• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL TGT BERBASIS CONCEPT MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DENGAN KOVARIABEL MINAT OUTDOOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL TGT BERBASIS CONCEPT MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DENGAN KOVARIABEL MINAT OUTDOOR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL TGT BERBASIS

CONCEPT MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

DENGAN KOVARIABEL MINAT OUTDOOR

Luh Yeci Sasnitha

1

, Nyoman Dantes

2

, Wayan Arini

3

1,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

2

Bimbingan Konseling, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

luhyecisasnitha@yahoo.co.id, nyoman_dantes@undiksha.c.id,

wayanarini@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran teams games turnament berbasis concept mapping terhadap hasil belajar IPA dengan kovariabel Minat Outdoor pada siswa SD di Gugus VII Kecamatan Banjar. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperiment dengan desain Non Equivalent Posttes Only Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 117 siswa. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar dan kusioner minat outdoor. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan ANAKOVA satu jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran teams games

turnament berbasis concept mapping dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (diperoleh

Fhitung = 28,975 dan α<0,05); 2) setelah kovariabel minat outdoor, dikendalikan terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran teams games turnament berbasis

concept mapping dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (diperoleh Fhitung = 11,150

dan α<0,05); 3) terdapat konstribusi kovariabel minat outdoor terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Banjar dengan koefisien determinasi sebesar 29,8 %.

Kata Kunci : TGT, Concept Mapping, minat outdoor

Abstract

This study aims to determine the effect of learning models Teams Games Turnament Based Concept Mapping on the results of learning science with covariabel Outdoor Interest in elementary students in Gugus VII Banjar District. This research is Quasi Eksperimen research with design of Nonequivalent Posttes Only Control Group Design. The population in this study amounted to 117 students. The sample in this study was determined by random sampling. Data were collected using learning outcomes and outdoor interest questionnaires. The data collected were analyzed using One Path ANAKOVA. The results showed that: 1) there were differences in learning outcomes between students following the Teams Games Turnnament-Based Concept Mapping learning model and students following Conventional learning (obtained Fhitung = 28,975 and α <0.05); 2) after the kovariabel of outdoor interest, there is a difference of learning outcomes between students who follow Teams Games Turnaments Based Concept Mapping learning model and students following Conventional learning (obtained Fcount = 11,073 and α<0.05); 3) there is a contribution of kovariabel interest outdoor to science learning outcomes in grade V SD students in Gugus VII Banjar District with determination coefficient of 29.8%

(2)

2

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan bagian dari proses kehidupan bernegara. Kualitas suatu negara dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh negara tersebut terutama kualitas generasi mudanya. SDM yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, SDM yang berkualitas akan menjadi tumpuan utama agar suatu bangsa dapat berkompetisi. Upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya didukung oleh tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang di terdapat dalam undang-undang dasar 1945 . Menyadari pentingnya pendidikan tersebut, pemerintah telah banyak melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara khusus dalam pendidikan mata pelajaran IPA. Hal ini disebabkan oleh pendidikan Mata pelajaran IPA akan menumbuhkan keterampilan IPA. Keterampilan IPA atau disebut juga keterampilan belajar seumur hidup, sebab keterampilan ini dapat juga dipakai untuk kehidupan sehari-hari dan bidang studi lain (Sudana, 2016:4).

Di sekolah dasar, terdapat beberapa mata pelajaran yang diajarkan. Salah satunya ialah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). “IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan” (Trianto, 2007:99). Artinya, IPA merupakan sebuah ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis melalui proses penemuan. Dengan demikian, pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, prospek pengembangan lebih lanjut, dan penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA berasal dari bahasa inggris”Science” perkataan singkat dari natural Science (Sudana, 2016:2). IPA adalah pengetahuan tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA sebagai produk

merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan para ilmuwan selama berabad-abad. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori-teori IPA.

Berkaitan dengan pembelajaran IPA yang bermakna di sekolah dasar, hendaknya seorang guru memperkenalkan lingkungan dan peristiwa yang sering dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat meningkatkan daya tarik siswa dalam belajar IPA. Selain itu, penerapan model atau metode yang sesuai juga dapat memaksimalkan proses pembelajaran yang terjadi. Pembelajaranpun dapat berpengaruh positif terhadap hasil yang dicapai siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Susanto (2013), proses pembelajaran IPA yang tepat diharapkan dapat membentuk keterampilan maupun kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, proses tersebut menuntut guru memberikan kesempatan kepada siswa menemukan, menguasai suatu konsep dengan tepat, dan menerapkannya dalam kehidupan.

Pendidikan IPA diarahkan untuk peserta didik lebih aktif sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak dapat berdampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Dalam memenuhi kebutuhan dalam pembelajaran IPA maka harus diperhatikan karakteristik dari siswa. Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan pembelajaran tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Kemampuan pemahaman anak didik terhadap bahan pelajaran yang

(3)

3 diberikan, juga cukup beragam. Faktor intelegensi mempengaruhi kemampuan pemahaman anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Ini memerlukan strategi yang tepat dengan menggunakan model pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi awal, kemampuan siswa dalam bidang IPA cukup beragam. Setiap individu memiliki perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar baik dalam aspek minat, bakat, maupun kemampuan dalam pembelajaran IPA. Dalam satu kelas terdapat siswa yang menonjol prestasinya dalam IPA, ada yang sedang dan ada pula yang rendah bahkan sangat kurang. Kelompok siswa yang memiliki pemahaman yang rendah bahkan kurang dalam pembelajaran IPA diindikasikan sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar dan memerlukan upaya penanganan secara terencana, terpadu dan berkesinambungan untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

Berdasarkan hasil pencatatan dokumen diperoleh data yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa dibidang studi IPA siswa kelas V Sekolah Dasar di Gugus VII Kecamatan Banjar masih ada 3 sekolah yang belum memenuhi KKM yang telah ditetapkan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Banjar yang diperoleh siswa masih belum sepenuhnya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70 pada mata pelajaran IPA. Keenam sekolah ini memiliki fasilitas dan sarana prasarana yang memadai. Siswa yang bersekolah di SD tersebut merupakan warga sekitar sekolah dengan aktivitas dan kemampuan belajar yang berbeda-beda. Peneliti memilih mengadakan penelitian di Gugus VII Kecamatan Banjar dikarenakan hasil belajar IPA beberapa SD di Gugus VII Kecamatan Banjar masih rendah. Peneliti memilih kelas V karena pada usia ini siswa berada pada tingkat operasional kongkrit. Dahat,1989 (dalam Tika,2016:275 menyatakan “Pada masa ini kegiatan belajar dan berpikir anak sebagian besar melalui pengalaman

nyata yang berawal dari proses interaksi dengan objek dan bukan dengan lambang”.

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar IPA masih rendah. Rendahnya hasil belajar IPA siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah di kelas. Hal ini, menjadi salah satu penyebab terhambatnya kreativitas siswa sehingga menurunkan hasil belajar IPA siswa. Dari hal tersebut, maka perlu diterapkan suatu pembelajaran yang melibatkan peran siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Untuk mengatasi hal tersebut, hendaknya guru mampu melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan merancang pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran inovatif yang dimaksud adalah pembelajaran yang melibatkan siswa pada proses pembelajarannya, yang dikemas dengan aktivitas yang menarik menggunakan model pembelajaran. Salah satu model yang dianggap cocok yaitu model TGT)berbasis concept mapping.

Model pembelajaran TGT berbasis concept mapping merupakan salah satu model yang memenuhi karakteristik dasar suatu model yang kondusif bagi pengimplementasian konstruktivisme, yakni pengetahuan itu akan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pembelajaran Kooperatif model TGT adalah salah satu model pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Dalam model pembelajaran TGT siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang secara heterogen. Dalam TGT digunakan turnament akademik, dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnnya melawan tim yang lain. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam model pembelajaran TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping

(4)

4 menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama persaingan sehat, dan keterlibatan belajar (Aris Shoimin, 2013:203).

Menyatukan model pembelajaran TGT dengan concept mapping akan semakin efektif karena akan melatih siswa menggali pengetahuannya dan memanfaatkan peta konsep yang membantu siswa lebih mudah memahami materi. Pembelajaran menggunakan

concept mapping siswa dapat

meningkatkan ingatan suatu konsep pembelajaran (Yatim Riyanto,2009:275).

Model pembelajaran TGT berbasis concept mapping memiliki keunggulan dalam proses pembelajaran yakni menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan dibantu dengan pemanfaatan peta konsep pada proses pembelajaran, siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, dan agar siswa lebih giat belajar sebelum pelajaran dimulai. Dengan ungkapan lain, model pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pembelajaran. Tetapi siswa juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pembelajaran tersebut serta pemanfaatan peta konsep yang disajikan oleh guru. Peta konsep sebagai sumber belajar menjadi salah satu upaya sehingga pembelajaran menjadi bermakna, efektif, menarik dan menyenangkan.

Dalam penelitian ini minat outdoor didefinisikan sebagai suatu kecendrungan atau keinginan hati yang tinggi untuk memilih sesuatu kegiatan yang berhubungan dengan alam seperti hinatang, tumbuhan dan benda-benda di sekitar kita berdasarkan situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhanya sendiri. Oleh karena itu, yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Dalam minat outdoor ini terdapat tiga indikator yaitu : 1) ketertarikan; 2) perhatian; 3) dan ketersediaan meluangkan waktu.

Minat Outdoor dalam belajar IPA dapat diartikan sebagai keterkaitan atau keinginan dari siswa untuk belajar IPA dengan memanfaaatkan alam sekitar seperti binatang, tumbungan dan benda-benda di sekitar kita.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mencoba mengimplementasikan model TGT berbasis concept mapping dan melihat pengaruhnya terhadap hasil belajar IPA setelah mengendalikan Minat Outdoor siswa. Penelitian yang diangkat berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran TGT berbasis concept mapping Terhadap Hasil Belajar IPA dengan Kovariabel minat Outdoor Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Gugus VII Kecamatan Banjar”.

METODE

Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancanagan Non-equivalen Post

Test Only Control Group Design.

Pelaksanaan penelitian ini adalah di Gugus VII Kecamatan Banjar.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD kelas V Di Gugus VII Kecamatan Banjar, yang berjumlah 117 siswa. Dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa SD N 2 Banyuatis dan SD N 3 Gesing dengan jumlah siswa keseluruhan 41 siswa.

Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan beberapa metode pengumpulan data yang disesuaikan dengan tuntutan data dari masing-masing rumusan permasalahan. Oleh karena itu data yang diperoleh harus valid dan reliabel. Data yang perlu dikumpulkan di dalam penelitian ini adalah data hasil belajar IPA dan minat outdoor . Pengumpulan data untuk hasil belajar IPA dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes akhir yang dikumpulkan dengan metode tes setelah perlakuan diberikan pada kedua kelompok peserta didik. Sedangkan pengumpulan data untuk minat outdoor dilakukan dengan mengevaluasi minat

outdoor peserta didik dengan

menggunakan kuesioner pada kedua kelompok peserta didik.

(5)

5 Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi varians, skor maksimum dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk kurva histrogram. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah untuk hipotesis pertama menggunakan uji ANAVA Satu Jalur, untuk menguji hipotesis kedua menggunakan Uji ANAKOVA Satu Jalur, dan untuk menguji hipotesis ketiga menggunakan Uji Korelasi Product

Moment. Sebelumnya melakukan uji

hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus bersubsidi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Untuk memenuhi persyarat tersebut maka dilakukan uji prasyaratan analisis dengan uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normaliatas sebaran data dan uji homogenitas varians ditentukan dengan bantuan program SPSS Versi 18 for Windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rangkuman hasil analisis data deskriptif disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar IPA dan Minat Outdoor Variabel Statistik Y1 X1 Y2 X2 N 22 22 19 19 Mean 29,00 109,91 26,16 107,368 Median 30 107 27 107 Modus 32 110 29 115 Standar Deviasi 3,82 5,55 3,71 5,04 Varians 14,57 30,85 13,7602 25,3567 Skor Minimum 20 100 20 100 Skor Maksimum 34 120 33 115 Rentangan Skor 14 20 13 15

Berdasarkan table 1. tersebut di atas diketahui Mo > Md > M > hasil belajar pada kelompok eksperimen, gamabr tersebut disajikan pada kurva histogram menunjukan bahwa skor siswa cendrung tinggi. Berdasarkan pedoman rata-rata skor (M) = 29,00 berada pada katagori tinggi. Adapun poligon dapat dilihat seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Histogram Skor Hasil Belajar IPA kelompok ekperimen

Selanjutnya adalah kurva histogram tes hasil belajar IPA kelompok kontrol, seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Histogram Skor Hasil Belajar IPA kelompok kontrol

Hasil kusioner minat outdoor pada kelas eksperimen disajikan dalam kurva histogram, seperti pada Gambar 3.

(6)

6 Gambar 3. Histogram Skor Hasil minat

outdoor kelompok eksperimen Selanjutnya hasil kusioner minat outdoor pada kelas kontrol disajikan dalam kurva histogram, seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Histogram Skor Hasil minat outdoor kelompok kontrol

Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyaratan yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Dengan

bantuan program SPSS Versi 18 for Windows hasil uji normalitas sebaran data menunjukkan bahwa koefisien statistik Kolmogorov Smirnov untuk data hasil belajarn IPA dan Minat Outdoor, baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol menunjukkan nilai sig. masing-masing 0,187; 0,200; 0,200; dan 0,200; semuanya lebih besar daripada α=0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar IPA dan Minat Outdoor pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

Untuk uji homogenitas varians juga mengunakan bantuan program SPSS Versi 18 for Windows menunjukkan bahwa keseluruhan nilai signifikansi dari perhitungan Levene Statistic diatas 0,05 yaitu 0,907 dan 0,800. Hal ini berati data homogen.

Dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan hipotesis, untuk menguji hipotesis pertama menggunakan uji ANAVA Satu Jalur, untuk hipotesis kedua menggunakan Uji ANAKOVA Satu Jalur, dan hipotesis kedua menggunakan Uji Product Moment.

Uji Hipotesis pertama menggunakan uji ANAVA satu jalur dengan bantuan program SPSS 18 for windows bisa dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.

Hasil Uji Hipotesis 1 dengan ANAVA Satu Jalur

Source Type III Sum of Squares df Mean Squar e F Sig. Correct ed Model 151,434 a 10 15,14 3 28,97 5 ,000 Interce pt 12676,2 43 1 1267 6,243 816,1 77 ,000 x2 151,434 10 15,14 3 28,97 5 ,000 Error 124,250 8 15,53 1 Total 16546,0 00 19 Correct ed Total 275,684 18

(7)

7 Uji ANAVA satu jalur menemukan bahwa nilai F=28,975 dengan sig.=0,00. Ternyata nilai sig. lebih kecil daripada α=0,05. Jadi hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Jadi terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Concept Mapping

dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Banjar.

Selanjutnya uji hipotesis kedua menggunakan uji ANAKOVA satu jalur dengan bantuan program SPSS 18 for

windows bisa dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.

Hasil Uji Hipotesis 2 dengan ANAKOVA Satu Jalur

Sumber Tipe III Jumlah Kuadrat Db Rerat a Jumla h Kuadr at F* Sig. Model Terkore ksi 46,743a 2 23,37 2 9,652 ,000 Interce p 19,326 1 19,32 6 8,366 ,000 Minat outdoor 15,988 1 15,98 8 8,130 ,000 Kelomp ok 29,327 1 29,32 7 11,07 3 ,000 Error 537,69 6 38 14,15 0 Total 33178, 000 41 Total Terkore ksi 584,43 9 40

Uji ANAKOVA satu jalur menemukan bahwa nilai F= 11,073 dengan sig.=0,00. Ternyata nilai sig. lebih kecil daripada α=0,05. Jadi hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Jadi setelah kovariabel minat outdoor dikendalikan, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

Team Games Tournament (TGT) Concept Mapping dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensioanal.

Dan uji hipotesis ketiga menggunakan uji product moment dengan bantuan program SPSS 18 for windows bisa

(8)

8

Tabel 4.

Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi

Model R R Square Adjustes R Suare Std. Error of the Estimate 1 ,543a ,298 ,049 3,81301 Hasil analisis pada Tabel diatas

menunjukkan bahwa kefisien korelasi (R) kovariabel sikap mulikultur terhadap hasil belajar IPA besarnya 0,543; sedangkan R kuadrat besarnya 0,298. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi kovariabel minat outdoor terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Banjar dengan kontribusi sebesar 29,8%.

PEMBAHASAN

Pembahasan difokuskan pada masalah penelitian yang dikaji berdasarkan hipotesis yang diajukan. Pembahasan hasil analisis dari masing-masing hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Hipotsis pertama, hasil uji hipotesis pertama telah menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Ternyata secara keseluruhan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukan nilai Fhitung sebesar 28,975 yang ternyata signifikan. Selanjutnya berdasarkan perhitungan statistik didapat bahwa hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) memiliki skor rata-rata sebesar 29,00 lebih tinggi dari pada hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional yang memilik skor rata-rata sebesar 26,16. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu model pembelajaran yang lebih unggul dari pada model pembelajaran konvensional. Pada model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) lebih difokuskan pada siswa sedangkan pada model pembelajaran konvensional, siswa cendrung menjadi objek dalam pembelajaran.

Temuan pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2013) dalam penelitiannya terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD dan penelitian yang dilakukan oleh Ni Pt. Dian E (2013) dalam penelitiannya terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswakelas V di Gugus VI Mengwi.

Beberapa hasil penelitian seperti yang telah dipaparkan di atas model pembelajara Teams Games Tournament (TGT) telah menunjukan hasil positif. Slavin (dalam Trianto, 2009: 83), model pembelajaran

Teams Games Tournament (TGT)

merupakan, “Model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa dalam mengembangkan aktivitas dan inisiatif dalam belajar, sebab dalam Team Games Tournament siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim yang lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka”. Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2009:83), “Model pembelajan TGT adalah pembelajaran yang dilaksanakan setelah siswa belajar secara berkelompok, kemudian siswa diajak dalam suatu permainan akademik (turnament). Permainan ini berfungsi sebagai tinjauan kembali terhadap materi pelajaran sebelum siswa menghadapi tes individual”.

Hipotesis kedua, hasil uji hipotesis kedua berhasil menolak H0 yang menyatakan Setelah kovariabel minat

(9)

9 perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Team Games Tournament (TGT) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvesional. Ternyata dengan diadakannya pengendalian terhadap minat outdoor, hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Team Games Tournament (TGT) nilai berbeda secara signifikan dengan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil ANAKOVA menemukan bahwa nialai Fhitung= 11,073. Ini berarti setelah pengendalian minat outdoor terhadap hasil belajar IPA ternyata ada pengingkatan hasil belajar IPA. Minat outdoor juga mempengaruhi hasil belajar IPA.

Minat merupakan ketertarikan terhadap suatu hal baik berupa benda, kegiatan, atau hal lainnya. Selanjutnya minat outdoor yang dimaksudkan adalah ketertarikan terhadap lingkungan sekitar. Tertarik terhadap suatu hal membuat seseorang ingin terus mendekat dan lebih mengenal yang menjadi ketertarikannya tersebut. Begitu halnya dengan siswa yang memiliki minat outdoor tentunya lebih tertarik dalam pelajaran IPA, karena IPA memiliki hubungan erat dengan lingkungan sekitar. Berkaitan dengan hubungan yang dimiliki lingkungan sekitar dan pembelajaran IPA tersebut, perlu diciptakan lingkungan sekitar yang baik yang mengusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

Minat outdoor siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor dari dalam diri berkaitan dengan keadaan fisik termasuk kondisi kesehatan maupun fungsi-fungsi organ tubuh seperti panca indra. Faktor dari luar berkaitan dengan lingkungan sekitar baik alam maupun sosialnya mulai dari keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat outdoor tersebut, minat outdoor difokuskan ke dalam beberapa indikator. Adapun fokus indikator dari minat outdoor dalam penelitian ini yaitu, 1) ketertarikan, 2) perhatian, 3) kesediaan meluangkan waktu. Melalui indikator tersebut minat outdoor siswa

diukur. Indikator pertama, ketertarikan merujuk pada ketertarikan yang muncul dari dalam diri siswa. Ketika sedang berada di luar ruangan apakah siswa tertarik terhadap lingkungan sekitar yang berkaitan dengan alam. Selanjutnya indikator kedua yaitu perhatian, setelah siswa memiliki ketertarikan tentunya ia akan memberikan perhatian lebih dalam hal tersebut. Begitu halnya jika siswa tertarik dengan lingkungan sekitar, maka perhatian siswa juga mengarah pada lingkungan sekitar. Jadi saat perhatian siswa sudah terfokus pada lingkungan sekitar, secara tidak langsung siswa akan lebih mau mengenal dan mau lebih memahami lingkungan. Minat sangat erat hubungannya dengan belajar. Pembelajaran akan terasa membosankan apabila siswa tidak memiliki minat belajar. Kaitannya dengan minat outdoor yang dimiliki siswa mendorong siswa untuk tertarik belajar IPA yang cenderung materi pelajarannya berisikan tentang alam dan lingkungan sekitar, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa pun cenderung lebih baik. Walaupun demikian, hasil analisis data menunjukkan bahwa kovariabel minat outdoor telah dikendalikan, ternyata tetap terdapat pengaruh pembelajaran TGT (Teams Games Turnament) berbasis Concept Mapping terhadap hasil belajar IPA siswa. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Pt. Dian E (2013) dalam penelitiannya yaitu model pembelajaran TGT berpengaruh terhadap sosio-emosional dan prestasi belajar IPA Siswa kelas V SD.

Hipotesis ketiga, hasil uji hipotesis ketiga berhasil menolak H0 yang menyatakan bahwa Tidak terdapat kontribusi kovariabel minat outdoor terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Banjar. Ternyata minat outdoor dalam penelitian ini memberikan kontribusi positif terhadap hasil belajar siswa, walaupun dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lainnya seperti keadaan siswa saat pelaksanaan tes dan model pembelajaran yang digunakan guru.

Dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa minat outdoor memiliki hubungan positif terhadap prestasi belajar IPA. Disarankan kepada siswa memiliki minat

(10)

10 outdoor yang tinggi di dalam menerima suatu materi pembelajaran, hal ini akan berdampak positif bagi hasil belajar siswa itu sendiri. Minat outdoor merupakan kecendrungan hati terhadap suatu keinginan. Minat juga dapat diartikan sebagai gejala psikis yang muncul dalam diri seseoarang dengan perasaan senang sehingga seorang tersebut berupaya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Semakin tertarik dengan suatu hal, maka pusat perhatiannya akan mengarah pada hal tersebut, sehingga siswa akan dapat meluangkan waktu untuk lebih mendalami hal yang diamatinya. Begitu halnya dengan minat outdoor , siswa yang tertarik mengenal dan lebih memahami lingkungan sekitar. Kaitannya dengan pembelajaran IPA yang pada materi pembelajarannya tidak lepas dari alam sekitar, menjadikan minat outdoor sebagai salah satu penunjang keberhasilan pembelajaran IPA. Jadi minat outdoor memang dapat memberikan konstribusi positif terhadap hasil belajar IPA.

Kontribusi kovariabel minat outdoor terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Banjar dengan kontribusi sebesar 29,8% ini tergolong cukup tinggi. Dengan implikasi bagi seorang pendidik khususnya guru SD yang mengajar mata pelajaran IPA semestinya memperhatikan minat outdoor siswa, sebab dengan siswa memiliki minat outdoor untuk belajar, maka siswa tersebut juga akan senang mengikuti pembelajaran IPA.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan temuan hasil penelitian, yang kemudian dianalisis dan dibahas secara mendalam sebagaimana yang telah di deskripsikan pada Bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1)Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) Concept Mapping

berbasis dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Banjar. 2)Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) Concept Mapping

berbasis dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional setelah kovariabel minat outdoor kendalikan pada kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Banjar. 3)Terdapat kontribusi minat outdoor terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Banjar.

Berdasarkan temuan-temuan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbasis concept mapping dan minat outdoor dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Banjar.

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1)Disarankan kepada siswa sekolah dasar agar dapat meluangkan waktu untuk mengenal dan memahami lingkungan sekitar. Dengan adanya minat terhadap lingkungan sekitar (minat outdoor), sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya. Pembelajaran yang diperoleh hendaknya dikaitkan dengan kehiadupan sehari-hari. Pengetahuan juga dapat digunakan sebagai bekal dalam mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat. 2)Disarankan kepada guru, agar dalam melaksanakan pembelajaran dapat menggunakan model-model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar IPA kususnya. 3)Disarankan kepada kepala sekolah, yang mengalami masalah tentang hasil belajar IPA siswa di sekolah yang dipimpinnya, temuan ini agar dapat dijadikan salah satu alternatif pilihan dalam mengambil suatu kebijakan serta menghimbau guru-guru untuk menerapkan model pembelajaran. 4)Disarankan kepada peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran TGT Berbasis Concept Mapping khususnya dalam pembelajaran IPA, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan aspek-aspek lain yang diteliti.

(11)

11

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka:Jakarta.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2016. Tips Efekti

Cooperatif Leraning. Yogyakarta:

DIVA Press.

Dian E, Ni Pt. 2013. Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD N Gugus 6 Mengwi, Badung.tersedia pada

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.p hp/JJPGSD/article/view/974. diakses pada tanggal 18 januari 2017

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: KENCANA. Sudana, Dewa Nyoman, dkk. 2016.

Pendidikan IPA SD. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:PRENADAMEDIA GROUP. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran

Inovati dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.2003.

Gambar

Gambar  4.  Histogram  Skor  Hasil  minat  outdoor kelompok kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran pembangunan yang diturunkan dari 7 (tujuh) misi pembangunan Kabupaten Dharmasraya yaitu terdiri dari 28 sasaran pokok dan 63 arah kebijakan pembangunan

terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis. Memerhatikan fakta empiris yang ditemukan pada Rumah Sakit Bhayangkara. Tingkat II Medan saat ini serta didukung

Keterkaitan antara Mutu Layanan program, Kompetensi Pedagogik dan Mutu Proses Pembelajaran dalam Kerangka Program TSE ………..... Pendekatan

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat meneyelesaikan Paper dengan judul Tumor Jinak Palpebra guna memenuhi persyaratan

There is an overlap between some themes in CityGML and the data themes identified by Inspire annexes, such as transportation networks, land use, terrain models or buildings.

Production line BOPET dengan mesin canggih dari Brückner ini akan memproduksi 20.000 ton BOPET film per tahun, menambah total kapasitas produksi flexible packaging film

N Kompetensi Dasar Alok Januari Februari Maret April Mei juni.. Mengetahui Guru Mata Pelajaran

Pembuatan Website Club Motor Protrex Cinere Club (PCC) Dengan Menggunakan Dreamweaver MX merupakan sebuah website multimedia yang berisi mengenai berbagai macam informasi tentang