• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERMEDIAKAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERMEDIAKAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BERMEDIAKAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

SISWA KELAS IV

I Wyn. Juliarsa

1

, Luh Pt. Putrini Mahadewi

2

, Ni Wyn. Rati

3 1,3

Jurusan PGSD,

2

Jurusan TP

FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected]

1

, [email protected]

2

,

[email protected]

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization bermediakan peta konsep dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan

non-equivalent posttest only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di

Gugus I Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 130 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling yaitu simple random sampling dengan cara undian. Data hasil belajar IPA dikumpulkan menggunakan tes objektif pilihan ganda. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t diperoleh thitung lebih besar dibandingkan dengan ttabel

(thitung 5,95 > ttabel 2,021). Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA

antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization bermediakan peta konsep dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization bermediakan peta konsep berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata-kata kunci: Team Assisted Individualization, hasil belajar

Abstract

This research aims to determine the significant differences of science learning outcomes among the group of students that learned with cooperative learning model Team Assisted Individualization provides concept map and group of students that learned with conventional learning models to students fourth grade in cluster I Abang district Karangasem regency in the academic year 2016/2017. This research is a quasi-experimental with non-equivalent posttest only control group design. The population was all students in fourth grade in cluster I Abang district Karangasem regency in the school year 2016/2017, amounting to 130 students. Sampling using random sampling technique is simple random sampling by lottery. Science learning outcome data were collected using an objective test of multiple choice form. Data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics. The result of this research shows that the result of t-test analysis obtained tcount is bigger than ttable (tcount=5,95 >

ttable=2,021). This means that there are significant differences of science learning outcomes among

yhe group of students that learned with cooperative learning model Team Assisted Individualization provides concept map and group of students that learned with conventional learning models. So it can be concluded cooperative learning model Team Assisted Individualization provides concept map has a positive effect on science learning outcomes students in fourth grade in cluster I Abang district Karangasem regency in the school year 2016/2017.

(2)

2 PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain. Oleh karena itu, sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global, sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Kualitas pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Begitu juga sebaliknya, SDM merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas SDM dapat dicapai dengan meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan harus dimulai dari jenjang sekolah dasar (SD) sebagai pondasi untuk mengikuti jenjang pendidikan berikutnya. Dalam Bab II Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Berdasarkan penjelasan Bab II Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan memiliki fungsi dan tujuan yang sangat penting dalam membangun suatu bangsa. Melalui pendidikan dapat dibentuk peradaban bangsa yang cerdas dan bermartabat. Pendidikan berperan dalam membentuk siswa menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, berilmu, bertanggung jawab, taat hukum

dan menjadi warga negara yang demokratis. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah guru dilibatkan sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran diharapkan adanya koordinasi antara guru, siswa dan lingkungan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru hendaknya mampu berperan sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing untuk menuntun siswa dalam proses pembelajaran.

Natawidjaya dan Moein (1993:16) menyatakan, “Pendidikan merupakan upaya pembimbingan yang berpusat pada diri peserta didik (siswa) yang dalam perkembangannya selalu berhubungan dan dipenuhi oleh lingkungannya”. Berdasarkan pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh Natawidjaya dan Moein tersebut seharusnya proses pembelajaran berpusat pada siswa, tetapi kenyataannya masih banyak proses pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada guru. Pembelajaran yang dilakukan guru cenderung bersifat satu arah sehingga siswa bersifat pasif. Metode ceramah lebih banyak digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan kurang mampu divariasikan oleh guru. Sehingga pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi kemampuannya tidak mampu diberikan oleh guru dan siswa tidak memperoleh pembelajaran yang bermakna.

Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar yaitu IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, Budi Pekerti, Pendidikan Bahasa Daerah, Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) dan Penjaskes. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting dalam keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tentang lingkungan alam akan dimiliki oleh siswa dengan belajar IPA. Dengan belajar IPA siswa diharapkan mampu memanfaatkan alam secara bijak dan mencintai lingkungan alam.

Sudana dan Astawan (2016:6) menyatakan, “Alasan pentingnya

(3)

3 pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar yaitu (1) IPA dapat membantu secara positif pada anak-anak untuk dapat memahami mata pelajaran lain terutama bahasa dan matematika, (2) IPA di banyak negara, terutama pendidikan IPA di sekolah dasar merupakan pendidikan terminal untuk anak-anak, dan ini berarti hanya selama di sekolah dasar itulah mereka dapat mengenal lingkungannya secara logis dan sistematis, (3) IPA SD benar-benar menyenangkan. Anak-anak dimanapun diam-diam tertarik dengan masalah-masalah kecil, baik masalah buatan maupun kebetulan dari alam sekitarnya.”

Berdasarkan pendapat Sudana dan Astawan tersebut, dapat diketahui bahwa Ilmu Pengetahuan Alam sangat penting untuk dipelajari siswa. Dengan belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa memahami konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar. Selain itu, siswa juga mampu menerapkan berbagai konsep Ilmu Pengetahuan Alam untuk menjelaskan gejala alam dan mampu menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil studi dokumen yang dilakukan di seluruh sekolah dasar Gugus I Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem pada tanggal 23 dan 24 Januari 2017 pada mata pelajaran IPA, ditemukan permasalahan yaitu hasil belajar siswa rendah, terbukti dari hasil belajar IPA siswa Kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem tahun pelajaran 2016/2017 masih belum optimal karena rata-rata nilai siswa masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya untuk pemecahan masalah-masalah yang ditemui pada pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem tahun pelajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada guru kelas IV di sekolah dasar Gugus I Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran

2016/2017, ada tiga faktor penyebab kurang optimalnya hasil belajar IPA siswa yaitu diantaranya: pertama, guru masih mendominasi pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Siswa kurang dilibatkan sepenuhnya dalam pembelajaran dan tidak dilatih untuk menggali dan mengolah informasi. Siswa hanya sebagai penerima informasi sehingga pembelajaran dirasakan membosankan, pasif dan kurang bermakna. Permasalahan ini disebabkan karena kurangnya inovasi pembelajaran yang diterapkan oleh guru, dimana guru kurang menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif sehingga membuat siswa menjadi pasif dan bosan dalam menerima pelajaran.

Kedua, siswa kurang berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Pada saat pembelajaran, hanya beberapa siswa saja yang aktif bertanya dan menjawab dalam pembelajaran. Siswa cenderung takut bertanya kepada guru atau bertanya kepada temannya apabila ada yang belum dimengerti. Siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi juga jarang membantu temannya yang memerlukan sehingga siswa yang memiliki kemampuan rendah sulit untuk memahami materi yang dipelajari. Beberapa siswa juga masih takut untuk menjawab pertanyaan guru. Siswa masih takut salah dalam menjawab dan kurang berani untuk mengemukakan pendapat. Selain itu, siswa masih belum bisa mengemukakan pendapat dengan kalimat yang jelas dan mudah dimengerti. Hal ini menyebabkan guru kesulitan mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari. Permasalahan ini disebabkan karena guru sangat jarang mengajak siswa untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa lain, misalnya dengan cara mengajak siswa untuk berdiskusi kelompok sehingga interaksi antar siswa dapat terjalin dengan baik.

Ke tiga, dalam proses pembelajaran guru kurang memanfaatkan media pembelajaran. Siswa kurang difasilitasi untuk bereksplorasi dengan menggunakan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk

(4)

4 menemukan konsep yang sedang dipelajari. Sehingga siswa kurang mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki dan pembelajaran akhirnya monoton berpusat pada guru. Permasalahan ini disebabkan karena kurangnya fasilitas media pembelajaran yang ada di sekolah serta kurangnya kreatifitas guru dalam menciptakan media pembelajaran yang menarik yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) bermediakan peta konsep. Ada beberapa alasan perlunya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk dikembangkan sebagai variasi model pembelajaran, agar pemahaman konsep dapat tercapai. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI bermediakan peta konsep ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual. Pada prosesnya siswa dapat membangun dasar yang kuat sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya. Penghargaan atau rewards yang diberikan kepada kelompok terbaik menumbuhkan motivasi siswa untuk memberikan kontribusi terbaik bagi kemajuan kelompoknya. Sistem pemberian rewards pada tim akan memotivasi kerjasama siswa dalam kelompok untuk bekerja secara cepat dan tepat.

Terdapat beragam jenis media pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam proes pembelajaran. Salah satu jenis media pembelajaran yang dapat digunakan adalah media peta konsep. Peta konsep menampilkan sebuah gambar tentang konsep-konsep materi yang tersusun sesuai dengan materi pembelajaran itu sendiri, tanpa mengindahkan urutan topik bahasan yang diinginkan (Bermawi Munthe, 2009). “Dalam IPA peta konsep membuat informasi abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep pembelajaran, dan menunjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu mempunyai bentuk” (Trianto, 2009:159).

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan pembelajaran yang

dikembangkan oleh Robert E. Slavin dalam karyanya Cooperative Learning: Theory,

Research and Practice. Model

pembelajaran Kooperatif tipe TAI memiliki dasar pemikiran yaitu untuk mengadaptasi pembelajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan maupun pencapaian prestasi siswa (Shoimin, 2014). Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dapat digunakan sebagai model pembelajaran IPA. Dalam prosesnya siswa diberikan kesempatan untuk belajar secara individu kemudian saling mengkoreksi dan memberi penguatan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Siswa pun akan mengetahui kesalahan dan memperbaikinya dengan memanfaatkan bimbingan dari guru atau orang-orang pandai di kelompoknya. Dengan demikian pemahaman konsep siswa akan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dicoba untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI bermediakan peta konsep dan melihat pengaruhnya terhadap hasil belajar IPA. Untuk itu diadakan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Bermediakan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017.”

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization bermediakan peta konsep dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017.

(5)

5 METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih kelompok eksperimental. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena dalam penelitian ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2006). Penelitian ini mengikuti desain penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan non-equivalent post-test only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV sekolah dasar di Gugus I Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017. Untuk mengetahui kesetaraan kemampuan akademik siswa kelas IV sekolah dasar di Gugus I Kecamatan Abang, maka peneliti menggunakan nilai hasil belajar IPA semester I diuji kesetaraan dengan menggunakan analisis varian satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan hasil uji kesetaraan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa, hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di gugus I Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem setara. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling yaitu simple random sampling dengan cara undian. Penarikan sampel sederhana ini nantinya akan membuat semua subjek mendapat hak yang sama untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi anggota sampel (Agung, 2014). Dalam hal ini keenam sekolah yang setara selanjutnya diundi untuk menentukan dua sekolah sebagai sampel. Setelah mengetahui kedua kelompok sampel, selanjutnya dilakukan pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Hasil pengundian tersebut adalah SD Negeri 2 Tribuana terpilih sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 3 Tribuana sebagai kelompok kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization bermediakan peta konsep dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

Team Assisted Individualization

bermediakan peta konsep yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok control, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPA.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Jenis instrumen berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda. Tes objektif terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia (Nurkancana dan Sunartana, 1990). Selain itu tes obyektif juga dapat dilakukan dengan menuliskan jawaban berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir item (Sudijono, 2009). Tes tersebut kemudian diuji coba lapangan untuk mencari validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan daya bedanya. Hasil tes uji lapangan akan diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kontrol. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial melalui Uji-t.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Data penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran

kooperatif

tipe

Team

Assisted

Individualization

bermediakan peta konsep

pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tentang hasil belajar IPA siswa dapat dilihat pada Tabel 1.

(6)

6

M = 23,75 Mo = 26,75

Md = 24,93

Mo = 15,58

Md = 16 M = 16,55 Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor hasil belajar IPA siswa

Data Hasil Belajar IPA Siswa

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Mean 23,75 16,55 Median 24,93 16 Modus 26,75 15,58

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa mean data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen = 23,75 lebih besar daripada kelompok kontrol = 16,55. Kemudian data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen tersebut dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 1.

Gambar 1.Poligon Hasil Belajar Siswa Kelompok eksperimen

Berdasarkan poligon diatas, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor kelompok eksperimen cenderung tinggi. Sedangkan Data Hasil Belajar IPA Siswa kelompok kontrol dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Poligon Data Hasil Belajar IPA Siswa Kelompok Kontrol

Berdasarkan poligon diatas, diketahui mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor kelompok kontrol cenderung rendah. Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pangaruh dari model pembelajaran yang diterapkan. Namun sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu normalitas dan homogenitas. Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis diperoleh bahwa data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan varians kedua kelompok homogen. Untuk itu, pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji-t dengan rumus polled varians. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 2.

(7)

7

Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t

Keterangan: N = jumlah data, X = mean, s2 = varians Berdasarkan tabel hasil perhitungan

uji-t di atas, diperoleh nilai thitung sebesar 5,59. Sedangkan nilai ttabel adalah 2,021. Hal ini berarti nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak atau H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Team Assisted Individualization

bermediakan peta konsep dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017.

PEMBAHASAN

Perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization bermediakan peta konsep dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh (1) penggunaan media pembelajaran, (2) diskusi kelompok, dan (3) adanya penghargaan/reward untuk siswa. Pertama, penggunaan media dalam pembelajaran dapat menciptakan pembelajaran yang kontekstual, sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari. Penggunaan media pembelajaran dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Penggunaan media peta konsep dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Pemanfaatan media peta konsep dalam model kooperatif tipe Team Assisted Individualization akan memperjelas penyampaian materi sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi dipelajari. Temuan ini didukung oleh penjelasan Dewi (2014) yang menyatakan bahwa media peta konsep merupakan

media yang memudahkan siswa untuk memahami suatu materi, sementara bagi guru pembelajaran melalui media peta konsep bisa memudahkan guru untuk menerangkan atau menjelaskan materi kepada siswa.

Kedua, adanya diskusi kelompok, model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization adalah model pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok. Dalam proses pembelajaran siswa berdiskusi untuk membahas lembar kerja siswa (LKS) yang diberikan oleh guru.

Melalui diskusi kelompok siswa dapat menyampaikan pendapat untuk memecahkan suatu permasalahan dan saling bertukar informasi serta dapat mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain dan belajar bermusyawarah. Selain itu melalui diskusi kelompok siswa dapat belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain sehingga dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang telah ditentukan. Temuan ini sesuai dengan penjelasan Asmani (2016), yang menyatakan bahwa dalam diskusi kelompok siswa dapat belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain, dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mampu mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang telah ditentukan.

Ketiga, adanya penghargaan/reward untuk siswa dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization penghargaan diberikan

kepada kelompok yang memperoleh skor tertinggi. Guru memberikan penghargaan berupa pujian, gerakan tubuh, tepuk tangan dan hadiah berupa gambar kepada siswa. Siswa sangat antusias dan semangat dalam proses pembelajaran. Temuan ini

Data Kelompok N X s2 t hitung ttabel Hasil Belajar IPA Eksperimen 24 23,75 20,72 5,59 2,021 Kontrol 22 16,55 12,55

(8)

8 didukung oleh penjelasan Djamarah (2002) yang menyatakan bahwa pemberian ganjaran/penghargaan terhadap prestasi siswa merupakan salah satu cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, dan pemberian ganjaran dapat merangsang siswa untuk lebih berprestasi di kemudian hari.

Ditinjau dari proses pembelajaran, aktivitas siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization bermediakan peta konsep lebih aktif dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berpusat kepada siswa dan guru sebagai fasilitator. Siswa terlihat aktif bekerjasama dalam satu kelompok, menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdisksi, mendorong teman lain untuk bekerjasama, dan menghargai pendapat teman lain. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan, tidak ada siswa yang terlihat bosan mengikuti pembelajaran. Temuan ini sesuai dengan penjelasan Suyitno dalam Shoimin (2014) yang menyatakan bahwa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

Berbeda halnya dengan model pembelajaran konvensional, dalam pembelajaran guru lebih mendominasi proses pembelajaran sehingga pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered). Interaksi siswa dan guru bersifat satu arah. Guru lebih banyak menyampaikan materi, kemudian menuliskan konsep-konsep materi yang diajarkan di papan tulis, dan siswa mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Rasana (2009) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran konvensional guru yang aktif di kelas dan siswa menjadi pasif, guru memberikan ceramah, tanya jawab, dan tugas untuk siswa. Selama kegiatan pembelajaran, siswa terlihat pasif karena siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru. Suasana pembelajaran kurang menarik dan kurang menyenangkan untuk siswa sehingga banyak siswa yang terlihat bosan dan kurang memperhatikan guru. Hal ini

mengakibatkan hasil belajar IPA siswa rendah karena proses pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna untuk siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization. Dewi (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan media peta konsep terhadap hasil belajar PKn kelas V SD N 29 Dangin Puri Denpasar. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan media peta konsep dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan media peta konsep lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Penelitian lain yang dilaksanakan oleh Asriningsih (2014) mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Gugus V Kecamatan Banjar. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI) dan

kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Perbedaan tahapan pembelajaran antara model pembelajaran kooperatif tipe

Team Assisted Individualization

bermediakan peta konsep dan model pembelajaran konvensional tentunya akan memberikan dampak yang berbeda terhadap hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization bermediakan peta konsep menyebabkan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, lebih antusias untuk belajar sehingga siswa mampu

(9)

9 membangun pengetahuannya. Siswa menjadi lebih tertantang untuk belajar dan berusaha menyelesaikan permasalahan IPA yang ditemukan, sehingga siswa lebih memahami materi yang dipelajari. Dengan demikian, hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization bermediakan peta konsep lebih baik dibandingkan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization bermediakan peta konsep dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan uji-t, thitung = 5,95 > ttabel = 2,021 (dengan db 44 dan taraf signifikansi 5%), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization bermediakan peta konsep berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu pertama, bagi siswa agar selalu memotivasi diri untuk belajar sehingga hasil belajar yang maksimal mampu dicapai. Selain itu, disarankan kepada siswa agar selalu menjaga kedisiplinan dalam kelas. Kedua, bagi guru di sekolah dasar agar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization bermediakan peta konsep khususnya dalam mata pelajaran IPA dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Saran ini diajukan karena berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization bermediakan peta konsep

dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa sekolah dasar. Ketiga, bagi kepala sekolah agar membina para guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keempat, bagi peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization bermediakan peta konsep dalam mata pelajaran IPA maupun mata pelajaran lainnya yang sesuai, hendaknya memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih sempurna.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Publishing.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2016. Tips Efektif Cooperative Learning. Yogyakarta: DIVA Press.

Dewi, Utari. 2014. ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Berbantuan Media Peta Konsep terhadap Hasil Belajar PKn Kelas V SD N 29 Dangin Puri Denpasar Tahun Ajaran 2013/2014”. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan

PGSD: Singaraja.

Dalamhttp://id.portalgaruda.org/?ref =browse&mod=viewarticle&article=3 8650 (diakses tanggal 23 Maret 2017).

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Munthe, Bermawi. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Natawidjaya, Rochman dan Moein Moesa. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(10)

10 Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1990.

Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Rasana, Raka. 2009. Model-model

Pembelajaran. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model

Pembelajaran Inovatif dalam

Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sudana, Dewa Nyoman dan I Gede Astawan. 2016. Pendidikan IPA SD. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta: Kencana.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Sinar Grafika.

Gambar

Gambar  1.Poligon  Hasil  Belajar  Siswa  Kelompok eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

[r]

MEDAN 2019.. Kelurahan Sudomulyo, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat : Kajian Sosiolinguistik”, Skripsi. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. Program Studi Bahasa dan

Sifat bobot buah segar, panjang buah, lebar buah, tebal kulit buah, jumlah biji per buah, bobot basah biji per buah, dan bobot kering per biji mempunyai pengaruh

Menurut PIC ESAP, seiring berjalannya waktu pada program ESAP, timbul berbagai permasalahan seperti peningkatan kemampuan dari para peserta berkemampuan lebih tinggi dan

Wisatawan yang akan menambah anggaran wisata paling besar di tahun 2016 adalah wisatawan Australia, yang mengungguli wisatawan Swiss terkait jumlah nominal anggaran yang akan

 Berkenaan dengan bahasan ini, terdapat kata-kata deiksis, yaitu kata yang acuannya tidak menetap pada suatu maujud, melainkan dapat berpindah dari maujud yang satu

institusi hukum dan profesi hukum, Pembangunan yang komprehensif harus memperhatikan hak-hak azasi manusia, keduanya tidak dalam posisi yang berlawanan, dan dengan

Dari semua faktor yang diteliti baik jenis kelamin, umur, pendidikan formal, status pekerjaan, pengalaman gula darah rendah, kepemilikan alat pengukur gula darah,