• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN REMOTE TERMINAL UNIT (RTU) SISTEM SCADA UNTUK SIMULATOR GARDU DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BERBASIS ATMEGA 16 DAN RADIO MODEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANG BANGUN REMOTE TERMINAL UNIT (RTU) SISTEM SCADA UNTUK SIMULATOR GARDU DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BERBASIS ATMEGA 16 DAN RADIO MODEM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN REMOTE TERMINAL UNIT (RTU) SISTEM SCADA

UNTUK SIMULATOR GARDU DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BERBASIS ATMEGA 16 DAN RADIO MODEM

DESIGN AND BUILD REMOTE TERMINAL UNIT (RTU) SCADA SYSTEM FOR

ELECTRIC POWER DISTRIBUTIONSIMULATOR BASED

ATMEGA 16 AND RADIO MODEM

Oleh :

Agus Sutrisno (091321035)

Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung

Email : agussutrisno50@gmail.com

ABSTRAK

Kebutuhan energi listrik semakin bertambah diiringi dengan bertambahnya kebutuhan manusia terhadap energi listrik maka gardu-gardu pendistribusian listrik semakin banyak, sehingga diperlukan pengontrolan yang terpusat dan akusisi.

Supervisory Control and Data Acquesition (SCADA) adalah salah satu bentuk sistem

pengontrolan terpusat. Sistem ini dapat melakukan pengendalian, pengukuran, dan pengolahan data secara realtime terhadap objek (plant).

Pada proyek akhir ini dilakukan penelitian terhadap sistem SCADA yaitu merancang simulator

Remote Terminal Unit (RTU) dan simulator plant berupa miniatur gardu distribusi tenaga listrik

dengan media komunikasi antara RTU dengan Master Terminal Unit (MTU) menggunakan radio

modem.

Pada simulator plant terdapat trafo step down 220V/12V sebagai trafo daya yang mensimulasikan trafo daya 20kV/400V, pada sisi primer dan sekunder terdapat trafo sebagai trafo pengukuran yang mensimulasikan CT dan PT, relay 220V AC sebagai CB pada sisi primer yang mensimulasikan PMT pada sisi primer 20kV, relay 12V AC sebagai CB pada sisi sekunder yang mensimulasikan PMT pada sisi sekunder 400V, relay 5V DC sebagai pengoperasi relay 220V AC sisi primer dan relay 12V AC sisi sekunder, dan lampu 12V/3W sebagai simulator beban.

Pada Remote Terminal Unit (RTU) terdapat sistem minimum (sismin) sebagai pengontrol, pengukur, dan mengolah data dimana sismin mempunyai empat PORT yaitu PORT A, PORT B,

PORT C, dan PORT D yang setiap PORT mempunyai fungsi masing-masing.

Kata kunci: SCADA, RTU, Radio Modem, MTU.

                   

(2)

ABSTRACT

Requirements of electric energy is growing up with increase need of peoples toward electric energy, then electric power distribution is very much, therefor needed concentrated controller and Acquesition.

Supervisory Control and Data Acquesition (SCADA) is one of concentrated controller system. It can do controlling, measuring, and processing of data with realtime toward object (plant).

This final project is researching toward SCADA system, that is design simulator Remote Rerminal Unit (RTU) and electric power distribution (plant) simulator with radio modem communication between RTU and Master Terminal Unit (MTU).

In simulator (plant) have transformer step down 220V/12V as power transformer 20kV/400V simulation, at primary and secondary side have meansurement transformer as current and potential transformer, relay 220V AC as PMT 20 kV in primary side, relay 12V AC as PMT 400V in secondary side, relay 5V DC as operating relay 220V AC and 12V AC, and lamp 12V/3W as burden simulation.

In Remote Terminal Unit (RTU) have minimum system as controlling, measuring, and processing of data. It have four PORT, there are PORT A, PORT B, PORT C, and PORT D and having each functions.

Keywords : SCADA, RTU, Radio Modem, MTU.

I. PENDAHULUAN

Kebutuhan energi listrik semakin bertambah diiringi dengan bertambahnya kebutuhan manusia terhadap energi listrik maka gardu-gardu pendistribusian listrik semakin banyak, sehingga diperlukan pengontrolan yang terpusat dan akusisi.

Supervisory Control and Data

Acquesition (SCADA) adalah salah satu

bentuk sistem pengontrolan terpusat. Sistem ini dapat melakukan pengendalian, pengukuran, dan pengolahan data secara

realtime terhadap objek (plant).

Pada proyek akhir ini dilakukan penelitian terhadap sistem SCADA yaitu merancang simulator Remote Terminal Unit (RTU) dan simulator plant berupa miniatur gardu distribusi tenaga listrik dengan media komunikasi antara RTU dengan Master

Terminal Unit (MTU) menggunakan radio

modem.

II. LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Distribusi

Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen. Sistem distribusi berfungsi untuk pembagi atau penyalur tenaga listrik dari berbagai tempat dan penghubung antara sistem tenaga listrik dengan pelanggan.

Pengertian Sistem SCADA

SCADA singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition yaitu suatu sistem pengolahan data terintegrasi yang mengumpulkan informasi atau data dari suatu tempat (plant) dan dikirimkan ke pusat komputer (master station) yang akan mengatur dan mengolah data tersebut. Sistem ini digunakan dalam berbagai industri dan suatu sistem proses, khususnya dalam sistem ketenagalistrikan yang meliputi

pembangkit-                   

(3)

pembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi, dan jaringan distribusi yang saling

terhubung yang berfungsi untuk

mensupervisi, mengendalikan, dan

mendapatkan data secara real time.

Peralatan Kontrol

a. Mikrokontroler ATMega 16

Mikrokontroler dapat dianalogikan dengan sebuah sistem komputer yang dikemas dalam sebuah chip. Artinya, didalam sebuah IC mikrokontroler sebenarnya sudah terdapat fasilitas seperti mikroprosesor, ROM, RAM, I/O dan clock seperti halnya yang dimiliki oleh sebuah komputer PC.

Gambar 1 : Konfigurasi Pin ATMega 16

ATMega 16 merupakan salah satu jenis mikrokontroler dari keluarga AVR. ATMega 16 mempunyai fitur yang cukup lengkap, mulai dari kapasitas memori program dan memori data yang cukup besar, interupsi, timer/counter, PWM, USART, TWI, analog komparator, EEPROM internal dan juga ADC internal. Fitur yang cukup lengkap ini memungkinkan ATMega 16 untuk digunakan dalam perancangan suatu sistem untuk kepentingan komersil, dari sistem yang sederhana sampai dengan sistem yang relatif kompleks.

b. Analog to Digital Converter

Proses konversi data analog menjadi digital merupakan proses penting dalam proses akusisi data. Proses konversi ini dilakukan oleh sebuah komponen yang dinamakan analog to digital converter (ADC). ADC memiliki dua karakter prinsip, yaitu kecepatan sampling dan resolusi. Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal analog dikonversikan ke bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan sampling biasanya dinyatakan dalam sample persecond (SPS).

c. Rangkaian Demultiplekser (74LS138)

Demultiplekser adalah suatu rangkaian logika yang mampu menyalurkan sinyal dari suatu saluran ke salah satu dari banyak saluran keluaran. Pemilihan keluaran ini dilakukan melalui masukan penyeleksi.

Gambar 2 : Rangkaian Dasar Demultiplekser

d. Rangkaian Switching (IC 4066)

Gambar 3 : Diagram block Switch IC 4066

IC 4066 ini digunakan sebagai fungsi

switch, dan IC ini merupakan IC yang

berfungsi untuk switch transmisi atau

                   

(4)

multiplexing sinyal Digital. IC tersebut terdiri dari 4 buah switch yang masing-masing memiliki kaki untuk mengontrol status switch. CMOS 4066 bekerja sebagai switch bertingkat yang mana output dari switch yang satu menjadi input switch berikutnya.

Komunikasi Data

Komunikasi data adalah merupakan bagian dari telekomunikasi yang secara khusus berkenaan dengan transmisi atau pemindahan data dan informasi diantara komputer-komputer dan piranti-piranti yang lain dalam bentuk digital yang dikirimkan melalui media komunikasi data. Data berarti informasi yang disajikan oleh isyarat digital.

a. Komunikasi Data Parallel

Komunikasi data parallel adalah pengiriman data diantara beberapa komputer dan ke terminal lainnya dengan merubah besaran tegangan dan arus dalam kanal atau kabel. Dalam komunikasi data ini bit berpindah secara satu demi satu melewati beberapa saluran pada saat bersamaan.

b. Komunikasi Data Serial

Perbedaan yang paling mendasar antara komunikasi serial dengan parallel adalah proses perpindahan bit melewati satu saluran saja. Ada 2 macam cara komunikasi data serial yaitu Sinkron dan Asinkron Pada komunikasi data serial sinkron, clock dikirimkan bersama sama dengan data serial, tetapi clock tersebut dibangkitkan sendiri – sendiri baik ada sisi pengirim maupun penerima.Sedangkan pada komunikasi serial

asinkron tidak diperlukan clock karena data

dikirimkan dengan kecepatan tertentu yang sama baik pada pengirim / menerima.

c. Media Komunikasi Radio Modem

Radio link atau Radio Modem

merupakan suatu media komunikasi data.

Gambar 4 : Dimensi Instalasi

Komunikasi radio merupakan suatu bentuk komunikasi modern yang memanfaatkan gelombang radio sebagai sarana untuk membawa suatu pesan atau data sampai ke tempat penerima. Kualitas penerimaan sinyal radio berasal dari besarnya daya yang diterima oleh antena receiver. Jauh dekatnya jarak penerimaan sinyal menentukan frekuensi band seperti Very High Frequency (VHF) atau Ultra High Frequency (UHF).

III. PERANCANGAN DAN REALISASI

Perancangan ini terbagi dalam dua bagian yaitu perancangan secara hardware

dan software agar menghasilkan alat yang

baik secara fungsi dan dapat digunakan sesuai karakterisktik dan spesifikasi. Berikut ini diagram alir perencanaan dan realisasi alat pada proyek akhir ini

Diagram Blok Sistem

Gambar 5 : Diagram Blok Sistem Perangkat Keras

Deskripsi Kerja :

AT-Mega 16 akan membaca

parameter listrik yaitu tegangan, arus, frekuensi, dan cos phi di plant dan

Frekuensi Vprimer Iprimer Vsekunde Isekunder ~ = ~ = ~ = ~ = ~ = MCB primer MCB sekunder LOKAL REMOTE MUX ATMega 16 LCD MR                    

(5)

menyimpannya dalam bentuk variabel. Selain parameter tersebut, AT-Mega 16 bisa membaca keadaan atau status plant yaitu CB primer maupun sekunder dalam keadaan ON atau OFF, dan pada posisi plant dalam LOKAL atau REMOTE. Semua keadaan plant tersebut ditampilkan dalam LCD.

Pada posisi LOKAL, plant Gardu distribusi Tenaga Listrik semua kontrol operasi dikendalikan seluruhnya secara manual. Bila posisi REMOTE, plant Gardu Distribusi Tenaga Listrik semua kontrol operasi dikendalikan sepenuhnya oleh MTU melalui media komunikasi Radio Modem.

Semua data yang terbaca pada RTU seperti tegangan, arus, frekuensi, dan cos phi dapat dikirim ke MTU apabila MTU meminta kepada RTU, maka RTU akan melakukan aksi tersebut.

Perancangan Simulator Plant

Simulator plant pada sistem SCADA ini berupa simulator Gardu Distribusi Tenaga Listrik yang terdapat di lapangan. Simulator tersebut bersistem tiga fasa yang terdiri dari tiga buah trafo daya setiap fasa, dua buah CB pada sisi primer dan sisi sekunder, dan dua buah trafo ukur yaitu CT dan PT pada setiap sisinya, serta simulator beban pada simulator

plant ini menggunakan dua belas buah lampu.

Gambar 6 : Rangkaian Simulator Plant a. Rangkaian Relai

Rangkaian relai berfungsi sebagai saklar yang menghubungkan dan memutuskan sistem jaringan Gardu Distribsi Tenaga

Listrik (simulator plant). Pada saat sistem berada pada posisi LOKAL maupun

REMOTE, sumber 5 volt DC akan digunakan

untuk mensuplai relai 5 volt DC yang bekerja mengontrol relai CB primer, sekunder, dan penyeimbang beban (relai 220 volt AC dan 12 volt AC). Jadi, ketika push button ditekan pada posisi LOKAL, relai 5 volt DC akan aktif dan mengoperasikan relai CB primer, sekunder, dan penyeimbang beban (relai 220 volt dan 12 volt), sedangkan pada posisi

REMOTE, seluruh sistem dikendalikan dan

dioperasikan seluruhnya oleh MTU, maka relai relai bekerja menggunakan prinsip transistor sebagai saklar yaitu ketika button pada software SCADA ditekan, maka MTU mendapat sinyal dari PC, sinyal tersebut akan diubah menjadi variabel dimana variable tersebut akan dikirim ke RTU dan RTU akan menginisialisasikannya digunakan untuk mengkatifkan output salah satu pin mikrokontroller dari RTU. Jadi, ketika transistor kaki basis mendapatkan sumber tegangan dari pin mikrokontroller maka kaki kolektor dan emitor akan terhubung dan relai 5 volt DC akan aktif sehingga relai 220 volt dan 12 volt bekerja.

Gambar 7 : Rangkaian Relai

b. Rangkaian Sensor Arus dan Tegangan

Rangkaian sensor tengangan dan arus berfungsi sebagai penyearah tegangan dengan menggunakan sistem perata agar tegangan yang masuk ke mikrokontroller ADC lebih halus dan pembacaan lebih stabil serta menurunkan tegangan menjadi 5 volt DC

                   

(6)

karena tegangan yang diizinkan ke ADC mikrokontroller adalah sebesar 0-5 volt DC. Dioda yang digunakan adalah dioda tipe 1N4148 yang bisa menahan arus sampai 150 mA, sedangkan arus yang mengalir ke sensor maksimal 20 mA dan kapasitor 47 µF cukup untuk megurangi ripple yang tidak mengganggu pada ADC mikrokontroller.

Gambar 8 : Rangkaian Sensor Arus

Gambar 9 : Rangkaian Sensor Tegangan

c. Rangkaian Sensor Frekuensi

Pada dasarnya rangkaian sensor frekuensi sama seperti rangkaian sensor tegangan dan arus yang merubah tegangan AC menjadi tegangan DC dan memanfaatkan tegangan DC tersebut untuk dibaca oleh ADC mikrokontroller.

Gambar 10 : Rangkaian Sensor Frekuensi

d. Rangkaian Kontrol ADC

Rangkaian kontrol ADC yang terdiri dari IC 74LS138 sebagai demultiplexer dan

IC 4066 sebagai quad bilateral switch. Prinsip kerja rangkaian kontrol ADC ini dimulai dari diaktifkannya tiga buah pin output mikronkontroler dimana sinyal outputnya merupakan logika biner 23 yang dihubungkan pada tiga buah pin input logika biner yang terdapat pada IC 74LS138 sehingga data sinyal output akan diaktifkan berurutan dari Y0-Y7 yang dihubungkan langsung pada pin sinyal kontrol untuk mengaktifkan kontrol sakelar yang terdapat pada IC 4066.

Gambar 11 : Konfigurasi Rangkaian Kontrol ADC

Perancangan Perangkat Lunak

Pengendalian posisi lokal ini bersifat manual, yaitu pengoperasiannya ada campur tangan manusia. Jika posisi LOKAL ini dalam kondisi ON, maka otomatis pilihan posisi

REMOTE tidak akan berfungsi ataupun juga

sebaliknya, jika posisi REMOTE dalam kondisi ON, maka posisi REMOTE tidak akan berfungsi.

Perancangan Media Komunikasi Data

Media komunikasi radio modem digunakan agar RTU dapat berkomunikasi dengan MTU, maka digunakanlah suatu protokol komunikasi berupa topologi jaringan RS-485 sebagai protokol modbus yang dikombinasikan dengan modul yang mendukung komunikasi interface serial antara mikrokontroler dengan komunikasi radio

modem yaitu YS 1020 UB dengan frekuensi

kerja 433 MHz, sistem ini merupakan model komunikasi dengan jenis komunikasi data

12                    

(7)

serial asinkron (UART), jadi pengiriman data dilakukan secara satu persatu dalam setiap waktunya dengan kecepatan tertentu yang sama baik pada pengirim maupun penerima.

IV. PENGUJIAN DAN ANALISIS Pengujian Sensor Tegangan dan Arus

Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan data berupa nilai tegangan dan arus di sisi primer maupun di sisi sekunder, pada saat kondisi tanpa beban dan saat berbeban. Pengujian ini dilakukan dengan cara pengukuran menggunakan alat ukur multimeter digital SANWA CD800a. Berikut dibawah ini merupakan rangkaian simulator plant.

Gambar 12 : Rangkaian Pengujian Simulator Plant

Keterangan :

V1 = VP V2 = VS A1 = IP A2 = IS Pengujian Simulator RTU

Pengujian simulator RTU meliputi pengujian kinerja dari rangkaian kontrol ADC yaitu pengendalian pembacaan ADC yang masuk ke Port A mikrokontroler secara bergantian sesuai dengan sinyal kontrol yang diaktifkan, serta tampilan pada LCD 20x4 yang menampilkan nilai tegangan dan arus pada sisi primer dan sekunder baik pada saat kondisi tanpa beban maupun berbeban, dan juga dilakukan pengujian terhadap sistem minimum ATMega16, yaitu dengan cara memasukan suatu program BASCOM-AVR yang sederhana ke dalam AT-Mega 16 untuk menguji keandalan dari setiap port

mikrokontroler. Berikut dibawah ini merupakan data hasil pengujian RTU pada tampilan LCD 20x4

Pengujian Sistem

Pengujian sistem meliputi pengujian simulator plant sebagai simulasi Gardu Distribusi, pada sistem operasi LOKAL dan

REMOTE, serta pengujian pada saat RTU

melakukan komunikasi data dengan MTU menggunakan media komunikasi Radio Modem.

a. Posisi LOKAL

Pada saat selector switch berada pada sistem operasi lokal maka plant gardu distribusi berada pada posisi lokal maka sumber 5 VDC akan digunakan sebagai sumber tegangan seluruh tiga buah relai 5 VDC yang akan mengoperasikan relai 220 VAC dan 12 VAC yang bekerja untuk mengoperasikan relai CB utama baik pada sisi primer (relai 220 VAC) maupun sekunder (12 VAC), dan mengoperasikan beban seimbang (12 VAC), jadi pada saat plant berada posisi lokal pengoperasian CB pada sisi primer dan sekunder dilakukan dengan cara menekan

push button secara berurutan, sedangkan

untuk mengoperasikan simulator beban dilakukan dengan cara manual menggunakan sakelar dan push button beban.

b. Posisi REMOTE

Pada saat selector switch berada pada sistem operasi REMOTE maka plant gardu distribusi berada pada posisi REMOTE, perbedaan yang paling mendasari dari pemilihan sistem operasi lokal dan REMOTE adalah cara pengoperasian CB sisi primer dan sekunder. Jika pada sistem operasi lokal dilakukan dengan cara manual yaitu menekan langsung push button untuk mengoperasikan CB, maka pada posisi remote pengoperasian tersebut dikendalikan dan dioperasikan oleh MTU. Pada saat MTU mengirimkan perintah ke RTU untuk mengoperasikan CB di sisi primer maka, RTU akan segera menjalankan

                   

(8)

perintah tersebut, pengendalian oleh MTU ini juga berlaku untuk pengoperasian CB pada sisi sekunder, jadi pada saat mode operasi

remote RTU hanya berperan sebagai media

perantara yang mengolah data perintah dari MTU untuk mengendalikan plant, namun meskipun pengendalian CB sepenuhnya

dilakukan oleh MTU akan tetapi

pengoperasian simulator beban tetap dilakukan dengan cara manual menggunakan sakelar dan push button beban.

Pengujian Komunikasi Radio Modem

Pengujian komunikasi dilakukan dengan memperhatikan apakah tampilan di LCD 20x4 sudah sesuai atau tidak dengan kondisi pengukuran yang sebenarnya pada

plant simulasi gardu distribusi, yang meliputi

pembacaan ADC sebagai sensor tegangan dan arus dari rangkaian plant, pembacaan status pada plant apakah pada posisi remote atau lokal serta pembacaan relai yang mengindikasikan CB di sisi primer atau sekunder apakah sedang on atau Off.

Dari pengujian yang telah dilakukan , dapat diambil kesimpulan bahwa;

1. Data hasil pengukuran ADC dari RTU berhasil dikirim ke MTU, lalu data tersebut ditampilkan pada Visual Basic.

2. Untuk Proses pengendalian CB telah berhasil dilakukan, dan proses pengendalian CB dapat dilakukan oleh MTU pada Visual Basic.

Analisis

Berdasarkan data dari hasil serangkaian pengujian yang telah dilakukan, maka rangkaian sistem simulator yang terdiri dari rangkaian perangkat plant simulasi gardu distribusi, rangkaian perangkat RTU, dan simulator beban, secara keseluruhan telah berhasil dirancang dan direalisasikan sesuai dengan spesifikasi alat, fungsi setiap elemen, dan deskripsi kerja yang telah ditentukan

sebelumnya pada tahapan perancangan. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya

pengendalian pembacaan ADC pada

rangkaian elemen plant yang kemudian ditampilkan pada LCD, serta terjadinya pengiriman data dari RTU ke MTU melalui media komunikasi baik itu pada saat dalam sistem operasi LOKAL ataupun REMOTE. Perbedaan yang terjadi antara data hasil

pengukuran langsung menggunakan

multimeter SANWA CD800a dengan data hasil pengkuran yang ditampilkan pada LCD, dikarenakan beberapa sebab seperti besarnya nilai sumber tiga fasa sebagai sumber utama yang cenderung tidak stabil, perubahan nilai tegangan keluaran rangkaian sensor arus dan tegangan yang dikarenakan pengaruh metode penyambungan dari sistem rangkaian kontrol ADC dan sistem minimum mikrokontroler ATMega 16 yang digunakan sangat sensitif terhadap setiap perubahan tegangan pada masukan ADC serta prosessor ATmega 16 yang sangat kecil sehingga terdapat error% sebesar 5% antara tampilan di LCD dengan pengukuran secara langsung menggunakan multimeter digital SANWA CD800a.

Selain itu, pada posisi REMOTE, komunikasi antara RTU dengan MTU kurang berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan program yang telah dibuat belum optimal untuk mengoperasikan CB secara langsung oleh MTU, sehingga plant simulasi gardu distribusi hanya bisa optimal pada saat posisi LOKAL. Komponen yang dipasang pada saat tahap perealisasian alat tidak semuanya terpasang sesuai dengan hasil perhitungan pada tahap perancangan. Hal ini dikarenakan dengan mempertimbangkan faktor lain pada saat proses perealisasian. Selain itu, pada saat melakukan pengujian, kadangkala terdapat beberapa komponen yang mudah rusak seperti

push button off sehingga perlu dilakukan

penggantian komponen.                    

(9)

V. PENUTUP Kesimpulan

1. Simulator rangkaian plant gardu distribusi yang terintgerasi oleh rangkaian perangkat RTU, dan simulator beban, secara keseluruhan telah berhasil dibuat sesuai dengan spesifikasi alat dan fungsi setiap elemen. dan deskripsi kerja yang telah ditentukan walaupun komponen yang dipasang pada saat tahap perealisasian alat tidak semuanya terpasang sesuai dengan hasil perhitungan pada tahap perancangan serta pemograman RTU untuk dapat berkomunikasi dengan MTU berjalan dengan baik, karena pemograman komunikasi pengontrolan CB telah optimal sedangkan untuk komunikasi pada saat pengiriman data hasil pengukuran nilai besaran-besaran listrik tidak berjalan dengan optimal. 2. Dari data hasil pengukuran langsung

menggunakan multimeter digital

SANWA CD800a dengan data hasil

pengukuran yang ditampilkan pada LCD terdapat perbedaan, hal ini dikarenakan beberapa sebab seperti sumber tiga fasa yang cenderung tidak stabil, perubahan nilai tegangan keluaran rangkaian sensor arus dan tegangan yang disebabkan oleh pengaruh metode penyambungan dari sistem rangkaian control ADC, dan sistem minimum mikrokontroler ATMega 16 yang digunakan sangat sensistif terhadap setiap perubahan tegangan pada masukan ADC serta prosessor ATmega 16 yang sangat kecil sehingga terdapat error% sebesar 5% antara tampilan di LCD dengan pengukuran secara langsung menggunakan multimeter digital

SANWA CD800a.

3. Dari hasil pengujian sistem plant simulasi gardu distribusi pada posisi lokal dapat bekerja dengan baik, yaitu pengendalian CB primer dan sekunder dilakukan secara langsung manual berurutan. Pada saat sistem berada pada posisi remote berjalan dengan baik juga, yaitu komunikasi antara RTU dengan MTU beroperasi dengan baik.

Saran

1. Perlu dilakukannya penambahan parameter pengukuran besaran listrik sistem tiga fasa seperti keseimbangan beban setiap fasa yang dilakukan dengan cara melakukan inisialisasi pada seluruh sakelar beban, faktor daya, frekuensi, daya reaktif, daya semu, daya nyata, dan lain-lain, sehingga simulasi dari system SCADA ini lebih lengkap.

2. Pada saat perpindahan posisi sistem operasi pada simulator plant gardu distribusi dari posisi lokal ke posisi

remote atau sebaliknya dibuat

kontinyu secara perangkat keras dan lunak, sehingga operasi CB primer dan sekunder tidak perlu mengulang kembali lagi ke kondisi awal.

3. Program komunikasi data

menggunakan media Radio Modem antara RTU dan MTU masih perlu disempurnakan terhadap program yang telah ada sehingga protocol komunikasi data dapat terealisasi secara sistemik dan pengendalian operasi CB sisi primer dan sekunder pada simulator plant gardu distribusi dapat dilakukan melalui human

machine interface.                    

(10)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pandjaitan, Bonar. 1999. Teknologi Sistem Pengendalian Tenaga Listrik

Berbasis SCADA. Jakarta: Prenhallindo.

2. Budiharto, Widodo.Togu Jefri.2007.12 Proyek Sistem Akusisi

Data.Jakarta:Gramedia.

3. Syahroni, Nanang. 2000. Komunikasi

Data. Surabaya : Politeknik Elektronika

Negeri Surabaya.

4. Yuliawati, Sri Nur dan Hazma. 2009. Kiat Penulisan Laporan Ilmiah Untuk

Program Diploma. Bandung: Politeknik

Negeri Bandung.

5. Wijayanto, Kartono. 2009. Elektronika

Analog (Modul). Bandung: Politeknik

Negeri Bandung.

6. Cegrell.Torsten, Power System Control

Technology, Prentice-Hall International

Inc.Englewood Cliffs, New Jersey,1987 7. Green, DC.2002. Data Communication

(terjemahan Insap Santosa).

Yogyakarta:Andi.

8. Tokhem, Roger L.2000. Prinsip-Prinsip

Digital Edisi Kedua (terjemahan

Sutisna).Jakarta:Gramedia.                    

Gambar

Gambar 1 : Konfigurasi Pin ATMega 16
Gambar 4 : Dimensi Instalasi
Gambar 7 : Rangkaian Relai
Gambar 9 : Rangkaian Sensor Tegangan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, jika pesan ayat ini merupakan bagian dari lapangan ijtihad dan apa yang diungkapkan oleh Muhammad Quraish Shihab merupakan ‘illat (motif penetapan hukum), maka

Hasil penelitian ini serupa dengan pernyataan Detha et al., (2014), yang menyatakan bahwa kadar laktosa pada susu dapat menurun seiring meningkatnya umur ternak, sehingga

LOKASI TEMP TEMPA AT US T USAHA AHA  APOTEK $I$I TRESNA  APOTEK $I$I

Langkah selanjutnya adalah menentukan bobot indikator penilaian dengan melakukan defuzzyfikasi, pada tabel 4 adalah defuzzyfikasi dari matriks dengan titik interval

Effect of weekly zinc supplements on incidence of pneumonia and diarrhoea in children younger than 2 years in an urban, low income population in Bangladesh: randomised

2) Mahasi swa yang sudah mengontrak matakuliah usulan penelitian dipilih berdasarkan matakuliah semi nar y ang di ambil SKS Wajib 135 SKS SKS Pil ihan 9 SKS SKS Wajib Di

Dilihat dari volume pengaduan yang masuk, yang menggambarkan kepedulian para pelapor terhadap isu keamanan Internet menjadi tanggung jawab pihak-pihak terkait dengan

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perkembangan suhu selama proses perlakuan air panas dan mengkaji pengaruh