• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PENANGKARAN DAN AKTIVITAS HARIAN MAMBRUK VICTORIA (Goura victoria Fraser, 1844) DI MEGA BIRD AND ORCHID FARM BOGOR, JAWA BARAT ANGGA PRAYANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PENANGKARAN DAN AKTIVITAS HARIAN MAMBRUK VICTORIA (Goura victoria Fraser, 1844) DI MEGA BIRD AND ORCHID FARM BOGOR, JAWA BARAT ANGGA PRAYANA"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

DI

MEGA BIRD AND ORCHID FARM

BOGOR, JAWA BARAT

ANGGA PRAYANA

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(2)

TEKNIK PENANGKARAN DAN AKTIVITAS HARIAN

MAMBRUK VICTORIA (

Goura victoria

Fraser, 1844)

DI

MEGA BIRD AND ORCHID FARM

BOGOR, JAWA BARAT

ANGGA PRAYANA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(3)

Victoria (Goura victoria Fraser, 1844) di Mega Bird and Orchid Farm, Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASY’UD dan ERNA SUZANNA.

Mambruk victoria (Gouravictoria Fraser, 1844) merupakan salah satu jenis burung endemik di Papua yang banyak dilakukan perburuan sehingga menyebabkan populasi di habitat aslinya mengalami gangguan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan konservasi secara ek-situ melalui penangkaran dengan memperhatikan aktivitas harian yang dilakukan oleh mambruk victoria agar diperoleh suatu teknik penangkaran yang baik sehingga dapat melestarikan populasi burung mambruk victoria yang berguna untuk menambah jumlah individu dan untuk kegiatan pelepas-liaran mambruk victoria ke habitat aslinya.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari teknik penangkaran, mengidentifikasi faktor keberhasilan penangkaran, dan mengamati aktivitas harian mambruk victoria. Penelitian ini dilaksanakan di Mega Bird and Orchid Farm

(MBOF) yang berlokasi di Desa Cijujung Tengah, Bogor, Jawa Barat pada bulan Juni – Juli 2011. Alat yang digunakan antara lain alat tulis, stopwatch, kamera, panduan wawancara, termometer dry-wet, dan pita ukur, sedangkan bahan yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah mambruk victoria di MBOF. Data yang diambil selama penelitian mencakup teknik penangkaran dan aktivitas harian mambruk victoria di MBOF. Metode pengumpulan data untuk aspek teknik penangkaran dilakukan dengan cara pengamatan langsung, studi literatur, dan wawancara, sedangkan untuk aspek aktivitas harian dilakukan dengan menggunakan metode one-zero sampling.

Kandang mambruk victoria di MBOF tergolong kandang pemeliharaan yang dibuat secara permanen dengan ukuran 40 m × 25 m × 5 m yang terbuat dari dinding tembok, besi berdiameter + 5 cm, dan kawat ram sebagai atap kandang. Fasilitas dalam kandang antara lain tempat bertengger, tempat makan dan minum, tempat bersarang, dan kolam. Kegiatan pembersihan di dalam kandang dilakukan secara rutin tiap dua kali sehari serta penyemprotan dengan desinfektan setiap satu bulan sekali. Suhu dalam kandang berkisar antara 25 – 32oC dengan kelembaban udara berkisar antara 57 – 78%. Jenis penyakit yang pernah diderita oleh mambruk victoria antara lain CRD (Chronic Respiratory Disease), cacingan, dan kaki bengkak. Teknik penjodohan, pengaturan peneluran atau penetasan, dan pembesaran piyik dilakukan secara alami oleh indukan mambruk victoria.

Faktor penunjang keberhasilan dalam kegiatan pengelolaan penangkaran di MBOF antara lain (a) letak kandang yang jauh dari kebisingan dan gangguan manusia; (b) kebersihan, keamanan, dan perawatan kandang yang selalu terjaga; (c) pakan yang rutin diberikan setiap pagi dan sore hari; (d) pemberian obat dan vitamin secara rutin untuk menjaga kesehatan dan mencegah serangan penyakit pada burung yang ditangkarkan; dan (e) menjaga kemurnian genetik dan menghindari terjadinya inbreeding. Jenis perilaku yang dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin pada mambruk victoria adalah perilaku menari yang hanya dilakukan oleh individu jantan.

(4)

SUMMARY

ANGGA PRAYANA. Captivity Technique and Daily Activities of Victoria Crowned Pigeon (Goura victoria Fraser, 1844) in Mega Bird and Orchid Farm, Bogor West Java. Under supervison of BURHANUDDIN MASY’UD and ERNA SUZANNA.

Victoria crowned pigeon (Goura victoria Fraser, 1844) is one of endemic bird species in Papua, which population had decreased in the natural habitat due to hunting activities. Ex-situ conservation through captive breeding/captivity is an alternative to sustain the bird population. Observation on it’s daily activities in captivity was expected to result in good captivity technique which would enable the preservation of it’s population and restocking of the species in their natural habitat.

This research was aimed to study the captivity techniques, identify factors of success, and observe the daily activities of the victoria crowned pigeon. The research was conducted in Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) located in Desa Cijujung Tengah, Bogor, West Java on June – July 2011. Instruments used include stationery, stopwatch, camera, interview guide, dry-wet thermometer, and measuring tape. Object of the research was victoria crowned pigeon in MBOF. Data taken during the research included the captivity technique and daily activities of victoria crowned pigeon in MBOF. Data collection methods employed in the research for the captivity technique were direct observation, literature study, and interview, as for the aspects of the daily activities was one-zero sampling method.

The cage was classified a permanent maintenance cage with 40 m × 25 m × 5 m dimensions which made from wall, iron with + 5 cm in diameter, and ram wire for roof. Facilities provided in the cage were among other perch place, eating and drinking place, nesting place, and pond. The cage was regularly cleaned twice a day and sprayed with disinfectant once a month. Temperature in the cage was between 25 – 32oC with moist air ranges between 57 – 78%. The type of diseases suffered by the victoria crowned pigeon were CRD (Chronic Respiratory Disease), intestinal worms, and leg swelling. Technique of pairing, laying or hatchery setting, and native enlargement was naturally done by victoria crowned pigeon’s parent.

Factors which support the success of captive breeding management in MBOF were (a) location of the cage which away far from noise and human disturbance; (b) the hygiene, safety, and care of the cage; (c) the feeding routine given every morning and evening; (d) provision of medication and vitamins on regular basis to maintain good health and prevent disease from attacking the birds in captivity; and (e) maintenance of genetic purity and avoidance of inbreeding occurenes. Type of behavior that can be used to distinguish the sex of the victoria crowned pigeon was dancing behaviour performed by male individuals.

(5)

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Teknik

Penangkaran dan Aktivitas Harian Mambruk Victoria (Goura victoria

Fraser, 1844) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor, Jawa Barat adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2012

Angga Prayana

(6)

Judul Skripsi :

Nama : Angga Prayana NIM : E34070081

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS Dr. drh. Erna Suzanna, M.Sc.F NIP. 19581121 198603 1 003 NIP. 19640808 199002 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 198403 1 003

Tanggal lulus:

Teknik Penangkaran dan Aktivitas Harian MambrukVictoria (Goura victoria Fraser, 1844) di Mega Bird And Orchid Farm, Bogor Jawa Barat

(7)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Teknik Penangkaran dan Aktivitas Harian Mambruk Victoria (Goura

victoria Fraser, 1844) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor, Jawa Barat. Potensi keindahan morfologis dan keunikan tingkah laku merupakan daya tarik burung mambruk victoria sehingga burung ini banyak dilakukan perburuan dan menyebabkan populasinya menurun. Kegiatan penangkaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengembangbiakkan jenis ini dengan tujuan untuk memperbanyak populasi dengan tetap mempertahankan jenisnya.

Selain itu, masih minimnya informasi mengenai aktivitas harian mambruk victoria juga menjadi salah satu alasan dilakukan penelitian ini sebagai salah satu upaya memberikan informasi kepada masyarakat yang tertarik untuk memelihara satwa tersebut sehingga dapat diperoleh suatu teknik penangkaran yang baik dengan memperhatikan aktivitas harian dari mambruk victoria di dalam penangkaran. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu informasi bagi upaya pengembangan penangkaran mambruk victoria, khususnya di Mega Bird and Orchid Farm, Bogor Jawa Barat.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Bogor, Januari 2012

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bondowoso pada tanggal 30 November 1988. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Samik Rufiadi dan Ibu Sumiwarti. Jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis yaitu pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Dabasah 03 tahun 1995 – 2001 kemudian penulis melanjutkan ke pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 01 Bondowoso pada tahun 2001 – 2004 dan SMA Negeri 02 Bondowoso pada tahun 2004 – 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan masuk ke dalam mayor departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

Selama kuliah di Fakultas Kehutanan IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan Kelompok Pemerhati Goa (KPG) dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode 2008 – 2010. Pada tahun 2009, penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Gunung Sawal – Taman Wisata Alam Pangandaran dan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2010. Pada tahun 2011, penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Teknik Penangkaran dan Aktivitas Harian Mambruk Victoria

(Goura victoria Fraser, 1844) di Mega Bird and Orchid Farm Bogor, Jawa Barat” dibawah bimbingan Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS dan Dr. drh. Erna Suzanna, M.Sc.F.

(9)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Papa Samik Rufiadi dan Mama Sumiwarti selaku orang tuaku serta Bapak H. Ruhani Priatna dan Mama Ratnaningsih selaku mertuaku yang tiada henti memberikan doa, dukungan, motivasi, dan curahan kasih sayangnya.

2. Istri dan anakku tercinta, Belinda Dwi Yunanti dan Anabela Devi Salsabila yang tiada henti memberikan doa, dukungan, motivasi, kasih sayang, dan cintanya selama ini.

3. Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS dan Dr. drh. Erna Suzanna, M.Sc.F selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, dan nasehat kepada penulis.

4. Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan sarannya bagi penyempurnaan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc selaku ketua sidang yang telah memberikan kritik dan sarannya bagi penyempurnaan skripsi ini

6. Bapak Drs. Megananda Daryono, MBA, Bapak Supriyanto, dan Mas Gareng yang telah memberikan segala bantuan, ilmu, pengalaman, dan data-data sekunder selama penelitian.

7. Zulfikri dan Anindya Gitta yang telah banyak memberikan bantuan, nasehat, dan motivasinya selama penelitian.

8. Keluarga besar VILLA CEMPAKA dan KSHE 44 “KOAK” yang telah

memberikan doa, motivasi, dan bantuannya selama penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu dari awal hingga selesainya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Taksonomi ... 4

2.2 Morfologi ... 4

2.3 Ekologi dan Reproduksi ... 7

2.4 Habitat dan Penyebaran ... 8

2.5 Populasi ... 8

2.6 Aktivitas Harian ... 9

2.7 Teknik Penangkaran ... 10

BAB III METODE PENELITIAN ... 13

3.1 Waktu dan Lokasi ... 13

3.2 Alat dan Bahan ... 13

3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 13

3.3.1 Data primer ... 13

3.3.2 Data sekunder ... 15

3.4 Analisis Data ... 15

3.4.1 Teknik penangkaran ... 15

3.4.2 Aktivitas harian ... 16

BAB IV KONDISI UMUM ... 19

4.1 Sejarah kawasan ... 19

(11)

4.3 Letak dan Luas Kawasan ... 19

4.4 Kondisi Biologi ... 20

4.5 Struktur Organisasi dan Kepegawaian ... 20

4.6 Aksesibilitas ... 20

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1 Teknik Penangkaran ... 21

5.1.1 Perkandangan ... 21

5.1.2 Kesehatan ... 25

5.1.3 Pengaturan reproduksi ... 27

5.1.4 Pakan ... 32

5.1.5 Pemanfaatan atau pengelolaan hasil ... 38

5.1.6 Teknik adaptasi satwa ... 39

5.2 Faktor Penunjang Keberhasilan dalam Kegiatan Pengelolaan Penangkaran di MBOF ... 40

5.3 Aktivitas Harian ... 41

5.3.1 Alokasi waktu aktivitas harian mambruk victoria ... 41

5.3.2 Karakteristik aktivitas harian mambruk victoria ... 42

5.3.3 Interaksi sosial antar individu mambruk victoria ... 60

5.3.4 Penentuan jenis kelamin berdasarkan perilaku ... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

6.1 Kesimpulan ... 67

6.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(12)

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Hubungan kekerabatan antara Goura victoria dengan Goura cristata dan

Goura scheepmakeri ... 6

2. Ukuran populasi mambruk victoria (Goura victoria Fraser, 1844) tahun 2000 – 2008 ... 9

3. Perbedaan antara penangkaran untuk tujuan budidaya dan untuk tujuan konservasi ... 11

4. Beberapa jenis burung yang ditangkarkan di MBOF ... 20

5. Perbandingan ukuran tubuh mambruk victoria jantan dan betina di MBOF ... 28

6. Persentase tingkat keberhasilan breeding pada mambruk victoria di MBOF ... 31

7. Persentase jumlah pakan yang diberikan pada mambruk victoria di MBOF ... 34

8. Kandungan gizi pakan mambruk victoria di MBOF ... 37

9. Kandungan gizi formulasi pakan untuk mambruk victoria di MBOF ... 37

10. Alokasi waktu aktivitas harian mambruk victoria di MBOF ... 41

11. Hasil uji khi-kuadrat (X2) terhadap waktu rata-rata aktivitas harian mambruk victoria di MBOF ... 65

(13)

No. Halaman

1. Goura victoria Fraser, 1844 ... 6

2. Goura cristata Pallas, 1764 ... 7

3. Goura scheepmakeri Finsch, 1876 ... 7

4. Lokasi penyebaran burung mambruk victoria ... 8

5. Fasilitas di dalam kandang mambruk victoria, (A) tempat pakan; (B) tempat minum; (C) tempat bersarang; (D) tempat bertengger; dan (E) kolam ... 22

6. Grafik suhu dalam kandang mambruk victoria ... 24

7. Grafik kelembaban udara dalam kandang mambruk victoria ... 24

8. Mambruk victoria betina (A) dan mambruk victoria jantan (B) di MBOF 29

9. Jenis pakan utama mambruk victoria di MBOF yang terdiri dari (A) beras merah; (B) beras menir; dan (C) jagung giling kuning ... 33

10. Jenis pakan tambahan mambruk victoria di MBOF yang terdiri dari campuran jagung muda kuning; sawi; daun pepaya; dan tauge kacang hijau ... 33

11. Tingkah laku berjalan pada mambruk victoria di MBOF ... 43

12. Persentase frekuensi tingkah laku berjalan berdasarkan waktu pengamatan ... 43

13. Persentase frekuensi tingkah laku memanggil berdasarkan waktu pengamatan ... 44

14. Persentase frekuensi tingkah laku membuang kotoran berdasarkan waktu pengamatan ... 45

15. Persentase frekuensi tingkah laku mematuk benda berdasarkan waktu pengamatan ... 46

16. Tingkah laku diam pada mambruk victoria di MBOF ... 47

17. Persentase frekuensi tingkah laku diam berdasarkan waktu pengamatan ... 47

18. Tingkah laku makan pada mambruk victoria di MBOF ... 48

19. Persentase frekuensi tingkah laku makan berdasarkan waktu pengamatan 49 20. Persentase frekuensi tingkah laku minum berdasarkan waktu pengamatan 50

(14)

viii

21. Tingkah laku menyelisik bulu pada mambruk victoria di MBOF ... 51 22. Persentase frekuensi tingkah laku menyelisik bulu berdasarkan waktu

pengamatan ... 51 23. Tingkah laku siaga pada mambruk victoria di MBOF ... 52 24. Persentase frekuensi tingkah laku siaga berdasarkan waktu pengamatan .. 53 25. Persentase frekuensi tingkah laku menari berdasarkan waktu pengamatan 54 26. Tingkah laku berjemur pada mambruk victoria di MBOF ... 55 27. Persentase frekuensi tingkah laku berjemur berdasarkan waktu

pengamatan ... 56 28. Tingkah laku istirahat pada mambruk victoria di MBOF ... 57 29. Persentase frekuensi tingkah laku istirahat berdasarkan waktu

pengamatan ... 57 30. Persentase frekuensi tingkah laku terbang berdasarkan waktu pengamatan 58 31. Persentase frekuensi tingkah laku membersihkan paruh berdasarkan waktu

pengamatan ... 59 32. Persentase frekuensi tingkah laku saling menyelisik bulu berdasarkan

waktu pengamatan ... 61 33. Tingkah laku saling mendekati pada mambruk victoria di MBOF

(a) betina; (b) jantan ... 62 34. Persentase frekuensi tingkah laku saling mendekati berdasarkan waktu

pengamatan ... 62 35. Tingkah laku saling mengejar pada mambruk victoria di MBOF ... 63 36. Persentase frekuensi tingkah laku saling mengejar berdasarkan waktu

pengamatan ... 63 37. Persentase frekuensi tingkah laku saling mematuk berdasarkan waktu

(15)

No. Halaman 1. Panduan wawancara dengan pengelola Mega Bird and Orchid Farm

(MBOF) ... 73 2. Hasilrataan suhu dan kelembaban udara di dalam kandang mambruk

victoria ... 75 3. Hasilpersentase tingkat keberhasilan breeding mambruk victoria di

MBOF ... 76 4. Perbandingan ukuran tubuh mambruk victoria jantan dan betina

di MBOF ... 77 5. Lama waktu (menit/hari) aktivitas harian mambruk victoria jantan

berdasarkan waktu pengamatan ... 78 6. Lama waktu (menit/hari) aktivitas harian mambruk victoria betina

berdasarkan waktu pengamatan ... 79 7. Rata-rata sebaran waktu temporal (menit/hari) aktivitas harian mambruk

victoria berdasarkan waktu pengamatan ... 80 8. Hasil uji khi-kuadrat tingkah laku berjalan pada mambruk victoria

terhadap jenis kelamin ... 81 9. Hasil uji khi-kuadrat tingkah laku membuang kotoran pada mambruk

victoria terhadap jenis kelamin ... 82 10. Hasil uji khi-kuadrat tingkah laku siaga mambruk victoria terhadap

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mambruk victoria (Goura victoria Fraser, 1844) termasuk ke dalam ordo Columbiformes, famili Columbidae, dan merupakan salah satu jenis burung endemik di Papua (Grzimek 1972, diacu dalam Oetami 1991). Menurut Notanubun (2002), disebut sebagai burung mambruk atau dara mahkota karena memiliki mahkota yang indah sehingga penduduk Papua menjadikan satwa ini sebagai burung hias atau burung peliharaan, bahkan menjadi lambang salah satu kabupaten di Papua (Kabupaten Manokwari).

Potensi keindahan morfologis dan keunikan tingkah laku merupakan daya tarik burung mambruk victoria sehingga menyebabkan perburuan terhadap jenis tersebut sering dilakukan, terutama untuk kesenangan atau hobi serta untuk dijadikan sebagai sumber protein hewani (Anonim 1996, diacu dalam Tribisono 2002). Akibat dari kegiatan tersebut, populasi burung mambruk victoria semakin menurun. Menurut Sukmantoro et al. (2007), terancamnya kehidupan burung mambruk victoria telah mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia dengan tercantumnya jenis ini ke dalam Undang-Undang (UU) No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Selain itu, mambruk victoria juga mendapat perhatian dari dunia internasional dan hal ini terbukti bahwa pada tahun 1994 sampai tahun 2010, jenis ini sudah tercantum dalam IUCN Redlist versi 3.1 dengan kategori Vulnerable (terancam punah) serta masuk dalam kategori Apendiks II CITES (BirdLife International 2008; Sukmantoro et al. 2007).

Untuk menjaga eksistensi sekaligus memulihkan populasi burung mambruk victoria di habitat alaminya, perlu dilakukan kegiatan konservasi. Kegiatan konservasi burung dapat dilakukan secara in-situ (di dalam habitat alaminya), seperti melalui perlindungan jenis, pembinaan habitat, dan populasi serta secara ek-situ (di luar habitat alaminya), salah satunya melalui kegiatan penangkaran. Penangkaran satwaliar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

(17)

mengembangbiakkan jenis-jenis satwaliar dengan tujuan untuk memperbanyak populasi dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya, sehingga kelestarian dan keberadaannya di alam dapat dipertahankan (Thohari 1987).

Menurut Setio dan Takandjandji (2007), kegiatan penangkaran burung tidak hanya sekedar untuk kegiatan konservasi jenis dan peningkatan populasi tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengembangan wisata. Hasil penangkaran dapat di lepas-liarkan ke habitat alam serta sebagian lainnya dapat dimanfaatkan untuk tujuan komersial, terutama mulai dari hasil keturunan kedua (F2).

Kegiatan penangkaran burung didasarkan pada PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa serta PP No. 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwaliar yang merupakan bagian dari upaya pemanfaatan jenis flora-fauna liar dengan tujuan agar dapat didayagunakan secara lestari untuk sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat (Setio & Takandjandji 2007). Salah satu penangkaran yang berhasil mengembangbiakkan mambruk victoria adalah Mega Bird and Orchid Farm (MBOF), PT. Mega Bumi Indah Lestari. Kegiatan konservasi secara ek-situ di lokasi tersebut dilakukan melalui pengelolaan pakan, kandang, kesehatan, dan kebutuhan lain dari burung mambruk victoria sehingga satwa tersebut mampu berkembang biak dengan baik.

Selain itu, masih minimnya informasi mengenai aktivitas harian mambruk victoria juga menjadi salah satu alasan dilakukan penelitian ini sebagai salah satu upaya memberikan informasi kepada masyarakat yang tertarik untuk memelihara satwa tersebut sehingga dapat diperoleh suatu teknik penangkaran yang baik dengan memperhatikan aktivitas harian dari mambruk victoria di dalam penangkaran. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang teknik penangkaran yang baik sehingga dapat mendukung usaha pelestarian populasi burung mambruk victoria untuk kegiatan pelepas-liaran mambruk victoria ke habitat alaminya.

(18)

3

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari teknik penangkaran mambruk victoria di MBOF.

2. Mengidentifikasi faktor keberhasilan penangkaran mambruk victoria di MBOF.

3. Mengamati aktivitas harian mambruk victoria di MBOF.

1.3 Manfaat

Dari hasil penelitian mengenai teknik panangkaran dan aktivitas harian pada mambruk victoria (Gouravictoria Fraser, 1844) diharapkan dapat dijadikan suatu informasi bagi upaya pengembangan penangkaran mambruk victoria, khususnya di MBOF, Bogor, Jawa Barat.

(19)

2.1 Taksonomi

Burung dara mahkota oleh masyarakat Papua sering disebut dengan nama Mambruk victoria, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan Victoria Crowned Pigeon (Notanubun 2002). Menurut Grzimek (1972), diacu dalam Oetami (1991) dan Warsito (2010), klasifikasi dan sistematika dari burung mambruk victoria adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Sub-Filum : Vertebrata Kelas : Aves Bangsa : Columbiformes Famili : Columbidae Sub-Famili : Gourinae Genus : Goura

Jenis : Goura victoria Fraser, 1844

Menurut Notanubun (2002), mambruk victoria merupakan jenis burung endemik Papua yang memiliki kekerabatan dengan dua jenis burung mambruk lainnya, yaitu mambruk ubiaat (Goura cristata Pallas, 1764) dan mambruk selatan (Goura scheepmakeri Finsch, 1876).

2.2 Morfologi

Menurut Kiman (1979), diacu dalam Notanubun (2002), burung dara mahkota victoria atau mambruk victoria (Goura victoria) merupakan jenis mambruk yang paling mudah dibedakan dibandingkan kedua jenis mambruk lainnya (Goura cristata dan Goura scheepmakeri) dengan melihat bulu-bulu pada mahkotanya. Ujung bulu mahkota pada mambruk victoria berwarna biru bercampur abu-abu dan putih serta ditengahnya terdapat corak seperti mata (bulatan kecil yang disebut occeli) dengan bentuk mahkota yang berdiri tegak, pipih, dan lebar menyerupai kipas.

(20)

5

Menurut Wahyuningsih (1991), diacu dalam Notanubun (2002) dan Rumbino (1997), burung jantan dan burung betina mambruk victoria dapat dibedakan dari bentuk tubuh, bagian atas kepala, dan ukuran paruh. Burung jantan memiliki bentuk tubuh yang agak membulat, sedangkan pada burung betina memiliki bentuk tubuh yang memanjang. Bagian atas kepala pada burung jantan agak melengkung dan pada burung betina agak mendatar, sedangkan untuk ukuran paruh, pada burung jantan memiliki ukuran paruh yang besar dan agak panjang, sedangkan pada burung betina memiliki ukuran paruh yang kecil dan agak pendek.

Menurut BirdLife International (2000), mambruk victoria memiliki ukuran tubuh yang besar dengan panjang badan ± 74 cm. Memiliki warna abu-abu baja dan biru marun dengan jambul yang mengagumkan berwarna putih. Selain memiliki warna bulu yang indah dan mahkota berbentuk kipas di atas kepalanya, burung mambruk victoria memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan jenis lainnya yakni memiliki ukuran tubuh yang besar, tidak dapat terbang jauh tetapi dapat berjalan dengan cepat (Oetami 1991). Namun, menurut Kiman (1979) dan Anonim (1991), diacu dalam Notanubun (2002), burung mambruk victoria dewasa memiliki panjang badan 60 – 80 cm yang diukur dari ujung paruh sampai ujung ekor. Selain itu, burung mambruk victoria memiliki ukuran telur yang cukup besar yang melebihi ukuran telur ayam kampung dengan bobot telur berkisar antara 70 – 90 gram dan berwarna putih. Mambruk victoria memiliki ciri morfologi yang hampir mirip dengan mambruk ubiaat (Goura cristata) dan mambruk selatan (Goura scheepmakeri). Keterangan singkat yang menerangkan ciri morfologi antara Goura victoria dengan Goura cristata dan Goura scheepmakeri yang dapat dilihat pada Tabel 1, Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3.

(21)

Tabel 1 Hubungan kekerabatan antara Gouravictoria dengan Goura cristata dan

Goura scheepmakeri

No Keterangan Goura victoria Goura cristata Goura scheepmakeri

1 Nama Latin Goura victoria Fraser, 1844

Goura cristata Pallas, 1764 Goura scheepmakeri Finsch, 1876 2 Nama Inggris Victoria Crowned-pigeon Western Crowned Pigeon Southern Crowned Pigeon 3 Nama

Indonesia Mambruk victoria Mambruk ubiaat Mambruk selatan

4 Penyebaran

P. Yapen, P. Biak, dan P. Papua bagian utara, dari ujung Teluk Cendrawasih, ke timur melalui Sepik-Ramu, kemudian di Tenggara dari desa Morobe sampai Teluk Milne, di dekat permukaan laut.

Semenanjung Daerah Kepala Burung dan Semenanjung Onin, di Selatan sampai Teluk Etna ke arah Timur, dan di Utara sampai S. Siriwo, di ujung Teluk Cendrawasih, Misool, Salawati, Batanta, dan Kep. Waigeo

P. Papua bagian selatan, sampai Teluk Etna ke arah Barat

5 Habitat

Hutan dataran rendah dan hutan rawa sampai ketinggian 600 mdpl

Hutan aluvial sampai ketinggian 350 mdpl

Hutan dataran rendah dan hutan aluvial sampai ketinggian 500 mdpl 6 Deskripsi Suara Suara dentuman bergaung tenang

Panggilan hooom yang dalam dan bergema, diulang oleh anggota-anggota kawanan, hanya terdengar dalam jarak dekat Suara dentuman bergaung tenang 7 Morfologi Panjang tubuh 70 cm, jambul seperti kipas dan berujung putih, dada merah-manggis

Panjang tubuh 66 cm, merpati biru abu-abu dan hitam seperti kalkun, jambul seperti kipas dengan ujung jambul tidak berwarna putih, seluruh dada abu-abu, memiliki bercak hitam tidak teratur

Panjang tubuh 75 cm, jambul seperti kipas dengan ujung jambul tidak berwarna putih, dada merah-manggis

8 Status IUCN Vulnerable Vulnerable Vulnerable

9 Status

CITES Apendiks 2 Apendiks 2 Apendiks 2 Sumber: PPBLI (2002); BirdLife International (2008).

(22)

7

Gambar 2 Goura cristata Pallas, 1764.

Gambar 3 Goura scheepmakeri Finsch, 1876.

2.3 Ekologi dan Reproduksi

Menurut BirdLife International (2000) dan Warsito (2010), mambruk victoria merupakan jenis burung terestrial dan sering ditemukan di hutan dataran rendah serta hutan rawa, tetapi jenis ini terkadang dapat dijumpai hingga ketinggian 600 mdpl. Jenis ini biasanya hidup dalam kelompok kecil dengan jumlah individu dalam tiap kelompok berkisar antara 2 – 10 ekor. Mambruk victoria merupakan jenis burung yang menganut pola perkawinan monogami (tidak berganti pasangan) dan mulai melakukan proses perkawinan pada umur 15 bulan dengan jumlah telur sebanyak satu buah.

Menurut Warsito (2010), perkawinan mambruk victoria di dalam penangkaran terjadi sepanjang tahun dengan proses perkawinan yang cukup tinggi terjadi pada bulan April – Juni dan November – Maret dengan masa pengeraman rata-rata 22 – 24 hari. Telur yang dihasilkan selama satu musim perkawinan sebanyak 1 – 2 butir telur dengan ukuran 55 mm × 38 mm atau sedikit lebih besar dari telur ayam kampung (Setio et al. 1996, diacu dalam Warsito 2010).

(23)

2.4 Habitat dan Penyebaran

Menurut Alikodra (2002), habitat satwaliar merupakan suatu kesatuan dari faktor fisik maupun biotik yang digunakan untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Burung mambruk victoria pada umumnya menyukai hutan yang memiliki pohon yang besar dan terdapat sumber air dengan temperatur berkisar antara 20 – 27oC dan kelembaban udara berkisar antara 80 – 92% (Anonim 1991, diacu dalam Notanubun 2002).

Menurut BirdLife International (2008), Burung Indonesia (2004), dan Goodwin (1983), diacu dalam Notanubun (2002), burung mambruk victoria tersebar di bagian Utara pulau Papua (kepulauan Yapen dan Biak), mulai dari Sungai Siriwo hingga Teluk Astrolobe diantara Teluk Collingwood dan teluk Holnicote serta di daerah gunung Macao dan teluk Cendrawasih (hibridisasi dengan mambruk ubiaat) kemudian di Tenggara dari desa Morobe sampai teluk Milne di dekat permukaan laut (Gambar 4).

Gambar 4 Lokasi penyebaran burung mambruk victoria (BirdLife International 2008).

2.5 Populasi

Menurut Belterman et al. (2008), populasi mambruk victoria dari tahun 2000 – 2008 dapat dilihat pada Tabel 2.

(24)

9

Tabel 2 Ukuran populasi mambruk victoria (Goura victoria Fraser, 1844) tahun 2000 – 2008

Tahun Jantan Betina Tidak Diketahui Total (ekor)

2000 41 41 1 83 2001 47 45 5 97 2002 50 46 4 100 2003 49 45 2 96 2004 52 48 3 103 2005 56 47 3 106 2006 60 48 2 110 2007 71 50 3 124 2008 70 50 7 127 2.6 Aktivitas Harian

Perilaku satwa merupakan ekspresi satwa terhadap faktor internal dan eksternal yang dilakukan sebagai suatu respon dari tubuh terhadap rangsangan dari lingkungannya (Suratmo 1979). Fungsi dari perilaku adalah untuk menyesuaikan diri terhadap beberapa perubahan yang dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam (Alikodra 2002). Pola perilaku merupakan segmen perilaku yang memiliki fungsi adaptasi dan dikelompokkan menjadi beberapa perilaku utama yaitu (Alikodra 2002; Lehner 1979):

1. Perilaku makan dan minum (ingestive behaviour).

2. Perilaku mencari tempat berlindung (shelter seeking behaviour). 3. Perilaku bertentangan (agonistic behaviour).

4. Perilaku memelihara (epimeletic behaviour). 5. Perilaku ingin dipelihara (et-epimeletic behaviour). 6. Perilaku meniru (allelometic behaviour).

7. Perilaku membuang kotoran (eliminative behaviour). 8. Perilaku memeriksa (investigative behaviour). 9. Perilaku seksual (seksual behaviour).

Menurut PPBLI (2002), aktivitas harian mambruk victoria adalah sering bergerombol dalam kelompok kecil di dataran rendah dan biasanya pada hutan aluvial yang tidak terganggu. Satwa ini agak jinak tetapi akan segera terbang gesit dan ribut menerobos vegetasi sampai menemukan tempat bertengger di bawah kanopi pohon. Sayap dikepakkan keras (sering berpasangan) ketika mulai terbang dengan ekor dikibaskan ke atas dan ke bawah dengan gugup, cepat, dan dangkal. Satwa ini tertarik untuk berlindung di lokasi persiapan kebun sagu.

(25)

Perilaku sosial dari mambruk victoria dapat dilihat dari perilaku mambruk yang akan mengeluarkan suara “hoooom” berulang-ulang untuk memanggil

mambruk victoria lain agar bergabung untuk menikmati makanan bersama-sama. Selain itu, suara yang sama akan dikeluarkan ketika mambruk merasa terganggu atau terancam. Namun, perilaku yang ditunjukkan adalah mengeluarkan suara yang disertai suara kepakan sayap mambruk yang terbang meninggalkan lokasi tempat berkumpul (Warsito 2010).

Aktivitas harian mambruk victoria di dalam penangkaran adalah berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 ekor. Perkelahian antar burung mambruk jantan juga sering terjadi di dalam penangkaran untuk memperebutkan burung betina. Perkawinan mambruk dimulai dengan gerakan menggangguk-anggukkan kepala yang diikuti dengan gerakan mengais tanah sambil mengeluarkan suara “hoooomm” untuk menarik perhatian burung betina.

Proses perkawinan mambruk di dalam penangkaran terjadi sangat singkat dan dilakukan di sembarang tempat. Proses ini biasanya dilakukan pada saat burung mambruk sedang istirahat (Warsito 2010).

Proses pengasuhan anakan mambruk biasanya dilakukan oleh kedua induknya. Anakan mambruk secara naluriah dilatih untuk mencari makan dengan cara mengais-ngais tanah maupun mematuk-matuk. Selama masa pengasuhan, induk mambruk akan menjaga dan membantu mencari makanan hingga anakan mambruk sampai pada usia dewasa (8 – 10 bulan). Setelah anakan mambruk mencapai usia dewasa, kedua induk mambruk secara alamiah akan berjalan sendiri untuk memisahkan diri dengan anaknya dan pada akhirnya induk mambruk dapat berkembang biak lagi (Warsito 2010).

2.7 Teknik Penangkaran

Penangkaran merupakan kegiatan untuk mengembangbiakkan jenis-jenis satwaliar dan tumbuhan alam yang bertujuan untuk memperbanyak populasi dengan mempertahankan kemurnian jenis sehingga kelestarian dan keberadaannya di alam tetap terjaga yang meliputi kegiatan pengumpulan bibit, mengembangbiakan, memelihara, membesarkan, dan restocking yang bertujuan untuk melestarikan satwa liar dan tumbuhan alam maupun memperbanyak populasinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Thohari 1987).

(26)

11

Menurut Helvoort et al. (1986), berdasarkan tujuannya penangkaran dibagi menjadi dua yaitu untuk tujuan budidaya dan konservasi yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Perbedaan antara penangkaran untuk tujuan budidaya dan untuk tujuan konservasi

Aspek Budidaya Konservasi

Obyek

Beberapa individu dan ciri-cirinya Suatu populasi dan ciri-cirinya Ras (varietas, forma) Jenis atau anak jenis

Jumlah Individu total yang

dimanipulasikan (N) terbatas Jumlah total individu (N) besar

Sasaran

Domestikasi Release (pelepas-liaran) Perubahan jenis (dalam arti

menciptakan ras atau forma) Tidak merubah jenis Komersial (terutama segi kuantitas) Non-komersial

Terkurung untuk selama-lamanya. Pengembalian kepada alam asli

Manfaat

Memenuhi kebutuhan material (protein, kulit, dan lain-lain)

Mempertahankan stabilitas ekosistem

Memenuhi kebutuhan batin dan

sosial Meningkatkan nilai keindahan alam Jangka waktu Pendek sampai sedang (1–250 tahun) Selama-lamanya

Metode

Menerapkan teknologi reproduksi

(IB, IVF, TE, dll) Mempertahankan seks rasio Meningkatkan jumlah individu yang

mau kawin

Menjaga keturunan agar tidak di dominasi jenis tertentu

Penentuan pasangan diatur Penentuan pasangan secara acak Memungkinkan terjadinya

inbreeding dan mutasi gen

Menghindari terjadinya inbreeding

dan mutasi gen

Menangkarkan mambruk victoria merupakan salah satu bentuk kegiatan yang harus dilakukan untuk menanggulangi punahnya mambruk victoria di alam. Kegiatan penangkaran mambruk victoria dapat membantu keberlangsungan hidup satwa ini yang di habitat alaminya karena mambruk victoria banyak diburu untuk dimanfaatkan keindahan bulunya dan sebagai sumber protein hewani serta untuk mengurangi ancaman-ancaman yang ditimbulkan oleh predator (Setio & Takandjandji 2007; Brancato 2004).

Menurut Warsito (2010), lokasi penangkaran mambruk victoria sebaiknya dibangun di tempat yang sejuk atau memiliki banyak pepohonan dan suasana yang agak tenang atau jauh dari keramaian atau pemukiman penduduk untuk menghindari mambruk dari gangguan dan mengurangi stress. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan dalam penangkaran mambruk adalah kandang. Kandang yang diperlukan dalam menangkarkan mambruk setidaknya terdapat dua buah kandang yaitu kandang karantina dan kandang pemeliharaan. Dalam menangkarkan mambruk sebaiknya juga memperhatikan aspek kesehatan mambruk, baik dari

(27)

segi pakan maupun obat. Penanaman pakan buah alami di sekitar penangkaran seperti jambu air (Syzigium sp.), pepaya (Carica papaya), buah beringin (Ficus

sp.), kersen (Muntinga sp.), jagung (Zea mays), dan kacang-kacangan, selain sebagai tempat berlindung dan penghasil pakan, jenis-jenis tumbuhan tersebut juga dapat membuat burung mambruk merasa lebih nyaman seperti di habitat alaminya. Menurut Warsito (2010), penyakit yang menyerang mambruk di penangkaran pada umumnya hampir sama dengan penyakit yang menyerang pada ayam atau unggas seperti penyakit cacingan, CRD (Crhonic Respiratory Disease), berak darah, berak kapur (Pullorum), radang usus (Quail Enteritis), dan cacar unggas (Fowl Pox).

Selain itu, pemilihan induk yang baik dan dapat dijadikan sebagai bibit atau induk produktif juga termasuk dalam satu teknik menangkarkan mambruk. Pengaturan penetasan dengan menggunakan mesin penetas memiliki daya tetas yang lebih baik apabila telur tersebut berumur 4 – 7 hari dengan pengaturan suhu 37 – 39oC dan dengan kelembaban 67 – 70% serta diletakkan pada posisi miring 45o dan dibalik atau diputar setiap empat jam sekali agar telur mendapatkan panas yang merata. Selain itu, proses penyapihan anakan mambruk dilakukan dengan cara yang sederhana yakni anakan mambruk yang baru menetas diletakkan di dalam kotak yang agak terbuka berukuran 45 cm × 45 cm dengan diberikan lampu lima watt dan suhu berkisar antara 25 – 30oC sehingga dapat memberikan kehangatan bagi anakan mambruk (Warsito 2010).

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi

Penelitian mengenai Teknik Penangkaran dan Aktivitas Harian Mambruk victoria (Goura victoria Fraser, 1844) dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2011. Penelitian dilaksanakan di Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) yang berlokasi di Desa Cijujung Tengah, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, pencatat waktu (stopwatch), kamera, panduan wawancara, termometer dry-wet, dan pita ukur. Bahan yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah mambruk victoria yang terdapat di MBOF.

3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Data primer

Data primer yang dikumpulkan mencakup dua data utama yaitu a) teknik penangkaran dan b) aktivitas harian.

a. Teknik penangkaran

Data yang diambil mengenai teknik penangkaran mambruk victoria antara lain:

1. Perkandangan meliputi jenis dan ukuran kandang, konstruksi kandang, fasilitas di dalam kandang, perawatan dan sanitasi kandang serta suhu dan kelembaban kandang.

2. Kesehatan meliputi jenis-jenis penyakit yang sering diderita mambruk victoria, cara pencegahan atau penanggulangan serta cara pencegahan atau pengobatan.

3. Pengaturan reproduksi meliputi sumber dan jumlah bibit, penentuan jenis kelamin, pemilihan induk dan penjodohan, pengaturan peneluran atau penetasan, pengasuhan atau pembesaran piyik, dan tingkat keberhasilan

(29)

4. Pakan meliputi jenis pakan, jumlah dan cara pemberian pakan, dan kandungan gizi pakan.

5. Pemanfaatan atau pengelolaan hasil meliputi harga jual dan harga beli, cara penanganan satwa yang akan dijual, dan proses pengiriman.

6. Teknik adaptasi satwa meliputi proses perlakuan satwa dan lama waktu adaptasi.

Data tersebut secara umum diperoleh dengan menggunakan metode pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak pengelola MBOF (Lampiran 1).

b. Aktivitas harian

Data yang diambil mengenai aktivitas harian mambruk victoria mencakup perilaku event, perilaku state, dan perilaku sosial (Indasari 2001; Purnama 2006; Rekapermana 2005; Rumbino 1997; Tribisono 2002; Warsito 2010).

1. Perilaku event merupakan perilaku yang terjadi dalam waktu singkat: a) Berjalan b) Memanggil (calling) c) Mematuk benda d) Membuang kotoran e) Menari f) Terbang g) Membersihkan paruh h) Kawin

2. Perilaku state merupakan perilaku yang terjadi dalam waktu yang lama: a) Diam b) Makan c) Minum d) Mandi e) Menyelisik bulu f) Siaga g) Berjemur h) Istirahat

(30)

15

3. Perilaku sosial merupakan interaksi diantara individu mambruk victoria: a) Saling menyelisik bulu

b) Saling mendekati c) Saling mengejar d) Saling mematuk

Pengamatan mengenai aktivitas harian mambruk victoria dilakukan dengan menggunakan metode one-zero sampling yaitu dengan memberikan nilai 1 (satu) jika ada aktivitas dan memberikan nilai 0 (nol) jika tidak ada aktivitas (Martin & Bateson 1988). Jumlah contoh mambruk victoria yang diamati aktivitasnya adalah dua individu yang mewakili jenis kelamin jantan dan jenis kelamin betina. Pengamatan dilakukan selama 10 jam mulai dari pukul 07.00 – 17.00 WIB. Pengamatan aktivitas harian mambruk victoria dilakukan selama 10 hari dengan masing-masing jenis kelamin dilakukan pengamatan selama lima kali ulangan atau tiap jenis kelamin dilakukan pengamatan selama lima hari.

Dalam pengamatan aktivitas harian juga dilakukan pengambilan data mengenai mengenai ciri morfologi dari mambruk victoria untuk mengetahui perbedaan jantan dan betina yang diamati meliputi panjang badan, lingkar badan, panjang paruh, panjang kaki, panjang ekor, panjang rentangan sayap, dan tinggi mahkota yang diketahui berdasarkan pengukuran langsung terhadap individu jantan dan individu betina mambruk victoria yang diamati.

3.3.2 Data sekunder

Data sekunder diperlukan sebagai bahan penunjang dari data primer yang akan diambil. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur mengenai cara hidup, pola perilaku, dan faktor-faktor lain yang menunjang keberhasilan dalam kegiatan penangkaran mambruk victoria.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Teknik penangkaran

Analisis data mengenai teknik penangkaran dilakukan secara deskriptif dengan menguraikan dan menjelaskan mengenai teknik pengelolaan penangkaran mambruk victoria yang dilengkapi dengan tabel, gambar, dan kurva yang relevan. Selain itu, untuk mengetahui tingkat keberhasilan breeding dalam penangkaran

(31)

mambruk victoria di MBOF, data diolah secara kuantitatif dengan menggunakan rumus:

a. Persentase daya tetas telur:

a = ∑ telur yang berhasil menetas

b = ∑ total telur yang dihasilkan b. Persentase angka kematian:

M = ∑ anak yang mati

Mt = ∑ total anak

c. Persentase tingkat perkembangbiakan:

I = ∑ induk yang bertelur

It = ∑ total induk

Untuk mengetahui tinggi rendahnya persentase tingkat keberhasilan

breeding pada mambruk victoria di MBOF, dapat ditentukan dengan beberapa kriteria antara lain:

a. Kriteria daya tetas telur: c. Kriteria tingkat perkembangbiakan: 0 – 30% = rendah 0 – 30% = rendah

31 – 70% = sedang 31 – 70% = sedang 71 – 100% = tinggi 71 – 100% = tinggi b. Kriteria angka kematian:

0 – 30% = rendah 31 – 70% = sedang 71 – 100% = tinggi

3.4.2 Aktivitas harian

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan mengenai aktivitas harian mambruk victoria kemudian dianalisis dan disajikan secara deskriptif yang dilengkapi oleh gambar, tabel, dan kurva atau grafik yang relevan. Untuk

(32)

17

2

mengetahui presentase frekuensi suatu aktivitas dari total lamanya pengamatan aktivitas dalam sehari digunakan rumus:

Persentase frekuensi aktivitas (%) = Keterangan:

X = frekuensi tingkah laku dalam n jam pengamatan

Y = total frekuensi perilaku dalam 10 jam pengamatan (10 jam = 600 menit) Selain itu, untuk mengetahui waktu yang digunakan dari suatu tingkah laku dalam satu hari menggunakan rumus:

Persentase waktu seluruh tingkah laku (%) = Keterangan:

A = waktu yang digunakan untuk suatu tingkah laku dalam satu hari pengamatan

B = total waktu pengamatan dalam satu hari (10 jam = 600 menit)

Pengujian terhadap hubungan antara parameter yang diukur dan diamati menggunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 = tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian

mambruk victoria

H1 = ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian mambruk

victoria

Hipotesis tersebut kemudian diuji menggunakan uji X2 atau khi-kuadrat (Walpole 1997), melalui rumus:

X2 hitung=

Keterangan:

Oi = nilai pengamatan aktivitas harian mambruk victoria

Ei = nilai harapan aktivitas harian mambruk victoria

Untuk mengetahui nilai harapan mambruk victoria, dapat dicari dengan menggunakan rumus:

(33)

Pengambilan keputusan atas hipotesis yang diuji dengan uji khi-kuadrat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

Jika X2hitung > dari X2tabel, maka tolak H0

Jika X2hitung< dari X2tabel, maka terima H0

Untuk mengetahui nilai pada X2tabel maka digunakan rumus:

db = (p-1) Keterangan:

p = banyaknya ulangan

Selain itu, selang kepercayaan (SK) yang digunakan adalah sebesar 99% dengan X2tabel untuk α0,99;4 adalah 0,297.

(34)

BAB IV

KONDISI UMUM

4.1 Sejarah Kawasan

Penangkaran Mega Bird Farm didirikan pada tahun 1996 berdasarkan hobi pengelola dalam memelihara burung khususnya burung-burung berkicau dan burung jalak bali (Leucopsar rothschildi). Pada tahun 2010, lokasi ini berganti nama menjadi Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) yang kemudian disahkan dan diakui oleh pemerintah berdasarkan pada Surat Keputusan Direktorat Jenderal PHKA No. SK. 22/IV-SET/2010 tentang pemberian izin penangkaran jalak bali (Leucopsar rothschildi) yang dilindungi oleh undang-undang dan Surat Keputusan BBKSDA Jawa Barat No. SK. 164/BBKSDA-JABAR-1/2010 tentang pemberian izin penangkaran burung yang tidak dilindungi oleh undang-undang serta pada tahun 2011, pemerintah juga telah mengeluarkan surat keputusan melalui Direktorat Jenderal PHKA dengan No. SK. 22/IV-SET/2011 tentang izin usaha penangkaran burung (aves) yang dilindungi oleh undang-undang.

4.2 Tujuan dan Manfaat

Mega Bird and Orchid Farm memiliki tujuan untuk kegiatan konservasi (pelepas-liaran ke alam) dan untuk tujuan ekonomi. Selain itu, penangkaran ini juga memiliki manfaat antara lain:

a. Untuk kegiatan pendidikan dan penelitian.

b. Menjaga jenis-jenis dilindungi dari ancaman kepunahan.

c. Mengembangbiakkan jenis-jenis dilindungi di luar habitat aslinya dengan tetap menjaga kemurnian genetiknya.

4.3 Letak dan Luas Kawasan

Secara administratif, MBOF terletak di Desa Cijujung Tengah, RT. 05/ RW. 04, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi tersebut memiliki luas total sebesar 23.500 m2 yang terdiri dari luas bangunan sebesar 10.000 m2 dan luas pekarangan sebesar 13.500 m2.

(35)

4.4 Kondisi Biologi

Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di MBOF antara lain pohon rambutan (Nephelium lappaceum), jambu air (Syzygium aqueum), mangga (Mangifera indica), jambu biji (Psidium guajava), pisang (Musa sp.), dan pepaya (Carica papaya). Beberapa jenis burung yang ditangkarkan di MBOF dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Beberapa jenis burung yang ditangkarkan di MBOF

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Daerah Asal

1 Jalak bali Leucopsar rothschildi Endemik Bali Barat

2 Cucak rawa Pycnonotus zeylanicus Jawa, Sumatera, Kalimantan 3 Gelatik jawa Padda oryzivora Jawa, Bali, P. Kangean 4 Beo nias Gracula religiosa Jawa, Bali, Sumatera 5 Cendrawasih merah Paradisaea rubra P. Bantana, Gemien, Saonek 6 Cendrawasih kuning kecil Paradisaea minor Papua bag. Utara dan bag. Barat 7 Rangkong badak Buceros rhinoceros Sumatera, Kalimantan, Jawa 8 Kuau raja Argusianus argus Sumatera, Kalimantan 9 Kakatua raja Probosciger atterimus P. Misool, Kep. Aru 10 Merak hijau Pavo muticus Jawa

11 Merak biru Pavo cristatus Bangladesh, India, Nepal 12 Mambruk victoria Goura victoria P. Yapen, P. Biak

13 Murai batu Copsychus malabaricus Jawa, Sumatera, Kalimantan

4.5 Struktur Organisasi dan Kepegawaian

Mega Bird and Orchid Farm secara keseluruhan dipimpin oleh seorang direktur (Drs. Megananda Daryono, MBA) yang dibantu oleh seorang manajer (Supriyanto Akdiatmojo) dan seorang asisten manajer (Hari Dimas Prayogo), serta pegawai sebanyak 14 orang. Selain itu, untuk menjaga keamanan di lokasi tersebut, pengelola menggunakan tenaga keamanan sebanyak enam orang.

4.6 Aksesibilitas

Mega Bird and Orchid Farm terletak tidak jauh dari pusat kota Bogor. Lokasi ini dapat dicapai dari terminal Baranang Siang yang memiliki jarak sekitar 12,5 km dengan waktu tempuh sekitar 2 jam jika menggunakan angkutan umum dan sekitar 1 jam jika menggunakan kendaraan pribadi. Selain itu, lokasi ini juga dapat dicapai dari arah Kampus IPB Darmaga yang memiliki jarak sekitar 12 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam jika menggunakan angkutan umum dan sekitar 30 menit jika menggunakan kendaraan pribadi.

(36)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Teknik Penangkaran

5.1.1 Perkandangan

Kandang merupakan salah satu syarat yang diperlukan di dalam penangkaran mambruk. Untuk membuat kandang mambruk sebaiknya tidak terlalu besar atau tidak terlalu kecil dan harus disesuaikan dengan jumlah burung yang ada atau akan direncanakan dalam penangkaran (Warsito 2010). Untuk mendapatkan kondisi seperti di habitat alaminya, terdapat beberapa persyaratan dalam memilih lokasi kandang burung antara lain (Setio & Takandjandji 2007):

a. Berada pada tempat yang bebas banjir pada musim hujan. b. Jauh dari keramaian dan kebisingan.

c. Berada pada tempat yang mudah diawasi dan mudah dicapai. d. Tidak terganggu oleh berbagai polusi (debu, asap, dan bau gas).

e. Tidak berada pada tempat yang lembab, becek atau tergenang air karena akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.

f. Di dalam kandang hendaknya ditanami pohon-pohon pelindung agar terasa sejuk dan burung merasa seperti di habitat alaminya.

g. Terisolasi dari pengaruh binatang atau ternak lain.

h. Tersedianya sumber air yang cukup untuk minum dan mandi burung serta untuk pembersihan kandang.

i. Mudah untuk mendapatkan pakan dan tidak bersaing dengan manusia.

5.1.2.1Jenis dan ukuran kandang

Jenis kandang mambruk victoria di MBOF merupakan jenis kandang pemeliharaan. Kandang ini dibuat secara permanen yang berbentuk persegi panjang dengan atap yang lebih tinggi agar mambruk lebih leluasa dalam pergerakan sayapnya atau terbang dan sebaiknya kandang tersebut minimal memperoleh 80% terkena sinar matahari langsung (Warsito 2010). Kandang mambruk di MBOF memiliki ukuran panjang 40 m, lebar 25 m, dan tinggi 5 m atau seluas 1000 m2. Kandang tersebut biasa digunakan oleh mambruk untuk melakukan segala tingkah lakunya antara lain makan, minum, istirahat, kawin,

(37)

dan sebagainya. Selain itu, mambruk juga berasosiasi dengan jenis lain khususnya dalam hal makanan yakni dengan merak (Pavo sp.) dan itik mandarin (Aix galericulata Linnaeus, 1758).

5.1.2.2Konstruksi kandang

Konstruksi kandang mambruk di MBOF dibuat secara permanen dengan bahan-bahan antara lain dinding tembok, besi berdiameter 5 cm, dan kawat ram sebagai atap kandang. Pembuatan dinding tembok dilakukan untuk menghindari adanya gangguan yang dapat menyebabkan ketenangan burung menjadi terganggu. Selain itu, pembangunan kandang permanen untuk pemeliharaan mambruk memiliki keunggulan yaitu segi pemakaian yang lebih tahan lama daripada kandang yang terbuat dari bahan kayu atau bambu yang hanya bertahan 3 – 4 tahun (Warsito 2010).

5.1.2.3Fasilitas di dalam kandang

Secara umum, fasilitas yang terdapat di dalam kandang burung antara lain tempat bertengger yang terbuat dari batang pohon sehingga tampak alami dan tempat makan dan minum yang terbuat dari bahan plastik bermutu baik yang bertujuan untuk menghindari kandungan racun yang terdapat dalam plastik tersebut yang dapat mengganggu kesehatan satwa yang ditangkarkan (Dharmojono 1996, diacu dalam Nasution 2005). Beberapa fasilitas yang terdapat di dalam kandang mambruk victoria di MBOF antara lain tempat makan dan minum, tempat bertengger, tempat bersarang, dan kolam (Gambar 5).

Gambar 5 Fasilitas di dalam kandang mambruk victoria, (A) tempat makan; (B) tempat minum; (C) tempat bersarang; (D) tempat bertengger; dan (E) kolam.

(38)

23

Selain fasilitas tersebut, di dalam kandang mambruk victoria juga terdapat beberapa tumbuhan yaitu jambu air (Syzigium sp.) dan pepaya (Carica papaya). Selain sebagai tempat berlindung bagi mambruk victoria, tumbuhan tersebut juga berguna sebagai pakan buah alami (Warsito 2010). Berdasarkan hasil pengamatan di MBOF, pengelola menyediakan ranting-ranting pohon yang sengaja diletakkan di dalam kandang agar mambruk victoria dapat membuat sarang sendiri seperti di habitat alaminya. Menurut Waluyo et al. (1993), sarang mambruk victoria di habitat alaminya berdiameter antara 250 – 450 mm dengan kedalaman + 160 mm.

5.1.2.4Perawatan dan sanitasi kandang

Kebersihan kandang beserta kelengkapannya perlu diperhatikan karena termasuk ke dalam aspek perawatan kandang dan akan berhubungan dengan kesehatan burung. Menurut Setio dan Takandjandji (2007), beberapa tindakan yang diperlukan untuk merawat dan menjaga kebersihan kandang antara lain:

a) Mengeruk, menyikat, dan menyapu kotoran yang melekat pada bagian-bagian kandang untuk dibuang pada tempat pembuangan yang telah disediakan.

b) Menyemprot atau menyiram dengan air pada bagian kandang yang telah dibersihkan secara rutin dua kali sehari.

c) Menyemprot kandang dengan desinfektan secara teratur tiap sebulan sekali.

Kegiatan perawatan kandang di MBOF meliputi pembersihan kandang dari feses burung, sisa-sisa makanan burung, daun-daun kering, pembersihan tempat makan dan minum burung, serta penggantian dan perbaikan kawat ram atau besi yang sudah rusak. Kegiatan pembersihan di dalam kandang dilakukan secara rutin setiap dua kali sehari. Hal ini dilakukan untuk menghindari timbulnya

serangan berbagai penyakit sebagai akibat dari kandang yang kotor (Setio & Takandjandji 2007). Selain itu, perawatan tidak hanya dilakukan di

dalam kandang, melainkan juga dilakukan di luar kandang. Kegiatan perawatan di luar kandang meliputi pembersihan sampah-sampah atau daun-daun kering dan perawatan tanaman di sekitar kandang agar terlihat lebih indah. Berdasarkan hasil pengamatan di MBOF, alat-alat yang digunakan dalam merawat dan

(39)

membersihkan kandang antara lain sapu lidi, pengki, gunting rumput, karung, gerobak dorong, selang air, dan sikat.

5.1.2.5Suhu dan kelembaban kandang

Berdasarkan hasil pengamatan, suhu di dalam kandang mambruk victoria di MBOF berkisar antara 25 – 32oC yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Grafik suhu dalam kandang mambruk victoria.

Selain itu, kelembaban udara di dalam kandang mambruk victoria di MBOF berkisar antara 57 – 78% yang dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Grafik kelembaban udara dalam kandang mambruk victoria. Berdasarkan hasil pengamatan, suhu dalam kandang mambruk victoria tergolong tinggi dengan kelembaban udara yang rendah jika dibandingkan dengan kondisi suhu dan kelembaban udara yang sangat disukai mambruk victoria di habitat alaminya yakni dengan suhu sekitar 25 – 27oC dan memiliki kelembaban

25.3 27.5 29.3 30.8 32 32 32.3 32.3 32 30.8 0 5 10 15 20 25 30 35 S u h u ( oC) Waktu (WIB) 78 76.8 69.5 64.5 59.5 59.5 57.3 58.5 59.3 63.5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K el em b ab an ( % ) Waktu (WIB)

(40)

25

udara sekitar 80 – 90% (Warsito 2010). Menurut Notanubun (2002) dan Tribisono (2002), mambruk pada umumnya senang hidup pada bagian hutan yang memiliki pohon besar dan terdapat sumber air dengan suhu berkisar antara 20 – 27oC dan kelembaban udara berkisar antara 80 – 92% serta pada ketinggian + 500 mdpl.

Suhu dan kelembaban udara dalam kandang mambruk victoria di MBOF yang berbeda dengan habitat alaminya lebih dikarenakan kondisi kandang yang lebih terbuka. Selain itu, vegetasi di dalam kandang mambruk victoria sangat sedikit dan hanya memiliki tinggi sekitar 2 – 3 meter. Menurut Warsito (2010), meskipun mambruk victoria menyukai daerah yang lembab, sinar matahari tetap diperlukan untuk menghangatkan tubuhnya dan hal ini sesuai dengan kondisi kandang mambruk victoria yang terdapat di MBOF yang terbuka sekitar 80% dan mendapatkan sinar matahari langsung.

5.1.2 Kesehatan

Burung mambruk victoria yang terdapat di dalam penangkaran dapat terjangkiti penyakit apabila pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan kurang baik, sehingga perlu diberikan obat-obatan dan vitamin yang dibutuhkan oleh mambruk victoria yang dipelihara di penangkaran. Berdasarkan hasil pengamatan, sejak pertama kali didatangkan pada tahun 2005 hingga pertengahan tahun 2011, mambruk victoria yang terdapat di MBOF pernah terjangkiti beberapa penyakit yaitu CRD (Chronic Respiratory Disease), cacingan, dan kaki bengkak. Menurut Sauvani (2008), diacu dalam Warsito (2010), gejala klinis, penyebab, pengendalian, dan pengobatan dari penyakit CRD (Cronic Respiratory Disease) dan penyakit cacingan yang biasa diderita oleh mambruk victoria yaitu:

1. CRD (Chronic Respiratory Disease) a) Gejala:

Mambruk seperti menderita pilek atau flu (keluar lendir melalui hidung) yang disertai ngorok dan sulit untuk bernafas.

b) Penyebab:

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycoplasma galisepticum yang dapat mengakibatkan kekurusan pada satwa dan keluarnya cairan bernanah pada hidung (Pusat Kesehatan Hewan 2008).

(41)

c) Pengendalian:

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang, pakan, air minum, dan alat sanitasi kandang.

d) Pengobatan:

Pengobatan biasanya dilakukan dengan cara memberikan Tetra chlorine capsule melalui oral dengan dosis dua kali sehari berturut-turut selama sakit atau menggunakan antibiotik seperti Tylocin atau

Mitraflox-12 yang dilarutkan di dalam air minum. 2. Cacingan

a) Gejala:

Mambruk mengalami mencret yang disertai lendir yang berwarna putih mirip berak kapur. Gejala lebih lanjut adalah mambruk tampak kurus, lemah dan lesu, nafsu makan berkurang, jambul atau mahkota tidak berdiri tegak, dan apabila mengeluarkan kotoran (feses) akan keluar cacing.

b) Penyebab:

Penyakit ini disebabkan oleh Cestoda (cacing pita), Nematoda (cacing askaris), dan cacing mata akibat sanitasi kandang yang buruk atau kandang yang terlalu lembab. Serangan parasit ini dapat menyebabkan radang usus dan dapat merusak mata.

c) Pengendalian:

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang, pakan, air minum, dan alat sanitasi kandang.

d) Pengobatan:

Pengobatan untuk serangan cacing mata dapat dilakukan dengan cara memberikan Kreolin 5% yang diteteskan pada mata, sedangkan untuk serangan cacing pita dapat menggunakan Dichloropen dengan dosis 300mg/kg dan di–N–butyl laurat 500 mg/kg. Sementara itu, untuk serangan cacing askaris dapat menggunakan Piperazin, Hygromycin B, Vermixon atau Nethyridine dengan dosis 200–400 mg/100 ml air minum.

(42)

27

Untuk penyakit kaki bengkak, pengelola MBOF biasanya mengobati dengan menggunakan salep Thrombophob dengan cara mengoleskan pada kaki mambruk selama kaki bengkak hingga kaki kembali seperti semula. Kaki bengkak biasanya disebabkan oleh kaki mambruk yang terjepit atau keseleo. Selain itu, pengelola MBOF juga memberikan vitamin berupa kurkumavit dengan dosis 1g/2 liter air minum dengan waktu pemberian setiap lima hari sekali yang dicampurkan ke dalam air minum. Pemberian vitamin bertujuan untuk menambah nafsu makan mambruk dan meningkatkan stamina mambruk sehingga mambruk menjadi cukup kuat, segar, dan sehat (Warsito 2010).

5.1.3 Pengaturan reproduksi

Reproduksi merupakan kunci keberhasilan dalam penangkaran untuk meningkatkan populasi dan produktivitas, sehingga memiliki pengetahuan tentang biologi dan perilaku reproduksi jenis satwa yang ditangkarkan sangat penting karena dapat memberikan arah pada tindakan manajemen yang diperlukan untuk menghasilkan produksi satwa yang ditangkarkan sesuai dengan harapan (Setio & Takandjandji 2007). Kegiatan pengelolaan reproduksi yang dilakukan oleh pengelola MBOF antara lain sumber dan jumlah bibit, penentuan jenis kelamin, pemilihan bibit untuk dijadikan sebagai indukan, teknik penjodohan, pembesaran piyik atau anakan yang baru menetas, dan tingkat keberhasilan

breeding.

5.1.3.1Sumber dan jumlah bibit

Sumber bibit burung mambruk victoria (Goura victoria Fraser, 1844) yang terdapat di Mega Bird and Orchid Farm (MBOF) berasal dari Papua yang diambil langsung dari alam atau hutan. Burung tersebut pertama kali didatangkan pada tahun 2005 sebanyak satu pasang. Berdasarkan hasil pengamatan, populasi mambruk victoria di MBOF sampai pertengahan tahun 2011 adalah lima ekor yang terdiri dari dua individu jantan dan tiga individu betina. Berdasarkan kondisi populasi tersebut, untuk kelas umur dewasa atau indukan sebanyak dua ekor yang terdiri dari satu individu jantan dan satu individu betina, sedangkan untuk kelas umur remaja sebanyak tiga ekor yang terdiri dari satu individu jantan dan dua individu betina.

(43)

Jumlah individu mambruk victoria di MBOF sampai pertengahan tahun 2011 tergolong sedikit. Hal ini disebabkan sulitnya mambruk victoria dalam menghasilkan telur karena telur yang dihasilkan dalam satu musim perkawinan atau tiap tahunnya hanya 1 – 2 butir telur (Warsito 2010). Selain itu, penyebab lain sedikitnya jumlah individu mambruk victoria di MBOF adalah terganggunya proses perkawinan mambruk victoria karena adanya burung merak (Pavo sp.). Burung merak di lokasi tersebut cukup mendominasi sehingga proses perkawinan (kopulasi) mambruk victoria sulit terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan dirusaknya sarang mambruk yang terdiri dari ranting-ranting pohon oleh burung merak ketika mambruk akan membuat sarang.

5.1.3.2Penentuan jenis kelamin

Menurut Wahyuningsih (1991), diacu dalam Notanubun (2002) dan Rumbino (1997), burung jantan dan burung betina mambruk victoria dapat dibedakan dari bentuk tubuh, bagian atas kepala, dan ukuran paruh. Burung jantan memiliki bentuk tubuh yang membulat, sedangkan pada burung betina memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dengan bagian atas kepala pada burung jantan agak melengkung dan pada burung betina agak mendatar, sedangkan untuk ukuran paruh, pada burung jantan memiliki ukuran paruh yang besar dan agak panjang, sedangkan pada burung betina memiliki ukuran paruh yang kecil dan agak pendek. Perbedaan ukuran tubuh mambruk victoria jantan dan mambruk victoria betina yang terdapat di MBOF dapat dilihat pada Tabel 5, Gambar 8, dan Lampiran 4.

Tabel 5 Perbandingan ukuran tubuh mambruk victoria jantan dan betina di MBOF

No. Indikator Ukuran tubuh

Jantan Betina 1 Panjang badan (cm) 75 68 2 Lingkar badan (cm) 50 49 3 Panjang paruh (cm) 5,35 4,85 4 Tinggi mahkota (cm) 15 14 5 Panjang kaki (cm) 31 28 6 Panjang ekor (cm) 28 25 7 Rentang sayap (cm) 48 45

Gambar

Tabel 1  Hubungan kekerabatan antara Goura victoria dengan Goura cristata dan  Goura scheepmakeri
Gambar 4  Lokasi penyebaran burung mambruk victoria (BirdLife International  2008).
Gambar 6  Grafik suhu dalam kandang mambruk victoria.
Tabel  5    Perbandingan  ukuran  tubuh  mambruk  victoria  jantan  dan  betina  di  MBOF
+7

Referensi

Dokumen terkait

factors, such as diction, language variety and figures of speech; second, to characterize non-linguistic factors (types of movies); and the last, how both

Acara dan Pengalaman Kegiatan dan Program yang disponsor perusahaan yang dirancang untuk menciptakan interaksi harian atau interaksi yang berhubungan dengan merek

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap minat menggunakan mesin ATM Setor Tunai Bank Mandiri

Komplek Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah Jl.. Raya By

For example, many Toyota forklift trucks offer the Active Control Rear Stabilizer for extra side stability and System of Active Stability for electronically monitoring of

Unit Layanan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Muara Enim Pokja Pengadaan Barang Kelompok I yang dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Nomor : 1027/KPTS/ULP/2013 tanggal

Unit Layanan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Muara Enim Pokja Pengadaan Barang Kelompok I yang dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Nomor : 1027/KPTS/ULP/2013 tanggal