commit to user
PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA
KERJA
SHIFT
PAGI DAN
SHIFT
MALAM DI BAGIAN
WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY
BANYUDONO BOYOLALI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Sri Mulyati
R.0208047
PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta 2012
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juni 2012
Sri Mulyati R.0208047
commit to user
ABSTRAK
Sri Mulyati, R.0208047, 2012. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja pada Tenaga
Kerja Shift Pagi dan Shift Malam di Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry Banyudono, Boyolali. Skripsi. Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar Belakang : PT Safarijunie Textindo Industry sebagai perusahaan tekstil
penghasil kain mentah menerapkan sistem kerja bergilir (shift work). Shift kerja malam banyak menimbulkan keluhan kelelahan karena terpaksa melawan cyrcardian rythm tubuh. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak perusahaan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja pada tenaga kerja shift pagi dan shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry.
Metode : Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Sampel diambil secara purposive sampling, sebanyak 139 orang dari populasi yang memenuhi kriteria dan memenuhi syarat yaitu tenaga perempuan; usia 25-45 tahun; masa kerja > 2 tahun yang sudah mengalami aklimatisasi; bekerja di bagian weaving; bersedia menjadi responden dan sehat. Variabel penelitian adalah shift work (shift pagi dan shift malam) dan kelelahan kerja. Pengukuran kelelahan kerja dengan menggunakan Reaction Timer L77 Lakassidaya. Data disajikan dalam bentuk skor nilai, untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan tingkat kelelahan kerja antara shift pagi dan shift malam maka digunakan uji statistik Independent Sample T-Test.
Hasil : Sebanyak 2,8% tenaga kerja shift pagi mengalami kelelahan berat dan
tenaga kerja shift malam 11,8%. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan tingkat kelelahan kerja yang sangat signifikan (p=0,000 ≤ 0,01) antara shift pagi dan shift malam.
Simpulan : Terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja yang sangat signifikan
(p=0,000 ≤ 0,01) antara shift pagi dan shift malam. Saran bagi tenaga kerja sebaiknya memanfaatkan waktu istirahat yang diberikan oleh perusahaan, bisa mengatur sendiri waktu istirahat dan waktu tidur untuk meminimalisasi terjadinya kelelahan kerja, dan menyediakan waktu luang untuk istirahat yang cukup untuk persiapan sebelum bekerja pada shift malam. Bagi perusahaan sebaiknya
menyediakan extra fooding untuk tenaga kerja pada shift malam untuk
memperlambat terjadinya kelelahan kerja.
commit to user
ABSTRACT
Sri Mulyati, R.0208047, 2012. Differences In The Level Of Work Fatigue
Between Morning Shift And Night Shift In The Section Weaving PT Safarijunie Textindo Industry Banyudono, Boyolali. Skripsi. Safety and Occupational Health Study Program. Medical Faculty. University of Sebelas Maret Surakarta.
Background: Safarijunie Textindo Industry as a textile company which produces
raw fabric is applying a working system (work shift). Work shift primarily night shift causes a lot of complaints of fatigue because the body is forced against its cyrcardian rhythm. It needs attention from the corporate. The objective of this study is to investigate the differences of work fatigue levels on the morning shift workers and night shift at the Weaving Division of PT Safarijunie Textindo Industry.
Method: This study is an observational analytic cross sectional approach.
Samples were taken by purposive sampling. A total of 139 people from the population met the determined criteria and qualified are women workers; aged 25-45 years old; working period> 2 years who have experienced acclimatization; worked in the Weaving Division; willing to be respondent and healthy. Research variables are work shift (morning shift and night shift) and work fatigue. Work fatigue measurement used Lakassidaya L77 Reaction Timer. The data are presented in the form of value score, to find out more about the differences between the level of work fatigue the morning shift and night shift then the Independent Sample T-Test statistically is used.
Result: 2.8% of employees in the morning shift experience severe fatigue and the
night shift 11.8%. The result of the statistical test shows very significant differences in the level of work fatigue (p = 0.000 ≤ 0.01) between the morning shift and the night shift.
Conclusion: There are significant differences of work fatigue levels (p = 0.000 ≤
0.01) between the morning shift and the night shift. The suggestion for workers should taken advantage of breakers provided by the company, could set their our time to rest and sleep to minimized the fatigue of work, and provided time for adequate rest for preparation before working on night shift. For companies should provided extra fooding for employees on the night shift to slow the fatigue of work.
commit to user
PRAKATA
Bismillahirohmanirrokhim.
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Shift Pagi dan Shift Malam di Bagian Weaving PT. Safarijunie Textindo Industry Banyudono, Boyolali”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi Diploma IV untuk mencapai gelar Sarjana Sains Terapan.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, selain dukungan dan curahan kasih sayang yang tiada hentinya dari kedua orang tuaku dan keluarga, penulis juga telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan dr. S. PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si selaku Ketua Program Diploma IV Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes selaku Dosen Pembimbing I Program Diploma
IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Hardjanto, dr., MS., Sp.Ok. selaku Dosen Pembimbing II Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ibu Isna Qodrijati, dr., M.Kes. selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Staff pengajar dan karyawan/karyawati Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Keluarga besar PT Safarijunie Textindo Industry yang telah memberi ijin
untuk tempat penelitian serta Bapak Edi Ratman dan Bapak Tritanto dari PT Safarijunie Textindo Industry terimakasih atas bimbingannya.
8. Keluargaku tercinta yang telah memberikan doa, semangat dan motivasi baik material maupun nonmaterial sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
9. Semua teman-teman angkatan 2008 Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
commit to user
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
Surakarta, Juni 2012 Penulis
commit to user DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii PERNYATAAN ... iii ABSTRAK ... iv ABSTRACT ... v PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
B. Kerangka Pemikiran ... 30
C. Hipotesis ... 31
BAB III. METODE PENELITIAN ... 32
A. Jenis Penelitian ... 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
C. Populasi Penelitian ... 32
D. Teknik Sampling ... 32
E. Sampel Penelitian ... 33
F. Desain Penelitian ... 34
G. Identifikasi Variabel Penelitian ... 34
commit to user
I. Alat dan Bahan Penelitian ... 36
J. Sumber Data ... 38
K. Teknik Analisis Data ... 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 40
A. Gambaran Umum perusahaan ... 40
B. Karakteristik Subjek Penelitian ... 42
C. Hasil Penelitian Waktu Kerja Shift ... 46
D. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja ... 47
E. Uji Perbedaan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Shift Pagi dan Shift Malam ... 48
BAB V. PEMBAHASAN ... 49
A. Karakteristik Subjek penelitian ... 49
B. Analisa Univariat ... 50
C. Analisa Bivariat ... 55
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN... 58
A. Simpulan ... 58
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden ... 42 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden ... 44 Tabel 4.3. Distribusi Beban Kerja Responden di Bagian Weaving
PT Safarijunie Textindo Industry ... 45 Tabel 4.4. Distribusi IMT... 46 Tabel 4.5. Distribusi Kelelahan Kerja Responden ... 47
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 30 Gambar 2. Desain Penelitian ... 34
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Masa Kerja Responden Shift Pagi dan Shift Malam Bagian Weaving PT Safarijunie Textindustry
Lampiran 2. Data Status Gizi Responden Shift Pagi dan Shift Malam Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry
Lampiran 3. Data Umur Responden Shift Pagi dan Shift Malam Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry
Lampiran 4. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Responden Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry
Lampiran 5. Uji Independent T-Test Kelelahan Kerja Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industrialisasi diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit, namun demikian, penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan beraneka ragam dan kompleks sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya manusia. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi-kondisi tersebut ternyata telah banyak mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan bahkan masyarakat luas (Tarwaka, 2004).
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja mengupayakan agar risiko bahaya dapat diminimalisasi melalui teknologi pengendalian terhadap lingkungan atau tempat kerja serta upaya mencegah dan melindungi tenaga kerja agar terhindar dari dampak negatif dalam melaksanakan pekerjaan (Budiono, 2003).
Secara umum, terdapat dua golongan penyebab kecelakaan yaitu tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) (Suma’mur, 2009).
commit to user
Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia adalah stress dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati dan Imam, 2008).
Penggunaan sumber daya secara optimal dalam rangka meningkatkan produksi dituntut oleh dunia industri sejak beberapa tahun yang lalu. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap perpanjangan jam kerja pekerja dan salah satunya adalah dengan mempekerjakan pekerja melampaui waktu yang telah ditetapkan dan atau memberlakukan shift kerja (Setyawati, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Akbar Sharifian, dkk (2009), shift kerja malam hari merupakan kondisi yang dapat menghambat kemampuan adapatasi pekerja baik dari aspek biologis maupun sosial. Bekerja pada shift malam jauh lebih cenderung memiliki efek buruk terhadap kesehatan akibat dari pekerjaan itu karena dapat mengganggu cyrcadian rhytms.
Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia adalah stres dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati dan Imam, 2008). Menurut Wicken (2004) dalam Setyawati (2010), kelelahan dapat disebabkan oleh kondisi tubuh lelah baik secara fisik ataupun mental mengakibatkan kualitas kerja menurun, kinerja kerja menjadi lambat, susah menyelesaikan masalah dan mengalami kesulitan untuk fokus. Salah satu penyebab fatique adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada
commit to user
cyrcardian rhytm akibat jet lag atau gangguan fisik akarena perubahan jam biologis tubuh. Sharpe (2007) dalam Setyawati (2010) menyatakan bahwa tenaga kerja pada shift malam memiliki risiko 28% lebih tinggi mengalami cidera atau kecelakaan. Dari beberapa catatan kecelakaan kerja yang terjadi, gangguan tidur dan kelelahan menjadi dua faktor yang paling penting dari kesalahan manusia.
PT Safarijunie Textindo Industry adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil berada di daerah Boyolali. PT Safarijunie Textindo Industry berproduksi untuk weaving dan finishing yang berupa scouring bleaching. PT Safarijunie Textindo Industry mempunyai tenaga kerja berjumlah 1221 orang yang dibagi menjadi beberapa di bagian produksi dan office. Proses produksi di PT Safarijunie Textindo Industry beroperasi selama 24 jam yang terdiri dari 3 shift yaitu shift pagi berlangsung dari pukul 07.00-15.00 WIB, shift siang berlangsung dari pukul 15.00-23.00 WIB, dan shift malam berlangsung mulai pukul 23.00-07.00 WIB. Demikian juga di bagian weaving dibagi menjadi 3 shift yang masing-masing shift terdiri dari 82 orang. Dalam proses weaving terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap persiapan, warping, sizing, reaching, pirn winder, tying, loom, dan inspecting yang meliputi proses manding, inspecting dan grading untuk menghasilkan hasil produk yang berupa kain setengah jadi. Dari tahap-tahap proses tersebut tenaga kerja dituntut untuk bekerja lebih maksimal sehingga tenaga kerja mengalami kelelahan kerja.
commit to user
Berdasarkan survai awal pada bulan Januari 2012 dilakukan pengukuran kelelahan kerja terhadap 12 orang tenaga kerja bagian Weaving, pada masing-masing shift kerja berjumlah 4 orang, diperoleh hasil rata-rata skor kelelahan kerja sebagai berikut : shift pagi 265,59 milidetik, shift siang 286,36 milidetik, shift malam 493,60 milidetik. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan nilai yang berbeda. Perbedaaan ekstrim terdapat pada kelelahan shift pagi dan shift malam. Selain itu terdapat keluhan dari tenaga kerja shift malam yaitu mengantuk. Pada penelitian sebelumnya oleh Khasanah (2011) di PT Triangga Dewi Surakarta menunjukkan ada perbedaan tingkat kelelahan kerja yang signifikan antara shift pagi yaitu 503,94 milidetik dan shift malam yaitu 556,01 milidetik.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti akan mengadakan penelitian mengenai perbedaan tingkat kelelahan kerja pada shift pagi, dan shift malam pada tenaga kerja di bagian weaving PT Safarijunie Textindo Industry, Banyudono, Boyolali.
B. Rumusan Masalah
Adakah perbedaan tingkat kelelahan kerja antara shift pagi, dan shift malam pada tenaga kerja di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, Banyudono, Boyolali?
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja pada tenaga kerja shift pagi dan shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Diharapkan penelitian ini sebagai pembuktian bahwa terdapat perbedaaan tingkat kelelahan kerja pada shift pagi dan shift malam kerja di bagian weaving PT Safarijunie Textindo Industry.
2. Aplikatif
a. Diharapkan dapat memberi masukan bagi perusahaan untuk mengelola
manajemen shift kerja yang lebih baik agar dapat mengurangi tingkat kelelahan kerja.
b. Diharapkan dapat mengendalikan tingkat kelelahan kerja di PT Safarijunie Textindo Industry.
commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori 1. Shift kerja a. Pengertian
Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja pagi dan siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan (Setyawati, 2010).
Shift kerja dapat bersifat permanen atau temporer menurut kebutuhan tempat kerja yang bersangkutan yang direkomendasi oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan yang bahkan sangat sering tidak beraturan (Setyawati, 2010).
b. Pembagian shift kerja
Pada Journal The Design of Shift Systems (Knauth, 1993), dikemukakan bahwa terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan dalam penentuan shift kerja :
1) Jenis shift kerja pagi, atau siang, atau malam. 2) Panjang waktu tiap shift kerja.
3) Waktu dimulai dan diakhirinya suatu shift 4) Distribusi waktu istirahat
5) Arah perubahan shift kerja
commit to user
Disamping itu ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain shift kerja menurut Nurmianto (2002) antara lain:
1. Setidaknya ada jarak 11 jam antara permulaan dua shift yang berurutan.
2. Seorang pekerja tidak boleh bekerja lebih dari tujuh hari berturut-turut (seharusnya 5 hari kerja, 2 hari libur).
3. Sediakan libur akhir pekan (setidaknya 2 hari). 4. Rotasi shift mengikuti matahari.
5. Buat jadwal yang sederhana dan mudah diingat.
Macam shift kerja ada dua macam, yaitu shift kerja berputar (berotasi) dan shift kerja tetap (permanen). Dalam merancang shift kerja ada dua hal utama yang harus diperhatikan, yaitu bahwa kekurangan istirahat atau tidur hendaknya ditekan sekecil mungkin sehingga dapat mengurangi kelelahan kerja disamping menyediakan waktu untuk keharmonisan kehidupan keluarga maupun kontak sosial dengan masyarakat (Nurmianto, 2008).
Menurut Nurmianto (2008), ada beberapa saran yang harus diperhatikan dalam penyusunan jadwal shift kerja, yaitu bahwa pekerja yang berumur di bawah 25 tahun dan diatas 50 tahun dan pekerja yang memiliki kecenderungan mudah sakit perut, serta memiliki emosi yang labil disarankan untuk tidak dipekerjakan pada shift kerja malam. Pekerja yang bertempat tinggal jauh dari tempat kerja atau yang berada di lingkungan yang ramai seyogyanya tidak dipekerjakan pada shift kerja
commit to user
malam. Menurut Kuswadji (1997), pergantian sistem shift kerja tiga rotasi biasanya pada pukul 06.00-14.00, pukul 14.00-22.00, dan pukul 22.00-06.00; sebagian lain pergantian pukul 07.00-15.00, pukul 15.00-23.00, atau pukul 08.00-16.00, pukul 16.00-24.00. Diutarakan pula bahwa rotasi yang pendek lebih baik daripada rotasi yang panjang dan sebaiknya dihindarkan kerja malam secara terus menerus. Rotasi yang baik adalah 2-2-2, yaitu kerja pagi hari dua kali dilanjutkan kerja siang hari dua kali dan malam hari dua kali (rotasi ini disebut metropolitan rota) atau 2-2-3, yaitu kerja di pagi hari dua kali dilanjutkan kerja siang hari dua kali dan malam hari tiga kali (rotasi ini disebut continetal rota) dimana shift kerja malam selama tiga hari berurut-turut harus diikuti istirahat lebih dari 24 jam atau istirahat dua hari. Perencanaan shift kerja yang baik adalah apabila harus bertugas melampaui akhir pekan, seyogyanya pada kesempatan lain diupayakan pemberian dua hari libur di akhir pekan dan tiap jadwal shift kerja diberikan satu kali waktu istirahat yang cukup (30-60 menit) untuk makan dan relaksasi serta keperluan pribadi yang lain.
Menurut awal dan akhir jam shift work, lama satu shift, dan keteraturan sistem (Kuswadji, 1997) dapat dibagi sebagai berikut:
a. Sistem 3 shift biasa
Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang sama selama 24 jam: dinas pagi antara pukul 06.00-14.00, dinas sore
commit to user
antara pukul 14.00-22.00, dan dinas malam antara pukul 22.00-06.00.
b. Sistem Amerika
Menurut sistem ini dinas pagi mulai pukul 08.00-16.00, dinas sore antara pukul 16.00-24.00 dan dinas malam antara pukul 24.00-08.00. Sistem ini memberikan keuntungan fisiologik dan sosial. Kesempatan tidur akan banyak terutama pada pekerja pagi dan sore. Setiap shift akan mengalami makan bersama keluarga paling sedikit sekali dalam sehari.
c. Sistem 12-12
Di penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem 12-12. Selama 12 jam dinas pagi dan selama 12 jam dinas malam. Jadwal antara 07.00-19.00 dan 19.00-07.00. Satu minggu kerja siang dan satu minggu kerja malam. Bila pekerjaan shift dilakukan selama ini, masing-masing shift baik siang atau malam, harus diikuti dengan istirahat dua hari.
Menurut Suma’mur (2009) dalam soal periode kerja siang atau malam, sangat menarik adalah kerja bergilir, terutama kerja malam. Sehubungan dengan kerja malam ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
a. Irama faal manusia sedikit atau banyak terganggu oleh kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari. Fungsi-fungsi fisiologis tenaga kerja tidak dapat disesuaikan sepenuhnya dengan irama kerja
commit to user
demikian. Hal ini mudah dibuktikan dari pengukuran-pengukuran suhu badan, nadi, tekanan darah dan lain-lain dari orang yang bekerja malam dibandingkan dengan keadaan waktu bekerja siang hari (Suma’mur, 2009).
b. Metabolisme tubuh tidak sepenuhnya dapat beradaptasi, bahkan banyak aspek yang sama sekali tidak dapat diadaptasikan dengan kerja malam tidur siang. Keseimbangan elektrolit sebagai akibat albumin dan klorida darah dapat menyesuaikan diri dengan keperluan kerja malam tidur siang, tetapi pertukaran zat-zat seperti kalium, sulfur, fosfor, mangan, dan lain-lain sangat kukuh terikat kepada sel-sel, sehingga dengan pergantian waktu kerja siang oleh malam tidak dapat dipengaruhinya. Dengan kata lain, metabolisme zat-zat terakhir tidak dapat diserasikan dengan keperluan kerja malam (Suma’mur, 2009). c. Kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar. Penyebabnya antara
lain adalah faktor faal dan metabolisme yang tidak dapat diserasikan. Sebab penting lainnya adalah sangat kuatnya kerja syaraf parasimpatis dibanding dengan kerja syaraf simpatis pada malam hari. Padahal seharusnya untuk bekerja, syaraf simpatis harus melebihi kekuatan syaraf parasimpatis (Suma’mur, 2009).
d. Jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada siang harinya relatif jauh lebih kecil dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana siang hari seperti kebisingan, suhu, keadaan terang, dan lain-lain dan oleh karena kebutuhan badan yang tidak dapat
commit to user
diubah seluruhya menurut kebutuhan, yaitu terbangun oleh dorongan lapar atau buang air kecil yang relatif lebih banyak pada siang hari (Suma’mur, 2009).
e. Alat pencernaan biasanya tidak berfungsi secara normal pada saat tenaga kerja bekerja malam hari dan tidur pada siang hari. Dengan demikian jumlah makanan yang diambil relatif lebih sedikit, sedangkan pencernaan kurang bekerja semestinya (Suma’mur, 2009). f. Kurangnya tidur dan kurang berfungsinya alat pencernaan berakibat
antara lain penurunan berat badan (Suma’mur, 2009).
g. Selain masalah biologis dan faal, kerja malam seringkali disertai reaksi psikologis sebagai suatu mekanisme defensif terhadap gangguan tubuh akibat ketidakserasian badani kepada pekerjaan malam. Akibat dari itu, keluhan-keluhan akan ditemukan relatif sangat banyak pada kerja malam (Suma’mur, 2009).
h. Pengaruh-pengaruh kerja malam tersebut biasanya kumulatif. Makin panjang giliran kerja malam, makin besar efek dimaksud (Suma’mur, 2009).
2. Kelelahan
a. Pengertian Kelelahan
Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh akibat melakukan suatu pekerjaan meliputi sensasi kelelahan,
commit to user
motivasi, aktivitas mulai turun sampai tidak kuat lagi bekerja (Suma’mur, 2009).
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Tenaga kerja yang mengalami kelelahan akan mengalami: penurunan motivasi kerja, kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan, berkurangnya dorongan atau kemauan untuk bekerja sehingga menyebabkan kecelakaan dalam bekerja (Tarwaka, 2004).
Grandjean (1988), menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi dan untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.
b. Jenis-jenis kelelahan
1) Menurut Depkes (2002) kelelahan ada tiga jenis, antara lain :
a) Kelelahan Fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana
masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performancenya
seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
commit to user b) Kelelahan yang Patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
c) Psikologis dan Emotional Fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan jenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
2) Menurut Suma’mur (2009) dan Tarwaka (2004) terdapat dua jenis kelelahan menurut proses terjadinya, yaitu :
a) Kelelahan otot
Kelelahan otot ditandai antara lain oleh tremor atau rasa nyeri yang terdapat pada otot.
b) Kelelahan umum
Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan persyarafan sentral atau kondisi psikis-psikologis. Akar masalah kelelahan umum adalah monotoninya tenaga kerjaan, intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak tenaga kerja yang bersangkutan, keadan lingkungan yang berada dari estimasi semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja.
commit to user
3) Menurut Ramandhani (2003), berdasarkan waktu terjadinya
kelelahan, kelelahan dibagi menjadi :
a) Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.
b) Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi
sebelum melakukan tenaga kerjaan, seperti perasaan
“kebencian” yang bersumber dari terganggunya emosi. Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis antara lain meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal.
c. Gejala Kelelahan Kerja
Menurut Ramandhani (2003), gambaran mengenai gejala
kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif antara lain: 1) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing.
2) Kurang mampu berkonsentrasi.
3) Berkurangnya tingkat kewaspadaan.
4) Persepsi yang buruk dan lambat.
5) Berkurangnya gairah untuk bekerja.
commit to user
Gilmer (1966) dan Cameron (1973) dalam Setyawati (2010) menyebutkan bahwa gejala-gejala kelelahan kerja adalah sebagai berikut :
1. Gejala-gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti
penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan dan hambatan persepsi, cara berpikir atau perbuatan anti sosial, tidak cocok dengan lingkungan, depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif.
2. Gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala di atas adalah sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan serta gangguan pencernaan.
Menurut Suma’mur (2009) suatu daftar gejala atau perasaan atau tanda yang ada hubungannya dengan kelelahan adalah :
1) Perasaan berat di kepala
2) Menjadi lelah seluruh badan
3) Kaki merasa berat
4) Menguap
5) Merasa pikiran kacau
6) Mengantuk
7) Merasa berat pada mata
8) Kaku dan canggung dalam gerakan
9) Tidak seimbang dalam berdiri
10) Mau berbaring 11) Merasa susah berpikir
commit to user 12) Lelah bicara
13) Gugup
14) Tidak dapat berkonsentrasi
15) Tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu
16) Cenderung untuk lupa
17) Kurang kepercayaan diri
18) Cemas terhadap sesuatu
19) Tidak dapat mengontrol sikap
20) Tidak dapat tekun dalam melakukan tenaga kerjaan 21) Sakit di kepala
22) Kekakuan di bahu
23) Merasa nyeri di punggung
24) Merasa pernafasan tertekan
25) Merasa haus
26) Suara serak
27) Merasa pening
28) Spasme kelopak mata
29) Tremor pada anggota badan
30) Merasa kurang sehat
Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan melemahnya kegiatan, 11-20 melemahnya motivasi dan 20-30 gambaran kelelahan fisik sebagai akibat dari keadan umum yang melelahkan.
commit to user d. Parameter Kelelahan Kerja
Parameter yang pernah diungkapkan oleh beberapa peneliti untuk mengukur kelelahan kerja ada bermacam-macam antara lain :
1. Pengukuran waktu reaksi
Waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang tunggal sampai timbulnya respons terhadap rangsang tersebut. Waktu reaksi ini merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi yang memerlukan koordinasi (Setyawati, 2010). Dalam pengukuran dengan waktu reaksi ini terdapat kriteria kelelahan yaitu :
a) Normal : waktu reaksi 150,0-240,0 milidetik
b) Kelelahan Kerja Ringan (KKR): waktu reaksi 240,0 < x < 410,0 milidetik.
c) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) : waktu reaksi 410,0 ≤ x < 580,0 milidetik.
d) Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi ≥ 580,0 milidetik (Setyawati 2010).
2. Uji Finger-tapping ( uji ketuk jari)
Uji finger-tapping adalah mengukur kecepatan maksimal mengetuk jari tangan dalam suatu periode waktu tertentu. Uji ini sangat lemah karena banyak faktor yang sangat berpengaruh dalam proses mengetukkan jari-jari tangan dan uji ini tidak dapat dipakai
commit to user
untuk menguji kelelahan kerja yang bermacam-macam pekerjaan (Grandjean, 1988).
3. Uji Flicker-fusion
Uji flicker-fusion adalah pengukuruan kecepatan berkelipnya cahaya atau lampu yang secara bertahap ditingkatkan sampai kecepatan tertentu sampai cahaya tampak berbaur sebagai cahaya yang kontinyu (Grandjean, 1988). Uji ini digunakan untuk menilai kelelahan mata saja.
4. Uji Critical Flicker-fusion
Uji critical flicker–fusion adalah modifikasi uji flicker fusion. Uji ini digunakan untuk pengujian kelelahan mata yang berat, dan dengan mempergunakan flicker tester (Oshahi dan Kikuchi, 1976 dalam Setyawati, 2010).
5. Uji Bourdon Wiersma
Uji Bourdon Wiersma adalah pengujian terhadap kecepatan bereaksi dan ketelitian. Uji ini dipakai untuk menguji kelelahan pada pengemudi (Manuaba dan Nala, 1971 dalam Setyawati, 2010).
6. Skala Kelelahan Industrial Fatigue Research Committe (IFRC)
Skala IFRC yang di desain untuk pekerja dengan budaya Jepang ini merupakan angket yang mengandung tiga puluh macam perasaan kelelahan yang dirasakan seorang pekerja dan tiap butir pernyataan dalam skala IFRC tidak dapat dievaluasi hubungannya (Kashiwagi, 1971 dalam Setyawati, 2010). Uji kelelahan yang lain
commit to user
yaitu skala Kashiwagi yang terdiri atas 20 butir pertanyaan yang mengandung dimensi pelemahan aktivitas dan motivasi. Terhadap kedua skala kelelahan ini Kogi dan Saito (1971) dalam Setyawati (2010) memberikan tanggapannya dan menyebutkan bahwa kedua skala ini tidak merupakan pendekatan yang menentukan karena dengan kedua skala ini tidak diperoleh hasil yang menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahaan kerja maupun kriteria-kriteria lain yang mendukung. Diutarakan pula bahwa perlu dilakukan survei psikososial dan ekologi diantara para pekerja untuk mengetahui sebab kelelahan kerja serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
7. Pemeriksaan tremor pada tangan
Cara ini tidak dapat dipakai untuk mengukur kelelahan pada tiap orang maupun pada tiap pekerjaan karena adanya tremor pada tangan dapat terjadi tidak saja pada kelelahan tetapi juga dapat terjadi sebagai bagian dari penyakit tertentu. (Sutarman, 1972 dalam Setyawati, 2010)
8. Metode Blink
Metode Blink adalah pengujian untuk kelelahan tubuh secara keseluruhan dengan melihat objek yang bergerak dengan mata yang terkejap secara cepat dan berulang-ulang (Fukui dan Marioka, 1971 dalam Setyawati, 2010). Cara ini pun tidak dapat untuk menguji jenis kelelahan kerja pada tiap pekerjaan.
commit to user
9. Ekskresi katekolamin
Pada kasus kelelahan ekskresi katekolamin tidak selalu meningkat. Pada pekerjaan beberapa macam pekerjaan yang mengalami kelelahan kerja tidak terjadi peningkatan ekskresi katekolamin (Johanson, 1978 dan Frankenhaeuser et.al, 1983 dalam Setyawati, 2010)
10. Stroop test
Dalam uji ini peserta diminta untuk membaca nama-nama warna tertulis kata-kata secara independen dari warna-warna tinta. Pada uji ini dianggap untuk mengukur perhatian selektif, fleksibilitas kognitif dan kecepatan pemprosesan (Wim Van der Elst et.al, 2006). Stroop test ini biasa digunakan untuk menyelidiki kemampuan psikologis seseorang. John Ridley Stroop (1935), membandingkan waktu yang digunakan untuk membaca kata-kata hitam dan waktu yang dibutuhkan untuk penanaman warna yang bertentangan dengan kata-kata tertulis.
11. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)
KAUPK2 adalah suatu alat untuk mengukur indikator perasaan kelelahan kerja yang telah di desain oleh Setyawati (Setyawati, 2010) khusus bagi pekerja Indonesia. KAUPK2 ada tiga macam yaitu KAUPK I, KAUPK2 II, KAUPK III yang masing-masing terdiri atas 17 butir pertanyaan, yang telah teruji kesahihan
commit to user
dan kehandalannya untuk mengukur perasaan kelelahan kerja baik pada shift kerja pagi, shift kerja siang maupun shift kerja malam. e. Pencegahan Kelelahan Kerja
Menurut Ramandhani (2003) untuk mencegah memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar :
1) Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk.
2) Merubah metode kerja menjadi efesien dan efektif.
3) Menerapkan penggunaan peralatan dan peranti kerja yang memenuhi
standar ergonomi.
4) Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman.
6) Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik.
7) Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.
f. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja
Sebagaimana diketahui, bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kelelahan yang kita kenal mempunyai beragam penyebab yang berbeda (Ramandhani, 2003), namun secara umum penyebab kelelahan sebagai berikut :
1) Intensitas dan lamanya upaya fisik dan psikis
2) Masalah lingkungan kerja
commit to user
4) Masalah-masalah fisik
5) Nyeri dan kesehatan
6) Gizi/nutrisi
Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di dalam tubuh manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan seseorang berhenti bekerja (beraktivitas). Kelelahan dapat diatasi dengan beristirahat untuk menyegarkan tubuh. Apabila kelelahan tidak segera diatasi dan pekerja dipaksa untuk terus bekerja, maka kelelahan akan semakin parah dan dapat mengurangi produktivitas pekerja. Kelelahan sama halnya dengan keadaan lapar dan haus sebagai suatu mekanisme untuk mendukung kehidupan (Suma’mur, 2009).
g. Karakteristik Tenaga Kerja yang Mempengaruhi Terjadinya Kelelahan
Faktor dari dalam tubuh yang mempengaruhi terjadinya kelelahan sebagai berikut :
a. Faktor Internal
1) Usia
Usia yang bertambah tua akan diikuti oleh kekuatan dan ketahanan otot yang menurun (Tarwaka, 2004). Pada usia muda proses-proses di dalam tubuh sangat besar dan kemudian menurun lambat-lambat menurut umur (Suma’mur, 2009).
Setyawati (2010) menyatakan bahwa pekerja shift malam
dianjurkan yang berusia lebih dari 25 tahun dan kurang dari 50 tahun.
commit to user
2) Jenis Kelamin
Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran tubuh dan kekuatan otot dari yang wanita relatif kurang jika dibandingkan pria sehingga akan lebih cepat lelah (Suma’mur, 2009).
3) Psikis
Menurut Ramandhani (2003), Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis amatlah mudah mengidap suatu bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi psikologis adalah pekerjaan yang monoton yaitu, suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu yang tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar.
4) Kesehatan
Kesehatan fisik sangat penting untuk menduduki suatu pekerjaan. Tidak mungkin seseorang dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik jika sering sakit (Hasibuan, (2000) dalam Jati, (2010)).
5) Status gizi
Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan
commit to user
jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma’mur, 2009).
Status gizi ini bisa dihitung salah satunya adalah dengan menghitung Indeks massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
Tabel 2. Kategori IMT
NO Kategori IMT
1 Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
2 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5
3 Normal 18,5 – 25,0
4 Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 – 27,0
5 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber : I Dewa Nyoman Supariasa, 2002
6) Sikap Kerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi
IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) Berat Badan (Kg)
commit to user
sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan menyebabkan kelelahan (Ramandhani, 2003). Bekerja dalam kondisi yang tidak alamiah dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain: nyeri, kelelahan dan bahkan kecelakaan. b. Faktor Eksternal
1) Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya.
Beban yang dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka ada yang lebih cocok untuk beban fisik, mental ataupun sosial (Suma’mur, 2009). Bahkan banyak juga dijumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan (Ramandhani, 2003).
2) Penerangan
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak diperlu. Lebih dari itu, penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keaadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 2009).
Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan (Hapsari, 2003) adalah:
commit to user
a) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
b) Keluhan- keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata.
c) Kerusakan indera mata
d) Kelelahan mental
e) Menimbulkan terjadinya kecelakaan.
3) Kebisingan
Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi sistem pencernaan, sistem kardiovaskuler, atau sistem faal tubuh lainnya sehingga mempercepat kelelahan (Suma’mur, 2009).
4) Masa Kerja
Masa kerja adalah lamanya seorang karyawan menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Sejauh mana tenaga kerja dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam
bekerja tergantung dari kemampuan, kecakapan dan
keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Masa kerja seseorang berkaitan dengan pengalaman kerjanya. Karyawan yang telah lama bekerja pada
commit to user
perusahaan tertentu telah mempunyai berbagai pengalaman yang berkaitan dengan bidangnya (Nitisemito,1996 dalam Jati, 2010).
5) Monotoni
Monotoni merupakan suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar. Salah satu efek dari pekerjaan monoton adalah kemunduran dari kapasitas kerja dan produktivitas (Pusparini, 2003).
3. Hubungan Antara Shift Work dengan Kelelahan
Menurut Vitaterna (2001), Salah satu penyebab dari kelelahan yaitu gangguan tidur. Gangguan tidur sangat berhubungan dengan circadian rhythms. Siklus circadian rhythms mengatur perubahan berirama dalam perilaku atau fisiologis tubuh. Perubahan ini diatur oleh jam biologis tubuh. Bagian yang mengatur fisiologi tubuh dalam siklus circadian rhythms antara lain : suhu tubuh, sel saraf, hipotalamus, plasma darah, dan ginjal. Circadian rhythms dapat mengalami gangguan akibat jet lag, menggeser jam kerja, dan kurang tidur. Hal tersebut dapat mengganggu tubuh antara lain : gangguan fungsi kognitif, fungsi hormonal, gangguan gastrointestinal. Dalam pengaturan pola kerja dan istirahat ini, secara alami tubuh kita mempunyai pengaturan waktu biologis yang mengatur organisasi internal tubuh seperti : metabolisme, detak jantung, pernapasan, proses pencernaan
commit to user
makanan. Selain itu juga mengatur organisasi eksternal tubuh seperti : bekerja dan tidur.
Menurut Granjean (1988) sebagaimana diketahui, bahwa sejak dini tubuh kita sudah terpola mengikuti siklus alam. Pada siang hari seluruh bagian tubuh kita aktif bekerja dan pada malam hari dalam keadaan istirahat. Untuk mengatur pola kerja dan istirahat ini, secara alamiah tubuh kita memiliki pengatur waktu (internal timekeeper) yang sering disebut dengan istilah a body clock atau cyrcardian rhytm. Internal timekeeper inilah yang mengatur berbagai aktivitas tubuh kita seperti bekerja, tidur dan proses pencernaan makanan. Peningkatan aktivitas pada siang hari mendorong adanya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah. Pada malam hari, semua fungsi tubuh akan menurun dan timbullah rasa kantuk, sehingga kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar.
Menurut Minor dan Waterhouse (1985) dalam Nurmianto (2008), fungsi tubuh yang ditandai dengan cyrcardian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, dan banyak proses otonom, vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia yang telah dipelajari menunjukkan siklus harian yang teratur. Cyrcardian rhythm yang sudah sangat dikenal adalah ritme temperatur tubuh, yang menunjukkan fluktuasi harian yang berkisar 0,50C yang merupakan sisi lain nilai pokok dari 370C. Siklus mencapai titik terendah sekitar pukul 04.00, dan mulai meningkat lagi sekitar pukul 06.00 (umumnya sebelum seseorang bangun) dan meningkat tajam sampai tengah hari dan lebih lambat
commit to user
sesudahnya. Temperatur puncak dicapai di titik manapun antara tengah hari dan malam hari, tetapi paling banyak antara pukul 18.00 dan 21.00. Mulai pukul 22.00 dan seterusnya, temperatur mulai menurun secara tajam. Terdapat perubahan siklus yang hampir sama dalam jantung, pernapasan dan fungsi kelenjar ginjal, tekanan darah, sekresi endokrin yang bermacam-macam dan sebagainya meskipun mencapai puncak dan lembah pada waktu yang berbeda.
commit to user B.Kerangka Pemikiran Faktor Internal : - Jenis kelamin - Usia - Psikis - Sikap kerja - Status Gizi - Kesehatan Faktor eksternal : - Monotoni - Masa kerja - Beban kerja - Penerangan - Kebisingan shift malam Cyrcadian Rhythm Fungsi tubuh menurun Kelelahan kerja shift pagi Fungsi tubuh bekerja Tubuh dipaksa bekerja Kebutuhan O2 naik Denyut nadi &
tekanan darah naik
Perubahan siklus jantung, pernapasan
& fungsi kelenjar ginjal Mengantuk Internal timekeeper Kelelahan kerja Metabolisme terganggu
commit to user
C.Hipotesis
Ada PerbedaanTingkat Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja shift pagi dan shift malam di Bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, Banyudono, Boyolali.
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Nama Perusahaan : PT Safarijunie Textindo Industry
Unit : Bagian weaving
Alamat : Jalan Raya Solo-Semarang Km.16 Banyudono,
Boyolali.
Waktu Penelitian : April – Mei 2012.
C. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja di bagian Weaving PT. Safarijunie Textindo Industry, Boyolali berjumlah 164 orang yang terdiri 3 orang tenaga kerja laki-laki dan 161 tenaga kerja perempuan dari shift pagi dan shift malam dan tiap-tiap shift terdapat 82 tenaga kerja.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik sampling nonprobability. Dalam teknik sampling ini menggunakan metode purposive sampling.
commit to user
E. Sampel Penelitian
Karakteristik sampel penelitian sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi adalah subjek dimana peneliti menjadikan subjek ini sebagai sampel (contoh), dengan kriteria sebagai berikut :
a. Umur antara 25 – 45 tahun b. Berjenis kelamin perempuan c. Pekerja di bagian weaving.
d. Tertib menggunakan alat pelindung telinga (ear plug)
e. Masa kerja lebih dari 2 tahun yang sudah mengalami aklimatisasi. Semakin lama masa kerja, tenaga kerja semakin berpengalaman dalam
melaksanakan pekerjaannya, sehingga telah terbiasa dengan
pekerjaannya (Suma’mur, 2009) f. Bersedia menjadi responden dan sehat.
2. Kriteria Ekslusi ialah subjek dimana peneliti tidak menjadikan subjek ini ke dalam sampel. Subjek ekslusi dalam penelitian ini antara lain pekerja yang tidak mau menjadi subjek penelitian.
Dalam penelitian ini jumlah populasi sebanyak 82 tenaga kerja pada shift pagi dan 82 tenaga kerja pada shift malam. Setelah dilakukan pemilihan subjek dengan purposive sampling, didapatkan jumlah subjek yang dijadikan sampel sebanyak 71 orang pada shift pagi dan 68 orang pada shift malam. Jadi, sampel yang diambil sebanyak 139 orang tenaga kerja.
commit to user
F. Desain Penelitian
G. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah shift kerja (shift pagi dan shift malam).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja.
Populasi
shift pagi dan shift malam Purposive Sampling
Subyek
Shift Malam Shift Pagi
Skor kelelahan kerja Skor kelelahan kerja
Independent Sample T-Test T-Test I
commit to user
3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua yaitu :
a. Variabel pengganggu terkendali : usia dikendalikan dengan mengambil sampel umur 25-45 tahun, jenis kelamin diambil perempuan, kebisingan dikendalikan dengan memilih tenaga kerja yang memakai ear plug, masa kerja dikendalikan , beban kerja, sikap kerja, monotoni, penerangan, status kesehatan, status gizi.
b. Variabel pengganggu tidak terkendali : psikis tenaga kerja.
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Shift Kerja
Shift kerja adalah pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore, dan malam. Dalam perusahaan mempunyai istilah yang berbeda-beda untuk macam-macam shift kerja.
Dalam penelitian ini yang diteliti adalah shift pagi dan shift malam: a. Shift pagi
Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada pagi hari dimulai dari pukul 07.00 – 15.00 WIB
b. Shift malam
Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada malam hari dimulai dari pukul 23.00 – 07.00 WIB
commit to user
Skala pengukuran : Nominal
2. Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang tunggal sampai timbulnya respons terhadap rangsang tersebut, yang diukur pada saat jam istirahat tenaga kerja sebelum tenaga kerja mengalami proses pemulihan.
Alat ukur : Reaction Timer L77 Lakassidaya
Hasil pengukuran : Nilai waktu reaksi dalam satuan milidetik. Skala pengukuran : Interval
I. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan Bahan penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :
1. Reaction Timer
Deteksi atau penilaian tentang kelelahan kerja dengan alat ukur untuk waktu reaksi. Dalam penelitian ini menggunakan Reaction Timer L77 Lakassidaya, yang dibuat oleh Biro konsultasi Kesehatan, Keselamatan, dan Produktivitas Kerja Yogyakarta. Waktu reaksi yang diukur merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. Waktu reaksi-reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada saat kesadaran atau
commit to user
dilaksanakan kegiatan tertentu. Rangsang yang digunakan pada alat ini berupa cahaya dan suara. Satuan waktu reaksi adalah milidetik.
Pada saat pemakaian alat, perlu diperhatikan pada saat melakukan pengukuran agar hasil lebih akurat :
a. Pemberian rangsang tidak kontinyu.
b. Jarak maksimal sumber rangsang dengan subyek yang diperiksa
maksimum 0,5 m.
c. Konsentrasi subyek hanya pada sumber rangsang (tidak boleh melihat pemeriksa).
d. Rangsang yang digunakan dapat keduanya atau hanya salah satu (suara atau cahaya saja). Dalam penelitian ini yang digunakan adalah rangsang cahaya.
Cara kerja Reaction Timer L77 Lakassidaya adalah sebagai berikut : a. Memasang adaptor pada stop kontak, lalu alat di “ON” kan.
b. Memastikan angka pada display menunjukkan 000,0 jika belum tekan tombol reset.
c. Untuk menilai dengan sensor cahaya, dengan menekan tombol untuk
sensor cahaya.
d. Operator siap untuk menekan saklar sensor cahaya demikian pula dengan probandus siap melihat lampu pada alat sensor.
e. Operator menekan saklar sensor cahaya, probandus secepatnya menekan saklar “OFF” (mouse), untuk sensor cahaya apabila melihat sensor cahaya lampu.
commit to user
f. Untuk menilai dengan sensor suara maka, dengan menekan tombol untuk sensor suara.
g. Cara pemeriksaan untuk sensor suara adalah sama dengan cara sensor cahaya, hanya saja probandus siap untuk mendengar suara dari alat.
h. Pemeriksaan dilakukan sebanyak 20 kali dengan catatan pengukuran
nomor 1-5 sebagai adaptasi alat, 6-15 sebagai perhitungan dan 16-20 dianggap tingkat kejenuhan mulai tinggi.
i. Mencatat hasil pengukuran pada display untuk sensor cahaya atau sensor suara.
j. Menekan tombol “reset” untuk siap pengukuran selanjutnya.
2. Check List
Check List digunakan untuk menulis data.
J. SumberData
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, misalnya data shift kerja, kelelahan kerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain.
commit to user
a. Referensi buku yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang diteliti.
b. Artikel maupun jurnal dari suatu media tertentu yang sesuai dengan objek yang diteliti.
K. Teknik Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Independent Sample T-Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :
1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan. 2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. 3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.Gambaran Umum Perusahaan
PT Safarijunie Textindo Industry berdiri pada tangal 1 Mei 1990. Didirikan sesuai dengan akte Notaris No.03 tanggal 01 Mei 1990 oleh Notaris Anthon Wahyu Pramono, diatas tanah seluas 70.291 m2 dan mulai beroperasi pada tahun 1994. PT Safarijunie Textindo Industry terletak pada lokasi strategis. Perusahaan mempunyai maksud dan tujuan untuk meningkatkan produksi kain yang banyak dibutuhkan oleh konsumen dan menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Peraturan yang mendasari adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No.02/MEN/1978 yaitu mengenai pendaftaran pemerintah atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB).
PT Safarijunie Textindo Industry berkonsep integrasi dari spinning, weaving, bleaching, printing, dan garmen, namun sekarang ini baru melaksanakan tahap produksi untuk weaving dan bleaching. Industri ini merupakan pabrik tekstil yang memproses bahan baku benang menjadi kain mentah atau grey menjadi kain putih atau kain finish (ready for print).
Dengan telah beroperasinya perusahaan mulai tahun 1994 perusahaan berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perusahaan telah berhasil mendapatkan Sistem Manajemen Mutu Versi 9002/1994 dari TUV.
commit to user
Pemberian sertifikat ISO tersebut telah diterima perusahaan pada bulan Maret tahun 2001. Selama pengembangan PT Safarijunie Textindo Industry telah mempekerjakan sekitar 1221 orang pekerja yang terdiri dari 85% operator dan 15% staf perusahaan.
Perusahaan ini juga telah bekerja sama dengan perusahaan lain, yaitu PT Kanindotex, PT Sentosa Sejahtera, PT Eratex, PT Apac Inti Corpora, PT Dasar Rukun, PT Kalmatex, PT Himalaya, PT Cookak, PT Limas, PT Tyfontex Indonesia, PT Balmatex, PT Indrama, dan PT Sritex di dalam penyediaan bahan baku.
PT Safarijunie Textindo Industry merupakan Holding Company dan mempunyai beberapa cabang, yaitu PT Safari Bengawan Textindo Industry yang berlokasi di Jalan Ir. Sutami No.14 Solo dan PT Bima NugrohoTunggal Karyawan yang berlokasi di Jalan Solo-Sragen Km 7, Palur, Karanganyar. Modal yang digunakan PT Safarijunie Textindo Induatry yang berdiri di Boyolali berasal dari modal tunggal yang digunakan untuk fasilitas fisik, bahan baku, mesin, dan konsultasi manajemen.
Visi perusahaan PT Safarijunie Textindo Industry adalah “Menjadi industri tekstil yang terkemuka di Indonesia”. Sedangkan Misi dari perusahaan adalah “Mencoba kestabilan produk dan meningkatkan pelayanan demi kepuasan pelanggan”.
Proses produksi di PT Safarijunie Textindo Industry beroperasi selama 24 jam dan terdiri dari 3 shift yaitu shift A, shift B dan shift C. Shift A
commit to user
berlangsung dari pukul 07.00 – 15.00 WIB, shift B berlangsung dari pukul 15.00 – 23.00 WIB dan shift C beroperasi dari pukul 23.00 – 07.00 WIB.
B.Karakteristik Subjek Penelitian
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 139 responden, yang terdiri dari 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, umur sampel yang diambil adalah antara 25 – 45 tahun.
Distribusi responden berdasarkan umur tenaga kerja di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi umur responden
No. Umur
(Tahun)
Shift Pagi Shift Malam
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. 25-30 8 11,27% 8 11,76%
2. 31-35 14 19,72% 21 30,89%
3. 36-40 22 30,98% 24 35,29%
4. 41-45 27 38,03% 15 22,06%
Jumlah 71 100% 68 100%
Sumber : Data Primer Penelitian, 29 Mei 2012
Berdasarkan tabel 4.1, frekuensi umur responden pada shift pagi paling banyak adalah umur 41-45 tahun sebanyak 27 responden atau 38,03%, sedangkan frekuensi umur responden paling sedikit adalah umur 25-30 tahun sebanyak 8 responden atau 11,27% dari jumlah sampel.
commit to user
Frekuensi umur responden pada shift malam paling banyak adalah umur 36-40 tahun yaitu 24 responden atau 35,29%, sedangkan frekuensi umur responden paling sedikit adalah umur 25-30 tahun sebanyak 8 responden atau 11,76% dari jumlah sampel.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 139 responden, yang terdiri dari 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, jenis kelamin sampel yang diambil adalah perempuan.
Frekuensi jenis kelamin responden sebanyak 139 tenaga kerja dengan 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam dengan persentase masing-masing 100%. Dari deskripsi di atas variabel jenis kelamin sudah memenuhi kriteria karakteristik sampel penelitian.
3. Masa Kerja
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 139 responden, yang terdiri dari 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, masa kerja responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah masa kerjanya > 2 tahun.
Distribusi responden berdasarkan masa kerja pada tenaga kerja di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry digambarkan pada tabel berikut :
commit to user
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden
No. Masa Kerja Shift Pagi Shift Malam
(Tahun) Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. 2-5 9 12,68% 11 16,18%
2. 6-10 19 26,76% 36 50,7%
3. 11-15 33 46,48% 17 23,94%
4. 16-20 10 14,08% 4 5,63%
Jumlah 71 100% 68 100%
Sumber : Data Primer Penelitian, 29 Mei 2012
Berdasarkan tabel 4.2, frekuensi masa kerja responden pada shift pagi paling banyak adalah masa kerja 11-15 tahun sebanyak 33 responden atau 46,48%, sedangkan frekuensi masa kerja responden paling sedikit adalah masa kerja 2-5 tahun sebanyak 9 responden atau 12,68% dari jumlah sampel.
Frekuensi masa kerja responden pada shift malam yang paling banyak adalah masa kerja 6-10 tahun sebanyak 36 responden atau 50,7%, sedangkan frekuensi masa kerja responden paling sedikit adalah masa kerja 16-20 tahun sebanyak 4 responden atau 5,63% dari jumlah sampel. Dari deskripsi di atas variabel masa kerja sudah memenuhi kriteria karakteristik sampel penelitian.
4. Kebisingan
Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry diperoleh data intensitas kebisingan sebesar 97,6 dB. Sehingga termasuk melebihi Nilai Ambang
commit to user
Batas. Kebisingan dikendalikan dengan pemakaian alat pelindung telinga (ear plug) oleh tenaga kerja yang telah disediakan perusahaan.
5. Penerangan
Berdasarkan hasil pengukuran penerangan yang dilakukan di PT Safarijunie Textindo Industry diperoleh intensitas penerangan sebesar 475 Lux.
6. Beban Kerja
Berdasarkan KEPMEN 51 Tahun 1999 penghitungan beban kerja berdasarkan kebutuhan kalori. Hasil perhitungan beban kerja pada tenaga kerja shift pagi dan shift malam bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3. Distribusi beban kerja di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry
No. Sikap dan Cara Kerja Kebutuhan Kalori
1. Berdiri 0,6 Kkal/menit
2. Bekerja dengan dua tangan dan lengan 2 Kkal/menit
3 Metabolisme basal 1 Kkal/menit
Jumlah output kalori 3,6 Kkal/menit
Sumber : Data Primer Penelitian, 29 Mei 2012
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui kebutuhan kalori tenaga kerja bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry 3,6 Kkal/menit x 60 = 216 Kkal/Jam, sehingga termasuk beban kerja sedang.
commit to user Kategori beban kerja :
1. Ringan, membutuhkan kalori : 100 – 200 Kilokalori/jam. 2. Sedang, membutuhkan kalori : > 200 – 350 Kilokalori/jam. 3. Berat, membutuhkan kalori : > 350 – 500 Kilokalori/jam. 7. Status Gizi
Status gizi responden dapat dilihat dari Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dihitung berdasarkan berat badan (BB) responden dibagi kuadrat tinggi badan (TB2). Nilai IMT responden berada pada kisaran 18,5 - < 25,0 dalam kategori status gizi baik.
Tabel 4.4. Distribusi IMT
IMT Shift pagi Shift malam
Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase
18,5 – 25,0 71 100% 68 100%
Berdasarkan tabel diatas, responden dengan nilai IMT 18,5 – 25,0 adalah sebanyak 71tenaga kerja (100%) pada shift pagi dan 68 tenaga kerja (100%) pada shift malam.
8. Status Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 139 responden, yang terdiri dari 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry, status kesehatan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini dalam keadaan sehat atau tidak sakit.
commit to user
C.Hasil Penelitian Waktu Kerja Shift
Penelitian ini dilaksanakan di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry. Shift pagi bekerja pada pukul 07.00-15.00 WIB, sedangkan shift malam bekerja pada pukul 23.00-07.00 WIB.
D.Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di bagian Weaving PT Safarijunie Textindo Industry terhadap 139 responden yang terdiri dari 71 tenaga kerja shift pagi dan 68 tenaga kerja shift malam maka didapatkan bahwa tenaga kerja mengalami kelelahan kerja ringan, sedang dan berat.
Distribusi responden berdasarkan pengukuran kelelahan kerja pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.5. Distribusi Kelelahan Kerja Responden
Shift Pagi Shift Malam
No. Tingkat Kelelahan
Kerja
Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase
1. 240,0 < x < 410,0 58 81,7% 34 50%
2. 410,0 < x ≤ 580,0 11 15,5% 26 38,2%
3. ≥ 580,0 2 2,8% 8 11,8%
Jumlah 71 100% 68 100%
Sumber : Data Primer Penelitian, 29 Mei 2012
Berdasarkan tabel 4.5, pada shift pagi terdapat 58 responden atau 81,7% mengalami kelelahan kerja ringan, 11 responden atau 15,5% mengalami kelelahan kerja sedang, dan 2 responden atau 2,8% mengalami kelelahan kerja berat. Sedangkan pada shift malam terdapat 34 responden atau 50% mengalami kelelahan kerja ringan, 26 responden atau 38,2% mengalami