• Tidak ada hasil yang ditemukan

d pk 0602456 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "d pk 0602456 chapter3"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian metodologi penelitian ini akan diuraikan hal-hal yang berkenaan dengan (1) pendekatan penelitian, (2) prosedur penelitian, (3) lokasi dan subjek penelitian, (4) teknik pengumpulan data, (5) pengembangan instrumen penelitian, dan (6) analisis data.

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development), mengingat tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk tertentu, yakni suatu model pembelajaran IPS SD untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal, dan menguji keefektifan model tersebut. Sebagaimana diungkapkan Gall, Gall and Borg (2003 : 635) :

“The use of rerearch findings to design new products and procedures, followed by

the application of research methods to field-test, evaluate, and refine the products and procedures until they meet specified criteria of effectiveness, quality, or similar standards”.

Research and Development (R & D) merupakan metode penelitian yang berbentuk siklus yang bertujuan menemukan disain prosedur dan produk baru melalui metode riset aplikasi dengan melakukan uji lapangan, evaluasi, kemudian diikuti dengan revisi prosedur dan produk sampai akhirnya menemukan prosedur dan produk yang sesuai dengan kriteria efektifitas, mutu atau standar-standar tertentu yang diharapkan.

(2)

“(1) research and information collecting; (2) planning; (3) development of the preliminary form of product; (4) preliminary field testing; (5) main product revision; (6) main field testing; (7) operational product revision; (8) operasional field testing; (9) final product revision, and (10) dissemination and implementation”.

Kesepuluh langkah R & D yang dikemukakan Borg & Gall sudah sangat operasional yang apabila diikuti dalam melakukan penelitian pendidikan akan menghasilkan model/produk pendidikan yang betul-betul sudah teruji dan implementatif. Implementasi langkah-langkah tersebut di atas dalam penelitian ini akan dimodifikasi menjadi tiga tahapan proses penelitian dan pengembangan, yakni (1) studi pendahuluan yang meliputi studi pustaka, survei lapangan dan analisis potensi lokal; (2) pengembangan model yang meliputi kegiatan penyusunan draf awal model, uji coba terbatas dan uji coba lebih luas; dan (3) validasi model. Bagan 3.1. berikut menyajikan proses penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan secara lebih lengkap.

Bagan 3.1. . Prosedur Penelitian dan Pengembangan

STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN MODEL VALIDASI MODEL

(3)

B. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh pada penelitian ini mengacu pada model penelitian dan pengembangan sebagaimana dikemukakan di atas, yakni studi pendahuluan, pengembangan model, dan validasi model.

1. Studi Pendahuluan

Tahap ini adalah tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahap ini meliputi kegiatan studi kepustakaan, survei lapangan dan analisis budaya lokal. Analisis hasil dari tahap pendahuluan ini diharapkan dapat menghasilkan draf awal model pembelajaran IPS SD untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal.

1.1. Studi Kepustakaan

Pada tahap ini dilakukan kajian untuk mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan model pembelajaran untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal yang akan dikembangkan. Konsep-konsep dan teori-teori tersebut berkaitan dengan karakteristik anak usia SD dan tuntutan pendidikannya, kurikulum mata pelajaran IPS SD, pembelajaran terpadu berbasis budaya, budaya lokal serta apresiasi terhadap budaya lokal.

1.2. Survei Lapangan

(4)

sarana-prasarana dan kondisi lingkungan masyarakat (budaya lokal) serta pemanfaatannya untuk pembelajaran IPS SD, serta iklim sosial-psikologis di sekolah. 1.3. Analisis Budaya Lokal

Pada tahap ini, hasil survei lapangan mengenai budaya lokal Tabot dianalisis dengan mengidentifikasi sejarah, penyebaran lokasi kelompok keluarga Tabot di Bengklulu, rangkaian tradisi yang ada dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut yang relevan untuk diintegrasikan pada model pembelajaran IPS SD, serta keterkaitan konseptual tradisi Tabot dengan kurikulum IPS SD.

2. Pengembangan Model

Tahap awal pada langkah pengembangan model ini adalah menyusun draf awal model pembelajaran IPS SD untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal berdasarkan hasil analisis data pada tahap studi pendahuluan. Selanjutnya draf model awal tersebut dilakukan uji coba terbatas dan uji coba lebih luas untuk mendapatkan model final yang siap divalidasi.

2.1. Penyusunan Draf Awal Model

(5)

ini, serta pihak-pihak lain terkait yang diperkirakan dapat memberikan kontribusi bagi penyempurnaan draf model awal yang dikembangkan. Berdasarkan masukan yang ada, draf awal disempurnakan.

2.2. Uji Coba Terbatas

Tahap ini adalah tahap uji coba terbatas pengembangan model pembelajaran IPS SD untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal. Uji-coba terbatas akan difokuskan pada evaluasi proses pembelajaran yang melibatkan guru IPS dan siswa kelas IV. Di samping itu, pada uji-coba terbatas ini juga akan dilakukan obervasi apresiasi siswa terhadap budaya lokal.

Uji coba terbatas akan dilakukan pada satu SD di Kota Bengkulu. Pertimbangan yang diperhatikan dalam penentuan SD ini adalah mempunyai guru mata pelajaran IPS yang mempunyai kompetensi dan komitmen yang baik terhadap tugas. Guru yang seperti ini ditentukan berdasarkan observasi peneliti maupun rekomendasi dari Dinas Pendidikan Nasional setempat. Pertimbangan lainnya adalah dukungan semua pihak yang ada di sekolah tersebut (terutama kepala sekolah), agar kemungkinan terjadinya hambatan dalam penelitian dapat dikurangi seminimal mungkin.

(6)

masukan untuk perbaikan selanjutnya. Setelah beberapa putaran, dan masukan perbaikan sudah tidak ada lagi, maka uji coba terbatas dihentikan.

Pendekatan yang digunakan pada proses pengembangan di atas adalah penelitian tindakan. Sebagaimana diungkapkan Djohar (2003 : 97) bahwa :

”....penelitian tindakan adalah penelitian yang memfokuskan pada pemecahan

masalah yang melibatkan guru dimana tujuan penelitian itu adalah memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan model melalui proses uji-coba dan revisi dari model yang telah dibuat. Uji-coba dan revisi dilakukan dalam bentuk siklus yang diulang-ulang, sehingga diperoleh

hasil nyata terjadinya perubahan kearah yang diharapkan”.

Oleh karena itu, pada tahap uji-coba terbatas ini, guru mengimplementasikan model pembelajaran IPS SD untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal yang sudah dikembangkan guna melihat kelemahan-kelemahan yang masih ada dan terus merevisinya berulang-ulang dalam suatu siklus, sampai ditemukannya model yang siap untuk diuji-coba lebih luas.

2.3. Uji Coba Lebih Luas

Uji coba lebih luas dilakukan dengan sampel sekolah dan guru yang lebih banyak, yaitu 3 SD dengan 3 guru IPS yang mengajar pada kelas IV, serta tiga kelompok belajar siswa. Pada uji-coba lebih luas, fokusnya selain pada evaluasi proses pembelajaran yang melibatkan guru IPS dan siswa kelas IV pada 3 SD, juga evaluasi hasil belajar serta observasi apresiasi siswa terhadap budaya lokal.

(7)

Pada tahap uji coba lebih luas ini dilakukan analisis proses pembelajaran, hasil pembelajaran dan observasi apresiasi siswa terhadap budaya lokal. Dari hasil analisis kemudian dilakukan perbaikan dan penyempurnaan model sampai ditemukan model final yang masih bersifat hipotetik sehingga validitasnya masih perlu diuji.

3. Validasi Model

Validasi model merupakan tahap pengujian keampuhan model yang telah dikembangkan dengan membandingkannya dengan model pembelajaran konvensional yang biasa digunakan di sekolah selama ini. Fokus pada uji validasi model adalah mengetahui efektifitas model pembelajaran hasil pengembangan dalam meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal serta juga peningkatan penguasaan materi IPS bila dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini digunakan guru. Oleh karena itu, pada uji validasi model ini ada dua aspek yang akan diukur, yakni apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan hasil belajar siswa. Hasil akhir dari tahap validasi model ini adalah model pembelajaran IPS SD yang dapat memfasilitasi siswa menguasai materi pelajaran sebagai upaya meningkatkan apresiasinya terhadap budaya lokal yang telah teruji.

Untuk keperluan pengujian ini, akan ditentukan materi tertentu sesuai dengan desain model pembelajaran yang telah dihasilkan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental. Dalam pelaksanaan pengujian digunakan dua kelompok sampel, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

(8)

pengambilan kelompok dilakukan dengan dipasangkan. Desain ini dapat digunakan dengan minimal kalau dapat mengontrol satu variabel saja meskipun dalam bentuk memasangkan karakteristik.

Pengontrolan variabel dalam bentuk pengukuran pada penelitian ini hanya dilakukan melalui tes-awal (pre-test) baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Pengontrolan variabel lainnya didasarkan atas asumsi, yakni kedua kelompok kelas diasumsikan sama karena ada persamaan jenjang dan tingkat kelas, berada pada satu wilayah yang sama, yakni Kota Bengkulu, serta telah belajar IPS di SD selama 2 tahun. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, kedua kelompok diasumsikan homogen.

Ada enam SD yang terlibat pada tahap validasi model, yakni dua SD kategori baik, dua SD kategori sedang, dan dua SD kategori kurang. Tiga dari enam SD yang dilibatkan dalam uji validasi ini adalah SD yang telah dilibatkan pada uji-coba lebih luas, yakni satu SD kategori baik, satu SD kategori sedang, dan satu SD kategori kurang. Namun dalam proses uji validasi, kelompok siswa (kelas) yang diambil berbeda dengan pada saat uji-coba lebih luas.

(9)

keragaman dilihat dari fasilitas, kecenderungan animo masyarakat untuk memilih sekolah tersebut, sehingga representatif untuk uji validasi.

Ketiga SD tersebut di atas ditentukan sebagai kelompok eksperimen. Kemudian berdasarkan rekomendasi Dinas Pendidikan Nasional setempat serta pengamatan yang selama ini peneliti lakukan, ditentukan tiga sekolah lain yang berkategori baik, sedang dan kurang sebagai kelompok kontrol.

Dalam pelaksanaannya, kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran yang telah dikembangkan, sedangkan kelompok kontrol menggunakan model konvensional. Efektifitas model pembelajaran yang dikembangkan diuji secara statistik dengan membandingkan rata-rata peningkatan skor pada kelompok eksperimen dengan rata-rata peningkatan skor pada kelompok kontrol. Perbedaan rata-rata gain skor kelompok eksperimen dengan rata-rata gain skor kelompok kontrol dapat diketahui melalui uji-t.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar (SD) Kota Bengkulu yang tersebar di 8 kecamatan.

Berdasarkan pendekatan dan prosedur penelitian ini, lokasi penelitian ditetapkan dalam 4 kelompok lokasi, yakni lokasi untuk kegiatan pra-survei, lokasi untuk uji-coba terbatas, lokasi untuk uji-coba yang lebih luas, serta lokasi penelitian untuk uji validasi model pembelajaran hasil pengembangan.

1. Lokasi dan Subjek Penelitian Pra-survei

(10)

setiap kecamatan ditetapkan 2 SD yang dijadikan lokasi penelitian pra-survei. Oleh karena itu, lokasi penelitian pra-survei dalam penelitian ini adalah 16 SD yang tersebar di 8 kecamatan yang ada di Kota Bengkulu. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru IPS kelas IV, dan siswa kelas IV di setiap sekolah bersangkutan.

Penetapan 2 SD yang dijadikan lokasi penelitian pada setiap kecamatan yang ada dilakukan dengan random sampling sederhana. Selanjutnya, daftar sekolah yang dijadikan lokasi pra-survei disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Daftar Sekolah yang Dijadikan Lokasi Pra-survei

No. Sekolah Dasar Kecamatan

2. Lokasi dan Subjek Penelitian untuk Uji-coba Terbatas

(11)

dan motivasi yang tinggi dari pihak sekolah, khususnya kepala sekolah dan guru IPS, untuk bekerjasama dengan peneliti dalam pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal. Hal ini penting mengingat keberhasilan dalam pengembangan model pembelajaran sangat ditentukan dukungan kepala sekolah dan motivasi serta kesungguhan guru sebagai subjek penelitian. Kedua, ketersediaan fasilitas sekolah yang memenuhi kebutuhan minimal untuk pengembangan model pembelajaran sesuai dengan tujuan penelitian. Ketersediaan fasilitas sekolah ini seperti, ruangan kelas, keadaan siswa, lingkungan sekolah, serta sumber, alat dan media minimal yang dapat mendukung pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka ditetapkan SDN 1 Kota Bengkulu sebagai lokasi uji-coba terbatas.

3. Lokasi dan Subjek Penelitian untuk Uji-coba yang Lebih Luas

Sebagaimana pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan lokasi SD untuk uji-coba terbatas, maka penetapan lokasi untuk uji-coba yang lebih luas juga menggunakan pertimbangan utama kesediaan dan motivasi pihak sekolah, khususnya kepala sekolah dan guru IPS, dalam bekerjasama dengan peneliti. Pertimbangan lainnya adalah ketersediaan fasilitas dan lingkungan sekolah yang dianggap memadai.

(12)

4. Lokasi dan Subjek Penelitian untuk Uji Validasi Model Pembelajaran

Uji validasi dilaksanakan dengan menggunakan eksperimen. Desain yang digunakan adalah Matching Pretest-Posttest Control Group Design. Subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setiap kelompok terdiri atas sekolah dengan ketegori baik, sedang dan kurang. Kriteria penetapan sekolah ini selain didasarkan pada pengamatan peneliti selama ini, juga rekomendasi dari pihak terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan Nasional Kota Bengkulu. Sekolah-sekolah yang menjadi subjek penelitian pada tahap uji validasi model disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2. Subjek Penelitian untuk Uji Validasi Model Pembelajaran

Kelompok Eksperimen Kontrol

Kategori Sekolah

Baik SDN 8 SDN 5

Sedang SDN 4 SDN 2

Kurang SDN 47 SDN 37

D. Teknik Pengumpulan Data

Fokus penelitian ini tiga hal, yakni (1) studi pendahuluan guna mengetahui kondisi dan potensi yang dimiliki, peserta didik, guru, sekolah, dan lingkungan (budaya lokal) yang akan digunakan sebagai dasar pertimbangan pengembangan model awal pembelajaran untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal; (2) pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal; dan (3) uji validasi model yang telah dikembangkan.

(13)

pendahuluan/pra-survei digunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan kuesioner, pengamatan (observasi), serta analisis dokumen untuk responden kepala sekolah, guru, peserta didik, maupun tokoh masyarakat; (2) tahap pengembangan model digunakan teknik pengumpulan data observasi apresiasi dan aktifitas diskusi siswa dalam kelas serta tes hasil belajar; dan (3) tahap validasi model digunakan teknik pengumpulan data berupa instrumen apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan tes hasil belajar.

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan data informasi yang dikumpulkan melalui analisis dokumen, observasi, dan wawancara. Sementara data kuantitatif merupakan data yang dikumpulkan berupa skor apresiasi siswa terhadap budaya lokal dan tes hasil belajar yang dilaksanakan sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) model pembelajaran yang telah dikembangkan.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah (1) pengamatan (observasi); (2) wawancara dan kuesioner; (3) analisis dokumen; (4) instrumen apresiasi dan tes hasil belajar.

1. Pengamatan (Observasi)

Tujuan pengamatan (observasi) adalah ”untuk mengukur tingkah laku individu

ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang

sebenarnya maupun dalam situasi buatan” (Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989 : 109).

(14)

serta fasilitas (baik sarana maupun pra-sarana) yang ada di sekolah dan bagaimana penggunaannya.

Pada tahap uji-coba, baik terbatas maupun lebih luas, observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pola perkembangan pembelajaran IPS yang dilakukan guru dan siswa, serta kemajuan perkembangan apresiasi siswa terhadap budaya lokal maupun aktifitas siswa dalam diskusi kelompok maupun kelas. Pada tahap ini, pengumpulan data melalui observasi dibantu dengan alat observasi, baik alat observasi untuk apresiasi siswa terhadap budaya lokal maupun aktifitas siswa dalam diskusi kelompok/kelas. Penggunaan alat observasi pada tahap pengembangan model pembelajaran ini dilakukan dengan pertimbangan (1) pengalaman langsung merupakan instrumen ampuh guna men-tes suatu kebenaran berdasarkan kenyataan yang sebenarnya; (2) memungkinkan diperolehnya data secara objektif; (3) terekamnya peristiwa atau kejadian penting yang bermanfaat bagi perbaikan proses pembelajaran; dan (4) memberikan pemahaman yang baik bagi peneliti mengenai situasi yang rumit dan kompleks.

2. Wawancara dan kuesioner

Penggunaan wawancara dan kuesioner dalam penelitian bertujuan ”untuk

mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain dari individu/responden melalui pertanyaan yang

sengaja diajukan oleh peneliti” (Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989 : 102). Penelitian ini

(15)

Pada tahap pra-survei, wawancara dan kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi objektif proses pembelajaran IPS saat sebelum penelitian dilaksanakan. Informasi ini, berkenaan dengan persepsi guru mengenai hakikat pelajaran IPS, pola mengajar guru, pola belajar siswa, ketersediaan fasilitas, maupun kondisi psikologis sekolah, serta pandangan berbagai pihak mengenai pengintegrasian budaya lokal dalam proses pembelajaran di sekolah.

Pada tahap pengembangan dan uji-coba model, wawancara dan kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan model pembelajaran yang sedang dikembangkan. Wawancara pada tahap ini adalah wawancara yang tidak berstruktur dengan maksud agar sumber data dapat mengemukakan pandangan dan pendapatnya secara lebih bebas sesuai dengan kondisi apa yang dialami dan diinginkannya. Sedangkan kuesioner disusun bervariasi dengan maksud agar responden memiliki keleluasaan dalam menjawab pertanyaan sesuai dengan pendapatnya, melalui beberapa alternatif jawaban yang disediakan serta juga opsi dimana responden dapat mengemukakan pendapat yang dianggapnya lebih sesuai.

3. Analisis Dokumen

(16)

dokumen-dokumen maupun sumber yang berhubungan dengan budaya lokal Bengkulu (Tabot); dan (4) program pembelajaran yang telah dibuat guru yang terpilih sebagai subjek penelitian.

Informasi yang terkumpul dianalisis sebagai dasar praksis pengembangan draft awal model pembelajaran yang akan dikembangkan.

4. Instrumen Apresiasi dan Tes

Instrumen untuk mengukur apresiasi siswa terhadap budaya lokal digunakan untuk mengukur efektifitas hasil implementasi model pembelajaran yang telah dikembangkan bila dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini digunakan guru dalam pembelajaran IPS. Oleh karena tujuannya yang demikian, maka instrumen ini akan digunakan pada tahap uji validasi model.

Di samping itu, ada juga instrumen tes hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS yang akan digunakan pada tahap uji-coba model yang lebih luas dan uji validasi model. Pada uji-coba model lebih luas, instrumen tes hasil belajar ini akan digunakan untuk melihat perkembangan hasil belajar siswa pada setiap putaran implementasi model. Sedangkan pada tahap uji validasi model, instrumen tes hasil belajar ini akan digunakan untuk melihat apakah model pembelajaran yang dikembangkan selain efektif untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal, juga berdampak positif dan efektif untuk meningkatkan penguasaan materi IPS bila dibandingkan model pembelajaran yang selama ini digunakan guru.

(17)

berdasarkan pertimbangan bahwa instrumen yang disusun sendiri sesuai dengan tujuan penelitian, akan lebih dapat mengungkapkan keberhasilan model pembelajaran. Nana Sudjana dan Ibrahim (1989 : 101) mengenai hal ini mengemukakan bahwa dalam penelitian pendidikan, penyusunan tes prestasi belajar buatan peneliti sebagai alat pengumpul data jauh lebih baik dari pada tes baku atau sekedar mengumpulkan data sekundair dari dokumen hasil belajar yang telah ada, sebab instrumen yang dihasilkan dapat dipandang sebagai hasil penelitian itu sendiri.

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Ada dua instrumen yang akan dikembangkan pada penelitian ini, yakni instrumen untuk mengukur apresiasi siswa terhadap budaya lokal, serta instrumen tes hasil belajar guna mengukur tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran IPS.

Pengembangan instrumen apresiasi didasarkan pada tiga indikator pengukuran apresiasi terhadap budaya lokal, yakni pemahaman, penginterpretasian, serta penilaian/penghargaan. Indikator pemahaman diukur dengan instrumen tes, sedangkan indikator penginterpretasian dan penilaian/penghargaan diukur dengan kuesioner. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengembangan instrumen ini adalah :

 Menyusun kisi-kisi instrumen guna memudahkan dalam menentukan dan penyusunan

alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan.

 Membuat kerangka pertanyaan beserta alternatif jawabannya. Kerangka pertanyaan

ini disusun berdasarkan kisi-kisis yang ada serta dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan dan kematangan siswa SD.

 Menguji-cobakan instrumen setelah sebelumnya meminta pertimbangan ahli tentang

(18)

validitas isi dan konstruk. Sedangkan uji-coba dimaksudkan untuk menguji keterbacaan dan keterandalan instrumen. Pertimbangan ahli, di samping dilakukan dosen pembimbing disertasi, yakni Prof. Dr. H. Nana Syaodih Sukmadinata, Prof. Dr.

H. As’ari Djohar, M. Pd., dan Dr. Hj. Hansiswany Kamarga, M. Pd., juga dilakukan

oleh ahli dari Universitas Bengkulu, yakni Prof. Drs. Safnil, M.A., Ph.D (Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris/Instrumen); Prof. Dr. H. Rambat Nursasongko, M.Pd. (Pendidikan Umum/Instrumen); Prof. Dr. Johanes Sapri, M.Pd. (Teknologi Pendidikan/Peneliti Kurikulum Muatan Lokal/Instrumen); Drs. Amril Chanras, M.S. (Budayawan Tabot Bengkulu); serta Drs. H. Norman Syam, M.Pd. (Peneliti Budaya Tabot). Uji-coba keterbacaan instrumen dilakukan pada 20 siswa SDN 72 Kota Bengkulu. Sementara untuk kepentingan uji keterandalan instrumen, dilakukan dengan prinsip uji-coba terpakai pada siswa yang menjadi subjek uji-coba lebih luas dan uji validasi model.

 Merevisi instrumen setelah menerima masukan, baik dari pertimbangan ahli maupun

dari hasil uji-coba instrumen.

 Memperbanyak instrumen sesuai dengan banyaknya subjek penelitian.

Instrumen tes untuk mengukur kemampuan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran IPS SD disusun dalam bentuk tes objektif pilihan ganda. Tes objektif pilihan ganda dipilih karena (Zainul, 1993 : 63-64) :

”(1) dapat digunakan mengukur segala level tujuan instruksional; (2) menuntut

watu kerja peserta tes minimal; (3) penskoran lebih objektif; (4) opsi yang jawaban yang disediakan lebih dari dua sehingga mengurangi kemungkinan menebak; (5) analisis butir soal dapat dilakukan secara baik; (6) tingkat kesulitan

(19)

Instrumen tes objektif untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi pelajaran IPS, sebelum digunakan, akan dilakukan uji-coba untuk mengetahui mutu butir soal dan mutu perangkat soal. Mutu butir soal berkenaan dengan analisis butir soal, yang sebagaimana dikemukakan Zainul (1993 : 147) bahwa ”perhatian utamanya ditujukan kepada menilai mutu butir soal yang berdasarkan dua karakteristik butir soal, yakni daya

beda butir soal dan tingkat kesukaran”. Sementara untuk mutu perangkat soal, Zainul

selanjutnya menambahkan bahwa analisis mutu perangkat soal juga terdiri atas dua spesifikasi, yakni validitas dan reliabilitas.

Berdasarkan uraian di atas, maka langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan instrumen tes untuk mengukur hasil belajar, selain dari yang telah dikemukakan pada langkah pengembangan instrumen apresiasi di atas, juga dilakukan uji daya beda dan uji tingkat kesulitan butir soal.

F. Analisis Data

Pendekatan penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa menguasai materi pelajaran IPS SD sebagai upaya meningkatkan apresiasinya terhadap budaya lokal. Sesuai dengan tujuan ini, maka ada dua jenis data pada penelitian ini, yakni data kualitatif dan data kuantitatif.

(20)

kesimpulan. Sebagaimana dikemukakan Sanjaya (2002 : 119) bahwa ”peneliti tidak perlu melakukan pengolahan data melalui perhitungan matematis sebab data telah memiliki

makna apa adanya”. Oleh karena itu, data kualitatif dapat disusun dan langsung

ditafsirkan guna penyusunan kesimpulan penelitian melalui kategorisasi data kualitatif berdasarkan masalah dan tujuan penelitian.

Data kuantitatif digunakan dalam proses uji-coba dan uji validasi model. Pada proses uji-coba, analisis data kuantitatif digunakan untuk melihat dampak penggunaan model pembelajaran yang sedang dikembangkan terhadap penguasaan materi pelajaran IPS. Hal ini dilakukan dengan mencari selisih (gains) antara hasil pre dan posttest. Sedangkan pada tahap uji validasi model, data kuantitatif digunakan untuk melihat efektifitas penggunaan model hasil pengembangan dalam meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal serta dampak ikutannya terhadap peningkatan penguasaan materi pelajaran IPS bila dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini digunakan guru. Proses analisis data dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS versi 15.

Gambar

Tabel 3.1. Daftar Sekolah yang Dijadikan Lokasi Pra-survei
Tabel 3.2. Subjek Penelitian untuk Uji Validasi Model Pembelajaran

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Secara tektual ayat tersebut menyatakan malaikat mengawasi, mencatat apa yang dilakukan manusia. Secara kontektual ayat tersebut

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

SEGMEN BERITA REPORTER A pembelajaran luar kelas mulai dikenalkan. outbound untuk kecerdasan otak kanan

The increasing of the population and area development causing the accomplishment of public facility needs such as water supply also progressively increase. At the moment, PDAM of

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan media pembelajaran berupa media barang bekas botol bekas dan kain perca

Dengan demikian, dengan rangkaian pengkondisi sinyal arduino bisa menggantikan osiloskop (analog maupun digital) dan tentu saja data digital ini bisa mempercepat

Rencana implementasi penelitian hadis merupakan agenda berkelanjutan dalam pelaksanaan kepatuhan terhadap kebijakan menuju daya saing di dunia percaturan global yang

Hasil penelitian menunujukkan bahwa dimensi the big five personality yang memiliki pengaruh tertinggi pada penelitian ini adalah dimensi openness to