• Tidak ada hasil yang ditemukan

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 2)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Identification of Jabon Putih (Antochepallus cadamba Miq.) and Jabon Merah (Antochepallus macrophylla Roxb.) at The Seedling Stage

Dwi Kartikaningtyas1 dan Widigdo2

1) Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

2) Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman Jl. dr. Soeparno No.63 Purwokerto 53122

e-mail: akitrak@gmail.com

I. PENDAHULUAN

Pohon Jabon merupakan jenis cepat tumbuh (fast growing spesies) yang dewasa ini sedang gencar dikembangkan oleh masyarakat. Dibandingkan dengan jenis cepat tumbuh yang lain seperti Sengon, harga jual kayu Jabon lebih tinggi karena secara fisik dan mekanik, kayu Jabon lebih unggul dibandingkan kayu Sengon (Halawane dkk., 2011). Selain cepat tumbuh, Jabon juga merupakan jenis pionir yang intoleran, sehingga dalam pertumbuhannya jenis ini membutuhkan naungan yang penuh. Namun demikian, Jabon mempunyai kemampuan self pruning yang tinggi sehingga tidak dibutuhkan pemangkasan. Jabon mempunyai bentuk batang yang lurus, silindris dengan percabangan yang silindris (Soerianegara dan Lemmens, 2005). Dengan kemampuan self pruning yang tinggi, bebas cabang yang tinggi serta bentuk batang yang silindris, maka jenis ini sangat ideal untuk penanaman dengan pola tumpang sari (Setyaji, 2011). Jabon tumbuh pada daerah lembab di pinggir sungai, rawa dan kadang-kadang terendam air. Jabon tersebar dari daerah pantai hingga ketinggian 1000 m dpl. (Heyne, 1978). Soerianegara dan Lemmens (2005) juga menyebutkan bahwa, Jabon mampu tumbuh pada berbagai tipe tanah, tetapi akan tumbuh maksimal pada lahan subur dan drainase yang baik. Selain itu Jabon juga toleran terhadap tanah asam dan drainase jelek (kadang terendam) tetapi bukan pada tanah yang tererosi (Nurhasybi dan Muharam, 2003).

Jabon terbagi menjadi dua jenis, yaitu Jabon Putih (Antochepallus cadamba Miq.) dan Jabon Merah (Antochepallus macrophylla Roxb.). Sistem penamaan pada kedua jenis tersebut seperti pada tabel berikut:

(2)

Tabel 1. Penamaan Jabon Putih dan Jabon Merah

Penamaan Jabon Putih Jabon Merah

Nama Perdagangan Jabon (Jawa,Kaliamntan), Hanja (Sunda), Kelampayan, Emajang (Sumatera)

Samama (Maluku), Karumama (Sulawesi Utara)

Nama Botanis Antochepallus cadamba Miq. Antochepallus macrophylla Roxb.

Sinonim Anthocephalus chinensis

Rich. Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser, Nauclea cadamba Roxb.

Bancalus macrophyllus (Roxb.) O.

Kuntze, Nauclea macrophylla Roxb, Neolamarckia macrophylla (Roxb.) Bosser

Famili Rubiaceae Rubiaceae

Genus Anthocephalus Anthocephalus

Sumber: Joker,D.(2000); Nurhasybi dan Muharam, (2003); BRIK, (2003); Soerianegara dan Lemmens,(2005)

Sebaran alami Jabon Putih (A. cadamba Miq.) di Indonesia meliputi seluruh Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, seluruh Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Papua (Halawane dkk., 2011). Penyebaran Jabon Merah (A.macrophyllus Roxb.) di Indonesia meliputi Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Jabon Putih dan Jabon Merah mempunyai keunggulan yang hampir sama. Kayu Jabon Putih mempunyai tekstur kayu yang halus berwarna putih kekuningan, tanpa terlihat seratnya. Kayu Jabon Putih termasuk kayu lunak dan mudah dikerjakan. Tergolong pada kelas kayu kuat III, kelas awet IV-V (Soerianegara dan Lemmens, 2005). Sedangkan pada Jabon Merah memiliki tekstur kayu yang halus dan arah serat kayu yang lurus. Warna kayunya yang merah juga tergolong unik. Tergolong pada kelas kayu kuat II sampai III. Dari sisi keawetan (kemampuan untuk bertahan dari hama secara alamiah), termasuk golongan kelas IV (Heyne, 1978, Halawane dkk., 2011).

Banyak penelitian yang telah membahas perbedaan kayu Jabon Putih dan Jabon Merah, akan tetapi perbedaan diantara keduanya dalam tingkat semai belum banyak di informasikan. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya penelitian terhadap morfologis Jabon Putih dan Jabon

(3)

II. METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemulliaan Tanaman Hutan di Purwobinangun, Yogyakarta pada bulan Januari – Pebruari 2012.

B. Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah semai tanaman Jabon Putih (A. cadamba Miq.) dan semai Jabon Merah (A. macrophylla Roxb.) yang berumur 3 bulan. Masing-masing jenis berjumlah 5 semai sebagai bahan pengamatan. Sedangkan alat yang dipergunakan antara lain buku tulis, pulpen, penggaris, kamera digital dan kertas asturo.

C. Cara Kerja

1. Penelitian diawali dengan pemilihan semai yang sehat dan tidak terserang hama maupun penyakit.

2. Melakukan pengamatan ciri-ciri morfologi daun pada kedua semai.

3. Melakukan pencatatan ciri-ciri morfologis yang diamati dan pengambilan gambar. 4. Melakukan identifikasi dari masing-masing ciri morfologis yang diamati.

III. IDENTIFIKASI MORFOLOGI JABON PUTIH DAN JABON MERAH

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada tingkat semai Jabon Putih (A. cadamba Miq.) dan Jabon Merah (A. macrophylla Roxb.) umur 3 bulan, didapat beberapa ciri morfologi yang berbeda pada kedua jenis tersebut. Perbedaan tersebut diantaranya terdapat pada permukaan daun, pangkal daun, ujung daun, ibu tulang daun, kuncup ujung, daun penumpu dan batang. Deskripsi ciri morfologi kedua jenis tersebut pada tingkat semai adalah sebagai berikut:

A. Permukaan Daun (folium)

Jabon Putih mempunyai daun yang licin pada bagian atas, karena pada permukaan atas daun mengandung selaput lilin (Gambar 1.a). Sedangkan permukaan bawah daun Jabon Putih halus tidak berbulu dan mempunyai urat daun yang jelas (Gambar 1.b). Hal ini menyebabkan daun nampak seperti keriput.

Permukaan daun Jabon Merah bagian atas agak kasar apabila diraba dan memiliki bulu-bulu halus (Gambar 2.a). Sedangkan permukaan bawah daun Jabon Merah halus dengan urat daun tipis (Gambar 2.b).

(4)

a b Gambar 1. Permukaan daun Jabon Putih (foto dok. Dido, 2012)

a b Gambar 2. Permukaan daun Jabon Merah (foto dok. Dido, 2012)

(5)

B. Pangkal Daun (basis folii)

Pangkal daun pada kedua jenis Jabon terlihat sangat berbeda. Pangkal daun Jabon Putih memiliki tipe cenderung meruncing (acuminatus), terdapat lekukan bulat kecil pada pangkal daun (Gambar 3.a). Jabon Merah memiliki tipe pangkal daun runcing (acutus), tidak terdapat lekukan pada pangkal daun akan tetapi langsung runcing (Gambar 3.b).

a b

Gambar 3. Pangkal daun Jabon Putih (a) dan Jabon Merah (b) (foto dok. Dido, 2012)

C. Ujung Daun (apex folii)

Jabon Putih memiliki tipe daun berbentuk runcing (acutus) dimana pertemuan tepi sisi kanan dan kiri tidak sesuai dugaan atau tidak seimbang sehingga ujung daun nampak panjang runcing (Gambar 4.a). Sedangkan Jabon Merah memiliki tipe daun berbentuk meruncing (acuminatus), Hal ini disebabkan karena kedua tepi daun sampai ujung daun bertahap sempit panjang dan runcing, sehingga membentuk suatu sudut lancip (Gambar 4.b).

(6)

a b

Gambar 4. Ujung daun Jabon Putih (a) dan Jabon Merah (b) (foto dok. Dido, 2012)

D. Ibu Tulang Daun (costa)

Ibu tulang daun pada Jabon Putih dominan dengan warna putih dan hijau. Jabon putih tidak memiliki bulu-bulu seperti pada ibu tulang daun Jabon merah (Gambar 5.a). Jabon Merah mempunyai ibu tulang daun yang mengandung warna merah. Pada bagian bawah Ibu tulang daun terdapat bulu-bulu (Gambar 5.b).

(7)

E. Kuncup Ujung (gemma terminalis)

Perbedaan kuncup ujung antara Jabon Putih dan Jabon Merah cukup mencolok. Jabon Putih mempunyai kuncup ujung daun yang runcing dan berwarna hijau (Gambar 6.a). Sedangkan pada Jabon Merah mempunyai kuncup ujung daun yang berwarna merah serta berbentuk agak tumpul (obtutus) (Gambar 6.b).

a b

Gambar 6. Kuncup ujung Jabon Putih (a) dan Jabon Merah (b) (foto dok. Dido, 2012)

F. Daun Penumpu (stipula adnatae)

Daun penumpu pada Jabon Putih mempunyai warna kehijauan dan agak kaku (Gambar 7.a). Sedangkan Jabon Merah mempunyai daun penumpu yang berwarna seddikit kemerahan dan tidak kaku (Gambar 7.b).

(8)

a b

Gambar 7. Daun penumpu pada Jabon Putih (a) dan Jabon Merah (b) (foto dok. Dido, 2012)

G. Batang (caulis)

Jabon Putih mempunyai batang yang halus / licin dengan titik-titik lentisel yang nampak pada batangnya (Gambar 8.a). Berbeda dengan Jabon Putih, Jabon Merah mempunyai batang yang berbulu dan terlihat agak kasar (Gambar 8.b).

(9)

IV. PENUTUP

Jabon sebagai tanaman alternatif yang bersifat cepat tumbuh sangat diminati oleh masyarakat untuk ditanam. Identifikasi morfologi pada Jabon Putih dan Jabon Merah di tingkat semai diharapkan akan memberikan pengetahuan pada masyarakat terhadap semai Jabon. Hasil identifikasi morfologi terhadap kedua jenis Jabon pada tingkat semai, terdapat 7 (tujuh) perbedaan morfologis pada kedua jenis tersebut. Secara keseluruhan Jabon Putih mempunyai ciri yang lebih halus (tidak berbulu), licin dan berwarna kehijauan. Jabon Merah mempunyai ciri agak kasar, berbulu halus dan berwarna kemerahan. Adanya diskripsi ini diharapkan dapat membantu masyarakat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan jenis Jabon pada tingkat semai.

DAFTAR PUSTAKA

BRIK. 2003. Kelompok rimba campuran / Kelompok komersial dua (1). www.Brikonline. com. Diakses tanggal 18 Juli 2014.

Halawane, J.E., Hidayah, H.N. dan Kinho, J. 2011. Prospek Pengembangan Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil), Solusi Kebutuhan Kayu Masa Depan. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Balai Penelitian Manado. Manado. Heyne, K. 1978. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kehutanan. Departemen Kehutanan. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.

Joker, D., 2000. Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser (Anthocephalus chinensis (Lam.) A. Rich. ex Walp.). Seed Leaflet No. 17 September 2000. Danida Forest Seed Centre (DFSC).

Nurhasybi dan Muharam, A. 2003. Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) dalam: Atlas Benih Tanaman Indonesia. Publikasi Khusus Vol. 3 No.8, Desember 2003. Nurhasybi dkk. (eds.), Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor. Bogor.

Setyaji, T. 2011. Jabon ’Si Jati Bongsor’ dan Prospeknya Untuk Hutan Rakyat. Informasi Teknis Vol 9 No 2 September 2011. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Soerianegara, I. Dan Lemmens, RHMJ. (ed.). 2005. Plant Resources of South-East Asia. Timber Trees : major Commercial Timbers 5 (1): 102 - 108. Prosea. Bogor.

Gambar

Tabel 1.  Penamaan Jabon Putih dan Jabon Merah
Gambar 3.  Pangkal daun Jabon Putih (a) dan Jabon Merah (b) (foto dok. Dido, 2012)
Gambar 4.  Ujung daun Jabon Putih (a) dan Jabon Merah (b) (foto dok. Dido, 2012)
Gambar 6.  Kuncup ujung Jabon Putih (a) dan Jabon Merah (b) (foto dok. Dido, 2012)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kemiskinan di Indonesia dapat kita saksikan di berbagai daerah, apalagi jika kita masuk lebih jauh dan menyoroti lebih dalam, bagaimana kondisi dan kesejahteraan masyarakat

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Suroso Daladi Hadisiswoyo sebagai seniman yaitu dalam bidang vokal tembang dengan segala kemampuan yang Ia miliki telah

Skripsi ini berjudul “Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No. 71 Tahun 2010) Pada Pemerintah Kota Pangkalpinang”, dengan menyadari segala

yang digunakan oleh seseorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Berdasarkan gambar di atas, maka dapat peneliti jelaskan

638/BPBD/2016 tanggal 26 Agustus 2016 tentang Perpanjangan Penetapan Status Siaga Darurat Penanggulangan Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi

y Management of the finances of a business /organization in order to achieve financial objectives. Objectives of Financial Objectives of Financial

Dari hasil simulasi menggunakan Evolutionary Programming didapatkan hasil penempatan Node B HSDPA dengan nilai fitness sebesar 55329, ini berarti sistem dapat meng-cover 85.66%

Ikan tengadak merah (budidaya) memiliki pertumbuhan baik panjang maupun bobot badan yang lebih baik dibandingkan dengan ikan tengadak hitam (alam) pada ukuran 5–6 cm (3–5 g)