• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA SISTEM PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA SISTEM PE"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA SISTEM PENGGUNAAN LAHAN DI AREAL PT. SIKATAN WANA RAYA

Nanang Hanafi1), R. Biroum Bernardianto2) 1)

Jurusan Kehutanan Faperta Univ. PGRI Palangka Raya 2)

Jurusan Pendidikan Geografi FKIP Univ. PGRI Palangka Raya

ABSTRACT

Forest alteration caused by human activity is common issue in tropical forest. Forest is major carbon sink in terrestrial ecosystems. Forest exploitation deplection carbon sink in forest ecosystem. This research was conducted to explore and estimate carbon sink in land use type in forest consession of PT. Sikatan Wana Raya. Carbon stock in the trees and necromass biomass was estimated by allometric equations. Destructive method were applied to estimate carbon stock in shrubs, herbs, and grasses. Soil carbon stock was determined at indicated necromass had potential to store carbon.

Keywords: carbon stock, old logged forest, young logged forest, land use,

necromass.

PENDAHULUAN

(2)

Perubahan yang terjadi akibat kegiatan eksploitasi hutan berpengaruh terhadap hasil serapan dan penyimpanan karbon di daratan. Jika eksploitasi hutan dilakukan dengan berlatar belakang wawasan lingkungan, maka hutan dan lingkungan dapat dilestarikan. Karena eksploitasi sendiri merupakan kegiatan yang dapat membuka jalan bagi masuknya cahaya, dan ini dapat mempengaruhi pohon-pohon yang tidak ditebang.

Hutan-hutan sekunder merupakan suatu bentuk ’penghutanan kembali’ yang murah dan sesuai dengan tapak yang ada. Selain itu, hutan-hutan tersebut pada pokoknya mempunyai kemampuan regenerasi yang tinggi. Hutan sekunder tersebut dapat memenuhi berbagai macam fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Pada umumnya beberapa dari fungsi ini digunakan dalam waktu yang bersamaan.

Fase hutan klimaks yang ‘dewasa’, yang biasanya dapat dicapai di

hutan-hutan primer, dicirikan dengan persediaan tegakan (kayu) yang tinggi, dimana sejumlah besar karbon ‘diikat’ (terakumulasi). Pada saat yang bersamaan jenis

hutan dewasa semacam ini berada dalam keadaan keseimbangan, dimana proses disimilasi dan asimilasi saling menyeimbangkan/mengkompensasikan satu sama lainnya. Karena itu, akumulasi bersih dari karbon tidak mungkin terjadi lagi. Hutan-hutan primer yang dewasa merupakan tempat penyimpanan karbon, tetapi bukan merupakan penyerap karbon.

(3)

dalam jumlah yang besar, yang akan terus berlangsung sampai fase dewasa (hutan). Dalam hubungannya dengan neraca CO2 di hutan, pengelolaan hutan secara lestari mempunyai efek bahwa pemanfaatan kayu yang berulang-ulang kali dilakukan (ekstraksi biomass) membuat tegakan selalu berada dalam fase

produktifnya

.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1). mengestimasi cadangan karbon yang tersimpan di atas permukaan tanah dan bahan organik tanah pada sistem penggunaan lahan (SPL) di areal hutan PT. Sikatan Wanaraya ditinjau dari struktur dan komposisi penyusun pada sistem penggunaan lahan tersebut; 2). untuk mengetahui seberapa besar cadangan karbon yang tersisa dari suatu areal hutan akibat dari kegiatan eksploitasi hutan, ditinjau dari umur kegiatan eksploitasi tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di 3 (tiga) lokasi areal hutan PT. Sikatan Wanaraya, yang meliputi areal hutan primer (hutan bekas tebangan 15 tahun), hutan bekas tebangan umur 2 tahun dan ladang masyarakat sekitar hutan. Penelitian tentang pendugaan cadangan karbon dilaksanakan dengan non destruktive, pendugaan cadangan karbon menggunakan rumus alometrik yang dikembangkan oleh Hairiah, et al (2007).

(4)

m), plot ini untuk mengukur pohon hidup dan nekromassa berkayu (pohon mati yang masih berdiri maupun tumbang, tunggul tanaman, cabang dan ranting) yang berdiameter 5-30 cm. Pada plot C (ukuran 0,5 m x 0,5 m yang diletakkan secara random sebanyak 6 buah dalam plot B) dilakukan pengambilan contoh biomassa tumbuhan bawah (herba, perdu dan pohon berdiameter <5 cm), serasah dan tanah.

Pengukuran berat kering biomassa pohon dihitung menggunakan ”allometric equation” berdasarkan pada diameter batang setinggi dada (1,3 m).

Tabel 1. Estimasi biomassa pohon menggunakan persamaan alometrik. Jenis Pohon Estimasi biomassa pohon, kg/pohon Sumber

Pohon bercabang BK = 0.11ρ D2.62 Ketterings, 2001

Pohon tak bercabang BK = μ ρ H D2/40 Hairiah et al, 1999

Kopi BK = 0.281 D2.06 Arifin, 2001

Pisang BK = 0.030 D2.13 Arifin, 2001

Bambu BK = 0.131 D2.28 Priyadarsini, 2000

Sengon BK = 0.0272 D2.831 Sugiharto, 2002

Pinus BK = 0.0417 D2.6576 Waterloo, 1995

Sumber: Hairiah et al., 2007

Keterangan: BK = Berat kering, kg/pohon D = Diameter pohon, cm H = Tinggi pohon, cm ρ = BJ kayu, g cm-3

Penghitungan berat kering nekromassa berkayu yang bercabang menggunakan rumus alometrik seperti pohon hidup, sedangkan untuk nekromassa tidak bercabang dihitung berdasarkan volume silinder sebagai berikut:

BK (kg/nekromassa) = μ ρ H D2/40 dimana μ = 3,14.

Pendugaan jumlah C tersimpan per komponen dapat dihitung dengan mengalikan total berat massanya dengan konsentrasi C sebagai berikut:

(5)

HASIL PEMBAHASAN

PT. Sikatan Wana Raya adalah nama IUPHHK berdasarkan keputusan IUPHHK Nomor: 107/Kpts-II/2000 tanggal 29 Desember 2000, dengan luas areal IUPHHK sebesar 49.400 ha, terletak di kelompok hutan Sungai Kahayan dan Sungai Miri, Kecamatan Tewah Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah. PT. Sikatan Wana Raya berdasarkan SK IUPHHK mempunyai AAC minimum sebesar 37.800 M3/tahun dan AAC Maksimum 60.200 M3/tahun.

Penelitian ini mengambil 3 plot pengamatan yaitu hutan primer (hutan bekas tebangan 15 tahun yang lalu), hutan bekas tebangan umur 2 tahun dan ladang masyarakat sekitar hutan. Besarnya cadangan karbon pada suatu lahan dipengaruhi oleh kondisi vegetasi penyusunnya. Potensi karbon tersimpan pada suatu lahan sangat berkaitan dengan kerapatan, diameter dan berat jenis dari masing-masing spesies penyusun lahan.

(6)

y = - 15.34x

Gambar 1 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara diameter biomassa pohon dengan berat kering biomassa pohon, hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai R2 pada masing-masing lokasi ditemukan biomassa pohon yang mencapai nilai 90%. Semakin besar diameter pohon penyusun suatu lahan, maka berat kering biomassa pohon pada lahan tersebut akan semakin besar pula. Berat kering biomassa yang besar akan mempengaruhi besarnya cadangan karbon pada suatu lahan.

Kerapatan populasi pohon pada lokasi studi beragam, kerapatan pohon penyusun hutan primer lebih tinggi bila dibandingkan dengan hutan bekas tebangan, sementara pada ladang masyarakat tidak ditemukan biomassa pohon (Tabel 2).

Tabel 2. Cadangan karbon pada biomassa pohon

Tipe Lahan Jumlah

(7)

Keberadaan pohon berdiameter >30 cm pada suatu tipe lahan, memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap total cadangan karbon pada biomassa pohon. Semakin banyak pohon penyusun suatu lahan berdiameter > 30 cm maka cadangan karbon pada lahan tersebut makin tinggi (Tabel 3).

Tabel 3. Komposisi cadangan karbon pada biomassa pohon

Tipe Lahan Komposisi Penyusun Cadangan Karbon

(ton/ha)

Sumber : Pengolahan data primer, 2010.

Semakin rapat tajuk pohon penyusun suatu lahan maka biomassa tumbuhan bawah akan semakin berkurang karena kurangnya cahaya matahari yang mencapai lantai hutan, sehingga menyebabkan pertumbuhan vegetasi bawah menjadi tertekan. Hal ini akan berpengaruh pada besarnya cadangan karbon pada biomassa tumbuhan bawah (Tabel 4).

Tabel 4. Cadangan karbon pada biomassa tumbuhan bawah

Tipe Lahan BK Rata-rata

(gr/m2)

Sumber : Pengolahan data primer, 2010.

(8)

tebangan paling banyak ditemukan adanya nekromassa berkayu dibandingkan pada plot pengamatan di hutan primer dan ladang masyarakat sekitar hutan (Tabel 5).

Tabel 5. Cadangan karbon pada nekromassa berkayu

Tipe Lahan BK (kg) BK/luas

Hutan Bekas Tebangan 2 Tahun 57,993.49 29.00 289.97 133.39

Ladang Masyarakat 26,844.55 13.42 134.22 61.74

Sumber : Pengolahan data primer, 2010.

Pepohonan memberikan masukan bahan organik melalui daun, ranting dan cabang yang telah gugur di atas permukaan tanah. Di bagian bawah (dalam tanah), pepohonan memberikan masukan bahan organik melalui akar-akar yang telah mati, tudung akar yang mati, eksudasi akar dan respirasi akar (Tabel 6).

Tabel 6. Cadangan karbon pada nekromassa tak berkayu

Tipe Lahan BK

Rata-Ladang Masyarakat Serasah Kasar 173.33 0.17 1.73 0.80

Serasah Halus 366.67 0.37 3.67 1.69

Sumber : Pengolahan data primer, 2010.

(9)

Tabel 7. Kandungan C-Organik pada BOT

No Kode Tanah Kandungan C Organik (%)

Hutan Primer Hutan Bks Tebangan Ladang Masyarakat

1 ST 1 5,46 5,40 3,57

2 ST 2 3,28 4,05 2,34

3 ST 3 1,82 2,08 1,74

Sumber : Data primer 2010. Keterangan :

ST 1 : Kedalaman tanah 0-5 cm ST 2 : Kedalaman tanah 5-15 cm ST 3 : Kedalaman tanah 15-30 cm

Cadangan karbon pada ketiga lokasi penelitian sangat bervariasi, hal ini disebabkan karena jumlah biomassa pohon dan nekromassa berkayu yang ditemukan pada setiap lokasi berbeda. Perbedaan karbon tersimpan pada ketiga lokasi pengamatan terjadi karena adanya struktur, komponen penyusun dan kerapatan populasi pohon yang berbeda (Tabel 8).

Tabel 8. Total cadangan karbon pada hutan primer, hutan bekas tebangan dan

Nekromassa berkayu 9.06 133.39 61.74

Serasah 11.07 7.16 2.48

Total 191.08 193.28 65.47

Sumber : Pengolahan data, 2010.

(10)

0

Hutan Primer Hutan Bekas Tebangan 2 Thn

ditemukan biomassa pohon. Data tabel 8 menunjukkan bahwa cadangan karbon pada hutan primer dan hutan bekas tebangan umur 2 tahun tidak jauh berbeda, yang membedakan adalah pada hutan primer cadangan karbon terbesar berada pada pohon dengan diameter > 30 cm, sementara pada hutan bekas tebangan umur 2 tahun cadangan karbon terbesar pada nekromassa berkayu. Sementara pada ladang masyarakat di sekitar hutan cadangan karbon terbesar berada pada nekromassa berkayu, dan tidak ditemukan adanya biomassa pohon (Gambar 2).

Gambar 2. Cadangan karbon di atas permukaan tanah pada lokasi penelitian.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah :

(11)

2. Nekromassa berkayu pada hutan primer menyumbang cadangan karbon sebesar 9,06 ton/ha; hutan bekas tebangan umur 2 tahun sebesar 133,39 ton/ha dan ladang masyarakat sebesar 61,74 ton/ha. Serasah pada hutan primer menyumbang cadangan karbon sebesar 11,07 ton/ha; hutan bekas tebangan umur 2 tahun sebesar 7,16 ton/ha dan ladang masyarakat sebesar 2,48 ton/ha.

3. Total cadangan karbon pada hutan primer (191, 08 ton/ha), hutan bekas tebangan (193,28 ton/ha), dan ladang berpindah (65,47 ton/ha). Pada hutan primer sumbangan cadangan karbon terbesar berada pada biomassa pohon, sedangkan pada hutan bekas tebangan umur 2 tahun cadangan karbon terbesar berada pada nekromassa berkayu.

DAFTAR PUSTAKA

CIFOR. 2003. Perdagangan Karbon. Warta Kebijakan No. 8 Februari 2003. Center for International Forestry Research (CIFOR). Bogor

Dahlan, Surati Jaya, I. N., Istomo. 2005. Estimasi Karbon Tegakan Acacia mangium Wild Menggunakan Citra Landsat ETM+ dan Spot-5: Studi Kasus si BKPH Parung Panjang KPH Bogor. Makalah Pertemuan Ilmiah Tahunan Mapin XIV ”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” Surabaya, 14 – 15 September 2005. Hairiah, K., Rahayu, S., Berlian. 2006. Layanan Lingkungan Agroforestri

Berbasis Kopi: Cadangan Karbon Dalam Biomassa Pohon dan Bahan Organik Tanah (Studi Kasus dari Sumberjaya, Lampung Barat). Agrivita 28 (3): 298-309

Hairiah K, S. Rahayu. 2007. Pengukuran ”Karbon Tersimpan” di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77 p.

(12)

Pemodelan. Laporan Tim Proyek Pengelolaan Sumber Daya Alam Untuk Penyimpanan Karbon (Formacs). World Agroforestry Centre.

Murdiyarso, D. 2003. Protokol Kyoto, Implikasinya Bagi Negara Berkembang. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.

Soemarwoto, O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Widianto; K. Hairiah; D. Suharjito dan M.A. Sardjono. 2003. Bahan Ajaran 3: Fungsi dan Peran Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia. Bogor.

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Tabel 1.  Estimasi biomassa pohon menggunakan persamaan alometrik.
Gambar 1.   Hubungan antara diameter biomassa pohon dengan berat kering biomassa pohon
Tabel 3.  Komposisi cadangan karbon pada biomassa pohon
Tabel 5.   Cadangan karbon pada nekromassa berkayu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun prototype untuk memonitoring ruang pada NICU berbasis raspberry pi dengan menggunakan IP dari raspberry pi ke

Dengan menggunakan bantuan sofware SPSS, maka diperoleh nilai signifikansi uji multikolinearitas untuk semua variabel penelitian yang dapat dilihat pada tabel

Mekanisme yang digunakan adalah forward chaining , sehingga proses deteksi dimulai dari input user tentang gejala penyakit yang dialami, untuk kemudian dihitung

Penyakit Jantung Koroner atau penyakit jantung iskemik adalah penyakit jantung yang timbul akibat penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih pembuluh darah koroner dan

Sampel pada penelitian ini ialah 46 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016 yang diambil dengan mengunakan

Rawat inap merupakan salah satu bentuk proses pengobatan atau rehabilitasi oleh tenaga  pelayanan pasien kesehatan professional pada pasien yang menderita penyakit

De esta manera queremos contarte cómo se formó el Canal Beagle, alcanzarte las posibilida- des productivas de las marismas y el aprovechamiento de Salicornia; realizar un

TEBIKU (Tepung Biji Kluwih) merupakan salah satu produk bahan baku makanan yang dapat menjadi peluang pengembangan industri yang menjanjikan bagi masyarakat Desa Petekeyan