Lampiran : Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Dae
Umum Daerah rah dr R.Koesma dr R.Koesma Kabupaten TKabupaten Tubanuban No
No 188.4/.../KPT188.4/.../KPTS/414.012S/414.012/2016/2016 Tentang
Tentang
Pemberlakuan panduan POCT (point of care Pemberlakuan panduan POCT (point of care testing) Instalasi Laboratorium
testing) Instalasi Laboratorium
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
Point of Care Testing
Point of Care Testing (POCT) merupakan pemeriksaan laboratorium (POCT) merupakan pemeriksaan laboratorium yang
yang dilakukan dilakukan di di dekat dekat tempat tempat perawatan perawatan pasien pasien di di luar luar laboratorium,laboratorium, baik rawat inap maupun rawat jalan, sehingga hasil uji tersebut dapat baik rawat inap maupun rawat jalan, sehingga hasil uji tersebut dapat dipakai dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang diperlukan oleh dipakai dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang diperlukan oleh dokter yang merawat. POCT dapat pula didefinisikan secara singkat sebagai dokter yang merawat. POCT dapat pula didefinisikan secara singkat sebagai uji analisis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien di luar uji analisis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien di luar laboratorium. Istilah lain yang sering digunakan adalah
laboratorium. Istilah lain yang sering digunakan adalah near patient testing near patient testing (NPT),
(NPT), bedside testing, alternate site testing, extra-laboratory testing bedside testing, alternate site testing, extra-laboratory testing , dan, dan decentralised laboratory testing.
decentralised laboratory testing.
POCT dapat dipergunakan di tempat pelayanan kesehatan primer, POCT dapat dipergunakan di tempat pelayanan kesehatan primer, sekunder, maupun tersier. POCT di pelayanan primer antara lain dilakukan sekunder, maupun tersier. POCT di pelayanan primer antara lain dilakukan di rumah, praktek dokter, klinik, puskesmas, serta ambulans. Tempat di rumah, praktek dokter, klinik, puskesmas, serta ambulans. Tempat pelayanan kesehatan sekunder dan tersier ada di rumah sakit, baik di pelayanan kesehatan sekunder dan tersier ada di rumah sakit, baik di fasilitas rawat jalan (poliklinik, ruang gawat darurat) maupun rawat inap fasilitas rawat jalan (poliklinik, ruang gawat darurat) maupun rawat inap (bangsal, ruang rawat intensif : ICU, ICCU, NICU, PICU, unit hemodialisa, (bangsal, ruang rawat intensif : ICU, ICCU, NICU, PICU, unit hemodialisa, serta kamar operasi). Pada panduan ini akan dibatasi hanya pada serta kamar operasi). Pada panduan ini akan dibatasi hanya pada penggunaan POCT
BAB II
RUANG LINGKUP
Dalam mengorganisir dan mengimplementasikan pelayanan POCT, sangat penting untuk berkoordinasi dengan semua pihak yang terlibat dalam pelayanan tersebut. Pihak pihak tersebut antara lain perawat yang ada di ruangan masing masing dan juga petugas laboratorium.
Ruang lingkup pelayanan POCT meliputi perencanaan pelayanan POCT, pemilihan jenis pemeriksaan, alat dan metode, penetapan prosedur pemeriksaan, pemantapan mutu, prosedur safety , pelatihan dan kompetensi operator POCT, pemantauan, pengawasan, evaluasi, perbaikan mutu berkesinambungan.
BAB III
TATA LAKSANA
A. Perencanaan dan Pemilihan Jenis, Alat dan Metode Pemeriksaan POCT Tata laksana POCT diawali dengan perencanaan dan pemilihan jenis pemeriksaan POCT, sangat penting memilih alat yang memiliki ketahanan yang tinggi dan prosedur operasional yang mudah, karena umumnya alat POCT digunakan oleh operator petugas kesehatan tanpa latar belakang laboratorium. Pada umumnya POCT diperlukan pada kondisi kegawat daruratan medik, sehingga diperlukan alat yang dapat memberikan hasil dalam waktu singkat dan jenis spesimen yang tidak memerlukan pemrosesan terlebih dahulu.
Perencanaan dan pemilihan peralatan POCT yang akan digunakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain jenis pelayanan medis, karakter alat, sumber daya manusia, fasilitas dan lingkungan, serta biaya, seperti yang diuraikan berikut ini
1. Pelayanan Medis
a. Perbaikan yang diharapkan dalam pelayanan medis terhadap pasien
b. Pemeriksaan tertentu yang diperlukan
c. Jangka waktu yang diharapkan untuk mendapatkan hasil (turn around time )
d. Jumlah pemeriksaan/workload e. Lokasi penempatan alat
f. Karakter Alat
1) Kinerja alat : sensitivitas, spesifisitas, akurasi, presisi, rentang pemeriksaan, linearitas, kesetaraan alat dengan alat analisis laboratorium pusat, stabilitas alat dan reagen, jenis, jumlah, dan stabilitas spesimen
2) Kemudahan operasional alat 3) Kecepatan hasil dapat diperoleh 4) Menu yang tersedia
5) Hasil evaluasi alat, baik yang dilakukan oleh pabrik, pihak independen, atau rumah sakit yang akan menggunakan
6) Daya listrik yang diperlukan dan kemudahan dalam memindahkan alat
7) Ketahanan alat dalam penyimpanan maupun penggunaan 8) Tersedianya sistem pemantaan mutu, meliputi kontrol dan
kalibrasi
9) Fasilitas keamanan dan keselamatan bagi operator maupun pasien dalam penggunaan alat tersebut
10) Ketersediaan reagen dan bahan habis pakai lain (pelayanan purna jual)
11) Sistem penyimpanan data
12) Kemampuan pengembangan dan upgrade 13) Keterbatasan alat dan metode
2. Sumber Daya Manusia
a. Tersedianya petugas (operator) yang kompeten untuk mengoperasikan alat
b. Tersedianya pelatihan bagi calon petugas (operator) yang akan mengoperasikan alat
c. Tersedianya pelatihan berkesinambungan bagi operator 3. Fasilitas dan Lingkungan
a. Tersedianya tempat yang memadai untuk alat dan bahan habis pakai
b. Penempatan alat dengan memperhatikan limbah
c. Tersedianya sumber cahaya, daya listrik, air, dan lain-lain sesuai spesifikasi alat
4. Biaya
a. Harga alat, reagen, bahan kontrol, kalibrator, bahan habis pakai, biaya perawatan, serta tenaga
b. Biaya total untuk mengoperasikan alat
c. Keuntungan secara ekonomis bagi rumah sakit maupun bagi keselamatan pasien dengan digunakannya alat tersebut
B. Penetapan Prosedur Pemeriksaan Glukosa dengan POCT
Prosedur pemeriksaan glukosa dengan POCT meliputi pra analitik, analitik, dan pasca analitik.
1. Pra Analitik a. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan secara kuantitatif glukosa di dalam darah kapiler.
b. Alat dan bahan 1) Alat
a) Glukosa meter
b) Strips yang sesuai dengan alat c) Callibrator dan control
d) Kapas/bola kapas atau kassa kering e) Isopropil alkohol 70%
f) Lancet steril g) Sarung tangan
2) Bahan
a) Darah kapiler
Indikasi pengambilan darah kapiler
i. Jumlah sampel yg dibutuhkan sedikit ii. Vena ‘ fragile ’ terutama manula dan bayi iii. Pasien yang sangat obese
iv. Pasien yang mendapatkan IV line pada kedua tangan
v. Pada pemeriksaan POCT
Pengambilan dengan kapiler tidak dianjurkan pada pasien-pasien :
i. Pasien dengan dehidrasi berat
ii. Pasien dengan aliran darah yang tidak baik iii. Pasien dengan pemeriksaan faal koagulasi
Cara pengambilan darah kapiler :
Darah kapiler dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah dengan
tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah ujung jari tangan (
fingerstick ) yaitu jari ketiga dan jari keempat, serta lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang dan trauma), kongesti atau sianosis setempat. Melakukan penusukan memotong alur sidik jari dan membuang tetesan pertama menggunakan kapas atau kassa kering.
b) Darah vena : dapat di gunakan darah EDTA, lithium heparin atau sodium heparin.
c) Darah arteri
c. Persiapan Pasien (Noer et al ., 1996)
1) Puasa selama 12 jam jika yang akan diperiksa glukosa puasa 2) Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortison karena
dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
3) Trauma, stres dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
4) Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium dilakukan dapat menurunkan kadar gula darah.
d. Persiapan alat 1) Kalibrasi
Kalibrasi menggunakan kalibrator otomatis yang disediakan berupa kode chip. Kalibrasi dilakukan setiap membuka lot strip baru. Kode chip tersebut harus sesuai dengan kode yang tertera di tabung strip (Anonim, n.d).
2) Quality control
Kontrol pada pemeriksaan ini sudah tersedia pada setiap paket glukometer. Quality control dilakukan setiap membuka tabung strip baru dan setelah dilakukan kalibrasi. Hasil kontrol
200 mV
dinyatakan gagal apabila hasil berada diluar range nilai yang diharapkan (Anonim, n.d).
Cara kerja :
(1) Masukkan strip pada glukometer.
(2) Teteskan 1 tetes cairan kontrol pada strip.
(3) Tunggu beberapa saat sampai keluar hasil glukosa kontrol di layar monitor.
(4) Nilai glukosa kontrol yang tercantum di layar monitor harus berada di dalam range kontrol yang tertera pada strip.
2. Analitik a. Prinsip Kerja
Glukosa dan mediator NAD (nicotinamide adennedinukleotide ) dengan adanya enzim glukosa dehydrogenase pada tes strip, mengubah glukosa dalam sampel darah menjadi gluconolactone . Reaksi ini menghasilkan arus listrik.
Glukosa + NAD Gluconolactone + NADH NADH + PQ(Qx) NAD + + PQ (red)
PQ (red) PQ + Elektrons (e-)
b. Cara kerja
1) Cuci tangan dengan handrub atau air yang mengalir. 2) Gunakan APD (sarung tangan, jas).
3) Bersihkan ujung jari dengan kapas alkohol, tunggu hingga alkohol kering.
4) Masukkan tes strip pada alat.
5) Tusukan sisi ujung jari dengan lancet steril.
6) Hapus tetesan darah yang pertama dengan kapas atau kassa kering.
7) Tempelkan strip pada tetesan darah yang kedua.
8) Selama menunggu hasil bersihkan jari dengan kapas atau kassa kering.
9) Nilai glukosa akan tampak pada layar.
3. Pasca Analitik
a. Nilai rujukan darah kapiler (Anonim, n.d)
Gula darah sewaktu sampai dengan 120 mg/dl, gula darah puasa 60 – 100 mg/dl, gula darah post prandial sampai dengan 120 mg/dl. b. Deteksi limit 20 mg/dl (1,1 mmol/L). c. Detection range 20 mg/dl - 600 mg/dl. d. Presisi Intra-Assay: CV < 3,5%. Inter-Assay: CV < 1,7%. e. Interference
Hematokrit < 10% akan meningkatkan nilai glukosa. Hematokrit > 50% akan menurunkan nilai glukosa.
Lipemic > 5000 mg/dl akan meningkatkan nilai glukosa. Galactose > 15 mg/dl akan meningkatkan nilai glukosa.
B. Pemantapan Mutu POCT
Penjaminan mutu meliputi identifikasi pasien yang benar, pemilihan jenis tes yang sesuai, jenis spesimen, cara pemeriksaan, pemantapan mutu internal (PMI), pencatatan hasil, interpretasi hasil, rekam data yang lengkap, serta akreditasi. Tujuan penjaminan mutu untuk mendapatkan hasil yang bermutu dan dapat dipercaya.
Pemantapan mutu internal dilakukan untuk menilai proses analitik. PMI/QC dilakukan pada saat berikut ini
1. Setelah melakukan kalibrasi
2. Setiap penggantian nomor lot reagen 3. Setelah penggantian suku cadang
Pemeliharaan alat POCT dilakukan secara teratur mengikuti petunjuk perusahaan alat, baik harian, mingguan, bulanan, dan lain-lain.
C. Prosedur Safety
Prosedur safety tetap dilaksanakan pada saat pemeriksaan glukosa metode POCT. Semua bahan pemeriksaan yang berasal dari pasien harus dianggap infeksius dan diperlakukan sebagai bahan infeksius. Untuk mencegah infeksi yang didapat di rumah sakit (nososkomial) dan kecelakaan kerja, operator POCT harus menerapkan kewaspadaan standar dengan menerapkan prosedur kebersihan tangan, menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai kebutuhan (baju kerja, sarung tangan, masker dan lain-lain), menggunakan jarum sekali pakai, serta melakukan tindakan aseptik dan antiseptik dengan benar.
Limbah yang berhubungan dengan POCT harus dibuang pada tempat pembuangan yang sesuai. Limbah medis dibuang pada tempat pembuangan limbah medis, limbah benda tajam pada tempat pembuangan benda tajam, serta limbah non medis pada tempat pembuangan limbah non medis.
D. Pelatihan Operator POCT
Sumber kesalahan yang sering terjadi pada pemeriksaan POCT adalah operator yang belum mendapat pelatihan/tidak kompeten, dan tidak memiliki latar belakang laboratorium. Bagi operator yang bukan petugas laboratorium, pemeriksaan POCT merupakan pekerjaan tambahan di samping tugas utamanya, sehingga hal ini dapat mempengaruhi mutu pemeriksaan.
Program pelatihan disusun dan dilaksanakan oleh laboratorium . Adapun materi dalam program pelatihan POCT meliputi
1. Pengertian tentang manfaat POCT 2. Manfaat pemeriksaan
3. Pemantapan mutu : kalibrasi dan kontrol
4. Pra analitik : persiapan pasien, pengumpulan sampel 5. Analitik : metode, alat & reagen, prosedur pemeriksaan 6. Pasca analitik : pelaporan hasil
7. Rekam data
Metode pelatihan berupa kuliah, kelompok diskusi, peragaan atau praktek menggunakan alat bantu, serta praktek.
E. Monitor dan Evaluasi
Pemantauan, pengawasan, evaluasi, perbaikan mutu pemeriksaan glukosa POCT dilakukan secara berkesinambungan.
BAB IV DOKUMENTASI
Semua data hasil pemeriksaan POCT glukosa harus dilakukan dokumentasi dan di laporkan kepada dokter yang menangani pasien. Hasil pemeriksaan yang masuk dalam nilai kritis harus dilaporkan segera dengan menerapkan prosedur komunikasi yang efektif
Data yang berkaitan dengan pelayanan POCT harus terekam dan diarsipkan sesuai ketentuan penyimpanan rekaman mutu di laboratorium. Rekaman data pelayanan POCT harus tersimpan di tempat yang telah ditentukan dan mudah untuk didapatkan kembali.
BAB V PENUTUP
Panduan POCT (point of care testing) Instalasi laboratorium ini di susun untuk acuan meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Laboratorium RSUD dr. R. Koesma Tuban. Diperlukan kritik dan saran yang membangun sehingga mutu dari laboratorium klinik dapat tercapai
dan terjaga.
Dukungan dari pihak pimpinan dan kerjasama dari unit kerja lain sangat kami harapkan demi pelayanan yang lebih baik.
Ditetapkan : di Tuban
Pada Tanggal : Januari 2016 Direktur RSUD dr.R.Koesma Kabupaten Tuban
dr.H.Zainul Arifin, SpPK Pembina TK I