• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewan Redaksi. : Dr. Albert Rufinus, MA. Wakil Pemimpin Redaksi : Tuminah, M.Pd.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dewan Redaksi. : Dr. Albert Rufinus, MA. Wakil Pemimpin Redaksi : Tuminah, M.Pd."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pendidikan Matematika dan Matematika. Riemann terbit setiap dua kali dalam satu tahun yaitu pada bulan April dan Oktober. Riemann diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Pamane Talino.

Dewan Redaksi

Pelindung : Dr. Albert Rufinus, MA.

Penanggung jawab : Trio Kurniawan, M.Fil.

Pemimpin Redaksi : Siti Suprihatiningsih, M.Pd.

Wakil Pemimpin Redaksi : Tuminah, M.Pd.

Sekretaris Redaksi : Pradipta Annurwanda, M.Pd.

Editor in Chief : Rahmat Winata, M.Pd.

Editor : Rizki Nurhana Friantini, M.Pd. Muhammad Firman Annur, M.Pd. Jeliana Intan Permata, M.Pd.

Dr. Ajeng Gelora Mastuti, M.Pd. (IAIN Ambon)

Lingga Nico Pradana, M.Pd. (Universitas PGRI Madiun)

Reviewer : Muhammad Zuhair Zahid, M.Pd. (Universitas Negeri Semarang) Kintoko, M.Pd. (Universitas PGRI Yogyakarta)

Triana Harmini, M.Pd. (Universitas Darussalam Gontor) Nugroho Arif Sudibyo, M.Pd. (Universitas Duta Bangsa) Yumi Sarassanti, M.Pd. (STKIP Melawi)

(3)

DAFTAR ISI

Efektivitas Pembelajaran Investigasi Kelompok Berbantuan Peta Konsep Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Hendra Yulianto ... 55 – 63

Minimum Spanning Tree Pada Distribusi Bahan Naskah USBN SD/MI di Kabupaten Sragen

Nugoroho Arif Sudibyo, Tri Purwanto, Deddy Rahmadi ... 64 – 69

Analisis Aktivitas Belajar Melalui Permainan Kelompok Kolong Agak Pada Materi Bilangan Bulat

Suhendrik Suhendrik, Yumi Sarassanti, Kurnia Dyah Anggorowati ... 70 – 77

Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Pembelajaran Matematika Realistik

Benedikta Ida Labina, Bernadus Bin Frans Resi ... 78 – 87 Efektivitas Metode Student Teams Achievement Divisions Terhadap Prestasi

Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar

(4)

E-ISSN: 2721-883X, P-ISSN: 2721-8848

55

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK

BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIS SISWA

HENDRAYULIANTO

Universitas Negeri Semarang, Jl. Kelud Utara III, Semarang, Indonesia hendraokta1993@students.unnes.ac.id

First Received: 03-03-2020; Accepted: 07-10-2020

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis keefektifan pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi experiment). Pada kelas eksperimen siswa diajarkan dengan pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep dan pada kelas kontrol siswa diajarkan dengan pembelajaran ekspositori. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Ngabang Tahun Ajaran 2019/2020. Pemilihan sampel menggunakan teknik cluster random sampling, diperoleh kelas XI MIPA A sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA C sebagai kelas kontrol. Analisis data akhir menggunakan one sample t-test, uji proporsi pihak kanan, dan uji rata-rata pihak kanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan individu pemahaman konsep matematis kelas eksperimen memenuhi KKM dan secara klasikal mencapai 70%. Kemudian pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep efektif terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

Kata kunci: Investigasi kelompok; peta konsep; pemahaman konsep matematis

EFFECTIVENESS OF LEARNING GROUP

INVESTIGATION ASSISTED WITH CONCEPT MAP OF

UNDERSTANDING STUDENT MATHEMATIC

CONCEPTS

Abstract

The purpose of this study was to analyze the effectiveness of group investigative learning assisted by concept maps on students' understanding of mathematical concepts. This type of research is a quantitative study with a quasi-experimental method. In the experimental class, students were taught by learning group investigations assisted by concept maps and in the control class students were taught by using expository learning. The population in this study were students of class XI MIPA at SMA Negeri 1 Ngabang for the 2019/2020 academic year. The sample selection using cluster random sampling technique, obtained class XI MIPA A as the experimental class and class XI MIPA C as the control class. The final data analysis

(5)

HENDRAYULIANTO

56

used one sample t-test, right side proportion test, and right side average test. The results showed that the individual completeness in understanding the mathematical concepts of the experimental class fulfilled the KKM and classically reached 70%. Then the students' understanding of mathematical concepts in the experimental class was better than the control class. Based on the results of the study, it was concluded that group investigation learning assisted by concept maps was effective in understanding students' mathematical concepts.

Keywords: Group Investigation; concept map; understanding mathematical

concepts

PENDAHULUAN

Pemahaman konsep menurut Malatjie & Machaba (2019) mengacu pada pemahaman konseptual sebagai koneksi ide yang tidak terputus satu sama lain. Implikasinya seorang siswa memiliki pemahaman konsep ketika dia mampu menjelaskan, menggambarkan, dan menerapkan konsep yang sama dengan cara dan situasi yang berbeda. Hal ini mengacu pada situasi dimana siswa mampu memahami dan mengintegrasikan setiap konsep sehingga terbentuk pola dan hubungan yang jelas tentang konsep tersebut. Lebih lanjut Arifah & Saefudin (2017) mengungkapkan bahwa siswa yang mempunyai pemahaman konsep yang baik apabila mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi, dan memberikan contoh atau bukan contoh dari konsep serta mampu mengambangkan koneksi antar ide sehingga membentuk pemahaman menyeluruh tentang konsep yang dipelajari.

Matematika sebagai ilmu yang erat kaitannya dengan permasalahan sehari-hari memerlukan pengetahuan dasar berupa pemahaman konsep sebagai landasan berpikir. Andamon & Tan (2018) mengungkapkan bahwa pemahaman konsep matematis merupakan pengetahuan yang melibatkan pemahaman menyeluruh tentang dasar dan landasan konsep di balik alogaritma dalam matematika. Sifat konsep dalam matematika saling berkaitan dan menjadi prasyarat bagi konsep lain. Sehingga proses membangun konsep matematis harus dimulai dari konsep dasar sebelum melanjutkan pada konsep selanjutnya. Suarsana, Widiasih, & Suparta (2018) mengungkapkan bahwa pemahaman konsep berperan penting dalam membangun kerangka kognitif siswa dan meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pelajaran. Menurut Malatjie & Machaba (2019) siswa yang mempunyai pemahaman konsep matematis yang baik mampu menjelaskan, menggambarkan, dan menerapkan konsep yang sama dengan cara dan situasi yang berbeda.

Berdasarkan pengamatan siswa kelas XI MIPA di SMAN 1 Ngabang menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih kurang. Siswa belum mampu menjelaskan dan menerapkan konsep yang dipelajari pada suatu permasalahan. Kemudian koneksi antar

(6)

57

konsep juga masih kurang, hal tersebut terlihat dari proses pengaitan dan pengintegrasian beberapa ide matematika belum menghasilkan pola dan hubungan yang jelas. Akibatnya siswa kebingungan langkah mana sebaiknya dipakai dan bagaimana penggunaanya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih belum optimal.

Kemudian hasil pengamatan terhadap pembelajaran yang diterapkan guru masih menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran ekspositori. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Shadiq (2009) bahwa pembelajaran ekspositori tidak memungkinkan siswa berpartisipasi secara penuh, karena kegiatan pembelajaran lebih menekankan siswa untuk mengingat atau menghafal dan kurang pada pemahaman. Pemahaman konsep dapat terjadi jika siswa dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran untuk memahami dan mendalami pengetahuan dasar sebagai landasan pemahaman konsep. Pembelajaran yang diyakini dapat mengoptimalkan pemahaman konsep matematis siswa yaitu pembelajaran investigasi kelompok.

Menurut Santoso (2019) pembelajaran investigasi kelompok merupakan pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu topik pembelajaran. Kegiatan penyelidikan yang dilakukan meliputi investigasi, interaksi, dan penafsiran. Kegiatan investigasi dilakukan dengan membangun pengetahuan siswa melalui masalah yang menantang dan rumit kepada siswa. Kegiatan interaksi dilakukan dengan memberikan dorongan untuk mengembangkan gagasan satu sama lain. Kemudian kegiatan penafsiran dilakukan dengan menggabungkan beberapa gagasan yang diperoleh sehingga menghasilkan pengetahuan baru yang komprehensif.

Hasil penelitian Parinduri, Sirait, & Sani (2017) menunjukkan bahwa pembelajaran investigasi kelompok dapat meningkatkan pemahaman konseptual siswa terhadap materi yang diajarkan. Hasil tersebut diperoleh karena siswa dalam pembelajaran investigasi kelompok diberikan tugas-tugas yang spesifik dan menantang untuk meningkatkan keingintahuan dan mengembangkan gagasan mereka dengan sudut pandang yang berbeda. Kemudian siswa juga dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Gilmore dkk, (2017) bahwa melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran untuk memilih dan menerapkan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Pemahaman konsep matematis siswa juga dapat ditingkatkan dengan menggunakan peta konsep. Hasil penelitian Junedi & Sari (2019) menunjukkan bahwa peta konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Menurut Malatjie & Machaba (2019) peta

(7)

HENDRAYULIANTO

58

konsep dapat menggambarkan hubungan antar konsep secara terstruktur. Keterkaitan antar konsep dihubungkan dengan garis yang menunjukkan bagaimana konsep tersebut saling berkaitan. Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran memudahkan siswa menggunakan dan memilih prosedur tertentu serta mengaplikasikannya sebagai solusi permasalahan matematika. Berdasarkan uraian di atas diperoleh bahwa, pembelajaran matematika memerlukan pengetahuan dasar berupa pemahaman konsep. Sehingga dengan dasar tersebut peneliti akan mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa melalui pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keefektifan pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Keefektifan tersebut ditunjukkan melalui tiga hal yaitu: (1) apakah pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep memenuhi KKM? (2) apakah pemahaman konsep matematis siswa yang memenuhi KKM pada pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep mencapai 70% (3) apakah pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep lebih baik daripada pembelajaran ekspositori?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi experiment) karena peneliti tidak dapat mengontrol variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi penelitian. Siswa pada kelas eksperimen mendapat pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep dan pada kelas kontrol mendapat pembelajaran ekspositori. Pemilihan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Menurut Sukardi (2015) teknik pemilihan sampel ini bukan didasarkan pada individu, tetapi pada kelompok, daerah, atau kelompok subjek yang secara alami berkumpul bersama.

Kegiatan penelitian dimulai dengan tahap persiapan perangkat penelitian yang meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK), dan tes pemahaman konsep matematis siswa. Perangkat penelitian yang telah disusun divalidasi terlebih dahulu oleh validator ahli. Kegiatan validasi digunakan untuk menguji kelayakan instrumen berupa kejelasan tujuan pengukuran, kesesuaian butir pertanyaan/pernyataan, penggunaan bahasa, dan kejelasan petunjuk penggunaan. Kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan penelitian dengan menerapkan pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep di kelas eksperimen dan pembelajaran ekspositori di kelas kontrol.

(8)

59

Pengumpulan data meliputi metode dokumentasi dan metode tes. Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang sekolah, siswa, perangkat pembelajaran di sekolah, hasil catatan lapangan, hasil wawancara, dan foto-foto kegiatan penelitian. Metode tes yang digunakan adalah soal uraian tes pemahaman konsep matematis. Soal tes yang diberikan merupakan tes yang telah diuji coba tingkat kesahihan dan keabsahannya, yang meliputi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda butir soal.

Analisis data akhir menggunakan data hasil pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis data akhir digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis. Data akhir yang akan dianalisis merupakan data yang telah memenuhi prasyarat uji hipotesis yang meliputi uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas menggunakan uji kolmogrov smirnov dengan taraf signifikan 5% sedangkan untuk uji homogenitas menggunakan levene statistic test dengan taraf signifikan 5%. Setelah uji prasyarat terpenuhi, maka dapat dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesisi 1 menggunakan one sample t-test untuk menguji apakah pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen memenuhi KKM yaitu 65 atau belum. Kemudian uji hipotesis 2 menggunakan uji proporsi pihak kanan untuk menguji apakah ketuntasan individu pada kelas eksperimen mencapai 70% atau belum. Selanjutnya uji hipotesis 3 menggunakan uji rata-rata pihak kanan untuk menguji pemahaman konsep matematis mana yang lebih baik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Ngabang Tahun Ajaran 2019/2020 sebanyak 154 siswa yang terbagi dalam empat kelas. Berdasarkan hasil pemilihan sampel diperoleh kelas XI MIPA A sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA C sebagai kelas kontrol. Kemudian materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah irisan kerucut. Hasil uji normalitas menggunakan uji kolmogrov smirnov pada kelas eksperimen diperoleh nilai signifikansi α = 0,453 > 0,05 sehingga data berdistribusi normal, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai signifikansi α = 0,452 > 0,05 sehingga data berdistribusi normal. Kemudian hasil uji homogenitas menggunaan levene statistic test diperoleh nilai signifikansi α = 0,650 > 0,05 sehingga data homogen.

Hasil penelitian dan pembahasan merupakan hasil tes pemahaman konsep matematis siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol yang telah mendapatkan perlakuan berbeda.

(9)

HENDRAYULIANTO

60

Perolehan nilai tes pemahaman konsep matematis siswa secara lengkap disajikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Nilai Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kriteria Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Banyak siswa

Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata

Banyak siswa yang tuntas Persentase ketuntasan 38 88 52 73,37 32 81,6% 37 84 52 69,30 26 70,2%

Hasil uji hipotesis 1 menggunakan one sample t-test, diperoleh t hitung = 5,7 dan t tabel = 1,7 karena t hitung > t tabel maka 𝐻0 ditolak, artinya pemahaman konsep matematis siswa

pada kelas eksperimen memenuhi KKM yaitu 65. Sehingga dapat disimpulkan pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep memenuhi KKM yaitu 65.

Hasil uji hipotesis 2 menggunakan uji proporsi pihak kanan. Secara deskriptif banyaknya siswa yang memenuhi KKM pada kelas eksperimen adalah 32 siswa, artinya persentase ketuntasan belajar dalam aspek pemahaman konsep matematis adalah 81,6%. Kemudian secara statistik menggunakan uji ketuntasan klasikal diperoleh z hitung = 1,91 dan z tabel = 1,64 karena z hitung > z tabel maka 𝐻0 ditolak, artinya ketuntasan individu pada kelas eksperimen mencapai

70%. sehingga dapat disimpulkan pemahaman konsep matematis siswa yang memenuhi KKM pada pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep mencapai 70%.

Hasil uji hipotesis 3 menggunakan uji rata-rata pihak kanan. Secara deskriptif diperoleh rata-rata pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran investigasi berbantuan peta konsep kelompok 73,37 lebih dari rata-rata siswa pada pembelajaran ekspositori 69,30. Kemudian secara statistik diperoleh t hitung = 2,02 dan t tabel = 1,67 karena t hitung > t tabel maka 𝐻0 ditolak, artinya pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen lebih baik

daripada kelas kontrol. sehingga dapat disimpulkan pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep lebih baik daripada pembelajaran ekspositori.

Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep efektif terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Efektivitas tersebut terlihat dari pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep memenuhi KKM mencapai 70% dan lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori. Kemudian perolehan rata-rata pemahaman

(10)

61

konsep matematis siswa pada pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep lebih tinggi daripada pembelajaran ekspositori. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Kharimah & Muhsetyo (2010) bahwa pembelajaran investigasi kelompok dengan media peta konsep dapat menghindari kesalahan konseptual siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Kemudian hasil penelitian Sitorus, M.S (2019) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signfikan penggunaan media peta konsep terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

Kefektifan pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep tidak terlepas dari peran masing-masing komponennya. Pembelajaran investigasi kelompok menekankan pada pendalaman konsep melalui kegiatan penyelidikan secara sistematis. Sehingga siswa mampu membangun pemahaman konsep yang mendalam dan menyeluruh. Suprijono (2014) mengungkapkan bahwa siswa pada pembelajaran investigasi kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka rumuskan, sehingga memungkinkan untuk bekerja secara sistematis. Ketika siswa melakukan kegiatan penyelidikan, konsep akan diperoleh menjadi lebih jelas sehingga siswa dapat menghubungkan dan mengampikasikannya pada permasalahan yang diberikan.

Kemudian penggunaan peta konsep dalam pembelajaran membantu siswa menghubungkan dan memperjelas bagaimana pola dan keterkaitan konsep tersebut. Muhsetyo (2008) mengungkapkan bahwa penggunaan peta konsep dalam pembelajaran memungkinkan hubungan antar konsep menjadi lebih jelas dan keseluruhan konsep teridentifikasi. Hal tersebut berimplikasi pada kemampuan siswa menghungkan beberapa konsep terkait dan membentuk pola hubungan yang jelas antara konsep yang lama dan yang baru dipelajari. Ketika pola hubungan menjadi jelas maka akan membantu siswa menemukan solusi permasalahan meskipun masalah yang diberikan situasinya berbeda.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan diperoleh bahwa pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep selain membantu siswa mendalami konsep dan prosedur dalam matematika juga membantu siswa memahami keterkaitan antar konsep. Berbeda dengan pembelajaran ekspositori, siswa terlihat kurang memahami bagaimana penggunaan konsep dan prosedur yang telah diajarkan sehingga kesulitan dalam menyelesaian permasalahan yang diberikan. Siswa hanya terbiasa menghafal konsep tanpa memahami bagaimana penggunaan dan kaitannya dengan konsep lainnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep efektif terhadap pemahaman

(11)

HENDRAYULIANTO

62

konsep matematis siswa. Keefektifan tersebut ditunjukkan melalui tiga hal, yatu: (1) pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran investigasi kelompok memenuhi KKM; (2) pemahaman konsep matematis siswa yang memenuhi KKM pada pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep mencapai 70%; (3) pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran investigasi kelompok berbantuan peta konsep lebih baik daripada pembelajaran ekspositori.

DAFTAR PUSTAKA

Andamon, J. C., & Tan, D. A. (2018). Conceptual understanding, attitude and performance in mathematics of Grade 7 Students. International Journal of Scientific and Technology Research, 7(8), 96–105.

Arifah, U., & Saefudin, A. A. (2017). Menumbuhkambangkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Guided Discovery. UNION: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 5(3), 263–272.

Gilmore, C., Keeble, S., Richardson, S., & Cragg, L. (2017). The interaction of procedural skill, conceptual understanding and working memory in early mathematics achievement. Journal of Numerical Cognition, 3(2), 400–416.

Junedi, B., & Sari, P. (2019). Penggunaan Model Pembelajaran Concept Mapping Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII. Jurnal Saintika Unpam : Jurnal Sains Dan Matematika Unpam, 1(2), 222.

Kharimah, U., & Muhsetyo, G. (2010). Penggunaan Media Peta Untuk Memahamkan Materi Perbandingan Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigasi Pada Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 2 Jetis Kabupaten Mojokerto. Jurnal Universitas Negeri Malang, 1– 13.

Malatjie, F., & Machaba, F. (2019). Exploring mathematics learners’ conceptual understanding of coordinates and transformation geometry through concept mapping. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 15(12), 1–16.

Muhsetyo, G. (2008). Pembelajaran Matematika SD. Universitas Terbuka.

Parinduri, S. H., Sirait, M., & Sani, R. A. (2017). The Effect of Cooperative Learning Model Type Group Investigation for Student’s Conceptual Knowledge and Science Process Skills. IOSR Journal of Research & Method in Education, 7(October), 49–54.

Santoso, A. (2019). Efforts To Train the Character of Students By Using the Cooperative Learning Model Type Gi (Group Investigation) in Science Learning. Science Education and Application Journal, 1(1), 25.

(12)

63

Shadiq, F. (2009). MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP. PPPPTK Matematika.

Sitorus, M. S. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Berbantu Media Peta Konsep Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis dan Komunikasi Matematika Peserta Didik pada Materi Perbandingan di Kelas VII SMP Negeri 1 Balige Tahun Pelajaran 2018/2019.

Suarsana, M., Widiasih, N. P. S., & Suparta, N. (2018). The effect of brain based learning on second grade junior students’ mathematics conceptual understanding on polyhedron. Journal on Mathematics Education, 9(1), 145–155.

Sukardi. (2015). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. PT Bumi Aksara.

(13)

Riemann Research of Mathematics and Mathematics Education Volume 2, No. 2, Oktober 2020, hal. 64-69

E-ISSN: 2721-883X, P-ISSN: 2721-8848

64

MINIMUM SPANNING TREE PADA DISTRIBUSI BAHAN NASKAH

USBN SD/MI DI KABUPATEN SRAGEN

NUGROHOARIFSUDIBYO1,TRIPURWANTO2,DEDDYRAHMADI3 1Universitas Duta Bangsa, Jl. Bhayangkara Tipes Serengan Kota Surakarta 57154

nugroho_arif@udb.ac.id

2 Universitas Duta Bangsa, Jl. Bhayangkara Tipes Serengan Kota Surakarta 57154 190103246@fikom.udb.ac.id

3 Universitas Sebelas Maret, Jl Ir. Sutami no 36A, Jebres, Surakarta 57126

deddyrahmadi07@gmail.com

First Received: 04-10-2020; Accepted: 26-10-2020

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyelesaian minimum spanning tree terpendek untuk mendistribusikan naskah USBN SD/MI di Kabupaten Sragen. Digunakan Algoritma Kruskal dalam mencari rute terpendek dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menghitung jarak antar titik secara langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minimum spanning tree yang diperoleh sebesar 112,2 km dihitung secara manual dan dengan bantuan program Tora.

Kata kunci: Minimum spanning tree; Algoritma Kruskal; USBN; Sragen

IMPLEMENTATION MINIMUM SPANNING TREE

ALGORITHM IN DISTRIBUTION USBN SD / MI

MANUAL MATERIALS IN KLATEN DISTRICT

Abstract

The purpose of this study was to determine the minimum completion of the shortest spanning tree to distribute the USBN SD / MI script in Sragen Regency. Kruskal's algorithm is used to find the shortest route in this study. The data in this study were obtained by directly calculating the distance between points. The results showed that the minimum spanning tree obtained was 112.2 km, calculated manually and with the help of the Tora program.

Keywords: Minimum spanning tree; Kruskal algoritm; USBN; Sragen

PENDAHULUAN

Masalah menemukan minimum spanning tree untuk teori graf pasti mempunyai solusi. Bahkan dengan menggunakan komputer tercepat yang ada saat ini, memeriksa semua tree

(14)

65

dalam graf dengan kira-kira 100 vertex akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang diperkirakan untuk bertahan dalam kehidupan alam semesta (EPP, 2011).

Pada tahun 1956 dan 1957 Joseph B. Kruskal dan Robert C. Prim masing-masing menggambarkan algoritma yang jauh lebih efisien untuk membangun minimum spanning tree (Wamiliana, Usman, Warsono, Warsito, & Daoud, 2020). Bahkan untuk graf yang cukup besar, kedua algoritma dapat diimplementasikan sehingga memakan waktu komputasi yang relatif singkat (Medak, 2018).

USBN dahulu dikenal sebagai US. Perbedaannya terletak pada standar yang digunakan. USBN memakai standard nasional, sedangkan US memakai standar sekolah. Terdapat tiga mata pelajaran dalam USBN yaitu Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA (Mahmuzah, Aklimawati, Meylizza, & Asri, 2019).

Bahan naskah USBN SD/MI didistribusikan dari tempat awal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen ke Kantor UPT Dinas Pendidikan Kecamatan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana penyelesaian minimum spanning tree terpendek untuk mendistribusikan naskah USBN SD/MI di Kabupaten Sragen.

METODE PENELITIAN

Notasi dan terminologi dalam penelitian ini mengacu pada (Sudibyo, Setyawan, & Hidayat, 2020). Digunakan Algoritma Kruskal dalam mencari rute terpendek dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menghitung jarak antar titik secara langsung.

Input: G [graf berbobot terhubung dengan n vertex, di mana n adalah bilangan bulat positif] Algoritm Body:

[Akan dibangun subgraf T dari G yang terdiri dari semua vertex G dengan edge yang ditambahkan agar bobotnya bertambah. Pada setiap tahap, misalkan m adalah jumlah sisi dari T.]

1. Inisialisasi T memiliki semua vertex dari G dan tidak ada edge.

2. Misalkan E adalah himpunan dari semua edge G, dan misalkan m: = 0. 3. While (m <n - 1)

a. Temukan edge e di E dengan bobot paling kecil. b. Hapus e dari E.

c. Jika penambahan e ke himpunan edge T tidak menghasilkan rangkaian kemudian tambahkan e ke himpunan edge T dan himpunan m: = m + 1

(15)

NUGROHOARIFSUDIBYO,TRIPURWANTO,DEDDYRAHMADI

66 end whilw

Output: T [T adalah minimum spanning tree untuk G.]

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diasumsikan Disdikbud dan UPTD sebagai vertex, dan jarak antar Disdikbud dan UPTD diasumsikan sebagai edge yang memiliki bobot.

Tabel 1. Kode Huruf dengan Keterangan tempat distribusi bahan naskah USBN SD/MI

Huruf Keterangan

A Disdikbud Kabupaten Sragen B UPTD Pendidikan Kec. Kalijambe C UPTD Pendidikan Kec. Plupuh D UPTD Pendidikan Kec. Masaran E UPTD Pendidikan Kec. Kedawung F UPTD Pendidikan Kec. Sambirejo G UPTD Pendidikan Kec. Gondang H UPTD Pendidikan Kec. Sambungmacan

I UPTD Pendidikan Kec. Ngrampal J UPTD Pendidikan Kec. Karangmalang K UPTD Pendidikan Kec. Sragen

L UPTD Pendidikan Kec. Sidoharjo M UPTD Pendidikan Kec. Tanon

N UPTD Pendidikan Kec. Gemolong O UPTD Pendidikan Kec. Miri

P UPTD Pendidikan Kec. Sumberlawang Q UPTD Pendidikan Kec. Mondokan R UPTD Pendidikan Kec. Sukodono S UPTD Pendidikan Kec. Gesi T UPTD Pendidikan Kec. Tangen U UPTD Pendidikan Kec. Jenar

Setelah dihitung jarak antar vertex seperti pada Tabel 2, akan dicari minimum spanning tree dari jarak yang sudah diperoleh dengan Algoritma Kruskal.

(16)

67

Setelah dihitung secara manual dan dengan bantuan program Tora diperoleh hasil sebagai berikut.

(17)

NUGROHOARIFSUDIBYO,TRIPURWANTO,DEDDYRAHMADI

68

Hasil minimum spanning tree diperoleh sebesar 112,2 km dihitung secara manual dan dengan bantuan program Tora. Hal tersebut membuktikan bahwa kombinatorik khususnya Algoritma Kruskal bisa digunakan untuk menyelesaikan kasus nyata (Afrianto & Jamilah, 2012). Selain itu, Algoritma Kruskal terbukti salah satu algoritma efektif dalam mencari minimum spanning tree (Damayanti & Rochmad, 2013) karena hasil minimum spanning tree yang diperoleh dibandingkan algoritma lain cukup baik (Prasetiyo, Mulyono, & Mashuri, 2018).

SIMPULAN

Minimum spanning tree yang dicari menggunakan Algoritma Kruskal diperoleh sebesar 112,2 km dihitung secara manual dan dengan bantuan program Tora.

UCAPAN TERIMA KASIH

Universitas Duta Bangsa yang telah mendanai dan mendukung penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, I., & Jamilah, E. W. (2012). Penyelesaian Masalah Minimum Spanning Tree (MST) Menggunakan Ant Colony System (ACS) Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA). Ilmiah, Jurnal Komputa, Informatika, 1(2), 35–40.

Damayanti, A. A. & Rochmad, R. A. (2013). Penerapan Algoritma Kruskal Pada Jaringan Listrik Perumahan Kampoeng Harmoni Di Ungaran Barat. UNNES Journal of Mathematics, 2(1), 9–16.

EPP, S. S. (2011). Discrete Mathematics With Applications (fourth). Canada: Richard Stratton. Mahmuzah, R., Aklimawati, Meylizza, & Asri, K. (2019). Pengaruh Nilai Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) terhadap Prestasi Belajar Siswa MTs Negeri Rukoh Kota Banda aceh pada Mata Pelajaran Matematika. Jurnal Serambi PTK, VI(2), 64–69.

Medak, J. (2018). Review and Analysis of Minimum Spanning Tree Using Prim ’ s Algorithm. 6(2).

Prasetiyo, A., Mulyono, & Mashuri. (2018). Penerapan Algoritma Kruskal Dan Sollin Pada Pendistribusian Air PDAM Tirta Aji Cabang Wonosobo Dan Penggunaan Microsoft Vb 6.0 Sebagai Pembandingnya. UNNES Journal of Mathematics, 7(2), 155–164.

Sudibyo, N. A., Setyawan, P. E., & Hidayat, Y. P. S. R. (2020). Implementasi Algoritma Dijkstra Dalam Pencarian Rute Terpendek Tempat Wisata Di Kabupaten Klaten. Riemann: Research of Mathematics and Mathematics Education, 2(1), 1–9.

(18)

69

Wamiliana, Usman, M., Warsono, Warsito, & Daoud, J. I. (2020). Using Modification Of Prim ’ s Algorithm And GNU Octave And To Solve The Multiperiods Installation Problem. IIUM Engineering Journal, 21(1), 100–112.

(19)

Riemann Research of Mathematics and Mathematics Education Volume 2, No. 2, Oktober 2020, hal. 70-77

E-ISSN: 2721-883X, P-ISSN: 2721-8848

70

ANALISIS AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PERMAINAN

KELOMPOK KOLONG AGAK PADA MATERI BILANGAN BULAT

SUHENDRIK1,YUMISARASSANTI2,KURNIADYAHANGGOROWATI3 1Mahasiswa Program Studi PGSD, STKIP Melawi, Kalimantan Barat

suhendrikhen12@gmail.com

2Program Studi PGSD, STKIP Melawi, Kalimantan Barat yumisarassanti@yahoo.co.id

3Program Studi PGSD, STKIP Melawi, Kalimantan Barat kurniadyah12@yahoo.com

First Received: 08-09-2020; Accepted: 28-10-2020

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 12 Seraras Kecamatan Sekadau Hilir. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan permaianan kelompok kolong agak dalam proses pembelajaran mata pelajaran matematika materi bilangan bulat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa melalui permainan kelompok kolong agak pada materi bilangan bulat siswa kelas IV SD Negeri 12 Seraras Kecamatan Sekadau Hilir. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri 12 Seraras Kecamatan Sekadau Hilir sebanyak 16 siswa terdiri dari 8 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Objek penelitian ini yaitu aktivitas belajar siswa pada materi bilangan bulat melalui penggunaan permainan Kelompok Kolong Agak. Teknik pengumpulan data berupa nontes yaitu observasi. Hasil penelitian analisis aktivitas belajar melalui permainan kelompok kolong agak siswa kelas IV SD Negeri 12 Seraras yang dilihat dari hasil lembar obsever menunjukan bahwa pada pertemuan pertama sebesar 65,62% dan pertemuan kedua 87,5% meningkat sebesar 23,14%, dari 16 siswa terdapat 15 siswa yang mendapatkan nilai diatas keriteria keberhasilan yaitu 60, dan 8 siswa yang mendapatkan kategori amat baik, 7 siswa mendapat kategori baik dan 1 siswa mendapatkan kategori cukup. Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan permainan kelompok kolong agak terhadap proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar materi bilangan bulat siswa kelas IV SD Negeri 12 Seraras Kecamatan Sekadau Hilir.

Kata kunci: Aktivitas belajar; permainan kelompok kolong agak; kearifan local;

Sekadau

ANALYSIS OF LEARNING ACTIVITIES THROUGH THE

KOLONG AGAK GAME GROUP TOWARD INTEGER

NUMBER MATERIALS

Abstract

This study aims to determine the increase in student learning activities through group games under the somewhat in the integer material of fourth grade students of 12 State Elementary School Seraras, Sekadau Hilir District. The form of this research is

(20)

71

descriptive research with a qualitative approach. The research subjects in this study were the fourth grade students of Seraras 12 State Elementary School 12 Sekadau Hilir District. Data collection techniques in the form of nontes namely observation. The results showed that at the first meeting stated from 16 students there were 6.25% or 1 student got a very good category, 31.25% or 5 students got good category, 43.75% or 7 students got enough categories and 18.75% or 3 students get less categories. The second meeting stated that from 16 students there were 47.05% or 8 students got very good categories, 43.75% or 7 students got good categories, 6.25% or 1 student got enough categories. Based on the data from the research results above, it can be concluded that the results of analyzing learning activities through the under-group game rather show that the learning activities of the fourth grade students of Seraras 12 Elementary School, sub-district of downstream, increased by 22.22%. The study of analysis of learning activities through under-group games can somewhat improve student learning activities to be an alternative in the learning process innovation.

Keywords: Learning activities; kolong agak game group; local wisdom; Sekadau

PENDAHULUAN

Berdasarkan observasi dan wawancara di SD Negeri 12 Seraras Kecamatan Sekadau Hilir. Peneliti melakukan wawancara kepada guru wali kelas IV tentang aktivitas belajar dan pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa ada beberapa mata pelajaran yang aktivitas belajarnya kurang efektif dan kurang diminati atau disenangi siswa. Ditunjukan dengan nilai akhir siswa beberapa yang belum memenuhi Keteria Ketuntasan Minimal (KKM) salah satunya yaitu mata pelajaran matematika yang ditandai pada saat guru bertanya pada siswa sebelum masuk ke materi yang akan diajarkan masih banyak siswa yang cendrung hanya duduk, diam dan mendengarkan serta tidak memperhatikan.

Aktivitas belajar mata pelajaran matematika materi bilangan bulat masih terpusat pada guru dan menerapkan metode konvensional termasuk metode ceramah yang monoton dan kurang bervariasi, yang membuat kegiatan belajar tidak efektif dan tidak sampai tujuan yang diinginkan oleh guru, sehingga berpengaruh pada sebagian nilai siswa tidak mencapai KKM dengan ditunjukan data oleh guru dari 16 siswa hanya 7 siswa yang mencapai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yakni 60.

Mata pelajaran matematika materi bilangan bulat harus membutuhkan metode yang menarik dan bervariasi yang melibatkan siswa sendiri dalam menjelaskan materi untuk mewujudkan proses aktivitas belajar yang efektif dan membuat peserta didik merasa senang dan minatnya tinggi untuk mengikuti aktivitas belajar yang bertujuan meningkatkan nilai

(21)

SUHENDRIK,YUMISARASSANTI,KURNIADYAHANGGOROWATI

72

prestasinya. Maka peneliti menerapkan metode permainan kelompok kolong agak untuk menciptakan suasana aktivitas belajar yang menarik dan disenangi oleh peserta didik.

Permainan kelompok kolong agak merupakan permainan kampung yang sering dilakukan siswa dalam kegiatan sehari-hari. Permainan kelompok kolong agak berbentuk lingkaran kecil dan lingkaran besar yang mana siswa untuk saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan. Permainan kelompok kolong agak memiliki langkah-langkah yang sama dengan model inside outside circle yaitu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan membentuk lingkaran kecil dan lingkaran besar saling berpasangan, siswa tersebut berbagi informasi atau memberikan pertanyaan kepada pasangannya dengan mendapat gilirannya masing-masing bergeser searah jarum jam.

Model Inside Outside Circle (IOC) atau lingkaran dalam lingkaran luar dikembangkan pertama kali oleh Spencer kagan (1990) dalam buku Miftahul Huda (2013). Model Inside Outside Circle merupakan model pembelajaran lingkaran dalam dan lingkaran luar dimana siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Model ini sangat baik digunakan dalam aktivitas belajar mata pelajaran matematika khususnya materi bilangan bulat, karena model Inside Outside Circle siswa berperan aktif terhadap materi yang akan diberikan oleh guru. Jadi dalam penelitian ini peneliti mengunakan referensi model Inside Outside Circle sebagai referensi dari permainan Kelompok Kolong Agak karena memiliki langkah-langkah dan tujuan yang sama.

Tabel 1 langkah-langkah permainan kelompok kolong agak dan model Inside Outside Circle Permianan Kelompok

Kolong Agak

Model Inside Outside Circle Kegiatan belajar

a) Membagikan siswa

menjadi dua kelompok lingkaran kecil dan lingkaran besar.

a. Membagikan siswa menjadi

beberapa kelompok yang beranggotakan 3-4 orang.

1. Membagikan siswa menjadi dua kelompok lingkaran kecil dan lingkaran besar.

b) Lingkaran kecil

mengahadap ke luar dan lingkaran besar menghadap ke dalam.

b. Tiap-tiap kelompok mendapat tugas mencari informasi berdasarkan pembagian tugas dari guru.

2. Lingkaran kecil

mengahadap ke luar dan lingkaran besar menghadap ke dalam. c) Tiap-tiap kelompok mendapat tugas mencari informasi berdasarkan

pembagian tugas dari kelompoknya

c. Setiap kelompok belajar mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas yang diberikan

3. Setiap kelompok belajar mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas yang diberikan

d) Tiap kelompok secara

bergiliran memberikan pertanyaan kepada pasangannya.

d. Setelah selesai, seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak berdasarkan kelompok).

4. Tiap kelompok secara bergiliran memberikan pertanyaan kepada pasangannya.

e) Siapa yang salah

menjawab pertanyaan dari pasangannya maka dikenakan hukuman

e. Separuh kelas lalu berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar

5. Siapa yang salah menjawab pertanyaan dari pasangannya maka dikenakan hukuman

(22)

73 berdasarkan kesepakatan tiap kelompok berdasarkan kesepakatan tiap kelompok

f) Dua siswa yang

berpasangan dari lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.

f. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam

6. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.

g) Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam

g. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.

7. Kemudian siswa berada

di lingkaran kecil besar di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran kecil bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.

h) Sekarang giliran siswa

berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi.

h. Kemudian siswa berada di

lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.

8. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi.

i) Pergerakan baru dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali

i. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi.

9. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi. 10. Pergerakan baru

dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali

j. Pergerakan baru dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali

Menurut Sardiman (2006:100), aktivitas belajar meliputi aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut harus selalu berkait. Aktivitas belajar siswa sangat kompleks. Paul B. Diedrich (Sardiman, 2006:101), menyatakan bahwa kegiatan siswa digolongkan sebagai berikut:

Tabel 2. Aktivitas Belajar Aktivitas fisik

a. Menyimak b. Mencatat

c. Bekerja sama dalam kelompok

Aktivitas mental

a. Menyampaikan b. Membuat pertanyaan c. Menjawab pertnyaan

(23)

SUHENDRIK,YUMISARASSANTI,KURNIADYAHANGGOROWATI

74

b. Membuat kesimpulan

Berikut ini adalah aktivitas-aktivitas yang dapat menumbuhkan aktivitas siswa (Yamin, 2007:84) yaitu:

1. Memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Menjelasankan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. 3. Mengingatkan kompetensi prasyarat.

4. Memberikan topik atau permasalahan sebagai stimulus siswa untuk berpikir terkait dengan materi yang akan dipelajari.

5. Menunjukan kepada siswa cara mempelajarinya

6. Memunculkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. 7. Memberikan umpan balik (feed back).

8. Memantau pengetahuan siswa dengan memberikan tes.

9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.

METODE PENELITIAN

Prosedur penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis deskritif kualitatif. Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat mudah diinformasikan kepada orang lain. Sugiyono (2015:368) sendiri mengemukakan analisis adalah penyusunan hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi secara sistematis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini didapatkan dari menganalisis aktivitas belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa materi bilangan bulat positif dan negatif pada siswa kelas IV SDN 12 Seraras kecamatan sekadau hilir.

Berdasarkan hasil analisis aktivitas belajar melalui lembar obsever pada pertemuan satu 65,62% dan pertemuan kedua 87,5% meningkat sebesar 23,14%, dari 16 siswa terdapat 15 siswa yang mendapatkan nilai di atas kriteria keberhasilan yaitu 70, dan 8 siswa yang mendapatkan kategori amat baik, 7 siswa mendapat kategori baik dan 1 siswa mendapatkan kategori cukup. Disimpulkan bahwa siswa dikatakan sudah baik aktivitas belajar dalam menggunakan permainan kelompok kolong agak.

(24)

75

Berdasarkan hasil dari menganalisis aktivitas belajar siswa melalui permainan kelompok kolong agak pada materi bilangan bulat siswa kelas IV deskripsi tentang nilai siswa pertemuan pertama sebagai berikut: Siswa yang berinisial AS rendah di aktivitas fisik yaitu mencatat, aktivitas mental yaitu menyimpulkan pesan dan aktivitas emosional yaitu membuat kesimpulan. Siswa yang berinisial DR rendah di aktivitas fisik yaitu bekerja sama dengan kelompok, aktivitas mental yaitu menyimpulan pesan, membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan dan aktivitas emosional yaitu menanggapi. Siswa yang berinisial DJ rendah di aktivitas mental yaitu membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Siswa berinisial DKS rendah di aktivitas fisik yaitu bekerja sama dengan kelompok, aktivitas mental yaitu menyimpulkan pesan dan aktivitas emosional menanggapi. Siswa yang berinisial HH rendah di aktivitas fisik yaitu menyimak dan mencatat. Siswa yang berinisial HJ rendah di aktivitas fisik yaitu mencatat dan bekerja sama dengan kelompok, aktivitas mental menyimpul pesan dan menjawab pertanyaan, aktivitas emosional yaitu membuat kesimpulan. Siswa yang berinisial IC rendah di aktivitas mental yaitu menjawab pertanyaan dan aktivitas emosional yaitu menanggapi. Siswa yang berinisial MR rendah di aktivitas mental yaitu membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan, aktivitas emosional yaitu menanggapi. Siswa yang berinisial NAN rendah di aktivitas mental yaitu menyimpulkan pesan dan menjawab pertanyaan. Siswa yang berinisial NR rendah di aktivitas fisik yaitu menyimak, mencatat dan bekerja sama dengan kelompok, aktivitas mental yaitu menyimpulan pesan. Siswa yang berinisial RFR rendah di aktivitas mental yaitu menyimpulkan pesan dan menjawab pertanyaan, aktivitas emosional yaitu menanggapi dan membuat kesimpulan. Siswa yang berinisial SJ rendah di aktivitas mental yaitu menyimpulkan pesan, membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan, aktivitas emosional yaitu menanggapi dan membuat kesimpulan. Siswa berinisial SA rendah di aktivitas fisik yaitu mencatat dan bekerja sama dengan kelompok. Siswa berinisial T rendah di aktivitas fisik yaitu bekerja sama dengan kelompok. Siswa berinisial UC rendah di aktivitas fisik yaitu bekerja sama dengan kelompok, aktivitas mental yaitu menjawab pertanyaan, aktivitas emosional yaitu menanggapi dan membuat kesimpulan. Siswa yang berinisial SU rendah di aktivitas fisik yaitu mencatat, aktivitas mental yaitu menjawab pertanyaan, dan aktivitas emosional yaitu menanggapi.

Pertemuan kedua, siswa yang berinisial AS meningkat di aktivitas fisik dan mental tetapi masih rendah di aktivitas emosional yaitu membuat kesimpulan. Siswa yang berinisial DR sudah meningkat di aktivitas fisik tetapi masih rendah di aktivitas mental yaitu menjawab pertanyaan dan aktivitas emosional yaitu menanggapi. Siswa yang berinisial DJ sudah

(25)

SUHENDRIK,YUMISARASSANTI,KURNIADYAHANGGOROWATI

76

meningkat dan sangat baik aktivitas belajar yaitu aktivitas fisik, mental dan emosional. Siswa berinisial DKS sudah meningkat di aktivitas fisik tetapi masih rendah di aktivitas mental yaitu menyimpulkan pesan dan aktivitas emosional menanggapi. Siswa yang berinisial HH sudah meningkat dan sangat baik aktivitas belajar yaitu aktivitas fisik, mental dan emosional. Siswa yang berinisial HJ sudah meningkat di aktivitas fisik tetapi masih rendah di aktivitas mental menyimpul pesan dan aktivitas emosional yaitu membuat kesimpulan. Siswa yang berinisial IC sudah meningkat di aktivitas fisik tetapi masih rendah di aktivitas mental yaitu menjawab pertanyaan dan aktivitas emosional yaitu menanggapi. Siswa yang berinisial MR sudah meningkat dan sangat baik aktivitas belajar yaitu aktivitas fisik, mental dan emosional. Siswa yang berinisial NAN sudah meningkat di aktivitas fisik tetapi masih rendah di aktivitas mental yaitu menyimpulkan pesan. Siswa yang berinisial NR rendah di aktifitas fisik yaitu, mencatat dan aktivitas mental yaitu menyimpulan pesan. Siswa yang berinisial RFR sudah meningkat dan sangat baik aktivitas belajar yaitu aktivitas fisik, mental dan emosional. Siswa yang berinisial SJ sudah meningkat di aktivitas fisik tetapi masih rendah di aktivitas emosional yaitu menanggapi dan membuat kesimpulan. Siswa berinisial SA sudah meningkat dan sangat baik aktivitas belajar yaitu aktivitas fisik, mental dan emosional. Siswa berinisial T sudah meningkat dan sangat baik aktivitas belajar yaitu aktivitas fisik, mental dan emosional. Siswa berinisial UC sudah meningkat di aktivitas fisik tetapi masih rendah di aktivitas emosional yaitu menanggapi dan membuat kesimpulan. Siswa yang berinisial SU sudah meningkat di aktivitas fisik tetapi masih rendah di aktivitas mental yaitu menjawab pertanyaan, dan aktivitas emosional yaitu menanggapi.

Berdasarkan data hasil penelitian di atas, hasil analisis aktivitas belajar melalui permainan kelompok kolong agak menunjukan bahwa terjadi peningkatan aktivitas sebesar 22,22%, hal ini ditunjukan dari hasil analisis pertemuan pertama dari 16 siswa hanya terdapat 1 siswa atau 6,25% yang masuk kategori sangat baik, 5 siswa atau 31,25% yang masuk kategori baik dan 7 siswa atau 43,75% yang masuk kategori cukup, dan 3 siswa atau 18,75% siswa mendapatkan kategori kurang. Pertemuan kedua dari 16 siswa hanya terdapat 8 siswa atau 47,05% yang masuk kategori sangat baik, 7 siswa atau 43,75% yang masuk kategori baik dan 1 siswa atau 6,25% yang masuk kategori cukup.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menarik kesimpulan bahwa analisis aktivitas belajar melalui permianan kelompok kolong agak materi bilang bulat dengan

(26)

langkah-77

langkah dan aktivitas belajar yang efektif diperoleh data dari observasi aktivitas belajar siswa SDN 12 Seraras Sekadau Hilir dapat meningkatkan aktivitas belajar dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase aktivitas belajar yaitu aktivitas fisik, mental dan emosional siswa yang mana sebanyak 15 orang siswa sudah mendapatkan kategori baik 15 orang siswa tersebut apabila dipresentasekan yaitu sebesar 87.5%. Jadi, penelitian analisis aktivitas belajar melalui permainan kelompok kolong agak pada materi bilangan bulat siswa kelas dapat meningkatkan aktivitas belajar menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Sardiman, A. M. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta Ason, Y. (2014). Pendidikan aktivitas belajar siswa dalam perkuliahan psikologi pendidikan

dengan metode kerja kelompok. Jurnal Pendidikan Dasar STKIP Melawi: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), 2:164-165

Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyasa, H. E. (2011). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya

Offset.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Afabeta Suyono. (2017). Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(27)

Riemann Research of Mathematics and Mathematics Education Volume 2, No. 2, Oktober 2020, hal. 78-87

E-ISSN: 2721-883X, P-ISSN: 2721-8848

78

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

BENEDIKTAEDALABINA1,BERNADUSBINFRANSRESI2

1Pendidikan Matematika Instutut Keguruan dan Teknologi Larantuka, Nusa Tenggara Timur chellnzakellen@gmail.com

2Pendidikan Matematika Instutut Keguruan dan Teknologi Larantuka, Nusa Tenggara Timur bernadusbinfrans.resi@gmail.com

First Received: 12-10-2020; Accepted: 26-10-2020

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X MIA SMAK St. Fransiskus Asisi Larantuka pada topik persamaan nilai mutlak linear satu variabel menggunakan pendekatan matematika realistik. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Subjek penelitian adalah 2 orang siswa. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan kategori jawaban siswa dengan ketentuan jawaban yang sejenis dikelompokkan kemudian dipilih salah seorang siswa sebagai subjek penelitian. Metode pengumpulan data berupa tes tertulis mengenai masalah kontekstual yang berkaitan dengan persamaan nilai mutlak linear satu variabel dan wawancara tidak struktur untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data atau kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas X MIA SMAK St. Fransiskus Asisi Larantuka sudah memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan baik. Siswa sudah mampu menyatakan situasi, gambar, diagram atau benda nyata ke dalam bahasa simbol, ide, atau model matematika, menjelaskan suatu ide, situasi atau relasi matematika melalui gambar, menyajikan solusi dari persamaan matematika secara rinci dan benar, memeriksa kembali jawaban siswa.

Kata kunci: Pendekatan Matematika Realistik; kemampuan komunikasi matematis;

persamaan nilai mutlak linear satu variabel

ANALYSIS OF MATEMATIC COMMUNICATION

SKILLS

ON REALISTIC MATHEMATICS LEARNING

Abstract

This study aims to determine the mathematical communication skills of class X MIA SMAK St. students. Fransiskus Asisi Larantuka on the topic of equations of the absolute linear value of one variable using a realistic mathematical approach. This research was conducted in October 2019. The type of research used was qualitative. The research subjects were 3 students, however, in this paper only 2 students were discussed. Selection of research subjects based on the category of student answers provided that similar answers are grouped and then one student is selected as the research subject. The data collection method is in the form of a written test on contextual problems related to the equation of the absolute linear value of one variable and unstructured interviews to determine students' mathematical

(28)

79

communication skills. Data analysis techniques used data reduction, data presentation, and data verification or conclusions. The results showed that the students of class X MIA SMAK St. Fransiskus Asisi Larantuka, already has good mathematical communication skills. Students are able to express real situations, pictures, diagrams or objects into the language of symbols, ideas, or mathematical models, explain an idea, situation or mathematical relation through pictures, present solutions of mathematical equations in detail and correctly, check students' answers.

Keywords: Realistic mathematic education; mathematical communication skills;

absolute value equation in one variable

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar siswa menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, guru mengatakan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita masih lemah. Salah satu kesulitan yang dialami siswa adalah siswa mengalami kesulitan dalam memodelkan soal cerita ke dalam model matematika. Guru juga mengatakan bahwa, metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah.Oleh karena itu siswa berperan pasif, sedangkan guru yang aktif. Hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh dengan pelajaran matematika. Pembelajaran matematika secara konvensional juga sudah tidak relevan dengan pembelajaran saat ini, siswa cenderung menghafal materi yang disampaikan oleh guru tanpa memahami

(Suprihatiningsih dkk, 2020). Beberapa siswa mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam menylesaikan soal kontekstual karena guru jarang memberikan soal cerita kepada siswa.

Dalam pembelajaran matematika, sebaliknya guru memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai, agar siswa tidak merasa bosan dengan matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dianggap sesuai yang dapat melatih kemampuan komunikasi matematis siswa adalah pendekatan matematika realistik (PMR). Pendekatan matematika realistik merupakan pembelajaran yang berkaitan dengan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Pada pembelajaran ini siswa lebih berperan aktif daripada guru, sehingga siswa diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri solusi dari permasalahan yang diberikan. Guru hanya sebagai pendamping atau fasilitator. Realistic Mathematics Education (RME) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan masalah nyata yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hans Freudenthal menyatakan dalam RME matematika dianggap sebagai aktivitas insani (mathematics as human activites) dan harus berkaitan dengan realita. Di dalam RME pembelajaran harus dimulai dari sesuatu yang nyata sehingga siswa dapat

(29)

BENEDIKTAEDALABINA,BERNADUSBINFRANSRESI

80

terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna. Dalam proses pembelajaran, peran guru hanya sebatas pembimbing atau fasilitator bagi siswa dalam proses rekonstruksi ide dan konsep matematika (Resi, 2018).

Menurut Gravemeijer (dalam Resi & Hongki, 2018: 238), pembelajaran matematika dengan pendekatan RME memiliki 5 krakteristik, yaitu (1) Phenomenological exploratio, pembelajaran dimulai dari masalah nyata yang dekat dengan siswa atau sering dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya siswa dapat mengontruksi masalah tersebut ke dalam model matematika dan menyelesaikannya; (2) Bridging by vertical instrument, berangkat dari masalah kontekstual siswa menggunakan srategi pemecahan masalah untuk merepresentasikan dalam bentuk model matematika. Model matematika berupa simbol matematika, skema, grafik, maupun diagram. Model tersebut digunakan siswa sebagai jembatan untuk mengantarkan siswa dari matematika informal (matematisasi horizontal) ke matematika formal (matematisasi vertikal); (3) Student contrabution, siswa sendiri menggunakan produksi dan kontruksi model. Oleh karena itu, diharapkan siswa mampu mengontruksi masalah kontekstual ke model formal. Siswa berperan aktif dalam mengontruksi sendiri pengetahuannya, sedangkan guru sebatas fasilitator atau pendamping; (4) Interactivity, adanya interaksi diantara siswa dalam proses pembelajaran. Bentuk interaksi ini digunakan siswa untuk memperbaiki atau memperbarui model-model yang dikontruksi; (5) Intertwining, siswa menggunakan keterkaitan antar konsep matematika untuk menyelesaikan masalah kontekstual.

Menurut Amiati (Umaedi, 2018: 98) kemampuan komunikasi matematis adalah suatu keterampilan penting dalam matematika yaitu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru, dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan. Menurut permendiknas no. 22 tahun 2006 (Nofrianto, 2017: 114) standar isi pembelajaran matematika membahas tentang kemampuan mengomunikasikan gagasan melalui simbol, diagram, dan media untuk tujuan pembelajaran matematika.

Freudenthal dkk (2017), belajar matematika lebih menekankan siswa untuk menemukan sendiri konsep matematika dan memberikan permasalahan matematika untuk melibatkan keaktifan siswa dalam belajar. Proses matematisasi menurut Menurut Van den Heuvel-Penhuizen (Nofrianto dkk, 2017:116) penggunaan gambar dan media dalam pembelajaran sangat membantu siswa dalam menginterpretasikan serta mengomunikasikan ide yang mereka miliki saat dihadapkan dalam permasalahan.

(30)

81

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa pada topik persamaan nilai mutlak linear satu variabel menggunakan pendekatan matematika realistik.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Peneliti mendesain pembelajaran untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis menggunakan pendekatan matematika realistik pada soal kontekstual yang berkaitan dengan nilai mutlak linear satu variabel. Subjek penelitian adalah 2 siwa kelas X MIA SMAK St. Fransiskus Asisi Larantuka pada tahun ajaran 2019/2020. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan kategori jawaban siswa, yaitu kemampuan siswa dalam menyampaikan situasi, gambar diagram, atau benda nyata dalam bahasa simbol, ide, atau model matematika, memaparkan penjelasan suatu ide, situasi, atau relasi matematika melalui gambar, menyelesaikan masalah matematika dengan rinci dan benar, memeriksa kembali jawaban.

Metode pengumpulan data berupa tes tertulis dan wawancara tidak terstruktur. Soal tes tertulis mengenai masalah kontekstual yang berkaitan dengan nilai mutlak linear satu variabel. Peneliti juga melakukan wawancara secara tidak terstruktur untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan oleh peneliti. Instrumen pengumpulan data berupa lembar jawaban tes tertulis yang memuat masalah kontekstual yang berkaitan dengan nilai mutlak linear satu variabel dan panduan wawancara secara garis besar mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa. Artinya peneliti hanya menyediakan panduan wawancara secara garis besar dan pertanyaan yang berkembang sesuai dengan jawaban siswa dan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

Teknik analisis data yang digunakan yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing verification (penarikan kesimpulan). Hasil pekerjaan dan wawancara siswa direduksi dan disajikan dalam bentuk kategori data berdasarkan langkah kemampuan komunikasi matematis yang sudah ditetapkan. Selanjutnya data akan dianalisis dan dibahas secara deskriptif kualitatif untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

(31)

BENEDIKTAEDALABINA,BERNADUSBINFRANSRESI

82

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti melakukan pembelajaran di kelas X MIA sebanyak 2 pertemuan untuk membelajarkan materi persamaan nilai mutlak linear satu variabel dengan menggunakan pendekatan PMR. Peneliti membentuk 6 kelompok belajar dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa yang dipilih secara acak. Di awal pembelajaran peneliti memberikan apersepsi kepada siswa mengenai materi persamaan nilai mutlak linear satu variabel. Selanjutnya, peneliti membagikan LKS kepada siswa yang berisi masalah kontekstual yang berkaitan dengan persamaan nilai mutlak linear satu variabel. Peneliti meminta siswa untuk memodelkan dan menyelesaikan masalah tersebut menggunakan cara masing–masing. Ketika ada siswa kesulitan dalam pembelajaran, maka peneliti memberikan topangan kepada siswa berupa pertanyaan yang bersifat memancing siswa untuk menemukan jawaban sendiri. Pada pembelajaran ini, siswa yang aktif sedangkan peneliti selaku guru sebatas fasilitator atau pendamping. Selesai mengerjakan soal, peneliti meminta setiap perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain memperhatikan. Jika ada jawaban antar kelompok berbeda, maka setiap siswa bebas memberikan pendapat untuk menyempurnakan jawaban temannya. Di akhir pembelajaran peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan pembelajaran, kemudian disempurnakan oleh peneliti. Setelah dilakukan pembelajaran pada pertemuan pertama maka pada pertemuan kedua diadakan tes tertulis dan wawancara mengenai soal persamaan nilai mutlak linear satu variabel. Berikut adalah hasil pembahasan mengenai hasil tes dan wawancara siswa (S1 dan S2).

Hasil analisis siswa 1 (S1)

Menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, dan model matematika

Berdasarkan gambar 1, sebelum S1 menyelesaikan soal terlebih dahulu menulis yang diketahui dan ditanyakan pada soal serta membuat sketsa atau gambar ke dalam model matematika dengan menggunakan bahasa sendiri.

(32)

83 Berikut adalah kutipan dari wawawncara S1. P: apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal? S1: (siswa membaca soal)

P: dari soal atau masalah yang diberikan bagaimana ade membawa atau membuatnya dalam model matematika?

S1: pertama- tama saya membuat garis koordinat terus saya membuat sketsa berdasarkan garis koordinat

Berdasarkan LKS dan kutipan wawancara S1 sudah mampu untuk menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide,dan model matematika.

Menjelaskan suatu ide, situasi atau relasi matematika melalui gambar

Gambar 2. S1 menjelaskan ide atau relasi matematika melalui gambar

Berdasarkan gambar 2, sebelum menjawab soal terlebih dahulu S1 membuat model matematika dengan menggunakan sketsa. Berikut ini kutipan wawancara S1.

P: konsep atau strategi apa yang kamu gunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut? S1: konsep yang saya gunakan adalah terlebih dahulu saya gambar sketsa dan membuat anah

panah dengan bantuan garis koordinat.

P: coba kamu jelaskan simbol anah panah yang kamu gunakan ini!

S1: kan anah panah ke kiri menjelaskan demon melangkah mundur dan anah panah kekanan menjelaskan demon melangkah maju.

Berdasarkan LKS dan kutipan wawancara S1 sudah mampu menjelaskan suatu situasi, ide,atau relasi matematika melalui gambar.

Menyajikan solusi dari permasalahan matematika secara rinci dan benar

(33)

BENEDIKTAEDALABINA,BERNADUSBINFRANSRESI

84

Berdasarkan gambar 3, S1 sudah mampu untuk menyajikan solusi dari permasalahan matematika secara rinci dan benar.

Melihat kembali jawaban

Berikut ini adalah kutipan wawancara S1.

P: apakah kamu sudah yakin dengan jawaban yang kamu?

S1: ya. saya yakin karena tadi saya sudah periksa kembali jawaban saya dan ternyata benar. P: bagaimana jika ada teman yang jawabanya tidak sama dengan kamu?

S1: itu kan menurut dia. Saya tulis berdasarkan apa yang saya tahu dan saya yakin jawaban saya yang paling benar.

Berdasarkan kutipan wawancara S1 sudah memeriksa kembali jawabanya.

Berdasarkan hasil pekerjaan dan kutipan wawancara S1 dapat disimpulkan bahwa S1 sudah memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan baik. S1 sudah mampu menyatakan situasi, gambar, diagram atau benda nyata ke dalam bahasa simbol, ide, atau model matematika, menjelaskan suatu ide, situasi atau relasi matematika melalui gambar, menyajikan solusi dari persamaan matematika secara rinci dan benar, memeriksa kembali jawaban siswa.

Hasil Analisis siswa 2 (S2)

Menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, symbol, ide, dan model matematika

Berdasarkan gambar 4, sebelum S2 menyelesaikan soal terlebih dahulu S2 menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal serta membuat sketsa atau gambar kedalam model matematika dengan menggunakan bahasa sendiri.

Gambar 4. S2 menyatakan situasi, gambar, atau benda nyata kedalam bahasa simbol, ide dan model

matematika Berikut ini adalah kutipan wawacara S2. P: apa yang diketahui pada soal?

Gambar

Gambar 1. S1 membuat gambar atau sketsa untuk menyatakan situasi dan ide-ide matematika
Gambar 3.  S1 menyajikan solusi dari permasalahan matematika secara rinci dan benar
Gambar 4. S2 menyatakan situasi, gambar, atau benda nyata kedalam bahasa simbol, ide dan model  matematika
Gambar 6. S2 menyajikan solusi dari permasalahan matematika secara rinci dan benar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Peningkatan Jalan Dengan Konstruksi HRS-Base dalam kawasan Perumahan RSS Oesapa dan

[r]

HASIL EPROF ECCT 2016 - S1 ILMU KOMUNIKASI Berlaku efektif. BAGIAN PUSAT

Dakwah islam Masyarakat kaum muslim merupakan satu state(negara) dibawah bimbingan nabi muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha

bahwa dalam rangka menyesuaikan nomenklatur Tunjangan Kinerja dan pemberian Tunjangan Kinerja sebagaimana diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 156 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai

(19) Yesus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesuatu kepada-Nya, lalu Ia berkata kepada mereka: &#34;Adakah kamu membicarakan seorang dengan yang lain apa yang Kukatakan

Tulislah jawaban Anda pada lembar jawaban ujian yang tersedia sesuai dengan petunjuk yang diberikanlu. Anda dapat menggunakan bagian yang kosong dalam berkas soal untuk