• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan sistem manajemen biaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perkembangan sistem manajemen biaya"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan sistem manajemen biaya

Biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapakan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau periode untuk mendatang. Sedangakan Manajemen Biaya adalah sistem yang didesain untuk menyediakan informasi bagi manajemen untuk pengidentifikasian peluang-peluang penyempurnaan, perencanaan strategi, dan pembuatan keputusan operasional mengenai pengadaan dan penggunaan sumber-sumber yang diperlukan oleh organisasi. Sistem manajemen biaya terdiri atas semua alat-alat, teknik-teknik, dan metode-metode yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem manajemen biaya. Sistem manajemen biaya terintegrasi menunjukkan adanya saling hubungan dengan elemen-elemen sistem lainnya yaitu : (1) sistem desain dan pengembangan, (2) sistem pembelian dan produksi, (3) sistem pelayanan konsumen, dan (4) sistem pemasaran dan distribusi.

Sistem Manajemen Biaya didasarkan atas beberapa konsep dasar yaitu :

1. Konsep Nilai Tambah

Adalah konsep yang menjelaskan bahwa perusahaan harus berusaha melaksanakan aktivitas-aktivitas bernilai tambah dengan efisiensi bernilai sempurna dan mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah.

2. Konsep Akuntansi Aktivitas

Adalah proses pengumpulan dan pelacakan kinerja keuangan dan operasional mengenai aktivitas-aktivitas signifikan perusahaan dan penyediaan umpan balik antara hasil-hasil sesungguhnya dengan yang direncanakan serta penentuan tindakan koreksi jika diperlukan. Activity-based costing (ABC) adalah metodologi untuk mengukur biaya dan kinerja aktivitas, sumber-sumber, dan obyek biaya.

(2)

Adalah biaya berbasis pasar yang dihitung dengan menggunakan harga pasar yang diperlukan untuk mencapai pangsa pasar yang ditentukan terlebih dahulu. Biaya target = Harga pasar untuk mencapai pangsa pasar – Laba diharapkan. Penentuan biaya target adalah alat manajemen untuk mengurangi biaya selama daur hidup produk tertentu.

Tujuan-tujuan Sistem Manajemen Biaya dapat digolongkan menjadi empat bidang sebagai berikut :

1. Mengidentifikasikan biaya aktivitas

2. Menentukan efisiensi, efektivitas, dan ekonomi aktivitas-aktivitas

3. Menyempurnakan kinerja masa depan

4. Mencapai ketiga tujuan tersebut bersama-sama dalam lingkungan perubahan teknologi

Manfaat Sistem Manajemen Biaya membantu manajemen untuk : (1) Merencanakan dan mengendalikan organisasi, (2) Meningkatkan keterlacakan biaya, (3) Mengoptimumkan kinerja daur hidup, (4) Membuat keputusan, (5) Manajemen investasi, (6) Mengukur kinerja, (7) Mendukung otomasi dan filosofi pemanufakturan.

Prinsip-prinsip biaya mencakup keharusan Sistem Manajemen Biaya untuk : (a) mengidentifikasikan biaya bernilai tambah dan tidak bernilai tambah, (b) melacak secara langsung biaya aktivitas tidak bernilai tambah, (c) melacak secara langsung biaya signifikan pada tujuan pelaporan biaya, (d) menentukan pusat biaya untuk setiap kelompok aktivitas homogeny, (e) meningkatkan keterlacakan biaya dengan menggunakan system ABC, (f) mengembangkan driver biaya untuk menunjukkan sebab-akibat aktivitas dan biaya, (g) mengumpulkan biaya daur hidup produk, (h) membebankan biaya teknologi, (i) membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya target, (j) menggunakan biaya efektif (cost-effective) untuk pengendalian internal.

(3)

Prinsip-prinsip manajemen investasi mengharuskan Sistem Manajemen Biaya untuk : (a) mengkaji usulan investasi secara seksama, (b) membuat keputusan investasi secara konsisten dengan tujuan organisasi, (c) mengevaluasi keputusan investasi dengan menggunakan criteria ganda, (d) mempertimbangkan resiko-resiko investasi, (e) melacak aktivitas-aktivitas setiap peluang investasi, (f) mendukung pengurangan atau pengeliminasian aktivitas tidak bernilai tambah, dan (g) mendukung pencapaian biaya target.

Elemen-elemen manajemen biaya mencakup : [1] Lingkungan pemanufakturan maju, [2] Just-in-time (JIT), [3] Total quality management (TQM), [4] Activity-based management (ABM), [5] Akuntansi aktivitas (AA), [6] Activity-based costing (ABC), [7] Pengukuran kinerja, dan [8] Manajemen Investasi.

A. BIAYA LANGSUNG DAN BIAYA TIDAK LANGSUNG Biaya langsung (direct cost)

Merupakan biaya yang dapat dengan mudah dan meyakinkan ditelusuri ke objek biaya tertentu. Konsep biaya langsung tidak hanya mencakuup biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja saja. Jika sebuah perusahaan membebankan biaya ke berbagai kantor di berbagai wilayah penjualan, maka gaji manajer di kantor penjualan pada suatu wilayah merupakan biaya langsung bagi wilayah penjualan tersebut.

Biaya tidak langsung (indirect cost)

merupakan biaya yang tidak dapat dengan mudah dan meyakinkan ditelusuri ke objek biaya tertentu. Contoh : dikaitkan dengan produk, gaji manajer pabrik merupakan biaya tidak langsung, karena biaya ini sama sekali tidak disebabkan oleh proses pembuatan produk.

B. ACTIVITY BASED COSTING

(4)

jasa perusahaan merupakan hasil dari serangkaian aktifitas yang telah dilakukan sebelumnya dan rangkaian aktifitas ini menggunakan sumber daya yang dihitung dengan biaya.

• ABC menghubungkan biaya overhead pabrik dengan biaya objek seperti produk atau jasa dengan cara mengidentifikasi sumber-sumber daya dan aktifitas-aktifitas sesuai dengan biaya-biayanya dan jumlah yang ingin diproduksi.

Activity based costing adalah suatu sistem yang mengumpulkan dan memproses data-data finansial dan operasional tentang sumber-sumber daya yang digunakan di suatu perusahaan berdasarkan aktifitas, biaya objek, cost drivers dan pengukuran kinerja aktifitas.

Prosedur Pengalokasian Dua-Langkah

• Prosedur pengalokasian dua-langkah digunakan untuk menghitung biaya-biaya sumber daya yang digunakan perusahaan, seperti biaya overhead pabrik, kelompok biaya dan kemudian untuk membiayai objek berdasarkan besarnya cost objek yang digunakan untuk sumber-sumber daya tersebut.

• Sistem biaya perhitungan tradisional pertama kali mengalokasikan biaya overhead pabrik secara keseluruhan ataupun melalui pusat biaya dan kemudian ke hasil produksi. Model prosedur pengalokasian dua-langkah ini, bagaimanapun juga dapat memperhitungkan biaya produk ataupun jasa.

• Sistem ABC menggunakan sistem yang berbeda dari sistem pembiayaan tradisional, dimana dapat dilihat dari kemampuannya untuk memodelkan penggunaan dari sumber-sumber daya perusahaan terhadap aktifitas yang dilakukan oleh sumber-sumber-sumber-sumber daya ini dan kemudian menghubungkan biaya aktifitas-aktifitas terhadap biaya objek seperti halnya produk, pelanggan ataupun jasa.

Kapan dibutuhkan Sistem Activity Based Costing?

Dimasa lalu, sistem biaya activity based costing hanya digunakan pada saat :

• biaya untuk mengukur biaya aktifitas dan biaya-biaya lainnya menurun, yang dapat disebabkan adanya komputerisasi sistem penjadwalan dilantai produksi.

Activity yang tetap, menaikkan biaya dari penetapan harga.

(5)

Langkah-Langkah dalam Melaksanakan Sistem Actifity based costing. Ada 3 (tiga) tahap dalam melaksanakan sistem Activity Based Costing yaitu:

1. Mengidentifikasi Biaya Sumber Daya dan Aktifitas.

• Langkah pertama ini berupa pelaksanaan analisa aktifitas untuk mengidentifikasikan biaya sumber daya, dimana bisa muncul dalam berbagai bentuk aktifitas.

• Analisa aktifitas mengidentifikasikan dan memaparkan pekerjaan yang dilaksanakan oleh suatu organisasi dimana termasuk didalamnya kegiatan pengumpulan data dari dokumen yang ada dan dapat juga menggunakan survey kuesioner, observasi langsung dan wawancara dengan pelaku kunci.

Proses manufaktur memiliki 4 (empat) level aktifitas:

Unit-level activity, dilakukan untuk setiap unit produksi setiap kali unit produksi tersebut melaksanakan proses prduksi.

Batch-level acativity, dilakukan untuk setiap batch atau grup produk dari setiap unit produk yang diproduksi.

Product-sustaining activity, dilakukan untuk mendukung produksi dari suatu produk yang spesifik.

Facilities-sustaining activity, dilakukan untuk mendukung proses produksi dari produk-produk yang ada secara umum.

2. Mengalokasikan Biaya Sumber Daya ke Aktifitas.

• kriteria penting untuk memilih resources cost drivers yang baik adalah dengan menggunakan hubungan sebab-akibat.

(6)

(1) pengukuran kegunaan utilitas,

(2) karyawan dalam hal pembayaran gaji,

(3) setup untuk aktifitas mesin,

(4) kegiatan pemindahan dalam kaifitas material handling,

• Biaya dari sumber daya dapat dialokasikan terhadap aktifitas dengan cara penelusuran langsung ataupun dengan cara estimasi. Penelusuran langsung membutuhkan data aktual mengenai sumber daya yang digunakan dalam aktifitas. Jka penelusuran langsung tidak bisa dilaksanakan, manager ataupun supervisor akan diminta untuk mengestimasi persentasi dari waktu atau usaha yang dikeluarkan karyawan untuk menggunakan suatu aktifitas.

3. Mengalokasikan Biaya Aktifitas ke Biaya Objek.

 Setelah biaya aktifitas diketahui, biaya perunit aktifitas harus diukur, hal ini dapat dilakukan denga cara mengukur biaya per unit output yang diproduksi oleh suatu aktifitas.

 Output adalah biaya objek untuk setiap aktifitas yang dilaksanakan dimana dapat berupa sistem biaya untuk produk, jasa, pelanggan ataupun unit bisnis.

 Activity cost drivers digunakan untuk mengalokasikan biaya aktifitas ke biaya objek dalam hal ini dapat berupa pesanan pembelian, laporan penerimaan, laporan inspeksi, jumlah sumber daya yang disimpan, pembayaran, jam kerja langsung, jam mesin, waktu setup dan waktu siklus manufaktur.

Keuntungan dan Keterbatasan dari Activity Based Costing Keuntungan

(7)

– ABC menyediakan pengukuran yang lebih akurat mengenai aktifitas yang menimbulkan biaya, sehingga para manager akan terbantu untuk meningkatkan kualitas produk dan peningkatan nilai proses sehingga dapat dihasilkan keputusan produk yang lebih baik, kemampuan mengontrol biaya.

Keterbatasan

Allocation, ada beberapa biaya yang mungkin perlu dialokasikan pada suatu departemen dan pengukuran volume terhadap produk hal ini dikarenakan adanya penemuan spesifik aktifitas yang menyebabkan ketidak akuratan biaya penggunaan.

Omission of cost, ABC berasal dari penganalisisan beberapa biaya yang diidentifikasikan dengan spesifikasi produk. Aktifitas dapat menyebabkan pemasukan bagi biaya pemasaran, periklanan pencarian dan pengembangan, teknik produk dan permasalahan yang ditimbulkannya.

Contoh Soal : ABC

PT Baju memproduksi 2 produk yaitu produk polos dan produk bercorak. Produk PT Baju yang bercorak diproduksi dalam jumlah yang sama dan biaya yang sama dengan produk polos. Kedua-duanya bervolume tinggi. PT Baju melakukan :

a. 40 persiapan untuk setiap produk dan mengeluarkan biaya persiapan sebesar Rp. 900.000 dengan rata-rata sebesar Rp 22.500/persiapan

b. 20 perubahan desain untuk setiap produk dan menegluarkan biaya perubahan desain sebesar Rp.700.000 dengan rata-rata sebesar Rp.35.000

(8)

Jawab :

Total Rp 1.000.000 Rp 750.000 Rp 1.750.000

Tenaga Kerja Langsung

Berdasarkan data diatas, direktur PT BAJU meminta manajer akuntansinya untuk menghitung berapa biaya per unit berdasarkan perhitungan sistem ABC !

PERHITUNGAN :

(9)

PT BAJU

Bahan baku langsung Rp. 1000.000 Rp. 750.000 Rp. 1.750.000 Tenaga Kerja Langsung 1.600.000 1.600.000 3.200.000

Total biaya Rp. 5.000.000 Rp. 4.750.000 Rp. 9.750.000

Unit yang diproduksi 100.000 50.000

Biaya per unit Rp. 50 Rp. 95

C. ACTIVITY BASED COSTING WITH IDLE CAPACITY

(10)

digunakan. Pendekatan ini menyebabkan biaya per unit yang lebih stabil dan konsisten dengan tujuan pembebanan biaya ke produk yang menyebabkan aktivitas.

Contoh Soal : ABC Idle

Tiga tahun yang lalu, PT. Ratna Juwita berada dalam kesulitan. Tingkat produksinya di bawah kapasitas normal. Perusahaan ini telah menyewa seorang manajer yang cukup terkenal dan bersedia mengambil alih kendali perusahaan. Dia seorang cukup bermurah hati. Ia mau dibayar dengan gaji yang sangat relatif rendah. Akan tetapi menuntut bonus 10 % per tahun dari laba bersih. Berikut adalah laporan rugi laba perusahaan selama ia pimpin ( 3 tahun ).

Ratna Juwita – Laporan rugi laba untuk tahun ke – 1,2,3.

Dalam miliaran rupiah ( Metode full costing ).

Tahun Tahun Tahun Tahun Ke- 1 ke- 2 ke- 3 1 – 3 Penjualan * 34,0 50,0 60,0 144,0 1) Harga Pokok Penjualan

Persediaan Awal - - 6,4

Harga Pokok Produksi 25,4 38,4 33,4 97,2

Persediaan Akhir - (6,4) -

-Hpp 25,4 32,0 39,8 97,2

Laba Kotor 8,6 18,0 20,2 46,8

2) Biaya Pemasaran 9,1 16,4 19,1 44,8

Laba (Rugi) Bersih (0,5) 1,4 1,1 2,0

(11)

a. PT. Ratna Juwita- Laporan Rugi-Laba untuk tahun ke- 1,2,3 Dalam milyaran Rupiah, (Metode Variable Costing)

Tahun Tahun Tahun Tahun Ke- 1 ke- 2 ke- 3 ke 1- 3

Penjualan 34,0 50,0 60,0 144,0 (- ) Hpp Variabel

Persediaan Awal - - 5,0

-Harga Pokok Produksi 17,0 30,0 25,0 72,0

Persediaan Akhir - ( 5,0) -

-Hpp Variabel 17,0 25,0 30,0 72,0

Biaya Pemasaran dan

Adm Var 8,5 12,5 15,0 36,0

Marjin Kontribusi 8,5 12,5 15,0 36,0

(- ) BOP Tetap 8,4 8,4 8,4 25,2

Biaya Pem & Adm Tetap 0,6 4,1 4,1 8,8 9,0 12,5 12,5 34,0

Laba bersih (0,5) NIHIL 2,5 2,0

b. Penjelasan perbedaan Laba Metode FC dengan Metode VC

Tahun Tahun Tahun Ke- 1 ke- 2 ke- 3 Laba bersih (Metode FC) (0,5) 1,4 1,1 Laba bersih (Metode VC) (0,5) 0 2,5 Perbedaan 0 1, 4 1,4

Perubahan jumlah Persediaan dalam

Unit (metode VC ) 0 5 5 Dikalikan tarif BOP Tetap 0,28 0,28 0,28

(12)

D. TIME DRIVEN ACTIVITY

Sejarah Time Driven Activity Base Costing

Ketidakpastian lingkungan bisnis menyebabkan sistem pembiayaan terus mengalami perkembangan dan perbaikan. Traditional ABC muncul pada tahun 1980an menggantikan traditional costing. Kemudian pada tahun 2003, konsep Time-Driven ABC mulai diperkenalkan dan dikembangkan untuk merevisi Traditional ABC. Berikut ini sejarah perkembangan Time-Driven ABC:

1. Era Traditional Costing (Tahun 1925 sampai dengan tahun 1980an) Pada saat era penggunaan traditional costing, lingkungan bisnis masih stabil, tidak ada kompetisi baik dari dalam negeri maupun luar negeri, dan diferensiasi produk masih rendah. Hal ini menyebabkan sistem pengendalian biaya tidak terlalu penting bagi perusahaan. Sistem akuntansi manajemen tradisional cenderung berproduksi berdasarkan informasi besarnya biaya yang dialokasikan pada produk dengan metode sederhana dan berubahubah, dan alokasinya seringkali tidak berhubungan dengan permintaan yang dibuat oleh produk atas sumber daya perusahaan.

2. Era Traditional ABC (Tahun 1980an sampai dengan tahun 2004) Pada tahun 1980an, dikembangkan sistem biaya yang baru menggantikan Traditional Costing, yaitu Traditional ABC. Traditional ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan mekanisme penghitungan biaya yang akurat. Hal ini didorong oleh: (1) Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective, (2) Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost, dan (3) Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategi

(13)

maka pada tahun 2004, Robert S. Kaplan dan Steven R. Anderson mengembangkan inovasi baru terhadap sistem ABC yang disebut Time-Driven ABC.

Kekurangan ABC Sebagai Penyebab Dikembangkannya Time Driven ABC

Beberapa persoalan muncul di dalam praktek penerapan Traditional ABC, antara lain sebagai berikut :

1. Proses wawancara dan survey kepada karyawan menelan biaya sangat mahal dan memakan waktu yang cukup panjang.

2. Ketidakakuratan dan bias mempengaruhi keakuratan tarif cost driver yang berasal dari estimasi individual subjective atas perilaku mereka di masa lalu maupun di masa mendatang.

3. Karena mahalnya biaya wawancara dan survey kepada karyawan, maka sistem ABC tidak diupdate secara rutin.

4. Sulit menambah aktifitas baru ke dalam sistem, memerlukan estimasi ulang atas jumlah biaya yang harus ditetapkan untuk aktifitas yang baru.

5. Sulit diterapkan pada perusahaan yang beroperasional pada skala besar. Dengan kata lain, Traditional ABC sulit untuk merespon peningkatan dari diversity dan kompleksitas pesanan maupun pelanggan, padahal perusahaan berskala besar pasti memiliki tingkat diversity dan kompleksitas pesanan maupun konsumen yang sangat tinggi.

Faktor-faktor di atas menyebabkan dikembangkannya sistem Time-Driven ABC yang diharapkan dapat memperbaiki kekurangan yang timbul dari Traditional ABC.

Time Driven ABC : Pendekeatan yang Sederhana dan Kuat

Pendekatan alternatif untuk mengestimasi model ABC, yaitu Time- Driven ABC, mampu mengatasi segala keterbatasan dari Traditional ABC. Time-Driven ABC memerlukan dua estimasi baru yaitu: (1) Biaya per unit dari kapasitas yang tersedia, dan (2) konsumsi unit waktu oleh setiap aktifitas.

(14)

Prosedur yang baru dimulai dengan menggunakan informasi yang sama dengan pendekatan Traditional ABC, yaitu :

1. Menentukan besarnya biaya dari sumber daya yang menyediakan kapasitas. 2. Mengestimasi kapasitas aktual dari sumber daya yang tersedia.

Dengan estimasi dari: (1) Biaya dari kapasitas yang tersedia, dan (2) Kapasitas pada prakteknya dari sumber daya yang tersedia, maka dapat dihitung biaya per unit dari kapasitas yang tersedia sebagai berikut:

Biaya per unit = Kapasitas pada Prakteknya dari Sumber Daya yang Tersedia

Biaya dari Kapasitas yang Tersedia

Sebagai contoh, Diketahui data dari PT X: Jumlah biaya dari tenaga kerja tidak langsung yang tersedia sebesar $ 84,000 (sudah termasuk bonus). Jumlah biaya dari kapasitas computer yang tersedia sebesar $ 30,000. Tenaga kerja tidak langsung ada 5 orang, di mana masing-masing menyediakan 500 jam kerja untuk setiap kwartal, atau totalnya sebanyak 2500 jam kerja. Kapasitas tenaga kerja tidak langsung pada prakteknya sebanyak 2000 jam kerja per kwartal. Kapasitas computer pada prakteknya sebanyak 500 jam per kwartal. Berdasarkan data tersebut, maka biaya per unit (per jam kerja) dari kapasitas tenaga kerja tidak langsung yang tersedia adalah sebagai berikut:

Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung per jam = $ 84,00/2000jam = $ 42 per jam

Sedangkan biaya per unit (per jam) dari kapasitas komputer yang tersedia adalah sebagai berikut:

Biaya Komputer per jam = $ 30,000/500 jam = $ 60 per jam

Estimasi Unit Waktu

(15)

TIME-DRIVEN ABC VERSUS TRADITIONAL ABC

Pada tabel ditunjukkan perbandingan implementasi Time-Driven ABC dengan Traditional ABC sebagai berikut:

PERBANDINGAN IMPLEMENTASI TIME-DRIVEN ABC DENGAN TRADITIONAL ABC

Implementasi Time-Driven ABC:

 Mengidentifikasi departemen sumber daya yang bermacam-macam

 Mengestimasi total biaya dari setiap departemen sumber daya

 Mengestimasi kapasitas pada prakteknya untuk setiap departemen sumber daya

 Menghitung biaya per unit dari setiap kapasitas sumber daya

 Menentukan estimasi unit waktu untuk setiap transaksi

 Membebankan biaya ke produk

Implementasi Traditional ABC:

 Mengindentifikasi aktifitas dan pool biaya aktifitas

(16)

yang tidak digunakan. Pada pertengahan tahun 1980an, Traditional ABC hadir menggantikan Traditional Costing yang sudah tidak relevan lagi untuk digunakan oleh perusahaan-perusahaan.

Adapun kelebihan Traditional ABC dibandingkan dengan Traditional Costing adalah sebagai berikut: (1) Menyediakan alternative metode penghitungan dan analisis biaya yang lebih baik daripada Traditional Costing, (2) Memberikan informasi yang efektif untuk pengambilan keputusan, dan (3) Memberikan informasi yang berkelanjutan dalam penerapan proses dan penurunan biaya.

Tetapi pada prakteknya, Traditional ABC memiliki banyak kekurangan (keterbatasan) yang menyebabkannya sulit untuk diterapkan di banyak perusahaan. Dan kemudian, Time-Driven ABC hadir untuk memberikan alternatif yang lebih baik, lebih akurat, dan lebih sederhana untuk diterapkan di perusahaan-perusahaan. Robert S. Kaplan dan Steven R. Anderson, menyatakan bahwa Time-Driven ABC akan memberikan perbaikan yang sangat hebat atas sistem yang lama (Traditional ABC).

Kelebihan Model Time-Driven ABC

Kelebihan dari model Time-Driven ABC dibandingkan dengan Traditional ABC adalah sebagai berikut:

1. Sangat mudah dan cepat diimplementasikan

2. Tidak mahal dan mudah diupdate

3. Mudah divalidasi dengan pengamatan langsung terhadap model estimasi dari unit waktu

4. Mampu diterapkan pada perusahaan dengan skala besar

5. Mudah menggabungkan fitur spesifik untuk pesanan, supplier, dan pelanggan khusus

6. Lebih memandang kepada efisiensi proses dan pemanfaatan kapasitas

Daftar Pustaka :

(17)

2. https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-8#q=pengertian+activity+based+costing

3. https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-8#q=pengertian+activity+based+costing+with+idle+capacity

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan terutama dititik beratkan pada metode pengelolaan dan teknik serta analisis perhitungan biaya yang mencakup penentuan harga pokok dan metode biaya pesanan dan

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk lebih dari suatu objek biaya dan tak dapat ditelusuri ke salah satu objek biaya tertentu;karenanya biaya tersebut bersifat umum disebut

Apabila pesanan pembelian telah datang, maka user dapat melakukan penerimaan barang melalui form bukti barang masuk, yaitu yang menandakan bahwa barang telah

 Penentuan Harga Pokok Produk Pesanan  Alur Biaya (Cost Flow) Pada Job Order Costing. VII

Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode activity base costing menelusuri biaya kepada obyek biaya (cost obyek) dengan menggunakan pemicu biaya (cost driver) dan

Apabila pesanan pembelian telah datang, maka user dapat melakukan penerimaan barang melalui form bukti barang masuk, yaitu yang menandakan bahwa barang telah

Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas merupakan pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya seperti produk, jasa, atau

Dari sudut pandang biaya lingkungan (environmental cost) dan manfaat biaya (cost benefit) pene- rapan akuntansi lingkungan akan meningkatkan usaha pengelolaan lingkungan