• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tentang Tipe Kepribadian Mahasiswa Calon Guru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Tentang Tipe Kepribadian Mahasiswa Calon Guru"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

417

Studi Tentang Tipe Kepribadian Mahasiswa Calon Guru

Tri Na’imah

Fakultas Psikologi- Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhawaluh PO Box 202 Purwokerto

Email : trien.psikologi@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil tipe kepribadian mahasiswa calon guru di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Instrumen penelitian menggunakan self directed search tipe kepribadian dari Holland. Analisis data menggunakan teknik prosentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tipe kepribadian mahasiswa calon guru didominasi tipe konvensional (34,26%) dan tipe sosial (32,41%).

Kata Kunci : tipe kepribadian, mahasiswa, calon guru

PENDAHULUAN

Jabatan guru adalah jabatan profesional, oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi yang ditentukan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), seorang guru harus memiliki empat kompetensi dasar, yakni kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Oleh karena itu kompetensi kepribadian harus dikembangkan sebelum mereka masuk profesi guru. Tipe kepribadian seseorang akan sangat menentukan pada perilakunya, termasuk dalam perencanaan karir. Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dengan model lingkungan yang sesuai akan menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogeneity), dapat mengembangkan diri dan dapat menyebabkan individu merasa puas memangku suatu jabatan/ pekerjaan/ serta kariernya. Individu dapat berkembang secara maksimal jika ia berada dalam lingkungan kerja yang memiliki sifat yang sesuai dengan kepribadiannya. Holland (1997) mengatakan bahwa individu mengekspresikan diri, minat, dan nilai melalui pilihan kerja atau pengalaman yang mereka lalui. Apabila individu menemukan karir yang sesuai dengan kepribadiannya, maka individu kemungkinan besar akan menikmati karir yang dipilihnya tersebut dan bertahan dalam pekerjaan tersebut dalam waktu yang cukup lama.

Kepribadian akan turut menentukan apakah guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya. Sikap dan citra negative seorang guru dan berbagai penyebabnya seharusnya dihindari jauh-jauh agar tidak mencemarkan nama baik guru. Banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan guru kepada siswanya, menunjukkan bahwa belum semua guru memiliki kepribadian yang mendukung profesi guru. Di wilayah Banyumas kekerasan guru terhadap siswa juga terjadi, antara lain kasus guru SMP di Sumpyuh yang melempar siswanya dengan buku sehingga tulang hidung siswanya patah (harianjoglosemar, 20-01-2012). Di Baturaden seorang guru menampar siswa yang meninggalkan kelas pada jam tambahan (http://www.berdikarionline.com).

Kekerasan tersebut, bisa terjadi karena kurang pahamnya guru tentang hakekat profesi guru. Sudarminta (2001) mengatakan bahwa kinerja guru masih rendah, antara lain tampak dalam gejala kurangnya wibawa guru di hadapan siswa, lemahnya motivasi dan dedikasi untuk menjadi pendidik yang sungguh-sungguh, kurangnya kematangan emosional, kemandirian berpikir, dan keteguhan sikap sehingga dari kepribadian mereka sebenarnya tidak siap sebagai pendidik, kebanyakan guru dalam hubungan dengan siswa masih hanya berfungsi sebagai pengajar dan belum sebagai pendidik.

Tipe kepribadian yang dikembangkan oleh Holland (1997) menjelaskan bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, dan orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Selain itu Holland (1997) juga merumuskan tipe-tipe (golongan) kepribadian dalam pemilihan pekerjaan. Kemudian, setiap tipe-tipe kepribadian itu dijabarkan ke dalam suatu model teori yang disebut model orientasi (the model orientation).

Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah mahasiswa calon guru, sehingga mahasiswa yang sudah berprofesi menjadi guru tidak diikutkan dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian ini ingin

(2)

418

menemukan profil tipe kepribadian calon guru, sebagai dasar pengambilan kebijakan tentang penyiapan kompetensi kepribadian calon guru.

Teori kepribadian dari Holland (1997) merupakan dasar teori untuk prediksi kesuksesan karir mahasiswa berdasar pada analisis dampak lingkungan. Pada teori yang dikembangkan oleh Holland menjelaskan bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, dan orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Oleh karena itu menurut ahli psikologi teori ini memiliki keunggulan yaitu dinilai sebagai teori yang komprehensif karena meninjau pilihan kariri sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang dan sebagai teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian sejauh menyangkut model-model lingkungan serta tipe-tipe kepribadian (Winkel & Hastuti, 2005).

Menurut Holland (1997), memahami tipe kepribadian merupakan usaha yang harus dilakukan untuk mencocokkan orientasi karir individu dengan kepribadiannya. Apabila individu menemukan karir yang sesuai dengan kepribadiannya, maka individu kemungkinan besar akan menikmati karir yang dipilihnya dan bertahan dengan pekerjaan tersebut dalam jangka waktu yang lama.

Winkel & Hastuti (2006) menjelaskan bahwa pandangan Holland mencakup tiga ide dasar, yaitu :

1.

Semua orang dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh mereka mendekati salah satu di antara enam tipe kepribadian, yaitu : Tipe Realistik (The Realistik Type), Tipe Peneliti/Pengusut (The Investigative Type), Tipe Seniman (The Artistic Type), Tipe Sosial (The Social Type), Tipe Pengusaha (The Enterprising Type), dan Tipe Konvensional (Conventional Type). Setiap tipe kepribadian adalah suatu tipe teoritis atau tipe ideal, yang merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor internal dan eksternal. Berdasarkan interaksi itu remaja belajar lebih menyukai kegiatan/aktivitas tertentu, yang kemudian melahirkan suatu minat kuat sehingga menumbuhkan kemampuan dan keterampilan tertentu. Kombinasi dari minat dan kemampuan itu menciptakan suatu disposisi yang bersifat sangat pribadi untuk menafsirkan, bersikap, berpikir, dan bertindak dengan cara-cara tertentu. Profil total dari keseluruhan menunjukkan pola kepribadian seseorang (the individual’s personality pattern).

2.

Berbagai lingkungan yang di dalamnya orang hidup dan bekerja, dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan tertentu mendekati salah satu model lingkungan (a model environment), yaitu : Lingkungan Realistik (The Realistik Environment), Lingkungan Penelitian (The Investigative Environment), Lingkungan Kesenian (The Artistic Environment), Lingkungan Pengusaha (The Enterprising Environment), Lingkungan Pelayanan Sosial (The Sosial Environment), Lingkungan Konvensional (The Conventional Environment). Semakin mirip lingkungan tertentu dengan salah satu di antara enam model lingkungan, makin tampaklah di dalamnya corak dan suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan. Masing-masing model lingkungan hidup, termasuk lingkungan kerja, didominasi oleh orang yang bertipe kepribadian tertentu.

3.

Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogenity), sehingga individu dapat mengembangkan diri dalam lingkungan kerja tertentu dan merasa puas. Perpaduan dan kesesuaian antara tiap tipe kepribadian dan suatu model lingkungan memungkinkan meramalkan pilihan karir, keberhasilan, stabilitas seseorang dalam karir yang dipangku.

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tipe kepribadian mahasiswa calon guru di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif . Variabel penelitian

Tipe kepribadian adalah : organisasi dinamis dari pemikiran, emosi dan perilaku yang menjadi ciri seseorang dalam menghadapi dunia kerja. Dalam hal ini, kepribadian dibedakan menjadi 6 yaitu tipe kepribadian realistis, invesitigas, artistik, sosial, enterpresing dan konvensional. Tipe kepribadian yang dimiliki oleh subjek dapat

(3)

419

ditunjukkan melalui skor yang diperoleh responden atas skala tipe kepribadian kerja yang terdiri dari enam aspek yaitu realistik, investigatif, artistik, sosial, enterprising, dan konvensional. Untuk mengukur tipe kepribadian menggunakan tes self directed search dari Holland.

Populasi dan sampel penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 2 yang sedang studi di program studi di Fakultas keguruan dan ilmu kependidikan serta pendidikan agama islam di Universitas Muhammadiyah Purwokerto sejumlah 108. Untuk pengambilan sampel penelitian menggunakan cluster random sampling yaitu melakukan randomisasi terhadap kelompok bukan terhadap subjek secara individual.

Metode dan Instrumen pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dengan instrumen adalah self directed search untuk mengungkap data tipe kepribadian.

Analisis data

Untuk mengetahui profil tipe kepribadian mahasiswa, maka data dianalisis dengan analisis prosentase

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecenderungan tipe kepribadian calon guru dapat dideskripsikan sebagai berikut ini : Tabel . Profil Tipe Kepribadian

TIPE KEPRIBADIAN JUMLAH PROSENTASE (%)

Sosial 34 32,41 Realistik 7 6,48 Convensional 37 34,26 Artistik 17 14,81 Investigatif 6 5,56 Enterpresing 7 6,48 Jumlah 108 100

Sumber : Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tipe kepribadian mahasiswa calon guru adalah tipe konvensional (34,26%) dan tipe sosial (32,41%). Holland (1997) menyatakan bahwa semakin pendek jarak antara dua tipe kepribadian, maka semakin dekat kedua tipe kepribadian tersebut dalam makna psikologisnya, sedangkan semakin panjang jarak, makin jauh tipe-tipe itu dalam makna psikologisnya. Holland juga mengatakan bahwa tipe kepribadian konvensional dan tipe kepribadian sosial mempunyai jarak psikologis dalam kategori sedang. Oleh karena itu temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kategori tipe kepribadian mahasiswa mempunyai keterdekatan psikologis dengan lingkungannya.

Individu tertarik pada suatu karier tertentu karena kepribadiannya. Pada dasarnya, pilihan karier merupakan ekspresi atau perluasan kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian terhadap steriotipe okupasional tertentu. Perbandingan antara diri (self) dengan persepsi tentang suatu okupasi dan penerimaan atau penolakannya merupakan faktor penentu utama dalam pilihan karier.

Berkaitan dengan profesi guru, Djamarah (1994) mengemukakan bahwa faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya. Kepribadian inilah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik. Kepribadian adalah suatu cerminan dari citra seorang guru dan akan mempengaruhi interaksi antara guru dan anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Semakin baik kepribadian guru, semakin baik dedikasinya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru, ini berarti tercermin suatu dedikasi yang tinggi dari guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Hasil penelitian Rushton, et, all (2007) menjelaskan bahwa untuk menciptakan guru yang berkualitas membutuhkan revitalisasi program pendidikan calon guru. Meningkatkan strategi berinteraksi sosial akan membantu calon guru mengembangkan kompetensi sosialnya.

(4)

420

Sifat yang khas orang dengan tipe kepribadian konvensional adalah yang menyukai kegiatan yang menuntut manipulasi data yang sifatnya eksplisit, beraturan dan sistematik, sedangkan tipe kepribadian sosial adalah ramah, suka bergaul, menyenangkan orang lain, kesadaran sosial, status yang kuat. Karakteristik kedua tipe kepribadian ini sangat mendukung profesionalitas guru. Guru yang profesional harus memiliki kompetensi sosial yang baik, karena pekerjaan guru berkaitan dengan pelayanan sosial dalam bentuk mengajar dan mendidik siswa. Sedangkan karakteristik tipe kepribadian konvensional mendukung juga pada kompetensi paedagogik guru, karena pekerjaan guru membutuhkan cara kerja yang sistematis mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

Menurut teori Holland (1997) tipe kepribadian sosial membutuhkan lingkungan tipe sosial sehingga mendukung orang yang fleksibel dan memahami satu sama lain. Tipe sosial cenderung dapat bekerja dengan orang lain dengan cara membantu memecahkan masalah pribadi, masalah karir, mengajar orang lain mempengaruhi spiritualitas orang lain dan bertanggung jawab secara sosial. Lingkungan tipe sosial menitikberatkan nilai-nilai manusia seperti idealistis, baik, bersahabat dan baik hati. Hal ini secara ideal lebih banyak muncul dalam pendidikan, layanan sosial, dan profesi kesehatan mental. Dengan demikian, tipe kepribadian mahasiswa calon guru sesuai dengan jenis pekerjaan, yaitu pelayanan di bidang pendidikan.

Hasil penelitian Pike (2006) menunjukkan bahwa mahasiswa lebih mungkin berkembang dalam lingkungan yang kongruen dengan tipe kepribadian mereka. Maka pilihan mengambil program studi kependidikan dan keguruan memungkinkan mahasiswa mengembangkan potensinya. Agar mahasiswa tersebut memiliki persiapan yang matang selama proses pendidikan, maka sangat penting setiap mahasiswa, memantapkan pembentukan dirinya, terutama kepribadian dan perilakunya yang merupakan faktor sangat penting dan strategis dalam menentukan keberhasilan profesinya. Lingkungan sosial yang memungkinkan mahasiswa untuk bersosialisasi dapat meningkatkan kepribadian sosial (Holland, 1997). Lingkungan pendidikan calon guru sebaiknya memberikan atmosfir sosial yang mendukung.

Howard (2005) berpendapat bahwa ekspektasi terkait erat dengan skema yang digunakan mahasiswa untuk memproses informasi dan membuat keputusan tentang perguruan tinggi. Skema dan ekspektasi bertindak sebagai filter, mempengaruhi bagaimana mahasiswa memahami lingkungan akademik. Dengan demikian, mahasiswa yang memahami lingkungan akademik ditandai dengan kegiatan analisis dan intelektual sehingga menemukan bukti yang mendukung harapan karir mereka. Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogeneity), sehingga seseorang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan okupasi tertentu dan merasa puas. Perpaduan dan pencocokan antara tiap tipe kepribadian dan suatu model lingkungan memungkinkan meramalkan pilihan okupasi, keberhasilan, stabilitas seseorang dalam okupasi yang dipangku.

Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Pike (2006) yang menemukan perlunya program yang disusun oleh Perguruan Tinggi yang dapat mendukung harapan karir mahasiswa terutama mahasiswa di tahun- tahun awal. Karena biasanya mahasiswa masuk perguruan tinggi tanpa membawa pengalaman yang mendukung ekspektasi karirnya.

Selanjutnya, temuan penelitian juga menunjukkan bahwa tipe kepribadian konvensional menentukan orientasi karir mahasiswa calon guru. Hal ini bisa dimaknai bahwa mahasiswa calon guru memiliki potensi untuk bekerja secara sistematis dan organisatoris. Individu dengan kepribadian konvensional merasa senang dengan struktur. Individu ini juga menyukai sebuah kegiatan seperti rutinitas pekerjaan yang biasa dilakukan. Ia juga bekerja dengan sistematis dan konsisten dengan perencanaan yang telah dibuat, selalu hati-hati, mengikuti arus, metodis, efisien, cermat, tidak mau menonjolkan diri, patuh, teratur, tekun, praktis, cermat, sopan, tidak suka berimajinasi.

Seseorang akan dapat mengembangkan diri dengan baik dalam lingkungan kerjanya dan merasa puas apabila ia dapat memadukan tipe kepribadian dan model lingkungan yang sesuai sehingga akan menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogeneity). Oleh karena itu, tipe kepribadian konvensional akan dapat berkembang dengan baik jika lingkungannya juga sistematis, teratur, organisatoris. Program studi yang mempersiapkan calon guru merupakan lingkungan yang dapat membentuk kepribadian yang sistematis dan teratur. Maka atmosfir akademik di program pendidikan calon guru sebaiknya di warnai dengan aktifitas akademik yang sistematis dan teratur.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tipe kepribadian mahasiswa calon guru adalah tipe konvensional (34,26%) dan tipe sosial (32,41%). Bagi Lembaga pendidikan calon guru, perlu

(5)

421

meningkatkan asmorfir pendidikan yang sistematis dan komunikatif sehingga menjadi lingkungan yang sesuai dengan tipe kepribadian konvensional dan tipe kepribadian sosial mahasiswa calon guru.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, “Dilempar buku guru, hidung siswa patah”, dalam www.joglosemar.com (20-01-2012). Diakses 2 April 2013.

Anonim, “ SRMI Banyumas Selidiki Kasus Kekerasan Guru terhadap Siswa”, dalam http.berdikarionline.com. Diakses 2 April 2013.

Djamarah, S,B., (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional.

Holland, J.L., (1997), Making Vocational Choise : A Theory of Vocational Personalities and Works Environments, 3rd Ed. Florida : Psychological Assesment Recources, Inc.

Howard, J. A. (2005). Why should we care about student expectations?. In: Miller, T. E., Bender, B. E., and Schuh, J. H. & Associates (eds.), Promoting Reasonable Expectations: Aligning Student and Institutional Views of the College Experience Jossey-Bass, San Francisco, pp. 10--33.

Rushton, S., Morgan, J., Richard, M., (2007), “Teacher’s Myers-Briggs personality profiles: Identifying effective teacher personality traits”.dalam Teaching and Teacher Education 23 (2007) 432–441. Sudarminta, J., (200), “ Tantangan dan Permasalahan Pendidikan di Indonesia Memasuki Millenium Ketiga”,

dalam Tansformasi Pendidikan Memasuki Millenium Ketiga (Ed :Ahmadi & Setyaningsih), Yogyakarta : Kanisius.

Pike, G.R, (2006), “Students’ Personality Types, Intended Majors, And College Expectations: Further Evidence Concerning Psychological And Sociological Interpretations Of Holland’s Theory”, dalam Research in Higher Education, Vol. 47, No. 7, November 2006.

Winkel, WS & Hastuti, S., (2006), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta : Media Abadi.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Karakterisasi TiO 2 Struktur Nano pada Selulosa Asetat Nata de Coco (NDC).. adalah benar-benar hasil

• Desain penelitian ini biasanya digunakan untuk menentukan urutan/sekuen yang tepat dari beberapa perlakuan. • Sebagai contoh, Anda ingin merancang sebuah pelatihan bagi

Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,218 > 0,05 ; maka disimpulkan bahwa hipotesis (H1 ) yang berbunyi “ Audit Manajemen Sumber Daya Manusia

Abdul Moeloek Bandar Lampung yang mengalami pre-eklampsia berat adalah lebih sedikit jika dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami pre-eklampsia berat

results-oriented accountability, drawing on lessons learned while teaching a seminar on accountability and highlighting the development of accountability policy in North Carolina..

POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK TUNARUNGU YANG BERPRESTASI DI BIDANG OLAHRAGA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. POLA ASUH ORANG

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda pada masing-masing variabel, diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh antara variabel kepadatan hunian,

Dalam rencana aksi energi terdapat 5 issue yaitu: akses energi dan jasa energi modern, efisiensi energi, energi terbarukan, teknologi bahan bakar fosil yang