• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 ANALISIS SOSIAL. Analisis, Sosial, Ekonomi Dan Lingkungan IV - 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4.1 ANALISIS SOSIAL. Analisis, Sosial, Ekonomi Dan Lingkungan IV - 1"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

4.1

ANALISIS SOSIAL

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastrukturbidang Cipta

Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca

pembangunan/pengelolaan.

Pada

taraf

perencanaan,

pembangunan

infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang

terkait dan sesuai dengan isu-isuyang marak saat ini, seperti pengentasan

kemiskinan

sertapengarusutamaan

gender.

Sedangkan

pada

saat

pembangunankemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan

proseskonsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi,

maupunpermukiman

kembali.

Kemudian

pada

pasca

pembangunan

ataupengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur

bidangCipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidupbagi

kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar

peraturan

perundang-undangan

yang

menyatakan

perlunya

memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

1.

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang

Nasional:

Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga

dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok

masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan

(2)

masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah

bencana.

Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan

anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan

statistik gender.

2.

UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan

Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan

menyediakan

tanah

bagi

pelaksanaan

pembangunan

guna

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan

masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang

Berhak.

3.

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah

program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan

penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di

bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan

infrastruktur dasar.

Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan

akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus

dilanjutkan

4.

Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan

Kemiskinan

Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta

masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin

melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan

usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka

meningkatkan kegiatan ekonomi.

(3)

5.

Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

dalam Pembangunan Nasional

Menginstruksikan

kepada

Menteri

untuk

melaksanakan

pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan

dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai

dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Tugas dan wewenang

pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

1.

Pemerintah Pusat:

a)

Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat

strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

b)

Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum

yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

c)

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta

program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat

pusat.

d)

Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender,

khususnya untuk bidang Cipta Karya.

2.

Pemerintah Provinsi:

a)

Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat

regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

b)

Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang

bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

c)

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta

(4)

program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat

provinsi.

d)

Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif

gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

3.

Pemerintah Kabupaten/Kota:

a)

Menjamin

tersedianya

tanah

untuk

kepentingan

umum

di

kabupaten/kota.

b)

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta

program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat

kabupaten/kota.

c)

Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota

berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

4.1.1

Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pengarusutamaan Gender

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan

pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan

responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan,

Neighborhood Upgrading and Shelter

Sector Project

(NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah

(PISEW),Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS),

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP),

Rural Infrastructure

Support

(RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program

Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.

(5)

Tabel 4.1

Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Karawang

No Program/ Kegiatan Lokasi Tahun Bentuk Keterlibatan/ Akses Tingkat Partisipasi Perempuan (Jumlah) Kontrol Pengambilan Keputusan oleh Perempuan Manfaat

Permasalahan yang Perlu Diantisipasi di Masa Datang 1 Pemberdayaan Masyarakat a. PNPM Perkotaan b. PAMSIMAS c. PPIP d. RIS PNPM

(6)

e. SANIMAS

2 Non Pemberdayaan Masyarakat

a. Penyusunan SPPIP b. Penyusunan RPKPP c. Penyusunan RTBL d. Penyusunan SSK

(7)

4.1.2

Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besarankegiatan,

dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untukmeminimalisir terjadinya

konflik dengan masyarakat penerima dampakmaka perlu dilakukan beberapa

langkah antisipasi, seperti konsultasi,pengadaan lahan dan pemberian

kompensasi untuk tanah danbangunan, serta permukiman kembali.

1.

Konsultasi masyarakatKonsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan

informasikepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang

mungkinterkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya

diwilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasimereka

berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahanpertimbangan dalam

proses perencanaan. Konsultasi masyarakatperlu dilakukan pada saat

persiapan program bidang Cipta Karya,persiapan AMDAL dan pembebasan

lahan.

2.

Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah

dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi

di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh

swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan

tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk

meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga

yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

3.

Permukiman kembali penduduk (

resettlement

) Seluruh proyek yang

memerlukan

pengadaan

lahan

harus

mempertimbangkan

adanya

kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek.

Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana

pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk

yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini

termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan

(8)

dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang

baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi

penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

Tabel 4.2

Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang Membutuhkan

Konsultasi, Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta

Permukiman Kembali

No Komponen Program dan Kegiatan

Tahap I Tahap II Arahan Lokasi

Konsultasi Pemindahan Penduduk/ Pemberian Kompensasi Permukiman Kembali Sebelum Pemindahan Setelah Pemindahan 1. Pengembangan Permukiman 1) 2) ….dst 2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1) 2) …..dst 3. Pengembangan Air Minum 1) 2) ….dst 4. Pengembangan PLP 1) 2) …dst

4.1.3

Aspek Sosial Pada Pasca Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnyamemberi manfaat

bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara

kasat mata dan secara sederhana dapatterukur, seperti kemudahan mencapai

lokasi pelayanan infrastruktur,waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga

pengurangan biayayang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan

aksespelayanan tersebut. Hasil identifikasi aspek social pasca pelaksanaan

(9)

Tabel 4.3

Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca

Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

No

Sektor/Program/Kegiatan

Lokasi

Tahun

Pelaksanaan

Jml Pend. yg

Memanfaat

kan

Ket

I

Pengembangan Permukiman

a.

Penyusunan RPKPP Kec. Karawang Barat (Jatirasa Barat, Jatirasa Tengah & Timur)

2015

134.686 jiwa

b.

Perencanaan Teknik (DED) Permukiman

Kumuh Kota

-

Kec. Karawang Barat (Jatirasa Barat, Jatirasa Tengah & Timur)

-

Kec. Karawang Timur (Johar)

-

Kec. Cikampek (Jati Indah, Cilewuk, Cijalu)

-

Kec. Rengasdengklok (Kalijaya - Kertasari)

-

Kec. Cilamaya (Mekarmaya)

2015

477.148 jiwa

c.

Penataan Permukiman Kumuh

Kota

-

Kec. Karawang

Barat (Jatirasa

Barat,

Jatirasa

Tengah &

Timur)

-

Kec. Karawang

Timur (Johar)

-

Kec. Cikampek

(Jati Indah,

Cilewuk, Cijalu)

-

Kec.

Rengasdengklok

(Kalijaya -

Kertasari)

-

Kec. Cilamaya

(Mekarmaya)

2016-2017

477.148 jiwa

d.

Peningkatan Kualitas Permukiman

Kumuh Desa Pinayungan

Kec. Teluk Jambe

timur (Desa

Pinayungan)

2015

12.817 jiwa

(10)

No

Sektor/Program/Kegiatan

Lokasi

Tahun

Pelaksanaan

Jml Pend. yg

Memanfaat

kan

Ket

Lingkungan dan Jalan Setapak

(tersebar)

f.

Peningkatan Jalan Poros Desa

Kab Karawang

(tersebar)

2016-2019

2.225.357 jiwa

g.

Peningkatan kualitas rumah layak

huni

Kab Karawang

(tersebar)

2015-2017

2.225.357 jiwa

h.

Pembangunan rumah swadaya

Kab Karawang

(tersebar)

2015-2017

2.225.357 jiwa

i.

Pembangunan Agro/Mina Politan

Kec. Cilamaya

wetan dan kulon

2015-206

136.898 jiwa

j.

Perbaikan Jalan L = 3 M

Kec.

Rengasdengklok

Kawasan Kalijaya

- Kertasari (BLOK

1, 2 & 3 KP2)

2016

880 jiwa

k.

Perbaikan Jalan L=2.5 M

Kec.

Rengasdengklok

Kawasan Kalijaya

- Kertasari (BLOK

1, 2 & 3 KP2)

2016

880 jiwa

l.

Perbaikan Jalan L= 2 M

Kec.

Rengasdengklok

Kawasan Kalijaya

- Kertasari (BLOK

1 &2 KP2)

2016

880 jiwa

m.

Perbaikan Jalan L= 1,2 M

Kec.

Rengasdengklok

Kawasan Kalijaya

- Kertasari (BLOK

1, 2 & 3 KP2)

2016

880 jiwa

n.

Pembuatan Jalan L= 1,2 M

Kec.

Rengasdengklok

Kawasan Kalijaya

- Kertasari (BLOK

1, 2 & 3 KP2)

2016

880 jiwa

o.

Pembuatan Jalan Inspeksi Sungai

Kec.

Rengasdengklok

Kawasan Kalijaya

(11)

No

Sektor/Program/Kegiatan

Lokasi

Tahun

Pelaksanaan

Jml Pend. yg

Memanfaat

kan

Ket

1 &2 KP2)

II

Penataan Bangunan dan

Lingkungan

a.

Fas. Percepatan Perda

Kab. Karawang

2015

2.225.357 jiwa

b.

DED RTH Monumen Proklamasi

Rengasdengklok

Kec.

Rengasdengklok

Kawasan Kalijaya

- Kertasari.

2015

880 jiwa

c.

Peningkatan Kualitas RTH Eksisting

Sebagai RTH Pusat Pelayanan

Kawasan

Kec.

Rengasdengklok

Kawasan Kalijaya

- Kertasari.

2016

880 jiwa

III

Penyehatan Lingkungan

Permukiman

a.

Sistem Informasi Pengelolaan

Persampahan

Kab. Karawang

2013

2.225.357 jiwa

b.

Sosialisasi Persampahan

Implementasi Undang-undang

Nomor 18 Tahun 2008

Kab. Karawang

2014

2.225.357 jiwa

c.

DED dan supervisi IPLT (Instalasi

Pengolahan Lumpur Tinja)

Kab. Karawang

2015

2.225.357 jiwa

d.

DED Septic Tank Komunal

Kota Karawang,

Kota Cikampek,

Kec.

Rengasdengklok

2014-2016

1.071.528 jiwa

e.

Penyusunan DED Pengelolaan Air

Limbah Domestik Kawasan

Kec.

Rengasdengklok

Kawasan Kalijaya

- Kertasari (BLOK

1, 2 & 3 KP2)

2015

880 jiwa

f.

Pengadaan Tanah untuk Septic

Tank Komunal

Kota Karawang,

Cikampek &

Rengasdengklok

2014

1.071.528 jiwa

g.

Pembangunan IPLT Jalupang

Kec. Kotabaru

2015

2.225.357 jiwa

h.

Pembuatan Septic Tank Komunal

Kota Karawang,

Cikampek &

(12)

No

Sektor/Program/Kegiatan

Lokasi

Tahun

Pelaksanaan

Jml Pend. yg

Memanfaat

kan

Ket

Rengasdengklok

i.

Kendaraan Sedot Tinja

Kab. Karawang

2016

2.225.357 jiwa

j.

Alat Berat Douzer TPA Jalupang

Kec. Kotabaru

2015-2016

2.225.357 jiwa

k.

Alat Berat Fibro (Alat pemadat

sampah)

Kec. Kotabaru

2016-2017

2.225.357 jiwa

l.

Jembatan Timbang (TPA Jalupang)

Kec. Kotabaru

2015

2.225.357 jiwa

m.

Pengadaan Motor Sampah Vol 1

M3

Kec.

Rengasdengklok

Kawasan Kalijaya

- Kertasari (BLOK

1, 2 & 3 KP2)

2015

880 jiwa

IV

Air Minum

a.

SPAM MBR (P/P Jaringan

Perpipaan Optimalisasi)

IKK Batujaya, IKK

Tirtajaya, IKK

Jatisari, IKK

Cilebar, IKK

Karanganyar, IKK

Cilamaya

2015

71.182 jiwa

b.

Peningkatan Kapasitas

Cabang

Telukjambe, Kec.

Telukjambe Timur

2015

14.386 KK

c.

SPAM Pedesaan Rawan Air (P/P

Jaringan Perpipaan)

Desa Cipurwasari

2016

2.464 jiwa

d.

SPAM Khusus KKP (P/P Jaringan

Perpipaan)

SPAM PPI Pakis

2015

11.217 KK

e.

SPAM IKK Baru

IKK Majalaya, IKK

Kotabaru, IKK

Purwasri, IKK

Pakisjaya, IKK

Telukjambe Barat

(13)

4.2

ANALISIS EKONOMI

Kemiskinan

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan

mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang

perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan

internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat

sesuai direktif presiden. Analisis kebutuhan penanganan penduduk muskin

Kabupaten Karawang dapat dilihat pada

Tabel 4.4

.

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan

keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

1.

Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2.

Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3.

Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa diplester.

4.

Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga

lain.

5.

Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6.

Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air

hujan.

7.

Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak

tanah.

8.

Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9.

Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10.

Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11.

Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12.

Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan

500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau

pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

13.

Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat

(14)

14.

Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.

500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal

motor, atau barang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan

sebagai rumah tangga miskin.

4.3

ANALISIS LINGKUNGAN

RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hallingkungan

dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatifpembangunan infrastruktur

bidang Cipta Karya terhadap lingkunganpermukiman baik di perkotaan maupun

di perdesaan. Kajian aspeklingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan

perundang-undangan,kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan

instrumen,serta

pemetaan

antisipasi

dan

rekomendasi

perlindungan

lingkungandan sosial yang dibutuhkan.

1.

UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

:

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan

Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat

Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

(SPPLH)”

2.

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu

penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara

konsisten di segala bidang”

(15)

Tabel 4.4

Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Karawang

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan

1 Jatirasa Tengah &

Timur, Kel Karangpawitan, Kec. Karawang Barat 421 KK/ 1684 Jiwa Mata Pencaharian : 30 % - 60 %

bekerja di sector informal.

Kondisi Lingkungan :

- 70 % Mayoritas Lokasi Permukiman

Terlayani Jaringan Jalan Yang Memadai.

- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan

Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan Sedang ( untuk kondisi Jalan Setapak )

- 30-60% Mayoritas Lokasi

Permukiman Terjadi Genangan

- 70% Mayoritas Rumah Tangga

Memiliki Kloset Leher Angsa Yang Terhubung Septiktank MCK/Septik Tank Komunal

- 70% Mayoritas Rumah Tangga

Pada Lokasi Permukiman Terlayani Air Bak (Setengah Wilayah

Mendapatkan Air Bersih Perpipaan, Sebagian Memakai Timba Dan Pompa

- 30-60% Mayoritas Sampah

Domestik Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS Dan/Atau TPS

- kawasan permukiman

yang tidak layak huni padat tidak teratur, muka bangunan tidak teratur, jarak antar bangunan sempit, kondisi bangunan semi permanen dengan konstruksi dari bilik bambu dan sebagian tembok hanya setengah bata terbuka. Kondisi ini terkesan kumuh.

- rumah-rumah

penduduk dengan kondisi kumuh ini berdiri di atas tanah milik PJKA.

- Masih terdapat

drainase yang tidak menerus, sehingga air tidak tersalurkan, kondisi drainase yang ada kurang baik, terdapat drainase yang tidak menggunakan

- Pemelihaan dan peningkatan

permukiman yanag ada agar tetap berkualitas sesuai dengan standar minimal kelayakan huni

- Penataan dan perbaikan

lingkungan kumuh

- Peningkatan rumah sehat dan

layak huni

- Peningkatan pengelolaan

(16)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan

Kondisi Hunian Secara Umum :

- 30-60% Mayoritas Bangunan

Hunian Tidak Teratur

- 100 unit/ha Lokasi Permukiman

Memiliki Kepadatan Bangunan Sedang

- Kepadatan penduduk rata-rata

400-500 jiwa/Ha

- Mayoritas Bangunan Hunian

Memiliki Luas Lantai < 7,2M2

- 50-70 % Mayoritas Bangunan

Hunian Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen

Status Kepemilikan Hunian :

- >50% bangunan dilengkapi dengan

IMB, sebagian wilayah yang digunakan masyarakat merupakan tanah milik PJKA

perkerasan sehingga air meluap, masih ada drainase yang tertimbun oleh tumpukan sampah, dan terdapat pula air buangan limbah rumah tangga yang menyatu dengan saluran drainase.

- masih menggunakan

MCK bersama, dimana kondisi MCK tersebut sudah tidak layak pakai.

- Kondisi persampahan

di kawasan ini belum terkelola dengan maksimal, masih terdapat tumpukan sampah di beberapa titik pada lahan kosong.

2 Jatirasa Barat, Kel.

Karangpawitan, Kec. Karawang Barat

Mata Pencaharian : 30 % - 60 %

bekerja di sector informal.

Kondisi Lingkungan :

- 70 % Mayoritas Lokasi Permukiman

Terlayani Jaringan Jalan Yang

- kawasan permukiman

yang tidak layak huni padat tidak teratur, muka bangunan tidak teratur, jarak antar

- Pemelihaan dan peningkatan

permukiman yanag ada agar tetap berkualitas sesuai dengan standar minimal kelayakan huni

(17)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan Memadai.

- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan

Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan Sedang ( untuk kondisi Jalan Setapak )

- 30-60% Mayoritas Lokasi

Permukiman Terjadi Genangan

- 70% Mayoritas Rumah Tangga

Memiliki Kloset Leher Angsa Yang Terhubung Septiktank MCK/Septik Tank Komunal

- 70% Mayoritas Rumah Tangga

Pada Lokasi Permukiman Terlayani Air Bak (Setengah Wilayah

Mendapatkan Air Bersih Perpipaan, Sebagian Memakai Timba Dan Pompa

- 30-60% Mayoritas Sampah

Domestik Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS Dan/Atau TPS

Kondisi Hunian Secara Umum :

- 30-60% Mayoritas Bangunan

Hunian Tidak Teratur

- 100 unit/ha Lokasi Permukiman

Memiliki Kepadatan Bangunan Sedang

- Kepadatan penduduk rata-rata

bangunan sempit, kondisi bangunan semi permanen dengan konstruksi dari bilik bambu dan sebagian tembok hanya setengah bata terbuka. Kondisi ini terkesan kumuh.

- rumah-rumah

penduduk dengan kondisi kumuh ini berdiri di atas tanah milik PJKA.

- Masih terdapat

drainase yang tidak menerus, sehingga air tidak tersalurkan, kondisi drainase yang ada kurang baik, terdapat drainase yang tidak menggunakan perkerasan sehingga air meluap, masih ada drainase yang tertimbun oleh tumpukan sampah, dan terdapat pula air

- Penataan dan perbaikan

lingkungan kumuh

- Peningkatan rumah sehat dan

layak huni

- Peningkatan pengelolaan

(18)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan 400-500 jiwa/Ha

- Mayoritas Bangunan Hunian

Memiliki Luas Lantai < 7,2M2

- 50-70 % Mayoritas Bangunan

Hunian Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen

Status Kepemilikan Hunian :

- >50% bangunan dilengkapi dengan

IMB, sebagian wilayah yang digunakan masyarakat merupakan tanah milik PJKA

buangan limbah rumah tangga yang menyatu dengan saluran drainase.

- masih menggunakan

MCK bersama, dimana kondisi MCK tersebut sudah tidak layak pakai.

- Kondisi persampahan

di kawasan ini belum terkelola dengan maksimal, masih terdapat tumpukan sampah di beberapa titik pada lahan kosong. 3 Kalijaya dan Kertasari, Kel Rengasdengklok Utara, Kec. Rengasdengklok 220 KK/880 jiwa Mata Pencaharian : 30 % - 60 %

bekerja di sector informal.

Kondisi Lingkungan :

- 60 % Mayoritas Lokasi Permukiman

tidak Terlayani Jaringan Jalan Yang Memadai

- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan

Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan buruk ( untuk kondisi Jalan Setapak )

- 70% Mayoritas Lokasi Permukiman

- Kondisi permukiman di

kawasan ini tidak terlalu padat akan tetapi kondisi permukimannya sangat sederhana semi permanen ada

beberapa rumah dengan dinding terbuat dari bilik bambu dan tembok

- Pemelihaan dan peningkatan

permukiman yanag ada agar tetap berkualitas sesuai dengan standar minimal kelayakan huni

- Penataan dan perbaikan

lingkungan kumuh

- Peningkatan rumah sehat dan

layak huni

- Peningkatan pengelolaan

(19)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan Terjadi Genangan

- 60% Mayoritas Rumah Tangga

Memiliki Kloset Leher Angsa Yang Terhubung Septiktank MCK/Septik Tank Komunal

- 30% Mayoritas Rumah Tangga

yang Terlayani Air Bersih (Sebagian besar Memakai Timba Dan Pompa)

- 30-60% Mayoritas Sampah

Domestik Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS Dan/Atau TPS

Kondisi Hunian Secara Umum :

- 30-60% Mayoritas Bangunan

Hunian Tidak Teratur

- 60-100 unit/ha, Memiliki

Kepadatan Bangunan Sedang

- Kepadatan penduduk rata-rata

<400 jiwa/Ha

- Mayoritas Bangunan Hunian

Memiliki Luas Lantai < 7,2M2

- 50 % Mayoritas Bangunan Hunian

tidak Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen

Status Kepemilikan Hunian :

- Tanah milik masyarakat Dan Tanah

milik pengairan

setengah bata terbuka, tata letak rumah tidak teratur orientasi muka bangunan tidak teratur.

- Tingkat pelayanan air

bersih perpipaan masih belum terlayani dengan maksimal.

- Kondisi drainase di

kawasan ini sangat buruk, masih terdapat jalan yang tidak dilengkapi dengan jaringan drainase, terdapat drainase tanpa perkerasan, sebagian drainase terputus, serta drainase yang tertumpuk oleh sampah.

- Kondisi air limbah

rumah tangga masih menyatu dengan drainase, tidak adanya saluran pembuangan

(20)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan khusus membuat air

pembuangan menyatu dengan saluran drainase. - Tidak terkelolanya sampah, masih terdapat beberapa tumpukan sampah di beberapa lokasi.

- jalan lingkungan yang

sempit juga merupakan masalah infrastruktur permukiman lainnya 4 Wirajarya-Jatiendah, Kel. Cikampek Kota, Kec. Cikampek

215 KK/860Jiwa Mata Pencaharian : 30 % - 60 %

bekerja di sector pertanian.

Kondisi Lingkungan :

- Mayoritas Lokasi Permukiman

Terlayani Jaringan Jalan Yang Memadai

- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan

Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan sedang ( untuk kondisi Jalan Setapak )

- Mayoritas Lokasi Permukiman

Terjadi Genangan

- Mayoritas Rumah Tangga Memiliki

Kloset Leher Angsa Yang

- Kondisi permukiman di

kawasan ini tidak terlalu padat akan tetapi kondisi permukimannya sangat sederhana semi permanen ada

beberapa rumah dengan dinding terbuat dari bilik bambu dan tembok setengah bata terbuka, tata letak rumah tidak teratur

- Pemelihaan dan peningkatan

permukiman yanag ada agar tetap berkualitas sesuai dengan standar minimal kelayakan huni

- Penataan dan perbaikan

lingkungan kumuh

- Peningkatan rumah sehat dan

layak huni

- Peningkatan pengelolaan

(21)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan Terhubung Septiktank MCK/Septik

Tank Komunal

- Mayoritas Rumah Tangga yang

Terlayani Air Bersih (Sebagian besar Memakai Timba Dan Pompa)

- Mayoritas Sampah Domestik

Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS Dan/Atau TPS

Kondisi Hunian Secara Umum :

- Mayoritas Bangunan Hunian Tidak

Teratur

- Memiliki Kepadatan Bangunan

Sedang

- Kepadatan penduduk rata-rata <

11 jiwa/Ha

- Mayoritas Bangunan Hunian

Memiliki Luas Lantai < 7,2M2

- 50 % Mayoritas Bangunan Hunian

tidak Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen

Status Kepemilikan Hunian :

- Tanah milik masyarakat Dan Tanah

milik pengairan

orientasi muka bangunan tidak teratur.

- Tingkat pelayanan air

bersih perpipaan masih belum terlayani dengan maksimal.

- Kondisi drainase di

kawasan ini sangat buruk, masih terdapat jalan yang tidak dilengkapi dengan jaringan drainase, terdapat drainase tanpa perkerasan, sebagian drainase terputus, serta drainase yang tertumpuk oleh sampah.

- Kondisi air limbah

rumah tangga masih menyatu dengan drainase, tidak adanya saluran pembuangan khusus membuat air pembuangan menyatu dengan saluran

(22)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan drainase. - Tidak terkelolanya sampah, masih terdapat beberapa tumpukan sampah di beberapa lokasi.

- jalan lingkungan yang

sempit juga merupakan masalah infrastruktur permukiman lainnya 5 Cijaluh-Jatiendah, Kel Cikampek Timur, Kec. Cikampek 375 KK/1500 Jiwa Kondisi Lingkungan :

- Mayoritas Lokasi Permukiman

Terlayani Jaringan Jalan Yang Memadai

- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan

Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan sedang ( untuk kondisi Jalan Setapak )

- Mayoritas Lokasi Permukiman

Terjadi Genangan

- Mayoritas Rumah Tangga Memiliki

Kloset Leher Angsa Yang

Terhubung Septiktank MCK/Septik Tank Komunal

- Mayoritas Rumah Tangga yang

Terlayani Air Bersih (Sebagian besar Memakai Timba Dan Pompa)

- Kondisi permukiman di

kawasan ini tidak terlalu padat akan tetapi kondisi permukimannya sangat sederhana semi permanen ada

beberapa rumah dengan dinding terbuat dari bilik bambu dan tembok setengah bata terbuka, tata letak rumah tidak teratur orientasi muka bangunan tidak teratur.

- Pemelihaan dan peningkatan

permukiman yanag ada agar tetap berkualitas sesuai dengan standar minimal kelayakan huni

- Penataan dan perbaikan

lingkungan kumuh

- Peningkatan rumah sehat dan

layak huni

- Peningkatan pengelolaan

(23)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan

- Mayoritas Sampah Domestik

Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS Dan/Atau TPS

Kondisi Hunian Secara Umum :

- Mayoritas Bangunan Hunian Tidak

Teratur

- Memiliki Kepadatan Bangunan

Sedang

- Kepadatan penduduk rata-rata <

11 jiwa/Ha

- Mayoritas Bangunan Hunian

Memiliki Luas Lantai < 7,2M2

- 50 % Mayoritas Bangunan Hunian

tidak Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen

Status Kepemilikan Hunian :

- Tanah milik masyarakat Dan Tanah

milik pengairan

- Tingkat pelayanan air

bersih perpipaan masih belum terlayani dengan maksimal.

- Kondisi drainase di

kawasan ini sangat buruk, masih terdapat jalan yang tidak dilengkapi dengan jaringan drainase, terdapat drainase tanpa perkerasan, sebagian drainase terputus, serta drainase yang tertumpuk oleh sampah.

- Kondisi air limbah

rumah tangga masih menyatu dengan drainase, tidak adanya saluran pembuangan khusus membuat air pembuangan menyatu dengan saluran drainase.

- Tidak terkelolanya

(24)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan terdapat beberapa

tumpukan sampah di beberapa lokasi.

- jalan lingkungan yang

sempit juga merupakan masalah infrastruktur permukiman lainnya 6 Ciluwek, Kel Cikampek Selatan, Kec. Cikampek 102 KK/408 Jiwa Kondisi Lingkungan :

- Mayoritas Lokasi Permukiman

Terlayani Jaringan Jalan Yang Memadai

- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan

Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan sedang ( untuk kondisi Jalan Setapak )

- Mayoritas Lokasi Permukiman

Terjadi Genangan

- Mayoritas Rumah Tangga Memiliki

Kloset Leher Angsa Yang

Terhubung Septiktank MCK/Septik Tank Komunal

- Mayoritas Rumah Tangga yang

Terlayani Air Bersih (Sebagian besar Memakai Timba Dan Pompa)

- Mayoritas Sampah Domestik

Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS

- Kondisi permukiman di

kawasan ini tidak terlalu padat akan tetapi kondisi permukimannya sangat sederhana semi permanen ada

beberapa rumah dengan dinding terbuat dari bilik bambu dan tembok setengah bata terbuka, tata letak rumah tidak teratur orientasi muka bangunan tidak teratur.

- Tingkat pelayanan air

bersih perpipaan masih belum terlayani

- Pemelihaan dan peningkatan

permukiman yanag ada agar tetap berkualitas sesuai dengan standar minimal kelayakan huni

- Penataan dan perbaikan

lingkungan kumuh

- Peningkatan rumah sehat dan

layak huni

- Peningkatan pengelolaan

(25)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan Dan/Atau TPS

Kondisi Hunian Secara Umum :

- Mayoritas Bangunan Hunian Tidak

Teratur

- Memiliki Kepadatan Bangunan

Sedang

- Kepadatan penduduk rata-rata <

11 jiwa/Ha

- Mayoritas Bangunan Hunian

Memiliki Luas Lantai < 7,2M2

- 50 % Mayoritas Bangunan Hunian

tidak Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen

Status Kepemilikan Hunian :

- Tanah milik masyarakat Dan Tanah

milik pengairan

dengan maksimal.

- Kondisi drainase di

kawasan ini sangat buruk, masih terdapat jalan yang tidak dilengkapi dengan jaringan drainase, terdapat drainase tanpa perkerasan, sebagian drainase terputus, serta drainase yang tertumpuk oleh sampah.

- Kondisi air limbah

rumah tangga masih menyatu dengan drainase, tidak adanya saluran pembuangan khusus membuat air pembuangan menyatu dengan saluran drainase. - Tidak terkelolanya sampah, masih terdapat beberapa tumpukan sampah di beberapa lokasi.

(26)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan

- jalan lingkungan yang

sempit juga merupakan masalah infrastruktur permukiman lainnya 7 Pangkalan- Mekarmaya-Cilamaya, Kel. Cilamaya, Kec. Cilamaya Wetan 320 KK/1280 Jiwa Mata Pencaharian : 30 % - 60 %

bekerja di sector pertanian.

Kondisi Lingkungan :

- 60 % Mayoritas Lokasi Permukiman

tidak Terlayani Jaringan Jalan Yang Memadai

- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan

Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan buruk ( untuk kondisi Jalan Setapak )

- 70 % Mayoritas Lokasi Permukiman

Terjadi Genangan

- 60 % Mayoritas Rumah Tangga

Memiliki Kloset Leher Angsa Yang Terhubung Septiktank MCK/Septik Tank Komunal

- 30 % Mayoritas Rumah Tangga

yang Terlayani Air Bersih (Sebagian besar Memakai Timba Dan Pompa)

- Mayoritas Sampah Domestik

Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS Dan/Atau TPS

- Kondisi permukiman di

kawasan ini masih tergolong permukiman perdesaan, permukiman penduduk berkembang secara swadaya alamiah. Permukiman yang ada cenderung tidak teratur dan tidak tertata, bahkan terdapat rumah dengan kondisi tidak layak huni.

- Kondisi air bersih,

tingkat pelayanan air bersih masih rendah, sebagian besar penduduk menggunakan air bersih untuk

kebutuhan sehari-hari

- Pemelihaan dan peningkatan

permukiman yanag ada agar tetap berkualitas sesuai dengan standar minimal kelayakan huni

- Penataan dan perbaikan

lingkungan kumuh

- Peningkatan rumah sehat dan

layak huni

- Peningkatan pengelolaan

(27)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan

Kondisi Hunian Secara Umum :

- Mayoritas Bangunan Hunian Tidak

Teratur

- Memiliki Kepadatan Bangunan

Sedang

- Kepadatan penduduk rata-rata <

11 jiwa/Ha

- Mayoritas Bangunan Hunian

Memiliki Luas Lantai < 7,2M2

- 50 % Mayoritas Bangunan Hunian

tidak Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen

Status Kepemilikan Hunian :

- Tanah milik masyarakat Dan Tanah

milik pengairan

bersumber dari air tanah yang diambil melalui pompa maupun sumur gali.

- Kondisi air limbah, di

kawasan ini masih terdapat buang air besar sembarangan, kondisi MCK bersama kurang baik, sanitasi lingkungan beresiko tinggi.

- Kondisi drainase di

kawasan ini sangat buruk, limbah rumah tangga menyatu dengan saluran drainase, drainase yang ada tidak berfungsi dengan maksimal. Masih terdapat saluran drainase yang terhambat oleh tumpukan sampah, saluran tidak menerus, dan kondisi saluran drainase belum

(28)

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan perkerasan masih

alami dari tanah.

- Kondisi sampah,

tingkat pelayanan sampah di kawasan ini sangat rendah, belum semua kawasan terkelola dengan baik, masih banyak sampah berserakan di

beberapa titik, system pembuangan masih tradisional dibakar dan ditimbun di halaman rumah masing-masing.

(29)

3.

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah

perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di

perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan

peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan

kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

4.

Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan

Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan

untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau

program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan

dapat diminimalkan

5.

Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen

Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun

dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan

Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi

kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan

pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta

Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1.

Pemerintah Pusat

a.

Menetapkan kebijakan nasional.

b.

Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan

UKL-UPL.

(30)

e.

Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan

hidup.

f.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian

dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g.

Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan

kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

h.

Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i.

Mengembangkan

dan

melaksanakan

kebijakan

pengaduan

masyarakat.

j.

Menetapkan standar pelayanan minimal.

2.

Pemerintah Provinsi

a.

Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b.

Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan

UKL-UPL.

d.

Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan

kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah

kabupaten/kota.

e.

Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

f.

Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada

kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

g.

Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3.

Pemerintah Kabupaten/Kota

a.

Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b.

Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan

UKL-UPL.

d.

Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e.

Melaksanakan standar pelayanan minimal.

(31)

4.3.1

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS,

adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk

memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan

terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,

dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

1.

RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalamperencanaan

pembangunan infrastruktur.

2.

KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JMadalah karena

RPI2-JM

bidang

Cipta

Karya

berada

pada

tataranKebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan

prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atauprogram

menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang

berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh

Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas

dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup di kota/kabupaten.

Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong

terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya

pembangunan berkelanjutan.

Tahapan Pelaksanaan KLHS

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program

dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1)

perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan

keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah

bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4)

(32)

penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi

kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau

terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7)

peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu

tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi

menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

Tabel 4.5

Kriteria Penapisan Usulan Program /Kegiatan Bidang Cipta Karya

No Kriteria

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (Signifikan/Tidak Signifikan)

1. Perubahan Iklim

-

Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat mempengaruhi perubahan iklim secara signifikan

2. Kerusakan, kemerosotan,

dan/kepunahan keanekaragaman hayati

Penataan Sempadan Sungai, Penataan Kawasan SITU, Rehabilitasi dan Pembangunan RUSUNAWA akan menyebabkan terjadinya penebangan pohon penghijauan di beberapa bagian.

Pengaruh yang ditimbulkan Tidak signifikan.

3. Peningkatan intensitas

dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan

-

Tidak terdapat kegiatan yang dapat mempengaruhi Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,

kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan.

4. Penurunan mutu dan

kelimpahan sumber daya

alam -

Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam.

5. Peningkatan alih fungsi

kawasan hutan dan/atau lahan.

Pembangunan dan Peningkatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) serta

infrastruktur pendukungnya dan Pengadaan tanah septic Tank Komunal dan IPLT Jalupang akan merubah beberapa bagian kawasan alami yang dimanfaatkan sabuk hijau.

Pengaruh yang ditimbulkan bersifat sementara dan Tidak signifikan.

6. Peningkatan jumlah

penduduk miskin atau terancamnya

-

Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Peningkatan jumlah penduduk miskin atau

(33)

No Kriteria

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (Signifikan/Tidak Signifikan) penghidupan sekelompok masyarakat penghidupan sekelompok masyarakat. 7. Peningkatan resiko

terhadap kesehatan dan

keselamatan manusia -

Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses

penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM

tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen

Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas

RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak

perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2-JM dengan

persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.

Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh

terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas

lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai

berikut:

1.

Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah

Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a.

Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan

identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:

1.

Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam

pelaksanaan KLHS;

2.

Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU

No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup;

(34)

3.

Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan,

rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau

penerimaan oleh publik;

4.

Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses

untuk

menyampaikan

informasi,

saran,

pendapat,

dan

pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui

proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 4.6

Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat

dalam Penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya

Masyarakat dan Pemangku

Kepentingan

Lembaga

Pembuat Keputusan

a.

Bupati/Walikota

b.

DPRD

Penyusun

kebijakan,

rencana

dan/atau program

Dinas PU-Cipta Karya/BPLHD

Instansi

a.

Dinas PU-Cipta Karya

b.

BPLHD

c.

Bappeda

Masyarakat yang memiliki informasi

dan/atau keahlian

(perorangan/tokoh/kelompok)

a.

Perguruan tinggi atau lembaga

penelitian lainnya

b.

Asosiasi profesi

c.

Perorangan/tokoh

d.

LSM/Pemerhati

Lingkungan

hidup

e.

Forum-forum

pembangunan

berkelanjutan dan lingkungan

hidup

Masyarakat terkena Dampak

a.

Lembaga Adat

b.

Asosiasi Pengusaha

c.

Tokoh masyarakat

d.

Organisasi masyarakat

e.

Kelompok masyarakat tertentu

(nelayan dan petani)

(35)

b.

Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu

pembangunan berkelanjutan:

1.

Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi

aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan

antar ketiga aspek tersebut;

2.

Pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan

3.

Membantu

penentuan

capaian

tujuan

pembangunan

berkelanjutan.

Tabel 4.7

Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta

Karya

Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan

Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat Lingkungan Hidup Permukiman

Isu 1: Cakupan Pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum

 Cakupan Pelayanan Sistem

perpipaan (PDAM) 18,02 %

terhadap wilayah administrasi

 Cakupan pelayan Sistem

perpipaan (PDAM) 32,19 % terhadap daerah pelayanan

 Total Kapasitas 815 L/det

Isu 2: Cakupan Pelayanan Persampahan

 Total timbunan sampah 960

m3/hari

 Total sampah terangkut 422

m3/hari ( 44%)

 Jumlah penduduk terlayani

191.010 jiwa ( 11,4%)

 TPS masih terbatas 

berkembang TPS liar pada lahan kosong / ruang terbuka

Isu 3: Pengelolaan Saluran Drainase

Saluran drainase yang ada terutama saluran tersier di permukiman belum

berfungsi secara optimal 

genangan dan banjir di kawasan permukiman

Isu 4 : Sistem Pengelolaan Air Limbah

 Pengelohan air limbah masih

dilakukan secara on site system

 Masih terdapat BABS sebesar

57,65%

 Masih bercampurnya sistem air

buangan rumah tangga dengan

(36)

Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan

Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat permukiman

 Sistem penanganan alir limbah

belum seluruhnya sesuai standar yang berlaku

Ekonomi

Isu 5: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan

Rendahnya tingkat kualitas

permukiman pada permukiman

nelayan yang berada di pesisir Kabupaten Karawang

Isu 6 : Kemiskinan menyebabkan timbulnya permukiman yang tidak pada tempatnya

 di Kawasan Perkotaan : 42.744

atau 23% dari jumlah rumah tidak layak huni di Kabupaten Karawang

 Jumlah KK di Kabupaten Karawang

yang tinggal di bantaran sungai : 8.797 KK

 Jumlah KK di Kabupaten Karawang

yang tinggal di bawah jaringan listrik : 895 KK

Sosial

Isu 7: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit

c.

Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel 4.8

Identifikasi KRP

No Komponen Kebijakan,

Rencana/Program Kegiatan Lokasi

1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

a. Infrastruktur Kawasan

Permukiman Kumuh

Penyusunan RPKPP Kec. Karawang Barat (Jatirasa Barat, Jatirasa

Tengah & Timur)

Perencanaan Teknik (DED)

Permukiman Kumuh Kota

Kec. Karawang Barat (Jatirasa Barat, Jatirasa Tengah & Timur)

Kec. Karawang Timur (Johar)

Kec. Cikampek (Jati Indah, Cilewuk, Cijalu)

Kec. Rengasdengklok (Kalijaya - Kertasari)

Kec. Cilamaya (Mekarmaya)

Penataan Permukiman

Kumuh Kota

Kec. Karawang Barat (Jatirasa Barat, Jatirasa Tengah & Timur)

Kec. Karawang Timur (Johar)

Kec. Cikampek (Jati Indah, Cilewuk, Cijalu)

Kec. Rengasdengklok (Kalijaya - Kertasari)

Kec. Cilamaya (Mekarmaya)

Peningkatan Kualitas

Permukiman Kumuh Desa Pinayungan

(37)

No Komponen Kebijakan,

Rencana/Program Kegiatan Lokasi

b. Infrastruktur Permukiman Rsh

Yang Meningkat Kualitasnya

Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan dan Jalan Setapak

Kab Karawang (tersebar)

Peningkatan Jalan Poros

Desa

Kab Karawang (tersebar)

Peningkatan kualitas rumah

layak huni

Kab Karawang (tersebar)

Pembangunan rumah

swadaya

Kab Karawang (tersebar)

Perbaikan Jalan L = 3 M Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya -

Kertasari (BLOK 1, 2 & 3 KP2)

Perbaikan Jalan L=2.5 M Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya -

Kertasari (BLOK 1, 2 & 3 KP2)

Perbaikan Jalan L= 2 M Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya -

Kertasari (BLOK 1 &2 KP2)

Perbaikan Jalan L= 1,2 M Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya -

Kertasari (BLOK 1, 2 & 3 KP2)

Pembuatan Jalan L= 1,2 M Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya -

Kertasari (BLOK 1, 2 & 3 KP2)

Pembuatan Jalan Inspeksi

Sungai

Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya - Kertasari (BLOK 1 &2 KP2)

c. Infrastruktur Kawasan

Permukiman Perdesaan Potensial Yang Meningkat Kualitasnya

Pembangunan Agro/Mina Politan

Kec. Cilamaya wetan dan kulon

2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

a. Draft NSPK Daerah Bidang

Penataan Bangunan dan Lingkungan

Fas. Percepatan Perda Kab. Karawang

b. Sarana dan Prasarana Penataan

Ruang Terbuka Hijau

DED RTH Monumen Proklamasi Rengasdengklok

Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya - Kertasari.

Peningkatan Kualitas RTH

Eksisting Sebagai RTH Pusat Pelayanan Kawasan

Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya - Kertasari.

3 PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

a. Laporan Fasilitas Penguatan

Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Bidang Pengembangan

Sistem Informasi

Pengelolaan Persampahan

Kab. Karawang

Sosialisasi Persampahan

Implementasi Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008

Kab. Karawang

b. Infrastruktur Air Limbah

Dengan Sistem Setempat Dan Sistem Komunal

DED dan supervisi IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja)

Kab. Karawang

DED Septic Tank Komunal

- Kota Karawang - Kota Karawang

(38)

No Komponen Kebijakan,

Rencana/Program Kegiatan Lokasi

- Kota Rengasdengklok Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya -

Kertasari

Penyusunan DED

Pengelolaan Air Limbah Domestik Kawasan

Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya - Kertasari (BLOK 1, 2 & 3 KP2)

Pengadaan Tanah untuk

Septic Tank Komunal

Kota Karawang, Cikampek & Rengasdengklok

Pembangunan IPLT Jalupang Kec. Kotabaru

Pembuatan Septic Tank

Komunal

- Kota Karawang Kota Karawang

- Kota Cikampek Kota Cikampek

- Perkotaan Rengasdengklok Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya -

Kertasari

Kendaraan Sedot Tinja Dinas Cipta Karya Kab. Karawang

c. Infrastruktur Stasiun Antara

Dan Tempat Pemprosesan Akhir Sampah

Konstruksi TPA

- Sel-sel Sampah Kec. Kota Baru

Alat Berat Douzer TPA

Jalupang

Kec. Kota Baru

Alat Berat Fibro (Alat

pemadat sampah)

Kec. Kota Baru

Jembatan Timbang (TPA

Jalupang)

Kec. Kota Baru

Roda Dorong Sampah Tersebar

Tong Sampah HDPE Tersebar

Pengadaan Roda Dorong

Sampah Bermotor

Tersebar

Pengadaan Motor Sampah

Vol 1 M3

Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya - Kertasari (BLOK 1, 2 & 3 KP2)

Pengadaan Alat Berat

Wheel Louder (Jalupang)

Kec. Kotabaru

Dum Truck Tersebar

Pelapis Geo Membran TPA Jalupang Kec. Kota Baru

Pengadaan Kendaraan Tanki

Air Penyiraman

Dinas Cipta Karya Kab. Karawang

Pengadaan Kendaraan Arm

Roll Sampah

Dinas Cipta Karya Kab. Karawang 4 PENGEMBANGAN AIR MINUM

a. Optimalisasi IKK SPAM MBR (P/P Jaringan

Perpipaan Optimalisasi) IKK Batujaya IKK Tirtajaya IKK Jatisari IKK Cilebar IKK Karanganyar IKK Cilamaya

(39)

No Komponen Kebijakan,

Rencana/Program Kegiatan Lokasi

b. SPAM di Desa Rawan

Air/Pesisir/Terpencil

SPAM Pedesaan Rawan Air (P/P Jaringan Perpipaan)

Desa Cipurwasari

c. SPAM Kawasan Khusus SPAM Khusus KKP (P/P

Jaringan Perpipaan)

SPAM PPI Pakis

SPAM IKK Baru IKK Majalaya

IKK Kotabaru - Tirtamulya

IKK Purwasari

IKK Pakisjaya

(40)

d.

Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

Tabel 4.9

Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Kabupaten Karawang

No Komponen Kebijakan, Rencana/Program

Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan Bobot Lingkungan Hidup Permukiman Bobot Ekonomi Bobot Sosial

Total Bobot Isu 1: Cakupan Pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum Isu 2: Cakupan Pelayanan Persampahan Isu 3 : Pengelolaan Saluran Drainase Isu 4 : Sistem Pengelolaan Air Limbah Isu 5: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Isu 6 : Kemiskinan menyebabkan timbulnya permukiman yang tidak pada tempatnya Isu 7: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit 1. Pengembangan Permukiman 1. Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh 3 3 3 3 3 3 3 21 2. Infrastruktur Permukiman Rsh

Yang Meningkat Kualitasnya

3 3 3 3 3 3 3 21

3. Infrastruktur Kawasan

Permukiman Perdesaan Potensial Yang Meningkat Kualitasnya

(41)

No Komponen Kebijakan, Rencana/Program

Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan Bobot Lingkungan Hidup Permukiman Bobot Ekonomi Bobot Sosial

Total Bobot Isu 1: Cakupan Pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum Isu 2: Cakupan Pelayanan Persampahan Isu 3 : Pengelolaan Saluran Drainase Isu 4 : Sistem Pengelolaan Air Limbah Isu 5: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Isu 6 : Kemiskinan menyebabkan timbulnya permukiman yang tidak pada tempatnya Isu 7: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

1. Draft NSPK Daerah Bidang

Penataan Bangunan dan Lingkungan

3 3 3 3 1 1 0 14

2. Sarana dan Prasarana Penataan

Ruang Terbuka Hijau

0 2 2 0 0 0 0 4

3. Pengembangan Air Minum

1. Optimalisasi IKK 3 0 1 1 0 0 0 5

2. SPAM di Desa Rawan

Air/Pesisir/Terpencil

3 0 1 1 0 0 0 5

(42)

No Komponen Kebijakan, Rencana/Program

Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan Bobot Lingkungan Hidup Permukiman Bobot Ekonomi Bobot Sosial

Total Bobot Isu 1: Cakupan Pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum Isu 2: Cakupan Pelayanan Persampahan Isu 3 : Pengelolaan Saluran Drainase Isu 4 : Sistem Pengelolaan Air Limbah Isu 5: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Isu 6 : Kemiskinan menyebabkan timbulnya permukiman yang tidak pada tempatnya Isu 7: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit 4. Pengembangan PLP

1. Laporan Fasilitas Penguatan

Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Bidang Pengembangan

1 3 0 1 2 1 2 10

2. Infrastruktur Air Limbah Dengan

Sistem Setempat Dan Sistem Komunal

0 0 1 3 3 3 2 12

3. Infrastruktur Stasiun Antara Dan

Tempat Pemprosesan Akhir Sampah

Gambar

Tabel 4.1  Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Karawang  No  Program/  Kegiatan  Lokasi  Tahun  Bentuk  Keterlibatan/  Akses  Tingkat  Partisipasi  Perempuan  (Jumlah)  Kontrol Pengambilan Keputu
Tabel 4.2  Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang Membutuhkan  Konsultasi, Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta
Tabel 4.3  Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca  Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Tabel 4.4  Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Karawang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan akan dilakukannya penelitian yang berjudul “ Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas

Nurul Ilmi Semarang adalah pelatihan bagaimana menerapkan pembelajaran English for Math untuk anak usia dini dan dengan materi Mathematics: Vfthat your.. Child Wil be

Pada saat selector switch berada pada sistem operasi lokal maka plant gardu distribusi berada pada posisi lokal maka sumber 5 VDC akan digunakan sebagai

Dari pemaparan beberapa judul diatas, dimaksudkan untuk memperjelas bahwasannya penelitian yang diambil oleh peneliti mungkin memiliki kesamaan yaitu berkenaan

“kalo aku sih yang penting tidak ada kebohongan dalam transaksi toh ketika awal melihat dan memilih sudah kita sudah mengesahkan akad jual beli itu, tanpa kita ada

menghubungkan suatu peristiwa hukum dalam suatu perjanjian di bidang kesehatan dengan unsur kelalaian, sebab, menurut pengaturan dalam Undang- Undang Praktik

Dari hasil tersebut jclas menunjukkan bahwa media tanpa serum yang digunakan (BMOC-3) hanya mampu mendukung sampai tingkat pematangan inti, tetapi tingkat pematangan sitoplasma

Matakuliah wajib PK dapat menjadi matakuliah pilihan bagi PK yang lain yang relevan dengan pilihan PK yang ditentukan. Matakuliah wajib PK yang telah diambil oleh mahasiswa