• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Academic Self Management

1. Pengertian Academic Self Management

Menurut Gie (2000) Self Management berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur kemampuan pribadi, mengendalikan kemampuan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna. Sedangkan menurut Astriyani (2010) Self Management merupakan suatu kemampuan untuk mengatur berbagai unsur di dalam diri individu seperti pikiran, perasaan, dan perilaku, selain itu Self Management juga bermanfaat untuk merapikan diri individu seperti pikiran, perasaan, perilaku individu dan juga lingkungan sekitarnya lebih memahami apa yang menjadi prioritas, tidak membedakan dirinya dengan orang lain.

Menurut Dembo (2004) kata manajemen merupakan sebuah kunci untuk menjelaskan seorang pelajar itu sukses. Manajemen diri merupakan suatu faktor pengontrol yang mempengaruhi proses belajar. Hal itu membangun kondisi yang optimal untuk belajar dan menghilangkan hambatan buruk yang mengganggu dalam belajar. Academic Self Management merupakan suatu strategi-strategi yang digunakan oleh pelajar-pelajar untuk mengontrol faktor-faktor yang menghambat dalam belajar.

Dengan mengacu pada pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Academic Self Management adalah suatu strategi dalam pendidikan yang

(2)

digunakan oleh pelajar secara sadar untuk dapat mengontrol cara belajarnya sehingga dapat mencegah dan membuang faktor-faktor penghambat dalam belajar.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Academic Self Management

Dembo (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Academic Self Management, yaitu :

a. Faktor personal dan sosiokultural

Faktor personal meliputi bagaimana sikap, keyakinan, dan pengalaman siswa dibawa sampai ke perguruan tinggi berdasarkan pengalaman pribadi dan sosial budaya mereka. Hal ini dapat mempengaruhi bagaimana motivasi, perilaku, dan kelangsungan studi pelajar. Selain faktor personal, seseorang juga dipengaruhi oleh faktor sosiokultural, dimana karakteristik sosiokultural seperti level sosioekonomi, tingkat pendidikan orang tua, dan harapan orang tua dapat mempengaruhi motivasi dan perilaku pelajar.

b. Faktor lingkungan kelas

Banyak faktor lingkungan kelas yang mempengaruhi Academic Self Management. Dalam hal ini termasuk jenis tugas yang diberikan (kuis dan tugas singkat (Short Assignment)), perilaku instruktur (dukungan yang diberikan kepada mahasiswa), dan metode pembelajaran (pembentukan kelompok belajar di dalam kelas baik sesama etnis atau dengan etnis lain, tutor) akan mempengaruhi bagaimana Academic Self Management pelajar di dalam kelas. Bukan hanya

(3)

lingkungan kelas, melainkan tanggung jawab pelajar terhadap diri sendiri juga penting (Dembo, 2004).

c. Faktor internal

Faktor internal meliputi tujuan siswa, kepercayaan, perasaan dan persepsi pelajar yang akan berpengaruh terhadap Academic Self management. Contohnya jika pelajar menghargai sebuah tugas dan menganggap pelajar dapat menguasainya, maka pelajar cenderung menggunakan strategi belajar yang berbeda, berusaha lebih keras, dan bertahan sampai tugas terselesaikan (Dembo, 2004).

3. Komponen - Komponen Academic Self Management.

Menurut Zimmerman & Risemberg (dalam Dembo, 2004), ada beberapa komponen yang dapat membantu mengontrol pembelajaran dan Academic Self Management, yaitu:

a. Motivasi

Motivasi merupakan proses internal yang memberikan perilaku yang berenergi dan terarah. Proses internal meliputi tujuan individu, keyakinan, persepsi, dan harapan. Misalnya, ketekunan individu pada tugas sering berhubungan dengan seberapa kompeten individu percaya untuk menyelesaikan tugas. Serta, keyakinan individu tentang penyebab keberhasilan dan kegagalan pada tugas ini mempengaruhi motivasi dan perilaku individu pada tugas-tugas di masa mendatang.

(4)

Salah satu perbedaan yang utama dari pelajar yang sukses dan pelajar yang tidak sukses adalah dimana dalam hal motivasi, pelajar yang sukses terlihat lebih bisa memotivasi dirinya sendiri walaupun dia berada dalam situasi yang tidak baik, sedangkan pelajar yang tidak sukses cenderung susah untuk mengontrol motivasi mereka. Menjadi pelajar yang sukses, seharusnya pelajar mampu berkonsentrasi dan yakin dengan banyak potensi dirinya dan pengaruh lingkungan.

Selain hal yang sudah dijelaskan, salah satu hal yang menjadi masalah dalam motivasi adalah ketekunan. Pelajar dapat saja memotivasi dirinya sendiri, namun tidak tekun karena ada hal-hal yang mengganggu ketika motivasi sedang dibangun. Terkadang, gangguan yang kecil dapat menyebabkan motivasi individu menurun. Untuk menjadi pelajar yang sukses pelajar seharusnya mampu untuk berkonsentrasi dan tanggap dengan lingkungan yang mengganggu. Pelajar menggunakan banyak proses yang berbeda untuk mengontrol aspek perilakuknya. Beberapa teknik Self Management yang bersifat motivasional antara lain :

1) Perencanaan tujuan. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki prestasi lebih sering menggunakan perencanaan tujuan dan lebih konsisten daripada individu berprestasi rendah.

2) Self Verbalization atau Self Talk. Teknik ini memiliki banyak bentuk. Misalnya, Penguatan verbal atau pujian dapat digunakan sebagai bentuk perilaku yang diinginkan. Berbicara dengan diri sendiri (Self Talk) dapat membantu individu mengontrol kecemasan, suasana hati, dan respon emosional lainnya (Butler, dalam Dembo, 2004).

(5)

Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa apa yang individu katakan kepada dirinya sendiri merupakan faktor penting dalam menentukan sikap, perasaan, emosi, dan perilaku. Self Talk dapat bersifat memotivasi dan ada juga yang menghambat pelajar di dalam melaksanakan tugas.

3) Mengatur atau membayangkan hadiah atau hukuman untuk keberhasilan atau ketidakberhasilan di dalam melakukan tugas akademik.

Pelajar yang mampu untuk mengontrol motivasi dengan memberikan diri sendiri, sebuah Reward atau hukuman, memiliki performansi akademik yang lebih baik daripada pelajar yang tidak menggunakan teknik ini.

b. Metode belajar

Istilah lain untuk metode pembelajaran adalah strategi belajar. Strategi belajar adalah metode yang digunakan pelajar untuk mendapatkan informasi. Pelajar berprestasi tinggi menggunakan strategi belajar lebih banyak daripada pelajar yang memiliki prestasi lebih rendah. Pelajar dapat menggunakan strategi yang berbeda pada kondisi belajar yang berbeda juga. Menggaris bawahi, meringkas, dan menguraikan merupakan tehnik dalam strategi belajar. Pelajar yang sukses hendaknya memiliki strategi pembelajaran yang baik. Hal ini dapat dengan memperlengkapi hal-hal yang dapat mempermudah pelajar dalam memahami sesuatu. Seperti membuat catatan kecil ketika guru menjelaskan sehingga ketika ujian dia tidak akan susah untuk menghafal bahan.

(6)

c. Penggunaan waktu

Pelajar dengan kemampuan manajemen waktu yang lebih baik cenderung memiliki rata-rata nilai lebih tinggi dibandingkan dengan pelajar dengan keterampilan manajemen waktu yang tidak baik. Manajemen waktu sangat dibutuhkan karena berdampak dengan manegemen diri pelajar. Jika seorang pelajar mengalami kesulitan bergaul dengan waktu, dia tidak akan mengerti bagian tugas yang harus diutamakan.

Masalah dari kebanyakan pelajar adalah dimana mereka tidak memiliki banyak waktu untuk yang semestinya perlu untuk dikerjakan, karena dia tidak memiliki kemampaun dalam mengatur waktunya. Ketika pelajar dapat mengatur waktunya, maka dia dapat menganalisa waktunya dan bisa mempergunakan waktu sebaik-baiknya tanpa ada waktu yang terbuang. Hal ini dapat dilihat bagaimana pelajar merancang waktu belajarnya dengan baik.

d. Lingkungan fisik dan lingkungan sosial

Aspek penting dari Self Managemenet adalah kemampuan peserta didik untuk merestrukturisasi lingkungan fisik dan sosial untuk memenuhi kebutuhan pelajar. Ditemukan bahwa pelajar berprestasi tinggi lebih banyak melakukan restrukturisasi lingkungan dan lebih mungkin untuk mencari bantuan orang lain daripada pelajar yang berprestasi rendah. Untuk sebagian besar, Restrukturisasi lingkungan fisik mencakup pencarian tempat belajar yang tenang atau bebas dari gangguan. Self Management dari lingkungan sosial berkaitan dengan kemampuan individu untuk menentukan kapan ia harus bekerja sendiri atau dengan orang lain, atau ketika saatnya untuk mencari bantuan dari instruktur, tutor, teman sebaya,

(7)

atau sumber daya nonsosial (seperti buku referensi). Mengetahui bagaimana dan kapan untuk bekerja dengan orang lain merupakan keterampilan penting yang sering tidak diajarkan di sekolah.

e. Performansi

Faktor terakhir adalah prestasi akademis. Dengan menulis makalah, menyelesaikan ujian, atau membaca buku, individu dapat belajar bagaimana menggunakan proses manajemen diri untuk mempengaruhi kualitas kinerja individu. Salah satu fungsi penting dari tujuan (Goal) adalah menyediakan kesempatan bagi individu untuk menganalisa kinerja individu tersebut.

Pada saat pelajar dapat mengamati pekerjaan dalam kondisi yang berbeda, berarti pelajar memiliki kemampuan untuk mengubah perilakunya dalam belajar. Hal ini sangat baik untuk menyukseskan dalam pendidikan. Pada saat pelajar belajar bagaimana mengamati dan mengontrol setiap performansi (Performance), pelajar dapat menjadi mentor diri sendiri. Pelajar dapat mempraktekkan kemampuan yang dimilikinya, proses pengevaluasian diri, dan membuat perubahan sehingga tujuan dapat tercapai.

4. Strategi dari Academic Self Management

Menurut Dembo (2004), strategi dari Academic Self Management dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:

(8)

1) Manajemen waktu. Tujuan dari manajemen waktu adalah untuk memastikan kalau semua tugas penting telah terlaksana. Ada beberapa strategi dalam memanajemen waktu :

a) Membuat jadwal belajar

b) Belajar di lingkungan yang bebas dari distraksi dan interupsi c) Mengatur jam istirahat di dalam proses belajar

d) Rencanakan secara spesifik hal-hal yang akan dilakukan di setiap waktu

e) Menyusun alternatif kegiatan yang akan dilakukan ketika waktu belajar yang dimiliki berlebihan

f) Mengestimasi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan setiap tugas g) Membuat prioritas tugas

h) Kerjakan tugas dari mata pelajaran yang tidak disukai i) Kerjakan tugas sedini mungkin

j) Bawalah kalender setiap saat dan tuliskan pertemuan apapun setelah dibuat

Beberapa alat bantu yang dapat dipakai dalam memanajemen waktu yaitu kalender semester, daftar tugas mingguan yang menjadi prioritas, dan daftar tugas mingguan.

2) Pengaturan lingkungan fisik dan sosial. Manajemen dari lingkungan sosial meliputi kemampuan untuk menentukan kapan pelajar harus bekerja sendiri atau dengan orang lain, atau kapan waktunya untuk mencari bantuan dari instruktur, tutor, teman sebaya dan sumber nonsosial seperti

(9)

buku referensi, buku bacaan tambahan, atau internet. Lingkungan fisik dan sosial merupakan distraktor eksternal di dalam proses belajar (Dembo, 2004). Ada beberapa cara untuk mengurangi distraktor eksternal:

a) Menciptakan lingkungan belajar yang minim distraksi b) Melengkapi materi yang dibutuhkan untuk belajar c) Mengendalikan level suara kebisingan

d) Duduk di barisan depan kelas

e) Mengurangi interupsi, misalnya : dengan memasang tanda “Ujian Semester : Jangan Diganggu” di depan pintu kamar

f) Protes ketika gangguan muncul.

Kelompok belajar merupakan salah satu bentuk dukungan sosial di dalam lingkungan belajar. Penelitian oleh Johnson & Johnson (1987) menyatakan pembelajaran berbasis kooperatif dapat meningkatkan pencapaian akademik yang lebih baik, kemampuan berpikir yang lebih baik, dan meningkatkan hubungan pertemanan.

b. Strategi motivasi

Strategi motivasi meliputi :

1) Menyusun tujuan. Perencanaan tujuan meliputi proses membuat standar untuk performansi. Tujuan dapat bersifat jangka pendek, jangka panjang maupun jangka panjang sekali (Dembo, 2004). Tujuan membantu memotivasi perilaku tetapi tujuan tidak dapat menyelesaikan semua tugas, dikarenakan kualitas dari performansi juga dipengaruhi oleh faktor nonmotivasional seperti kemampuan, latihan, dan Resources (Reeve,

(10)

1996). Tujuan membantu pelajar untuk menjadi waspada (Aware) terhadap nilai dan menentukan apa yang ingin dilakukannya. Sebagai hasilnya, tujuan akan mempengaruhi sikap, motivasi, dan proses belajar.

Schunk (1991) mengatakan efek dari tujuan terhadap perilaku tergantung dari tiga properti : kespesifikan, Proximity, dan tingkat kesulitan. Tujuan yang spesifik membantu pelajar menentukan jumlah usaha yang dibutuhkan untuk sukses dan mengarah pada perasaan puas ketika tujuan itu tercapai. Tujuan Proximal merupakan tujuan yang dekat atau tujuan yang akan tercapai dan meningkatkan motivasi terhadap pencapaiannya. Persepsi pelajar mengenai mudah atau sulitnya tugas akan mempengaruhi jumlah dari usaha yang perlu dikeluarkan untuk menyelesaikan tugas.

2) Meregulasi emosi dan usaha. Emosi akademik mempengaruhi proses belajar dan pencapaian. Emosi positif meningkatkan kontrol akan proses belajar, sedangkan emosi negatif mengarah pada perilaku yang lebih pasif. Emosi akademik pelajar berpengaruh terhadap proses belajar, kontrol diri, dan pencapaian akademik (Pekrum, Goetz, Titz, & Perry, 2002).

Self Talk menjadi komponen utama dalam menentukan emosi. Self Talk berfungsi sebagai motivator yang dapat memicu pelajar untuk menjadi produktif atau tidak produktif di dalam belajar (Dembo, 2004). Self Talk mempengaruhi kognisi (pemikiran) dan emosi, dan akhirnya mengarahkan perilaku. Orang atau kejadian tidak secara langsung mempengaruhi reaksi emosional seseorang melainkan Self Talk yang

(11)

dihasilkan pelajar sehubungan dengan kejadian merupakan penyebab utama dari sikap dan emosi (Dembo, 2004). Self Talk yang negatif dapat diubah dengan cara menulis dan mengulang secara terus menerus pernyataan positif yang secara langsung membuktikan kalau Self Talk yang negatif tidak benar (Bourne, 1995).

c. Strategi cara belajar

Strategi cara belajar meliputi :

1) Belajar dari buku bacaan. Teknik menggarisbawahi bacaan merupakan teknik yang kurang efektif dikarenakan informasi yang dibaca tidak akan tersimpan di dalam ingatan jangka panjang (Dembo,2004). Pembaca yang baik akan menggunakan beberapa strategi dalam memahami dan mengingat apa yang dibaca, berikut ini adalah beberapa strategi tersebut (Dole, Duffy, Roehler, & Person, 1991) :

a) Menentukan poin-poin penting : pembaca yang baik akan mengambil intisari (poin penting) dari bacaan.

b) Meringkas informasi : pembaca yang baik akan meringkas informasi dengan mengulang semua ide di bacaan atau bab, membedakan antara informasi yang penting dan tidak penting, dan kemudian menggabungkan ide untuk menciptakan kalimat yang merepresentasi bahan yang sedang dipelajari.

c) Membuat kesimpulan : pembaca yang baik akan membuat kesimpulan dari bacaan yang dibaca.

(12)

d) Memuculkan pertanyaan : ketika membaca, pembaca yang baik dapat menimbulkan pertanyaan dan berusaha menjawab pertanyaan tersebut. e) Memonitor pemahaman : pembaca yang baik tahu apa yang harus

dilakukan dan bagaimana cara melakukannya ketika pelajar tidak memahami bacaan.

2) Belajar dari guru. Belajar dari guru akan berbeda dengan belajar dari buku dimana ketika belajar dari buku, pelajar dapat mengontrol kecepatan dari informasi yang masuk ke otak sedangkan sewaktu belajar dari guru. Guru yang menjadi kunci di dalam menyalurkan informasi sehingga dibutuhkan teknik belajar yang dapat membantu pelajar untuk mendapatkan informasi dari guru. Salah satunya adalah dengan membuat catatan. Pelajar yang membuat catatan dan mengulangnya ketika keluar dari kelas akan mempelajari lebih banyak informasi daripada pelajar yang tidak membuat catatan (Kiewra, 1989).

3) Mempersiapkan diri untuk ujian. Pelajar dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian dengan menyusun rencana belajar. Rencana belajar yang efektif meliputi apa, kapan, dan bagaimana materi belajar perlu direview; mengorganisasikan dan memisahkan materi ke dalam bagian kecil yang akan dipelajari untuk beberapa hari ke depan; dan mencakup beragam strategi belajar cara belajar (Learning and Studying) yang dapat digunakan pelajar untuk merespon dengan pertanyaan ujian level tinggi atau level rendah (Dembo, 2004).

(13)

4) Menjalani ujian. Strategi dalam menjalani ujian tergantung pada tipe soal ujian. Salah satu strategi umum adalah mengulang pertanyaan ujian yang lalu dan memahami kenapa kesalahan dibuat di ujian yang lalu, hal ini akan mempengaruhi perubahan strategi belajar di ujian selanjutnya. Strategi lain yang dapat diterapkan antara lain : membaca instruksi soal dengan hati-hati, menggunakan waktu ujian secara efektif, membaca soal dengan teliti (mengantisipasi satu soal essai yang memiliki dua pertanyaan), dan lain-lain (Dembo, 2004).

B. Kelas Akselerasi

1. Pengertian Kelas Akselerasi

Kelas akselerasi merupakan kelas percepatan pembelajaran yang disajikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu lebih pendek mereka dapat menyelesaikan pendidikannya (Ahmadi, 2011). Menurut Hamalik (dalam Ahmadi, 2011) akselerasi berarti memberi kesempatan kepada siswa yang bersangkutan untuk naik ketingkat kelas berikutnya lebih cepat satu atau dua sekaligus. Hal ini tentu saja tidak dapat dipenuhi bagi semua siswa yang belajar dan bagi yang mampu merupakan suatu kesempatan untuk mempercepat studinya disekolah tersebut sehingga dapat mempersingkat waktu studinya.

Colangelo (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan bahwa istilah akselerasi menunjukkan pada pelayanan yang diberikan (Service Delivery), dan kurikulum yang disampaikan (Curriculum Delivery). Sebagai model pelayanan, pengertian

(14)

akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas diatasnya. Sedangkan menurut Felhusen, Proctor, dan black (dalam Hawadi, 2004), akselerasi diberikan untuk memelihara minat siswa terhadap sekolah, mendorong siswa agar mencapai prestasi akademik yang baik, dan untuk menyelesaikan pendidikan dalam tingkat yang lebih tinggi bagi keuntungan dirinya ataupun masyarakat.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelas akselerasi berisikan seperangkat kegiatan pelayanan pendidikan yang dirancang khusus dan diperuntukkan bagi siswa yang memiliki keberbakatan istimewa dengan kecerdasan dan kemampuan, serta bakat dan minat luar biasa dibandingkan dengan siswa lain (siswa biasa), sehingga kegiatan belajar dapat diselesaikan sesuai dengan pemahaman materi sehingga ia dapat menempuh waktu studinya lebih cepat dari waktu yang ditentukan pada kelas biasa.

2. Tujuan Kelas Akselerasi

Secara umum, penyelenggaraan program percepatan belajar bertujuan : a. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik

khusus dari aspek kognitif dan efektifnya.

b. Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinya.

c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik. d. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan.

(15)

Sementara itu, program percepatan belajar memiliki tujuan khusus, yaitu : a. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar

biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat.

b. Memacu kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang.

c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik.

3. Manfaat Kelas Akselerasi

Southern dan Jones (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan beberapa keuntungan dari dijalankannya kelas akselerasi bagi anak berbakat.

a. Meningkatkan efisiensi

Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien. b. Meningkatkan efektivitas

Siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif.

c. Penghargaan

Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.

d. Meningkakan waktu untuk karier

Adanya pengurangan waktu untuk belajar akan meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain.

(16)

e. Membuka siswa pada kelompok barunya

Dengan program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama.

f. Ekonomis

Keuntungan bagi sekolah yaitu tidak perlu mengeluarkan bayak biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat. Kelas akselerasi sangat esensial dalam menyediakan kesempatan pendidikan yang tepat bagi siswa yang cerdas, proses yang terjadi akan memungkinkan siswa untu memelihara semangat dan gairah belajarnya. Kelas akselerasi membawa siswa pada tantangan yang berkesinambungan yank akan menyiapkan mereka menghadapi kekakuan pendidikan selanjutnya dan produktivitas selaku orang dewasa. Melalui program akselerasi ini, siswa diharapkan akan memasuki dunia professional pada usia yang lebih muda dan memperoleh kesempatan-kesempatan untuk bekerja produktif.

4. Kelemahan Kelas Akselerasi

Southern dan Jones (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan empat hal yang berpotensi negatif dalam proses akselerasi bagi anak berbakat.

a. Segi akademik

1) Bahan ajar terlalu tinggi bagi siswa akselerasi. Hal ini akan membuat mereka menjadi siswa yang tertinggal dibelakang kelompok teman barunya, dan akan menjadi siswa yang berprestasi sedang-sedang saja, bahkan siswa akseleran yang gagal.

(17)

2) Bisa jadi kemampuan siswa akseleran yang terlihat melebihi teman sebayanya hanya bersifat sementara. Dengan berambah usianya, kecepatan prestasi siswa menjadi biasa-biasa saja dan sama dengan teman sebayanya. Hal ini menyebabkan kebutuhan akselerasi menjadi tidak perlu lagi dan siswa akseleran lebih baik dilayani dalam kelompok kelas regular.

3) Meskipun memenuhi persyaratan dalam bidang akademis, siswa akseleran kemungkinan imatur secara social, fisik, dan emosional dalam tigkatan kelas tertentu.

4) Proses akselerasi menyebabkan siswa akseleran terikat pada keputusan karir lebih dini. Agar siswa dapat berprestasi baik, dibutuhkan pelatihan yang mahal dan tidak efisien untuk dirinya sebagai pemula. Bisa jadi kemungkinan buruk yang terjadi adalah karir tersebut tidak sesuai bagi dirinya.

5) Siswa akseleran mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya.

6) Pengalaman-pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami oleh siswa akseleran karena tidak merupakan bagian dari kurikulum. 7) Tuntutan sebagai siswa sebagain besar pada produk akademik konvergen

sehingga siswa aseleran akan kehilangan kesempatan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan divergen.

b. Segi penyesuaian sosial

1) Siswa akan didorong untuk berprestasi dalam bidang akademiknya sehingga mereka kekurangan waktu beraktivitas dengan teman sebayanya.

(18)

2) Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia sebenarnya. Hal ini menyebabkan mereka menyesal kehilangan kesempatan tersebut dan akan mengarahkannya dalam Social Maladjustment selaku orang dewasa kelak. Mereka akan mengalami hambatan dalam bergaul dengan teman sebayanya.

3) Siswa sekelasnya yang lebih tua kemungkinan akan menolaknya, sementara itu siswa akseleran akan kehilangan waktu bermain dengan teman sabayanya. Akibatnya, siswa akan mengalami kekurangan jumlah dan frekuensi pertemuan dengan teman-temannya.

4) Siswa sekelasnya yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan perhatian dan respek pada teman sekelas nya yang lebih muda usia. Hal ini menyebabkan akseleran akan kehilangan kesempatan dalam keterampilan kepemimpinan yang dibutuhkannya dalam pengembangan karier dan sosialnya dimasa depan.

5) Berkurangnya kesempatan kegiatan ekstrakurikuler. Kebanyakan aktivitas ekstrakurikuler berkaitan erat dengan usia. Hal ini menyebabkan siswa akseleran akan berhadapan dengan teman sekelasnya yang tua dan tidak memberikannya keempatan. Hal ini menyebabkan siswa akan kehilangan kesempatan yang penting dan berharga diluar kurikulum sekolah yang normal. Akibatnya, mereka akan kehilangan pengalaman penting yang berkaitan bagi karirnya dimasa depan

(19)

c. Penyesuaian emosional

1) Siswa akseleran pada akhirnnya akan mengalami burn out dibawah tekanan yang ada dan kemungkinan menjadi underachiever.

2) siswa akseleran akan mudah frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi. Siswa yang mengalami sedikit kesempatan untuk membentuk persahabatan pada masanya akan menjadi terasing atau agresif terhadap orang lain.

3) Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi.

5. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Kelas Akselerasi

Sebelum seorang peserta didik dapat mencapai tujuan belajar, dalam pencapaian itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut Slameto (dalam Ahmadi, 2011) faktor yang berpengaruh pada proses belajar siswa dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Faktor internal (faktor jasmaniah) terdiri dari :

1) Faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang sedang tidak baik. Agar seseorang dapat belajar dengan baik maka seseorang tersebut haruslah mengusahakan kesehatannya supaya tetap terjamin.

2) Cacat tubuh. Cacat tubuh adalah suatu faktor fisik yang kurang sempurna keadaanya. Keadaan ini mempengaruhi proses belajar.

(20)

3) Faktor psikologis. Faktor ini lebih bersifat kejiwaan pada seseorang yang sedang melakukan proses belajar, diantaranya : inteligensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, dan kesiapan.

4) Faktor kelelahan. Kelelahan sangat mempengaruhi proses belajar, karena hal ini dapat berdampak pada konsentrasi individu tersebut sehingga perlu diusahakan kondisi yang sehat.

b. Faktor eksternal, terdiri dari : 1) Faktor keluarga

Cara orang tua mendidik anak dilingkungan keluarga akan sangat mempengaruhi proses belajar siswa, selain itu hubungan antara anak dengan orang tua, serta kondisi maupun suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga tersebut.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa diantaranya metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, disiplin sekolah, standar pembelajaran, keadaan gedung, dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat

Yang termasuk faktor masyarakat yang sangat mempengaruhi belajar siswa, diantaranya : kegiatan siswa dimasyarakat, media masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

(21)

C. Gambaran Academic Self Management pada Siswa Kelas Akselerasi SMP Harapan 2 dan SMP Al-Azhar Medan.

Tujuan dari dunia pendidikan adalah menghasilkan orang-orang yang mampu untuk mengedukasi diri sendiri, sehingga pelajar harus mampu untuk mengatur hidup sendiri, mengatur tujuan dan menyediakan penguat untuk diri sendiri. Kehidupan yang penuh dengan tugas-tugas menuntut dibutuhkannya kemampuan untuk melakukan manajemen diri (Kanfer & Gaelick dalam Woolfolk, 2004).

Kelas akselerasi yang merupakan kelas percepatan pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu lebih pendek mereka dapat menyelesaikan pendidikannya (Ahmadi, 2011). Kurikulum yang padat tersebut memberi kesempatan bagi siswa kelas akselerasi untuk belajar manajemen diri sendiri (Dembo, 2004). Siswa yang memerlukan kemampuan untuk menejemen diri sendiri termasuk siswa kelas akselerasi SMP Harapan 2 Medan dan SMP Al-Azhar Medan. Siswa kelas akselerasi tersebut tentunya memiliki tuntutan dan harapan kurikulum yang membuat siswa kelas akselerasi harus lebih bekerja keras, mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab (Alsa, 2007).

Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa kelas akselerasi, terlihat bahwa siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar disekolah dan mengikuti bimbingan belajar disekolah maupun diluar. Tuntutan dari kurikulum mengharuskan siswa untuk lebih bekerja keras. Siswa yang tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut memiliki prestasi akademik yang biasa-biasa saja

(22)

bahkan rendah, bahkan terdapat beberapa siswa kelas akselerasi yang dipindahkan ke kelas regular. Hal ini terjadi karena nilai mata pelajaran yang selalu menurun.

Kunci utama bagi keberhasilan siswa kelas akselerasi dalam dunia pendidikan adalah kemampuan memanajemen diri yang baik dikarenakan pelajar yang sukses akan mengatur diri sendiri atau mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, menciptakan kondisi yang optimal untuk belajar, dan menghilangkan rintangan yang dapat mengganggu proses belajar. Kemampuan tersebut dikenal dengan istilah Academic Self Management (Dembo, 2004).

Academic Self Management adalah strategi-strategi yang digunakan pelajar

untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar (Dembo, 2004). Strategi tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu strategi perilaku (manajemen waktu dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial), strategi motivasi (menyusun tujuan dan meregulasi emosi dan usaha), dan strategi belajar cara belajar (belajar dari buku bacaan, belajar dari dosen, mempersiapkan diri untuk ujian dan menjalani ujian) (Dembo, 2004).

Siswa kelas akselerasi SMP Harapan 2 Medan dan SMP Al-Azhar Medan dikatakan menerapkan strategi perilaku ketika mereka mampu memanajemen waktu dan mengatur lingkungan fisik dan sosial. Manajemen waktu yang baik tercermin dari bagaimana siswa kelas akselerasi tersebut mampu memanfaatkan waktu yang ada secara efektif dan efisien. Pengaturan lingkungan fisik dan sosial tercermin dari kemampuan siswa kelas akselerasi dalam menentukan tempat belajar yang tepat, kapan waktunya untuk belajar sendiri atau dengan orang lain (Zimmerman & Risemberg, 1997).

(23)

Selain itu, siswa kelas akselerasi dikatakan menerapkan strategi motivasi ketika mereka menyusun tujuan belajar dan meregulasi emosi dan usaha. Tujuan belajar yang spesifik, dan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi akan mempengaruhi perilaku siswa kelas akselerasi dalam belajar (Dembo, 2004). Siswa kelas akselerasi dapat memanajemen emosi melalui self-talk, seperti memberikan kata-kata semangat kepada diri mereka ketika mereka menjumpai kendala di dalam proses belajar.

Terakhir, siswa kelas akselerasi dikatakan menerapkan strategi belajar cara belajar ketika siswa tersebut mampu untuk menentukan strategi belajar seperti apa yang harus diterapkan ketika mereka dihadapkan dengan media belajar yang berbeda, misalnya : belajar dari buku, belajar dari dosen, mempersiapkan diri untuk ujian, dan menjalani ujian (Dembo, 2004).

Salah satu faktor yang mempengaruhi Academic Self Management adalah faktor internal meliputi tujuan siswa, kepercayaan, perasaan dan persepsi pelajar yang akan berpengaruh terhadap Academic Self Management, misalnya jika pelajar menghargai sebuah tugas dan menganggap pelajar dapat menguasainya, maka pelajar cenderung menggunakan strategi belajar yang berbeda,berusaha lebih keras, dan bertahan sampai tugas terselesaikan (Dembo, 2004). Hal ini dapat memotivasi siswa kelas akselerasi dalam melakukan Academic Self Management di dalam proses belajar.

Academic Self Management sangat diperlukan pada siswa kelas akselerasi

agar mereka mampu menghadapi beragam hambatan yang dijumpai di dalam proses belajar. Kebiasaan memanajemen diri dalam proses belajar bagi siswa kelas akselerasi akan berdampak positif terhadap masa depan siswa kelas akselerasi

(24)

tersebut dikarenakan menurut Dembo (2004), banyak pelajar yang tidak menyadari pentingnya kemampuan memanajemen diri di masa depan.

Tujuan program kelas akselerasi ialah memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektifnya, memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik, menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan, dan memacu kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, siswa kelas akselerasi SMP Harapan 2 Medan dan SMP Al-Azhar Medan diharapkan memiliki Academic Self Management yang tinggi terutama dalam penerapan Academic Self Management dalam proses belajar.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan permainan tradisional kelereng yang dilakukan pada kelas eksperimen sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak dibandingkan dengan

Pengantar ekonomi makro merupakan mata kuliah yang mempelajari berbagai konsep dasar kajian makro ekonomi yang meliputi pendapatan nasional, konsumsi, tabungan dan

Dari gejala ini timbul dugaan baliwa jika P tersedia dalam tanah, baik yang berasal dari residu P maupun yang berasal dari tanah, cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman pada

mengelompokan objek sebuah Provinsi yang akan dibagi kedalam 3 cluster, adapun besar pangkat bobot dipilih m = 2, iterasi maksimum pada pelaksanaan perhitungan adalah 10,

Kenaikan ini juga disebabkan karena kecepatan pembakaran yang relatif lebih lambat pada putaran mesin yang semakin meningkat jika dibandingkan dengan kadar

Bila sebatang logam pejal dengan panjang L dan jari-jari R, salah satu ujungnya Bila sebatang logam pejal dengan panjang L dan jari-jari R, salah satu

Bahan dapat berpolimerisasi, membusuk, bereaksi sendiri, atau mengalami perubahan kimia lainnya pada suhu dan tekanan normal dengan risiko ledakan sedang 4 Bahan

Sistem disini yaitu sistem close loop dimana terdapat feedback berupa sensor LDR dan menggunakan kontrol PI dalam mengatur terang redup dari lampu dengan pengaturan duty cycle