. Untuk mengoptimalkan hasil belajar yang diperoleh, siswa perlu dihadapkan pada situasi pembelajaran yang menyenangkan sehingga merangsang keaktifan siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang mereka miliki dalam pembelajaran. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa, pada penelitian ini diadakan suatu inovasi pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran group investigation

berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal.

Sebagaimana diketahui bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat esensial karena siswa adalah central dari keseluruhan kegiatan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran sesungguhnya sangat tergantung pada bagaimana kebutuhan-kebutuhan siswa dalam memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, nilai, serta pengalaman mereka dapat terpenuhi secara optimal melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Group investigation

(5)

merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan pada keterlibatan siswa dalam pembelajaran, yang menuntut partisipasi dan peran aktif siswa dalam mencari dan memecahkan persoalan yang terjadi melalui berbagai bahan pembelajaran yang tersedia, misalnya buku, video, gambar maupun sumber lainnya. Keterlibatan langsung siswa memberi banyak manfaat, baik yang langsung dirasakan pada saat terjadinya pembelajaran maupun manfaat jangka panjang setelah pembelajaran terjadi melalui aktifitas bersama dan demokratis. Pada kesehariannya guru dan siswa melakukan berbagai macam kegiatan yang bersifat akademik dan non-akademik yang menunjang terbentuknya norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai dan dapat dibawa ke dalam kelas. Melalui pembelajaran group investigation berbasis multikultural, guru mampu merancang pembelajaran yang didasarkan pada permasalahan-permasalahan sosial yang sering terjadi di lingkungan sekitar siswa untuk diadaptasi sebagai contoh konkret pembelajaran. Pembelajaran group investigation berbasis multikultural yang

di nuansakan dengan kearifan lokal yang diterapkan pada pembelajaran diharapkan dapat menanamkan kembali kearifan lokal secara intern melalui pendidikan yang dapat dikatakan sebagai gerakan kembali pada basis nilai budaya daerahnya dan upaya membangun identitas bangsa dan sebagai filter dalam menyeleksi pengaruh budaya lain. Nilai-nilai kearifan lokal itu meniscayakan fungsi yang strategis bagi pembentukan karakter dan identitas bangsa. Pendidikan yang menaruh peduli terhadapnya akan bermuara pada munculnya sikap yang mandiri, penuh inisiatif, dan kreatif serta secara kognitif mampu menguasai pengetahuan sesuai tujuan pembelajaran yang ditetapkan berupa hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. METODE

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara

siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran group investigation

berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvesional dengan memanipulasi variabel bebas model pembelajaran, sedangkan variabel terikat dijadikan tolak ukur atau indikator keberhasilan variabel bebas. Subjek penelitian tidak diambil secara acak dari populasi, melainkan seluruh subjek dari kelompok yang telah terbentuk secara alami, dengan demikian desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasy experiment). Berdasarkan permasalahan yang diambil, desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent control group design.

Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas V Semester II SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah sebanyak 564 siswa. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Kedua sampel yang digunakan di uji kesetaraannya untuk membuktikan bahwa kedua sampel setara secara akademik. Data yang digunakan untuk menganalisis kesetaraan kedua kelompok adalah hasil

pre-test siswa. Uji kesetaraan dilakukan

menggunakan uji-t dengan rumus polled

varians. Sebelum melakukan uji-t terlebih

dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

Dari hasil uji normalitas dengan mengunakan rumus chi-square, hasil

pre-test IPS di kelompok eksperimen X2 =

4.84 dan untuk X2dengan dk 5 pada taraf signifikansi 5% = 11.07 ini berarti bahwa X2hitung = 4.48 < X2tabel = 11.07. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data kelompok eksperimen berdistribusi normal, sedangkan hasil uji normalitas dengan mengunakan rumus chi-square, hasil pre

test IPS di kelompok kontrol X2 = 10.46 dan untuk X2 dengan dk 5 pada taraf signifikansi 5% = 11.07 ini berarti bahwa X2hitung = 10.46 < X2tabel = 11.07. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data kelompok kontrol berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji homogenitas menggunakan uji-F, diperoleh Fhitung =

(6)

1.27 nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan derajat kebebasan pembilang 40 – 1 = 39 dan derajat kebebasan penyebut 41 – 1 = 40 pada taraf signifikansi 5%, maka diperoleh Ftabel = 1.74. Nilai Fhitung < Ftabel , ini berarti nilai pre-test IPS ke dua sekolah yaitu SD Negeri 2 Padangsambian dengan SD Negeri 8 Padangsambian homogen.

Setelah kedua sebaran data dinyatakan berdistribusi nirmal dan homogen, dilakukan uji kesetaraan sampel menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis kesetaraan sampel antara kelas VB SD Negeri 2 Padangsambian dan kelas VA SD Negeri 8 Padangsambian, didapat thitung = 1.83 <

ttabel (α = 0.05; 79) = 2.00 yang berarti H0

diterima dan Ha ditolak. Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa kelas VB yang terdapat di SD Negeri 2 Padangsambian dan kelas VA SD Negeri 8 Padangsambian adalah setara, sehingga sampel tersebut layak untuk digunakan sebagai sampel penelitian.

Setelah kedua kelompok dinyatakan setara, dilakukan pengacakan kembali untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil pengundian diperoleh kelas VB SD Negeri 2 Padangsambian dengan jumlah siswa 40 orang sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 8 Padangsambian dengan jumlah siswa 41 orang sebagai kelompok kontrol.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode tes dan non tes. Metode tes dilakukan dengan memberikan tes dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar yang dinilai melalui ranah kognitif siswa, sedangkan teknik

non tes dilakukan melalui observasi untuk

mengamati nilai afektif siswa selama pembelajaran. Data tentang hasil belajar yang merupakan penggabungan antara ranah kognitif dan afektif dikerjakan dengan bantuan program pengolah angka Microsoft Office Excel 2007. Untuk uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas sebaran data dengan uji ChiSquare, uji homogenitas varians

menggunakan uji-F, dan uji hipotesis menggunakan uji beda mean (uji-t). HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil perhitungan menunjukan nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen melalui penerapan model pembelajaran group investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal = 82.37, median = 82, modus = 83.5, varians = 13.76, dan standar deviasi = 3.71., sedangkan nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol melalui pembelajaran konvensional = 77.50, median = 79, modus = 80.5, varians = 29.19, dan standar deviasi = 5.40. Dari data tersebut menunjukan bahwa kelompok eksperimen melalui penerapan model pembelajaran group

investigation berbasis multikultural

bernuansa kearifan lokal memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPS yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai X2hitung yang diperoleh dari

kelompok eksperimen = 6.22. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2tabel dengan dk = 5 dan taraf

signifikansi 5% sehingga diperoleh harga X2tabel = 11.07, karena X2hitung < X2tabel

(6.22 < 11.07) maka H0 diterima atau Ha

ditolak. Ini berarti sebaran data nila hasil belajar IPS kelompok eksperimen berdistribusi normal, sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh nilai X2hitung =

6.17. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2tabel

dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga X2tabel = 11.07,

karena X2hitung < X2tabel (6.17 < 11.07)

maka H0 diterima atau Ha ditolak. Ini

(7)

kelompok kontrol berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji homogenitas diperoleh Ftabel pada taraf signifikan 5%

dengan derajat kebebasan (dk pembilang = 41 – 1 = 40 dan dk penyebut = 40 – 1 =39) =2.14 dan hasil analisis Fhitung= 2.12, karena Fhitung < Ftabel, maka

data nilai akhir kelompok eksperimen dan data nilai akhir kelompok kontrol adalah homogen.

Setelah kedua kelompok dinyatakan normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Hipotesis penelitian yang diuji adalah tidak ada perbedaan yang signifikan hasil

belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran group investigation

berbasis multikultural bernuansa kearifan dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional di SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean (uji-t). Dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika

thitung ttabel dimana ttabel didapat dari tabel

distribusi t pada taraf signifikan ( ) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 –

2). Untuk menguji hipotesis digunakan uji t.

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis

Kelas Varians N Db ttabel thitung Kesimpulan Kelas eksperimen 13.76 40

79 2.00 4.72 H0 = ditolak

Kelas kontrol 29.19 41 Berdasarkan tabel 1, dengan menggunakan taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan 79 diperoleh ttabel

adalah 2.00 sedangkan thitung berdasarkan

analisis diperoleh 4.72, maka thitung lebih

dari ttabel yaitu 4.72 > 2.00 pada derajat

kebebasan 79. Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak dan Ha diterima yang artinya

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran group

investigation berbasis multikultural

bernuansa kearifan lokal dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional di SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat.

Berdasarkan uji-t diperoleh hasil thitung > ttabel berarti hipotesis alternatif yang

menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran group investigation

berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal dengan siswa yang dibelajarkan melalui penerapan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester II SD Gugus 7 Kompyang Sujana.Denpasar Barat, pada taraf signifikan 0.05 diterima. Hal tersebut

didukung oleh hasil analisis data penelitian pada kedua kelompok yang diperoleh perbedaan rata-rata hasil belajar IPS pada kelompok eksperimen yaitu = 82.37 dan kelompok kontrol adalah = 77.50, yang berarti rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan hasil belajar IPS pada kelompok kontrol (82.37 > 77.50).

Selain itu berdasarkan perbandingan nilai siswa terhadap nilai KKM pada gugus tersebut menunjukkan bahwa siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran group investigation

berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal memperoleh hasil belajar IPS dengan pencapaian nilai diatas KKM lebih banyak daripada siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dilihat pada persentase kelompok eksperimen yang memperoleh nilai hasil belajar IPS di bawah KKM sebanyak 2.5% atau 1 orang siswa, sama dengan KKM sebanyak 5% atau 2 orang siswa, dan di atas KKM sebanyak 92.5% atau 37 orang siswa, sedangkan persentase kelompok kontrol yang memperoleh nilai hasil belajar IPS di bawah KKM sebanyak

(8)

41.45% atau 17 orang siswa, sama dengan KKM sebanyak 4.88% atau 2 orang siswa, dan di atas KKM sebanyak 53.67% atau 22 orang siswa.

Hasil tersebut mengandung arti bahwa siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran group investigation

berbasis multikultural.bernuansa kearifan..lokal mempunyai hasil belajar IPS yang lebih baik dari pada siswa yang dibelajaran melalui pembelajaran konvensional pada materi Perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran IPS melalui model pembelajaran group investigation

berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan pembelajaran kelompok yang dirancang dengan memperhatikan kemampuan siswa dalam kelompok tanpa memandang status siswa. Melalui model pembelajaran yang berbasis multikultural yang dinuansakan dengan kearifan lokal lebih membangkitkan keaktifan siswa melalui pembelajaran yang mengaitkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajarnya. Pengetahuan yang dimiliki siswa dapat dikembangkan untuk dikaitkan dengan konsep pembelajaran. Dalam pembelajaran

group investigation berbasis multikultural

bernuansa kearifan lokal akan mengajarkan siswa bagaimana beriteraksi untuk mengembangkan pengetahuannya dan saling bertukar pikiran dalam memecahkan permasalahan yang diberikan dalam kegiatan investigasi kelompok, sehingga siswa dengan demikian akan tercipta kebermaknaan pembelajaran dimana pembelajaran tidak akan berpusat pada guru, melainkan menciptakan suasana belajar yang mampu memancing terciptanya interaksi yang aktif dalam suasana pembelajaran. Kebermaknaan tersebut tentunya membuat pembelajaran tidak terlihat membosankan dan bukan sekedar hafalan lagi, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dan menghasilkan hasil belajar yang lebih optimal bagi setiap siswa.

Berbeda dengan pembelajaran IPS yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional, siswa terlihat kurang aktif selama proses pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada guru mengakibatkan kurangnya kegiatan yang dapat memancing keaktifan siswa karena pembelajaran cenderung menggunakan metode ceramah, sehingga pembelajaran yang diciptakan cenderung membosankan. Hal ini mendukung hasil penelitian Wardana, dkk (2013) yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran Group Investigation (GI) berbantuan asesmen proyek dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional dan diperkuat oleh penelitian Suputra, dkk (2013) yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran group investigation dengan siswa yang

mengikuti model pembelajaran

konvensional. PENUTUP

Adapun simpulan yang dapat disampaikan setelah dilaksanakannya penelitian dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu sebagai berikut.

Hasil belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri 2 Padangsambian sebagai kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran group

investigation berbasis multikultural

bernuansa kearifan lokal memperoleh nilai rata-rata = 82.37, median = 82, modus = 83.5, varians = 13.76, dan standar deviasi = 3.71. Berdasarkan perbandingan nilai siswa dengan nilai KKM = 77 pada gugus tersebut menunjukkan bahwa persentase kelompok eksperimen yang memperoleh nilai hasil belajar IPS di bawah KKM sebanyak 2.5% atau 1 orang siswa, sama dengan KKM sebanyak 5% atau 2 orang siswa, dan di atas KKM sebanyak 92.5% atau 37 orang siswa.

Hasil belajar IPS siswa kelas VA SD Negeri 8 Padangsambian sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional

(9)

memperoleh nilai rata-rata = 77.50, median = 79, modus = 80.5, varians = 29.19, dan standar deviasi = 5.40. Berdasarkan perbandingan nilai siswa dengan nilai KKM = 77 pada gugus tersebut menunjukkan bahwa persentase kelompok kontrol yang memperoleh nilai hasil belajar IPS di bawah KKM sebanyak 41.45% atau 17 orang siswa, sama dengan KKM sebanyak 4.88% atau 2 orang siswa, dan di atas KKM sebanyak 53.67% atau 22 orang siswa.

Dari perhitungan uji-t diperoleh thitung = 4.72 dan ttabel = 2.00. Berdasarkan

perolehan tersebut dapat dinyatakan bahwa thitung > ttabel (4.72 > 2.00) maka H0

ditolak dan Ha diterima yang artinya

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran

group investigation berbasis multikultural

bernuansa kearifan lokal dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V semester II SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014. Hal tersebut diperkuat dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar IPS pada kelompok eksperimen yaitu = 82.37 > = 77.60 pada kelompok kontrol. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

group investigation berbasis multikultural

bernuansa kearifan lokal berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V semester II SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat tahun pelajaran 2013/2014.

Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu sebagai berikut.

Dengan diadakan penelitian ini, sekolah diharapkan untuk lebih menggali konsep-konsep baru dalam pengembangan pelaksanaan pembelajaran. Melalui pengenalan konsep baru dalam pembelajaran, sekolah mampu merancang kebijakan-kebijakan baru dalam hal meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Melalui penelitian ini, guru diharapkan untuk lebih mengembangkan desain pembelajaran yang inovatif, agar tercipta pembelajaran yang tidak lagi

hanya berpusat pada guru, tetapi membeberikan kesempatan bagi siswa dalam mengembangkan pemikirannya dalam menemukan dan menggali konsep pembelajaran. Sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang maksimal dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, mampu menjadi alternatif dalam membangkitkan minat belajar siswa sehingga menciptakan keaktifan siswa dalam menemukan dan menghubungkan konsep-konsep pembelajaran yang telah mereka ketahui dengan konsep pembelajaran yang lebih relevan. Hal tersebut akan menciptakan kebermaknaan dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A Gede. 2011. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja :

Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha.

Arif, Saiful. 2009. Pembelajaran Berbasis

Multikultural. Tersedia pada:

http://kilaspasuruan.blogspot.com/2 009/09/pembelajaran-berbasis-multikultural.html (diakses tanggal 9 Desember 2013).

Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek Edisi Revisi II. Jakarta :

Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Awalluddin, dkk. 2009. Statistik Pendidikan 2 SKS. Jakarta Dirjen

Depdiknas.

BSNP. 2011. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta :

Depdiknas

Dantes, Nyoman. 2012. Metode

Penelitian. Yogyakarta : Andi

(10)

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Degeng, I Nyoman Sudana. 2000.

Applied Approach. Malang: LP3

Universitas Negeri Malang.

Depdiknas. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Mata Pelajaran IPS.

Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model

Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo.

Puskur. 2011. Paduan Pelaksanaan

Pendidikan Karakter. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional. Sevilla, Consuelo, dkk. 1993. Pengantar

Metode Penelitian. Jakarta:

Iniversitas Indonesia.

Solihatin, Etin, dkk. 2009. Cooperative

Learning Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi

Aksara.

Somatri, Numan. 2001.Menggagas

Pembeharuan Pendidikan IPS.

Bandung: Rosanda.

Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D). Bandung: Alfabeta .

Suputra, Wyn. dkk. Pengaruh Model GI

(Group Investigation)

Berorientasi Kearifan Lokal

Terhadap Kemampuan Berpikir

Kritis SD Negeri Di Desa

Sinabun. Tersedia pada:

http://ejournal.undiksha.ac.id/inde x.php/ JJPGSD/article/view/806

(diakses tenggal 15 Desember 2013).

Taniredja, Tukiran, dkk. 2011.

Model-Model Pembelajaran Inovatif.

Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan

Dan Profesi Pendidikan Dan

Tenaga Kependidikan. Jakarta :

Prenada media group.

Uno, Hamzah B. Dan Nurdin Mohamad. 2012. Belajar dengan Pendekatan

Pembelajaran Aktif Inovatif

Lingkungan Kreatif Efektif Menarik.

Jakarta: Bumi Aksara.

Wardana, I Wyn. Setia, dkk. 2013.

Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Berbantuan

Asesmen Proyek Terhadap

Prestasi Belajar Ipa Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus III Tampaksiring. Tersedia pada:

http://ejournal.undiksha.ac.id/inde x.php/JJPGSD/ article/view/1196 (diakses tanggal 15 Desember 2013).

Warpala, I Wayan Sukra. 2009.

Pembelajaran Konvesional.

Tersedia pada:

http://edukasi.kompasiana.com/200 9/12/20/pendekatan-pembelajaran-konvensional/ (diakses tanggal 23 Desember 2012).

Winarsunu, Tulus. 2010. Statistik Dalam

Penelitian Psikologi dan

Referensi

Dokumen terkait

Asal mula kata pendidikan arakter adalah mengambil dari dua kata yang tidak sama ataupun berbeda dikarenakan dua kata ini memiliki makna sendiri- sendiri yakni

Perhatian: sebenarnya pembacaan isim dan fi’il adalah keliru, yang benar ismun dan fi’lun (oleh karena itu pengharokatan heading-heading tabel terakhir adalah kurang

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh ekstrak labu siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz) terhadap waktu koagulasi pada mencit (Mus musculus) yang telah dilakukan dapat

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surabaya membutuhkan suatu aplikasi yang dapat menunjang kinerja pegawai khususnya bagian Teknologi Sistem Informasi (TSI)

Walaupun perairan Gresik bukan jalur utama Arus Lintas Indonesia (Arlindo), tetapi terhubung melalui arus lokal yang dipengaruhi oleh angin muson, sehingga

Kita saat ini tengah berada di penghujung bulan Dzulqa’dah. Kurang dari sepekan kita akan memasuki bulan Dzulhijjah 1430 H. Dengan demikian kita telah 2 bulan keluar dari

Gerabah atau kereweng (pecahan gerabah) sering kali ditemukan di anatara benda-benda lain pada situs arkeologi. Untuk keperluan studi arkeologi temuan ini sangat

Dengan berkuasa, seseorang atau suatu kelompok akan dapat melakukan banyak hal yang dapat dilakukan oleh pihak yang tidak memiliki kekuasaan, seperti aktivitas