Proceedings Seminar Nasional Teknik Ketenagalistrikan (SNTK) 2007 Universitas Hasanuddin
Makassar, 17 – 18 Juli 2007 B - 57
EFEK KONTAMINAN PADA BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI
YANG MENGALAMI PERLAKUAN FILLER BERBEDA
TERHADAP KINERJA SUDUT HIDROFOBIK
Wa Ode Zulkaida
1dan Siti Nawal Jaya
2,(1&2)
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Jl. Mayjend. S. Parman Tlp (0401) 327506 Kendari 93121,
E-mail : ode94@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini melaporkan hasil eksperimen Laboratorium terhadap bahan isolasi resin epoksi jenis DGEBA berbahan pengeras MPDA dengan bahan pengisi pasir silika dicampur silicon rubber, yang terkontaminasi polutan buatan dan perlakuan uv bervariasi pada kondisi iklim tropis. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kondisi geografis Indonesia sebagai Negara kepulaun yang pemakaian tenaga listriknya kebanyakan berada dipesisir pantai. Daerah tropis seperti Indonesia memiliki faktor iklim lebih tinggi di banding daerah subtropis, ditandai dengan lamanya penyinaran
matahari sekitar 12 jam pada siang hari dengan temperatur udara antara 16-35 OC. Penggunaan
bahan isolasi polimer untuk isolator tegangan tinggi pasangan luar akan mengalami pengaruh simultan dari terpaan iklim dan cuaca. Akumulasi lapisan kontaminan pada permukaan bahan isolasi yang mengalami perlakuan uv akan memperburuk sifat hidrofobik. Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kontaminan polutan parangtritis terhadap kinerja filer yang dicampurkan pada bahan dasar resin epoksi DGEBA berpematang MPDA dengan tolak ukur kinerja yang diteliti adalah sifat hidrofobik bahan isolasi yang mengalami perlakuan uv dan filer berbeda. Sampel dalam eksperimen ini berbentuk persegi berukuran (70 x 70 x 5 mm). Dengan tahap eksperimen:1) pembuatan sampel uji pada temperatur rtv; 2) penyemprotan polutan buatan; 3) perlakuan uv; 4) pengukuran sudut hidrofobik; 5) perhitungan kadar kontaminan. Hasil uji hidrofobik mencapai sudut
1300 untuk sampel dengan filer 60 %. Kesimpulan dari eksperimen ini menunujukkan bahwa kinerja
sifat hidrofobik akan naik seiring dengan perlakuan uv yang lama dan kenaikan prosentase filer, namun turun dengan jumlah polutan yang besar dalam takaran esdd.
Kata kunci : Sudut Hidrofobik, Filler, UV dan kontaminan
1. Pengantar
Tenaga listrik merupakan kebutuhan primer yang diperlukan secara kontinyu oleh seluru lapisan masyarakat mulai tingkat
bawah,menengah dan tinggi,lembaga
pendidikan,pemerintahan,swasta,industri,perto koan,pabrik sampai tempat hiburan lainya. Kontinyuitas kebutuhan akan listrik harus ditunjang oleh penyaluran sistem tenaga listrik yang juga diharapkan harus kontinyu, aman dan efisien. Kualitas penyaluran sistem tenaga listrik baik transmisi maupun distribusi sangat ditentukan oleh kinerja isolator yang dipakai dalam penyaluran.
Umumnya isolator pasangan luar
(outdoor) yang dipakai di Indonesia
mempunyai bahan dasar yang terbuat dari
keramik,gelas dan porselin.Bahan tersebut memiliki kelemahan jika diterapkan pada kondisi lingkungan yang lembab atau hujan disertai keadaan yang terkontaminasi.Isolator dengan bahan dasar keramik,gelas dan porselin cenderung memiliki sifat hidrofobik rendah yakni hanya memilki sudut kontak
dengan air kurang dari 30o, kondisi ini masuk
dalam kategori hydrophilic (Awad et al,1999), sehingga jika dioperasikan pada lingkungan yang tidak kondusif kinerja kelistrikannya kurang baik yaitu tidak maksimal mencegah terbentuknya lapisan air
pada permukaan isolator,sehingga
konduktivitas permukaan isolator menjadi tinggi dengan demikian arus bocor ikut tinggi.
Proceedings Seminar Nasional Teknik Ketenagalistrikan (SNTK) 2007 Universitas Hasanuddin
Makassar, 17 – 18 Juli 2007 B - 58
Silicone rubber merupakan salah satu bahan polimer yang mulai diperkenalkan untuk bahan isolator. Keuntungan utama bahan ini dibandingkan keramik /porselin dan polimer lainnya adalah unggul terhadap polusi
karena memiliki sifat tolak air
(hydrophobicity) tahan gempa, murah, ringan,
muda penanganan/pemasangannya serta
sifatnya yang mudah disesuaikan melalui bahan aditif (Champion,1993).
Sifat hidrofobik bahan polimer sangat berperan penting sebagai bahan isolator pasangan luar karena saat kondisi lembab ataupun hujan tidak akan terjadi pembasahan yang signifikan karena permukaan bahan menolak air dengan sudut kontak lebih besar
dari 90o (Sirait et al,1998,Wang et al 1998).
Mengingat pentingnya sifat hidrofobik harus dimiliki oleh bahan isolator maka penelitian kali ini dipandang perlu mengkaji bagaimana hubungan variabel bahan pengisi, perlakuan uv dan kandungan esdd terhadap kinerja sudut hidrofobik bahan isolator yang akan dipergunakan sebagai bahan isolator polimer pasangan luar.
2. Landasan teori
Isolasi adalah sifat bahan yang
memisahkan secara elektrik dua buah
penghantar atau lebih yang bertegangan sehingga tidak terjadi kebocoran arus. Karet silikon (Silicone Rubber) yang ditangani silane merupakan salah satu bahan isolasi polimer yang dapat digunakan sebagai bahan isolator karena memiliki sifat hidrofobik. Sifat hidrofobik adalah sifat yang dimiliki bahan silicon, apabila dalam keadaan terpolusi mampu melindungi permukaan bahannya, Hal ini disebabkan karena terjadinya proses reaksi
berat molekul rendah (BMR) yang mendorong pergerakan molekul silicon dari bagian tengah
menuju kepermukaan bahan yang
terkontaminasi.
Sifat hidrofobik permukaan bahan isolasi dinotasikan dengan besarnya sudut kontak antara bahan yang terkena kontaminasi bersamaan dengan tetesan air permukaan yang mengenai bahan tersebut. Sudut kontak menurun pada saat awal terkontaminasi, Namun meningkat secara bertahab setelah sifat hidrofobik bahan telah tertransfer kepermukaan.
Para peneliti mengklasifikasikan
bahwa sudut kontak tetesan air pada permukaan bahan isolator yang kurang dari
300 dikategorikan basah (hydrophilic), antara
(30-89)0 kategori basah sebagian (partially
wetted) dan yang lebih besar dari 900 kategori
tolak air (hydrophobicity).Kategori-kategori tersebut digambarkan : θ Bahan Air Bahan air air
(a) Basah sebagian (b) Tidak basah ( c ) Basah keseluruhan
90 〈 θ θ≈1800 θ≈00 Bahan
µ
3. Metode Penelitian 1. Bahan UjiResin Epoksi Diglysidil Ether of
Bisphenol A
Agen pematang
Metaphylene-Diamine
Silane (Silicone Rubber) terisi
Proceedings Seminar Nasional Teknik Ketenagalistrikan (SNTK) 2007 Universitas Hasanuddin Makassar, 17 – 18 Juli 2007 B - 59 Polutan ,Ka+ =1.2; Na++ = 183.3; Ca++ = 35.135, Mg++ = 28.807 dalam ppm 2. Alat Penelitian
Alat pengukur sudut kontak
a. Satu unit pengukur sudut
kontak yang dilengkapi kamera
handycam bellow
mikrozoom,pipet 50 mikroliter dan timer
b. Satu unit proyektor yang
dilengkapi grafik berskala
c. Satu unit komputer transfer
data pengukuran via kamera
d. Satu unit pencahayaan tidak
langsung
Alat ukur konduktivitas larutan
kontaminan
a. Satu (1) buah konduktometer
digital dilengkapi dengan
cairan kalibrasi
b. Gelas ukur cairan destilasi
c. Wadah penempatan sampel uji
Alat Pendukung lainnya seperti
kompresor,timbagan digital,ember dll.
3. Prosedur Penelitian
Pertama-tama menimbang
prosentase DGEBA dan MPDA dengan nilai Stoikiometri 1:1, Silika kuarsa dan Silikon Rubber dengan prosentase kenaikan
10% - 60%. Kemudian dicampur/diaduk ±
10 menit sampai rata. Setelah itu dituang dalam cetakan, ditekan dan dilakukan pengangkatan void kemudian dikeringkan.
Langkah kedua pemberian
polutan parangtritis dilakukan dengan
penyemprotan secara kontinyu ±5 menit
pada sampel uji yang digantung dalam
lemari lewat lubang kecil dengan posisi 45o
antara sampel uji dengan penyemprotan. Langkah ketiga penyinaran UV dilakukan denga cara simulasi radiasi UV dalam kotak disetting pada kapasitas penyinaran 3 V/cm dengan panjang gelombang sekitar 250 nm. .Sampel
disinari dengan waktu sesuai yang
diinginkan.
Langkah keempat mengukur sudut kontak hidrofobik dalam keadaan statis
menggunakan” Photographic Camera”
yang diilustrasikan seperti berikut :
Pencahayaan tidak langsung
Sampel uji
Kamerah digital
Sampel diletakan pada plat
sandaran yang dapat diatur keseimbangan posisi horizontal dan ketinggianya secara tepat. Kemudian air diteteskan pada
permukaan sebanyak 50 µl dan mendapat
penerangan secara tidak langsung agar tidak terjadi penguapan akibat panas yang ditimbulkan oleh lampu. Kamera yang
dilengkapi mikrozoom diatur untuk
mendapatkan pembesaran gambar tetesan
air yang fokus. Waktu pemotretan
dilakukan setelah 2 menit tetesan air diatas permukaan sampel. Hasil pemotretan diproses menjadi film negatif kemudian
diukur sudut kontaknya dengan
menggunakan suatu peralatn proyektor berskala. Selanjutnya sudut kontak sisi kiri dan kanan diukur dengan menggunakan busur derajat.
Proceedings Seminar Nasional Teknik Ketenagalistrikan (SNTK) 2007 Universitas Hasanuddin
Makassar, 17 – 18 Juli 2007 B - 60
a. Hasil pengukuran sudut kontak hidrofobik
I SAMPEL RUJUKAN
Type sampel Filler (%) Sudut kiri
(derajat) Sudut kanan (derajat) Sudut hidrofobik (derajat ) Rerata Hidrofobik (derajat ) R9F1 10 85 85 85 85 R8F2 20 95 95 95 95 R7F3 30 100 90 95 95 R6F4 40 100 100 100 100 R5F5 50 110 100 105 105 R4F6 60 110 110 110 110
II. SAMPEL UV 1H, POLUTAN A Rerata III. SAMPEL UV 2 H, POLUTAN B
Type Filler
θ
kiriθ
kananθ
hidrofobik hidrofobik Type Fillerθ
kiriθ
kananθ
hidrofobiksampel (%) (derjt ) (derj ) (derajat) ( derajat ) sampel (%) (derajt ) (derjt) (derjt)
Rerata hidrofobik (derjt) R9F1 10 70 70 70 70 R9F1 10 80 80 80 80 R8F2 20 80 70 75 75 R8F2 20 90 90 90 90 R7F3 30 80 80 80 80 R7F3 30 90 90 90 90 R6F4 40 80 80 80 80 R6F4 40 100 95 97.5 97.5 R5F5 50 90 80 85 85 R5F5 50 100 100 100 100 R4F6 60 90 90 90 90 R4F6 60 110 100 105 105
IV. SAMPEL UV 3 H, POLUTAN C V. SAMPEL UV 4H, POLUTAN E
Type Filler
θ
kiriθ
kananθ
hidrofobik Type Fillerθ
kiriθ
kananθ
hidrofobiksampel (%) (derjt ) (derj ) (derjt )
Rerata hidrofobik
(derj ) sampel (%) (derjt ) (derj ) (derjt )
Rerata hidrofobik (derj ) R9F1 10 85 85 85 85 R9F1 10 80 80 80 80 R8F2 20 80 80 80 80 R8F2 20 90 80 85 85 R7F3 30 90 90 90 90 R7F3 30 95 95 95 95 R6F4 40 100 100 100 100 R6F4 40 11 100 105 105 R5F5 50 170 100 105 105 R5F5 50 110 110 110 110 R4F6 60 115 100 107.5 107.5 R4F6 60 130 130 130 130
Grafik sudut hidrofobik terhadap esdd, filler dan uv
Proceedings Seminar Nasional Teknik Ketenagalistrikan (SNTK) 2007 Universitas Hasanuddin Makassar, 17 – 18 Juli 2007 B - 61 y = 1,0714x2 - 3,7857x + 81,143 R2 = 0,1238 y = 1,7857x2 - 8,6429x + 91,571 R2 = 0,2686 y = 2,1429x2 - 7,5714x + 92,286 R2 = 0,4952 y = 2,5643x2 - 7,2571x + 95,539 R2 = 0,493 y = 2,8571x2 - 8,4286x + 100,71 R2 = 0,5521 y = 5,1786x2 - 14,964x + 107,36 R2 = 0,8611 60 70 80 90 100 110 120 130 140 0 1 2 3 4 UV (hari) S U D U T H ID R O F O B IK (d e ra ja t) R9F1 R8F2 R7F3 R6F4 R5F5 R4F6
b. Hubungan sudut hidrofobik terhadap
esdd, filler dan lama uv
0470 . 0 ; 9583 . 1 58333 . 89 566 . 0 ; 05629 . 0 7999 . 73 0615 . 0 ; 8983 . 666 6796 . 97 2 2 2 = + = = + = = − = R UV R FILLER R ESDD HIDROFOB θ
Kinerja sudut hidrofobik lebih
dominant ditentukan oleh filler dibanding pengaruh lingungan, Ini dapat dilihat dari setiap
kenaikan prosentase filler 10% dapat
memperbaiki hidrofobik bahan sebesar
5.6286o lebih signifikan dibanding
penurunanan sudut yang hanya sebesar
0.6660 oleh kenaikan esdd setiap 0.001
mg/cm2. Signifikan pengaruh filler terhadap
kinerja hidrofobik lebih diperkuat oleh perlakuan uv yang juga meningkatkan sudut
hidrofobik sebesar 1.960. Secara parsial
hidrofobik tertinggi mencapai sudut 130o
pada sampel R4F6 UV- 4 hari dengan polutan terbanya. Maka dapat disimpulkan bahwa bahan isolasi dengan filler yang baik tetap dapat mempertahankan kinerjanya walaupun diterapkan pada daerah berpolutan yang tinggi.
Fenomena hasil pengukuran diatas disebabkan karena sifat dominant silicon rubber yang semakin lama dikenai uv akan menyebabkan migrasi pergerakan molekuler silicon dari bagian tengah sampel menuju kepermukaan yang terkontaminasi. Proses
pergerakan ini terjadi karena adanya
peristiwa difusi BMR (berat molekul rendah) dari ruah (bulk) kelapisan polutan yang dipercepat oleh penerapan uv dan kenaikan temperature lingkungan.
c. Hubungan sudut hidrofobik, lama
Proceedings Seminar Nasional Teknik Ketenagalistrikan (SNTK) 2007 Universitas Hasanuddin Makassar, 17 – 18 Juli 2007 B - 62 5372 . 0 ; 9394 . 3130 357 . 10 4082 . 92 2 = − + = R ESDD UV HIDROFOB θ
Hubungan ini menujukan bahwa kinerja
sudut hidrofobik lebih dominant
dipengaruhi esdd dibanding dengan
pengaruh dari uv sebesar koefisien regresi mereka masing-masing dengan factor normalisasi 92.41 pada nilai signifikan 53.72%. Dapat disimpulkan bahwa setiap kenaikan kandungan esdd sebesar 0.001
mg/cm2 disertai kenaikan perlakuan uv
setiap hari akan dapat memberikan besar
sudut hidrofobik bahan sebesar 7.23 0.
5. Kesimpulan
1. Kinerja sudut hidrofobik sangat
ditentukan oleh prosentase filler
dibanding pengaruh lingungan, Setiap kenaikan prosentase filler 10% akan memperbaiki hidrofobik bahan sebesar
5.6286o lebih signifikan dibanding dengan
penurunanan sudut yang hanya 0.6660
terjadi akibat dari kenaikan esdd sebesar
0.001 mg/cm2. Signifikan pengaruh filler
terhadap kinerja hidrofobik lebih
diperkuat lagi oleh kondisi perlakuan uv yang juga dapat meningkatkan besar
sudut hidrofobik bahan uji sebesar 1.960 .
2. Signifikansi pengaruh kondisi iklim
(suhu, tekanan udara, kelembaban dan uv) terhadap kinerja dari masing-masing esdd, tegangan flashover, arus bocor dan sudut hidrofobik bahan uji memutuskan bahwa type sample terbaik yang memenuhi keempat kinerja dan uji mekanik diatas adalah bahan dengan filler 40% setelah itu filler 50% dan 60%.
6. Daftar Pustaka
Arismunandar, A., 1990, Teknik Tegangan
Tinggi, edisi ke-7, Pradnya Paramita, Jakarta
Berahim, H., 2002, “ Pengaruh Silane
sebagai Bahan Pengisi terhadap Kinerja Material Isolasi RTV Resin Epoksi di Daerah Beriklim
Tropis “, Seminar Nasional dan
Workshop Teknik Tegangan Tinggi V, UGM, Jogjakarta
Bruins, P.R. (1968), “ Epoxy Resin
Proceedings Seminar Nasional Teknik Ketenagalistrikan (SNTK) 2007 Universitas Hasanuddin
Makassar, 17 – 18 Juli 2007 B - 63
Copyright by John Wiley & Sons, Inc., LCCCN : 68-21489,1-2
Dissado, L.A and Forhergill, J.C., 1992, “
Electrical Degradation and Breakdown in Polymer ”, Peter Peregrinus Ltd.,London
Fernando,M.A.R.M and Gubanski,1999,
“Leakage Current Patterns on Contaminated Polymeric Surface
“, IEEE Transaction on Electrical
Insulation , 6, no.5
Gorur, R.S., Karady, G.G., Jagota, A., Shah, M.m and Furumasu, B.C., 1992, “
Comparison of TRV Silicone
Rubber Coatings Under Artificial Contamination in A Fog Chamber
“, IEEE Transaction on Power
Delivery, 7 (2) pp 713-719
IEC 60-1, 1989, “Artificial Pollution Test on High Voltage Insulator to be used on
AC System”, Second Edition,
Geneva
Kahar N., Y., dan Sirait K.T., 1999, ”Kajian
Awal Tentang Kemungkinan
Penggunaan Epoksi Sikloalifatik Tuang (EST) Sebagai Material
Isolasi Tegangan Tinggi di
Indonesia”, Seminar Nasional dan
Workshop Teknik Tegangan Tinggi II, pp D.2.1 – D.2.6, UGM, Yogyakarta
Kind, D., 1993, Pengantar Teknik
Eksperimental Tegangan Tinggi, Penerbit ITB, Bandung
Looms, J.S., 1988, ”Insulator for High
Voltage”, IEE Power Engineering Series 7, Peter Pregrinus Ltd. On behalfof the Institution of Electrical Engineers, London, 12-13
Lee, H., and Neville, K .,1976, “Hand Book
Of Epoxy Resin” , Mc Graw-Hill Book Company
Malik, N.H., Al-Arainy, A .A. Qureshi, M.I.,
1998,” Electrical Insulation in
Power System”, Marcel Dekker,Inc., New York
Muhaimin, 1991, “Bahan – Bahan Listrik Untuk Politeknik”, Pradnya Paramita, Jakarta
Sahu, R., 1976, “Accelerated Ageing of Polymer High Voltage Insulator Material Under UV Light and
Temperature“, IEEE International
Symposium on Electric Insulation, pp 24-27
Saunders, K. J., 1973, “Organic Polymer Chemitstery”, Juhn Weley & Sons, 382-384
Soerjani, M., 1996, “The Tropical
Environment”, Proceedings of
Electropic ’96, Jakarta, paper I.2 Salama,1999,”Studi sifat hidrofobik polimer
silicone rubber untuk bahan isolator
tegangan tinggi “, Jurnal Teknik