• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai permulaan periode modern. Kontak dengan dunia barat selanjutnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sebagai permulaan periode modern. Kontak dengan dunia barat selanjutnya"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia Islam, terutama sesudah pembukaan abad ke 19 yang dalam sejarah Islam dipandang sebagai permulaan periode modern. Kontak dengan dunia barat selanjutnya membawa ide-ide baru ke dunia Islam, seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi dan sebagainya. Konteks yang demikian maka pembaharuan pemikiran Islam merupakan suatu keharusan, terutama ketika para pemikir muslim melihat banyak realitas baru dalam masyarakat yang dinilai tidak memiliki relevansi dengan doktrin Islam atau sebaliknya doktrin Islam dipahami tidak relevan dengan realitas baru itu. Salah satunya, realitas modernitas yang hadir di dunia Islam. (Amrullah,1997: 42). Menurut peneliti, realitas baru yang berupa modernitas tersebut menjadikan umat muslim silau dengan kemapanan barat. Semakin lama dan banyak realitas baru tersebut memperlebar jangkauannya sehingga terjadilah krisis mental. Umat muslim mulai meninggalkan tradisi klasik (turats) dan mengikuti tradisi barat.

Para ulama terdahulu meninggalkan warisan tradisi klasik untuk bisa mengembangkan potensi diri dan bangsa begitu juga demi mempertahankan jati diri bangsa dari doktrin dan pengaruh pihak luar. Akan tetapi perkembangan zaman yang pesat membuat umat muslim sendiri mulai meninggalkan tradisi. Alasan utamanya adalah sudah tidak sesuainya tradisi dengan nilai-nilai kekinian. Faktor lainnya adalah umat muslim bersikap pragmatis terhadap

(2)

tradisinya sendiri dengan tidak mengkritisi tradisi dari ulama terdahulu. Padahal, umat muslim merupakan masyarakat tradisional yang kesadaran nasionalnya

senantiasa terbuka terhadap orang-orang terdahulu atau biasa disebut qudama. Keadaan Mesir yang tidak kondusif, dengan banyaknya krisis dalam segala

bidang kehidupan, tak terkecuali krisis intelektual yang dialami juga oleh para ulama dan para pemikir Islam. Semua keadaan di atas merupakan dominasi dan supremasi kelas atas (al-qimmah) terhadap kelas bawah (al-qa>’idah), penguasa atas rakyat, pemimpin atas yang dipimpin (Badruzaman, 2005:142). Masalah di atas yang menjadikan hati Hassan Hanafi gelisah dan mulai tergerak hatinya untuk memberi kontribusi pemikirannya.

Hasan Hanafi merupakan cendekiawan Mesir yang menyerukan gerakan pembaharuan sebagai pemikir revolusioner. Hassan Hanafi meluncurkan jurnal berkalanya Al-Yasa>r Al-Islami>: Kita>bat fi> an-Nahdhah al Islami>yyah (Kiri Islam: beberapa esai tentang kebangkitan Islam) pada tahun 1981. Esai pertama jurnal itu berjudul “Apa arti Kiri Islam?” Hassan Hanafi mendiskusikan beberapa isu penting berkaitan dengan kebangkitan Islam (Shimogaki, 1993:8). Sebagai salah satu pemerhati Islam kontemporer Hassan Hanafi mencoba menawarkan konsep tentang masyarakat Islam. Menurut Hanafi masyarakat Islam dibentuk dari penguasaan dan pengembangan wacana keilmuan dalam menopang wawasan kehidupan yang progresif. Artinya pemikiran Hanafi diorientasikan pada pembentukan paradigma baru, yaitu dengan melontarkan pembebasan berfikir dan bertindak atas belenggu sosial yang ada dalam masyarakat Islam.

(3)

Di Mesir sendiri semenjak awal abad ke 19 terjadi dinamika politik dan selalu didominasi oleh pertentangan antara golongan nasionalis, sekuler dan golongan Islam tradisional. Sehingga berbagai golongan tersebut secara bergantian memberikan pengaruh dalam segala aspek sosial di kalangan umat muslim. Modernitas yang terus dikampanyekan oleh orang Barat terus merasuki akal umat muslim, sehingga mereka lupa bahwa sejatinya mereka sedang dalam penjajahan. Dalam pendapatnya Hassan Hanafi mengajak umat muslim kembali mengkritisi tradisi klasik dan disesuaikan dengan kondisi zaman terkini.

Bukunya Hassan Hanafi yang berjudul Al-tura>ts wa al-tajdi>d menjelaskan ada 3 pendapat yang tersebar di masyarakat yaitu yang pertama kelompok yang beranggapan bahwa warisan masa lalu meliputi segala sesuatu dan menyediakan jawaban atas persoalan masa lalu dan masa sekarang. Kedua, kelompok yang beranggapan bahwa hanya dengan hal-hal baru saja persoalan umat dapat di selesaikan. Ketiga, kelompok yang bermaksud mengintegrasikan kedua kelompok tersebut (Amrullah,1997: 43).

Peneliti mengambil judul Kritik tradisi Islam Pemikiran Hassan Hanafi

Analisis Hermeneutika Paul Ricoeur karena peneliti ingin mengungkapkan

sebuah pemikiran mampu melahirkan sebuah gerakan yang nantinya akan memberi perubahan dalam sejarah kehidupan umat manusia dan bangsa. Maka, penelitian ini akan mengkaji tentang sebuah pemikiran karena dalam sebuah pemikiran tersebut ada cita-cita atau keinginan yang ingin dicapai dan direalisasikan secara menyeluruh kedalam sebuah lapisan masayarakat atau bahkan mampu melebur ke dalam sebuah peradaban.

(4)

B. Batasan Masalah

Peneliti akan membahas tentang Kritik Tradisi Islam Pemikiran Hassan Hanafi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, maka peneliti akan membatasi dengan menjelaskan kondisi social masyarakat Mesir yang mempengaruhi pemikiran Hassan Hanafi, menjelaskan pemikiran tokoh-tokoh yang mempengaruhi pemikiran Hassan Hanafi, menjelaskan pemikiran Kiri Islam Hassan Hanafi, menjelaskan tradisi secara umum, menjelaskan kritik tradisi Islam Mesir oleh Hassan Hanafi.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep pembaharuan Islam yang ditawarkan oleh Hassan Hanafi?

2. Bagaimana kritik tradisi Islam menurut Hassan Hanafi dalam upaya pembaharuan Islam?

D. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan konsep pembaharuan Islam pemikiran Hassan Hanafi dalam upaya membangkitkan kembali kejayaan umat Islam.

2. Menjelaskan kritik tradisi Islam menurut pemikiran Hassan Hanafi sebagai upaya pembaharuan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan agar mampu memberikan semangat kritis dalam menghadapi perkembangan dunia. Masyarakat muslim khususnya, mampu menyampaikan sikap kritisnya terhadap

(5)

politik dan pemikiran. Dua hal tersebut terus berkembang sesuai perkembangan zaman, maka umat muslim harus terus berupaya mengikuti perkembangan agar tidak tertinggal dalam perkembangan tersebut. Sehingga umat muslim bisa menunjukkan jati dirinya dan bangsa.

F. Tinjauan Pustaka

Kajian tentang pemikiran Hasan Hanafi sampai saat ini telah banyak yang meneliti. Penelitian ini menggunakan beberapa buku, jurnal dan skripsi sebagai tinjauan pustaka. Penelitian oleh Amrullah Ahmad tahun 1997 dengan judul Pemikiran Transformatif Hassan Hanafi. Jurnal tersebut membahas tentang masalah-masalah yang dialami umat muslim dalam menghadapi gempuran realitas terkini terutama dari Barat yang terus menancapkan kekuasaannya di negara-negara Arab, kemudian muncullah ide Hanafi tentang pembaharuannya dengan tema merekonstruksi ulang warisan intelektual Islam. Hanafi mengusulkan sikap yang harus diambil umat muslim dalam menghadapi hegemoni Barat di Mesir. Sikap yang harus dilakukan oleh umat muslim dengan warisan masa lalu (tradisi) yang mulai luntur dan tergerus oleh pengaruh Barat adalah dengan mengkaji ulang warisan tersebut. Hanafi bercita-cita mengembalikan pengaruh Barat sesuai dengan sewajarnya, dan mengembangkan warisan keilmuan Islam sesuai perkembangan zaman. Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah cakupan objek peneliti lebih menjelaskan gambaran umum pada kajian tentang

(6)

tradisi yang mulai luntur dan terpengaruh dengan barat yang terjadi di kalangan masyarakat muslim di Mesir.

Skripsi oleh Nur Idam Laksono, 2009. dengan judul Antroposentrisme dalam pemikiran Hassan Hanafi Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini membahas tentang ide yang ditawarkan Hanafi yaitu perubahan sikap dari teologi teosentrisme menjadi antroposentrisme. Hanafi melihat perkembangan zaman telah memunculkan realitas-relitas baru di kalangan umat muslim, sehingga perlu adanya perubahan pola sikap umat Islam dalam menghadapi tuntutan zaman yaitu dengan mengedepankan pengkajian ulang ilmu kalam klasik dan disesuaikan dengan realitas sekarang. Tema rasionalisme sebagai pendukung perubahan adalah solusi bagi umat muslim menjadi kembali mandiri dan berjaya. Sikap umat muslim harus berubah dengan lebih mengutamakan objek kajian pemikiran terpusat pada manusia, dan bukan lagi tuhan. Perbedaan kajian ini adalah peneliti lebih fokus pada pembahasan tentang kondisi tradisi Islam di Mesir yang sudah mulai di tinggalkan dan usaha apa yang ingin diberikan Hasan Hanafi untuk mengembalikan semangat nilai tradisi dalam masyarakat yang sejalan dengan perkembangan modernitas.

Skripsi yang ditulis oleh Hary Perdana Harahap, pada tahun 2010 dengan judul Pemikiran Politik Hassan Hanafi (Studi terhadap Pemikiran Kiri Islam) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini membahas pemikiran Hanafi tentang konsep

(7)

kiri Islam, prinsip tura>ts dan tajdi>d, revitalisasi khazanah Islam klasik, oksidentalisme: sikap terhadap turats barat, serta pembacaan terhadap realitas. Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah dalam hal objek, peneliti lebih memfokuskan pembahasan mengenai tradisi yang mulai ditinggalkan oleh umat muslim dan telah terkikis dengan modernitas yang semakin maju.

Jurnal yang ditulis oleh Asmuni M. Thaher, pada tahun 2003 dengan judul Pemikiran Akidah Humanitarian Hassan Hanafi Fakultas Ilmu Agama Islam UII Yogyakarta. Penelitian ini mengkaji tentang upaya Hanafi menyeru manusia untuk menelusuri asal muasal akidah dengan menggunakan rasio. Teologi kemanusiaan (humanitarian) harus dikembangkan demi keberlangsungan dan kejayaan hidup umat. Upaya rekonstruksi yang dilakukan oleh Hanafi adalah dengan menyeru kepada umat muslim sekalian untuk menggunakan rasio dalam menghadapi realitas zaman. Penguatan kembali akidah untuk membela manusia diperjuangkan kembali demi kepentingan manusia, untuk mendapatkan kebebasan, kemerdekaan, kesejahteraan, dan keadilan. Akidah harus mampu diwujudkan dalam tindakan dan mampu menyatukan umat. Perbedaan dengan penelitian yang akan dikaji peneliti terletak pada objek kajiannya yang lebih menekankan pada kritik terhadap tradisi untuk mengembalikan lagi semangat kebangkitan dan peninjauan kembali tradisi demi kemaslahatan umat.

(8)

Skripsi yang ditulis oleh Ihsan Maulana pada tahun 2009 yang berjudul Pola Hubungan Islam dan Negara dalam Pemikiran Jaringan Islam Liberal. Program Studi Pemikiran Politik Islam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini membahas tentang pola hubungan Islam dan negara, Islam dan Sekulerisme, hubungan Pluralisme dengan Islam, HAM serta penerapan syariat Islam di Indonesia. Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah terletak pada objeknya. Kajian tentang pola hubungan Islam dan negara mengambil objek dalam pemikiran JIL diambil di Indonesia, sedangkan objek peneliti adalah pemikiran Arab Islam dari Mesir.

Skripsi yang ditulis oleh Ma‟tufathu Rohman mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2010 dengan judul Gagasan Reaktualisasi Pemikiran Islam Hassan Hanafi. Penelitian ini membahas tentang wacana pembaharuan Islam pemikiran Hanafi, pola pandangan Islam terhadap relitas global, revitalisasi khazanah Islam klasik, perlunya menantang barat, melakukan interpretasi terhadap realitas kontemporer, dan meraih cita-cita bersama yaitu keadilan, kemerdekaan, kebebasan, kesamaan sosial dan kesejahteraan umat. Perbedaan penelitian ini adalah peneliti lebih mengerucutkan objek pada bidang tradisi Islam.

Skripsi yang ditulis oleh Moh. Zaki Ma‟rufi mahasiswa Program Studi Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

(9)

Depok tahun 2010 dengan judul Reformulasi Pemikiran Arab-Islam Perspektif Muhammad Abid Al-Jabiri. Penelitian ini membahas tentang formula yang ditawarkan oleh M. Abid Al-Jabiri untuk mengembangkan dan memajukan pemikiran Arab-Islam, karena pada waktu itu pemkiran Arab-Islam jauh tertinggal dengan barat tetapi dengan tidak menanggalkan otentisitas Islam pada masa kini dengan melihat kondisi umat Islam pada waktu itu yang sedang carut marut akibat kekalahan umat Islam dalam perang enam hari melawan Israel. Perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti peneliti adalah dalam hal tokoh pemikirnya, yaitu penelitian ini membahas ide dari M. Abid Al-Jabiri. Kemudian ada persamaan antara penelitian ini dengan penelitian peneliti yaitu tentang konsep pembaruan yang ditawarkan masing-masing tokoh yang sama-sama melihat keadaan sosial politik di negaranya masing-masing sedang dalam krisis dan adanya kolonialisme.

Skripsi yang berjudul Relevansi Pemikiran Ibn Khaldun dengan Ekonomi Islam karya Khoirul Taqwim mahasiswa jurusan pengembangan masyarakat Islam, fakultas dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009. Dalam penitian tersebut membahas tentang sejarah ekonomi Islam, konsep dasar ekonomi Islam, sumber hukum ekonomi Islam, nilai-nilai dasar ekonomi Islam, basis ekonomi, dan prinsip-prinsip ekonomi yang ada secara umum selain ekonomi Islam. Kemudian penelitian itu baru membahas konsep ekonomi Islam menurut Ibn Khaldun. Perbedaan penelitian diatas dengan penulis

(10)

tentu sudah terlihat jelas perbedaannya, yaitu dalam hal tokoh dan objek kajiannya yaitu antara pemikiran ibn Khaldun dengan ekonomi Islam, sedangkan kajian penulis adalah tentang kritik tradisi oleh pemikiran Hassan Hanafi.

Skripsi dengan judul kritik terhadap pemikiran Muhammad Abid Al Jabiri tentang demokrasi karya Tika Listiami mahasiswa jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014. Penelitian tersebut membahas tentang masalah epistemologis yang harus dikaji lagi oleh umat muslim bagian timur (Masyrik) tentang nalar(burhani). Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah tokoh dan objek dalam hal ini yaitu Hassan Hanafi dengan kritik tradisi Islam Mesir.

Skripsi dengan judul Pemikiran Syaikh Ahmad Assurkati Al Anshari dan dampaknya terhadap keturunan Arab di Indonesia (1911 M-1934 M) karya Mudasir mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014. Penelitian diatas membahas tentang pengaruh dan kontribusi Pemikiran Syaikh Ahmad Assurkati Al Anshari terhadap masyarakat etnis Arab yang tinggal di Indonesia dan juga terhadap masyarakat pribumi dalam beberapa bidang antara lain bidang pendidikan, bidang keagamaan dan bidang sosial. Pada penelitian diatas tokoh yang dikaji adalah Syaikh Ahmad Assurkati Al Anshari keturunan Arab yang berasal dari Sudan didatangkan oleh Jamiatul Khair pada

(11)

tahun 1911 M untuk menjadi pengajar di Indonesia. Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah dalam hal objek kajiannya, yang berupa tokoh dan kontribusinya dalam konteks tempat dan zaman. Meski sama-sama tokoh dari Timur Tengah, akan tetapi Assurkati memberikan pengaruh pemikiranya di Indonesia, sedangkan kajian penulis tentang Hassan Hanafi dengan kritiknya terhadap tradisi yang terjadi di Mesir. G. Landasan Teori

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka peneliti menggunakan landasan teori Hermeneutika Paul Ricoeur. Memahami kebudayaan tidak terlepas dari keberadaan manusia sebagai subjek dan objek. Keberadaan manusia yang terbagi antara tubuh dan pikiran menjadi factor penting dalam melihat fenomena kebudayaan (Sulasman, 2013: 81). Menurut peneliti, manusia menjadi subjek kebudayaan ketika manusia menjadi pelaku utama dalam kebudayaan, artinya keberadaan manusia sebagai perancang kebudayaan yang muncul dari nilai-nilai estetika. Sedangkan manusia sebagai objek adalah ketika manusia menjadi sasaran (pelaku) untuk mengembangkan dan melestarikan kebudayaan tersebut. Jadi, wujud fisik tindakan sosial atau gerak tubuh manusia memang yang terlihat nyata dalam sebuah kebudayaan, akan tetapi dibalik itu ada akal atau ide yang melatarbelakangi munculnya suatu kebudayaan dalam masyarakat.

(12)

boleh dilupakan yaitu agama (Zaprulkhan, 2012: 44). Menurut peneliti, ide yang membentuk sistem sosial tidak mungkin terlepas dari doktrin agama. Kepercayaan masyarakat terhadap Tuhan yang menjadikannya sebagai doktrin agama seperti memberikan stimulan semangat dalam menjalani kehidupan. Sehingga dalam kehidupan bermasyarakat individu juga harus menjalankan kewajiban agamanya. Kewajiban tersebut yang nantinya akan mempengaruhi kinerja sistem sosial sehingga keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai keteraturan social.

Menurut Ricoeur, tugas utama hermeneutika adalah untuk memahami teks.. Secara mendasar teks adalah “any discourse fixed by

writing”. Dengan istilah discourse Ricoeur merujuk kepada bahasa sebagai event, yaitu bahasa yang membicarakan sesuatu. Gampangnya discourse

adalah bahasa ketika ia digunakan untuk berkomunikasi yang berupa bahasa lisan dan bahasa tulis (Mulyono.dkk, 2012: 256-257). Interpretasi adalah kasus partikular pemahaman. Ia adalah pemahaman yang diaplikasikan ke dalam ekspresi kehidupan yang tertulis (Ricoeur, 2012:153).

Doktrin yang terkenal tentang intensionalitas menegaskan bahwa seluruh pengalaman diarahkan menuju beberapa objek tertentu, sementara setiap objek pengalaman dikorelasikan dengan pengalaman tertentu. Apa yang dialami selalu dikorelasikan dengan bagaimana ia dialami oleh seseorang. Objek kesadaran adalah sebuah entitas yang dapat diulang dan ditandai dalam sejumlah cara. Teknik metodologis pengelompokan atau

(13)

reduksi-reduksi fenomenologis merupakan serangkaian aturan untuk mengarahkan perhatian kita terhadap pengalaman tertentu. Apa yang kita kelompokkan adalah godaan baik untuk membuat penilaian-penilaian tentang status ontologis sebuah objek pengalaman maupun untuk melakukan teoretisasi dan menjelaskan alih-alih menggambarkan pengalaman. Bahkan kita semua memperlakukan seluruh seluruh pengalaman sebagai sesuatu yang terberi dalam kesadaran seperti fenomena, atau sebagai makna yang menghadirkan dirinya sendiri pada kesadaran (Kaplan, 2010:26).

Pengalaman hermeneutika dalam momen keterbukaan dan penerimaan mendahului momen kritik dan penjelasan. Anggapan kebenaran berarti “bahwa penerimaan penuh percaya diri yang kita gunakan untuk menanggapi, dalam sebuah gerakan awal yang mendahului seluruh kritisisme, setiap preposisi makna, setiap klaim terhadap kebenaran, karena kita tidak pernah berada di permulaan proses kebenaran dan karena kita menjadi bagian dari wilayah kebenaran tertentu yang diasumsikan sebelumnya, sebelum adanya sikap kritis. Akhirnya apa yang mengabsahkan otoritas tradisi adalah proses komunikasi dan argumentasi diskursif (Kaplan, 2010:64 dalam buku (TN3 227) Time and Narrative, vol. III, hal. 227 terj. Kathleen McLaughin dan David Pellauer, University of Chicago Press, University of Chicago Press, 1988). Penelitian ini membutuhkan pemahaman yang mendalam dalam menelaah objeknya. Pengalaman hermeneutika mewajibkan kepada peneliti untuk lebih

(14)

membuka diri dalam menelaah objek kajian ini, yaitu tentang pembaharuan pemikiran Hanafi. Sehingga setelah mampu membuka diri dan disertai dengan penerimaan dan pemahaman terhadap teks, maka penjelasan dan kritisisme akan muncul dari peneliti.

Interpretasi menurut Ricoeur merupakan suatu hal yang teramat penting, terlebih ketika dihadapkan pada pluralitas makna. Oleh karena itu penggalian makna yang „mungkin‟ ada berlapis-lapis, merupakan persoalan pokok filsafat. Bagi Ricoeur, pada dasarnya filsafat adalah sebuah hermeneutik yang membaca makna yang tersembunyi dalam sebuah teks yang seolah sudah jelas dan mengandung makna (Mulyono.dkk, 2012: 278)

Interpretasi sebagai sebuah gerakan dari dugaan menuju validasi dan dari penjelasan menuju komprehensi. Interpretasi terdiri dari dugaan-dugaan atas pengalaman-pengalaman yang dihasilkan dalam penjelasan-penjelasan yang harus divalidasi oleh yang lain, yang berakhir dalam komprehensi, yang merupakan nama lain untuk pemahaman yang diberi informasi dan diperkaya dengan proses objektif validasi (Kaplan, 2010:98 dalam buku (INT 71-88) Interpretation Theory: Discourse and the Surplus

of Meaning. Hal. 71-88 Fort Worth: Texas Christian University Press,

1976). Ricoeur mengungkapkan penjelasan dan pemahaman tidak bisa berdiri dan berjalan sendiri. Keduanya saling berkaitan dan saling melengkapi. Peneliti berpendapat bahwa dalam memahami objek kajian tentang pemikiran Hassan Hanafi yaitu dengan menyimpulkan

(15)

dugaan-dugaan yang dirasa itu benar kemudian menjelaskannya sehingga bisa berterima dari apa yang dimaksud dari teks.

Sebuah teks adalah otonom atau berdiri sendiri, tidak tergantung pada maksud pengarang. Ketika hermeneutic coba diterapkan pada teks, sifat hermeneutika sendiri berubah. Hermeneutika tidak lagi mencari makna tersembunyi dibalik teks (seperti dilakukan Ricoeur dalam hermeneutika tentang symbol-simbol), tetapi mengarahkan perhatiannya kepada makna objektif sebuah teks, terlepas dari maksud subjektif pengarang atau orang lain. Menginterpretasikan sebuah teks bukannya mengadakan suatu relasi intersubjektif antara subyektifitas pengarang dan subyektifitas pembaca, melainkan hubungan antara dua diskursus; diskursus teks dan diskursus interpretasi. Maka interpretasi akan selesai bila „dunia teks‟ dan „dunia interpretor‟ bercampur baur menjadi satu (Mulyono.dkk, 2012: 280-281). Jadi, tugas yang harus dilakukan oleh peneliti adalah menginterpretasi kajian tentang pemikiran Hassan Hanafi dengan cara objektif. Karena tugas hermeneutika adalah menemukan makna objektif teks.

Setiap kritik atas tradisi dimediasi oleh cita-cita regulatif akan komunikasi yang tak terbatas, yang pada gilirannya tetap ditempatkan secara historis dengan maksud agar dapat diterapkan dalam konteks tertentu. Ricoeur lebih suka menekankan dasar keabsahan komunikasi lebih daripada cita-cita yang dikandungnya. Agar mampu menegakkan

(16)

pemahaman melalui komunikasi, yaitu kita dapat mengklarifikasi apa yang kita bicarakan (Kaplan, 2010: 65).

Proses interpretasi dimulai dengan dugaan karena pembaca tidak memiliki akses pada maksud-maksud pengarang yang tidak hadir. Begitu makna dibebaskan dari psikologi pengarangnya, maka tidak ada yang dapat berdiri di luar teks sebagai otoritas khusus untuk memediasi interpretasi-interpretasi yang saling bertentangan. Satu-satunya pilihan yang kita miliki adalah menduga makna tertentu dan kemudian membandingkan serta memvalidasi dugaan-dugaan hingga kita memutuskan keunggulan atau preferabilitas sebuah interpretasi di atas yang lain. Dengan mengikuti Hisrch, Ricoeur menawarkan tiga aturan untuk memvalidasi dugaan-dugaan makna dari sebuah teks (Kaplan, 2010: 100)

Pertama adalah aturan holisme hermeneutik, dimana makna teks diuraikan sebagai satu keseluruhan dengan makna yang lebih besar daripada makna kalimat-kalimat konstitutifnya.

Aturan validasi kedua adalah menguraikan sebuah teks sebagai individu. Meskipun sebuah karya menjadi bagian dari genre tertentu, kita dapat menentukan individualitasnya dengan secara progresif mengeliminasi konsep-konsep generik untuk menemukan apa yang secara unik menjadi bagiannya.

(17)

Ketiga melibatkan perhatian terhadap makna-makna lain yang mungkin dapat memengaruhi makna teks yang menghadirkan serangkaian interpretasi yang mungkin.

H. Sumber data dan data 1. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data di bedakan menjadi dua, yaitu: (1). data primer dan, (2). data sekunder. Data primer adalah data yang menjadi bahan utama peneliti dengan maksud khusus untuk menyelesaikan permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian. Sedangkan data sekunder yaitu data yang sudah dikumpulkan sebagai tambahan dalam menyelesikan masalah yang dihadapi sebagai acuan penelitian. Data yang merupakan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaaan (Library Research), baik berupa buku, jurnal, dokumen, majalah, dan makalah, serta data-data yang berasal dari internet.

Sumber data primer dari penelitian ini yaitu Kiri Islam “Antara

Modernisme dan Posmodernisme Telaah Kritis Pemikiran Hassan Hanafi” karya Kazuo Shimogaki terjemahan M. Imam Aziz & M. Jadul

Maula tahun 1993, Studi Filsafat 1 “Pembacaan Atas Tradisi Islam

Kontemporer Hassan Hanafi” karya Hassan Hanafi tahun 2015, Kiri Islam Hassan Hanafi “Menggugat Kemapanan Agama dan Politik” karya Abad

Badruzaman tahun 2005, Islamologi 1 “Dari Teologi Statis ke Anarkis” karya Hassan Hanafi tahun 2004, Dialog Timur dan Barat “Menuju

(18)

Rekonstruksi Metodologis Pemikiran Politik Arab yang Progresif dan Egaliter” karya Hassan Hanafi dan Muhammad „Abid Al Jabiri tahun

1990,

Sumber data sekunder dari penelitian ini yakni :Teori-teori

Kebudayaan dari Teori Hingga Aplikasi karya Sulasman dan Setia

Gumilar tahun 2013, Metode, teori, teknik penelitian kebudayaan ideologi,

epistemologi dan aplikasi karya Suwardi Endraswara tahun 2006, Skripsi

oleh Nur Idam Laksono dengan judul Antroposentrisme dalam pemikiran

Hassan Hanafi. Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah filsafat.UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta, Jurnal oleh Asmuni M. Thaher Pemikiran Akidah

Humanitarian Hassan Hanafi.UII Yogyakarta, Jurnal Pembaharuan Pemikiran Islam Transformatif Hassan Hanafi karya Amrullah Ahmad

tahun 1997, Teori Kritis Paul Ricoeur karya David M. Kaplan, tahun 2010, Teori Interpretasi ”Memahami Teks, Penafsiran dan

Metodologinya” karya Paul Ricoeur tahun 2012, Belajar Hermeneutika “Dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic Studies” karya Edi

Mulyono, dkk tahun 2012, Jihad Menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Zhilal karya Muhammad Chirzin tahun 2001, Post Mu’tazilah “Genealogi

Konflik Rasionalisme dan Tradisionalisme Islam “ karya Woodward, dkk

(19)

2. Data

Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas), yang harus dicari, dikumpulkan, dan dipilih oleh peneliti (Subroto, 1992:34). Data dapat berupa wacana-wacana, jurnal-jurnal, arikel-artikel, dokumen-dokumen, serta buku-buku. Data yang menjadi bahan penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan kebudayaan, pemikiran, tradisi, pemikiran Hassan Hanafi.

Data yang dikumpulkan berasal dari penelitian pustaka, yaitu dengan mencari, menelusuri, memilih data yang relevan dengan topik bahasan dan menganalisa. Penelitian ini akan mengkaji data tentang Kritik tradisi yang dicetuskan Hassan Hanafi untuk mewujudkan cita-cita kebangkitan Islam.

I. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif banyak digunakan oleh peneliti dalam kajian humaniora (Suwardi, 2006: 81).

Hasil dari penelitian secara kualitatif akan menghasilkan penelitian yang sifatnya deskriptif, yaitu penelitian ini menggambarkan variabel masa lalu dan masa sekarang (Taufiq, dkk , 2007 : 87).

Dalam penelitian ini, tahap pertama yang dilakukan adalah pemilihan topik, yaitu Kritik tradisi Islam Mesir Pemikiran Hassan Hanafi (1935-…) Analisis Hermeneutika Paul Ricoeur.

(20)

Setelah pemilihan topik, tahap selanjutnya adalah pengumpulan data sebagai referensi penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian. Pada teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik penelitian pustaka (Library Research). Penelitian pustaka dengan menelaah buku-buku, majalah-majalah, artikel-artikel yang sesuai dengan pembahasan yakni pemikiran Hassan Hanafi.

Kemudian tahap selanjutnya adalah analisis data. Data yang dianalisa diperoleh dan dijabarkan berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan.

Tahap selanjutnya adalah tahap pendeskripsian hasil analisis kedalam bentuk laporan tertulis dengan menambahkan kesimpulan dan saran mengenai penelitian tersebut.

J. Sistematika Penulisan

Secara umum sistematika penulisan ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama berupa pendahuluan, kemudian bab kedua yaitu pembahasan, dan bab ketiga adalah penutup. Ketiga bab tersebut mempunyai sub-sub bab sendiri yang saling berkaitan

Bab I adalah latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode, sistematika penulisan.

(21)

masa studi dan karier Hassan Hanafi dan karya-karyanya. Kemudian pembahasan selanjutnya yaitu membahas menjelaskan bagaimana latar belakang munculnya pemikiran Hassan Hanafi, yaitu dengan menjelaskan bagaimana kondisi masyarakat Mesir, kemudian tokoh yang mempengaruhi Hassan Hanafi. Pembahasan selanjutnya adalah Pemikiran Kiri Islam Hassan Hanafi yaitu tentang Revitalisasi tradisi klasik Islam, Olsidentalisme: Menantang Peradaban Barat, Sikap terhadap realitas dunia Islam. Kemudian pembahasan terakhir adalah tentang kritik tradisi oleh Hassan Hanafi.

Bab ketiga adalah penutup terdiri dari Kesimpulan, Saran untuk peneliti dan pembaca.

Referensi

Dokumen terkait

Ratifikasi UNCAC 2003 oleh pemerintah Indonesia yang secara politis menempatkan posisi Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang memiliki komitmen pemberantasan korupsi

dalam rangkaian acara yang digelar hingga 12 Februari ini juga terdapat prosesi pengangkatan jabatan yang dilakukan langsung oleh Dirut Sumber Daya Manusia

Pada fungsional test intrusion detection system menggunakan mikrotik versi 5.20 dapat mendeteksi adanya serangan baik berupa FTP Bruteforce, SSH Bruteforce, Port

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari Dengan

No Judul Jenis Karya Penyelenggara/ Penerbit/Jurnal Tanggal/ Tahun Ketua/ Anggota Tim Sumber Dana Keterangan 1 NA NA NA NA NA NA NA GL. KEGIATAN

Semakin jauh jarak pelanggan dari sentral, maka akan semakin kecil nilai SNR (Signal to Noise Ratio) yang dihasilkan. Hal ini membuktikan bahwa jarak berbanding

Tokoh dan juga perwatakan memiliki peranan penting dalam sebuah karya sastra sebab watak atau karakter tokoh menghasilkan pergeseran, perbedaan kepentingan dan

Downward communicationi merupakan komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannnya yang