• Tidak ada hasil yang ditemukan

d adp 0604772 chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "d adp 0604772 chapter1"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan tinggi mempunyai fungsi strategis yaitu sebagai pusat

kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sebagai

kekuatan moral. Keadaan tersebut dapat terwujud apabila terkelola dengan baik

dan sehat dalam artian mampu memperlihatkan akuntabilitas, tanggung jawab

sosial yang kuat, dan kualitas perguruan tinggi yang semakin bermutu dan

relevan.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi menjadi kian penting dalam

rangka menjawab berbagai kebutuhan masyarakat modern. Mengapa demikian?

Karena perguruan tinggi adalah lembaga pengembangan ilmu yang bertujuan

melahirkan masyarakat berpengetahuan, berkeahlian, kompeten, dan terampil.

Dikemukakan dalam Renstra Kepmendiknas (2010-2014) bahwa :

Program pendidikan tinggi dilakukan untuk mendukung tujuan tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan tinggi bermutu, relevan, berdaya saing internasional, dan berkesataraan di semua provinsi.

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan

penyelenggara pendidikan tinggi. Batasan tersebut sesuai dengan pasal 6 PP N0.

60 tahun 1999 sebagai berikut :

(2)

2

(2) Akademi menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam satucabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ataukesenian tertentu.

(3) Politeknik menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.

(4) Sekolah Tinggi menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/ atau profesional dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu.

(5) Institut menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atauprofesional dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologidan/atau kesenian yang sejenis.

(6) Universitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian tertentu.

Berdasarkan bentuknya maka peneliti lebih memilih Universitas karena

apabila diperhatikan dari kutipan tersebut universitas mempunyai kriteria yang

lebih luas yaitu mencakup sejumlah disiplin ilmu pengetahuan. Sementara ditinjau

dari jenisnya perguruan tinggi dibagi menjadi dua yaitu, perguruan tinggi negeri

(PTN) adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh

negara dan perguruan tinggi swasta (PTS) adalah perguruan tinggi yang

pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh swasta. Dalam penelitian ini peneliti

lebih memilih PTS khususnya di kota Bandung karena berbagai bermasalahan

antara lain seperti diuraikan brikut ini.

Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) Depdiknas, menilai bahwa :

Sebagian besar PerguruanTinggi Swasta (PTS) di Indonesia tidak memenuhi persyaratan sebuah perguruantinggi. Di Pulau Jawa, mencapai 70 %, sedangkan di luar Pulau Jawa mencapai 90 %. Yang memenuhi syarat minimal sebuah perguruantinggi, di Pulau Jawa mencapai 30 %, sedangkan PTS di luar Pulau Jawa yang sudah layak hanya 10%. (Kartiwa, 2009, http://educare.efkipunla.net/indek2.php?option=-comconten&do_pdf=1&-id=42).

Di pihak lain masyarakat beranggapan seolah-olah mutu lulusan PTS tidak sebaik

(3)

3

Informasi lengkap menurut Peringkat Web Universitas tahun2011 yang

dirilis oleh 4ICU meliputi 151 web Universitas se-Indonesia, yang mendapatkan

rangking secara berurutan khususnya di wilayah Bandung adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Universities in Indonesiaby 2011 University Web Ranking Khusus untuk Wilayah Bandung

No. Universitas Peringkat di Indonesia

1. Institut Teknologi Bandung 1

2. Universitas Pendidikan Indonesia 9

3. Universitas Padjadjaran 13

4. Universitas Komputer Indonesia 30

5. Universitas Katolik Parahyangan 34

6. Universitas Kristen Maranatha 58

7. Universitas Pasundan 62

8. Universitas Islam Bandung 70

9. Institut Teknologi Nasional 78

10. Universitas Widyatama 87

11. Universitas Islam Nusantara 95

12. Universitas Adven Indonesia 137

Sumber : http://www.4icu.org/id/

Melihat tabel tersebut ternyata apa yang menjadi anggapan masyarakat

terbukti kebenarannya. Artinya PTS di kotan Bandung masih memiliki mutu di

bawah PTN. Sementara Universitas Komputer Indonesia menduduki posisi teratas

diantara PTS di kota Bandung.

Ditinjau dari data status akreditasi program studi di universitas swasta

kota Bandung keadaan bulan September 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.2.

(4)

4 Tabel 1.2

Data Status Akreditasi Program Studi Universitas Swasta di Kota Bandung

Sumber: Direktori PTS Kopertis Wil.IV Jawa Barat & Banten, Edisi Sepetember 2010

Berdasarkan tabel tersebut dapat dikemukakan bahwa rata-rata program

studi di universitas swasta kota Bandung yang berstatus terakreditasi A 10% , B

34%, C 16%, terakreditasi D 0%, sementara yang belum terakreditasi sebesar

40%. Kenyataan ini tentunya tidak bisa dibiarkan. Artinya perlu ada

langkah-langkah progresif bagi PTS untuk mendongkrak status tersebut sehingga

persentasi status terakreditasi A dapat ditingkatkan. Status akreditasi mempunyai

arti penting bagi perguruan tingi yang bersangkutan karena tujuan akreditasi

adalah untuk :

1. Melindungi masyarakat

2. Membantu PT melakukan penjaminan mutu 3. Pertanggung jawaban publik perguruan tinggi 4. Dasar sertifikasi/lisensi

5. Bahan pertimbangan pemberian dan alokasi dana

No. Perguruan Tinggi Peringkat Akreditasi

A 16. Universitas Informatika Dan Bisnis

Indonesia

- - - - 100

(5)

5

6. Bahan pertimbangan penerimaan pegawai 7. Pengakuan Internasional ijazah/kompetensi

8. Bahan masukan evaluasi kualitas pendidikan tinggi (Bahan Penataran Akreditasi Perguruan Tinggi, 2010)

Pengukuran mutu berikutnya adalah penjaminan mutu (quality assurance)

yaitu peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan secara internal. Untuk yang

terakhir ini Direktorat Akademik Direktorat Jendral Perguruan Tinggi (DIKTI)

talah melaksnakan program evaluasi implementasi sistem penjaminan mutu

internal (SPMI).

Berdasarkan hasil evaluasi ditetapkan dan diumumkan perguruan tinggi

yang mengimplementasikan SPMI dengan baik, sehingga dapat memberikan

inspirasi tentang praktek SPMI yang baik bagi perguruan tinggi lainnya. Urutan

skor tertinngi tentang implementasi SPMI tersebut dapat dilihat dari tabel sebegai

berikut :

Tabel 1.3

Daftar Universitas Swasta di Kota Bandung yang Dilakukan Site Verification sertaTechnical Assistance (Berdasarkan Skor Tertinggi)

No. Nama Universitas Peringkat

1. Universitas Katolik Parahyangan 8 2. Universitas Kristen Maranatha 41

3. Universitas Widyatama 48

4. Universitas Pasundan 62

Sumber : DIKTI, 2008

Sementara ditinjau dari site verification serta technical assistance

penjaminan mutu yang dilakukan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) tahu 2010

peringkat perguruan tinggi adalah sebagai berikut :

Tabel 1.4

Daftar Perguruan Tinggi Terbaik Berdasarkan Evaluasi Implementasi SPMI Tahun 2010

N0. Perguruan Tinggi Kota

1 2 3

1 Akademi Kebidanan Panti Wilasa Semarang Semarang 2 Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Yogyakarta

(6)

6 Lanjutan....

1 2 3

3 Akademi Kebidanan YLP Prada Purwokerto Purwokerto 4 Akademi Kimia Industri Santo Paulus Semarang Semarang 5 Akademi Maritim Indonesia Medan Medan 6 Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta Jakarta 7 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Surabaya

8 Politeknik Batam Batam

9 Politeknik Terpikat Sambas Sambas

10 Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika Jakarta 11 Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta 12 Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu Cepu

13 STIE Kesatuan Bogor Bogor

14 STIE Kesatuan Malang Malang

15 STIE Muhammadiyah Pekalongan Pekalongan

16 STIKES Kuningan Garawangi Kuningan

17 STIKES Muhammadiyah Banjarmasin Banjarmasin

18 Universitas Bunda Mulia Jakarta

19 Universitas Dian Nuswantoro Semarang

20 Universitas Indonusa Esa Unggul Jakarta

21 Universitas Komputer Indonesia Bandung

22 Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta

23 Universitas Pancasila Jakarta

24 Universitas Surabaya Surabaya

Sumber : Dikti, 2010

Memperhatikan tabel tersebut terrnyata perguruan tinggi swasta di kota

Bandung yang masuk ke dalam daftar perguruan tinggi terbaik berdasarkan

evaluasi implementasi SPMI tahun 2010 hanya Universitas Komputer Indonesia

(Unikom).

Apa yang diuraikan di atas tentunya merupakan tantangan bagi PTS.

PTS-PTS yang hanya mengandalkan dana dari masyarakat akan terkendala manakala

dihadapkan pada minimnya jumlah mahasiswa yang berdampak kepada

pendanaan dan fasilitas perkuliahan. Agar tetap sustanable akan lebih baik kalau

PTS menyikapinya dengan kemauan dan kerja keras termasuk sikap mau berubah,

dan mengadakan perbaikan secara terus menerus sehingga dapat mencapai standar

(7)

7

PTS yang berbentuk Universitas di kota Bandung antara lain adalah

Universitas Islam Bandung (Unisba), Universitas Islam Nusantara (Uninus),

Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Universitas Kristen Maranatha

(UKM), Universitas Pasundan (Unpas), Universitas Langlangbuana (Unla),

Universitas Bandung Raya (Unbar), Universitas Nurtanio (Unnur), Universitas

Komputer Indonesia (Unikom), Universitas Bina Sarana Informatika (BSI),

Universitas Nasional Pasim, Universitas Widyatama (Utama), Universitas

Kebangsaan (UK), Universitas Al-Ghifari, Universitas Sanggabuana (USB), dan

Universitas Informatika, dan Bisnis Indonesia (Unibi), Universitas Wanita

Internasional.

Jumlah universitas swasta yang tidak sedikit tersebut tentunya

memberikan lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memilih universitas

bermutu yang produknya dapat bersaing baik pada tingkat lokal, nasional,

regional, maupun global. Untuk itu perguruan tinggi dalam hal ini adalah

universitas swasta yang ada di kota Bandung sudah selayaknya menerapkan

penjaminan mutu dan selalu meningkatkan mutu yang berkelanjutan.

PTS yang bermutu tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti

kepemimpinan, rencama strategis, sumber daya manusia (Dosen), mahasiswa,

sarana dan prasarana, fasilitas, sistem informasi manajemen, mahasiswa, hasil

penelitian, hasil pengabdian pada masyarakat, keuangan, proses manajemen dan

sebagainya. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi mutu tersebut penelitian ini

difokuskan pada kepemimpinan dalam hal ini adalah kepemimpinan visioner dan

kinerja dosen. Keputusan ini dilakukan atas pertimbangan bahwa secara

(8)

8

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hradesky (1995 : 194) : ”Leadership is a

crucial component to the success of TQM.” Sallis (1993:86) :“Leadership is

essential inngredient in TQM. Leader must have vition and be able it into clear

policies and specific goals.“ Tampubolon (2001: 100) mengemukakan lima ciri

pokok kepemimpinan PT bermutu yang salah satu cirinya adalah visioner.

Baldrige (2007) menyatakan, kriteria mutu dibangun berdasarkan serangkaian dan

keterpaduan dari berbagai nilai inti dan konsep yang meliputi, Kepemimpinan

Visioner (Leadership Visionary). Visioner mengandunng pengertian mempunyai

wawasan yang luas dan matang sehingga mampu memperkirakan masa depan.

Pengertian ini mengimplikasikan adanya kemampuan merumuskan visi dan misi

perguruan tinggi (PT), serta bertindak dan bersikap proaktif. (Tampubolon, 2001:

101). Sallis (1993:86) : “Leadership is essential inngredient in TQM. Leader must

have vition and be able it into clear policies and specific goals.” Komariah dan

Triatna (2006:81-82) menyatakan bahwa : Kepemimpinan yang relevan dengan

tuntutan school based management dan didambakan bagi peningkatan kualitas

pendidikan adalah kepemimpinan yang memiliki visi (visionary leadership), yaitu

kepemimpinan yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan yang

penuh tantangan. Lantas menjadi agen perubahan yang unggul dan menjadi

penentu arah organisasi yang memahami prioritas menjadi pelatih yang

profesional, serta dapat membimbing personel lainnya ke arah profesionalisme

kerja yang diharapkan.

Pierce (1997) dalam sebuah jurnal internasional menyimpulkan hasil

(9)

9

dalam mewujudkan visinya dengan jelas dari yang bersifat abstrak menjadi real

dan bisa dijalankan dalam tataran implementasi.

Berdasarkan pengamatan peneliti, pimpinan PTS sebagai penentu arah

hampir sebagaian besar atau sekitar 95% dalam menetapkan visi tidak

mencantumkan kurun waktu tertentu tentang sesuatu yang ingin dicapai di masa

depan. Padahal visi dapat diartikan sebagai gambaran mental tentang sesuatu

yang ingin dicapai di masa depan. Visi adalah cita-cita. Visi adalah wawasan ke

dapan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Visi bersifat kearifan

intuitif yang menyentuh hati dan menggerakkan jiwa untuk berbuat. (Tap. MPR

RI No.VII/MPR/2001 tanggal 9 November 2001).

Beberapa pimpinan PTS sebagai agen perubahan kurang memperhatikan

jangka waktu untuk memangku jabatan struktural akademik dalam artian bahwa

jabatan tertentu dijabat oleh orang tertentu secara terus-menerus tanpa ada

pergantian. Kenyataan ini tentunya kurang menguntungkan karena hasil penelitian

Harsiwi (2001) menyatakan bahwa semakin lama pemimpin bekerja dan menjabat

pada jabatan tertentu maka semakin nyaman pemimpin tersebut menduduki

jabatan/posisinya, sehingga pemimpin lebih bersifat status quo, menolak

perubahan dan tidak transformasional. Pemimpin cenderung mempertahankan

posisinya dengan cara menghambat terjadinya perubahan.

Hanafiah (1994) mengemukakan bahwa : “Tercapai tidaknya mutu

pendidikan tinggi yang diharapkan ditentukan oleh mutu para dosen di setiap

bidang ilmu yang dibinanya”. Hendrajaya (1999) berpendapat bahwa :

“Perguruan tinggi yang inovatif, bermutu dan tanggap terhadap perkembangan

(10)

10

dan pembina penggerak utama pertumbuhan yaitu para dosen perguruan tinggi.”

Dikemukan dalam sebuah jurnal anonim bahwa: “...dosen memiliki posisi

strategis dalam menentukan mutu lulusan maupun mutu kelembagaan secara

umum. ”(http://jurnal-kopertis4.tripod.com/8-02.html).

Sementara kondisi dosen PTS di kota Bandung dilihat dari kompetensinya

masih belum sesuai dengan kualifikasi. Kenyataan tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 1.5

Kondisi Dosen Universitas Swasta Ditinjau dari Kualifikasi Akademik

No. Jenjang pendidikan Persentase (%)

1. Program Sarjana (S1) 51.65

2. Program Magister (S2) 35.85

3. Program Doktor (S3) 12.50

Jumlah 100

Sumber : Data sekunder 2010

Melihat data tersebut yang memiliki jenjang pendidikan program sarjana

mencapai 51.65% sementara untuk program doktor hanya mencapai 12.50%.

Kenyataan tersebut tentunya memerlukan perhatian yang serius dari pimpinan

universitas untuk selalu berupaya mendorong para dosennya melalui berbagai

kebijakan dan fasilitas sehingga mereka termotivasi untuk melanjutkan

pendididkan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan kualifikasinya. Sementara

UU No. 14 tahun 2005 telah mengatur bahwa dosen memiliki kualifikasi

akademik minimum :

a. lulusan program magister untuk progran diploma dan program sarjana; dan

b. lulusan program doktor untuk progran pascasarjana.

(11)

11 Tabel 1.6

Kondisi Dosen Universitas Swasta Ditinjau dari Jabatan Akademik

No. Jabatan fungsional Persentase (%)

1. Tenaga Pengajar (TP) 51.36

2. Asisiten ahli (AA) 25.60 3. Lektor ( L ) 12.05 4. Lektor Kepala (LK) 7.38 5. Guru besar (GB) 3.61

Jumlah 100

Sumber : Data sekunder 2010

Memperhatikan data tersebut yang belum memiliki jabatan fungsional yaitu

51.36%. Ini adalah jumlah yang cukup besar dan memerlukan kerja keras dari

pimpinan universitas untuk mengupayakan para dosennya memperoleh jabatan

fungsional, sehingga mereka dapat memperoleh sertifikasi pendidikan. Perlu

dipahami bahwa untuk memperoleh sertifikasi pendidikan salah satu syarat yang

harus dipenuhi adalah memiliki jabatan akedemik sekurang-kurangnya asisten

ahli (PP No. 37 Th. 2009 tentang Dosen).

Berdasarkan berbagai masalah tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk

menciptakan mutu yang berkelanjutan di PTS (dalam hal ini adalah universitas

swasta) diperlukan seorang pemimpin yang mempunyai visi yang lazim disebut

kepemimpinan visioner dan kinerja dosen yang optimal. Kepemimpinan

merupakan kajian administrasi pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hoy

dan Miskel, (2001) bahwa ruang lingkup administrasi pendidikan meliputi

kepemimpinan, individu (dosen) dan mutu sekolah termasuk perguruan tinggi

swasta. Dengan demikian sistem manajemen mutu pergururan tinggi (studi

tentang kepemimpinan visioner dan kinerja dosen terhadap mutu di kota

(12)

12 B. Rumusan Masalah

Persoalan mutu perguruan tinggi cukup kompleks. Artinya apabila

berbicara tentang mutu perguruan tinggi maka banyak hal yang mempengaruhinya

seperti sarana dan prasarana, dosen, siswa, staf administrasi, kurikulum, sistem

informasi, stakeholders, kepemimpinan dan sebagainya. Atas dasar kenyataan

tersebut maka dalam penelitian ini dibatasai pada pengaruh kepemimpinan

visioner dan kinerja dosen. Dengan demikian masalah pokok dalam penelitian ini

adalah, manajemen mutu perguruan tinggi (studi tentang pengaruh

kepemimpinan visioner dan kinerja dosen terhadap mutu perguruan tinggi swasta

di kota Bandung).

Memperhatikan masalah pokok tersebut maka dapat dikemukakan bahwa

penelitian ini melibatkan tiga variabel yaitu kepemimpinan visioner, kinerja dosen

dan mutu perguruan tinggi. Konsep kepemimpinan visioner dalam penelitian ini

menggunakan pendapat dari Nanus (1992) yang menyatakan bahwa peran

kepemimpinan visioner adalah sebagi penentu arah, agen perubahan, juru bicara,

dan pelatih. Konsep kinerja dosen mengacu pada pendapat Timpe (1991) yang

menyatakan bahwa : “Prestasi karyawan di bawah standar mungkin disebabkan

sejumlah faktor mulai dari keterampilan kerja yang buruk hingga hingga motivasi

yang tidak cukup dan lingkungan kerja yang buruk.” Sementara itu Michael

(1997:343)) menyatakan dimensi kinerja diistilahkan dengan sebuah area of

performance yang mencakup: “(1) Quality of work, (2) Promtpness, (3) initiative,

(4) Capability, and (5) Communication. ... Both ability and motivation are

(13)

13

untuk mengukur kinerja dosen peneliti menggunakan : 1) Kompetensi, 2) Motif

berprestasi, 3) lingkungan kerja.

Adapun untuk mutu perguruan tinggi didasarkan pada berbagai konsep

dari Lovelock, Jeniver, dan Tampubolon. Lovelock (2002:225) menyatakan

perlunya diperhatikan lima prinsip untuk menyiapkan kualitas jasa terdiri dari :

1. Tangibels. The appearance of physical facilities, equipment, and communication materials.

2. Reliability. The ability to perfom the promised service dependably and accurately.

3. Responsiveness. The willingness to help customers and provide prompt service.

4. Assurance. The knowledge an courtesy of employees and their ability to convey trust and confidence.

5. Empathy. He provision of caring, individ ualized attention to customers.

Jeniver (2008) menyatakan: “Defining Quality in Higer Education The American

Sosiety for Quality identifies four dimentions of quality in education:

accountability, curricular aligment, assessment, and student satisfaction. “

Tampubolon (2001; 122-126) mengemukakan atribut-atribut mutu

Perguruan Tinggi sebagai berikut :

Mengacu pada ketiga konstruk tersebut peneliti membuat rekonstruk

(14)

14

berada pada posisi keluaran (output) sehingga menghasilkan sembilan

dimensimutu PTS yaitu, relevansi, efisiensi, efektivitas, akuntabilitas. Kreativitas,

penampilan, empati, ketanggapan dan produktivitas.

Berdasarkan fokus kajian dan batasan masalah, penulis merumuskan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Seberapa kuat dan signifikan

pengaruh kepemimpinan visioner dan kinerja dosen terhadap mutu PTS di kota

Bandung .

Rumusan masalah tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner terhadap

kinerja dosen PTS di kota Bandung?

2. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemiminan visioner terhadap mutu

PTS di Kota Bandung?

3. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kinerja dosen terhadap mutu PTS di

kota Bandung ?

4. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dan kinerja

dosen secara bersama-sama terhadap mutu PTS di kota Bandung ?

5. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai penentu arah terhadap kinerja dosen PTS di kota

Bandung ?

6. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai agen perubahan terhadap kinerja dosen PTS di kota

(15)

15

7. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai juru bicara terhadap kinerja dosen PTS di kota

Bandung?

8. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai pelatih terhadap kinerja dosenPTS di kota Bandung?

9. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai penentu arah terhadap mutu PTS di kota Bandung ?

10.Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai agen perubahan terhadap mutu PTS di kota Bandung ?

11.Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai juru bicara terhadap mutu PTS di kota Bandung ?

12.Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam

kapasitasnya sebagai pelatih terhadap mutu PTS di kota Bandung ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

kepemimpinan visioner dan kinerja dosen terhadap mutu PTS di kota Bandung.

Sementara itu tujuan khusus dari penelitian ini untuk mengetahui :

1. Pengaruh kepemimpinan visioner terhadap kinerja dosen PTS di kota

Bandung.

2. Pengaruh kepemimpinan visioner terhadap mutu PTS di Kota Bandung.

3. Pengaruh kinerja dosen terhadap mutu PTS di kota Bandung.

4. Pengaruh kepemimpinan visioner dan kinerja dosen secara bersama-sama

(16)

16

5. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah

terhadap kinerja dosen PTS di kota Bandung.

6. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai agen

perubahan terhadap kinerja dosen PTS di kota Bandung.

7. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai juru bicara

terhadap kinerja dosen PTS di kota Bandung.

8. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai pelatih

terhadap kinerja dosenPTS di kota Bandung.

9. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah

terhadap mutu PTS di kota Bandung.

10. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai agen

perubahan terhadap mutu PTS di kota Bandung.

11. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai juru bicara

terhadap mutu PTS di kota Bandung.

12. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai pelatih

terhadap mutu PTS di kota Bandung.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan tersebut, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

berikut :

1. Bagi aspek keilmuan, hasil penelitian ini berguna untuk memperkaya temuan

empirik mengenai isu mutu perguruan tinggi selain itu, melalui penelitian ini

(17)

17

implikasi metodologis bagi studi tentang masalahmutu PTS serta

variabel-variabel yang terkait dengan itu.

2. Bagi keperluan praktis, hasil penelitian ini berguna untuk bahan informasi

sebagai landasan dalam merumuskan kebijakan, khususnya dalam rangka

peningkatan mutu perguruan tinggi melalui kepemimpinan visioner dan kinerja

dosen.

3. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini menstimulasi beberapa variabel

yang diduga terkait dengan mutu perguruan tinggi, yang masih terbuka untuk

direplikasi dalam rangka menguji validitas hasil penelitian ini.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang

digunakan adalah explanatory survey karena penelitian ini diarahkan untuk

menguji hipotesis. Sebagai konsekuensinya maka variabel-variabel penelitian

perlu dioperasionalkan ke dalam indikator-indikator yang dapat diukur sehingga

menggambarkan jenis data dan informasi yang diperlukan untuk menguji

hipotesis tersebut. Berdasarkan karakteristik data tersebut selanjutnya dirancang

model uji statistik untuk menguji hipotesis yang dirumuskan.

Populasi dalam penelitian ini adalah PTS yang berbentuk universitas di

kota Bandung. Mengingat ukuran populasi itu cukup besar, maka diambil sampel

untuk mewakili populasi.

Ukuran sampel minimal, ditetapkan berdasarkan atas model hipotesis

yang diuji. Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan pengaruh beberapa variabel

(18)

18

Berhubung analisis jalur pada hakekatnya didasarkan atas korelasi, maka ukuran

sampel di dalam penelitian ini menggunakan ukuran sampel untuk uji korelasi

yang ditetapkan secara interaktif.

Data penelitian diungkap dengan menggunakan koesioner sebagai teknik

dalam pengumpulan data yang berbentuk angket tertutup yaitu responden diberi

kesempatan untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.

F. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Bandung.

Mencakup universitas swasta yang ada di kota Bandung yaitu : Universitas Islam

Bandung (Unisba), Universitas Islam Nusantara (Uninus), Universitas Katolik

Parahyangan (Unpar), Universitas Kristen Maranatha (UKM), Universitas

Pasundan (Unpas), Universitas Langlangbuana (Unla), Universitas Bandung Raya

(Unbar), Universitas Nurtanio (Unnur), Universitas Komputer Indonesia

(Unikom), Universitas Bina Sarana Informatika (BSI), Universitas Nasional

Pasim, Universitas Widyatama Utama), Universitas Kebangsaan (UK),

Universitas Al-Ghifari, Universitas Sanggabuana (USB), dan Universitas

Informatika dan Bisnis Indonesia (Unibi), Universitas Wanita Internasional.

Subyek dalam penelitian ini adalah dosen yang telah memperoleh jabatan

fungsional minimal Asisten Ahli , dan ketua program studi Universitas swasta

yang ada di kota Bandung. Data yang diperlukan adalah data primer yang

(19)

19

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan stratified

propotioned random sampling sehingga terpilih tiga perguruan tinggi swasta

yaitu Unikom, Utama, dan Universitas Nasional Pasim sebagai sampel.

G. Penjelasan Istilah

Tema sentral dalam penelitian ini adalah manajemen mutu perguruan

tinggi yang lebih difokuskan pada studi tentang pengaruh kepemimpinan visioner

dan kinerja dosen terhadap mutu perguruan tinggi swasta di Kota Bandung.

Manajemen adalah usaha yang dilakuan untuk mencapai tujuan melalui kegiatan

orang lain. Sementara mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan

(stakeholders).Jadi yang dimaksud manajemen mutu perguruan tinggi dalam

penelitian ini adalah suatu usaha yang dilakukan perguruan tinggi untuk mencapai

tujuan melalui kegiatan orang lain sehinggan menghasilkan produk yang sesuai

dengan kebutuhan pelanggan (stakeholders).

Berikut ini dijelaskan konsep-konsep serta variabel yang digunakan dalam

penelitian :

1. Kepemimpinan visioner.

Kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang

lain yang dilakukan bukan dengan melalui paksaan melainkan persuasi. Demikian

kira-kira salah satu pendapat Stogdil (1974) tentang kepemimpinan. Sementara

Davisdan Newstrom ( 1 9 9 3 : 222) memberi batasan kepemimpinan sebagai berikut:

" Leadership is the process of influencing and rapporting others to work

enthusiastically toward achiving objectives.”Batasantersebut mengandung

(20)

20

untuk mencapai tujuan. Dengan demikian kepemimpinan adalah suatu

kemamapuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga yang

bersangkutan bersedia melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi.

Kepemimpinan visioner adalah kemampuan seorang pemimpin dalam

membangun, menciptakan dan mengkomunikasikan visi serta berfikir startegis

untuk dapat mengarahkan dan merubah organisasi kearah yang lebih baik

sehingga dapat meraih keunggulan dan keberhasilan di masa depan.

Ada empat peran yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin yang

visioner yaitu, peran sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan

pelatih. Sebagai penentu arah seorang pemimpin menetapkan visi, misi, tujuan

dan strategi untuk mencapai sasaran yang menjadi tujuan organisasi di masa

depan. Artinya sang pemimpin berkomitmen kepada visi besar organisasi dan

bersama dengan seluruh anggota berusaha untuk mewujudkan visi tersebut

melalui misi, tujuan dan strategi pencapainnya.

Sebagai agen perubahan seorang pemimpin dituntut untuk mampu

memposisikan diri dengan lingkungannya baik secara internal maupun eksternal.

Bahkan ukuran kapasitas kepemimpinan seseorang salah satu diantaranya adalah

kemampuannya dalam mengelola perubahan. Kemampuan ini penting sebab pada

masa kini pemimpin akan selalu dihadapkan pada perubahan-perubahan, sehingga

pemimpin dituntut untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan.

Dengan demikian secara eksternal seorang pemimpin sebagai agen perubahan

berusaha untuk mengikuti perkembangan teknologi, membuat kebijakan baru

(21)

21

mengembangkan diri, membuka program studi baru, dan secara internal

mangadakan pergantian jabatan, mengadakan rotasi pegawai dan sebagainya.

Sebagai juru bicara seorang pemimpin yang bervisi adalah juga seseorang

yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna

menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Visi

tersebut kemudian ditindaklanjuti ke dalam misi, tujuan serta strategi yang

kemudian dijabarkan dalam bentuk kebijakan. Kebijakan tersebut kemudian

disosialisasikan secara internal maupun eksternal. Ketika menjadi juru bicara,

sang pemimpin juga harus bertindak sebagai negosiator dalam berhubungan

dengan pihak lain serta membangun kerja sama dan membentuk jaringan

eksternal.

Sebagai pelatih seorang pemimpin menjaga pegawai untuk memusatkan

pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan, dan membangun

kepercayaan di antara orang-orang yang penting bagi organisasi dan visinya untuk

masa depan. Artinya seorang pemimpin yang visioner sikap dan perilakunya akan

menjadi teladan bagi orang-orang di sekitarnya, ide-ide atau gagasannya menjadi

inspirasi para bawahannya, keberadaan pemimpin dapat memberikan semangat

bekerja, keberadaan pemimpin dapat memberikan semangat untuk tumbuh, sikap

dan perilaku pemimpin membangun percaya diri, memberi penghargaan atau

promosi ketika bawahannya berprestasi, dan selalu memberi masukan sehingga

para bawahannya dapat meningkatkan diri.

2. Kinerja dosen.

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama

(22)

22

teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat. (UU No. 14 th 2005).

George dan Jones (1999 : 144) memberikan batasan tetngan kinerja

(performace) sebagai : “An evaluation of the result of a person behavior. It

involves determining how well or poorly aperson has accomplished a taks or done

a job.” Kinerja merupakan penilaian atas hasil perilaku pegawai yang

menyangkut baik buruknya seseorang melaksanakan tugas atau pekerjaan.

Kinerja Dosen dapat diartikan sebagai perilaku yang menunjukkan hasil

kerja dosen atas pelaksanaan suatu pekerjaan. Ada tiga komponen yang dapat

mengukur kinerja dosen yaitu kompetensi, motif berprestasi, dan lingkungan

kerja.

Kompetensi adalah kemampuan seorang dosen dalam melaksanakan

kewajibannya secara bertanggung jawab. Kompetensi dosen meliputi :

kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, dan

kompetensi kepribadian.

Kompetensi pedagogik adalah kemamapuan merancang pembelajaran,

kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan menilai proses dan

hasil pembelajaran, dan kemampuan memanfaatkan hasil penelitian untuk

meningkatkan kualitas hasil pembelajaran.

Kompetensi profesionaladalah suatu kemampuan yang tumbuh secara

terpadu dari pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu,

keterampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang

(23)

23

berkelanjutan, dan disertai tekad kuat untuk mewujudkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan melakukan hubungan sosial

dengan mahasiswa, teman sejawat, karyawan dan masyarakat untuk menunjang

pendidikan.

Kompetensi kepribadian adalah sejumlah nilai, komitmen, dan etika

professional yang mempengaruhi semua bentuk perilaku dosen terhadap

mahasiswa, teman sekerja, keluarga dan masyarakat, serta mempengaruhi

motivasi belajar mahasiswa, termasuk pengembangan diri secara professional.

Motif berprestasi. Menurut McClalland motif berprestasi adalah …”doing

something well or doing something better than in had been done before more

efficiently, more quickly with labor, with a better result”. Artinya mengerjakan

sesuatu dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya, lebih efisien, lebih cepat

dengan hasil yang lebih baik. Lebih lanjut dalam rumusannya McClelland

(1953:111) menyatakan : “… success in competition with some standard of

exellece”. Yaitu bersaing untuk mencapai keberhasilan dengan beberapa standar

keunggulan.

Mengacu pada pendapat tentang motif berprestasi tersebut dapat

dikemukakan bahwa motif berprestasi adalah dorongan untuk melakukan suatu

tindakan atau aktivitas dalam rangka menyelesaikan tugas dengan sempurna

sehingga diperoleh hasil yang unggul atau melebihi standar yang ditentukan.

Lingkungan kerja.“Lingkungan kerja yang menyenangkan akan menjadi

kunci pendorong bagi para karyawan Anda untuk menghasilkan kinerja puncak…

(24)

24

aman dan memungkinkan para dosen untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan

kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika dosen menyenangi lingkungan

kerja ditempat dia bekerja, maka dosen tersebut akan betah di tempat kerjanya

untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan

optimal menuju kinerja yang tinggi.

Sedarmayati (2001:1) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut :

Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.

Lingkungan kerja dosen merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar

dosen pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik maupun non fisik, yang dapat

mempengaruhi kinerjanya.

Lingkungan kerja fisik adalah tersedianya fasilitas yang dapat mendukung

kinerja dosen seperti, fasilitas untuk kegiatan belajar mengajar ( komputer/laptop,

in focus, whitebord dan sebagainya), ruang dosen yang myaman, ruang kelas yang

memadai, buku perpustakaan yang memadai, internet, ruang rapat dan seminar

yang representatif, dan sebagainya.

Lingkungan kerja non fisik meliputi terbangunnya suatu iklim dan suasana

organisasi yang bisa membangkitkan kinerja dosen, seperti peluang untuk studi

lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tugas mengajar maksimal 12 sks,

sebagai pembimbing utama atau pendamping, menguji, fasilitas untuk membuat

bahan ajar, peluang untuk melakukan penelitian, tersedia jurnal untuk memuat

(25)

25

masyarakat, peluang untuk mengikuti seminar nasional dan internasional,

kesempatanan untuk menjadi pengurus atau anggota kepanitiaan dan sebagainya.

3. Mutu Perguruan Tinggi Swasta

Mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Perguruan tinggi (PT) adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan tinggi. Perguruan tinggi negeri (PTN) adalah perguruan tinggi yang

pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh negara. Perguruan tinggi swasta

(PTS) adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh

swasta. Universitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau

profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi

dan/atau kesenian tertentu.

Mutu pergururan tingi swasta dipahami sebagai lembaga pendidikan

swasta yang dikelola berdasarkan peraturan yang berlaku sehingga mampu

menghasilkan jasa pendidikan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan para

pelanggan. Dimensi-dimenai mutu PTS melipuiti relevansi, efisiensi, efektivitas,

akuntabilitas, kreativitas, penampilan, empati, ketanggapan, produktivitas.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika disertasi ini terbagi ke dalam lima bab. Bab I adalah

pendahuluan yang memuat latar belakang masalah. Latar belakang masalah

diawali dengan ungkapan peneliti tentang fenomena yang berkaitan dengan mutu

PTS di kota Bandung dalam hal ini adalah universitas swsata. Seperti diketahui

(26)

26

diharapkan (salah satu contoh, baru 10% dari seluruh universitas di kota Bandung

yang berstatus terakreditasi A). Kenyataan ini patut diteliti untuk memperoleh

solusi dan solusi ini dapat dijadikan pertimbangan bagi PTS yang ingin

meningkatkan mutunya. Berikutnya adalah rumusan masalah yang

mengemukakan konsep serta teori yang dijadikan variabel dalam penelitian ini.

Rumusan maslah ini kemudian ditindaklanjuti dalam tujuan penelitian. Atas dasar

tujuan penelitian dikemukakan kegunaan penelitian. Pada bab ini dikemukakan

juga tentang metode penelitian, lokasi dan sampel penelitian. Selanjutnya adalah

penjelasan istilah. Penjelasan istilah ini berisi tentang penjelasan konsep

manajemen mutu perguruan tinggi dan penjelasan tentang konsep kepemimpinan

visioner dan kinerja dosen serta mutu PTS di kota Bandung, dan diakhiri dengan

sistematika penulisan.

Bab II adalah kajian pustaka, kerangka pemikiran. Kajian pustaka

dimaksudkan sebagai landasan dalam analisis temuan yang memuat teori-teori

utama yaitu mencakup konsep administrasi pendidikan, manajemen, konsep

manajemen mutu, mutu menurut Malcolm Baldrige, ISO 9001:2008, manajemen

mutu perguruan tinggi, konsep kepemimpinan, teori dan pendekatan

kepemimpinan, gaya kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan transformasional,

kepemimpinan visioner yang mencakup penentu arah, agen perubahan, juru

bicara, dan pelatih, kinerja dosen, dan hasil penelitian terdahulu, serta kesimpulan

kajian pustaka. Pada bab ini dikemukakan juga tentang asumsi dasar, hipotesis,

dan kerangka pemikiran.

Bab III adalah metode penelitian. Dalam bab ini diungkap pendekatan

(27)

27

metode yang digunakan adalah explanatory survey. Lokasi penelitian adalah PTS

dalam hal ini adalah Universitas swasta yang ada di kota Bandung, yang sekaligus

dijadikan populasi dengan sasaran Kaprodi dan Dosen. Sampel dalam penelitian

ini adalah Unikom, Utama, dan Universitas Nasional Pasim dengan menggunakan

stratified propotioned random sampling (sampel acak proporsional berdasarkan

strata). Teknik penarikan sampel untuk dosen Proportionate random sampling

(sampel acak secara proporsional). Sementara untuk Ketua Program Studi pada

ketiga Universitas tersebut dijadikan responden semua. Jumlah Ketua program

studi sebanyak 52 orang. Selanjutnya dikemukakan tentang definisi konseptual

dan definisi operasional penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen dan uji

instrumen. Uji instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Terakhir adalah

prosedur penelitian yang mengupas tentang tahap-tahap penelitian mulai dari

persiapan hingga penyusunan laporan akhir.

Bab IV adalah hasil penilitian dan pembahasan yang memuat pengolahan

data atau analisis data yang berkaitan dengan variabel kepemimpinan visioner,

variabel kinerja dosen dan variabel mutu perguruan tinggi swasta di kota

Bandung. Setelah diolah dan dianalisis kemudian dibahas. Dalam pembahasan ini

dikemukakan tentang temua-temuan yang terkait dengan hipotesis dan berbagai

teori dan konsep yang telah menjadi rujukan untuk memperoleh suatu

kesimpulan.

Bab V menyajikan kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab ini disajikan

penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.

Kesimpulan yang dikemukakan selanjutnya dijadikan dasar untuk menetapkan

(28)

28

tinggi swasta atau lembaga lainnya yang berkepantingan, para pengguna hasil

penelitian, dan para peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian.

Setelah bab V diikuti daftar pustaka yang memuat berbagai sumber yang

dijadikan rujukan dalam penelitian ini. Sumber-sumber tersebut dikelompokan

berdasarkan buku, artikel jurnal, dokumen resmi, atau sumber lain dari internet

yang telah dikutip dan digunakan dalam karya ilmiah yang berbentuk disertasi ini,

serta berbagai sumber yang tidak dipublikasikan.

Terakhir adalah lampiran-lampiran yang berisi berbagai dokumen yang

Gambar

Tabel 1.2 Data Status Akreditasi Program Studi Universitas Swasta di Kota Bandung
Tabel 1.4 Daftar Perguruan Tinggi Terbaik Berdasarkan
tabel berikut :
Tabel 1.6 Kondisi Dosen Universitas Swasta Ditinjau dari Jabatan Akademik

Referensi

Dokumen terkait

mereka suka merobah Perkataan (Allah) dari tempat- tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu

Sahabat MQ/ Fraksi Partai Demokrat telah mendukung bulat/ usulan angket Century// Anggota Fraksi Partai Demokrat- Ruhut Sitompul mengatakan/ lokomotif gerbong

Pada pengujian distribusi kecepatan aliran wind tunnel , titik-titik uji aliran yang digunakan untuk mengukur karakteristik aliran pada wind tunnel terdapat pada exhaust wind

lebih mahal dari pada wind tunnel rangkaian terbuka, dan yang kedua adalah.. jika desain tersebut menggunakan motor bakar, maka dibutuhkan

Sahabat MQ/ Banjir di Jeddah- Arab Saudi- telah mengakibatkan 77 orang meninggal dunia/ dan beberapa orang masih belum ditemukan// Banjir yang tidak terduga

Konvensi ASEAN Tentang Pemberantasan Terorisme diunduh dari.. 23 Maret 2016 pukul

Website Yayasan Perguruan Djoebleg Ranoeatmadja ini menggunakan Macromedia Dreamweaver MX karena terdapat tooltool bantu untuk mempermudah dalam pembuatan halaman website, selain

dalam proses wawancara, dan (3) peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak. dapat diungkapkan dengan cara observasi ataupun