• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERENCANAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Disampaikan di dalam Pra Musrenbangtannas Tahun 2015

Jakarta, 12 Mei 2015

Direktur Pangan dan Pertanian

(2)

ISI PAPARAN

I. RPJMN 2015-2019 :

1.1 PENINGKATAN NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING

1.2 KEDAULATAN PANGAN

II. RANCANGAN AKHIR RKP 2016

(3)

I. RPJMN 2015-2019

(PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

2 TAHUN 2015)

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

2 TAHUN 2015)

Slide - 3

Buku I

: Agenda Pembangunan Nasional

Buku II

: Agenda Pembangunan Bidang

(4)

VISI: TERWUJUDNYA INDONESIA YG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKERIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG

7 MISI

Keamanan nasional yg mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dg mengamankan

SD maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara

kepulauan. Masyarakat maju, berkeimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum. Politik LN bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim Kualitas hidup manusian Indonesia

yg tinggi, maju dan sejahtera

Bangsa berdaya saing

Indonesia menjadi negara maritim yg mandiri, maju,

kuat dan berbasiskan kepentingan nasional

Masyarakat yg berkepribadian

dalam kebudayaan.

NAWACITA – 9 agenda prioritas

Akan menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberi rasa aman pada seluruh

WN

Akan membuat Pemerintah tidak absen dg

memba-ngun tata kelola Pem.

yg bersih, efektif, demo-kratis dan terpercaya Akan membangun Indonesia dari pinggiran dg memperkuat daerah-daerah dan desa dlm kerangka Negara Kesatuan Akan menolak Negara lemah dengan melalukan reformasi sistem penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. Akan mening-katkan kuali-tas hidup manusia Indonesia melalui: Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Kerja dan Indonesia

Sejahtera

Akan mening-katkan produktivitas rakyat dan daya

saing di pasar internasional Akan mewujudkan kemandirian ekonomi dg menggerak-kan sektor-sektor strategis ekonomi domestik Akan melakuka n revolusi karakter bangsa Akan memper-teguh Kebhi-nekaan dan memperkuat restorasi sosial.

BERDAULAT DALAM BIDANG POLITIK BERDIKARI DALAM BIDANG EKONOMI BERKEPRIBADIAN DALAM BIDANG

TRISAKTI DAN NAWACITA

BERDAULAT DALAM BIDANG POLITIK (12 program aksi-115 prioritas utama)

BERDIKARI DALAM BIDANG EKONOMI (16 program aksi)

BERKEPRIBADIAN DALAM BIDANG KEBUDAYAAN (3 program aksi)

1.Membangun wibawa politik LN dan mereposisi peran Indonesia dalam isu-isu global (4) 2.Menguatkan sistem pertahanan negara (4) 3.Membangun politik keamanan dan ketertiban masyarakat (8) 4.Mewujudkan profesionalitas intelijen negara (7) 5. Membangun keterbukaan informasi dan komunikasi publik (7) 6.Mereformasi sistem dan kelembagaan demokrasi (6) 7.Memperkuat politik desentralisasi dan otda (11) 8.Mendedikasikan diri untuk memberdayakan desa (8) 9. Melindungi dan memajukan hak-hak masyarakat adat (6) 10. Pemberda-yaan Perempuan dalam politik dan pembangunan (7) 11. Mewujudkan sistem dan penegakan hukum yang berkeadilan (42) 12. Menjalankan reformasi birokrasi dan pelayanan publik (5) 1. Dedikasikan pembangunan kualitas SDM 2. Membangun ke-daulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan 3. Mendedikasikan program u/ mem-bangun daulat energi berbasis kepentingan nas.

4. Untuk pengua-saan SDA melalui 7 langkah & mem-bangun regulasi mewajibkan CSR &/atau saham u/ masyarakat lokal/ sekitar tambang, penguatan kapa-sitas pengusaha nasional (trmsuk penambang rakyat) dlm penge-lolaan tambang berkelanjutan. 5. Membangun pemberdayaa n buruh 6.Membangun sektor keuangan berbasis nasional 7.Penguatan investasi domestik 8.Membangun penguatan kapasitas fiskal negara 9.Membangun infrastruktur 10. Membangun ekonomi maritim 11. Penguatan sektor kehutanan 12. Membangun

tata ruang dan lingkungan berkelanjutan 13.Membangun perimbangan pembangunan kawasan 14.Membangun karakter dan potensi wisata 15.Mengembangk an kapasitas perdagangan nasional 16.Pengembanga n industri manufaktur 1. Berkomitmen mewujudkan pendidikan sbg pembentuk karakter bangsa 2. Akan memperteguh kebhinekaan Indonesia dan memperkuat restorasi sosial 3. Akan memban gun jiwa bangsa melalui pemberd ayaan pemuda dan olah raga

(5)

VISI MISI PEMBANGUNAN

VISI PEMBANGUNAN NASIONAL untuk tahun 2015-2019 adalah:

Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong-royong

Visi ini diwujudkan melalui 7 (tujuh) MISI PEMBANGUNAN yaitu:

1.

Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang

kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan

kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2.

Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara

hukum.

3.

Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara

maritim.

4.

Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

5.

Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6.

Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan

berbasiskan kepentingan nasional.

(6)

SEMBILAN AGENDA PEMBANGUNAN

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem

dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan

terpercaya.

dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan

terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit

bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan

sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial

Indonesia.

(7)

NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA

3 DIMENSI PEMBANGUNAN

DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR DIMENSI PEMERATAAN &

1) Membangun untuk manusia dan masyarakat;

2) Upaya peningkatan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar. Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan;

3) Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL

QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA

DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR

UNGGULAN DIMENSI PEMERATAAN &KEWILAYAHAN

KONDISI PERLU

Kepastian dan Penegakan

Hukum Keamanan dan Ketertiban Politik & Demokrasi Tata Kelola & RB Pendidikan Kesehatan Perumahan Antarkelompok Pendapatan Antarwilayah: (1) Desa, (2) Pinggiran, (3) Luar Jawa, (4) Kawasan Timur

Kedaulatan Pangan Kedaulatan Energi &

Ketenagalistrikan Kemaritiman dan Kelautan

Pariwisata dan Industri Mental / Karakter

(8)

1.1 KEBIJAKAN NASIONAL PENINGKATAN AGROINDUSTRI

N

o.

Komoditi

Baseline

(2014)

2019

2015-2019 (Rata-

rata pertahun %)

1. Komoditi Perkebunan

(ribu ton)

Kelapa sawit

29.344

36.420

4,3

Karet

3.153

3.810

3,5

Kakao

709

870

3,0

SASARAN UTAMA:

1.Meningkatnya PDB

industri pengolahan

makanan dan

minuman serta

produksi komoditas

andalan ekspor dan

komoditas

8

Kakao

709

870

3,0

Teh

144

163

0,5

Kopi

685

778

1,8

Kelapa

3.031

3.491

1,4

2. Hortikultura (ribu ton)

Mangga

2.236

2.519

2,4

Nenas

1.851

2.042

2,0

Manggis

142

155

1,8

Salak

1.038

1.146

2,0

Kentang

1.296

1.431

2,0

komoditas

prospektif;

2.Meningkatnya

jumlah sertifikasi

untuk produk

pertanian yang

diekspor;

3.Berkembangnya

agroindustri

terutama di

perdesaan.

(9)

STRATEGI PENGUATAN

(Nawacita Presiden terkait)

PENGEMBANGAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

TERUTAMA DI PERDESAAN

SERTA PENINGKATAN

EKSPOR HASIL PERTANIAN

1. Pemanfaatan lahan bekas

pertambangan

2. Pemulihan kualitas kesuburan

lahan yang airnya tercemar

3. 1000 desa pertanian organik

4. Pencipataan sistem inovasi

nasional

5. Perluasan lahan kering 1 juta ha

6. Pendirian unit perbankan untuk

pertanian, UMKM, koperasi

PENINGKATAN

AGROINDUSTRI

PENINGKATAN

PRODUKTIVITAS, MUTU

HASIL PERTANIAN

KOMODITI ANDALAN

EKSPOR, POTENSIAL UNTUK

EKSPOR DAN SUBTITUSI

IMPOR

pertanian, UMKM, koperasi

7. Peningkatan kemampuan petani,

organisasi petani, dan pola

hubungan pemerintah

8. Pelibatan perempuan

petani/pekerja

9. Pencipataan daya tarik pertanian

bagi TK muda

10.Pengembangan inovasi teknologi

melalui kerjasama swasta,

pemerintah, dan PT

11.Techno-science park

(10)

INDIKATOR

(baseline)

2014

2019

Rata-rata Pertumbuhan

2015-2019 (%)

Produksi DN untuk Kedaulatan Pangan

- Padi (Juta Ton)

70,6

82,0

3,03

- Jagung (Juta Ton)

19,1

24,1

4,7

- Kedelai (Juta Ton)

0,9

2,6

22,7

- Gula (Juta Ton)

2,6

3,8

8,3

- Daging Sapi (Ribu Ton)

452,7

755,1

10,8

1.2 KEBIJAKAN NASIONAL KEDAULATAN PANGAN

- Daging Sapi (Ribu Ton)

452,7

755,1

10,8

- Ikan -diluar rumput lain (Juta ton)

12,4

18,8

8,7

-Garam (Juta Ton)

2,5

4,5

12,9

Konsumsi

-Konsumsi kalori (Kkal)

1.967

2.150

--Konsumsi ikan (kg/kap/tahun)

38,0

54,5

7,5

Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

81,8

92,5

-Slide - 10

Dalam 5 tahun ke depan, produksi padi akan diarahkan untuk meningkatkan surplus beras; jagung difokuskan

untuk keragaman pangan dan pakan lokal; kedele difokuskan untuk mengamankan kebutuhan pengrajin dan

kebutuhan konsumsi tahu dan tempe; Gula, daging sapi dan garam fokus pada pemenuhan konsumsi rumah

tangga.

(11)

STRATEGI PENGUATAN

(Nawacita Presiden terkait)

KEDAULATAN

PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN POKOK PERBAIKAN KUALITAS KONSUMSI PANGAN DAN GIZI

MASYARAKAT

1. Pengendalian konversi lahan dan perluasan sawah baru 1 juta ha

2. Pemanfaatan lahan bekas pertambangan 3. 1000 Desa Mandiri Benih

4. Pemulihan kualitas kesuburan lahan yang airnya tercemar 5. 1000 desa pertanian organik

6. Pencipataan sistem inovasi nasional 7. Perluasan lahan kering 1 juta ha

8. Pendirian unit perbankan untuk pertanian, UMKM, koperasi 9. Peningkatan kemampuan petani, organisasi petani, dan pola

hubungan pemerintah

10.Pelibatan perempuan petani/pekerja

11.Pencipataan daya tarik pertanian bagi TK muda

12.Pengembangan inovasi teknologi melalui kerjasama swasta, pemerintah, dan PT

13.Techno-science park

14.Rehabilitasi 3 juta ha jaringan irigasi rusak dan bendungan 15.Pembangunan 100 sentra perikanan/nelayan terpadu,

termasuk pengembangan sistem logistik ikan (coldstorage) dan pengembangan sistem informasi bagi nelayan

KEDAULATAN

PANGAN

STABILISASI HARGA BAHAN PANGAN MITIGASI GANGGUAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PELAKU USAHA PANGAN

dan pengembangan sistem informasi bagi nelayan

1. Penyediaan kapal pengangkut ternak 2. Pemberantasan “mafia” impor

1. Peningkatan akses dan aset petani melalui distribusi hak atas tanah petani dan land reform dan program

penguasaan lahan terutama bagi petani gurem dan buruh tani

2. Sertipikasi hak atas tanah nelayan dalam upaya peningkatan akses permodalan

(12)

Pembukaan 1 juta lahan sawah baru Reforma agraria

9 juta Ha Perbaikan dan pemb. Jaringan irigasi, bendungan, pasar, dan sarpras transportasi Pengendalian impor pangan

Kemen Pertanian; Kemen Kehutanan & LH; Kemen Agraria & TTR; Kemen PU; Pemda

Kemendag; Kemen Pertanian; KKP Kemen PU; Kementan; KKP Kemendag; Pemda

Keterkaitan Stakeholder dalam

Upaya Pencapaian Kedaulatan Pangan

BAPPENAS : KOORDINASI PERENCANAAN MENKO : KOORDINASI PELAKSANAAN

KEDAULATAN

PANGAN

Stop konversi lahan produktif Pemulihan kualitas kesuburan lahan; 1000 Desa Mandiri Benih Gudang dgn fasilitas pengolahan pasca panen di sentra produksi; SLIN Pendirian bank pertanian & UMKM Peningkatan kemampuan petani /nelayan/pemb udidaya ikan Pemb. Agribisnis kerakyatan Kemen Pertanian; KKP Kemen Perindustrian; Pemda Bank Indonesia; Kemen Koperasi; Kemen Keuangan Kemen Pertanian; KKP Kemen BUMN; Pemda

Kemen Pertanian; KLH/BPLH

Pemda (BUMDes- Dana Desa) Pemda;

Kemen Agraria & TTR

(13)

II. RANCANGAN AKHIR RKP 2016

II. RANCANGAN AKHIR RKP 2016

BAB 4. TEMA DAN AGENDA PEMBANGUNAN

BAB 5. PEMBANGUNAN BIDANG

(14)

MUSRENBANGNAS – TRILATERAL MEETING

PEMBAHASAN RANCANGAN RKP 2016

Telah dilakukan Musrenbangnas yang merupakan upaya mensinkronkan rencana

target dan lokasi yang dirancang Pemerintah pusat dengan kesiapan Pemerintah

daerah  dilanjutkan dengan Trilateral meeting KemenPPN/Bappenas –

Kemenkeu - Kementan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam pembahasan rencana kerja

pembangunan pertanian:

a. Mengamankan target RPJMN 2015-2019 (memuat Nawacita Presiden)

b. Program dan kegiatan mengikuti struktur organisasi Kementan yang ada

14

b. Program dan kegiatan mengikuti struktur organisasi Kementan yang ada

saat ini (12 Es.1)  perubahan program menunggu Perpres terkait struktur

organisasi yang baru.

c. Sinkronisasi kegiatan di daerah dengan K/L (lokasi, target) 

kemenPPN/Bappenas mendorong Kementan dapat mengakomodasi usulan

daerah namun harus disesuaikan dengan kesiapan teknis di daerah.

d. Payung hukum: insentif petani; bank pertanian

e. Kewenangan pusat-daerah. Misal. penetapan lahan pangan berkelanjutan;

jaringan irigasi.

f. Penyesuaian unit cost, misal untuk perluasan sawah dan irigasi, terutama

di wilayah timur Indonesia.

(15)

SASARAN 2016

INDIKATOR PEMBANGUNAN

SASARAN

2016

KETAHANAN PANGAN

- Produksi bahan pokok

1. Padi (Juta Ton)

76,23

2. Jagung (Juta Ton)

21,35

INDIKATOR PEMBANGUNAN

SASARAN

2016

MENINGKATKAN DAYA SAING

KOMODITAS BERBASIS SDA-LH

Perkebunan

- Kelapa Sawit (ribu ton)

30.845

- Karet (ribu ton)

3.438

- Kakao (ribu ton)

831

3. Kedelai (Juta Ton)

1,82

4. Gula (Juta Ton)

3,27

5. Daging Sapi-kerbau (Jt Ton)

0,59

- Konsumsi ikan (kg/kapita/tahun)

43,9

- Konsumsi Kalori (Kkal)

2.040

- Pola Pangan Harapan (PPH skor)

86,2

15

- Teh (ribu ton)

160

- Kopi (ribu ton)

738

- Kelapa (ribu ton)

3.355

Hortikultura

- Mangga (ribu ton)

2.340

- Nenas (ribu ton)

1.926

- Manggis (ribu ton)

147

- Salak (ribu ton)

1.080

(16)

ARAH KEBIJAKAN 2016

DIMENSI PEMBANGUNAN (BAB 4)

PEMBANGUNAN BIDANG SDA DAN LH (BAB 5)

KEDAULATAN PANGAN

I. MELANJUTKAN PERKUATAN KETAHANAN PANGAN DAN

KETAHANAN AIR UNTUK KEDAULATAN PANGAN NASIONAL

PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN

KEDELAI UNTUK MENCAPAI SWASEMBADA DAN

PENINGKATAN PRODUKSI PROTEIN HEWANI

DAGING DAN GULA

PENGAMANAN PRODUKSI PANGAN POKOK UNTUK

KEMANDIRIAN PANGAN

PENGUATAN STABILISASI HARGA DAN PASOKAN

PENGUATAN STABILISASI HARGA DAN PASOKAN

PANGAN

PERBAIKAN KUALITAS KONSUMSI PANGAN DAN

GIZI MASYARAKAT

DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN

PENANGANAN GANGGUAN KETAHANAN

PANGAN

II. MENINGKATKAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN,

PERIKANAN, KEHUTANAN, MINERAL DAN

PERTAMBANGAN, SERTA MENDUKUNG PENINGKATAN

NILAI TAMBAH NASIONAL

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS, PERTANIAN

BERKELANJUTAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI

PENINGKATAN PRODUKSI DAN NILAI TAMBAH SERTA

(17)

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BIDANG SDA LH

(LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN)

I. MELANJUTKAN PERKUATAN KETAHANAN PANGAN DAN KETAHANAN AIR UNTUK KEDAULATAN

PANGAN NASIONAL

1. Pengamanan Produksi untuk Kemandirian dan Diversifikasi Konsumsi Pangan

1a. Pengamanan produksi pangan pokok untuk kemandirian pangan :

Perluasan tanam melalui: (i) Pencetakan sawah baru seluas 200 ribu ha; (ii) optimasi lahan dan

pemulihan kualitas kesuburan lahan untuk padi, jagung, dan kedelai seluas 670 ribu ha; (iii)

percepatan optimasi perluasan areal tanam untuk peningkatan indeks pertanaman (PAT-PIP)

kedelai seluas 400 ribu ha untuk mendukung perluasan pertanian lahan kering;

Peningkatan produktivitas dilakukan dengan: (i) penyaluran bantuan pengembangan budidaya

padi seluas 550 ribu ha dan jagung seluas 350 ribu ha; (ii) Pengadaan alat dan mesin pertanian

padi seluas 550 ribu ha dan jagung seluas 350 ribu ha; (ii) Pengadaan alat dan mesin pertanian

(alsintan) untuk mendukung peningkatan produksi padi, jagung, kedelai sebanyak 12.300 unit; (iii)

bantuan dan penyaluran subsidi pupuk sebanyak 10 juta ton; (iv) penguatan 1000 desa mandiri

benih (v) peningkatan layanan produktivitas melalui pembangunan 10 Agro science park dan 23

Agro techno park yang didukung dengan penyuluhan pertanian;

Peningkatan produksi daging sapi, melalui: (i) peningkatan jumlah akseptor dan inseminasi buatan

sebanyak 2 juta akseptor; dan (ii) penyediaan bibit sapi

Peningkatan produktivitas tebu, melaluipengembangan tanaman tebu seluas 42 ribu ha yang

terdiri dari pengembangan areal produktif tanaman tebu 28,3 ribu ha dan pengembangan

pertanian lahan kering berbasis tanaman tebu seluas 13,7 ribu ha;

Penyediaan fasilitasi asuransi pertanian bagi petani khususnya untuk komoditi tanaman pangan;

Pengembangan jaringan irigasi dan optimasi air untuk mendukung tanaman pangan, hortikultura,

peternakan dan perkebunan seluas 500 ribu ha

(18)

1b. Diversifikasi konsumsi pangan :

Peningkatan produksi non beras, antara lain pangan

berbasis aneka umbi;

Peningkatan produksi dan konsumsi protein daging,

Peningkatan produksi dan konsumsi protein daging,

telur, ikan, sayur, dan buah;

Pengembangan model pekarangan pangan 5.500

desa;

Pemberdayaan 267 kawasan mandiri pangan;

Penguatan pengawasan keamanan pangan dari

bahan pangan berbahaya maupun zoonosis;

(19)

II. MENINGKATKAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN, PERIKANAN, KEHUTANAN, MINERAL DAN

PERTAMBANGAN, SERTA MENDUKUNG PENINGKATAN NILAI TAMBAH NASIONAL

1. Pengembangan Agribisnis, Pertanian Berkelanjutan dan Kesejahteraan Petani

Revitalisasi perkebunan rakyat, melalui pengembangan areal produktif tanaman kelapa sawit seluas

150 Ha, karet seluas 5,75 ribu Ha, kakao seluas 88,5 ribu Ha, teh seluas 3,1 ribu Ha, kopi seluas 15,5

ribu Ha, dan kelapa seluas 12,3 ribu Ha;

Peningkatan usaha budidaya dan pascapanen berupa: pengembangan pertanian lahan kering berbasis

kawasan jeruk seluas 3.500 ha dan kawasan buah lainnya seluas 2.500 Ha, cabai seluas 5.100 ha, serta

produksi benih bawang merah sebanyak 1 juta ton dan benih jeruk sebanyak 350 ribu batang;

produksi benih bawang merah sebanyak 1 juta ton dan benih jeruk sebanyak 350 ribu batang;

Dukungan layanan pola produksi berkelanjutan: (i) penerapan standardisasi dan keamanan pangan

dan pelayanan sertifikasi karantina pertanian; (ii) pengembangan usaha dan investasi dalam bentuk

Sertifikasi Identifikasi Geografis untuk mewujudkan 1.000 desa pertanian organik; (iii) mendukung

pengembangan 1000 desa pertanian organik (yang akan dilakukan pada tahun 2016 adalah sebagai

berikut: 150 desa berbasis perkebunan, 50 desa berbasis hortikultura, dan 250 desa berbasis tanaman

pangan).

Peningkatan kapasitas pemasaran produk pertanian di unit-unit Stasiun Terminal Agribisnis, pasar

ternak, pasar tani, dan UPPG sebesar 10 persen dalam mendukung pembangunan Agro Science dan

Techno Park;

Peningkatan produksi hasil olahan perikanan dan rumput laut, melalui: (i) pengembangan industri

pangan olahan ikan dalam negeri; (ii) penyediaan bahan baku ikan untuk memenuhi industri pangan

olahan perikanan; dan (iii) pengembangan sentra kebun bibit rumput laut sebanyak 36 unit

(20)

2. Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Serta Kesejahteraan Petani:

diseminasi informasi teknologi melalui penyuluhan dan media informasi;

penyediaan subsidi bunga kredit untuk memberikan kemudahan bagi petani

dalam mengakses pembiayaan di lembaga-lembaga perbankan;

pengembangan jaringan pasar, dan pelayanan informasi pasar, pasar lelang

komoditi, dan market intelligence guna memberikan kemudahan akses dan

informasi kepada pasar bagi petani;

informasi kepada pasar bagi petani;

pengembangan mutu dan standardisasi produk pertanian;

pengembangan layanan petani melalui Agroscience parkdan Agrotechno park;

penguatan kemitraan antara Gapoktan dengan industri pengolahan

daneksportir, serta membangun dan memperkuat jaringan (networking)

dengan asosiasi, industri, dan sektor jasa terkait lainnya.

(21)

KEGIATAN NAWACITA

NO

KEGIATAN

TARGET RPJMN/RKP

LOKASI

1

Perluasan 1 juta ha lahan sawah baru

200.000 ha

28 prov

2

Perluasan pertanian lahan kering 1

juta ha di luar Jawa

Kedelai 400 ribu ha; Perkebunan 29 ribu ha; horti

6 ribu, peternakan 8 ribu

12 prov

3

Rehabilitasi 3 juta ha jaringan irigasi

500.000 ha

26 prov

4

Pengendalian konversi lahan

225 paket

33 prov

21

5

Pemulihan kualitas kesuburan lahan

yang airnya tercemar

Optimasi dan pemulihan kesuburan lahan 670 ribu

ha

32 prov

6

1.000 Desa Mandiri Benih

2015: Pembangunan 1000 desa mandiri benih

2016: Pengawalan dan pendampingan

32 prov

7

Peningkatan kemampuan petani (di

antaranya melalui ATP, ASP)

10 ASP, 23 ATP

10 prov

8

Pembangunan gudang dengan fasilitas

pengolahan pasca panen di tiap sentra

produksi

693 unit gudang dan fasilitas pengolahan

33 prov

(22)

PTT Padi, Jagung, Kedelai (1)

NO. PROVINSI PADI JAGUNG

KEDELAI GP-PTT LAHAN SAWAH GP-PTT LAHAN KERING GP-PTT LAHAN

PS.SURUT PAT-PIP TOTAL (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) TOTAL 550.000 350.000 200.000 350.000 50.000 400.000 1.000.000 1 ACEH 30.000 13.500 7.550 38.650 - 26.040 72.240 2 SUMUT 26.000 12.000 3.120 3.050 - 8.300 14.470 22 2 SUMUT 26.000 12.000 3.120 3.050 - 8.300 14.470 3 SUMBAR 16.000 5.500 - - - - -4 RIAU 8.500 3.500 100 3.650 4.500 9.000 17.250 5 JAMBI 12.500 5.500 100 10.900 6.600 13.000 30.600 6 SUMSEL 29.500 18.500 1.400 12.600 6.000 46.000 66.000 7 BENGKULU 16.000 5.500 3.500 11.500 - 4.000 19.000 8 LAMPUNG 35.000 39.000 5.050 6.250 6.000 19.500 36.800 9 DKI JAKARTA - - - -10 JABAR 34.500 16.500 31.750 19.000 - 43.500 94.250 11 JATENG 30.500 21.500 51.000 2.250 - 11.960 65.210 12 DI YOGYAKARTA 9.000 3.500 2.000 2.000 - - 4.000 13 JATIM 38.500 21.000 48.850 31.850 - 57.500 138.200 14 KALBAR 21.000 6.500 - 1.200 7.500 6.000 14.700 15 KALTENG 21.000 3.000 25 650 7.500 6.500 14.675 16 KALSEL 17.000 3.000 200 13.500 9.900 11.500 35.100 17 KALTIM 11.500 1.500 400 3.400 - 3.000 6.800

(23)

PTT Padi, Jagung, Kedelai (2)

NO. PROVINSI PADI JAGUNG

KEDELAI GP-PTT LAHAN SAWAH GP-PTT LAHAN KERING GP-PTT LAHAN

PS.SURUT PAT-PIP TOTAL (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)

18 SULUT 12.500 21.500 - 16.750 - 7.000 23.750 19 SULTENG 11.000 19.000 - 4.725 - 7.000 11.725 20 SULSEL 42.500 29.500 4.250 65.450 - 76.200 145.900 23 20 SULSEL 42.500 29.500 4.250 65.450 - 76.200 145.900 21 SULTRA 10.500 8.000 1.000 28.000 - 12.500 41.500 22 BALI 9.500 2.000 4.255 - - - 4.255 23 NTB 22.000 29.000 26.000 52.000 - 25.000 103.000 24 NTT 25.500 23.500 1.100 1.700 - 500 3.300 25 MALUKU 7.500 3.700 850 1.350 - - 2.200 26 PAPUA 6.000 500 - 2.150 - 250 2.400 27 MALUT 8.500 2.900 - 1.825 - - 1.825 28 BANTEN 10.500 3.000 3.500 3.000 - 3.750 10.250 29 BABEL 2.000 - - - -30 GORONTALO 12.500 19.000 - 4.550 - - 4.550 31 KEPRI - - - -32 PAPUA BARAT 5.000 400 - 1.050 - - 1.050 33 SULBAR 5.500 8.500 - 7.000 - - 7.000 34 KALTARA 2.500 - 4.000 - 2.000 2.000 8.000

(24)

PENCETAKAN SAWAH BARU 2016

Aceh Sumater a Utara Sumater a Barat Riau Jambi Bengkul u Kepulauan Riau Bangka Belitung Sumater a Selatan Lampun g DKI Kalimanta n Barat Kalimanta n Tengah Kalimanta n Utara Kalimanta n Timur Kalimanta n Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua 10.500 ha 1100 ha 500 ha 5000 ha 1035 ha 600 ha 5,000 ha 10,000 ha 5,282 ha 10.000 ha 3.100 ha 6.200 ha 1.775 ha 4.000 ha 2.100 ha 1.660 ha 3.500 ha 5.500 ha 8.000 ha 20.350 ha 21.500 ha 7.000 ha 12.644ha 13.500 ha 7.000 ha Kerangka Kelembagaan

• Koordinasi Kementan, Kemen PU dan Pera, Kemen LH dan Hut, Kemen ATR, Dinas-dinas terkait

• Penguatan kelembagaan petani untuk mengelola sawah dan irigasi

Kerangka Regulasi

• Harmonisasi peraturan perundang-undangan berikut dengan peraturan perundang-undangan di bidang Tata Ruang. 24 Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barat BantenDKI DIY Bali NTB NTT 5,282 ha 4, 000 ha 8,500 ha 20.654 ha 7.000 ha ha PUSAT Rp. Miliar

• Pencetakan areal sawah baru 200 ribu ha 2.800,0 Kementan

(25)

Cetak Sawah dan Perluasan Pertanian Lahan

Kering (1)

NO PROVINSI

Perluasan areal sawah

baru Pertanian Lahan Kering berbasis Hortikultura, perkebunan danpeternakan (ha) Cetak Sawah (ha) BUN HORTI NAK TOTAL

INDONESIA 200.000 29.091 6.000 8.000 43.091 SUMATERA 49.017 9.340 1.462 100 10.902 1 Aceh 10.500 1.370 102 100 1.572 2 Sumatera Utara 1.100 200 340 540 3 Sumatera Barat 500 20 260 280 4 Riau 1.035 800 130 930 5 Jambi 5.000 400 40 440 25 5 Jambi 5.000 400 40 440 6 Sumatera Selatan 10.000 750 232 982 7 Bengkulu 5.000 164 164 8 Lampung 5.282 5.500 194 5.694 9 Kepulauan Bangka Belitung 10.000 200 - 200 10 Kepulauan Riau 600 100 - 100 JAWA 4.000 331 2.082 - 2.413 11 DKI Jakarta - -12 Jawa Barat 4.000 146 640 786 13 Jawa Tengah - 20 495 515 14 DI Yogyakarta - 120 120 15 Jawa Timur - 165 716 881 16 Banten - 111 111

BALI - NUSA TENGGARA 29.154 2.730 454 2.050 5.234

17 Bali 220 220

18 Nusa Tenggara Barat 8.500 1.600 150 400 2.150 19 Nusa Tenggara Timur 20.654 1.130 84 1.650 2.864

(26)

Cetak Sawah dan Perluasan Pertanian Lahan

Kering (2)

NO PROVINSI

Perluasan areal sawah

baru Pertanian Lahan Kering berbasis Hortikultura, perkebunan danpeternakan (ha) Cetak Sawah (ha) BUN HORTI NAK TOTAL

KALIMANTAN 58.850 3.250 857 1.200 5.307 20 Kalimantan Barat 21.500 1.850 182 2.032 21 Kalimantan Tengah 20.350 750 80 830 22 Kalimantan Selatan 8.000 150 - 150 23 Kalimantan Timur 5.500 350 1.200 1.550 24 Kalimantan Utara 3.500 500 245 745 26 24 Kalimantan Utara 3.500 500 245 745 SULAWESI 44.904 8.530 750 1.000 10.280 25 Sulawesi Utara 1.660 300 10 310 26 Sulawesi Tengah 13.500 105 330 435 27 Sulawesi Selatan 7.000 5.730 240 210 6.180 28 Sulawesi Tenggara 12.644 600 245 460 1.305 29 Gorontalo 7.000 1.900 25 1.925 30 Sulawesi Barat 3.100 125 125 MALUKU - PAPUA 14.075 4.910 395 3.650 8.955 31 Maluku 4.000 1.100 100 1.200 32 Maluku Utara 2.100 2.800 40 2.840 33 Papua Barat 1.775 560 65 3.650 4.275 34 Papua 6.200 450 190 640

(27)

PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI 2016

Jawa Tengah Jawa Aceh Sumater a Utara Sumater a Barat Riau Jambi Bengkul u Kepulauan Riau Bangka Belitung Sumater a Selatan Lampun g Jawa Barat Banten Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua 13.017 ha 14.000 ha 20.000 ha 8.000 ha 8.700 ha 600 ha 5.00 ha 10.000 ha 11.000 ha 10.000 ha 66.000 3.100 ha 6.200 ha 1.775 ha 4.000 ha 2.100 ha 6.160 ha 3.500 ha 5.500 ha 15.400 ha 24.650 ha 21.500 ha 7.000 ha 12.644 ha 13.500 ha 7.000 ha 64.000 ha 8.000 ha 5.000 ha

Kerangka Pendanaan

PUSAT Rp. Miliar

• Pengembangan jaringan irigasi dan optimasi air di tingkat usaha tani, termasuk perbaikan irigasi 500 ribu ha 625,0 Kementan

Kerangka Kelembagaan

• Koordinasi Kementan, Kemen PuPera dan Dinas-dinas terkait di daerah.

• Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani dan P3A

Kerangka Regulasi

• Peraturan Pemerintah tentang Pengusahaan Air

• PP tentang irigasi sebagai dampak dibatalkannya UU No. 7/2014 tentang Sumber Daya Air (PP Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi dan PP Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi) 27

Tengah Jawa Timur Barat DIY Bali NTB NTT 66.000 ha 13.000 ha 20.654ha 3.600 ha 86.000 ha 5.000 ha

(28)

Rehabilitasi 3 juta ha jaringan irigasi

NO PROVINSI

Pengembangan jaringan irigasi dan optimasi air

di tingkat usaha tani (termasuk perbaikan irigasi) SUMATERA 119.000 1 Aceh 12.000 2 Sumatera Utara 25.000 3 Sumatera Barat 20.000 4 Riau 16.000 5 Jambi 5.000 NO PROVINSI Pengembangan jaringan irigasi dan optimasi air di

tingkat usaha tani (termasuk perbaikan

irigasi)

BALI - NT 24.400

17 Bali 5.000

18 Nusa Tenggara Barat 13.000

19 Nusa Tenggara Timur 6.400

KALIMANTAN 98.000 20 Kalimantan Barat 19.000 21 Kalimantan Tengah 47.000 22 Kalimantan Selatan 27.000 23 Kalimantan Timur 4.000 28 6 Sumatera Selatan 24.000 7 Bengkulu 2.000 8 Lampung 11.000

9 Kepulauan Bangka Belitung 4.000

10 Kepulauan Riau -JAWA 227.600 11 DKI Jakarta -12 Jawa Barat 66.000 13 Jawa Tengah 64.000 14 DI Yogyakarta 3.600 15 Jawa Timur 86.000 16 Banten 8.000 23 Kalimantan Timur 4.000 24 Kalimantan Utara 1.000 SULAWESI 24.000 25 Sulawesi Utara -26 Sulawesi Tengah 10.000 27 Sulawesi Selatan 6.000 28 Sulawesi Tenggara 5.000 29 Gorontalo 1.000 30 Sulawesi Barat 2.000 MALUKU - PAPUA 7.000 31 Maluku 1.000 32 Maluku Utara 1.000 33 Papua Barat 1.000 34 Papua 4.000 INDONESIA 500.000

Mencakup kegiatan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi di tingkat usahatani (tersier)

 perlu

disinkronkan kembali dengan lokasi cetak sawah dan pembangunan/rehab jaringan primer dan sekunder

yang ada.

(29)

PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH 2016

Jawa Tengah Jawa Timur Aceh Sumater a Utara Sumater a Barat Riau Jambi Bengkul u Kepulauan Riau Bangka Belitung Sumater a Selatan Lampun g Jawa Barat Banten DIY Bali NTB NTT Kalimanta n Barat Kalimanta n Tengah Kalimanta n Utara Kalimanta n Timur Kalimanta n Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua 40 desa 46 desa 60 desa 25 desa 25 desa 25 desa 50 desa 40 desa 10 desa 55 desa 22 desa 35 desa 35 desa 18 desa 16 desa 16 desa 15 desa 28 desa 10 desa 27 desa 40 desa 30 desa 45 desa 50 desa 25 desa 30 desa 20 desa 55 desa 15 desa 55 desa 17 desa 20 desa

Kerangka Pendanaan

PUSAT Rp. Miliar

• Pemantapan pembangunan 1.000 Desa Mandiri Benih di 32 Prop

(Pembangunan 1000 Desa Mandiri Benih sudah dimulai tahun 2015 dengan alokasi anggaran sebesar Rp 170 miliar) • Pengawasan dan sertifikasi benih, perbanyakan benih sumber di 32 Prop

DAERAH

Pembangunan/Rehabilitasi Balai Perbenihan, Balai Proteksi dan Balai Mekanisasi Pertanian

15,0 113,0 Tba Kementan Kementan Kementan Kerangka Kelembagaan

• Penguatan Balai Benih, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih, Kelompok Penangkar Benih

• Penguatan kapasitas Litbang Pertanian untuk

menghasilkan varitas unggul dan benih sumber bermutu

Kerangka Regulasi

Revisi terhadap peraturan-peraturan perundang-undangan berikut: a. 02/Permentan/SR.120/1/2014 tentang Produksi, Sertifikasi dan

Peredaran Benih Bina;

b. 06/Permentan/OT.140/1/2014 tentang Pedoman Desa Mandiri Pangan Tahun 2014;

c. 127/Permentan/SR.120/11/2014 tentang Pemasukan dan

Pengeluaran Benih Tanaman 29

(30)

Desa Mandiri Benih – Desa Pertanian

Organik (1)

NO PROVINSI 1000 Desa Mandiri Benih Pengembangan Pertanian Organik Desa Mandiri Benih (desa) Intensification (SRI) (ha)System of Rice Hortikultura (Desa)

1.000 250.000 50 SUMATERA 321 64.500 11 1 Aceh 40 15.000 1 2 Sumatera Utara 46 9.000 1 3 Sumatera Barat 60 9.000 2 4 Riau 25 3.000 1 5 Jambi 25 3.500 1 6 Sumatera Selatan 50 7.500 1 30 6 Sumatera Selatan 50 7.500 1 7 Bengkulu 25 2.000 1 8 Lampung 40 15.000 1

9 Kepulauan Bangka Belitung 10 - 1

10 Kepulauan Riau - 500 1 JAWA 197 98.050 16 11 DKI Jakarta - -12 Jawa Barat 55 32.000 4 13 Jawa Tengah 55 22.190 4 14 DI Yogyakarta 15 4.000 4 15 Jawa Timur 55 35.860 3 16 Banten 17 4.000 1

BALI - NUSA TENGGARA 90 25.700 6

17 Bali 20 8.200 2

18 Nusa Tenggara Barat 35 15.000 3 19 Nusa Tenggara Timur 35 2.500 1

(31)

Desa Mandiri Benih – Desa Pertanian

Organik (2)

NO PROVINSI 1000 Desa Mandiri Benih Pengembangan Pertanian Organik Desa Mandiri Benih (desa) Intensification (SRI) (ha)System of Rice Hortikultura (Desa)

KALIMANTAN 152 12.000 5 20 Kalimantan Barat 45 3.000 1 21 Kalimantan Tengah 30 1.000 1 22 Kalimantan Selatan 40 4.000 1 23 Kalimantan Timur 27 2.000 1 24 Kalimantan Utara 10 2.000 1 SULAWESI 175 47.250 10 31 SULAWESI 175 47.250 10 25 Sulawesi Utara 28 4.000 1 26 Sulawesi Tengah 30 3.500 2 27 Sulawesi Selatan 50 32.000 3 28 Sulawesi Tenggara 25 2.500 2 29 Gorontalo 20 1.750 1 30 Sulawesi Barat 22 3.500 1 MALUKU - PAPUA 65 2.500 2 31 Maluku 16 - -32 Maluku Utara 15 1.500 1 33 Papua Barat 16 1 34 Papua 18 1.000

(32)

-PEMBANGUNAN AGRO-SCIENCE PARK

DAN AGRO-TECHNO PARK 2016

Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Bengkulu Kepulauan Riau Bangka Belitung Sumatera Selatan Lampung Banten Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua 1 ASP; 1 ATP 1 ASP 1 ATP 1 ATP 1 ATP 1 ATP 1 ASP 1 ATP 1 ATP 1 ATP 1 ATP 1 ATP 1 ATP 1 ASP; 1 ATP 1 ATP 1 ATP 1 ATP 1 ASP

1 ATP 1 ASP; 1ATP 1 ATP

1 ASP; 1 ATP

DKI 1 ATP

Kerangka Pendanaan

PUSAT Rp. Miliar

• Pembangunan Agro-Science Park 10 • Pembangunan Agro-Techno Park 23

140,0

172,5 KementanKementan

Kerangka Kelembagaan

• Koordinasi Kementan, Kemenristek-Dikti, Kemen PPN/Bappenas, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Pemda

Kerangka Regulasi

• Harmonisasi peraturan perundang-undangan di bidang Tata Ruang 32 Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barat Banten Bali NTB NTT 1 ATP 1 ASP 1 ATP 1 ASP 1 ATP ATP 1 ATP 1 ASP 1 ATP DKI

(33)

Audit Lahan

PROVINSI AUDIT SUMATERA 67 Aceh 8 Sumatera Utara 11 Sumatera Barat 8 Riau 5 Jambi 6 Sumatera Selatan 9 Bengkulu 4 Lampung 10 PROVINSI AUDIT KALIMANTAN 29 Kalimantan Barat 8 Kalimantan Tengah 6 Kalimantan Selatan 9 Kalimantan Timur 5 Kalimantan Utara 1 SULAWESI 32 Sulawesi Utara 4 33 Lampung 10

Kepulauan Bangka Belitung 3 Kepulauan Riau 3 JAWA 69 DKI Jakarta -Jawa Barat 15 Jawa Tengah 24 DI Yogyakarta 3 Jawa Timur 23 Banten 4

BALI - NUSA TENGGARA 16

Bali 4

Nusa Tenggara Barat 6 Nusa Tenggara Timur 6

Sulawesi Utara 4 Sulawesi Tengah 4 Sulawesi Selatan 3 Sulawesi Tenggara 5 Gorontalo 3 Sulawesi Barat 13 MALUKU - PAPUA 12 Maluku 3 Maluku Utara 3 Papua Barat 4 Papua 2 INDONESIA 225

Audit lahan merupakan salah satu langkah untuk mengendalikan konversi lahan, untuk itu

dibutuhkan kerjasama antara Pem Pusat dan Pem Prov/Kab serta langkah pengawalan di

tingkat lapangan.

(34)

Gudang dengan Unit Pengolahan

Hasil

NO PROVINSI Pengolahan Hasil (unit)Gudang dengan Unit SUMATERA 206 1 Aceh 22 2 Sumatera Utara 23 3 Sumatera Barat 24 4 Riau 24 5 Jambi 24 6 Sumatera Selatan 23 7 Bengkulu 28

NO PROVINSI Pengolahan Hasil (unit)Gudang dengan Unit KALIMANTAN 83 20 Kalimantan Barat 22 21 Kalimantan Tengah 16 22 Kalimantan Selatan 16 23 Kalimantan Timur 20 24 Kalimantan Utara 9 SULAWESI 163 34 7 Bengkulu 28 8 Lampung 23

9 Kepulauan Bangka Belitung 13 10 Kepulauan Riau 2 JAWA 102 11 DKI Jakarta 12 Jawa Barat 29 13 Jawa Tengah 25 14 DI Yogyakarta 9 15 Jawa Timur 21 16 Banten 18

BALI - NUSA TENGGARA 67

17 Bali 21

18 Nusa Tenggara Barat 22 19 Nusa Tenggara Timur 24

SULAWESI 163 25 Sulawesi Utara 25 26 Sulawesi Tengah 31 27 Sulawesi Selatan 29 28 Sulawesi Tenggara 34 29 Gorontalo 19 30 Sulawesi Barat 25 MALUKU - PAPUA 72 31 Maluku 22 32 Maluku Utara 9 33 Papua Barat 17 34 Papua 24 INDONESIA 693

(35)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penilaian ahli terhadap model HOT-V Lab menunjukkan bahwa: (1) Tahapan praktikum model HOT-V Lab sesuai dengan tahapan pemeca- han masalah secara sistematis, (2)

Kajian ini membahas tentang efektivitas metode peer tutoring dalam meningkatkan kemampuan tahsin al-Quran pada mahasiswa Pendidikan Agama Islam melalui program Bengkel mengaji

Dari tiga jenis mordan yang digunakan pada kain katun, penggunaan kapur menghasilkan ketahanan luntur warna terhadap sinar paling baik dengan nilai 4 untuk limbah

Oleh karena itu dilakukan survei geo-penetrating radar untuk melakukan analisis lebih lanjut agar mengetahui benda didalam tanah tersebut supaya hasil volume dan jenis benda

Kata ini identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin "mos" yang dalam bentuk jamaknya Mores yang berarti juga Adat atau cara hidup.. Etika dan

Pemahaman inilah yang mendasari penelitian ini, yaitu bahwa iklan rokok Surya Pro Mild merupakan salah satu bentuk representasi dari realitas politik di Indonesia, khususnya

Pada sistem ini terdapat MPPT dengan menggunakan metode P&O untuk mencari titik daya maksimum dari sistem turbin angin dan kontrol inverter menggunakan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek ilmu dalam Islam tidak semata berkaitan dengan objek fisik atau yang tampak pada indra dan akal manusia.. Namun ia mencakup