• Tidak ada hasil yang ditemukan

s jkr 050470 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "s jkr 050470 chapter3"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian seseorang peneliti harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan dalam proses penelitiannya, sebab metode penelitian merupakan cara yang turut menentukan keberhasilan sebuah penelitian. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Arikunto (2002:135) dalam bukunya

dijelaskan “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya.” Berdasarkan kutipan tersebut dapat

disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu alat dalam kesempurnaan proses penelitian.

Jelaslah bahwa metode penelitian memiliki peranan penting dalam suatu penelitian guna tercapainya tujuan dan sebagai jalan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Atas dasar hal tersebut, maka metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode penelitian deskriptif. Pemilihan metode ini karena sesuai dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu ingin mengungkapkan mengenai

“Hubungan Motif Berolahraga Rekreasi Dengan Kebugaran Jasmani Remaja Desa Serang Cimalaka.” Mengenai pengertian metode deskriptif, Surakhmad (1990:139) menjelaskan sebagai berikut:

(2)

Selanjutnya Surakhmad (1990:139) mengemukakan tentang metode deskriptif sebagai benkut :

Pada umumnya persamaan sifat dan segala bentuk penyelidikan deskriptif ini ialah menuturkan dan menapsirkan data yang ada, misalnya situasi yang dialami, suatu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang nampak atau proses yang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelalaian yang muncul, kecenderungan yang nampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya.

Sedangkan Arikunto (2002:309) mengemukakan bahwa “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilaksanakan.”

Dari ketiga pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian deskriptif tertuju pada penyelidikan terhadap permasalahan di masa sekarang. Penyelidikan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang objek penelitian, sehingga akan tercapainya tujuan dan penelitian yang dilakukan. Lebih jelas lagi tentang metode deskriptif dijelaskan oleh Surakhmad (1990:140) terutama mengenai ciri-cirinya yaitu sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

(3)

B. Populasi dan Sampel

Populasi menurut Arikunto (2002:108) “...keseluruhan objek penelitian”.

Berdasarkan kutipan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa populasi merupakan keseluruhan elemen yang ada dalam penelitian yang akan dilakukan. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi, studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.

Populasi dalam penelitian ini yaitu para remaja Desa Serang Kec. Cimalaka Kab. Sumedang. Karena jumlah populasi cukup banyak dan tidak memungkinkan jika diambil sebagai bahan penelitian semuanya, maka hanya diambil sebagian dan populasi tersebut.

Menurut Arikunto (2002:109) yang dimaksud dengan sampel yaitu

“...sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel bertujuan atau purposive sa mpel. Kaitannya dengan sampel tersebut, Arikunto (2002:110) menjelaskan:

Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

(4)

semua aspek atau fungsi untuk memasuki dewasa ( 12 – 21 tahun untuk wanita) dan ( 13 – 22 tahun bagi pria ). Adapun pengelompokan umur yaitu:

1. 12 – 15 ( Awal) 2. 15 – 18 ( Pertengahan) 3. 18 – 21 ( Akhir)

Penentuan sampel yang diambil berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1. Usia remaja berkisar antara 18 – 21 tahun.

2. Remaja yang melakukan olahraga di Desa Serang.

3. Olahraga yang dilakukannya yaitu olahraga rekreasi bukan untuk prestasi. Untuk pengambilan sampel, penulis mengacu pada pendapat Syaodih (2008:261) yang menjelaskan bahwa:

…secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel (n) sebanyak 30 individu telah dipandang cukup besar, sedang dalam penelitian Kausal-Komparatif dan eksperimental 15 individu untuk setiap kelompok yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai, sedang untuk kelompok-kelompok sampel berkisar antara 20 sampai 50 individu.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis menentukan jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 orang.

C. Desain Penelitian

(5)

a. Variabel Bebas (X) adalah Minat Berolahraga Rekreasi.

b. Variabel Terikat (Y) adalah Tingkat Kebugaran Jasmani Remaja.

Adapun rancangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1

Desain Penelitian Minat Berolahraga Rekreasi dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Remaja

Keterangan : X adalah Minat Berolahraga Rekreasi.

Y adalah Tingkat Kebugaran Jasmani Remaja.

D. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya diperlukan sebuah alat untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini perlu menggunakan alat ukur seperti yang

dikemukakan oleh Nurhasan (2000:2) sebagai berikut: “Dalam proses pengukuran

membutuhkan alat ukur, dengan alat ini kita akan mendapat data yang merupakan

hasil pengukuran”. Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan angket untuk mengukur Minat Berolahraga Rekreasi, dan tes lari 2,4 KM untuk mengukur Tingkat Kebugaran Jasmani Remaja.

X Y

(6)

1. Instrumen untuk Mengukur Minat Berolahraga Rekreasi

Alat untuk mengukur minat berolahraga rekreasi remaja di desa Serang adalah dengan menggunakan tes angket atau kuesioner. Mengenai angket atau kuesioner ini Arikunto (1997:128) menjelaskan sebagai berikut: “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia

ketahui”.

Angket dalam penelitian ini terdiri dari komponen atau variabel yang dijabarkan melalui komponen, sub komponen, indikator-indikator dan pernyataan. Pembuatan angket ini, penulis mengacu kepada pendapat Karthwohl (1975:251) yang menjelaskan tentang komponen-komponen tentang minat. Indikator-indikator yang telah dirumuskan ke dalam bentuk kisi-kisi mengenai komponen-komponen yang membentuk minat yaitu Penerimaan (receiving) yang terdiri dari kesadaran (a wa renes), kehendak untuk menerima (wish to receive), pengendalian atau pemilihan perhatian (controlled or selective attention); Penanggapan (responding) yang terdiri dari menerima tanggapan (acquisme in responding), kehendak untuk menerima (willingnes to response), kepuasan dan menanggapi (satifaction in response); Penilaian yang terdiri dari menerima nilai (acceptence of a value), menyadari suatu nilai (preference for a value).

(7)

itu merupakan gambaran tentang hubungan minat berolahraga rekreasi dengan tingkat kebugaran jasmani remaja desa Serang.

Alasan penulis menggunakan angket sebagai alat untuk mengumpulkan data adalah sebagai benkut:

a. Angket dapat dipergunakan untuk memperoleh data dari responden yang dijadikan sampel.

b. Pengumpulan data relatif lebih efisien, baik ditinjau dari segi waktu, biaya maupun tenaga.

c. Informasi atau data terkumpul lebih mudah.

d. Responden dapat menjawab lebih leluasa dalam pengisian angket karena tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang mengikat.

Jenis angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yakni angket tersebut telah tersusun atas pernyataan yang tegas, teratur, kongkrit, lengkap dan responden menjawab hanya sesuai dengan alternatif jawaban yang telah tersedia.

Penulis berkonsultasi dengan ahli psikologi untuk angket minat ini, untuk membahas apaakah materi atau isi angket yang dibuat ini sudah mencakup tentang isi keseluruhan komponen minat, serta apakah kata-kata yangdibuat berupa pernyataan angket ini mudah dipahami oleh responden. Setelah berkonsultasi akhirnya angket minat ini sudah disetujui oleh ahli psikologi.

(8)

Sletto pada tahun 1936. Skala Sikap Likert ini terdiri dari satu set pertanyaan atau pernyataan, individu yang akan diukur sikapnya diharapkan memberi suatu respon terhadap setiap pertanyaan dengan menjawab salah satu dari lima alternatif jawaban. Sebagian dari pernyataan itu ada yang menyenangkan (positif) responden tentang objek minat dan sebagian lagi bersifat tidak menyenangkan (negatif). Kemungkinan jawaban berupa Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap jawaban memiliki nilai yang berbeda sesuai dengan arah pertanyaan, lengkapnya setiap kemungkinan jawaban ini dapat dilihat pada table 3.1.

Tabel 3.1

Ketentuan Pemberian Skor pada Angket Minat Berolahraga Rekreasi Melalui Model Skala Sikap Likert

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5

(9)

Selanjutnya penulis melakukan langkah-langkah penyusunan angket yaitu dengan melakukan spesifikasi data. Maksudnya untuk menjabarkan ruang lingkup masalah yang akan diukur. Untuk lebih jelas dan memudahkan penyusunan spesifikasi data tersebut, maka penulis tuangkan dalam bentuk kisi-kisi yang tampak dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Minat Berolahraga Rekreasi Remaja Desa Serang

Variabel Sub Variabel Indikator No Soal

(+) ( - ) Minat 1. Penerimaan

(receiving)

a. Kesadaran (awarenes) b. Kehendak untuk menerima

(wish to receive) c. Pengendalian atau

pemilihan perhatian (controlled or selective attention)

6,15

11,20

1,9

10,21

2,13

30,16 2. Penanggapan

(responding)

a. Menerima tanggapan (acquisme in responding) b. Kehendak untuk menerima

(willingnes to response) c. Kepuasan dan menanggapi

(satifaction in response)

12,4

29,17

3,23

27,22

24,32

14,5 3. Penilaian a. Menerima nilai (acceptence

(10)

b. Menyadari suatu nilai

(preference for a value) 7,25 19,28

Dari komponen-komponen tersebut, selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pemyataan atau soal dalam angket. Butir-butir pernyataan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pemyataan-pemyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia.

Dalam perumusan pernyataan penulis senantiasa berpedoman kepada sifat pernyataan yang sederhana yaitu penyusunan dalam perumusan suatu pernyataan makin jelas dan tegas sifatnya, oleh karena itu hendaknya diusahakan agar pernyataan tidak berbelit-belit. Mengenai pembuatan pernyataan angket Surakhmad (1990:184-185) menjelaskan sebagai berikut:

a. Rumusan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya. b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memang dapat dijawab oleh responden, pertanyaan mana yang tidak menimbulkan agresif.

c. Sifatpertanyaan hams netral dan objektif.

d. Mengajukan pertanyaan yang jawabannya tidak diperoleh dari sumber lain.

e. Keseluruhan pertanyaan dalam angket harus sanggup menyimpulkan kebulatan untuk masalah yang dihadapi

(11)

2. Instrumen untuk Mengukur Tingkat Kebugaran Jasmani

Alat untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tes kebugaran jasmani yang berhubungan dengan daya tahan umum (Tes Cardiovascular). Adapun alasan yang mendukung mengapa penulis hanya mengukur daya tahan umum, karena penulis berpegang kepada pendapat Giniwijoyo (1992:5 1) yaitu “...setiap orang yang tidak teratur berolahraga akan memiliki kapasitas aerobik yang rendah.” Tes kebugaran jasmani ini sudah menjadi baku yang telah ditetapkan.

Penulis berpegang pada pendapat Giriwijoyo (1992:59-60) yaitu:

Sasaran utama olahraga kesehatan yaitu memelihara dan/atau meningkatkan kapasitas aerobik. Setiap orang yang tidak teratur berolahraga akan memiliki kapasitas aerobik yang rendah. Nilai kapasitas aerobik mencerminkan derajat sehat seseorang. Karena itu tujuan yang ingin dicapai dalam pembinaan olahraga kesehatan pada dasarnya ialah kapasitas aerobik yang menunjukkan derajat kebugaran seseorang.

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dari variabel tingkat kebugaran jasmani adalah tes kebugaran jasmani untuk kesehatan. Tes tersebut sudah menjadi tes baku sebagai alat parameter untuk mengukur kesehatan seseorang.

Adapun prosedur pelaksanaan penelitian ini dikemukakan sebagai berikut : a) Lari 2,4 km

(12)

Lintasan lari yang datar, stopwatch, bendera start, pluit, nomor dada, formulir dan alat tulis, pengetes (tester), pengawas, pengambil waktu, pembantu, pencatat.

c) Ketentuan Umum

(1) Seluruh tes dilakukan dalam satu hari, dengan urutan sebagaimana yang dikemukakan pada petunjuk pelaksanaan.

(2) Orang yang akan melakukan tes harus dalam keadaan sehat, siap dalam melakukan tes.

(3) Pengetes (tester) harus paham betul mengenai pelaksanaan tes. (4) Pada waktu melakukan tes harus memakai pakaian olahraga.

(5) Sebelum melakukan tes naracoba harus paham betul tentang tes yang akan dilakukan.

d) Petunjuk Pelaksanaan

(1) Tujuan. Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran darah dan pernapasan.

(2) Alat dan perlengkapan. Stopwatch, lintasan datar, bendera start, pluit, nomor dada, fonnulir dan alat tulis.

(3) Pengetes (tester). Starter satu orang, pengambilan waktu selama 12 memt, pengawasan menurut keperluan, pencatat menurut keperluan, pembantu.

(4) Pelaksanaan tes.

(13)

(c) Pada saat aba-aba “siap” diberikan, dan pada aba-aba “ya” naracoba segera berlari sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan yaitu melakukan lan sejauh 2,4 Km. Alun-alun Cimalaka merupakan sarana dimana para remaja Cimalaka melakukan berbagai macam kegiatan olahraga. Penulis melakukan tes menggunakan lintasan lari yang mengelilingi alun-alun yang berukuran 400m. Maka, naracoba melakukan tes sebanyak 6 kali keliling lintasan alun-alun.

(5) Pencatat hasil

Hasil yang telah dicatat adalah waktu yang dicapai oleh teste sejauh 2,4 Km.

Sedangkan untuk menentukan kategori sampel baik tidaknya, tertera pada tabel tentang kategori kebugaran jasmani dengan tes menempuh jarak 2,4 Km menurut Nurhasan dalam Lutan dkk (1992:228) sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kategori Kebugaran Jasmani dengan Jarak Tempuh 2,4 Km

Umur Kategori

Kebugaran

Hasil menempuh waktu dalam jarak 2,4 km

(14)

40 sampai

Untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan yang telah dibuat dari kisi-kisi angket telah memadai atau tidak terhadap aspek-aspek yang akan diteliti, terlebih dahulu penulis melakukan uji coba instrumen tersebut. Untuk hal tersebut Surakhmad (1990:181), menyatakan bahwa

Setelah angket selesai disusun kini kita mengadakan percobaan (try out).

Dalam fase ini kita dapat meminta pertimbangan para ahli, atau menyampaikan bentuk yang selesai pada beberapa orang yang dapat digolongkan dalam kategori responden, untuk di isi dan segera diperbincangkan dengan mereka mengenal kelemahan-kelemahan pertanyaan, misalnya mengenai kemungkinan adanya yang mengandung lebih dari satu pengertian, perumusan yang kurang jelas, petunjuk yang membingungkan, pertanyaan yang kurang disenangi, yang dijawab sepintas, serta penerimaan umum dan pihak responden.

(15)

membahas mengenai minat sehingga penulis mengkonsultasikan dengan ahli psikologi, untuk mengetahui apakah angket tersebut sudah sesuai dengan isi mengenai komponen minat. Setelah angket tersebut dikonsultasikan, selanjutnya penulis memberikan angket tersebut kepada beberapa orang untuk mengetahui apakah pernyataan yang tertera dalam angket ini sulit atau mudah dipahami. Selanjutnya penulis melakukan konsultasi dengan ahli mengenai hasil dari bewberapa orang tadi.

Setelah hal tersebut di atas dilakukan, selanjutnya penulis melakukan uji coba angket untuk mengetahui apakah angket yang penulis susun memiliki tingkat validitas dan reliabilitas. Dengan demikian akan diperoleh sebuah instrument yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

(16)

butir-butir tes telah disusun sesuai dengan blue-print (kisi-kisi) yang sudah dirancang sebelumnya. Blue print menjadi acuan dalam menuangkan domain atau ranah dan indikator yang akan diukur dalam tes. Sedangkan Validitas konstruk adalah validitas yang menyangkut bangunan teoretik variabel yang akan diukur. Sebuah tes dikatakan mempunyai validitas konstruk apabila butir-butir soal yang disusun dalam tes mengukur setiap aspek berpikir dari sebuah variabel yang akan diukur melalui tes tersebut. Seperti halnya validitas isi, untuk mempertinggi validitas konstruk dapat dilakukan dengan cara memerinci dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek. Sedangkan objektivitas merupakan sebuah alat ukur yang menyatakan derajat untuk pemberi skor kompeten yang sama mendapatkan hasil yang sama. Sebagian besar tes bakat dan tes prestasi standar mempunyai objektivitas yang tinggi. Butir-butir skor tes objektif seperti pilihan ganda dan skor yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh keputusan dan pendapat pemberi skor.

Setelah beberapa langkah yang telah dikemukakan di atas dapat dilakukan, selanjutnya penulis melakukan uji coba angket minat ini. Uji coba angket ini dilakukan di Lapangan Gasibu pada tanggal 20 Maret 2011. Angket tersebut diberikan kepada 20 orang remaja yang melakukan olahraga rekreasi.

F. Uji Validitas Instrumen

(17)

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dan variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dan gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam mencari validitas adalah sebagai berikut:

1. Memberikan skor pada masing-masing pernyataan.

2. Menjumlahkan skor pada seluruh jumlah butir pernyataan.

3. Merangking skor responden dari skor yang tertinggi sampai yang terendah. 4. Menetapkan 50% responden kelompok atas (kelompok yang memperoleh skor

tinggi).

5. Menetapkan 50% responden kelompok bawah (kelompok yang memperoleh skor rendah).

6. Mencari skor rata-rata dari setiap butir penyataan, baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X =

n X 

Keterangan: X = Nilai rata-rata untuk kelompok atas dan kelompok bawah Σ X = Jumlah skor

n = Jumlah sampel

(18)

S =

Keterangan: S = Simpangan baku

X = Skor rata-rata n = Jumlah sampel

8. Mencari simpangan baku gabungan untuk setiap butir pernyataan antara kelompok atas dan kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Sgab = Simpangan baku gabungan

n1 = Banyaknya responden kelompok atas

n2 = Banyaknya responden kelompok bawah

S1 = Simpangan baku kelompok atas

S2 = Simpangan baku kelompok bawah

(19)

Sgab = Simpangan baku gabungan

n1 = Banyaknya responden kelompok atas

n2 = Banyaknya responden kelompok bawah

Setelah nilai t-hitung diketahui, maka selanjutnya membandingkan nilai t-hitung yang telah dicari dengan t-table dalam taraf signifikansi 0,05 dengan derajat kesahihan = n1+n2-2, yaitu 10+10-2 = 18, maka nilai t-tabel dengan t1-1

menunjukan angka 1,73.

Sebuah butir tes dikatakan valid apabila setelah dilakukan pendekatan signifikansi yaitu jika t-hitung lebih besar dari atau sama dengan t-tabel, maka butir pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai tes dalam pengumpulan data. Tetapi jika sebaliknya t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka butir pernyataan tersebut tidak dapat digunakan kembali dalam pengambilan data karena tidak signifikansi pada tingkat kepercayaan tertentu.

Jumlah butir tes yang penulis siapkan dalam uji coba ini adalah sebanyak 32 pernyataan. Berdasarkan hasil penghitungan, maka diperoleh butir tes yang valid sebagai berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen

No t-hitung t-tabel Keterangan

1 3,13 1,73 Valid

2 4,01 1,73 Valid

3 3,70 1,73 Valid

4 5,21 1,73 Valid

5 2,32 1,73 Valid

6 2,44 1,73 Valid

7 2,53 1,73 Valid

8 2,37 1,73 Valid

(20)

10 2,63 1,73 Valid

11 3,65 1,73 Valid

12 2,44 1,73 Valid

13 3 1,73 Valid

14 3,23 1,73 Valid

15 2,19 1,73 Valid

16 3,22 1,73 Valid

17 2,74 1,73 Valid

18 2,35 1,73 Valid

19 2,68 1,73 Valid

20 3,33 1,73 Valid

21 2,88 1,73 Valid

22 2,19 1,73 Valid

23 4,07 1,73 Valid

24 2,41 1,73 Valid

25 3,27 1,73 Valid

26 2,53 1,73 Valid

27 2,90 1,73 Valid

28 3,29 1,73 Valid

29 2,92 1,73 Valid

30 2,44 1,73 Valid

31 3,14 1,73 Valid

32 2,72 1,73 Valid

Berdasarkan hasil penghitungan analisis validitas instrumen dari setiap butir pernyataan yang berjumlah 32 butir soal, hasilnya adalah seluruh butir soal valid semua yang artinya butir pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data pada tes minat berolahraga rekreasi yang akan dilakukan pada remaja Desa Serang yang hendak penulis teliti kepada sampel yang sebenarnya.

Setelah menghitung validitas dari setiap butir pernyataan, maka selanjutnya menentukan reliabilitas, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membagi soal yang valid menjadi dua bagian yaitu soal yang bernomor ganjil

(21)

2. Skor dari butir-butir soal yang bernomor ganjil dikelompokan menjadi variable X dan skor dari butir-butir soal genap dijadikan variable Y.

3. Mengkorelasikan antara skor butir-butir soal yang bernomor ganjil dengan butir-butir soal yang bernomor genap, dengan menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment.

rxy =

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

(22)

15 62 62 3844 3844 3844

4. Mencari reliabilitas koefisien seluruh perangkat item tes dengan menggunakan rumus Spearman Brown.

Keterangan: rii = Reliabilitas instrumen

(23)

=

94 , 0 1

) 94 , 0 ( 2

= 94 , 1

88 , 1

= 0,97

Dari hasil penghitungan diperoleh r-hitung = 0,97 sedangkan r-tabel Product Moment diketahui bahwa dengan dk = n – 2 yaitu 18 dan harga r 0,95 = 0,468. Dengan demikian maka r-hitung lebih besar dari r-tabel, hal ini menunjukan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel.

G. Prosedur Pengolahan Data

Setelah uji coba angket dilakukan, maka selanjutnya dilakukan pengujian validitas yaitu untuk mengetahui berapa banyak butir soal yang valid dan yang tidak validnya. Selanjutnya penulis melakukan uji reliabilitas terhadap butir soal yang valid yaitu untuk mengetahui angket tersebut reliabel atau tidak. Setelah diketahui angket tersebut sudah valid dan reliabel maka langkah berikutnya adalah melakukan pengolahan data. Dalam pengolahan data ini penulis menggunakan rumus-rumus statistik dari Nurhasan (2002), dengan menggunakan program Microsoft Excel.

(24)

1. Untuk tes lari 2,4 Km:

Setelah data tes lari 2,4 Km dari para sampel terkumpul, selanjutnya diperiksa untuk memastikan hasil tes larinya benar.

2. Untuk angket:

a. Setelah angket terkumpul dari para sampel sebagai sumber data, maka harus diseksi untuk memeriksa keabsahan pengisian angket. Karena mungkin saja terdapat sebagian butir pernyataan dalam angket, terdapat jawaban yang tidak diisi oleh responden.

b. Memberikan nilai pada tiap-tiap butir pernyataan dalam angket dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Untuk pernyataan positif: SS = 5, S = 4, R = 3, TS= 2, STS = 1 2) Untuk pernyataan negatif: SS = 1, S =2, R = 3, TS = 4, STS = 5 c. Mengelompokkan setiap butir pernyataan.

d. Menjumlahkan nilai seluruh pernyataan untuk tiap butir pernyataan. e. Menganalisa data, yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang dapat

dipercaya.

Setelah data dari kedua tes tersebut diperoleh, maka langkah selanjutnya dilakukan pengolahan data. Langkah awal yaitu melakukan penghitungan T-Skor yaitu untuk menyetarakan data, hal ini dikarenakan salah satu data tersebut dihasilkan dari waktu yaitu tes lari 2,4 Km. adapun rumus untuk mencari T-Skor (Nurhasan, 2002:45) adalah sebagai berikut:

T-skor = 50+10

  

 

S X X

atau T-skor = 50+10

  

 

S X X

(25)

Keterangan: T-skor = Skor standar yang dicari X = Skor yang diperoleh seseorang X = Nilai rata-rata

S = Simpangan baku

Sesuai dengan rumusan masalah, hipotesis dan jumlah variabel yang akan diteliti, maka teknik pengolahan data yang akan digunakan adalah teknik korelasi dengan skor berpasangan. Sesuai pendapat Nurhasan (2000:50) bahwa

“Korelasi adalah hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang

lainnya”.

Teknik korelasi yang digunakan adalah koefisien korelasi tunggal dengan teknik skor berpasangan yang mengacu pada Nurhasan (2002:52-53), adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Membuat matrik sebagai sarana untuk mencari nilai-nilai dari setiap unsur yang terdapat dalam rumus koefisien korelasi.

2. Mencari/menghitung nilai rata-rata dari variabel (x) dan variabel (y).

3. Menghitung nilai X1, dengan cara skor dari setiap siswa dikurangi dengan

nilai rata-rata dari variabel (X).

4. Menghitung nilai Y1, dengan cara skor dari setiap siswa dikurangi dengan

nilai rata-rata dari variabel (Y).

5. Mencari nilai X12, dengan cara mengkuadratkan nilai yang terdapat pada

kolom X1 dari setiap individu.

6. Mencari nilai Y12, dengan cara mengkuadratkan nilai yang terdapat pada

(26)

7. Mencari nilai X1Y1, dengan cara mengkalikan angka-angka yang terdapat

pada kolom X1 dengan angka-angka yang terdapat pada kolom Y1.

8. Menjumlahkan nilai-nilai X1, Y1 dan X1Y1.

9. Mensubstitusikan nilai-nilai tersebut, kedalam rumus koefisien korelasi sebagai berikut:

rxy =

) )(

( 12

2 1

1 1

Y X

Y X

 

Setelah teknik koefisien korelasi dilakukan selanjutnya peneliti melakukan uji kebermaknaan (signifikansi) koefisien korelasi. Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji signifikansi dari koefisien korelasi (dalam penelitian ini yaitu korelasi tunggal) Nurhasan (2002:163) adalah sebagai berikut:

1. Tulis Ho dan H1 dalam bentuk kalimat.

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y

2. Tulis Ho dan H1 dalam bentuk statistik.

Ho : r = 0 H1: r ≠ 0

3. Cari thitung dengan rumus

thitung = r 2

1 2

r n



4. Menetapkan taraf signifikansi, yaitu = 0,05.

5. Tentukan kriteria pengujian signifikansi korelasi, yaitu:

(27)

6. Tentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus dk = n-2. 7. Bandingkan thitung dengan ttabel.

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian Minat Berolahraga Rekreasi dengan
tabel tentang kategori kebugaran jasmani dengan tes menempuh jarak 2,4 Km
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen
Table 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hal ini diatur dalam PSAK 53 (Revisi 2010) pembayaran berbasis saham. Daam pembayaran berbasis saaham, entitas mengaakui barang atau jasa diterima pada nilai wajar barang atau

Tujuan utama dari pembentukan Paguyuban Madiun Kampung Pesilat ialah untuk mengelola konflik yang terjadi antara perguruan Persaudaraan Setia Hati Terate dan Persaudaraan Setia Hati

Halaman utama aplikasi yang akan menampilkan berita terkini dalam bentuk slide, list nama user yang paling banyak membuat thread dan paling banyak membuat komentar, list thread

Dari hasi uji hipotesis III menggunakan Independent Samples T-Test menggunakan nilai post latihan single leg speed hop dan post latihan knee tuck jump yang dikarenakan

[r]

Jika kawalan kejuruteraan tidak mengekalkan kepekatan didalam bawaan udara pada tahap yang sesuai bagi melindungi kesihatan pekerja, alat pernafasan yang diluluskan

Dalam melakukan terapi dan pemilihan obat untuk pasien di rumah sakit sangat jarang terjadi konsultasi dan diskusi antara dokter dan apoteker untuk memberikan

Pada hari ini Selasa tanggal Sebelas bulan September tahun Dua Ribu Dua Belas (11-09-2012) , kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pemilihan Penyedia