SKRIPSI
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM AL-
QUR’AN
(untuk anak usia 0-12 tahun)
Disusun Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
OLEH :
NURUNIYAH
111 08 032
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax. (0298) 323433 Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiga.ac.id. E-mail administrasi@stainsalatiga.ac.id
Oktober 2013
NOTA PEMBIMBING
Lamp. :
Hal : Naskah Skripsi
Saudari Nuruniyah
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
ASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Nuruniyah
NIM : 111 08 032
Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam
Judul : PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM AL-QUR‟AN (untuk anak
usia 0-12 tahun)
Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
WASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB.
Pembimbing
Siti Rukhayati, M. Ag
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax. (0298) 323433 Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiga.ac.id. E-mail administrasi@stainsalatiga.ac.id
SKRIPSI
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM AL-
QUR’AN
(untuk anak usia 0-12 tahun)
DISUSUN OLEH:NURUNIYAH NIM: 11108032
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam (PAI), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 04 Maret 2013 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna
memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji:
Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd
Sekretaris Penguji : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd
Penguji I : Drs. Juz‟an, M. Hum
Penguji II : Beny Ridwan, M.Hum
Penguji III : Siti Rukhayati, M.Ag
Salatiga, 04 Maret 2014
Dr. Imam Sutomo , M.Ag
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : NURUNIYAH
NIM : 11108032
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 3 Februari 2014
Yang menyatakan,
Motto
Kegagalan adalah awal dari keberhasilan
Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya
Tiga hal dalam hidup yang tidak akan pernah kembali yaitu waktu,
perkataan dan kesempatan
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1.
Kedua orang tuaku Bapak Romli & Ibu Umzah tersayang yang
telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran.
2.
Dosen pembimbing ibu Siti Rukhayati, M. Ag yang dengan
sabar membimbingku dalam menyelesaikan skripsi ini.
3.
Keluarga besarku yang selalu memberikan motivasi dan
dukunganya buat saya.
4.
Kedua keponakan kecilku Jihan Ananda Mayasari & Alifia
Rahmadani, yang telah memberi suport kepada tante.
5.
Sahabat
–
Sahabatku yang
selalu memberikan do‟a dan memberi
semangat untuk aku.
6.
Keluarga Besar
“PAI A „08” yang bikin kangen dan Selalu
memberikan motivasi kepada teman-teman seperjuangan yang
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua. Solawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya.
Alhamdulillahirobbil‟alamin, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, melalui bantuan, dorongan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait.
Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih setulus-tulusnya atas terselesaikannya skripsi ini kepada :
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga.
3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan penuh kesungguhan dan kesabaran. 5. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Semoga semua yang telah mereka berikan, dicatat sebagai amal soleh di sisi Allah SWT, dan mendapatkan balasan yang terbaik.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segala kemampuan yang ada, namun demikian penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca, agama, nusa, dan bangsa. Amin
Salatiga, 13 Februari 2014
Penulis
Nuruniyah
ABSTRAK
Nuruniyah. 2013. Pendidikan Akhlak Anak Dalam Al-Qur’an (untuk anak usia 0 -12 tahun). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Siti Rukhayati. M.Ag.
Kata kunci: Pendidikan, Akhlak, Anak, Al-Qur‟an
Pendidikan akhlak anak pada usia 0-12 tahun sangat lah penting karena anak yang baru lahir di ibaratkan seperti kertas putih yang belum terdapat coretan-coretan. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis menguraikan tentang 1. Bagaimana urgensi Pendidikan akhlak bagi anak?, 2. Bagaiman konsep Al-Qur‟an mengenai anak?, 3. Bagaimana pendidikan akhlak anak berdasarkan Al-Qur‟an?.
Metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan murni sehingga dibutuhkan data-data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang ada, baik diambil dari kitab al-qur‟an, Hadis, tafsir dan buku-buku lain yang menunjang kemudian menelaahnya.
Hasil penelitian menunjukkan 1. Tabi‟at, perangai harus dibina untuk memilih keutamaan, kebenaran, keburukan dan cinta kebaikan. Dan akan muncul perbuatan yang baik dengan mudah, apabila tabi‟at, perangai tidak dibina maka akan muncul keburukan-keburukan yang tidak diinginkan. 2. Al-qur‟an banyak menjelaskan mengenai anak maupun tata kehidupan keluarga, misalnya: dalam hal etika rumah tangga, hak dan kewajiban keluarga, hukum waris, masalah pernikahan dan segala hukum yang terkait. 3. Pendidikan akhlak anak dalam Al-Qur‟an harus berdasarkan kaidah-kaidah dasar pendidikan anak, yang meliputi sifat-sifat asasi pendidik, kaidah-kaidah pokok dalam pendidikan anak.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LOGO ii
NOTA PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v
MOTTO vi
PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
ABSTRAK ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A.Latar Belakang Masalah 1
B.Rumusan Masalah 5
C.Tujuan Penulisan 5
D.Penegasan Istilah 5
E. Metode Penelitian 8
F. Sistematika Penulisan Skripsi 9
BAB II TELAAH PENDIDIKAN AKHLAK (KAJIAN TEORI) 11
A.Pendidikan Akhlak 11
1. Pengertian 11
2. Dasar dan Tujuan 13
B. Pendekatan Dalam Mendidik 18
BAB III TELAAH MENGENAI ANAK 23
A. Pandangan Al-Qur‟an 23
1. Kedudukan Anak Menurut Al-Qur‟an 23
2. Nas Al-Qur‟an yang berhubungan dengan Anak 25
B. Masalah Hak-Hak Anak 27
C. Sifat Keagamaan Pada Anak 34
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
DALAM AL-QUR‟AN 37
A.Kaidah-Kaidah Dasar Pendidikan Anak 37
B.Analisis Metode Pendidikan Akhlak Anak 54
C.Materi Pendidikan Akhlak 59
BAB V PENUTUP 63
A. Kesimpulan 63
B. Saran 64
C. Penutup 64
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Laporan SKK
3. Nota Dosen Pembimbing Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan salah satu hal yang utama dalam pembentukan
peradaban umat manusia. Pendidikan seperti semacam pelita yang menerangi
kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia mampu mengerti dan
memahami akan kesejatian dirinya sebagai makhluk bumi yang memiliki
eksistensi.
Pendidikan yang dimiliki seseorang akan menentukan arah hidup dan
cara pandang mengenai kehidupan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, akan
lebih mudah untuk memahami tentang kehidupan yang nyata, sehingga
manusia akan menjalani kehidupan dengan baik. Sementara orang-orang yang
memiliki tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk memahami tentang
kehidupan yang sesungguhnya, dan akan menyulitkan mereka menentukan
arah masa depan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah kebutuhan
dasar yang menjadi hak asasi manusia.
Akhlak merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengoptimalkan
sumber data potensi untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia baik didunia
maupun diakhirat. Oleh karena itu, bagaimana manusia dalam menggunakan
sumber daya potensi yang tersedia untuk meningkatkan kehidupan lebih baik.
Karenanya diperlukan alat yang digunakan untuk menganalisis sekaligus
membuktikan konsep Al-quran dan Hadits yang secara langsung maupun tidak
sangat berkait dengan kebiasaan, maka pihak orang tua harus ber-akhlakhul karimah sebagai teladan bagi anak. Menurut Al-Ghozali, apabila anak-anak dididik dan dibiasakan pada kebaikan maka, anak-anak akan tumbuh pada
kebaikan itu dan apabila dibiasakan untuk berbuat keburukan maka ia pun akan
tumbuh sebagaimana yang diberikan dan dibiasakan kepadanya dan
memelihara anak yang baik adalah dengan mendidik dan mengajarkan akhlak
yang mulia kepadanya (Musthofa, 2007:90).
Rasulullah diutus sebagai pembawa risalah terakhir tiada lain untuk
menyempurnakan akhlak, baik akhlak terhadap Al Khaliq (Allah) maupun
terhadap makhluk-Nya (alam semesta). (Halim, 2000:9)
Puncak tertinggi martabat manusia selain pada ketakwaannya adalah
pada kemuliaan akhlaknya. Allah Ta‟ala menjadikan akhlak yang baik sebagai
sarana untuk mendapatkan surga tertinggi. Sebagaimana Allah telah berfirman
dalam Surat Ali Imran:133-134 sebagai berikut:
“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Depag, 1987:98)
Untuk mencapai itu semua diperlukan tarbiyyah untuk setiap generasi
(pendidikan dan pembinaan) untuk menyelamatkan generasi manusia dari
kehancuran moral. Dalam firman Allah surat at tahrim ayat:6
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At Tamriin:6)
Pembinaan dan pendidikan yang berhasil haruslah dimulai dari
pendidikan sejak dini. Islam mengenal konsep fitrah manusia. Bahwa manusia
yang lahir itu suci. Bayi lahir ibarat kertas putih, sehingga hitam dan merahnya
kertas itu tergantung warna apa yang akan diberikan kepadanya. Oleh karena
itu pembinaan, pendidikan dan pengarahan akhlak haruslah dimulai sejak usia
sedini mungkin (masa kanak-kanak).
Mengenai masalah akhlak, menurut Habib Thoha dalam bukunya IAIN
Walisongo (1999:109) kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari
khuluqun yang menurut bahasa adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Jadi jika tabiat tersebut dibina untuk memilih keutamaan, kebenaran,
cinta kebaikan dan keindahan serta benci keburukan, maka akan muncul
perbuatan baik dengan mudah. Sebaliknya jika tabi‟at itu disia-siakan tidak
dibina dengan pembinaan (tarbiyyah) yang proporsional, bibit-bibit kebaikan di
dalamnya tidak dikembangkan, melainkan dibina dengan pembinaan yang
menjadi hal yang dibencinya. Dengan demikian perkataan maupun perbuatan
buruk yang muncul dari padanya sangat mudah.
Mengenai permasalahan anak, dalam Al-Qur‟an banyak ayat yang dalam
konteksnya membicarakan masalah anak. diantaranya digambarkan bahwa
anak di satu sisi adalah sebagai amanah yang harus dididik sebagai perhiasan
dunia yang terdapat dalam surat Al Kahfi ayat 46, sementara disisi yang lain
anak dapat juga menjadi musuh dan fitnah atau cobaan yang terdapat dalam
surat Al Anfal ayat 28 dan surat At Taghabun ayat 14-15.
Berdasarkan dari permasalahan di atas, maka peneliti bermaksud untuk
mengangkat tulisan ini dengan judul “PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
DALAM AL-QUR‟AN.” Agar sasarannya jelas, penulis membatasi untuk anak
usia 0-12 tahun.
B.RUMUSAN MASALAH
Sehubungan dengan judul dan uraian dalam latar belakang permasalahan
di atas, maka ada beberapa rumusan permasalahan, antara lain:
1. Bagaimana urgensi Pendidikan Akhlak bagi Anak?
2. Bagaimana Konsep Al-Qur‟an mengenai Anak?
3. Bagaimana Pendidikan Akhlak Anak dalam Al-Qur‟an?
Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penulisan skripsi
ini adalah:
1. Mengungkapkan urgensi mengenai Pendidikan Akhlak bagi Anak
2. Mengkaji dan mengungkapkan Konsep Al-Qur‟an mengenai Anak
3. Mendiskripsikan Pendidikan Akhlak Anak berdasarkan Al-Qur‟an
D.PENEGASAN ISTILAH
Agar di dalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda-beda
dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah di dalam
judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar maupun tidak sadar yang dapat
diperoleh dalam lembaga formal maupun non formal di mana di dalamnya
merupakan proses pengembangan diri. Pengembangan diri di sini bisa
diartikan proses menjadi lebih baik pada jasmani maupun rohani. Dan dapat
diartikan juga sebagai upaya untuk merubah sikap dan perilaku seseorang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan yang berlangsung di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
2. Akhlak
Akhlak mempunyai beberapa pengertian yang diantaranya sebagai
berikut:
Menurut Habib Thoha dalam bukunya IAIN Walisongo (1999:109)
Sedangkan menurut Al Ghozali:
ج حريغ نمرسي
سب عفأ ر صت س ر يسف ل يف ي نع ر ع قل ل ف
ي ر ر ف يلأ
Artinya : Akhlak, perangai adalah sifat yang tertanam dalam jiwa menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”
Arti diatas (tabi‟at, perangai) selanjutnya sering disepadankan dengan
kata etika, moral, kesusilaan, tata krama atau sopan santun. Abdul Halim
memberikan penjelasan bahwa akhlak bukan saja merupakan tata aturan
atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia,
melainkan juga tata aturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan
Tuhan dan bahkan terhadap alam semesta. (Halim, 2000:8)
3. Anak
Anak adalah subyek yang belum dewasa, yakni masih memerlukan
pertolongan dari orang yang sudah dewasa, agar ia dapat tumbuh dan
berkembang menuju proses kedewasaan. (Winkel, 1985:149).
Anak dapat dikatakan sebagai WALADUN yang artinya anak kecil
umurnya dibawah 12 tahun dan bersifat umum, anak siapa saja termasuk
waladun. Ibnun pun bagian dari waladun, jadi waladun mencakup ibnun dan
yang lainnya. Sedangkan IBNUN dapat diartikan sebagai anak kandung.
(hmalatiefbukhori.blogspot.com)
Sedangkan DZURRIYAH berasal dari kata kerja dzara yang artinya
mencipta dan berarti juga membanyakkan, atau bisa diambil dari kata
arti anak-anak dan keturunannya hingga hari kiamat tidak terbatas hanya
pada anak langsung. (banihasyim.wordpress.com)
SHOBIY adalah bayi yang membutuhkan ASi, terkadang umum
mencakup bayi dan juga anak-anak yang belum baligh.
(assaabiquunalawwalun.blogspot.com)
Ayat Al-Qur‟an tentang Baniy adalah surat Al-Luqman ayat 16 :
Artinya : (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui (Q.S Al-Luqman : 16)
Ayat Al-Qur‟an tentang Dzurriyah adalah Surat An-Nisaa Ayat 09 :
Artinya: dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar (Q.S An-Nisaa : 09)
……
Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf…… ( Q.S Al-Baqoroh : 233)
4. Al-Qur‟an
Definisi Al-qur‟an menurut Abu Bakar Al Jazairi:
“Al-Qur‟an adalah firman Allah yang diturunkan kepada manusia
terbaik, nabi terbaik, rasul mulia, Muhammad SAW. Al-Qur‟an adalah kitab
yang mengandung undang-undang rabbani terbesar.”
Al-Qur‟an adalah kitab satu-satunya yang dijamin bersih oleh Allah
dari kekurangan, penambahan, pergantian dan perubahan serta menjamin
abadi hingga dia mengangkatnya pada akhir usia kehidupan ini.
E.METODE PENULISAN SKRIPSI
Skripsi ini adalah penelitian kepustakaan murni sehingga dibutuhkan
data-data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang ada, baik diambil
dari kitab Al-Qur‟an, Hadits, Tafsir dan buku-buku lain yang menunjang
kemudian menelaahnya.
Adapun penelaahan dan pembahasan menggunakan metode sebagai
1. Metode pengumpulan data
a. Sumber data primer
Sumber data yang berkaitan langsung dengan obyek riset. Sumber
utama diambil dari Al-Qur‟an
b. Sumber data sekunder
Sumber penunjang yang dipergunakan untuk alat bantu analisa
terhadap masalah yang muncul baik dari hadits maupun buku keislaman
lainnya.
2. Metode diskriptif analitik
Yaitu metode yag berupa usaha pengumpulan data, menyusun data
kemudian adanya analisis dan interpretasi data tersebut. (Surachmat,
1990:139)
F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Penulisan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang, Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Penegasan Istilah, Metode Penulisan,
Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II : TELAAH PENDIDIKAN AKHLAK (KAJIAN TEORI)
Pada bab ini berisi tentang: (A) Pendidikan Akhlak, yang berisi:
(1) Pengertian, (2) Dasar dan Tujuan, (3) Materi Pendidikan
Akhlak, (B) Pendekatan dalam Mendidik, (C) Proses
BAB III : TELAAH MENGENAI ANAK
Pada bab ini berisi tentang: (a) Pandangan Al-Qur‟an: Kedudukan
Anak menurut Al-Qur‟an, Nas Al-Qur‟an yang Berhubungan
dengan Anak (b) Masalah Hak-Hak Anak (c) Sifat Keagamaan
Pada Anak
BAB IV : ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM
AL-QUR‟AN
Pada bab ini berisi tentang: (a) Kaidah-Kaidah Dasar Pendidikan
Anak (b) Analisis Metode Pendidikan Akhlak Anak (c) Materi
Pendidikan Akhlak
BAB V : PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
BAB II
TELAAH PENDIDIKAN AKHLAK (KAJIAN TEORI)
A.Pendidikan Akhlak
1. Pengertian
a. Pengertian Pendidikan
Menurut M. Arifin Pendidikan adalah usaha manusia untuk
mengembangkan dan mengarahkan fitrahnya agar dapat berkembang
sampai titik optimal untuk menciptakan tujuan yang dicita-citakan
(Arifin, 1988:12).
Menurut Dra. Zuhairini, pendidikan adalah menanamkan tabiat
yang baik agar anak-anak mempunyai sifat yang baik serta berpribadian
yang utama. (Zuhairini, 1983:27)
Menurut Drs. AD Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani
serta rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama. (Marimba,
1989:19).
Dalam ayat Al-Qur‟an juga dijelaskan mengenai pendidikan,
Seperti yang terdapat dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 berikut ini:
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.( Q.S Al-Mujadalah : 11)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah akan meninggikan
orang-orang yang berilmu pengetahun beberapa derajat dibandingkan dengan
orang yang kurang berilmu atau tidak mempunyai ilmu apapun.
Selain itu juga terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 berikut ini:
Artinya : 1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S Al- Alaq :1-5 ).
Ayat diatas menjelaskan perintah untuk belajar membaca
Al-Qur‟an dengan menyebut nama Tuhan.
b. Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak menurut Habib Thoha dalam bukunya IAIN
Walisongo (1999:109) kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari
khuluqun yang menurut bahasa adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Definisi tersebut hampir sama dengan pendapat Hujjatul Islam
نمرسي
سب عفأ ر صت س ر يسف ل يف ي نع ر ع قل ل ف
ي ر ر ف يلأ ج حريغ
Artinya : Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”
Arti diatas (tabi‟at, perangai) selanjutnya sering disepadankan
dengan kata etika, moral, kesusilaan, tata krama atau sopan santun.
(Halim, 2000:19)
Jadi jika tabiat itu dibina untuk memilih keutamaan, kebenaran,
cinta kebaikan dan keindahan serta benci keburukan, maka akan muncul
perbuatan baik dengan mudah. Sebaliknya jika tabi‟at itu disia-siakan
tidak dibina dengan pembinaan (tarbiyyah) yang proporsional, bibit-bibit
kebaikan di dalamnya tidak dikembangkan, melainkan dibina dengan
pembinaan yang buruk, sehingga keburukan itu menjadi sesuatu yang
dicintainya dan kebaikan menjadi hal yang dibencinya.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan akhlak adalah satu
usaha sadar sebagai pembinaan dan penanaman tabi‟at manusia, agar
tabi‟atnya berkembang dan terarah pada kebaikan dan kemuliaan.
2. Dasar dan Tujuan
a. Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar merupakan fundamen suatu bangunana yang menjadikan
sumber kekuatan. Dalam sebuah bangunan dasarnya adalah fundasi
sedangkan dasar pendidikan disini adalah pandangan pandangan yang
penyusunan teori, perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan. Dasar
yang melandasi seluruh kegiatan pendidikan itu hakikatnya adalah
nilai-nilai luhur yang bersifat transendental dan universal.
Al-Qur‟an sebagai sumber hukum islam dan dasar pendidikan
akhlak, telah mengisyaratkan nilai keagungan dari akhlak tersebut.
Sebagaimana sanjungan Allah terhadap Rasul-Nya:
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. Al Qalam:4)
Allah telah memperingatkan akan pentingnya melakukan
pendidikan terhadap anak, sebagaimana dalam firmannya surat An Nisa:9
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” (QS. An Nisa:9)
Yang dimaksud dengan anak-anak lemah di atas adalah lemah dari
sisi jasmani, rohani, mental dan terutama lemah dari sisi keimanannya.
Oleh karena itu Al-Qur‟an mengajarkan keharusan bertaqwa serta
b. Tujuan pendidikan akhlak
Tujuan akhlak adalah mencapai kebahagiaan hidup umat manusia
dalam kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat.
Selain itu tujuan yang paling mendasardari pendidikan akhlak
adalah:
1. Mempertahankan fitrah manusia sebagai hamba Allah
Pada dasarnya manusia sejak lahir itu memiliki kecenderungan
bertauhid, serta mempunyai kecenderungan tunduk pada aturan Allah
yang lurus. Hal ini dapat kita cermati dari firman Allah berikut ini:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar Ruum: 30)
Maksud dari ayat di atas adalah: Fitrah Allah: Maksudnya
ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama
Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka
hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah
lantara pengaruh lingkungan.
Selain ayat diatas, terdapat pula hadis nabi yang diriwayatkan
بأ
رير
يضر
ه
ع
ق
:
ق
سر
ه
لص
ه
يلع
نم م ملس
ل م
ا
ل ي
لع
رطفل
.
ب ف
ي
ن
ن رص ي
ن سجمي
.
( ر ل ر)
Artinya: “Dari Abu Hurairah Rasulullah saw. Bersabda: Tidak ada anak kecuali dilahirkan atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang meyahudikannya atau menasranikannya atau me-majusikannya. (HR. Al-Bukhori :185)
Berdasarkan dalil-dalil diatas, maka yang dimaksud dengan
Fitrah Allah adalah ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah
mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia
tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
2. Memperoleh derajat yang tinggi
Yang dimaksud derajat tinggi di sini bukanlah kedudukan
duniawi, pangkat, jabatan atau status sosial melainkan lebih mulia dari
itu semua. Seperti dalam firman Allah surat Al Hujurat: 13
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat:13)
Selain itu ketaqwaan adalah bekal untuk mencapai surga Allah.
pendidikan). Di antara bidang pembinaan itu adalah akhlak, yang
meliputi akhlak terhadap Al Khaliq dan akhlak manusia beserta alam
semesta (makhluq).
Jadi tujuan dari pendidikan akhlak tersebut adalah untuk
membentuk anak-anak yang shalih serta shalihah, memiliki
kepribadian yang bersih dan bertakwa kepada Allah, disamping
terbina jiwanya dari segi akal fikiran, segi sosial, jasmani dan rohani
yang harus tetap dijalankan. Dalam hal ini pendidikan akhlak adalah
sesuatu yang esensial untuk terus dikembangkan serta ditingkatkan.
Sebagaimana telah diuraikan di awal bahwa tabi‟at, perangai itu
diibaratkan sebuah institusi, jika institusi tersebut dibina untuk
memilih keutamaan, kebenaran, cinta kebaikan dan keindahan serta
benci keburukan. Dengan demikian akan muncul perbuatan baik
dengan mudah. Sebaliknya jika institusi itu disia-siakan tidak dibina
dengan pembinaan (tarbiyyah) yang proporsional, bibit-bibit kebaikan
di dalamnya tidak dikembangkan, melainkan dibina dengan
pembinaan yang buruk, sehingga keburukan menjadi sesuatu yang
dicintainya dan kebaikan menjadi hal yang dibencinya. Dengan
demikian perkataan serta perbuatan buruk muncul dari padanya
dengan mudah. (Jabir, 2000:217)
Oleh karena itu pendidikan akhlak adalah suatu sarana untuk
pembinaan, bimbingan serta pengarahan jiwa agar peserta didik
B.Pendekatan dalam Mendidik Anak
Dalam melakukan suatu proses pendidikan tersebut diperlukan adanya
pendekatan dengan maksud agar mempermudah untuk mencapai sasaran atau
tujuan yang dikehendaki. Dalam hal ini ada beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan:
1. Mengisi akal dengan pengetahuan
Al-Qur‟an mengisyaratkan pentingnya menggali ilmu pengetahuan
tersebut. Seperti dalam QS. Yunus ayat 101 berikut:
“ Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (QS. Yunus:101)
Selain itu juga diperintahkan untuk senantiasa membaca atas segala
yang telah diajarkan oleh Rabb baik yang terdapat dalam Al-Qur‟an maupun
yang terbentang luas di alam (QS. Al „Alaq:1-5)
2. Mempelajari kisah orang-orang terpuji
Allah mengajarkanumat manusia untuk mempelajari kisah
orang-orang yang diabadikannya dalam Al-Qur‟an. Seperti dalam QS Yusuf ayat
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”(QS. Yusuf:111)
Dengan mempelajari kisah-kisah tersebut dapat mendapatkan hikmah,
pelajaran serta keteladanan yang baik.
3. Merubah kebiasaan buruk
Pada diri anak-anak kadang telah ada sifat-sifat buruk yang kurang
terpuji, baik sifat itu datang dari keluarga maupun dari lingkungan sekitar,
sehingga sifat-sifat buruk ini harus diarahkan agar dapat berubah ke arah
yang baik atau sifat yang terpuji.
4. Meninggalkan sifat pemalas
Al-Qur‟an telah mengajarkan mengenai penting dan bernilainya
waktu. Seperti dalam ayat Al-Qur‟an Surat Al Ashr ayat 1-3 berikut:
5. Bergaul dengan orang baik
Terhadap peserta didik haruslah sedini mungkin mulai ditanamkan
bahwa memilih teman bergaul dan berkumpul akan besar pengaruhnya.
Teman bergaul yang buruk dapat mempengaruhi dan menjerumuskan
kedalam keburukan, sedangkan teman yang baik dan mulia akan
berkemungkinan besar melatih jiwa menjadi lembut dan mulia pula.
Kriteria orang-orang yang dapat dijadikan teman baik ini terdapat
dalam Al-Qur‟an surat An Nisa ayat 69 berikut ini:
“Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama -sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.”(QS. An Nisaa‟:69)
Ayat di atas menjelaskan bahwa kriteria orang-orang yang baik yaitu:
orang-orang yang Amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul, dan
Inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat.
C.Proses Terbentuknya Akhlak
Terbentuknya akhlak seorang anak itu dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, faktor utama yang dapat mempengaruhi serta dapat membentuk karakter
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan proses pendidikan informal. Keluarga
juga dapat mempengaruhi proses terbentuknya akhlak anak. Hal ini erat
kaitannya dengan masalah peran orang tua selaku pemimpin keluarga.
2. Lingkungan Sekolahan
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan resmi atau disebut sebagai
pendidikan Formal. Dalam institusi sekolah ini melibatkan pengaruh dari
guru, siswa, peraturan sekolah itu sendiri.
3. Lingkungan Masyarakat
Dalam masyarakat juga terjadi proses pendidikan yang dapat
mempengaruhi karakter dan pola tingkah laku seorang anak. berbagai unsur
dapat terlibat dalam proses tersebut, di antaranya adalah warga masyarakat,
media massa, sarana hiburan, sarana pendidikan pondok pesantren dan
lain-lain. Proses pendidikan pada masyarakat ini sering disebut sebagai
pendidikan non formal.
Di antara tiga lingkungan pembentuk karakter anak tersebut,
lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling dominan khususnya
untuk anak-anak. sebab sifat imitasi anak masih cukup besar sementara
hubungan dengan keluarga adalah hubungan yang mempunyai intensitas
terbesar pada masa tersebut.
Oleh karena itu keluarga, khususnya orang tua mempunyai peran yang
ayat di atas, terdapat pula hadis nabi yang diriwayatkan oleh Imam
Al-Bukhori berikut:
بأ
رير
يضر
ه
ع
ق
:
ق
سر
ه
لص
ه
يلع
نم م ملس
ل م
ا
ل ي
لع
رطفل
.
ب ف
ن
ي
ن رص ي
ن سجمي
).
( ر ل ر
Artinya: “Dari Abu Hurairah Rasulullah saw. Bersabda: Tidak ada anak kecuali dilahirkan atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang meyahudikannya atau menasranikannya atau me-majusikannya. (Al-Bukhori,185).
Pendidikan agama anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan
pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan yang
pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun. Seseorang yang pada masa itu
tidak dapat dididikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman
keagamaan, maka ia nanti setelah dewasa akan cenderung kepada sikap
negatif terhadap agama. (Daradjat, 1970:58)
Pendidikan agama dalam keluarga, sebelum anak masuk sekolah
terjadi secara tidak formil. Pendidikan agama pada umur ini melalui aemua
pengalaman anak, baik melalui ucapan yang didengarnya, tidakan,
BAB III
TELAAH MENGENAI ANAK
A.Pandangan Al-Qur’an
Al-Qur‟an adalah kitab yang mengandung undang-undang rabbani
terbesar. Al-Qur‟an menyangkut masalah ibadah, akhlak, syariat, muamalah
dan termasuk di dalamnya undang-undang keluarga. Dalam menyampaikan
sesuatu hukum atau ketentuan Al-Qur‟an adakalanya menyampaikan secara
global, namun tidak sedikit yang disampaikan secara terperinci.
Undang-undang keluarga adalah salah satu masalah yang cukup
terperinci dalam nas Al-Qur‟an. Meskipun ada beberapa yang dijelaskan
dalam Hadis Nabi. Dalam Al-Qur‟an banyak menjelaskan mengenai tata
kehidupan keluarga, misalnya: dalam hal etika rumah tangga, hak dan
kewajiban keluarga, hukum waris, masalah pernikahan dan hukum yang terkait
dengannya, selain itu juga ada masalah mengenai anak.
Dalam hal ini penulis mencoba meneliti dan menggali dari ayat-ayat
Al-Qur‟an yang ada kaitannya dengan masalah anak.
1. Kedudukan Anak menurut Al-Qur‟an
Dalam beberapa ayat yang berpisah Al-Qur‟an memandang anak dari
berbagai segi. Dari segi haknya, Al-Qur‟an menegaskan bahwa anak
memiliki hak hidup untuk tetap dipelihara dan diperhatikan
kesejahteraannya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat yang menegaskan
“Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena kebodohan lagi tidak mengetahui dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezki-kan pada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-An‟am:140)
Selain itu juga dapat ditemukan di dalam surat Al Isra‟:31, Al
An‟am:151, 137 dan Al Mumtahanah:12.
Dalam surat Al Baqarah ayat 233 juga menjelaskan tentang hak anak
mendapatkan perawatan dan pemeliharaan yang layak. Dalam beberapa
tempat anak dipandang sebagai perhiasan yang menyenangkan seperti ayat
berikut ini:
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al Kahfi:46)
Selain itu, Al-Qur‟an memperingatkan bahwa anak itu sebagai fitnah
(cobaan atau ujian), bahkan ada kalanya dapat menjadi musuh terhadap
orang tuanya. Seperti dalam surat Al Anfal ayat 28 berikut ini:
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al Anfaal:28)
2. Nas Al-Qur‟an Yang berhubungan dengan anak
a. Hak-hak bagi Anak
Al-Qur‟an juga menjelaskan tentang hak yang semestinya
diberikan kepada anak dari orang tua mereka. Di antara ayat tersebut
adalah sebagai berikut:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.”
Ayat lain yang sepadan terdapat dalam surat Ath Thalaq ayat 6.
Selain itu anak memiliki hak waris sebagaimana diuraikan dalam surat
An Nisa ayat 11 berikut:
seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta...” (QS An Nisa:11)
b. Eksistensi Tentang Anak
Al-Qur‟an menguraikan kedudukan anak di hadapan orang tuanya.
Di satu sisi lain Al-Qur‟an mengatakan bahwa anak adalah suatu
kekayaan yang berharga, perhiasan dunia yang menyenangkan. Pada
bagian yang berbeda, secara jelas Al-Qur‟an juga mengungkapkan sisi
lain dari seorang anak. Di sini Al-Qur‟an memperingatkan bahwa anak
dapat menjadi fitnah (ujian atau cobaan) bahkan ada kalanya dapat
menjadi musuh bagi orang tuanya sendiri. Berikut adalah ayat-ayat yang
menjelaskan mengenai permasalahan tersebut: