• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KUALITAS KIMIA SUSU KUDA LIAR SUMBAWA PADA UMUR YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KUALITAS KIMIA SUSU KUDA LIAR SUMBAWA PADA UMUR YANG BERBEDA"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

 

SKRIPSI

EVALUASI KUALITAS KIMIA SUSU KUDA LIAR

SUMBAWA PADA UMUR YANG BERBEDA

MUZHAFFAR ARYANDA. AB

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017

(2)

 

EVALUASI KUALITAS KIMIA SUSU KUDA LIAR

SUMBAWA PADA UMUR YANG BERBEDA

Skripsi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan Pada Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan

Universitas Udayana, Denpasar

MUZHAFFAR ARYANDA. AB 1307105042

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

 

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETERNAK EVALUASI KUALITAS KIMIA SUSU KUDA LIAR SUMBAWA PADA

UMUR YANG BERBEDA MUZHAFFAR ARYANDA. AB

Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar Email: angga.abubakar@gmail.com

RINGKASAN

Susu kuda liar sumbawa merupakan salah satu susu murni hasil perahan kuda yang di ternakan oleh petani di Pulau Sumbawa, yang salah satunya terdapat di Kecamatan Moyo Hilir. Sistem pemeliharaan kuda di Kecamatan Moyo Hilir masih tergolong sangat sederhana dan tradisional atau dikenal dengan sistem Lar, yaitu dengan melepas ternak di padang pengembalaan sehingga pakannya berupa rumput lapangan, kuda tersebut mencari sendiri makanan yang akan dimakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa alam menjadi determinan dalam kehidupan kuda liar Sumbawa.

Kondisi kehidupan kuda liar Sumbawa menjadikan hasil perahan susunya pun dinilai lebih alami dan memiliki banyak manfaat. Berbagai penelitian yang telah dilakukan terkait susu kuda liar Sumbaya menjelaskan bahwa susu ini memliki banyak manfaat, dua diantaranya adalah sebagai alternatif pengganti air susu ibu (ASI) dan sebagai penghilang jerawat serta dapat di gunakan sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung, hipertensi, seperti paru-paru basah, bronchitis, dan tifus. Banyaknya manfaat yang terkandung dalam susu kuda liar Sumbawa ini memposisikan kualitas susu kuda liar Sumbawa sebagai hal utama yang perlu diketahui. Pentingnya mengetahui kualitas susu kuda liar Sumbawa mendorong penelitian ini untuk dilakukan. Secara lebih detail, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui kualitas kimia susu kuda liar di Kabupaten Sumbawa pada kud ausia 3, 5 dan 7 tahun.

Variabel yang di amati dalam penelitian ini adalah kadar lemak, laktosa, protein, nilai pH dan total mikroba. Metode yang digunakan pada penetapan kadar lemak adalah metode Babcock, sedangkan pada penetapan kadar laktosa menggunakan metode Nelson, terkait penentuan kadar laktosa menggunakan metode titrasi, metode Gunning digunakan untuk penentuan kadar protein, dan terakhir pada penentuan nilai pH adalah menngunakan pH meter. Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat. Pengambilan sampel di lakukan di Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa dan evaluasi kualitas kimia dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Mikrobiologi Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuandan 3 ulangan sehingga diperoleh 9 umit percobaan.

(4)

 

Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan lemak pada umur 3 tahun sebesar 2,1%, laktosa 2,6% protein 2,4% pH 5,5% dan total bakteri 5,5x107 cfu/ml. Kandungan lemak pada susu kuda liar sumbawa berumur 5 tahun sebesar 2,9% lemak, 2,1% laktosa 2,0% protein 5,5 pH dan total bakteri 5,5x107 cfu/ml dan kandungan lemak pada susu kuda liar umur 7 tahun sebesar 3,6% laktosa 1,7% protein 2,8% pH 5,8 dan total bakteri 1,7x106 cfu/ml. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kualitas kimia susu kuda liar sumbawa umur 3 tahun memiliki kualitas kimia yang baik,berdasarkan Standar Nasional Indonesia.

(5)

 

CHEMICAL QUALITY EVALUATION OF WILD HORSE SUMBAWA MILK IN DIFFERENT AGE

MUZHAFFAR ARYANDA. AB

Faculty of Animal Scince, Udayana University, Denpasar Email: angga.abubakar@gmail.com 

SUMMARY

Sumbawa Wild Horse Milk is one of the pure milk produced by horse farmers in Sumbawa Island farmers, one of which is located in Moyo Hilir District. The horse maintenance system in Moyo Hilir sub-district is still very simple and traditional or known as the Lar system, ie by removing livestock in the pasture so that the feed is field grass, the horse is looking for its own food to eat. Thus it can be said that nature becomes the determinant in the life of the wild horse Sumbawa.

The condition of life of the wild horse Sumbawa make the milk even more natural and has many benefits. Various studies that have been done related to wild horse milk Sumbaya explained that this milk has many benefits, two of which are as an alternative to breast milk (breast milk) and as acne remover and can be used as a medicine to cure various diseases such as heart disease, hypertension , Such as wet lung, bronchitis, and typhoid. The many benefits contained in this Sumbawa wild horse milk position the quality of Sumbawa wild horse milk as the main thing to know. The importance of knowing the quality of Sumbawa wild horse milk encourages this research to be undertaken. In more detail, this research has a purpose to know the chemical quality of wild horse milk in Sumbawa Regency in 3, 5 and 7 years old kud ausia.

The variables observed in this study were fat, lactose, protein, pH and total microbial values. The method used in determining the fat content is the Babcock method, whereas in determining the lactose content using the Nelson method, related to the determination of lactose levels using titration method, the Gunning method is used for the determination of the protein content, and finally the determination of pH value is to use pH meter. This study was conducted in two places. Sampling was conducted in Moyo Hilir Sub-district, Sumbawa Regency and chemical quality evaluation was conducted in Animal Production Technology Laboratory and Microbiology Faculty of Animal Husbandry Udayana University. The design used in this study was Randomized Complete Design (RAL) with 3 treatments and 3 replications to obtain 9 umit experiments.

(6)

 

The results showed that the fat content at age 3 years of 2.1%, lactose 2.6% protein 2.4% pH 5.5% and total bacteria 5.5x107 cfu / ml. Fat content of 5-year-old Sumbawa wild horse milk is 2.9% fat, 2.1% lactose 2.0% protein 5.5 pH and total bacteria 5.5x107 cfu / ml and fat content in wild horse milk age 7 years 3.6% lactose 1.7% protein 2.8% pH 5.8 and total bacteria 1.7x106 cfu / ml. Based on the results obtained can be concluded that the chemical quality of wild horse milk sumbawa age 3 years has a good chemical quality, based on the Indonesian National Standard.

(7)

 

Lembar Pengesahan

JUDUL SKRIPSI : Evakuasi Kualitas Kimia Susu Kuda Liar Sumbawa pada Umur yang Berbeda

NAMA MAHASISWA : Muzhaffar Aryanda. AB NIM : 1307105042

PROGRAM STUDI : Peternakan

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL ...

Pembimbing Pertama  

(Ir. Sri Anggreni Lindawati, M.Si) NIP. 196212061993032001

Pembimbing Kedua

(Ir. Martini Hartawan, M.Si) NIP. 195301101981022001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar

Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS NIP. 19590312 198601 1 001

(8)

 

Skripsi ini Telah Diuji Pada Tanggal

...

Ketua : Ir. Sri Anggreni Lindawati, M.Si Sekertaris :

PengujiUtama : Ir. Martini Hartawan, M.Si PengujiAnggota : 1. Dr.Ir. I Ketut Sukada, M.Si

(9)

  DAFTAR ISI Judul halaman HALAMAN JUDUL ... ii RINGKASAN ... .iv SUMMARY ... v LEMBAR PENGESAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... viii

UCAPAN TERIMAKASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 3 1.4 Hipotesis ... 3 1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Sistem pemeliharaan kuda di Kec. Moyo Hilir ... 5

2.2 Kuda ... 6

2.3 Karakteristik Kuda Sumbawa ... 6

2.3.1 Dewasa Kelamin Kuda Betina . ... 8

2.3.2 Masa Kebuntingan ... 9

2.3.3 Masa Laktasi ... 10

2.3.4 Genetik ... 10

(10)

 

2.4 Komposisi Air Susu Kuda ... 12

2.4.1 Kadar Lemak ... 13

2.4.2 Kadar Laktosa ... 14

2.4.3 Kadar Protein ... 14

2.4.4 Penetapan Nilai pH ... 15

2.4.5 Total Mikroba ... 16

BAB III MATERI DAN METODE ... 18

3.1 Materi Penelitian ... 18

3.1.1 Susu Kuda ... 18

3.1.2 Alat dan bahan penelitian ... 18

3.1.2.1 Alat ... 18

3.1.2.2 Bahan ... 18

3.1.1 Susu Kuda ... 18

3.2 Metode Penelitian ... 19

3.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.2.2 Rancangan Penelitian ... 19

3.3 Prosedur Penelitian ... 19

3.3.1 Cara Pengambilan Sampel ... 19

3.2.2 Rancangan Penelitian ... 19

3.4 Variabel yang diamati ... 20

3.4.1 Kadar Lemak ... 20

3.4.2 Kadar Laktosa ... 20

3.4.3 Kadar Protein ... 21

3.4.4 Penetapan Nilai pH ... 21

(11)

 

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil ... 23 4.1.1 Kadar Lemak ... 24 4.1.2 Kadar Laktosa ... 24 4.1.3 Kadar Protein ... 24 4.1.4 Penetapan Nilai pH ... 25 4.1.5 Total Mikroba ... 25 4.2 Pembahasan ... 25

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Simpulan ... 31 5.2 Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA ... 32 LAMPIRAN ... 35                  

(12)

   

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

2.1 Komposisi gizi susu kuda, manusia dan sapi ... 12 2.2 Perbandingan Komposisi Susu Kuda Dengan hewan Ternak

lainnya dan susu ibu ... 12 2.3 Kualitas Air Susu Berdasarkan Jumlah Bakteri dan Waktu Reduktase . 17 4.1 Hasil Pemantauan Sistem Pemeliharaan dan Sistem Pemerahan

Susu Kuda Liar di Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten

Sumbawa Besar ... 23 4.2 Evaluasi Kualitas Kimia Susu Kuda Liar Sumbawa pada Umur

(13)

 

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks halaman

1. Analisis Statistika Kadar Lemak (%) ... 38

2. Analisis Statistika Kadar Laktosa (%) ... 40

3. Analisis Statistika Kadar Protein (%) ... 41

4. Analisis Statistika Nilai pH ... 42

5. Analisis Statistika Total Bakteri ... 43

(14)

 

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kuda sumbawa adalah kuda lokal asli Indonesia yang merupakan persilangan kuda lokal (Sandalwood pony) dengan bangsa kuda arab atau Thotoughbred (Laili et al., 2014). Masyarakat Sumbawa lebih mengenalnya dengan sebutan kuda liar Sumbawa. Kuda liar sumbawa tersebar hampir di seluruh Kabupaten Sumbawa, salah satunya di Kecamatan Moyo Hilir. Sistem pemeliharaan kuda di Kecamatan Moyo Hilir masih tergolong sangat sederhana dan tradisional atau dikenal dengan sistem Lar, yaitu dengan melepas ternak di padang pengembalaan sehingga pakannya berupa rumput lapangan, kuda tersebut mencari sendiri makanan yang akan di makan (Pertiwi, 2007).

Secara umum kuda di Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa memiliki beberapa kegunaan bagi masyarakat. Dalam bidang ekonomi, kuda Sumbawa banyak di perjual belikan hingga keluar daerah dan dalam bidang kebudayaan kuda sumbawa memiliki fungsi seperti : sebagai kuda pacu, yang merupakan salah satu kegiatan kebudayaan unik yang ada di Sumbawa, kegunaan lain yaitu sebagai penghasil susu.

Susu kuda Sumbawa merupakan salah satu susu murni hasil perahan kuda liar yang diternak oleh petani organik di pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Masyarakat menganggap susu ini mempunyai banyak khasiat. Hasil penelitian Laili et al., (2014) membuktikan bahwa susu kuda Sumbawa efektif sebagai anti bakteri terhadap Staphylococcus epidermidis (salah satu bakteri penyebab jerawat). Selain itu, susu kuda Sumbawa mempunyai keistimewaan

(15)

 

yaitu daya ketahanannya terhadap kontaminasi mikroorganisme pembusuk sehingga susu ini lebih tahan lama.

Susu kuda memiliki banyak manfaat, komposisi susu kuda lebih mendekati air susu ibu (ASI) jika dibandingkan dengan susu sapi (Saragih et al., 2013). Susu ini dapat digunakan sebagai alternatif pengganti ASI, terutama bagi masyarakat pedesaan yang susah mencari susu bubuk atau susu formula bayi. Keunggulan susu kuda dibandingkan susu ternak lainnya susu kuda tidak mengalami penggumpalan dan kerusakan meskipun tidak dipasteurisasi. Susu kuda juga dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung, hipertensi, seperti paru-paru basah, bronchitis, tifus dan sebagainya (Hakim et al., 2013).

Komposisi susu berbagai mamalia bervariasi sangat luas karena faktor genetik, physiological dan faktor nutrisi serta lingkungan (Malancarne et al., 2002). Menurut Nurliyani (2003), komposisi kimia susu dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain spesies, breed, individu, status nutrisi dan periode laktasi. Susu kuda dihasilkan oleh spesies ternak non ruminansia, sehingga berbeda dengan susu sapi atau kambing yang termasuk spesies ruminansia. Berbeda dengan sapi, kuda tidak mempunyai rumen, sehingga kemampuan mencerna jenis pakan dan metabolismenya berbeda dan komposisi kimia susu yang dihasilkan berbeda pula. Variasi komposisi kimia susu tersebut dapat menyebabkan variasi sifat-sifat fisiknya.

Kuda betina dara yang dipelihara secara liar akan mencapai birahi pertama pada umur 12 - 15 bulan, akan tetapi apabila terjadi perkawinan tingkat kebuntingan akan rendah. Kuda melahirkan anak pertama pada umur 2 - 3 tahun,

(16)

 

dengan masa kebuntingan berkisar 315 – 350 hari. Setelah melahirkan anaknya kuda sudah dapat di perah susunya. Dalam satu laktasi selama 6 bulan kuda dapat menghasilkan susu sebanyak 540 liter. Tiap-tiap periode laktasi menunjukkan produksi susu yang berbeda dengan makin bertambahnya umur ternak (Soeharsono, 2008). Semakin bertambahnya umur ternak, produksi susu akan menurun perlahan-lahan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini penting dilakukan untuk mengevaluasi kualitas kimia susu kuda liar sumbawa yang dibedakan berdasarkan tiga kelompok usia yaitu usia 3, 5 dan 7 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kualitas kimia susu kuda liar di Kabupaten Sumbawa Besar pada umur 3, 5 dan 7 tahun.

2. Bagaimana jumlah total mikroba susu kuda liar di Kabupaten Sumbawa Besar pada umur 3, 5 dan 7 tahun.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kualitas kimia susu kuda liar di Kabupaten Sumbawa pada kuda umur 3, 5 dan 7 tahun.

2. Untuk mengetahui jumlah total mikroba susu kuda liar di Kabupaten Sumbawa pada umur 3, 5 dan 7 tahun.

(17)

 

1. Susu kuda liar sumbawa pada umur 3, 5 dan 7 tahun memiliki kualitas kimia yang berbeda.

2. Susu kuda liar sumbawa umur 3,5 dan 7 tahun memiliki jumlah total mikroba sesuai Standar Nasional Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan pengetahuan dan bukti ilmiah terkait kualitas kimia susu kuda liar sumbawa pada umur yang berbeda.

2. Dengan melihat kualitas kimia susu kuda liar sumbawa pada umur yang berbeda dapat dijadikan sebagai acuan untuk memilih susu kuda dengan kualitas kimia terbaik.

(18)

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem pemeliharaan kuda di Kec. Moyo Hilir

Kecamatan Moyo Hilir merupakan salah satu Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Kabupaten Sumbawa memiliki luas wilayah 6.643,98 km2. Kabupaten Sumbawa memiliki letak geografis antara 116042’ dan 118022’ Bujur Timur serta diantara 808’ dan 907’ Lintang Selatan. Berdasarkan topografi wilayahnya, Kabupaten Sumbawa berada di ketinggian 0-1.730 diatas permukaan laut. Kabupaten Sumbawa merupakan daerah yang beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau (BKPM, 2012).

Kecamatan Moyo Hilir sendiri merupakan salah satu dari 24 Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Sumbawa. Kecamatan Moyo Hilir memiliki luas daerah 186,79 km2 dan terdiri dari 10 desa yang penduduknya mayoritas sebagai petani dan peternak. Kecamatan Moyo Hilir memiliki 3 lar (padang pengembalaan) yang memiliki luas 750 ha dan di isi berbagai populasi ternak (Kuda, Sapi, Kerbau). Seiring berjalannya waktu, masyarakat telah banyak membuka lahan hutan untuk dijadikan padang pengembalaan ternak.

Beternak di lar (padang pengembalaan) merupakan tradisi masyarakat Sumbawa, hal ini disebabkan karena banyaknya lahan dan hamparan padang rumput sebagai tempat pengembalaan bersama. Ternak-ternak dilepas bebas di padang pengembalaan umum yang dalam bahasa Sumbawa dikenal dengan sebutan “lar”.

(19)

 

Di Indonesia sistem pengembalaan bebas hanya ditemukan di wilayah timur Indonesia, hal itu dikarenakan banyaknya terdapat areal padang rumput alami yang luas. Selain padang rumput yang luas di padang gembala juga ditemuka pepohonan yang biasa digunakan sebagai tempat berlindung ternak dari sinar matahari maupun hujan. Untuk memudahkan dalam penangkapan ternak, peternak biasanya memasukan ternak ke dalam kandang yang berada disekitar padang pengembalaan.

2.2 Kuda

Kuda merupakan salah satu hewan yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Zaman peperangan serta sebelum ditemukannya tenaga mesin. Kuda merupakan transportasi darat yang dapat di andalkan (Levine, 2015). Berikut merupakan klasifikasi taksonomi kuda (Bennet dan Hoffman, 1999). Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Perissodactyla Famili : Equidae Genus : Equus Spesies : E. caballus

(20)

 

2.3 Karakteristik Kuda Sumbawa

Kuda Sumbawa merupakan hasil persilangan kuda lokal (Sandalwood pony) dengan bangsa kuda arab atau Thotoughbred, kuda asli Sumbawa dan kuda asli Eropa. Di Indonesia terdapat 8 jenis kuda lokal yaitu : kuda Sandel atau kuda Sumba, kuda Sumbawa, kuda Sawu, kuda Timor, kuda Flores, kuda Sulawesi, kuda Jawa, dan kuda Aceh atau kuda Gayo. Umumnya kuda lokal di Indonesia memiliki struktur tubuh yang tidak begitu besar, tetapi memiliki daya tahan hidup yang kuat di daerah dengan kondisi tanah yang tandus dan beriklim tropis, serta tahan terhadap penyakit (Laili et al., 2014).

Kuda di daerah Sumbawa biasanya dimanfaatkan sebagai pengangkut barang, hasil-hasil pertanian dan pekerjaan ringan lainnya. Kuda banyak ditunggangi anak-anak dalam kegiatan pacuan kuda atau masyarakat setempat menyebutnya Main jaran. Dalam kegiatan main jaran, kuda-kuda di hias sedemikian rupa dan semenarik mungkin. Main jaran ini pun biasanya hanya dilakukan oleh anak-anak umur 9-12 tahun agar beban yang di bawa kuda ringan sehingga dapat berlari dengan kencang. Hal menarik dalam kegiatan main jaran sendiri ialah anak-anak kecil yang menunggang kuda tidak di lengkapi dengan pelana/ pengaman lainnya anak-anak hanya berpegang pada tali yang terdapat di leher bagian belakang kuda (Laili et al., 2014).

Anak-anak kuda begitu cepat, lincah dan sangat sabar serta bertemperamen sangat tenang. Mereka memiliki warna tubuh dominan terang sampai gelap dengan bentuk tubuh kompak dan relative rendah serta memiliki punggung rata. Kuda Sumbawa memiliki kepala, hidung dan mulut relatife besar dengan ekor panjang dan berbulu besar dengan persendian kaki baik, bentuk

(21)

 

tubuh kecil dan kaki belakang lebih tinggi. Pada umumnya anak kuda-anak kuda memiliki tinggi 1-1,25 meter, (Laili et al., 2014).

Menurut data dari Ditjennak Kementrian RI (2015) populasi kuda nasional pada tahun 2014 sebanyak 428.051 ekor. Sementara data sementara pada tahun 2015 jumlah populasi kuda nasional mengalami peningkatan menjadi 436.098 ekor. Di Nusa Tenggara Barat sendiri tercatat bahwa jumlah populasi kuda pada tahun 2011 adalah 38.505 ekor, tahun 2012 sebanyak 39.660 ekor, tahun 2013 sebanyak 38.282 ekor, tahun 2014 sebanyak 36.441 ekor dan tahun 2015 sebanyak 32.453 ekor. Pada tahun 2012 populasi kuda mengalami peningkatan namun pada tahun 2013-2015 populasi kuda menurun. Dengan jumlah kuda di kabupaten moyo hilir sendiri berjumlah 3.018 pada tahun 2014 dan 1.745 pada tahun 2015 (Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa). Produksi susu kuda sangat bervarasi tergantung jenis/ rass kuda, sebagai contoh ras Kirghiz yang berasal dari rusia dapat menghasilkan 2500 liter/ laktasi dengan rataan 16 liter per hari.

Orang-orang di Sumbawa memelihara kuda dengan cara melepas liarkan di lar/ padang pengembalaan. Kuda dibiarkan bebas dan mencari makan sendiri. Hanya dalam beberapa bulan sekali pemilik kuda memasukkan kuda ke dalam kandang untuk melihat kondisi kuda-kuda tersebut serta melihat kuda yang sedang bunting. Saat itu juga kuda biasanya diberi tali dibagian leher sebagai tanda kepemilikan namun ada juga beberapa peternak yang memberi cap di bagian pantat kuda. Setelah itu kuda kembali dilepas liarkan di lar/ padang pengembalaan dan hanya di pantau dari kejauhan saja. Dalam proses produksi terjadi secara alamiah dimana kuda-kuda tersebut kawin secara bebas di lar tanpa campur tangan peternak. Apabila kuda sudah beranak, peternak akan segera

(22)

 

memasukkan kuda dan anaknya ke dalam kandang. Namun untuk diperah susunya kuda harus ditunggu hingga tenang terlebih dahulu.

Kuda adalah hewan yang bersifat nomadik tinggi. Dalam keadaan liar, efisiensi reproduksi kuda dapat mencapai hingga 90%. Adapun yang menentukan tingkat produksi dan kualitas susu kuda yang dihasilkan akan dipengaruhi oleh :

2.3.1 Dewasa Kelamin Kuda Betina

Seekor kuda betina akan mencapai pubertas atau masak kelamin pada umur 12-15 bulan. kuda tidak bisa dikawinkan bila umur kuda kurang dari 2 tahun. Dianjurkan sebaiknya kuda dikawinkan umur 3 tahun. Bila kuda betina dikawinkan pada umur kurang dari 2 tahun maka tingkat kebuntingannya rendah. Namun bila dikawinkan pada umur 3 tahun dan dirawat dengan baik selama hidupnya maka kuda dapat menghasilkan anak 10-12 ekor, karena meskipun telah mencapai umur 20 tahun kuda betina masih dapat beranak (Jacoeb, 1994)

Siklus birahi seekor kuda betina rata-rata 21 hari dengan kisaran waktu antara 10-37 hari (Jacoeb, 1994). Periode birahi rata-rata 4-6 hari dengan kisaran yang sangat luas yaitu hanya 1 hari sampai berlangsung kontinyu. Tanda-tanda birahi pada kuda adalah gelisah, keinginan ditemani kuda lain, kencing berulang kali dan pembengkakan vulva.

Ovulasi terjadi pada periode-periode estrus. Telur yang dihasilkan dapat hidup selama 6 jam, sedangkan sperma pejantan dapat bertahan hidup selama 30 jam di dalam alat reproduksi betina. Oleh karena itu dianjurkan agar seekor kuda birahi dikawinkan tiap 2 hari sekali mulai pada hari ketiga timbulnya estrus (Jacoeb, 1994).

(23)

 

2.3.2 Masa Kebuntingan

Masa kebuntingan kuda betina rata-rata 335 hari dengan kisaran 315-350 hari (Hendri et al., 2012). Kuda-kuda betina tertentu cenderung memiliki kebiasaan melahirkan lebih awal, sedangkan kuda lainnya agak lambat. Dengan memperhatikan kecendrungan itu maka para peternak dapat lebih tepat mempertimbangkan saat kelahiran kuda mereka yang sedang bunting berdasarkan pengalaman masa lalu.

Saat yang kritis, baik bagi induk maupun anak yang dikandung adalah saat kelahiran. Bantuan sering kali tidak diperlukan pada saat kelahiran yang normal. Namun, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka perlu disiapkan peralatan untuk pertolongan kelahiran. Tidak diketahui apa sebabnya bahwa hampir semua kelahiran terjadi saat hari gelap. Sehubungan dengan hal ini, bagi para peternak yang telah berpengalaman, pada jam berapa pun mereka selalu siap sedia untuk membantu induk yang akan melahirkan (Jacoeb, 1994).

2.3.3 Masa Laktasi

Masa laktasi adalah masa ternak sedang berproduksi. Ternak mulai berproduksi setelah melahirkan. Kira-kira setengah jam setelah melahirkan, produksi susu sudah mulai keluar. Saat itulah di sebut masa laktasi dimulai.Laktasi karakteristik yang spesifik bagi ternak mamalia. Susu adalah produksi yang dihasilkan oleh glanula mamae dan nutrisi bagi anaknya untuk mendapatkan imunitas pasif. Susu memiliki kandungan kimin yang kompleks. Konstituen utamanya adalah air sebesar 46-90%, tergantung spesies ternaknya. Begitupun juga dengan komposisinya. Komponen utama lainnya adalah protein,

(24)

 

lemak dan laktosa. Susu juga merupakan berbagai mineral seperti Ca, Mg dan P serta berbagai vitamin (Hurley, 2000).

Sekresi glanula mammae setelah ternak beranak dikenal sebagai kolostrum, yang berbeda dengan air susu normal serta tidak umum untuk di konsumsi manusia. Pada umumnya kolostrum ini akan bertransisi menjadi air susu normal 5 hari setelah kuda beranak dan kadang-kadang sesudah 10-15 hari. Setelah periode kolostrum tersebut berakhir produksi susu berangsung naik 3-6 minggu atau sampai dengan bulan kedua, Sedikit konstan sampai bulan ketiga kemudian berangsur menurun perlahan-lahan sampir akhir masa laktasi (jacoeb, 1994).

2.3.4 Genetik

Faktor genetik bersifat individual, yang diturunkan oleh tetua (induk dan bapak) kepada turunannya. Faktor genetik ini juga bersifat baka, yang artinya sifat-sifat baik atau kurang baik dari tetua akan diwariskan kepada turunan berikutnya dengan sifat-sifat yang sama seperti sifat-sifat yang diwariskan oleh tetua. Faktor genetik ini akan menentukan jumlah produksi dan mutu air susu selama laktasi dengan komposisi zat-zat makanan tertentu sesuai dengan yang dimiliki oleh kedua induknya. Jika produksi susu induk dan pejantan tidak baik, maka dengan tatalaksana dan pakan yang serba baguspun tidak akan dapat memperbaiki produksi yang tidak tersebut yang diwariskan kedua induknya (Hurley, 2000).

2.3.5 Pakan

(25)

 

berkualitas maka kuda tersebut tidak akan mampu memproduksi susu. Pakan akan sangat berpengaruh terhadap produksi air susu. Ternak-ternak yang secara genetik baik akan memberikan produksi air susu yang baik pula. Akan tetapi, jika pakan yang diberikan tidak memadai, baik dari segi jumlah maupun mutu, maka untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan berproduksi akan dicukupi dengan mengorbankan persediaan zat-zat makanan yang ada di dalam tubuh dengan memobilisasikan zat-zat makanan yang tersimpan di dalam jaringan tubuh mereka. Jika ternak yang bersangkutan kehabisan zat-zat makanan yang harus dimobilisasikan, maka produksi susu akan menurut dan akhirnya akan membatasi pula sekresi air susu (Jacoeb, 1994)

Defisiensi zat-zat esensial dalam pakan yang diperlukan ternak mengakibatkan susunan maupun produksi susu menurun. Kadar lemak susu dipengaruhi oleh pakan. Pengaruh terhadap kadar lemak ini bersifat sementara dan akan pulih kembali setelah dua minggu, akan tetapi kadar protein dan gula banyak dipengaruhi oleh pakan ternak. Tatalaksana pengaturan dan pemberian pakan pada ternak menjelang laktasi maupun selama laktasi sangat penting, sebab energi banyak diperlukan untuk produksi susu. Dalam tatalaksana pemeliharaan yang baik pakan dengan kualitas dan kuantitas serta genetik yang unggul ketiga hal ini akan menampilkan kuda yang memproduksi susu tinggi dan berkualitas.

2.4 Komposisi Air Susu Kuda

Komposisi susu spesies mamalia bervariasi sangat luas oleh karna faktor genetik, physiological dan faktor nutrisi serta kondisi lingkungan (Malacarne et al., 2002). Komposisi gizi susu kuda, manusia, sapi (Tabel 1). Kandungan protein susu kuda lebih tinggi dibandingkan dengan ASI dan lebih rendah

(26)

 

daripada susu sapi. Konsentrasi kasein susu kuda berada antara ASI dan susu sapi. Air susu kuda memiliki kandungan lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan ASI ataupun susu sapi (Malancarneet al., 2002).

Table 2.1 Komposisi gizi susu kuda, manusia dan sapi

Keterangan Kuda Kisaran Manusia Kisaran Sapi Kisaran Lemak (g kg_) 12.1 (5-20) 36.4 (35-40) 36.1 (35-39) Protein g kg_1) 21.4 (15-28) 14.2 (9-17) 32.5 (31-38) Laktosa (g kg_1) 63.7 (58-70) 67.0 (63-70) 48.8 (44-49) Abu (g kg_1) 4.2 (3-5) 2.2 (2-3) 7.6 (7-8) Energy (kcal kg_1) 480 (390-550) 677 (650-700) 674 (650-712) Sumber : (Malacarne et al., 2002)

Energi tertinggi terdapat pada ASI, dibandingkan dengan susu kuda ataupun sapi lebih tinggi 677 kcal kg-1 dan sebaliknya dibandingkan dengan susu kuda ataupun sapi 2,2 g kg-1Ash terendah terdapat pada Asi. Kadar laktosa susu kuda 63,7 g kg-1 sedikit dibawah kadar Asi namun lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi (Malacarne et al., 2002).

Table 2.2 Perbandingan komposisi susu kuda dengan hewan ternak lainnya dan susu ibu (%)

No Spesies Lemak Protein Kasein Protein Whey Laktosa 1 Manusia (Ibu) 12,4 3,8 0,6 7,0 2 Sapi 12,7 3,7 0,6 4,3 3 Kambing 13,2 4,5 0,4 4,1 4 Domba 19,3 7,4 0,9 4,8 5 Kuda 11,2 1,9 1,2 6,2 Sumber: Morel (2003)

Protein whey yang ada dalan susu dan sirkulasi darah adalah serum albumin (2-15% protein Protein whey), dan serum globulin (11-21% dari protein whey) (Gibbs et al, 1982). Serum albumin sama dengan serum albumin dalam darah, sedangkan serum globulin adalah fraksi immunological susu kuda dan

(27)

 

Susu kuda mempunyai fraksi protein yang kaya dengan whey protein (35-50%) dari total protein (Sudarwanto et al., 1998). Komposisi susu kuda berbeda dengan susu sapi tetapi hampir mirip dengan komposisi susu manusia yaitu rendah non protein nitrogen (NPN) mengatakan bahwa protein dalam susu kuda terdiri dari whey (1,2%) dan protein kasein (1,3%). Laktosa adalah komponen energi dalam susu kuda (6,1%), satu molekul laktosa terdiri dari satu molekul galaktosa dan satu molekul glukosa, komponen galaktosa muda di ubah menjadi glukosa (Morel, 2003).

2.4.1 Kadar Lemak

Lemak merupakan zat penyusun air susu yang terpenting terdapat sebanyak 3,70% dengan kisaran 2,50% - 6,00% dalam bentuk emulsi (Eckles et al., 1973). Secara kimia lemak susu terdiri dari campuran antara trigliserida yang terbentuk dari tiga asam lemak dengan sebuah molekul gliserol. Partikel-partikel atau disebut globula-globula lemak yang dikelilingi oleh lapisan protein. Butiran-butiran lemak menyebabkan warna putih pada air susu karena sinar matahari direfleksikan kembali oleh butir-butir lemak susu. Selain itu dalam lemak susu ditemukan juga beberapa bahan lain seperti vitamin A dan D. Demikian pula pro vitamin A yakni karotin yang memberikan warna kuning pada proses pembuatan mentega (Hermawati et al., 2004).

Lemak atau lipida pada susu kuda, relatife lebih rendah, dibandingkan dengan susu hewan ternak dan susu ibu. Sama seperti susu sapi, susu kuda juga merupakan sumber yang baik akan lemak, protein vitamin dan mineral. Komposisi asam lemak pada susukuda terdiri dari asam lemak rantai pendek, sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh (Gibbs et al., 1982).

(28)

 

2.4.2 Kadar Laktosa

Laktosa adalah gula yang terdapat dalam air susu, yang terdiri dari molekul galaktosa dan glukosa (Judkins dan Keener 1996). Laktosa mempunyai formula yang sama seperti gula tebu (sukrosa) yaitu C-H

22O11. Bedanya dengan sukrosa adalah dalam tingkat rasa manisnya. Sukrosa mempunyai rasa manis enam kali dari pada laktosa. Disebutkan pula bahwa laktosa merupakan sumber energi tetapi tidak sebanyak lemak, kira-kira satu kg lemak menghasilkan energi yang sama dengan 2,25 kg laktosa. Laktosa merupakan bahan yang sangat penting dalam susu olahan. Kurang lebih 40% dari total bahan kering susu terdiri dari laktosa (Detha et al., 2014)

Laktosa dalam susu terdapat dalam bentuk larutan murni sehingga susu tersebut terasa manis. Pemanasan pada suhu 100-130oC mengakibatkan perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan atau biasa disebut caramel (Eckles et al., 1973).

2.4.3 Kadar Protein

Protein susu kuda memiliki susunanasam amino esensial yang relatif lengkap, mengandung dua komponen utama yaitu kaseindan whey (Detha et al., 2014). Protein merupakan bahan makanan yang sangat penting dalam menyusun sel makluk hidup. Bahan-bahan pembentuk protein dari susu yang berasal dari darah yaitu : peptida-peptida, plasma protein, dan asam amino yang bebas. Asam-asam yang bebas akan diserap oleh kelenjar susu dari darah diubah menjadi protein air susu (Wikantadi, 1997).

(29)

 

terdapat dalam susu adalah laktoglobumin yang jumlahnya sangat kecil berkitar antara 0.05 – 0,7% (Eckles et al., 1973).

Protein susu terbentuk dari 23 asam amino atau lebih, dimana asam amino tersebut sangat diperlukan untuk gizi manusia (Diggings dan Bundy, 1961). Selanjutnya dinyatakan dengan minum tiga gelas air susu perhari untuk orang dewasa akan terpenuhi seluruh kebutuhan tubuh terhadap lima asam amino essensial seperti : leusine, lysine, threonine, valine dan isoleusine sehingga susu dikatakan sebagai makanan yang bernilai gizi tinggi.

2.4.4 Penetapan Nilai pH

Pada saat susu kuda keluar dari ambing, air susu tersebut menunjukan reaksi yang amphoter, dimana dengan kertas lakmus biru menunjukan warna merah, dengan kertas lakmus merah menunjukan warna biru. Susu segar yang normal memiliki pH berkisar antara 6,5 – 6,6 ini berarti menunjukan sedikit asam (Eckles et al., 1973).

Keasaman pada air susu kuda disebabkan karena adanya asam laktat, tetapi susu kuda yang baru diperoleh dari ternak yang sehat tidak mengandung asam laktat (Laili et al., 2014). Selanjutnya dinyatakan bahwa keasaman yang terjadi di dalam air susu disebabkan oleh adanya fermentasi laktosa oleh mikrobia tertentu yang dapat dalam air susu, menjadi asam organik terutama asam laktat. Derajat asam susu normal berkisar antara 4 – 7,5oSH. Pada susu yang rusak, derajat asamnya akan meningkat. Keasaman susu segar ini berkisar sesuai dengan kandungan bahan kering tanpa lemak, dimana keasaman dihasilkan oleh asam sitrat susu, asam fosfat, protein dan karbondioksida yang pecah (Folley et al., 1973). Disamping itu Ressang dan Nasution (1962) menyatakan bahwa

(30)

asam- 

asam organik paling banyak ditemukan adalah pada susu kolostrum dan air susu pada permulaan laktasi. Dinyatakan pula air susu yang baru diperah mempunyai reaksi sedikit asam yang disebabkan oleh kasein, asam fosfat dan nitrat. Beberapa jam berikutnya keasaman berkurang sedikit demi sedikit disebabkan oleh pengeluaran gas CO2, N2 dan O2 setelah itu keasaman akan naik lagi karena pembentukan asam susu. Variasi keasaman dari susu segar dipengaruhi oleh tingkat laktasi, komposisi susu, keadaan abnormal dari kelenjar susu. Kolostrum mengandung keasaman yang tinggi, tetapi setelah beberapa hari seteah melahirkan, keasaman susu menjadi normal. Air susu yag berasal dari hewan yang menderita mastitis akan lebih rendah keasamannya daripada susu yang dihasilkan oleh hewan yang kelenjar ambingnya bebas dari penyakit (Eckles et al., 1973).

pH susu bervariasi sebagai akibat perubahan musim (Freeman 1959). pH susu bervariasi tergantung pada suhu. Pada suhu yang lebih rendah pH air susu menunjukan angka yang lebih dan pada suhu yang tinggi menunjukan angka yag kecil.

2.4. Total Mikroba

Pada saat susu keluar dari ambing yang sehat, susu mengandung mikroorganisme yang masuk ke saluran putting memalui lubang puting. Mikroorganisme tersebut keluar secara mekanik selama proses pemerahan dan banyaknya berkisar antara beberapa ratus sampai beberapa ribu per milliliter susu. Lebih lanjut meninggalkan ambing hingga dibotolkan, serta apapun yang berhubungan pada saat tersebut dapat menambah jumlah bakteri pada susu.

(31)

 

Kualitas susu dapat digolongkan berdasarkan pemeriksaan jumlah total bakteri dan penetapan waktu reduktase (Salle, 1974 dalam Dongga 2010).

Tabel 2,3 Kualitas Air Susu Berdasarkan Jumlah Bakteri dan Waktu Reduktase

Kualitas Susu Jumlah Bakteri per Mmililiter Waktu Reduktase

Baik <0,5 juta >5,5

Sedang 0,5-4 juta 2-5,5 jam

Buruk 3-20 juta 20 menit – 2 jam

Sangat buruk >20 juta <20 menit Sumber : (Salle, 1977 dalam Dongga 2010)

(32)

 

BAB III

MATERI DAN METODE 3.1 Materi Penelitian

3.1.1 Susu kuda

Susu yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu hasil perahan kuda liar Sumbawa yang diternak oleh petani organik di Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Susu diperah dari kuda yang dibagi menjadi 3 kelompok usia yang berbeda yakni 3, 5 dan 7 Tahun.

3.1.2 Alat dan bahan penelitian 3.1.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yakni botol babcock, pipet susu 17,6 ml, pipet otomatis 17,5 ml atau per acid dipper 17,5 ml, thermometer, waterbath, centrifuge babcock, kompor listrik / gas, labu ukur 100 ml, kertas saring whatman no. 42, tabung folin-wu, penangas air, labu kjeldhal, gelas erlenmeyer, desikator, pH meter, electrode pH meter. Tabung reaksi, rak tabung, kertas warna putih, kapas, inkubator, oven dan autoklaf.

3.1.2.2 Bahan

Susu kuda liar Sumbawa, asam sulfat pekat, asam sulfat (H2SO4), air panas, natrium tungstat, asam sitrat, larutan aquades, glukosa 0,6 mg, asam benzoat 0,2%, reagen cu alkalis, reagen posmopolitan, Na2SO4 an-hidrat, H2SO4 pekat, gram Zn, NaOH 45%, HCl, larutan basa standar (NaOH 0,1 N), larutan buffer pH 7.

(33)

 

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu pengambilan sampel susu kuda liar sumbawa diambil di Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa dan evaluasi kualitas kimia susu kuda liar Sumbawa dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Mikrobiologi Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan januari sampai dengan maret 2017

3.2.2 Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 3 perlakuan dan 3 ulangan terhadap 9 ekor kuda sehingga diperoleh 9 unit percobaan. Perlakuan tersebut antara lain : U3 (susu kuda umur 3 tahun), U5 (susu kuda umur 5 tahun) dan U7 (susu kuda umur 7 tahun).

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Cara pengambilan sampel

Sampel diambil sebanyak 500 ml pada masing-masing perlakuan umur. Pengambilan sampel dilakukan di padang pengembalaan (lar) di wilayah Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa. Kuda terlebih dahulu dimasukkan kandang dan di ikat untuk memudahkan dalam proses pemerahan susu, kemudian ambing dibersihkan menggunakan kain. Susu yang telah diperah kemudian di tampung dalam botol dan dikemas ke dalam coolbox yang berisi es batu, hal ini bertujuan untuk menjaga susu tetap segar selama proses perjalanan. Sampel susu segera di bawa ke Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Mikrobiologi

(34)

 

Fakultas Peternakan Universitas Udayana di Denpasar untuk di uji kualitas kimianya.

3.4 Variabel yang Diamati 3.4.1 Kadar lemak

Penetapan kadar lemak dalam penelitian ini menggunakan metode Babcock, caranya sebagai berikut : air susu kuda dan asam sulfat pekat sebelum digunakan harus di dinginkan terlebih dahulu sampai suhu ± 15oC. Setelah itu ke dalam botol Babcock diisi air susu kuda yang sudah dihomogenkan terlebih dahulu sebanyak 17,6 ml dengan menggunakan pipet 17,6 ml. Kemudian dengan menggunakan pipet otomatis dialirkan 17,5 ml asam sulfat pekat (H2SO4) secara perlahan-lahan ke dalam botol babcock yang berisi air susu. Botol dikocok selama 1,5 menit sampai homogen, terlihatlah warna campuran coklat keungu-unguan, kemudian disentrifuge (dipusingkan) selama 5 menit. Setelah itu botol diambil dan ditambahkan air panas ± 93,3oC sampai pada dasar leher botol, lalu dicentrifuge lagi selama 2 menit, diambil dan ditambahkan air panas ± 93,3oC sampai skala teratas botol. Selanjutnya disentrifuge selama 1 menit kemudian dibaca persentase kadar lemak pada skala.

3.4.2 Kadar laktosa

Penetapan kadar laktosa dilakukan dengan metode Nelson, caranya sebagai berikut : Pertama-tama masukan 1 ml susu kuda ke dalam labu 100 ml, kemudian ditambahkan 2 ml natrium tungstat, secara perlahan-lahan sambil dikocok ditambahkan 2 ml H2SO4. Larutan tersebut di encerkan hingga batas dan dibiarkan selama 5 menit kemudian di saring dengan menggunakan kertas saring

(35)

 

whatman no. 42 ke dalam tabung Folin-Wu di pipet 1 ml asam sitrat, kemudian ditambah 1 ml aquades, 2 ml standar glukosa yang mengandung 0,6 mg laktosa. Membuat standar laktosa dari larutan baku (yang mengandung 1 gr/100 ml laktosa) dengan cara memipet 3 ml larutan ini kedalam labu ukur 100 ml, kemudian dengan larutan asam benzoat 0,2% hingga batas. Kedalam masing-masing tabung Follin-Wu ditambahkan 2 ml reagen Cu alkalis, lalu dipanaskan dalam penangas air dan di didihkan selama 8 menit sambil dikocok ditambahkan reagen posmopolitan, dibiarkan 1 menit lalu diencerkan dan dibaca absorbsinya pada 630 nm.

3.4.3 Kadar protein

Penetapan kadar protein dilakukan dengan metode Gunning sebagai berikut : Susu ditimbang sebanyak 3,5 gram kemudian dimasukkan ke dalam labu kjeldhal dan ditambahkan 10 gram Na2SO4 an-hidrat serta 25 ml H2SO4 pekat. Labu kjeldhal yang telah berisi bahan dipanaskan pada kompor listrik diruang asam (proses destruksi). Mula-mula dengan api kecil, setelah asap hilang api dibesarkan. Pemanasan diakhiri setelah cairan jernih berwarna kehijau-hijauan. Dibuat blanko yang perlakuannya sama dengan diatas hanya tanpa menggunakan tahu susu. Setelah labu kjeldhal beserta cairannya dingin ditambahkan 200 ml aquades dan 1 gram Zn serta larutan NaOH 45% sampai cairan bersifat basis. Labu kjeldhal selanjutnya dipasang pada destilator dan dipanaskan sampai amoniak menguap. Destilat ditampung dengan Erlenmeyer yang berisi 100 ml HCl dalam destilat dititrasi dengan larutan basa standart (NaOH 0,1 N).

(36)

 

3.4.4 Penetapan nilai pH

Penetapan nilai pH dilakukan dengan alat pH meter action model 209 MV/pH meter. Sebelumya pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH 7 kemudian elektrode diangkat dan dibersihkan dengan aquades. Selanjutnya ke dalam gelas Erlenmeyer dimasukkan 50 ml susu, dan diukur suhunya. Kemudian pengaturan suhu pada pH meter diputar disesuaikan dengan suhu air susu. Setelah itu elektrode pH meter dimasukkan ke dalam air susu. Angka yang ditampilkan pada layar display pH meter menunjukan pH dari air susu tersebut.

3.4.5 Total mikroba

Analisis total mikroba susu kuda liar sumbawa dengan metode tuang (Jenie dan Fardiaz, 1989) dengan cara : susu kuda sumbawa di ambil sebanyak 5 ml dengan pipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi 45 ml pepton sebagai tingkat pengenceran 10-1. Dari tingkat pengenceran 10-1 diambil satu mililiter dengan pipet dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml pepton sebagai tingkat pengenceran 10-2. Dari tingkat pengenceran 10-2 diambil satu mililiter dengan pipet dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml sebagai tingkat pengenceran 10-3. Demikian seterusnya sehingga diperoleh pengenceran 10-5. Pemupukan dilakukan dengan cara diambil sebanyak satu mililiter dari tingkat pengenceran 10-4 dan 10-5. Kemudian cawan petri tersebut dituang dengan media NA (Natrium Agar) sebanyak 20 ml. Selanjutnya cawan petri digoyang-goyangkan sehingga homogen dan dibiarkan hingga membeku dan di inkubasi dalam inkubator dalam posisi terbalik pada suhu 37o ± 24 jam. Kemudian dilakukan penghitungan total koloni bakteri dengan metode hitungan cawan (Jenie

(37)

 

Jumlah bakteri = Jumlah koloni percawan X

3.4.6 Analisis data

Data dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam dan apabila data yang diperoleh menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Steel and Torrie, 1991). Data total mikroba sebelum dianalisis di transformsi terlebih dahulu ke dalam log X.

(38)

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Tabel 4.1 Hasil Pemantauan Sistem Pemeliharaan dan Sistem Pemerahan Susu Kuda Liar di Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa Besar

NO Pertanyaan 3 tahun 5 tahun 7 tahun 1 Sistem

pemeliharaan

– Dilepas liarkan lar – Tidak diberi pakan

tambahan

– Dilepas liarkan lar – Tidak diberi pakan

tambahan

– Dilepas liarkan lar – Tidak diberi pakan

tambahan 2 Sistem pemerahan – Tidak mencuci tangan terlebih dahulu – Tidak membilas puting dengan air hangat sebelum pemerahan – Dilakukan di padang pengembalaan – Susu di tampung

dalam botol tanpa dilakukan sterilisasi terlebih dahulu – Tidak mencuci tangan terlebih dahulu – Tidak membilas puting dengan air hangat sebelum pemerahan – Dilakukan di padang pengembalaan – Susu di tampung

dalam botol tanpa dilakukan sterilisasi terlebih dahulu – Tidak mencuci tangan terlebih dahulu – Tidak membilas puting dengan air hangat sebelum pemerahan – Dilakukan di padang pengembalaan – Susu di tampung

dalam botol tanpa dilakukan

sterilisasi terlebih dahulu

3 Jenis pakan –Rumput liar –Rumput liar – Rumput liar 4 Tingkat laktasi – Laktasi 1 –Laktasi 2 – Laktasi 3 5 Kandang – Kandang semi

permanen

– Kandang semi permanen

Kandang semi permanen

(39)

 

Variabel Perlakuan1) SEM2)

U3 U5 U7

Kadar Lemak % 2,1a3) 2,9a 3,6a 0,662 Kadar Laktosa % 2,6a 2,1a 1,7b 0,123 Kadar Protein % 2,4a 2,0a 2,8a 0,303 Nilaip pH 5,5a 5,5a 5,8a 0,293 Total Mikroba (cfu/ml) 5,5x107a 5,9x107a 1,7x106a 0,865 Keterangan:

1) Susu kuda umur 3 tahun (U3), Susu kuda umur 5 tahun (U5), dan Susu kuda umur 7 tahun (U7).

2) SEM: “ Standar Error of The Treatment Means”

3) Nilai dengan huruf yang sama pada baris yang sama pada masing-masing perlakuan adalah berbeda tidak nyata (P>0,05) dan nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

4.1.1 Kadar lemak

Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh hasil bahwa evaluasi kualitas kimia susu kuda liar sumbawa menunjukan bahwa lemak pada susu kuda U7 berbeda tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi 1,9% dibandingkan U5 dan 4,0% dibandingkan U3. Lemak susu kuda U5 berbeda tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi 2,5% dibandingkan U3. Lemak yang tertinggi di peroleh pada umur 7 tahun (3,6%) dan terendah umur 3 tahun (2,1%) (Tabel 4.2).

4.1.2 Kadar laktosa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa laktosa pada susu kuda liar sumbawa U3 berbeda tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi 1,6% dibandingkan U5 dan berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi 3,1% dibandingakan U7. Laktosa susu kuda U5 berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi 1,8% dibandingkan U7. Laktosa yang tertinggi di peroleh pada umur 3 tahun (2,6%) dan terendah umur 7 tahun (1,7%) (Tabel 4.2).

(40)

 

4.1.3 Kadar protein

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan bahwa protein susu kuda liar sumbawa U7 berbeda tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi 0,2% dibandingkan U5 dan 0,1% dibanding U3. Protein susu kuda U5 berbeda tidak nyata (P>0,05), lebih rendah 0,1% dibandingkan U3. Protein yang tertinggi diperoleh pada umur 7 tahun (2,8%) dan terendah umur 5 tahun (2,0%) (Tabel 4.2).

4.1.4 Nilai pH

Uji nilai pH pada susu kuda liar sumbawa menunjukan bahwa hasil analisis statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Nilai pH susu kuda U7 lebih tinggi 0,6 dibandingkan U5 dan U3. Nilai pH tertinggi diperoleh pada umur 7 Tahun (5,8) dan terendah umur 3 dan 5 tahun (5,5) (Tabel 4.2).

4.1.5 Total mikroba

Dari data Tabel 3.2 terlihat bahwa total mikroba susu kuda liar sumbawa U3 berbeda tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi 0,3% dibandingkan U5 dan 0,1% dibandingkan U7. Total mikroba susu kuda sumbawa U5 berbeda tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi 0,8% dibandingkan U7 (Tabel 4.2).

4.2 Pembahasan

Susu merupakan sumber energi karena mengandung laktosa dan lemak, sumber zat pembangun karena mengandung protein dan mineral serta sebagai bahan-bahan pembantu proses metabolisme seperti mineral dan vitamin. Komposisi air susu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis ternak dan keturunannya (hereditas), bulan laktasi, umur ternak, peradangan pada ambing, pakan ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu. Lemak merupakan

(41)

 

komponen terpenting dalam susu. Lemak menimbulkan citarasa pada susu dan produk olahan susu karena susu mengandung berbagai jenis asam lemak (Firmansyah, 2010). Menurut Akers (2002); Malacarne (2002) dalam Detha et al., (2014), komposisi dan produksi susu, termasuk lemak dapat mengalami perubahan tergantung pada masa laktasi, umur ternak, pakan, fisiologis ternak, jenis ternak, iklim dan keseimbangan nutrisi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kandungan lemak pada susu kuda liar Sumbawa umur 7 tahun cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan lemak susu kuda sumbawa umur 3 dan 5 tahun, kuda yang lebih tua memiliki fisiologis yang menurun yang dapat menyebabkan kurangnya penyerapan zat-zat makanan dalam tubuh dan sel-sel pada ambing mulai mengalami kerusakan. Hal tersebut dapat menyebabkan produksi susu menurun sehingga menyebabkan susu yang dihasilkan lebih pekat dan kandungan lemak dalam susu meningkat. Watuseke et al., (2016) melaporkan bahwa semakin tua umur ternak status fisiologis menurun hal ini menyebabkan produksi menurun. Ternak dengan umur yang semakin tua memiliki aktivitas yang menurun sehingga menyebabkan kadar lemak meningkat. Hasil penelitian ini serupa dengan pernyataan Qureshi et al., (2012) bahwa kadar lemak pada susu lebih tinggi pada umur yang lebih tua dibandingkan dengan umur muda walaupun tidak signifikan. Kadar lemak dalam susu juga dapat dipengaruhi oleh kandungan serat kasar di dalam pakan, bila kadar serat kasar rendah dapat menurunkan kadar lemak susu yang dihasilkan (Firmansyah, 2010). Standar Nasional Indonesia (2011) menyatakan bahwa lemak pada susu kuda memiliki kadar minimum sebesar 3,0%. Jika dibandingkan dengan standar tersebut maka

(42)

 

kadar lemak susu kuda liar sumbawa berdasarkan hasil penelitian memiliki kadar lemak yang baik sesuai dengan SNI.

Salah satu komponen utama dalam susu yakni laktosa. Laktosa merupakan karbohidrat utama yang terdapat di dalam susu mamalia, laktosa adalah disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Laktosa hanya terdapat pada sel-sel kelenjar mammae pada masa menyusui. Laktosa terbentuk dari dua komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa. Dari hasil penelitian kadar laktosa susu kuda liar sumbawa pada umur 3 tahun cenderung lebih tinggi di bandingkan umur 5 dan 7 tahun.

Dari hasil penelitian, kadar laktosa susu kuda liar sumbawa memiliki kecenderungan menurun seiring bertambahnnya usia ternak. Hal ini dapat disebabkan karena semakin tua umur kuda maka produksi susu menurun akibat fisiologis ternak yang menurun sehingga penyerapan zat-zat nutrisi rendah. Hasil penelitian ini serupa dengan pernyataan Detha et al., (2014), yang menyatakan bahwa kadar laktosa pada susu dapat menurun seiring meningkatnya umur ternak, sehingga perlu memperhatikan pemberian pakan atau ransum yang berimbang artinya mengandung energi, protein, vitamin dan mineral yang cukup dengan keseimbangan yang baik sehingga ternak kuda sumbawa yang dipelihara dapat menghasilkan kualitas susu yang bagus termasuk laktosa yang sesuai dengan standar (Jacoeb, 1994).

Berdasarkan hasil penelitian kadar laktosa susu kuda liar sumbawa lebih rendah jika dibandingkan dengan pendapat Buckle et al., (1987) yang menyatakan

(43)

 

bahwa kadar laktosa susu kuda sebesar 6,1%, manusia 7,0% dan susu sapi memiliki kadar laktosa 4,9%.

Hal ini dikarenakan pakan yang di konsumsi kuda liar sumbawa berupa rumput liar yang memiliki nutrisi yang rendah. Pakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas dan kuantitas susu. Pada pemberian pakan yang tidak memadai menyebabkan produksi dan kandungan susu yang rendah (Laryska dan Nurhajati, 2013). Kuda liar sumbawa dipelihara oleh pemiliknya secara tradisional dengan cara dilepas liarkan di padang pengembalaan atau lar. Pemilik kuda tidak menyediakan kadang maupun memberikan pakan tambahan baik berupa hijauan, konsetrat, dedak ataupun air minum, kecuali bagi kuda yang khusus diperuntukan sebagai kuda pacu

Protein merupakan salah satu kandungan yang terdapat dalam susu kuda liar sumbawa. Protein susu kuda liar sumbawa memiliki susunan asam amino esensial yang relatif lengkap, mengandung dua komponen utama yaitu kasein dan whey (Detha et al., 2014). Total protein dan kasein susu kuda juga lebih rendah dari pada ruminansia seperti sapi, kambing dan domba Kandungan protein whey sekitar 40% jauh lebih tinggi daripada susu ruminansia (≤20 %) (Kusumaningtyas, 2016). Susu kuda mengandung protein dengan berat molekul rendah. Hal ini membuat protein susu kuda mudah dicerna. Susu kuda, termasuk susu kuda liar Sumbawa lebih cocok dikonsumsi oleh bayi karena komposisi zat gizinya mendekati air susu ibu (ASI). Sama seperti susu sapi, susu kuda juga merupakan sumber yang baik akan lemak, protein dan vitamin (Hakim et al., 2013).

(44)

 

Dari hasil penelitian didapatkan kadar protein pada susu kuda liar sumbawa umur 7 tahun cenderung lebih tinggi dibandingkan umur 5 tahun dan umur 3 tahun. Hal ini dikarenakan jumlah pakan yang dikonsumsi lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan maintenance dan produksi. Gibbs et al., (1982) bahwa kadar protein susu kuda dalam kolostrum sangat tinggi yaitu 13,5% dan dalam laktasi biasanya hanya 2,7%, dan kandungan protein susu kuda mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia kuda. Jika dilihat dari hasil penelitian, kadar protein susu kuda liar sumbawa lebih tinggi dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (2011) yang menyatakan bahwa kandungan protein dalam susu kuda sebesar 2,0%. Menurut Akers, (2002); Malacarne et al., (2002) dalam Detha et al., (2014), komposisi dan produksi susu, termasuk asam lemak, asam amino, dan vitamin dapat mengalami perubahan tergantung pada umur, masa laktasi, dan keseimbangan nutrisi. Csapo et al., (2009) dalam Detha et al., (2014), menyatakan bahwa di bandingkan umur ternak dan faktor lainnya yang mempengaruhi komposisi kadar protein susu kuda, masa laktasi paling berperan penting.

Umumnya penurunan kualitas susu di pengaruhi juga oleh faktor lingkungan (suhu, pH, oksigen). Adanya perubahan faktor tersebut akan menyebabkan kualitas susu menjadi menurun dalam penyimpanan. Suhu ruang yang tinggi dapat membuat susu menjadi cepat rusak dan merupakan awal dari tumbuhnya mikroba. Hal ini disebabkan susu mengandung bermacam-macam unsur dan sebagian besar terdiri dari zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Susu dalam keadaan normal memiliki pH antara 6,5 - 6,7 (Sinale et al., 2014).

(45)

 

Hasil uji pH susu kuda liar sumbawa pada semua umur tidak menunjukan perbedaan. Hal ini disebabkan oleh faktor keasaman atau pH dari susu segar dipengaruhi oleh tingkat laktasi, komposisi susu, keadaan abnormal dari kelenjar susu (Eckles et al., 1973). Tingkat keasaman susu bervariasi sebagai akibat perubahan musim dan suhu (Freeman 1959). pH yang tidak normal merupakan kondisi yang sangat menguntungkan bagi mikroorganisme sehingga susu akan mudah rusak akibat pertumbuhan bakteri (Cahyono et al., 2013). Hasil penelitian menunjukkan pH susu kuda liar sumbawa lebih rendah dari kisaran normal. Laili et al., (2014), menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan penurunan pH pada susu karena susu kuda liar sumbawa dapat melakukan autofermentasi sehingga mempunyai sifat asam Berdasarkan hasil penelitian didapatkan total mikroba susu kuda liar sumbawa melebihi Standar Nasional Indonesia, hal tersebut juga dapat menyebabkan pH susu kuda liar sumbawa lebih rendah dari kisaran normal atau memiliki sifat asam.

Jumlah total mikroba dalam susu dapat digunakan sebagai indikator pencemaran dan kualitas sanitasi. Total mikroba hasil penelitian pada susu kuda liar sumbawa umur 3 tahun adalah 5,5x107 cfu/ml. Total mikroba pada susu kuda umur 5 tahun adalah 5,9x107 cfu/ml dan total mikroba pada susu kuda umur 7 tahun adalah 1,7x106 cfu/ml. Standar Nasional Indonesia (2011), menyatakan bahwa total mikroba pada susu kuda sebesar 1x106 cfu/ml.

Tingginya total mikroba dalam susu kuda liar sumbawa disebabkan oleh adanya kontaminasi pada saat proses pemerahan, karena proses pemerahan yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten masih kurang higenis karena masih menggunakan teknik yang tradisional. Kuda terlebih dahulu

(46)

 

dimasukkan kandang dan di ikat untuk memudahkan dalam proses pemerahan. Peternak di Kabupaten Sumbawa dalam melakukan pemerahan tidak mencuci tangan terlebih dahulu dan ambing tidak di bilas menggunakan air hangat hanya menggunakan kain. Dalam proses pemerahan susu hanya di tampung menggunakan botol dan tidak dilakukan sterilisasi terlebih dahulu (Tabel 4.1). Suheni, (2010) menyatakan bahwa prosedur pemerahan susu yang baik dan benar dengan cara membersihkan bagian ambing dan bagian belakang sekitar lipatan paha dengan kain basah kemudian ambing di bersihkan dengan air hangat (370C) untuk menghindari pencemaran bakteri dan juga untuk merangsang agar susu dapat keluar dari kelenjar-kelenjar susu, puting susu diolesi dengan vasline agar puting susu tidak luka atau lecet. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi serta peningkatan sanitasi dan higenitas.

(47)
(48)

 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini disimpulkan bahwa : 1. Kualitas kimia susu kuda liar sumbawa umur 3 tahun masih dalam Standar

Nasional Indonesia (lemak 2,1%, laktosa 2,6% protein 2,4% pH 5,5%)

2. Total bakteri susu kuda liar sumbawa umur 3, 5 dan 7 tahun sebesar

1,7x106 - 5,5x107 cfu/ml dan diatas batas normal Standar Nasional Indonesia.

5.2 Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penyuluhan kepada peternak kuda liar sumbawa agar lebih menjaga proses pemerahan susu untuk menghindari kontaminasi agar menghasilkan susu yang terjamin keamanannya.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bakteri Ecoli dan Coliform susu kuda liar sumbawa yang berkaitan dengan umur.

(49)

 

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset,Yogyakarta.

Bennet, D. dan Hoffman, R.S. (1999). Equus caballus Linnaeus. American Society of Mammalogist.

Badan Kordinasi Penanaman Modal Satu Pintu Kabupaten Sumbawa (2012)

http://ptsp.bkpm.go.id/ptsp2012/index.php?r=profilptsp/view&id_ptsp=15 4 Diakses tanggal 20 April 2016

Badan Standarisasi Nasional Susu Kuda Lemak Protein Laktosa Warna Bau. 2011

http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/5565 Diakses tanggal 20 April 2016

Buckle, K. K., G. H. Edwars, R. A. Fleet. dan Wootton. 1987. Ilmu Pangan.UI-Press. Jakarta.

Buda, I. K., I. B. Arka, Sulandra, I. G. P. Jamasuta,. dan I. K. Arwana,. 1980. Susu dan Hasil Pengolahannya.Bagian Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan. Universitas Udayana, Denpasar. Cahyono, D. Masdiana, Ch. Padaga dan Manik, E. S. 2013. Kajian Kualitas

Mikrobiologis (Total pate count (TPC) Enterobacteriaceace dan Staphylococcus aureus) Susu Sapi segar di Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Vol. 8(1): 1 – 8. David, K.H.201. Controlling Internal Parasites of Horse. University Extension.

Colombia.

Deta, A., I. R. S. Mirnawati, L. Handri dan FransU. D..2014. Komposisi Kimiawi dan Raksinasi Protein Susu Suda Sumba.Jurnal Veteriner September.Vol. 15(4): 506 – 514.

Diastari. I. A. F. dan Agustina. K. K. 2013. Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar.Indonesia Medicus Veterinus.Vol. 2(4): 453 – 460.

Diggins, R. V. dan Bundy C. W. 1971. Dairry Produktion Second. Prentice Hall. Inc. New Yersey.

Ditjennak Kementrian RI. 2015. Populasi Kuda Menurut Propinsi http://www.pertanian.go.id/ap_pages/mod/datanak Diakses tanggal 20 April 2016

Dongga, R. E. D. 2010. Profil Produksi Susu Kuda di Peternakan Rakyat Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. (Skripsi). Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Eckles, C. H.,W. B, Comb,dan H. Macy.1973. Milk and Milk Products. Mc Graw Hill Book Company, Inc.

(50)

 

Firmansyah, F. 2010. Peforma Produksi dan Kualitas Susu FH pada Laktasi, Waktu Pemerahan dan Genotipe Kappa Kasein (K-Kasein) Berbeda di Lembang Bandung. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Folley, R. C.,D. L. Bath, F. N. Dickinson, dan H. A. Tucker, 1973. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea dan Febinger, Philadelphia. USA.

Freeman, T. R. 1959. Effect of Breed, Season and stages of Lactation on Certain Constituen and Properties of Milk. Kentucky Agric. Exp. St. University of Kentucky. Bull 667. P 3 – 37.

Gibbs, P.G.Potter, G.D. Blake, R.W. dan McMullan, W.C. 1982. Milk Production of Quarter Horse Mares During 150 days if Lactation. Journal of Animal ScienceVol. 5(4): 496 – 499.

Hakim, N. S. I.K., I. P. Suada,dan Sampurna. 2013. Ketahanan Susu Kuda Sumbawa pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau Dari Total Asam, Uji Didih dan Warna. Indonesia Medicus Veterinus Vol. 2(4): 369 – 374. Hendri, Suardi, dan A. Mikail. 2012. Perbandingan Performans Reproduksi Kuda

Lokal dan Turunan Thoroughbred di Kota Payakumbuh.Jurnal Peternakan Indonesia Vol. 14 (3): 441 – 446.

Hermawati, D., M. Sudarwanto,S. T. Soekarto, F. R.Zakaria, S. Sudardjat, dan Tjatur F. S. Rasa.2004.Aktivitas Antimikroba pada Susu Kuda Sumbawa.Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol.15 (1): 47 – 53. Hurley, W. L. 2000. Mammry issue organization.Lactation Biologi.ANSCI 308.

http://classes aces.uiuc.edu/ Ansci 308/ . Diakses pada 15 April 2016. Jacoeb, T. N. 1994. Budidaya Ternak Kuda. Kanisius. Yogyakarta.

Jenie, B. S. L dan S. Fardiaz. 1989. Petunjuk Laboratorium Uji Sanitasi dalam Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kusumaningtyas, C. 2016. Peptida Bioaktif Susu Kambing dan Susu Kuda Hasil Hidrolisis Romelin dan Protease Bacillus thuringensis. Sekolah Tinggi Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Laili, F. N., E. Setiowati dan S.Iravati.2014 Susu Kuda Sumbawa Khas Indonesia Bahan Antibakteri Jerawat (Staphylococcus epidermis). Trad Med. J. Vol.19(2): 74 – 79.

Laryska, N. dan T. Nurhajati. 2013. Peningkatan Kadar Lemak Susu Sapi Perah dengan Memberikan Pakan Kosentrat Komersial Dibandingkan dengan Ampas Tahu. Agroveteriner Vol.1(2): 79 – 87.

Malancarne, M. F., A. Martuzzi, Summer dan P. Mariani. 2002. Protein dan Fat Composition of Mare’s Milk: Some Nutrisional Remarks with Reference

(51)

 

to Human and Cow’s milk. Review.Internasional Daily Jurnal Vol. 12 (3): 210-230

Morel, M. C. U. D. 2003. Equine Reproductive Physiology, Breeding and Study Management. Second Edition. CABI Publishing United Kingdong

Nurliyani.2003. Komposisi kimia dan protein susu kuda pada sds-page (sodium dodecyl sulfate polyacrylamide gel electrophoresis). Buletin Peternakan Vol. 27 (2): 86 – 93.

Pertiwi, E. 2007. Upaya Pelestarian LAR Sebagai Padang Pengembalaan Bersama Peternak Tradisional yang Berwawasan Lingkungan di Kabupaten Sumbawa. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Qureshi, M. S., S. Jan, A.Mushtaq,I. U. Rahman dan Ikramullah. 2012. Effect of Age on Milk Fatty Acids in Dairy Buffaloes. The journal of animal and plant sciences Vol. 22(2):108 – 112.

Ressang, A. A. dan A. M. Nasution.1962. Pedoman Mata Pelajaran Ilmu Kesehatan Susu Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran IPB. Bogor.

Saragih. C. I. I.,K. Suada, danI. P. Sampurna.2013. Ketahanan Susu Kuda Sumbawa Ditinjau dari Waktu Reduktase, Angka Katalase, Berat Jenis, dan Uji Kekentalan. Indonesia Medicus Veterinus Vol. 2(5): 553 – 561. Septiani, M. dan Y. Drastini. 2014. Jumlah Total Bakteri Susu dari Koperasi Susu

di Yogyakarta dan Jawa Timur. Jurnal sains veterinerVol. 33(1): 68 – 77. Sinale, R. N., I. K. Suada, dan I. P. Sampurna. 2014. Kualitas Susu Kuda

Sumbawa Pada Penyimpanan Suhu Ruang. Buletin veteriner udayanaVol. 6(2): 93 – 97.

Soeharsono. 2008. Laktasi. Widya Padjadjaran. Bandung.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie.1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sudarwanto. M., R. R. Soejoeno, W. Sanjaya, D. W. Lukman. 1998. Studi Kasus Komposisi Susu Kuda Sumbawa. Prosiding Kongres XIII PDHI dan Koferensi Ilmiah Veteriner Nasional VII. Bandar Lampung

Suheni, G. 2010. Teknik Pemerahan dan Penanganan Susu Sapi Perah. Lokakarya fungsional non peneliti. 81 – 85

Watuseke, A. E., H. Polii., P. M. Wowor. 2016. Gambaran Kadar Lipid Trigliserida pada Pasien Usia Produktif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal e-Biomedik. Vol. 4(2): 1- 5

Wikantadi, B. 1997. Biologi Laktasi. Cetakan ke 2.Bagian Ternak Perah.Fakultas Peterakan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

(52)

 

LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis Statistika Kadar Lemak (%)

I. Data

Ulangan Perlakuan1) Total

P0 P1 P2 1 1,670 2,129 3,898 7,697 2 3,096 4,235 5,167 12,499 3 1,758 2,452 1,928 6,138 Total 6,524 8,816 10,994 26,334 Rataan 2,175 2,939 3,665 8,778 Keterangan:

1) U0 = Susu kuda umur 3 tahun U1 = Susu kuda umur 5 tahun U2 = Susu kuda umur 7 tahun Faktor Koreksi = Σ = , , ⋯ , = , = 77,052 JK Total = ΣY2ij – FK = (1,6702 + 2,1292 +…+1,9282) –77,052 = 89,560 –77,052 = 12,508 JK Perlakuan = Σ - FK = 1,6702 + 2,1292 + 3,8982– 77,052 3 = 3,330

JK Galat = JK Total – JK perlakuan = 12,508 – 3,330

= 9,179 KT Perlakuan =

(53)

  = 1,665 KT Galat = = , = 1,530 F-hit Perlakuan = = ,, = 1,088

II. Daftar Sidik Ragam

SK DB JK KT Fhit F0,05

Perlakuan 2 3,330 1,665 1,088ns 1,94 Galat 6 9,179 1,530

Total 8 210,93 Keterangan :

ns) = Berbeda tidak nyata

SEM = = , = 0,714

Gambar

Table  2.2  Perbandingan  komposisi  susu  kuda  dengan  hewan  ternak  lainnya  dan  susu ibu (%)
Tabel  4.1  Hasil  Pemantauan  Sistem  Pemeliharaan  dan  Sistem  Pemerahan  Susu  Kuda Liar di   Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa Besar

Referensi

Dokumen terkait

muajjal adalah seiring dengan penundaan waktu untuk melunasi pembelian dikenakan pula tambahan harga yang mendekati riba. Kedua akad yang digunakan Ibu Organik

Tiga ibu - matan, yaitu Kutowinangun dan Prembun, Kabupaten Kebumen dan A.li~'ZTJ-O, Kabupaten Purworejo yang terletak saling berdekatan diteliti untuk me- zr:.~ ;;.c:.d

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti di sekolah tersebut, peneliti menemukan terjadinya tindak tutur ilokusi antara guru dengan siswa dan siswa dengan guru

Suatu langkah yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah mengadakan pertemuan dengan pihak orangtua ketika pengambilan raport dan ketika memasuki ajaran baru,

Namun, tidak semua indikator berubah warna pada pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat asam dan basa yang digunakan dalam titrasi

Karena dilakukan per semester, yang menjadi indikator untuk mengetahui perkembangan prestasi para lulusan dilakukan berdasarkan indeks prestasi kumulatif (IPK).. Meskipun kegiatan

Berikut ini adalah hasil identifikasi SWOT. Adanya dukungan Political Will dari Pemerintah Daerah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat serta Pihak Legeslatif dalam

2) Bibit kentang yang dihasilkan berupa bibit kentang unggul bermutu sehingga mampu menghasilkan umbi konsumsi berkualitas sesuai dengan kebutuhan pasar domestik dan