40
Jurnal Administrasi Publik http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma
Analisis Makro Tenaga Kerja Perempuan Dalam Pembangunan
Di Indonesia 1980-2010
Julismin Harahap *
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Indonesia
Diterima Februari 2014; Disetujui April 2014; Dipublikasikan Juni 2014 Abstrak
Hasil dari analisis secara makro menunjukkan bahwa pekerja perempuan di sektor jasa memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan sektor yang lain (pertanian, dan industri). Potensi perempuan dalam pembangunan pertanian sangat strategis. Bahkan kontribusi pendapatan perempuan di pedesaan dan pertanian terhadap pendapatan rumah tangga sangat besar. Hal ini bertujuan agar kehidupan rumah tangganya dapat bertahan (survive) dan memperlancar ekonomi rumah tangga. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan d semua bidang yang memberikan, peluang bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan kesempatan berkarir yang semakin terbuka. Adapun motivasi utama perempuan pedesaan untuk bekerja pada umumnya disebabkan karena tuntutan ekonomi keluarga/menambah pendapatan keluarga. kontribusi rata-rata pendapatan perempuan di pedesaan sekitar 48,22 %. Bahkan untuk perempuan yang berstatus janda, kontribusi pendapatannya bisa mencapai 100%, karena dia harus memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan keluarganya.
Kata kunci : Pekerja; Perempuan; Pembangunan Abstract
The results of macro analysis show that women workers in the service sector have a greater proportion than other sectors (agriculture, and industry). The potential of women in agricultural development is very strategic. In the era of globalization women play a major role in development through productive economic activities including in the agricultural sector. It aims to keep the household life to survive (survive) and facilitate the household economy. Women's involvement in economic activities is inseparable from the success of development and all the areas that provide, opportunities for women to get education and more open career opportunities. The main motivation of rural women to work in general is due to family economic demands / increase family income. The average contribution of women in rural income is about 48.22%. Even for widowed women, her income contribution can reach 100%, because she has to fulfill requirement of her own life and her family.
Keywords: Workers; Women; Development
How to Cite : Julismin Harahap (2014). Analisis Makro Tenaga Kerja Perempuan Dalam Pembangunan di Indonesia 1980-2010 2 (1): *Corresponding author: E-mail: julisminhrp@yahoo.com P-ISSN-2549-9165 e-ISSN-2580-2011
41
PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional mengubah keadaan untuk menuju kondisi yang lebih baik. Perubahan yang terjadi di Negara Berkembang dalam menuju kondisi yang lebih baik sering dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang bertujuan semakin tinggi derajat ekonomi wilayah akan mampu mendukung pembangunan ekonomi suatu negara.
Perencanaan pembangunan yang terjadi di Indonesia pada tahun 1970-an hanya menitikbertakan kepada pertumbuhan ekonomi yang belum melibatkan perempuan, hal ini yang menjadikan posisi perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Sejalan dengan pembangunan di Indonesia tahun 1970-an terdapat pandangan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan yang sering disebut dengan gender.
Di Indonesia secara normatif tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh pekerjaan yang tertuang di dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 “Setiap warga negara berhak memperoleh pekerjaan yang layak”.
Paham gender dalam pandangan feminisme sosialis terdapat perbedaan laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan. Lapangan pekerjaan sektor pertanian, industri dan jasa didominasi oleh laki-laki dan perempuan berada di sektor domestik. Pada tahun 1980-an paham feminis sosialis telah membuka wawasan gender untuk dipertimbangkan dalam pembangunan bangsa yang menciptakan arus pengutamaan gender melanda dunia. Latar belakang perkembangan dan kritik terhadap pembangunan dar perspektif feminisme dicetuskan pada suatu konferensi tentang pengintegrasian kaum perempuan dalam ekonomi yang diselnggarakan di Weselly College di Amerika Serikat.
Dari konferensi itulah berkembang suatu pengetahuan baru yang sgera menjalar ke birokrasi pembangunan sehingga mempengaruhi lahirnya urusan Women in
development juga lahir. Sebagian besar literatur yang dikembangkan oleh mereka sangatlah praktis, memfokuskan pada isu langsung yang berkenaan dengan bagaimana mendorong partisipasi kaum perempuan dalam pembangunan. Hal ini yang melatar belakangi penulis dalam menganalisis peran perempuan dalam pembangunan, karena penulis ingin melihat perkembangan / tren tenaga kerja perempuan di sektor pertanian ( Agriculture), Manufaktur (Manufacture) dan Jasa (serviceses). Untuk melihat tren peran perempuan pembangunan serta melihat seberapa besar kobtribusinya dalam pembangunan ekonomi darintingkat partisipasi angkatan kerja perempuan khususnya di 3 sektor tersebut. Penulis menggunakan data SAKERNAS dari tahun 1980-2010 secara makro untuk mempermudah pemahaman penulis.
PEMBAHASAN
Teori segmentasi pasar kerja menunjukkan dengan jelas bahwa pekerja laki-laki dan perempuan tidak bersaing di landasan yang sama, karena tidak mempunyai akses ke lapangan kerja. Coverman (1988 dalam Susilastuti, dkk 1994) membahas pasar tenaga kerja ganda dan segregasi pekerjaan berdasarkan seks dalam hubungannya dengan upah tenaga kerja perempuan yang relatif rendah. Perbedaan upah antara pekerja laki-laki dan perempuan lebih disebabkan oleh segregasi pekerjaan berdasarkan seks daripada oleh terkonsentrasinya pekerja perempuan dalam pekerjaan-pekerjaan sektor sekunder.
Teori segmentasi pasar kerja menjelaskan bahwa pasar dan pemberi kerja tidak bertanggung jawab terhadap terjadinya deskriminasi, sebab pekerja perempuan mempunyai kualitas kerja yang berbeda dengan pekerja laki-laki sebagai akibat dari tanggung jawab domestik. Salah satu perkembangan sektor ketenagakerjaan yang perlu mendapat perhatian besar dalam pelaksanaan pembangunan adalah semakin
42
pentingnya peranan Angkatan Kerja Wanita. Secara keseluruhan, tenaga kerja wanita di Indonesia menurut hasil Sensus Penduduk tahun 1980 mencapai sekitar 33 persen dari seluruh Angkatan Kerja yang bekerja secara aktif. Sedangkan pada tahun 1990 tenaga kerja wanita yang aktif menjadi 34,5 persen. Dengan demikian, ada sedikit kenaikan pertumbuhan tenaga kerja wanita selama perode tahun 1980 - 1990. Pada umumnya wanita dipaksa untuk memilih dua keadaan yakni antara bekerja atau mengurus rumah tangga. Dibanding kaum pria, kaum wanita banyak 'dipekerjakan' hanya di lingkungan keluarga saja. Akan tetapi status wanita sekarang seperti yang dikemukakan. Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia dalam artikel ini akan dibahas mengenai tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran terbuka dan lapangan usaha.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah angka yang menunjukkan persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. (Mantra, 2003) TPAK digunakan sebagai dasar untuk mengetahui penduduk yang aktif bekerja ataupun mencari pekerjaan. Mantra menjelaskan dalam analisis angkatan kerja, ukuran yang sering digunakan adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan tingkat pengangguran.
Sumber : BPS, 2010 (diolah)
Gambar 1. Tren TPAK Laki-laki dan Perempuan di Indonesia tahun 1980-2010
Data BPS menunjukkan presentase tingkat partisipasi angkatan kerja dari tahun 1980-2010 menunjukkan kenaikan baik laki-laki maupun perempuan, namun tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan setengah dari angkatan kerja laki-laki yang dimungkinkan masih terdapat pandangan tradisional yang menganggap perempuan menurut kodratnya seharusnya mengurus pekerjaan rumah tangga dan membesarkan anak.
Kenaikan tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan sebagian disebabkan oleh bertambahnya kemiskinan dan merebaknya pengangguran. Kondisi ini disebabkan terdapat tekanan ekonomi keluarga yang mengharuskan perempuan mencari pekejaan produktif sekalipun dengan imbalan yang sangat rendah. Sejalan dengan penelitian Rofi dan Sukamdi (2001) yang menyebutkan bahwa keterlibatan perempuan memasuki pasar kerja terjadi pada tahun 1998 pada masa krisis moneter.
Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah angka yang menunjukkan persentase yang sedang mencari pekerjaan terhadap angkatan kerja. (Mantra, 2003)
Sumber : BPS, 2010 (diolah)
Gambar 2. Tren TPT Laki-laki dan Perempuan di Indonesia tahun 1980-2010
43
Gambar 2 menunjukkan tren tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mengalami kenaikan hingga tahun 2000, kondisi ini mencerminkan terjadinya permasalahan ekonomi di Indonesia yang menyebabkan kenaikan pengangguran. Bila dibandingkan secara relatif pengangguran perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki yang sejalan dengan penelitian Ngadi (2005) pengangguran terbuka di Indonesia
didominasi penduduk usia muda, pengangguran terdidik, pengangguran perempuan dan pengangguran terbuka di perkotaan.
Lapangan Usaha
Tabel 1. Lapangan Usaha Laki-laki dan Perempuan di Indonesia tahun 2010
Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan
% N % N Agriculture 39,45 26.349 42,34 16.149 Manufacture 26,78 17.885 13,70 5.223 Service 33,77 22.552 43,96 16.765 Total 100 66.786 100 38.137 Sumber : BPS, 2010 (diolah)
Pekerja perempuan di sektor jasa memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan sektor yang lain (Pertanian, dan Industri). Pada Tabel 1, mengungkapkan bahwa selama tahun 1980 dan 2010 jumlah pekerja informal wanita di sektor jasa lebih tinggi dibanding dengan sektor pertanian dan industri. Bahkan jumlah pekeja perempuan pada tahun 2010 sebanyak 16.765.000 juta orang, sedangkan di sektor pertanian dan industri berturut-turut sebanyak 16.149.00 juta orang dan 5.223.000 juta orang. Proporsi pertambahan pekerja yang tertinggi di sektor jasa. Rata-rata pertumbuhan pekerja sektor jasa di lapangan kerja perdagangan adalah tertinggi dibanding kedua lapangan kerja lain di sektor pertanian dan jasa.
Perempuan dalam Pembangunan
Secara teoritis tiga peran utama perempuan di indonesia adalah peran reproduktif dimana fungsi perempuan yang dapat hamil, melahirkan, menyusui, dan merawat anak didalam keluarga. Kedua, peran
produktif dimana perempuan melakukan karya-karya produktif dengan berbagai profesi yang menghasilkan. Dan yang ketiga adalah peran sosial yaitu peran sosial perempuan yang banyak dilakukan untuk membantu masyarakat. Wanita harus semakin empowered agar memiliki bargaining position yang dapat meningkatkan jejaring pergaulan dan kepercayaan diri serta kemandirian di bidang ekonomi. Terkait dengan Peran Perempuan/Ibu di dalam pembangunan , maka perannya juga menjadi krusial mengingat dewasa ini dengan adanya borderless world dari sisi teknologi, komunikasi, dan informasi yang kemudian masuk kedalam keluarga.
Perempuan di Sektor Pertanian
Potensi perempuan dalam pembangunan pertanian sangat strategis. Bahkan kontribusi pendapatan perempuan di pedesaan dan pertanian terhadap pendapatan rumah tangga sangat besar. Oleh karena itu potensi perempuan dalam pembangunan pertanian dan ketahanan pangan sangat strategis.
44
Mereka terlibat dalam pertanian yang berat seperti mengolah sawah,maupun ringan seperti mengolah pekarangan. Banyak isu gender yang ditemukan di bidang pertanian yang berkaitan dalam hal akses terhadap peluang dan kesempatan, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, kontrol terhadap sumber daya, serta perolehan manfaat dari hasil-hasil pembangunan. Untuk sumberdaya tanah pertanian, pada umumnya laki-laki dan perempuan yang bekerja sebagai petani mempunyai akses yang sama terhadap peluang dan kesempatan, partisipasi dalam lahan pertaniannya.
Dalam era globalisasi perempuan berperan besar dalam pembangunan melalui kegiatan ekonomi produktif termasuk di sektor pertanian. Hal ini bertujuan agar kehidupan rumah tangganya dapat bertahan (survive) dan memperlancar ekonomi rumah tangga. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan d semua bidang yang memberikan, peluang bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan kesempatan berkarir yang semakin terbuka. Adapun motivasi utama perempuan pedesaan untuk bekerja pada umumnya disebabkan karena tuntutan ekonomi keluarga/menambah pendapatan keluarga. Perempuan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam pendapatan rumah tangga.
Kontribusi pendapatan perempuan adalah sumbangan pendapatan yang diberikan perempuan terhadap pendapatan keluarga. Menurut Novia (2006) diketahui bahwa kontribusi rata-rata pendapatan perempuan di pedesaan sekitar 48,22 %. Bahkan untuk perempuan yang berstatus janda, kontribusi pendapatannya bisa mencapai 100%, karena dia harus memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan keluarganya. Hal ini berarti pendapatan perempuan tidak dapat dikatakan hanya sebagai pendapatan tambahan saja melainkan juga sebagai sumber pendapatan keluarga yang utama. Dalam realitanya,
curahan kerja perempuan yang bekerja sebagai buruh tani antara 6-8 jam perhari.
Selain bekerja sebagai buruh tani, umumnya mereka juga mempunyai pekerjaan sampingan seperti membuat kerupuk, berdagang, pembantu rumah tangga dan lain-lain. Belum lagi aktivitas dalam kegiatan sosial kemasyarakatan seperti : pengajian dan PKK. Ini berarti waktu yang dicurahkan perempuan pedesaan dalam kegiatan produktif sangat padat dan masih ditambah dengan kegiatan reproduktif untuk mengurus keluarganya. Sehingga dapat dikatakan bahwa peran ganda perempuan pedesaan di dalam keluarga dan masyarakat sangat besar.
Perempuan dalam Sektor Jasa
Sebelum teknologi pertanian berkembang seperti saat ini, dalam kegiatan pertanian tenaga kerja wanita masih banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian, mulai dari proses menanam sampai dengan pemanenan hasil pertanian. Namun, adanya perkembangan teknologi di bidang pertanian, tenaga kerja wanita nampaknya dapat tergeser. Terutama hal ini terasa di daerah pedesaan. Adanya penciutan kesempatan kerja di sektor Pertanian di atas ternyata diikuti dengan membengkaknya kesempatan kerja di sektor lain, terutama sektor jasa. Pada sektor jasa, bukanlah hal yang asing lagi bagi wanita untuk memasuki bidang ketenagakerjaan. Bahkan pada sektor jasa, wanita lebih cepat untuk menekuni dan memperkembangkan karirnya. Nampaknya sektor jasa lebih fleksibel bagi wanita, artinya selain untuk menambah pendapatan keluarga, fungsi sebagai ibu rumah tangga juga masih dapat dilakukan (Susilo, 1997).
Berdasarkan data Sakernas Penduduk tahun 1980 hingga tahun 2010, ternyata sektor jasa memiliki persentase pekerja informal wanita lebih besar dibanding dengan sektor yang lain. Hal ini didukung terbukanya lebar-lebar kesempatan kerja bagi wanita di lapangan kerja perdagangan dan jasa kemasyarakatan. Dalam kondisi apapun,
45
apalagi krisis moneter, sektor informal merupakan lapangan kerja yang lebih tangguh dalam menghadapi masalah ekonomi. Adanya fleksibilitas dalam bergiat di sektor informal, nampaknya wanita lebih sesuai bekerja di dalamnya.
SIMPULAN
Dari hasil pembahasan dan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Kenaikan tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan sebagian disebabkan oleh bertambahnya kemiskinan dan merebaknya pengangguran. Kondisi ini disebabkan terdapat tekanan ekonomi keluarga yang mengharuskan perempuan mencari pekejaan produktif sekalipun dengan imbalan yang sangat rendah. Sejalan dengan penelitian Rofi dan Sukamdi (2001) yang menyebutkan bahwa keterlibatan perempuan memasuki pasar kerja terjadi pada tahun 1998 pada masa krisis moneter.
Tiga peran utama perempuan di indonesia adalah peran reproduktif dimana fungsi perempuan yang dapat hamil, melahirkan, menyusui, dan merawat anak didalam keluarga. Kedua, peran produktif dimana perempuan melakukan karya-karya produktif dengan berbagai profesi yang menghasilkan. Dan yang ketiga adalah peran sosial yaitu peran sosial perempuan yang banyak dilakukan untuk membantu masyarakat. Wanita harus semakin empowered agar memiliki bargaining position yang dapat meningkatkan jejaring pergaulan dan kepercayaan diri serta kemandirian di bidang ekonomi. Terkait dengan Peran Perempuan/Ibu di dalam pembangunan , maka perannya juga menjadi krusial mengingat dewasa ini dengan adanya borderless world dari sisi teknologi, komunikasi, dan informasi yang kemudian masuk kedalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Data Agregat Per Provinsi. Jakarta : Badan Pusat Statistik.
Dina Novia Priminingtyas . Marginalisasi
Perempuan Dalam Pembangunan
Pertanian .Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian: Fakultas
Pertanian,Universitas Brawijaya Malang diakses tagl 13 desember 2013 pukul 07.34 wib
Ngadi. 2005. Pengangguran Terbuka dan Setengah Pengangguran di Indonesia Periode 1996-2004 : Konsep, Isu dan Implikasi Kebijakan. Warta Demografi, Tahun 35, No.4, 23-32.
Susilastuti, Dewi. H., Bambang Hudayana, Suhatmini Hardyastuti. 1994. Feminisasi Pasar Tenaga Kerja Kasus Industri Kulit di Manding Yogyakarta. Yogyakarta : Pusat Studi Kependudukan Universitas Gadjah Mada.
Tukiran, 2010. Kependudukan. yogyakarta : Universitas Terbuka
Siti Irene.2012. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Yogyakarta: UNY Press
Suroto.1983. Strategi Pembangunan dan
Perencanaan Kesempatan Kerja.